BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Definisi Produksi Produksi adalah sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan baik
berbentuk barang goods maupun berbentuk jasa services dalam suatu periode waktu yang selanjutnya dihitung sebagai nilai tambah bagi perusahaan. Bentuk hasil produksi dengan kategori barang goods dan jasa services sangat tergantung pada kategori aktivitas bisnis yang dimiliki perusahaan yang bersangkutan. Jika perusahaan manufacturing pabrik sudah jelas produksi yang dihasilkan dalam bentuk barang, sedangkan untuk bisnis perhotelan, pendidikan adalah berbentuk jasa. Barang bersifat tangible asset dan jasa bersifat intangible asset, Jika ditelaah lebih lanjut, pengertian produksi dapat ditinjau dari dua sudut, yaitu: Pengertian produksi dalam arti sempit, yaitu mengubah bentuk barang menjadi barang baru, ini menimbulkan form utility. Pengertian produksi dalam arti luas, yaitu usaha yang menimbulkan kegunaan karena place, time, dan possession. Pada saat suatu organisasi ditutut untuk memiliki produksi yang continue, maka arti organisasi tersebut harus memiliki daya saing di pasar, jika tidak maka organisasi tersebut tidak menempatkan konsep produksi secara sesungguhnya.
6 http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
Karena organisasi produksi memiliki konsep yang berhubungan dengan pencarian bahan baku, pengolahan bahan-bahan baku, dan akhirnya pada pencapaian nilai ekonomis yang dimaksud. Kemampuan suatu organisasi dalam menghasilkan produktivitas yang tinggi artinya memperlihatkan kemampuan manajer bagian produksi dalam mengkoordinasikan seluruh elemen yang ada dalam usaha mendukung terbentuknya produktivitas, dan produktivitas yang baik adalah yang memiliki nilai jual di pasar. Jhon kendrik mendefinisikan produktivitas sebagai hubungan antara keluaran (output=0) berupa barang dan jasa dengan masukan (input=1) berupa sumber daya, manusia atau bukan, yang digunakan dalam proses produksi hubungan tersebut biasanya dinyatakan dengan bentuk ratio 0/1. 2.2
Sistem Produksi Suatu sistem produksi pada dasarnya terdiri dari sistem perencanaan dan
pengendalian sosial dengan memperhitungkan kedua sistem tersebut maka dalam suatu sistem produksi akan terjadi dua macam aliran yaitu aliran material dan aliran data (informasi). Sistem produksi merupakan sistem integral yang mempunyai komponen struktural dan fungsional. Komponen atau elemen struktural yang membentuk sistem produksi terdiri dari bahan (meterial), mesin dan peralatan, tenaga kerja modal, energi, informasi, tanah dan lain-lain. Sedangkan komponen atau elemen fungsional terdiri dari supervisi, perencanaan, pengendalian, koordinasi dan kepemimpinan, yang kesemuanya berkaitan dengan manajemen dan organisasi. Suatu sistem produksi selalu berada dalam lingkungan, sehingga aspek lingkungan seperti perkembangan tekhnologi, sosial dan ekonomi, serta kebijakan pemerintahaan
sangat
mempengaruhi
keberadaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
sistem
produksi
itu.
8
Pengendalian produksi berkepentingan dengan peramalan atau perkiraan keluaran, penentuan input yang dibutuhkan, serta perencanaan dan penjadwalan pengelolahan bahan baku. (Gaspers, 2004). Secara skematis, sistem produksi dapat digambarkan dalam Gambar 2.1 berikut: LINGKUNGAN
INPUT -
Tenaga Kerja Modal Material Energi Tanah Informasi Manajerial
PROSES
OUTPUT
PROSES TRANSFORMASI NILAI TAMBAH
PRODUK (Barang dan/ Jasa)
Umpan Balik Untuk Pengendalian Input, Proses, dan Teknologi
Gambar 2.1 Skema Sistem Produksi Sumber: Vincent Gaspersz, ”Production Planning and Inventory Control”(2004) Sistem produksi memiliki beberapa karakteristik berikut: 1.
Mempunyai komponen-komponen atau elemen-elemen yang saling berkaitan satu sama lain dan membentuk satu kesatuan yang utuh.
2.
Mempunyai
tujuan
yang
mendasari
keberadaannya,
yaitu
menghasilkan produk (barang dan/atau jasa) bekualitas yag dapat dijual dengan harga kompetitif di pasar. 3.
Mempunyai aktivitas berupa proses transformasi nilai tambah input menjadi output secara efektif dan efisien.
4.
Mempunyai mekanisme yang mengendalikan pengoprasiannya, berupa optimalisasi pengalokasiaan sumber daya.
Suatu proses dalam sistem produksi dapat didefinisikan sebagai integrasi sekuensial dari tenaga kerja, material, informasi, metoda kerja, dan mesin atau peralatan, dalam suatu lingkungan, guna menghasilkan nilai tambah bagi produk,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
agar dapat dijual dengan harga kompetitif di pasar. Proses itu mengkonversi input terukur dalam output terukur melalui sejumlah langkah sekuensional yang terorganisasi. Definisi lain dari proses adalah suatu kumpulan tugas yang dikaitkan melalui aliran material dan informasi yang mentrasformasikan berbagai input ke dalam output yang bermanfaat atau bernilai tambah tinggi. Sutau proses memliki kapabiltas suatu kemampuan untuk menyimpan material (yang diubah menjadi barang setengah jadi) dan informasi selama transformasi berlangsung. 2.3
Perencanaan dan Pengendalian Produksi Strategi respon terhadap permintaan konsumen mendefinisikan bagaimana
suatu perusahaan industri manufaktur akan memberikan tanggapan atau respon terhadap permintaan konsumen. Pada dasarnya strategi respon terhadap permintaan konsumen dapat diklasifikan dalam lima ketegori sebagai berikut (Gaspersz, 2005): 1. Design-to-Order (Engineer-to-Order) Dalam strategi Design-to-Order atau kadang-kadang disebut sebagai Engineer-to-Order, perusahaan tidak membuat produk itu sebelumnya. Dengan demikian bagi perusahaan yang memilih strategi ini tidak mempunyai sistem inventory, karena produk baru akan di desain dan diproduksi setelah ada permintaan pelanggan. (Gaspersz, 2005). 2. Make-to-Order Perusahaan industri yang memilih strategi Make-to-Order hanya mempunyai desain produk dan beberapa material standar dalam sistem inventory, dari produk-produk yang telah dibuat sebelumnya. Aktivitas proses pembuatan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
produk bersifat khusus yang disesuaikan dengan setiap pesanan dari pelanggan. Dalam strategi Make-to-Order, perusahaan mempunyai resiko yang sangat kecil berkaitan dengan investasi iventory. Sebagaimana halnya dengan strategi Designto-Order, fokus opersionalnya adalah pada pesanan spesifik dari pelanggan dan bukan pada parts. Penggantian parts mesin, produk-produk kerajinan tangan berdasarkan pesanan khusus riset pasar bagi perusahaan tertentu, dan pelatihan dalam perusahaan (inhouse training) berdasarkan kebutuhan spesifik dari pelanggan, dapat dikategorikan dalam strategi Make-to-Order. (Gaspersz, 2005). 3. Assemble-to-Order Perusahaan industri yang memilih strategi Assemble-to-Order akan memiliki inventory yang terdiri dari semua subassemblies atau modul-modul (modules). Strategi Assemble-to-Order digunakan oleh perusahaan-perusahaan industri yang memiliki produk modular. Dalam strategi Assemble-to-Order, perusahaan industri memiliki resiko yang moderat berkaitan dengan investasi inventory. (Gaspersz, 2005). 4. Make-to-Stock Perusahaan industri yang memilih strategi Make-to-Stock akan memiliki inventory yang terdiri dari produk akhir (finished product) untuk dapat dikirim dengan segera apabila ada permintaan dari pelanggan. Dalam strategi Make-toStock, perusahaan industri memiliki resiko yang tinggi berkaitan dengan investasi inventory, karena pesanan pelanggan secara aktual tidak dapat diidentifikasi secara tepat dalam proses produksi. Permintaan aktual dari pelanggan hanya dapat diramalkan, di mana sering kali tingkat aktual dari produksi hanya berkolerasi rendah dengan pesanan pelanggan aktual yang diterima. Berkaitan dengan hal ini,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
peruahaan industri yang memilih strategi Make-to-Stock harus membangun sistem informasi pasar yang andal agar secara lebih akurat dapat meramalkan permintaan aktual dari konsumen. (Gaspersz, 2005). 5. Make-To-Demand Strategi Make-To-Demand dapat dianggap sebagai suatu strategi baru yang dikembangkan dalam perusahaan industri, dimana respon terhadap permintaan pelanggan secara total adala fleksibel. Dama strategi Make-To-Demand, penyerahan produk dari perusahaan berkaitan dengan kualitas dan waktu penyerahan (delivery time) secara tepat berdasarkan keinginan pelanggan. Strategi ini rensponsif secara lengkap (complete responsive) terhadap pesanan pelanggan (sesuai spesifikasi yang diinginkan pelanggan), tetapi dapat menyerahkan produk dengan kecepatan mendekati strategi Make-To-Stock (Gaspersz, 2005). Strategi
sistem
perencanaan
dan
pengendalian
manufacturing
mendifinisikan bagaimana suatu manajemen industri akan merencanakan dan mengendalikan sistem manufacturing ketika melaksanakan operasi jangka pendek ataupun menengah dalam proses pembuatan produk-produk industri itu. Pengendalian manufacturing melibatkan seluruh aktivitas mulai dari pemasukan bahan mentah sampai menjadi produk jadi. Termasuk diantaranya accounting, order entry dan pelayanan pelanggan, logistik, budgeting dan perencanaan strategi dalam manufacturing. Pada dasarnya perencanaan produksi merupakan suatu proses penetapan keluaran pabrikasi (output manufacturing) secara keseluruhan guna memenuhi tingkat penjualan yang direncakan dan persediaan (Inventory) yang diinginkan. Rencana produksi mendefinisikan tingkat pembuatan produk (Manufacturing),
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
biasanya dinyatakan sebagai tingkat bulanan untuk periode satu tahun atau lebih, untuk setiap kelompok produk. Adapun tujuan dari perencanaan produksi adalah sebagai berikut: 1.
Sebagai langkah awal untuk menentukan aktivitas produksi yaitu sebagai referensi perencanaan lebih rinci dari rencana agregat menjadi item dalam jadwal induk produksi.
2.
Sebagai masukan rencana sumber daya sehingga perencanaan sumber daya dapat dikembangkan untuk mendukung perencanaan produksi.
3.
Meredam (stabilitasi) produksi dan tenaga kerja terhadap fluktuasi permintaan.
Berikut ini adalah ciri-ciri pada perencanaan produksi, yaitu: 1.
Perencanaan produksi yang menyangkut kegiatan di masa yang akan datang, dibuat berdasarkan ramalan kegiatan yang ditentukan oleh peramalan pada masa yang akan datang.
2.
Perencanaan mempunyai jangka waktu tertentu.
3.
Perencanaan produksi mempersiapkan tenaga kerja, bahan, mesin dan peralatan lainnya pada waktu yang diperlukan.
4.
Perencanaan produksi harus menentukan jumlah dan jenis serta kualitas dari produk yang diproduksi.
5.
Perencanaan produksi harus dapat mengkoordinir kegiatan produksi yaitu bagian-bagian yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan bagian produksi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
2.4
Sistem Produksi Menurut Aliran Operasi dan Variasi Produk Krieria dalam mengklasifikasi proses produksi adalah jenis aliran operasi
dari unit produk yang melalui tahapan konversi. Ada tiga operasi, yaitu Flow Shop, Job Shop, dan Proyek. Ketiga jenis dasar aliran operasi ini berkembang menjadi aliran modifikasi dari ketiganya, yaitu: Batch dan Continous. Adapun karakteristik dari masing-masing aliran operasi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Flow Shop Merupakan proses konversi dimana unit-unit output secara berturut-turut melalui urutan operasi yang sama pada mesin-mesin khusus yang ditempatkan pada sepanjang lintasan produksi. Proses jenis ini biasanya digunakan untuk produk yang mempunyai desain dasar yang tetap sepanjang waktu yang lama dan ditunjukan untuk pasar yang luas, sehingga diperlukan penyusunan bentuk proses produksi Flow Shop yang bersifat MTS (Make To Stock). Contoh sistem produksi Flow Shop adalah: pabrik rokok gudang garam, pabrik Semen padang, dan pabrik Aqua. 2. Job Shop Yaitu merupakan bentuk proses
konversi
dimana unit-unit
yang
dikelompokkan berdasarkan fungsinya. Contoh sistem produksi Job Shop antara lain adalah: pabrik TOYOTA, pabrik Sepatu Nike, dan Pabrik motor Honda. 3. Proyek Yaitu proses penciptaan satu jenis produk yang agak rumit dengan suatu pendifinisian urutan tugas-tugas yang teratur akan kebutuhan sumber daya dan dibatasi oleh waktu penyelesaian. Contoh sistem produksi Proyek anatara lain adalah : proyek penggalian PDAM dan proyek monorail PT Bukaka.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
4. Batch Adalah bentuk maju dari Job Shop yang merupakan kombinasi dari Job Shop dan Flow Shop. Pada Batch, produk terstandarisasi, namun tidak terlalu standarisasi seperti produk yang dihasilkan pada aliran lintasan perakitan Flow Shop. Sistem Batch memproduksi banyaknya variasi produk dan volume, lama proses produksi untuk setiap produk agak pendek, dan suatu lintasan produksi dapat dipakai untuk beberapa tipe produk. Pada sitem ini, pembuatan produk pada tipe yang berbeda akan mengakibatkan pergantian peralatan produksi, sehingga sustem tersebut harus “general purpose”, dan fleksibel untuk produk dengan volume rendah tetapi variasinya tinggi. 5. Continuos Yaitu bentuk ekstrim dari Flow Shop dimana terjadi aliran material yang konstan. Contoh dari proses produksi Continuos adalah: industri penyulingan minyak, pemrosesan kimia, dan industri lainya yang tidak dapat mengidentifikasi unit-unit output urutan prosesnya secara tepat. 2.5
Peramalan Peramalan adalah suatu dugaan terhadap permintaan yang akan datang
berdasarkan pada beberapa variabel peramalan berdasarkan deret waktu historis atau suatu proses dalam menggunakan data historys (Gaspers, 2004). Setiap pengambilan keputusan yang menyangkut keadaan di masa yang akan datang, mala pasti ada peramalan yang melandasi pengambilan keputusan tersebut. Dalam dunia ekonomi, hasil peramalan mampu memberikan gambaran tentang masa depan perekonomian suatu daerah yang memungkinkan manajemen
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
ekonomi untuk membuat perencanaan, demi perbaikan dan perkembangan pertumbuhan ekonomi di daerah yang bersangkutan. (Gaspers, 2004). 2.5.1 Kebutuhan dan Kegunaan Peramalan Sering terdapat waktu senjang antara kesadaran akan peristiwa atau kebutuhan mendatang dengan peristiwa itu sendiri. Adanya waktu tenggang ini merupakan alasan utama bagi perencanaan dan peramalan. Jika waktu tenggang ini nol atau sangat kecil, maka perencanaan tidak diperlukan. Jika waktu tenggang ini panjang, dan hasil peristiwa akhir bergantung pada faktor-faktor yang dapat diketahui, maka perencanaan dapat memegang peranan penting. Dalam situasi seperti itu, peramalan diperlukan untuk menetapkan kapan suatu peristiwa akan terjadi atau timbul, sehingga tindakan yang tepat dapat dilakukan. Selain hal diatas, kegunaan dari peramalan dapat terlihat pada saat pengambilan keputusan. Setiap orang selalu dihadapkan pada masalah pengambilan keputusan. Keputusan yang baik adalah keputusan yang didasarkan atas pertimbangan apa yang akan terjadi pada waktu keputusan itu dilaksanakan. Apabila kurang tepat ramalan, maka kurang baiklah keputusan yang kita ambil. Walaupun demikian perlu disadari bahwa suatu ramalan adalah tetap ramalan, di mana selalu ada unsur kesalahan. Sehingga yang paling diperhatikan adalah usaha untuk memperkecil kemungkinan kesalahan tersebut. (Rosnani Gintin, 2007). 2.5.2 Pola Permintaan Dalam peramalan, perlu diketahui dulu pola / komponen. Pola permintaan dapat diketahui dengan membuat “Scatter Diagram” yaitu pemplotan data histories selama interval waktu tertentu. Dari scatter diagram ini secara visual akan dapat diketaui bagaimana hubungan antara waktu dengan permintaan. Pola /
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
komponen permintaan adalah suatu pola pergerakan jangka panjang dari tampilan data-data scatter diagram permintaan. 1. Pola Trend Pola trend adalah bila data permintaan menunjukan pola kecendrungan gerakan penurunan atau kenaikan jangka panjang. Data yang kelihatannya berfluktuasi, apabila dilihat pada rentang waktu yang panjang akan dapat ditarik suatu garis maya. Garis putus-putus tersebut itulah yang disebut garis trend.
Gambar 2.2 Pola Trend 2. Pola Musiman Bila data yang kelihatannya berfluktuasi, namun fluktuasi tersebut akan akan terlihat berulang dalam suatu interval waktu tertentu, maka data tersebut berpola musiman. Disebut pola musiman karena permintaan ini biasanya dipengaruhi oleh musim, sehingga biasanya interval perulangan data ini adalah satu tahun.
Gambar 2.3 Pola Musiman
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
3. Pola Siklikal Pola siklikal adalah bila fluktuasi permintaan secara jangka panjang membentuk pola sinusoid atau gelombang atau siklus. Pola siklikal mirip dengan pola musiman. Pola musiman tidak harus bergelombang, bentuknya dapat bervariasi, namun waktunya akan berulang setiap tahun (umumnya). Pola siklikal bentuknya selalu mirip gelombang sinusoid.
Gambar 2.4 Pola Siklikal 4. Pola Eratik / Random Pola eratik (random) adalah bila fluktuasi data permintaan dalam jangka panjang tidak dapat digambarkan oleh ketiga pola lainnya. Fluktuasi permintaan bersifat acak atau tidak jelas.
Gambar 2.5 Pola Eratik / Random
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
Rata-Rata Deviasi Mutlak (Mean Absolute Deviation = MAD) MAD merupakan rata-rata kesalahan mutlak selama periode tertentu tanpa memperhatikan apakah hasil peramalan lebih besar atau lebih kecil dibandingkan kenyataannya. Secara sistematis MAD dirumuskan sebagai berikut : MAD = ∑ Keterangan:
: Permintaan Aktual pada periode-t : Peramalan permintaan pada periode-t : jumlah periode yang terlibat
Rata-Rata Kuadrat Kesalahan (Mean Square Eror = MSE) MSE dihitung dengan menjumlahkan kuadrat semua kesalahan peramalan pada setiap periode dan membaginya dengan jumlah periode peramalan. Secara matematis MSE dirumuskan sebagai berikut : MSE= ∑
Rata-rata Kesalahan Absolute (MAPE) Rata-rata Persentase Kesalahan Absolut (Mean Absolute Percentage Error /MAPE) merupakan ukuran kesalahan relatif. MAPE biasanya lebih berarti dibandingkan MAD karena MAPE menyatakan persentase kesalahan hasil peramalan terhadap permintaan aktual selama periode tertentu yang akan memberikan informasi persentase kesalahan terlalu tinggi atau terlalu rendah. Secara matematis MAPE dinyatakan sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
MAPE = (
)∑*
+
Rata-rata Perkiraan Kesalahan Standart (Standart Eror of Estimation) Formula dari SSE adalah sebagai berikut: SEE = √
Di mana: = Derajat kebebasan yang hilang
CFE (Cumulative of Forecast Error) adalah ukuran umum untuk perkiraan bias, model yang lebih baik akan memiliki CFE mendekati nol dimana rumus CFE adalah. ∑
Tracking Signal Tracking signal adalah bagian untuk memantau setiap perkiraan yang telah dibuat dibandingkan dengan actuals, dan memperingatkan ketika ada keberangkatan tak terduga dari hasil dari perkiraan. Tracking signal adalah indikator sederhana bahwa bias perkiraan hadir dalam model prediksi. Rumus manual untuk mencari Tracking Signal adalah Σ (at' −' 'ft) / MAD
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
2.6
Software WinQSB Versi 2.0 Salah
satu
program
menyelesaikanmasalah-masalah
komputer kuantitatif
di
yang
dirancang
untuk
bidang
manajemen
adalah
WinQSB. Program ini dibuat oleh Profesor Yih-Long Chan dari Georgia Institute of Technology ,Amerika Serikat. Program ini merupakan pengembangan dari program QSB (Quantitative System for Business), QSB+, dan QS (Quantitative System) yang sudah banyak digunakan pada akhir tahun 1980-an. Program WinQSB saat ini sudah sampai pada versi 2.0. Disebut WinQSB karena merupakan perkembangan dari program QSB yang dulu berbasis sistem operasi DOS, dan sekarang sudah dapat dijalankan pada komputer berbasis Microsoft Windows. Program ini mempraktekkan time series peramalan dan linear regresi. Metoda time series meliputi simple average, moving average, dengan atau tanpa trend, single dan double exponential smoothing dengan atau tanpa trend, linear dan regresion, serta metoda peramalan yang lainnya. Program ini dapat mengolah data historis lebih dari 1000 data yang bergantung pada memori komputer. Pada program dapat menambah atau mengurangi data historis untuk waktu yang berjalan dengan memilih memodifikasi data asli.
Gambar 2.6 Tampilan Pembuka Perangkat Lunak WinQSB - Modul Forecasting
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
Seperti
program-program
pendahulunya,
WinQSB
cukup
banyak
digunakan oleh para pembuat keputusan dan para akademisi karena kemudahan dan kecanggihannya. Disisi lain, program ini tidak memerlukan konfigurasi komputer yang berlebihan. Bahkan WinQSB dapat dijalankan pada sistem komputer dengan sistem operasi MS. Windows 95 dengan memori RAM 36 MB dan memakan kapasitas hardisk tidak lebih dari 10 MB. Program
ini
mempraktekkan
time series
peramalan
dan
linear
regresi. Metoda time series meliputi simple average, moving average, dengan atau tanpa trend, single dan double exponential smoothing dengan atau tanpa trend, linear dan regresion, serta metoda peramalan yang lainnya. Program ini dapat mengolah data historis lebih dari seribu data yang bergantung pada memori komputer. Pada program dapat menambah atau mengurangi data historis untuk waktu yang berjalan dengan memilih memodifikasi data asli. 2.7
Bahan Baku Bahan baku atau yang lebih dikenal dengan sebutan raw material
merupakan bahan mentah yang akan diolah menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang bersangkutan. Bahan baku merupakan bahan yang harus diperhitungkan dalam kelangsungan proses produksi. Banyaknya bahan baku yang tersedia akan menentukan besarnya penggunaan sumber-sumber didalam perusahaan dan kelancarannya. Hal ini menunjukkan bahwa bahan baku merupakan faktor yang penting dalam suatu proses produksi karena bila terjadi kekurangan bahan baku maka kegiatan perusahaan tidak dapat berjalan lancar, bahan baku dapat digolongkan berdasarkan beberapa hal diantaranya yaitu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
berdasarkan harga dan frekuensi penggunaan. Klasifikasi bahan baku berdasarkan harga dibagi menjadi tiga bagian yaitu: (Freddy Rangkuti, 1998).
Bahan Baku Berharga Tinggi (High Value Items)
Bahan baku yang biasanya berjumlah 10% dari jumlah jenis persediaan, namun jumlah nilainya mewakili sekitar 70% dari seluruh nilai persediaan, oleh karena itu memerlukan tingkat pengawasan yang sangat tinggi.
Bahan Baku Berharga Menengah (Medium Value Items)
Bahan baku yang biasanya berjumlah 20% dari jumlah jenis persediaan, dan jumlah nilainya juga sekitar 20% dari jumlah nilai persediaan, sehingga memerlukan tingkat pengawasan yang cukup.
Bahan Baku Berharga Rendah (Low Value Items)
Jenis bahan baku ini biasanya berjumlah 70% dari seluruh jenis persediaan, tetapi memiliki nilai atau harga sekitar 10% dari seluruh nilai atau harga persediaan, sehingga tidak memerlukan pengawasan yang tinggi. 2.7.1 Persediaan Persediaan adalah sejumlah bahan-bahan, bagian-bagian yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi / produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau langganan setiap waktu (Freddy Rangkuti, 1998). Persediaan merupakan segala sesuatu atau sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Keberadaan persediaan berkaitan dengan faktor waktu, faktor ketidak pastian, faktor diskontinuitas, dan faktor ekonomi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
Persediaan memiliki fungsi penting yang dapat menigkatkan efisiensi operasional suatu perusahaan. Dengan adanya persediaan maka proses produksi tidak terhambat oleh kekurangan bahan baku. Selain itu, prosedur untuk memperoleh dan menyimpan bahan baku yang dibutuhkan dapat dilaksanakan dengan biaya minimum. (Agus Ristono, 2008). Pada pengendalian persediaan ada dua keputusan yang perlu diambil, yaitu jumlah setiap kali pemesanan dan kapan pemesanan itu harus dilakukan. Prinsip dari persediaan yaitu memper mudah dan memperlancar jalannya operasi perusahaan
pabrik,
yang
harus
dilakukan
secara
berturut-turut
untuk
memproduksi barang-barang, serta selanjutnya menyampaikan kepada pelanggan atau konsumen. Persediaan memungkinkan
produk-produk
dihasilkan pada
tempat yang jauh dari pelanggan dan atau sumber bahan mentah. Dari segi teori, persediaan
digunakan
untuk menentukan
prosedur optimal
dalam jumlah
optimal produksi atau bahan yang disimpan untuk memenuhi permintaan pasar dimasa depan. (Freddy Rangkuti, 1998). Pengendalian persediaan merupakan kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan,dan pengawasan penentuan kebutuhan material sedemikian rupa sehingga disatupihak kebutuhan operasi dapat dipenuhi pada waktunya dan dilain pihak investasi persediaan material dapat ditekan secara optimal. Persediaan merupakan suatu hal yang tak terhindarkan. Penyebab timbulnya persediaan adalah sebagai berikut: (Freddy Rangkuti, 1998).
Mekanisme pemenuhan atas permintaan. Permintaan terhadap suatu barang tidak dapat dipenuhi seketik abila barang tersebut tidak tersedia sebelumnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
Untuk menyiapkan barang ini diperlukan waktu untuk pembuatan dan pengiriman, maka adanya persediaan merupakan hal yang sulit dihindarkan.
Keinginan untuk meredam ketidak pastian. Ketidak pastian terjadi akibat, diantaranya yaitu permintaan yang bervariasi yang tidak pasti dalam jumlah maupun waktu kedatangan, waktu pembuatan yang cenderung tidak konstan antara satu produk dengan produk berikutnya, waktu tenggang (lead time) yang cenderung tidak pasti karena banyak faktor yang tak dapat dikendalikan. Ketidak pastian ini dapat diredam dengan mengadakan persediaan.
Keinginan melakukan spekulasi yang bertujuan mendapatkan keuntungan besardari kenaikan harga dimasa mendatang.
2.7.2 Jenis-jenis Persediaan Persediaan adalah bahan mentah, barang dalam proses (work in process), barang jadi, bahan pembantu, bahan pelengkap, komponen yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Inilah definisi persediaan yang digunakan dalam buku ini, hal ini berhubungan dengan metoda pengendalian persediaan yang akan dibahas adalah metoda pengendalian persediaan untuk item fisik. Secara fisik, item persediaan dapat dikelompokkan dalam lima kategori, yaitu sebagai berikut:
Persediaan bahan mentah (raw materials), yaitu persediaan barang-barang berwujud, seperti baja, kayu dan lain-lain yang digunakan dalam proses produksi. Bahan mentah dapat diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari para supplier dan/atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/components), yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.
Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies materials), yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses barang jadi, namun bukan merupakan komponen barang jadi. Termasuk bahan penolong adalah bahan bakar, pelumas, listrik, dan lain-lain.
Persediaan barang dalam proses atau setengah jadi (work in process), yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.
Persediaan barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim kepada langganan.
2.7.3 Tujuan Persediaan Menurut Ristono pada dasarnya pengendalian persediaan dimaksudkan untuk membantu kelancaraan proses produksi, melayani kebutuhuan perusahaan akan bahan-bahan atau barang jadi dari waktu ke waktu. Sedangkan tujuan dari pengendalian persediaan adalah sebagai berikut: a. Menjaga agar jangan sampai perusahaan kehabisan bahan-bahan sehingga menyebabkan terhenti atau terganggunya proses produksi. b. Menjaga agar keadaan persediaan tidak terlalu besar atau berlebihan sehingga biaya-biaya yang timbul dari persediaan tidak besar pula.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
c. Selain untuk memenuhi permintaan pelanggan, persediaan juga diperlukan apabila biaya untuk mencari barang/bahan pengganti atau biaya kehabisan bahan atu barang (stock out) relative besar. 2.7.4 Fungsi dan Penyebab Persediaan Efisiensi operasional suatu organisasi dapat ditingkatkan karena berbagai fungsi penting persediaan. Pertama, harus diingat bahwa persediaan adalah sekumpulan produk phisikal pada berbagai tahap proses transformasi dari bahan mentah ke barang dalam proses, dan kemudian barang jadi. Persediaan-persediaan ini mungkin tetap tinggal di ruang penyimpanan, gudang, pabrik, atau toko-toko pengecer, atau barangkali sedang dalam pemindahan sekitar pabrik, dalam truk pengangkut, atau kapal yang sedang menyeberangi lautan. (Teguh Baroto, 2002: 56). Persediaan merupakan suatu hal yang tak terhindarkan. Penyebab timbulnya persediaan adalah sebagai berikut:
Mekanisme pemenuhan atas permintaan, Permintaan terhadap suatu barang tidak dapat dipenuhi seketika bila barang tersebut tidak tersedia sebelumnya. Untuk menyiapkan barang ini diperlukan waktu untuk pembuatan dan pengiriman, maka adanya persediaan merupakan hal yang sulit dihindarkan.
Keinginan untuk meredam ketidakpastian, Ketidakpastian terjadi akibat permintaan yang bervariasi dan tidak pasti dalam jumlah maupun waktu kedatangan, waktu pembuatan yang cenderung tidak konstan antara satu produk dengan produk berikutnya, waktu tenggang (lead time) yang cenderung tidak pasti karena banyak faktor yang tak dapat dikendalikan. Ketidakpastian ini dapat diredam dengan mengadakan persediaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
Keinginan melakukan spekulasi yang bertujuan mendapatkan keuntungan besar dari kenaikan harga di masa mendatang. (Teguh Baroto, 2002). Fungsi utama persediaan yaitu sebagai penyangga, penghubung antar
proses produksi dan distribusi untuk memperoleh efisiensi. Fungsi lain persediaan yaitu sebagai stabilisator harga terhadap fluktuasi permintaan. Lebih spesifik, persediaan dapat dikategorikan berdasarkan fungsinya sebagai berikut: (Assauri, 2008). 1. Persediaan dalam Lot Size. Persediaan muncul karena ada persyaratan ekonomis untuk penyediaan (replishment) kembali. Penyediaan dalam lot yang besar atau dengan kecepatan sedikit lebih cepat dari permintaan akan lebih ekonomis. Faktor penentu persyaratan ekonomis antara lain biaya setup, biaya persiapan produksi atau pembelian dan biaya transportasi. 2. Persediaan cadangan. Pengendalian persediaan timbul berkenaan dengan ketidakpastian. Peramalan permintaan konsumen biasanya disertai kesalahan peramalan. Waktu siklus produksi (lead time) mungkin lebih dalam dari yang diprediksi. Jumlah produksi yang ditolak (reject) hanya bisa diprediksi dalam proses. Persediaan cadangan mengamankan kegagalan mencapai permintaan konsumen atau memenuhi kebutuhan manufaktur tepat pada waktunya. 3. Persediaan antisipasi Persediaan dapat timbul mengantisipasi terjadinya penurunan persediaan (supply) dan kenaikan permintaan (demand) atau kenaikan harga. Untuk menjaga kontinuitas pengiriman produk ke konsumen, suatu perusahaan dapat memelihara
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
persediaan dalam rangka liburan tenaga kerja atau antisipasi terjadinya pemogokan tenaga kerja. 4. Persediaan pipeline Sistem persediaan dapat diibaratkan sebagai sekumpulan tempat (stock point) dengan aliran di antara tempat persediaan tersebut. Pengendalian persediaan terdiri dari pengendalian aliran persediaan. Dan jumlah persediaan akan terakumulasi ditempat persediaan. Jika aliran melibatkan perubahan fisik produk, seperti perlakuan panas atau perakitan beberapa komponen, persediaan dalam aliran tersebut persediaan setengah jadi (work in process). Jika suatu produk tidak dapat dirubah secara fisik tetapi dipindahkan dari suatu tempat penyimpanan ke tempat penyimpanan lain, persediaan disebut persediaan transportasi. Jumlah dari persediaan setengah jadi dan persediaan transportasi disebut persediaan pipeline. Persediaan pipeline merupakan total investasi perubahan dan harus dikendalikan. 5. Persediaan lebih Yaitu persediaan yang tidak dapat digunakan karena kelebihan atau kerusakan fisik yang terjadi. (Rosnani Ginting, 2007). 2.8
Produk Evo Soft VNI IBCH1000 Aktivitas produksi yang ada di PT. DyStar dibagi menjadi 3 bagian,
aktivitas pembelian (purchase) bahan baku, bagian pembuatan semi-finished good (synthesis plant) dan bagian penyelesaian produk (finishing plant). Bagian pertama merupakan Pembelian (purchase), pembelian bahan baku ini dibedakan menjadi 2 jenis yaitu pembelian bahan baku bersifat siap produksi (crude dystuff) dan bahan baku bersifat sintesis (synthesis) yang nantinya akan diproses di bagian
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
pengolahan sintesis (synthesis plant) baru bisa diproduksi di bagian finishing plant. Bagian sintesis (synthesis plant) melakukan pengujian bahan baku yang akan dijadikan semi-finished good kemudian akan diproses di bagian finishing plant dan menjadi finished good. Pada bagian ini terjadi banyak aktivitas reaksi kimia dan pengaturan pH sesuai standar kualitas dari perusahaan. Di bagian finishing plant produk yang dihasilkan ada 2 jenis, yaitu cair dan serbuk. Terdapat 3 jenis mesin yang memproses produk-produk tersebut yang menjadi pembeda adalah produk yang berbentuk serbuk diselesaikan hingga mesin Drying.
Gambar 2.7 Bill of material produk Evo Soft VNI IBCH 1000 produk Evo Soft VNI IBCH1000 merupakan salah satu produk dari dystar color, hasil dari produk dystar mempunyai dua jenis produk tergantung kepada pesanan konsumen yaitu berbentuk cair dan serbuk, pembuatan produk Evo Soft VNI IBCH1000 melalui beberapa tahap lihat gambar berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
Gambar 2.8 Mesin meeling Mesin Mixing melakukan sebuah pencampuran bahan dasar atau raw material yang sudah menjadi serbuk halus dengan beberapa komponen yang sudah direncanakan, seperti air, asam dan cairan penyeimbang pH.
Gambar 2.9 Mesin mixing Mesin Drying melakukan proses pengeringan produk yang bersifat cairan, nantinya produk akan berbentuk serbuk. Ada 2 jenis produk pewarna yang diproduksi yaitu cair (liquid) dan serbuk (powder), pada proses Mixing sudah jadi produk yang berbentuk cairan dan apabila produk ingin dibentuk lagi ke bentuk serbuk akan melalui proses Drying.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
Gambar 2.10 Mesin Drying Aktivitas produksi yang ada di PT. DyStar Colours dibagi menjadi 3 bagian, aktivitas pembelian (purchase) bahan baku, bagian pembuatan semi-finished good (synthesis plant) dan bagian penyelesaian produk (finishing plant). Tahapan selanjutnya
yang di mana hasil dari produk berupa serbuk dengan kemasan
produk bisa dilihat sebagai berikut:
Gambar 2.11 Kemasan produk 2.9
Material Requerement Planning
2.9.1 Pengertian Material Requerement Planning Material Requerement Planning (MRP) dapat didefinisikan sebagai suatu teknik atau set prosedur yang sistematis dalam penentuan kuantitas serta waktu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
dalam proses pengedalian kebutuhan bahan terhadap komponen-komponen permintaan yang saling bergantungan. (Dependent demand items). (Gaspersz, 1998). Sistem MRP merencanakan ukurn lot sehingga barang-barang tersebut tersedia pada saat dibutuhkan. Ukuran lot adalah kuantitas yang akan dipesan untukmemenuhi kebutuhan bahan baku perusahaan dengan kuantitas yang dapat meminimalkan biaya persediaan sehingga perusahaan akan memperoleh keuntungan. Sistem pengendalian dengan menggunakan metoda MRP memang lebih ang lain. Kebutuhan tak tergantung biasanya menunjukan pola yang continue tetapi berfluktuasi karena pengaruh acak dari pasar, seperti produk jadi dan suku cadang. Kebutuhan disebut tergantung (dependent demand) bila ada hubungan langsung antara suatu item dengan item-item yang lain (parent item) pada level yang lebih tinggi. Kebutuhan untuk item-item yang bersifat dependent merupakan hasil dari kebutuhan yang disebabkan oleh penggunaan item-item tersebut dalam memproduksi item yang lain, seperti dalam kasus dimana bahan baku dan komponen assembling yang digunakan dalam memproduksi produk jadi. Sebagai contoh: ada hubungan “tiga untuk satu” antara roda dan becak. Jadi, permintaan untuk produk akhir (becak) mungkin continue dan independent, tetapi permintaan untuk level yang lebih rendah, yaitu roda becak cenderung bersifat dependent. Dependent demand tidak terjadi secara acak, tetapi terjadi secara lumpy. Keadaan lumpy ini berasal dari penerapan jadwal produksi yang berdasarkan lot-lot. Meskipun item-item yang bersifat independent dibutuhkan secara continue, item-
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
item tersebut lebih ekonomis bila diproduksi secara lot. Sejumlah tertentu itemitem yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu lot produk jadi biasanya diambil dari persediaan sekaligus, dimana pengambilan lagi baru dilakukan lagi bila kita memproduksi lot yang lain. Lumpy demand dapat digambarkan sebagai pola yang tidak teratur dan tidak continue, dimana sejumlah besar permintaan dibutuhkan pada suatu waktu dan sedikit atau tidak sama sekali pada waktu yang lain. Sebagai gambaran untuk memperjelas arti lumpy demand, asumsikan perusahaan memproduksi pensil kayu yang dilengkapi karet penghapus. Bila tingkat persediaan pensil mencapai optimal menurut model EOQ, maka tingkat persediaan komponen karet penghapus tersebut adalah lumpy. Hal ini dikarenakan persediaan karet penghapus hanya dibutuhkan persis sebelum pensil kayu tersebut dirakit. 2.9.2 Tujuan MRP Suatu sistem MRP pada dasarnya bertujuan untuk merancang suatu sistem yang mampu menghasilkan informasi untuk mendukung aksi yang tepat baik berupa pembatalan pesanan, pesan ulang, atau penjadwalan ulang. Aksi ini sekaligus merupakan suatu pegangan untuk melakukan pembelian dan/ atau produksi. Tujuan dari perencanaan kebutuhan bahan baku adalah sebagai berikut: (Yamit, 1996). 1.
Menjamin tersedianya material, item, atau komponen pada saat dibutuhkan untuk memenuhi jadwal induk produksi dan menjamin tersedianya produk jadi bagi konsumen.
2.
Menjaga tingkat persediaan pada kondisi minimum.
3.
Merencanakan aktifitas pengiriman, dan aktifitas pembelian.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
2.9.3 Perbedaan Persediaan Tradisional dengan MRP Perkembangan komputer telah mengurangi peran manajemen tradisional, karena computer mampu menangani serta mengolah informasi dalam volume yang besar dengan kecepatan yang tinggi Pengaruh lebih jauh computer memungkinkan untuk menyeleksi, memperbaiki atau bahkan menghilangkan beberapa teknik tradisional yang sulit dipraktikan. Salah satu kesulitan dari teknik tradisional adalah menentukan tingkat persediaan optimal untuk komponen-komponen yang mempunyai sifat saling “bergantung”. Misalnya pada industri mobil, dimana jumlah dan macamnya banyak sekali dan kebutuhan satu tergantung pada kebutuhan yang lainnya. Jika teknik tradisional dipakai untuk menghitung persediaan tiap komponen tersebut, maka akan dijumpai usaha perhitungan yang berlebih dan hasilnya tidak optimal, karena sesungguhnya permintaan komponen yang satu tergantung dari komponen lainnya. Kesulitan-kesulitan yang biasa terjadi dalam pelaksanaan manajemen persediaan tradisional telah dapat diatasi dengan adanya sistem baru dengan bantuan komputer yang disebut sistem MRP. Sistem MRP mampu memperbaiki metoda perencanaan dan pengontrolan persediaan dengan memperhatikan hubungan dan sifat dari barang-barang persediaan, sehingga berbagai asumsi yang tidak realistis yang biasanya disertakan dalam metoda persediaan tradisional, dapat dihilangkan. Sebagai bahan perbandingan dapat dilihat perbedaan antara sistem persediaan tradisional dengan sitem MRP.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
Table 2.1 Perbedaan Persediaan Tradisional dan MRP No
PERSEDIAAN TRADISIONAL
MATERIAL REQUIREMENT PLANNING
1. Pesanan dilakukan jika persediaan mencapai titik pemesanan (reoder point) atau jika waktu pemesanan telah tiba. 2. Dipakai untuk kasus kebutuhan yang tidak bergantung yaitu apabila kebutuhan untuk suatu item bergantung terhadap kebutuhan item lainnnya. Sehingga perlu diawali peramalan untuk mengetahui kebutuhan per perioda. 3. Perhitungan jumlah yang harus dipesan (order size) dilakukan untuk setiap item, dihitung atas dasar peramalan kebutuhan selama waktu ancang. Jadi aksi merupakan antisipasi yang akan dating sebagai kompensasi terhadap kesalahan peramalan selalu disediakan persediaan pengaman untuk setiap item. 4. Besar pesanan (order size) dihitung atas dasar pengdekatan matematis dengan beberapa asumsi dan dapat dihitung jika biaya simpan, biaya per unit, biaya pesan, biaya angkut dan kebutuhan per tahun diketahui. 5. Diasumsikan bahwa kebutuhan bersifat kontinu dan perubahan ukuran lot tidak terlampau drastis perhatian dicurahkan untuk mengetahui besarnya ukuran lot tersebut.
Perencanaan untuk menentukan kebutuhan bersih (net requirement) selalu diulang untuk memenuhi jadwal induk produksi atau keadaan persediaan. Dipakai untuk kasus kebutuhan yang bergantungan, yaitu apabila kebutuhan suatu item tidak tergantung atau dapat dihitung dari kebutuhan item lainnya. Kebergantungan ini bias vertical (perakitan) atau horisontal (bahan pelengkap). Jumlah pesanan dihitung dengan mengalokasikan harga-harga persediaan yang ada (on hand) terhadap kebutuhan kotor (gross requirement) dan mengevaluasi kembali validitas dari waktu dan kedatangan pesanan yang sedang dilakukan. Besar dan lokasi persediaan pengaman masih perlu diselidiki Besar pesanan sesuai dengan kebutuhan satu atau beberapa perioda perencanaan, didasarkan atas jadwal induk produksi, struktur produk dan status persediaan (on hand dan on order inventory) Bias dipakai untuk situasi dimana kebutuhkan bersifat deterministic. Perhatian dicurahkan mengetahui ukuran lot dan saat kebutuhan harus dipenuhi (besar dan waktu)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
2.9.4 Mekanisme MRP MRP merupakan yang dinamik, yang artinya bahwa rencana yang dibuat perlu disesuaikan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Kemampuan untuk melakukan penyeseuaian ini tegantung kepada kemampuan manajemen dan system informasi yang ada. Secara skematis Mekanisme MRP tersebut dapat dilihat pada berikut. Masukan MRP - JIP - Struktur Produk - Status Persediaan Ya Ada perubahan
Netting
Tidak Perhitungan bersih (dumlai dari level 0) B A C Exploding
D
Ulangi Untuk level berikutnya
Lotting Penentuan Besarnya ukuran Lot (Ukuran pemesanan)
Tidak Netting Pelaksanaan MRP
Ya Level Terakhir
Perhitungan bersih (dumlai dari level 0)
Gambar 2.12 Mekanisme MRP Dari skema tersebut terlihat bahwa ada 4 langkah dasar yang harus diterapkan satu per satu pada periode perencanaan dan pada setiap item penyusunan MRP, yaitu: 1.
Netting (Perhitungan Kebutuhan Bersih) Kebutuhan Bersih (NR) dihitung sebagai nilai dari Kebutuhan Kotor (GR)
minus Jumlah yang diterima Penerimaan (SR) minus Persediaan Ditangan (OH) Kebutuhan Bersih dianggap nol bila NR lebih kecil dari atau sama dengan nol. NR=GR-SR-OH POH : Planned On Hand , yaitu persediaan yang siap digunakan POH =On Hand–Safety Stock– Allocated–Scrap
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
OH : On Hand, total persediaan ditangan SS : Safety Stock, persediaan pengaman Ditentukan berdasarkan fluktuasi demand (σ), distribusi demand (Z) dan leadtime (LT).
2.
√
Lotting (Penentuan Ukuran Lot) Langkah ini bertujuan menentukan besarnya pesanan individu yang
optimal berdasarkan hasil dari perhitungan kebutuhan bersih. Langkah ini ditentukan berdasarkan teknik lotting/lotsizing yang tepat. Parameter yang digunakan biasanya adalah biaya simpan dan biaya pesan. Metoda yang umum dipakai dalam prakteknya adalah Lot- for Lot (L-4-L). 3.
Offsetting Offsetting adalah suatu proses penentuan saat atau periode dilakukannya
pemesanan sehingga kebutuhan bersih (Rt) dapat dipenuhi. Dengan perkataan lain Offsetting bertujuan untuk menentukan kapan kuantitas pesanan yang dihasilkan proses lotting harus dilakukan. Penentuan rencana saat kebutuhan bersih (Rt) harus tersedia dengan waktu persiapan (Lead Time). 4.
Exploding Langkah ini merupakan kunci keseluruhan MRP. Exploding merupakan
proyeksi pesanan kebutuhan dari tingkat yang lebih tinggi dalam struktur produk berdasarkan rencana pemesanan. Prosedur ini secara berulang dilakukan dari level yang paling tinggi ke level yang paling rendah. Proses perencanaan kebutuhan selesai ketika semua daftar kebutuhan item yang sudah dipesan telah ada (purchasing).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
2.9.5 Output MRP Output MRP sekaligus juga mencerminkan kemampuan dan ciri dari MRP, yaitu:
Planned Order Schedule (Jadwal Pesanan Terencana) adalah penentuan jumlah kebutuhan material serta waktu pemesanannya untuk masa yang akan datang.
Order Release Report (Laporan Pengeluaran Pesanan) berguna bagi pembeli yang akan digunakan untuk bernegoisasi dengan pemasok dan berguna juga bagi manajer manufaktur yang akan digunakan untuk mengontrol proses produksi.
Changes to Planning Orders (Perubahan terhadap pesanan yang telah direncanakan) yang merefleksikan pembatalan pesanan, pengurangan pesanan dan pengubahan jumlah pesanan.
Performance
Report
(Laporan
Penampilan),
suatu
tampilan
yang
menunjukkan sejauh mana sistem bekerja, kaitannya dengan kekosongan stok dan ukuran yang lain. 2.9.6 Teknik Lot Sizing Proses penentuan besarnya ukuran jumlah pesanan yang optimal untuk sebuah item, berdasarkan kebutuhan bersih yang dihasilkan dari masing-masing periode horison perencanaan dalam MRP (material requirement Planning). Didalam ukuran lot ini ada beberapa pendekatan yaitu: 1. Menyeimbangkan ongkos pesan (set up cost) dan ongkos simpan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
Biaya pemesanan (order cost) adalah biaya yang dikaitkan dengan usaha untuk mendapatkan bahan atau bahan dari luar. Biaya pemesanan dapat berupa biaya penulisan pemesanan, biaya proses pemesanan, biaya materai atau perangko, biaya faktur, biaya pengetesan, biaya pengawasan, dan biaya transportasi. Sifat biaya pemesanan ini adalah semakin besar frekuensi pembelian semakin besar biaya pemesanan.
Biaya Penyimpanan adalah komponen utama dari biaya simpan (carrying cost) yang terdiri dari:
Biaya Modal, meliputi: biaya yang diinvestasikan dalam persediaan, gedung, dan peralatan yang diperlukan untuk mengadakan dan memelihara persediaan.
Biaya Simpan, meliputi: biaya sewa gudang, perawatan dan perbaikan bangunan, listrik, gaji, personel keamanan, pajak atas persediaan, pajak dan asuransi peralatan, biaya penyusutan dan perbaikan peralatan. Biaya tersebut ada bersifat tetap (fixed), variabel, maupun semi fixed atau semi variabel.
2. Menggunakan konsep jumlah pesanan tetap. 3. Dengan jumlah periode pemesanan tetap. Terdapat beberapa Alternatif teknik yang digunakan dalam menentukan ukuran Lot. adalah sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
Lot for Lot (LFL) Pendekatan menggunakan konsep atas dasar pesanan diskrit dengan
pertimbangan minimasi dari ongkos simpan, jumlah yang dipesan sama dengan jumlah yang dibutuhkan contoh: Untuk menjelaskan teknik-teknik lot sizing, lihat MRP Chart di bawah, yang menunjukkan Gross Requirement (GR) selama 10 minggu Diketahui: Biaya simpan: $2/unit/minggu Biaya set-up (pesan) : $200 Lead Time: 1 minggu Tabel 2.2 Penetapan Ukuran Lot Dengan Metoda Lot for Lot Periode GR On Hand POR
0 35
1 35 0
2 30
3 40
4 0
5 10
6 40
7 30
8 0
9 30
10 55
Economic Order Quantity (EOQ) Pendekatan menggunakan konsep minimasi ongkos simpan dan ongkos
pesan. Ukuran lot tetap berdasarkan hitungan minimasi tersebut contoh: Rata-rata demand per minggu= 27 unit, maka EOQ:
√
√
Tabel 2.3 Penetapan Ukuran Lot dengan Metoda EOQ Periode GR On Hand POR
0 35
1 35 0 74
2 30 44
3 40 4
4 0 4 74
5 10 4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6 40 68 74
7 30 28
8 0 72
9 30 42 74
10 55 61
41
Fixed Order Quantity (FOQ) FOQ adalah system persediaan probalistik yang variable keputusan
menggunakan Q (menotasikan kuantitas) pesanan tetap yang optimal. Kriteria optimal adalah total biaya persediaan yang minimal (Boroto,2002). Tujuan persediaan dengan metoda ini adalah untuk menentukan jumlah pesanan yang paling optimal dengan biaya yang minimal dan titik pemesanan kembali (reorder point). Prinsip FOQ atau pengendalian persediaan system q adalah pemesanan dilakukan pada saat mencapai batas titik pemesanan (reoder point). Jumlah masing-masing unit produk yang dipesan sudah tetap. Namun pemesanannya dapat berbeda waktunya (kapan reoder point dapat tercapai). Jumlah persediaan yang menjadi kebutuhan selama waktu ancang-ancang dengan memperhitungkan kebutuhan yang brfluktuasi selama waktu ancang-ancang tersebut. Dapat dikatakan safety stock dalam FOQ system, diperlukan untuk mengatasi adanya fluktuasi demand selama lead time safety stock untuk demand probabilistic dengan stockout case lost sales dimana demand yang tidak dapat dipenuhi akan dianggap hilang.
Period order quantity (POQ) Teknik Period order quantity (POQ) disebut juga teknik time cycle.
Teknik POQ ini digunakan untuk menentukan interval waktu order, keunyungan menggunakan
POQ dapat menghasilkan lot size order yang berbeda dalam
memenuhi net requirement. Teknik POQ ini akan lebih baik kemampuannya jika digunakan pada saat biaya setup tiap tahun sama tetapi biaya carryingnya lebih rendah. Penghitungan metoda ini hampir mirip dengan metoda EOQ akan tetapi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
perbedaan pada metoda ini dalam POR memiliki interval pemesanan seperti dibawah ini. Metoda Period Order Quantity menggunakan rumus :
Tabel 2.4 Penetapan Ukuran Lot dengan Metoda POQ Periode
0
GR On Hand POR
35
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
35
30
40
0
10
40
30
0
30
55
0
44
4
4
4
68
28
72
42
61
74
74
74
74
74
74
74
74
74
74
Gross requirements adalah total dari semua kebutuhan, termasuk kebutuhan yang diantisipasi yang telah ditentukan pada saat penjadwalan produksi.
Projected on-Hand adalah perkiraan persediaan yang ada ditangan pada suatu periode. Apabila tidak terdapat net requirement dan planned order receipts pada periode tersebut, maka besarnya projected on-hand pada suatu periode tersebut adalah projected on-hand periode sebelumnya dikurangi gross requirement periode tersenut. Sedangkan apabila terdapat net requirement dan planned order receipts pada periode tersebut, maka projected on-hand untuk suatu periode adalah sebesar planned order receipts periode tersebut ditambah project on-hand periode sebelumnya dikurangi gross requirement periode tersebut.
Net requirement adalah kebutuhan bahan baku yang tidak dapat lagi dipenuhi oleh persediaan perusahaan. Apabila projected on-hand lebih besar dari gross requirement, maka tidak terdapat net requirement untuk periode tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
Tetapi, jika projected on-hand kebih kecil dari gross requirement, maka net requirement adalah gross requirement dikurangi dengan jumlah projected onhand ditambah safety stock.
Planned order release adalah besar pesanan yang direncanakan akan dipesan pada suatu periode dengan harapan akan diterima oleh perusahaan pada saat yang tepat. Pesanan diasumsikan akan diterima ketika barang terakhir meninggalkan persediaan dan tingkat persediaan diisi dengan barang yang dipesan. Planned order release besarnya sama dengan planned order receipts, hanya saja periode pelaksanaannya adalah sebesar waktu sebelum rencana penerimaan pesanan, ditentukan berdasarkan lead time, (gaszper, 2002).
Planned order receipts adalah besar pesanan yang direncanakan akan diterima untuk suatu periode tertentu. Besarnya planned order receipts ditentukan berdasarkan teknik penentuan lot yang digunakan, atau lot sizing.
Pada penulisan tabel dibawah ini merupakan beberapa jurnal penelitian nasional dan internasional yang berhubungan dengan material requirement planning dan pengadaan bahan baku.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel 2.5 Penelitian Terdahulu (Jurnal) No
1
Judul Jurnal
PENERAPAN METODE MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) DI PT. BOKORMAS MOJOKERTO
OPTIMIZED MATERIAL REQUIREMENT PLANNING FOR SEMICONDUCTOR MANUFACTURING
2
3
4
5
MATERIAL REQUIREMEMNT PLANNING FOR AUTOMOBILE SERVICE PLANT A PROJECT SCHEDULING APPROACH TO PRODUCTION AND MATERIAL REQUIREMENT PLANNING IN MANUFACTURING TO ORDER ENVIRONMENTS A SIMULATION METHOD FOR MATERIAL REQUIREMENT PLANNING SUPPLY DEPENDENT DEMAND AND UNCERTAINTY LEAD TIME
Pengarang
Tujuan untuk mengetahui gambaran perencanaan dan pengendalian bahan baku PT. Bokormas Mojokerto serta untuk mengetahui tingkat Agus Surianto biaya produksi yang bisa dihemat dengan menerapkan MRP dalam merencanakan dan mengendalikan ketersediaan bahan baku proses produksi PT. Bokormas Mojokerto. RJ Milne1, C-T Wang, C-KA Yen Karya ini bertujuan menerangkan algoritma and K Fordyce penelitian operasional khusus, yang menjalankan pengunjung oleh IBM untuk membuat rencana untuk kebutuhan bahan semiconductor Fasilitas Fabrikasi Di Vermont, USA. Untuk proses manufaktur alternatif model dan penggantian bagian, Dinesh E. D, Arun A. P & Pranav R Arianna Alfieri, Tullio Tolio, Marcello Urgo
mengurangi idle time, biaya material dan pengadaan bahan baku yang tepat penggunaan agregat planning dalam pembantu material planning
Ahmad Makui, Haibatolah sadeghi, penggunaan Period Order Quantity Mehdi Heydari
Pendekatan
Kesimpulan
Dari hasil analisi metode Material Requirement Planning (MRP) diketahui bahwa perusahaan dapat Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku, Material melakukan penghematan biaya persediaan karena Requirement Planning (MRP), Biaya Persediaan Bahan Baku, persediaan bahan baku yang rendah, namun proses Efisiensi produksi tetap berjalan lancar tanpa terganggu. Perusahaan dapat material requirements planning (MRP), linear programming
Hasil menunjukkan peluang untuk perbaikan memenuhi semua tuntutan pada waktunya. Output dapat ditafsirkan dengan MRP terkenal asumsi-asumsi.
Material Requirement Planning, priority planning, Inventory, Automobile, procuring. Production planning · Aggregate planning · Material requirement planning
MPS dan bill Of Material indikasi permintaan material dan penjadwlan pesanan panjang dan pendek metoda production planning yang ada cocok untuk produksi dengan kapasitas sumber daya dan dapat digunakan sebagai dasar untuk pengadaan bahan baku MRP menggunakan metoda untuk production planning dan scheduling
Lead Time, Period Order Quantity
44 http://digilib.mercubuana.ac.id/