BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 1. Tidur a. Definisi Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun bahkan hilang, dan dapat dibangunkan dengan rangsangan yang cukup. Tujuan seseorang tidur tidak jelas diketahui, namun diyakini tidur diperlukan untuk menjaga keseimbangan mental emosional, fisiologis, dan kesehatan (Asmadi, 2008). Tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai (Guyton, 1986), atau juga dapat dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya aktifitas yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis, dan terjadi penurunan respons terhadap rangsangan dari luar (Hidayat, 2006). Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar setiap organisme untuk menjaga kondisi tubuh, tidur juga merupakan suatu proses dimana tubuh yang semula bekerja penuh akan turun saat tidur dan di saat tidur tersebut
tubuh akan merilekskan organ tubuh
dan
memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak secara maksimal, dan juga membantu merileksasi kerja otak.
b. Fisiologi tidur Tidur adalah proses fisiologis yang bersiklus yang bergantian dengan priode yang lama dari keterjagaan. Siklus tidur terjaga mempengaruhi dan mengatur fungsi fisiologis dan respon prilaku. Dua sistem didalam batang otak, sistem pengaktifasi retikulum dan daerah sinkronisasi bulbar diyakini bekerja bersama mengontrol sifat siklus pada tidur formasi retikulum ditemukan dibatang otak, ini membentang keatas sampai ke medula, pons, otot tengah dan kemudian ke hipotalamus, ini bisa terjadi banyak sel saraf dan serabut saraf mempunyai hubungan yang melalui impul kedalam korteks serebral dan kedalam medula spinalis. Formasi retikulum membantu reflek dan gerakan voliunter maupun aktifitas kortek yang berkaitan dengan keadaan sadar penuh selama tidur, sistem reticulum mengalami beberapa setimulasi dari korteks serebral dan dari sel dan organ sensori tepi. Sebagai contoh : ketika alam membangunkan kita dari tidur keadaan sadar apabila menyadari bahwa harus mempersiapkan diri kita untuk hari ini. Sensasi nyeri, tekanan dan suara menimbulkan keadaan terbangun melalui sel dan organ tepi, keadaan terbangun di aktifasi oleh korteks serebral dan sensasi tubuh selama tidur stimulasi dari korteks adalah minimal (Potter & Perry, 2006).
c. Tahapan Siklus Tidur Menurut (Asmadi, 2008), tahapan tidur dapat diklasifikasikan dalam dua kategori yaitu tidur dengan gerakan bola mata yang lambat Non-Rapid Eye Movement (NREM), dan tidur dengan gerakan bola mata yang cepat Rapid Eye Movement (REM). 1) Tidur Non-REM Tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam. Pada tidur NREM gelombang otak lebih lambat dibandingkan pada orang yang sadar atau tidak tidur.
Tanda-tanda tidur NREM antara lain: mimpi berkurang, tekanan darah turun, frekuensi pernafasan menurun, proses metabolisme menurun, dan gerakan bola mata melambat. Tidur NREM memiliki empat tahap diantaranya: a) Tahap I Tahap I merupakan tahap transisi dimana seseorang beralih dari sadar menjadi tidur. Pada tahap I ini ditandai dengan sesorang merasa rileks, seluruh otot menjadi lemas, kelopak mata menutup mata, kedua bola mata bergerak ke kiri ke kanan, kecepatan jantung dan pernapasan menurun secara jelas. Seseorang yang tidur pada tahap I ini dapat dibangunkan dengan mudah. b) Tahap II Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Tahap II ini ditandai dengan kedua bola mata berhenti bergerak, suhu tubuh menurun, tonus otot perlahan-lahan berkurang, serta kecepatan jantung dan pernapasan turun dengan jelas. Tahap II ini berlangsung sekitar 10-15 menit. c) Tahap III Pada tahap ini, keadaan fisik lemah karena kekuatan tonus otot lenyap secara menyeluruh. Kecepatan jantung, pernapasan, dan proses tubuh pun ikut mengalami penurunan akibat dominasi sistim saraf parasimpatis. Sesorang yang tidur pada tahap III ini sulit untuk dibangunkan. d) Tahap IV Tahap IV merupakan tahap tidur dimana seseorang berada dalam keadaan rileks, jarang bergerak karena keadaan fisik yang sudah lemah lunglai, dan sulit dibangunkan. Denyut jantung dan pernapasan menurun
sekitar 20-30%, pada tahap ini dapat terjadi mimpi, selain itu tahap IV ini juga dapat memulihkan keadaan tubuh. Selama tidur malam sekitar 7-8 jam, seseorang mengalami REM dan NREM bergantian sekitar 4-6 kali. Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur NREM, maka akan menunjukan gejala-gejala sebai berikut: (a) Menarik diri, apatis, dan respon menurun. (b) Merasa tidak enak badan. (c) Ekpresi wajah kuyu. (d) Malas bicara. (e) Kantuk yang berlebihan.
2) Tidur REM Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradoksal. Hal tersebut berarti tidur REM ini sifatnya nyenyak sekali, tidur REM ditandai dengan mimpi, otot-otot kendor, tekanan darah bertambah, gerakan mata cepat (mata cenderung bergerak bolak-balik), sekresi lambung meningkat, gerakan otot tidak teratur, kecepatan jantung dan pernafasan teratur sering lebih cepat, serta suhu dan metabolisme meningkat. Apabila seorang mengalami kehilangan tidur REM, maka akan menunjukan gejala-gejala sebagai berikut: a) Cenderung hiperaktif. b) Kurang dapat mengendalikan diri dan emosi (emosinya labil). c) Nafsu makan bertambah. d) Bingung dan curiga.
Sedangkan apabila seseorang kehilangan tidur keduanya, maka akan menunjukan manifestasi sebagai berikut: a) Kemampuan memberikan keputusan atau pertimbangan menurun. b) Tidak mampu untuk konsentrasi (kurang perhatian). c) Terlihat tanda-tanda keletihan seperti penglihatan kabur, mual, dan pusing. d) Sulit melakukan aktifitas sehari-hari. e) Daya ingat berkurang, bingung, timbul halusinasi, dan ilusi penglihatan atau pendengaran. Perubahan tahap ke tahap cenderung beriringan dengan pergerakan tubuh dan pergerakan untuk tidur yang dangkal cenderung terjadi tiba-tiba, dengan perpindahan untuk tidur yang nyenyak cenderung bertahap.
d. Fungsi Tidur Kegunaan tidur masih belum jelas diketahui (Hodgson, 1991), tidur juga dipercaya dapat mengkontribusi pemulihan fisiologis dan psikologis manusia (Oswald, 1984). Menurut teori, tidur adalah waktu perbaikan dan persiapan untuk priode terjaga berikutnya. Selama tidur NREM, fungsi biologis menurun (Potter & Perry, 2006). Tidur merupakan salah satu kebutuhan untuk memperbaiki proses biologis secara rutin. Selama tidur gelombang rendah yang dalam (NREM tahap IV), tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan khusus seperti sel otak (Horne, 1983; mandleson, 1987; Born, Muth & Fehm, 1988; dalam Potter & Perry, 2006).
Menurut Kelly (2005) mengatakan bahwa manfaat tidur sering diremehkan. Tidur nyenyak sangat penting dalam hal menjaga tingkat energi untuk lingkaran kesibukan di kantor, di rumah, bahkan aktifitas di waktu luang. Dengan tidur juga dapat memacu pertumbuhan badan, merangsang pembentukan jaringan, mempercepat penyembuhan dan dapat menurunkan jumlah kolesterol di dalam darah sebab selama tidur REM berlangsung banyak hormon adrenalin yang dilepas secara bergelombang atau gelombang demi gelombang di dalam aliran darah yang akan memberikan efek menyegarkan (Diahwati, 2001).
e. Pola tidur normal Menurut Hidayat (2008), kebutuhan tidur pada manusia bergantung pada tingkat perkembangan individu itu sendiri.
Tabel 2.1 kebutuhan tidur manusia berdasarkan usia dan tingkat perkembangan. Umur
Tingkat perkembangan
0-1 bulan 1-18 bulan 18 bulan – 3 tahun 3-6 tahun 6-12 tahun 12-18 tahun 18-40 tahun 40-60 tahun 60 tahun keatas
Bayi baru lahir Masa bayi Masa anak Masa prasekolah Masa sekolah Masa remaja Masa dewasa Masa muda paruh baya Masa dewasa tua
Jumlah kebutuhan tidur 14-18 jam/hari 12-14 jam/hari 11-12 jam/hari 11 jam/hari 10 jam/hari 8,5 jam/hari 7-8 jam/hari 7 jam/hari 6 jam/hari
Menurut Lanywati (2001), secara umum pola tidur normal diawali dengan tahap mengantuk, yaitu suatu keadaan saat hubungan antara kesadaran dengan lingkungan berkurang. Jika proses tidur berlanjut, maka kesadaran semakin berkurang dan timbulah suatu tahap yang sering disebut sebagai tahap tidur ayam. Tahap berikutnya merupakan tahap yang terakhir, yaitu tahap tidur nyenyak.
1) Pola tidur biasa Pola tidur biasa juga sering disebut sebagai tidur Non-REM (Non-Rapid Eye Morement). Pada keadaan ini, sebagian besar organ tubuh secara berangsur-angsur menjadi kurang aktif, pernafasan teratur, kecepatan denyut jantung berkurang, tonus otot mulai berelaksasi, mata dan muka diam tanpa gerak. Fase Non-REM berlangsing kurang lebih 1 jam, pada fase ini biasanya orang masih dapat mendengar suara di sekitarnya. 2) Pola tidur paradoksal Pola tidur paradoksal disebut juga sebagai tidur REM (Rapid Eye Morement). Pada fase ini, akan terjadi gerakangerakan mata secara cepat, denyut jantung dan pernafasan yang naik turun, sedangkan otot-otot mengalami pengendoran (relaksasi total). Fase tidur REM (fase tidur nyenyak) berlangsung selama kurang lebih 20 menit. Pada fase ini, sering
timbul
mimpi-mimpi,
mengigau,
atau
bahkan
mendengkur. Dalam tidur malam yang berlangsung selama 6-8 jam, kedua pola tidur tersebut (REM dan Non-REM) terjadi secara bergantian sebanyak 4-6 siklus.
f. Kualitas Tidur Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk (Hidayat, 2006). Kualitas tidur adalah pengalaman subyektif. Hanya klien yang dapat melaporkan apakah tidurnya cukup dan nyenyak atau tidak. Apabila klien merasa puas dengan kuantitas dan kualitas tidur yang dialaminya, hal tersebut dapat dianggap normal (Closs,
1988). Apabila klien mengaku, atau perawat mencurigai adanya masalah tidur, diperlukan riwayat yang lebih rinci (Potter & Perry, 2006). Kualitas tidur menunjukan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah istirahat yang sesuai kebutuhanya (Hidayat, 2008). Selain itu, menurut Hidayat (2006), kualitas tidur seseorang dikatakan baik apabila tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya. Tanda-tanda kekurangan tidur dapat dibagi menjadi tanda fisik dan tanda psikologis. 1) Tanda fisik Ekspresi wajah (area gelap di sekitar mata, bengkak di kelopak mata, konjungtiva kemerahan dan mata terlihat cekung), kantuk yang berlebihan (sering menguap), tidak mampu untuk berkonsentrasi (kurang perhatian), terlihat tandatanda keletihan seperti penglihatan kabur, mual dan pusing. 2) Tanda psikologis Menarik diri, apatis dan respons menurun, merasa tidak enak badan, malas berbicara, daya ingat berkurang, bingung, timbul halusinasi, dan ilusi penglihatan atau pendengaran, kemampuan
memberikan
pertimbangan
atau
keputusan
menurun.
g. Gangguan tidur Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak di obati, secara umum akan menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah satu dari ketiga masalah berikut: insomnia; gerakan atau sensasi abnormal dikala tidur atau ketidak terjagaan ditengah malam; atau rasa mengantuk yang berlebihan di siang hari (Naylor & Aldrich, 1994; Potter & Perry, 2006).
Menurut Tarwoto & Wartonah (2010) Gangguan pada tidur seseorang diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Insomnia Insomnia adalah ketidak mampuan memperoleh secara cukup kualitas dan kuantitas tidur. Ada 3 macam insomnia yaitu Initial Insomnia adalah ketidakmampuan untuk tidur tidak ada, Intermiten Insomnia merupakan ketidakmampuan untuk tetap mempertahankan tidur sebab terbangun, dan Terminal Insomnia adalah bangun lebih awal tapi tidak pernah tertidur kembali. Penyebab insomnia adalah ketidakmampuan fisik, kecemasan, dan kebiasaan minum alkohol dalam jumlah banyak. 2) Hipersomnia Berlebihan jam tidur pada malam hari, lebih dari 9 jam, biasanya disebabkan oleh depresi, kerusakan saraf tepi, beberapa penyakit ginjal, liver, dan metabolisme. 3) Parasomnia Merupakan sekumpulan penyakit yang menggangu tidur anak seperti samnabolisme (tidur sambil berjalan). 4) Narcolepsy Suatu keadaan atau kondisi yang ditandai oleh keinginan yang tidak terkendali untuk tidur. Gelombang otak penderita pada saat tidur sama dengan orang yang sedang tidur normal, juga tidak terdapat gas darah atau endokrtin. 5) Apnoe tidur dan mendengkur Mendengkur bukan dianggap sebagai ganguan tidur, namun bila disertai apnoe maka bisa menjadi masalah. Mendengkur disebabkan oleh adanya rintangan pengeluaran udara di hidung dan mulut, misalnya amandel, adenoid, otot-otot di belakang mulut mengendor dan bergetar. Periode apnoe berlangsung selama 10 detik sampai 3 menit.
6) Mengigau Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur REM.
h. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tidur Menurut Asmadi (2008), kualitas tidur yang diperoleh senantiasa dipengaruhi oleh banyak faktor dan kebutuhan tidur setiap orang berbeda-beda. Berikut faktor-faktor yang bisa mempengaruhi tidur antaralain: 1) Status kesehatan Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan ia dapat tidur dengan nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka kebutuhan istirahat dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik sehingga ia tidak dapat tidur dengan nyenyak. Misalnya, pada pasien yang menderita gangguan pada sistim pernapasan. Dalam kondisinya yang sesak nafas, maka seseorang tidak mungkin dapat istirahat dan tidur. 2) Lingkungan Lingkungan seseorang untuk
dapat
meningkatkan
atau
tidur. Pada lingkungan
menghalangi yang tenang
memungkinkan seseorang dapat tidur dengan nyenyak. Sebaliknya
lingkungan
yang
bising
dan
gaduh
akan
menyebabkan seseorang sulit untuk tidur. 3) Stres psikologis Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekwensi tidur. Hal ini disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan norepinefrin darah melalui sistim saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM. 4) Diet Makanan yang banyak mengandung L-Triptofan seperti keju, susu, daging, dan ikan tuna dapat menyebabkan
seseorang
mudah
tidur.
Sebaliknya,
minuman
yang
mengandung kafein maupun alkohol akan mengganggu tidur. 5) Gaya hidup Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Kelelahan tingkat menengah orang dapat tidur dengan nyenyak, sedangkan pada kelelahan yang berlebihan akan menyebabkan periode tidur REM lebih pendek. 6) Obat-obatan Obat-obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek menyebabkan tidur, ada pula yang sebaliknya menggangu tidur. Misalnya, obat golongan amfetamin akan menurunkan kualitas tidur REM.
2. Stres Psikologi a. Definisi Stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan)’’ (Hawari, 2001). Secara umum stres adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi. Menurut vincent cornelli, sebagaimana dikutip oleh (grant brecht, 2000) bahwa yang dimaksut stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan individu di dalam lingkungan tersebut (Sunaryo, 2004). Secara harfiah psikologi umumnya dimengerti sebagai “ilmu jiwa”. Pengertian ini didasarkan pada terjemahan kata Yunani: psyche dan logos. Psyhe nerarti “jiwa” atau “nyawa” atau “alat untuk berfikir”. Logos berarti “ilmu” atau “yang mempelajari tentang”. Dengan demikian, psikologi diterjemahkan ilmu yang mempelajari jiwa (Irwanto, 2002).
Kecemasan tentang masalah pribadi atau stuasi dapat mengganggu tidur. Stres emosional menyebabkan seseorang menjadi tenang dan seringkali mengarah frustasi apabila tidak tidur. Sters juga menyebabkan seseorang mencoba terlalu keras untuk tertidur, sering terbangun selama siklus tidur, atau terlalu banyak tidur. Stres yang berlanjut dapat menyebabkan kebiasaan tidur yang buruk (Potter & Perry, 2006).
b. Penyebab stres Apabila ditinjau dari penyebab stres, menurut Kusmiati dan Desminiarti (1990 dalam Sunaryo, 2004) dapat digolongkan sebagai berikut: 1) Stres fisik Stres yang disebabkan karena keadaan fisik seperti karena temperatur yang tinggi atau yang sangat rendah, suara yang bising, sinar matahari, atau tersengat arus listrik. 2) Stres kimiawi Stress ini disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun, gas, prinsipnya karena senyawa kimia. 3) Stres mikrobiologik Stres ini disebabkan karena kuman seperti adanya virus, bakteri atau parasite. 4) Stres fisiologik Stres yang disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh, diantaranya gangguan struktur tubuh, fungsi organ, jaringan dan lain-lain. 5) Stres proses pertumbuhan dan perkembangan Stres yang disebabkan karena proses pertumbuhan dan perkembangan seperti pada masa bayi hingga tua.
6) Stres psikis atau emosional Stres yang disebabkan karena gangguan situasi psikologis atau ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri seperti hubungan interpersonal, social budaya, atau factor keagamaan.
c. Tanda gejala stres Kemampuan seseorang berbeda-beda dalam menghadapi stres. Dari sisi jenis kelamin misalnya, wanita cenderung memiliki level kortisol yang tinggi dalam aliran darahnya ketimbang pria. Seseorang yang bersifat sensitif dan cenderung sering mengalami stres sejak usia dini juga mudah sekali bereaksi menurunkan fungsi tubuhnya terhadap hal-hal sepele sekalipun. Itu sebabnya kita perlu mengetahui tanda-tanda dan gejala stres yang harus di kenali sebagai berikut (Pangkalan Ide, 2008).
Tabel 2.2 : tanda dan gejala stres. Fisik Sakit kepala Gigi gemeretak Tenggorokan tegang dan kering Rahang mengejang Nyeri dada Sesak napas Jantung berdebardebar Tekanan darah tinggi Nyeri otot Gangguan pencernaan Sembelit/diare Keringatan Tangan dingin, berkeringat Cepat lelah Insomnia Sering sakit
Psikologis Cemas Mudah jengkel Merasa terancam bahaya atau akan mati Banyak yang dipikirkan Merasa tak berdaya Merasa apatis Merasa tidak berguna Merasa buta orientasi Merasa tidak aman Sedih Defensif Pemarah Hipersensitif Apatis
Sikap makan terus/tidak nafsu makan tidak sabar suka berdebat suka menunda-nunda konsumsi alkohol atau obat terlarang meningkat merokok secara berlebihan menarik diri dan mengurung diri menghindari atau mengabaikan tanggung jawab hasil kerjanya buruk tidak bersemangat mengabaikan kebersihan diri berubah dalam kegiatan agama hubungan dengan keluarga dan teman berubah
d. Tingkat stres Menurut Rasmun (2004), stres dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu stres ringan, sedang dan berat. 1) Stres ringan Stres ringan adalah stres yang tidak merusak aspek fisiologis dari seseorang. Stres ringan umumnya dirasakan oleh setiap orang misalnya lupa, ketiduran, dikritik, dan kemacetan. Stres ringan biasanya hanya terjadi dalam beberapa menit atau beberapa jam. Situasi ini tidak akan menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi terus menerus. 2) Stres sedang Stres sedang terjadi lebih lama, dari beberapa jam hingga beberapa hari. Contoh dari stresor yang menimbulkan stres sedang adalah kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang berlebihan, mengharapkan pekerjaan baru, dan anggota keluarga yang pergi dalam waktu yang lama. 3) Stres berat Stres berat adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa tahun. Contoh dari stresor yang dapat menimbulkan stres berat adalah hubungan suami istri yang tidak harmonis, kesulitan finansial, dan penyakit fisik yang lama.
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat stres Menurut Sunaryo (2004), setiap individu akan mendapat efek stres yang berbeda-beda. Hal ini bergantung pada beberapa faktor, yaitu faktor biologis dan faktor psikoedukatif: 1) Faktor biologis: herediter, konstitusi tubuh, kondisi fisik, neurofsiologik, dan neurohormonal.
2) Faktor psikoedukatif/sosiokultural: perkembangan kepribadian, pengalaman dan kondisi lain yang mempengaruhi.
f. Tahapan stres Menurut Amberg (1979), sebagaimana dikemukakan oleh Hawari (2001, dalam Sunaryo, 2004) bahwa tahapan stress sebagai berikut: 1) Stres tahap pertama Merupakan tahap yang paling ringan, yang disertai perasaan nafsu bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam. 2) Stres tahap kedua Pada tahap ini seseorang merasa letih sewaktu bangun pagi, terasa lelah setelah makan siang, cepat lelh menjelang sore, sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman, denyut jantung berdebar-debar lebih dari biasanya, otot-otot punggung dan tengkuk semakin tegang dan tidak bias santai. 3) Stres tahap ketiga Seseorang mengalami gangguan lambung dan usus seperti keluhan gastritis, buang air besar tidak teratur, gangguan pola tidur seperti sulit untuk tidur kembali, tenaga seperti tidak ada, perasaan tidak tenang, ketegangan otot semakin terasa. 4) Stres tahap keempat Pada tahap ini seseorang akan merasa pekerjaan yang menyenagkan
menjadi
membosankan,
tidak
mampu
melaksanakan tugas sehari-hari, kemampuan mengingat dan konsentrasi menurun karena adanya perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak diketahui penyebabnya, gangguan pola tidur.
5) Stres tahap kelima Ditandai adanya kelelahan fisik secara mendalam, tidak mampu menyelesaikan pekerjaan yang ringan dan sederhana, gangguan pada system pencernaan semakin berat dan perasaan ketakutan dan kecemasan semakin meningkat. 6) Stres tahap keenam Tahap ini merupakan puncak dan seseorang mengalami panik dan perasaan takut mati dengan ditemukan gejala seperti detak jantung semakin keras, susah bernafas, terasa gemetar seluruh tubuh dan berkeringat, kemungkinan terjadi kolaps atau pingsan.
g. Pengukuran tingkat stres Tingkat stres adalah hasil penelitian terhadap berat ringannya stress yang dialami seseorang. Tingkatan stres ini diukur dengan menggunakan Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) oleh Lovilbond & Lovilbond (1995). Psychometric Properties of The Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS) terdiri dari 42 item. DASS adalah seperangkat skala subyektif yang dibentuk untuk mengukur status emosional negatif dari depresi, kecemasan dan stres. DASS 42 dibentuk tidak hanya untuk mengukur secara konvensional mengenai status emosional, tetapi untuk proses yang lebih lanjut untuk pemahaman, pengertian dan pengukuran yang berlaku di manapun dari status emosional, secara signifikan biasanya digambarkan sebagai stres. Kategori tingkatan stres menggunakan instrumen DASS 42 yang terdiri dari normal, ringan, sedang, berat dan sangat berat. Jumlah skor dari pernyataan item tersebut, memiliki makna 0-14 (normal), 15-18 (ringan), 19-25 (sedang), 25-33 (berat), dan > 34 (sangat berat).
3. Obat-obatan a. Definisi Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang dipergunakan oleh semua mahluk untuk bagian dalam dan luar tubuh guna mencegah, meringankan, dan menyembuhkan penyakit (Syamsuni, 2005). b. Pengolongan obat Obat dapat digolongkan berdasarkan kriteria, yaitu kegunaan obat, cara penggunaan obat, cara kerja obat, undang-undang, sumber obat, bentuk sediaan obat, serta proses fisiologis dan biokimia dalam tubuh (Syamsuni, 2005). c. Menurut kegunaan obat Menurut Syamsuni (2005), penggolongan obat berdasarkan kegunanya dalam tubuh, yaitu: 1) Untuk menyembuhkan (terapeutic); 2) Untuk mencegah (prophylaclic); 3) Untuk diagnosis (diagnostik). d. Cara pembarian obat Menurut Syamsuni (2005) berdasarkan cara penggunaanya, obat digolongkan atas 1) Medicamentum ad usum internum (pemakaian dalam) melalui oral-diberi etiket putih. 2) Medicamentum ad usum externum (pemakaian luar) melalui inplantasi, injeksi, membran muskosa, rektal, vagina, nasal, opthalmic,aurical, collutio/gargarisma/gargle- diberi etiket biru. e. Menurut cara kerja obat Menurut Syamsuni (2005), penggolongan obat berdasarkan cara kerjanya dalam tubuh, yaitu: 1) Lokal : obat yang berkerja pada jaringan setempat, seperti pemakaian topikal
2) Sistemik : obat yang didistribusikan ke seluruh tubuh, seperti tablet analgetik. f. Jenis obat yang mempengaruhi tidur Dari daftar obat di PDR 1990, dengan 584 obat resep atau obat bebas menuliskan mengantuk sebagai salah satu efek samping, 486 menulis insomnia, dan 281 menyebabkan kelelahan Buysse (1991, dalam Poter & Perry 2006). Mengantuk dan deprivasi tidur adalah efek samping mediksi yang umum. Mediksi yang diresepkan untuk tidur seringkali memberi banyak masalah daripada keuntungan. Orang dewasa muda dan deawasa tengah dapat terganggu pada obat tidur untuk mengatasi stresor gaya hidupnya. Lansia seringkali menggunakan variasi obat untuk mengontrol atau mengatasi penyakit kroniknya, dan efek kombinasi dari beberapa obat dapat mengganggu tidur secara serius, diantaranya yaitu hipnotik, diuretik, antidepresan dan anti stimulan, alkohol, kafein, penyekat beta, benzodiazepin, narkotik. 1) Obat yanag mengganggu tidur a) Hipnotik Menurut Syamsuni (2005), hipnotik adalah obat yang bekerja sebagai depresan terhadap sistim saraf pusat
sehingga
menyebabkan
tidur,
menambah
keinginan tidur, atau mempermudah tidur. Golongan obat ini digunakan untuk mengatasi ansietas dan insomnia, yaitu gannguan tidur. Menurut Gery sehmitz, hans Lapper, & Michael Heidrich (2003), salah satu jenis obat Hipnotik ialah Zolpidem lama jam ± 6 jam, dan Zopiklon lama jam ± 7 jam. Efek samping
(1) Vertigo dan linglung; nyeri kepala; kantuk sepanjang hari dan hang over, lelah; gejala psikotik dan amnesia anterograd (jarang). (2) Otot lemah dan keragu-raguan berjalan (bahaya jatuh). (3) Setelah penggunaan zopiklon, relatif sering (sampai 10% kasus) timbul pengecapan rasa logam (disebabkan oleh ekskresi zat melalui saliva di mulut). b) Diuretik Menurut Permadi (2006), obat diuretik adalah obat yang berfungsi untuk meluruhkan air seni atau obat yang berfungsi meningkatkan pembuangan air seni oleh ginjal. (Gery sehmitz, 2003) juga berpendapat diuretik adalah zat-zat yang mengakibatkan ekskresi urine. Klasifikasi diuretik (1) Diuretik osmotik : manitol, sorbitol (2) Penghambat karboanhidrase : asetazolamid (3) Diuretik jerat henle tipe furosemid : furosemid, bumetamid, azosemid, torasemid. (4) Diuretik jerat henie yang lain : asam etakrinat (5) Diuretik
tiazid
:
benzotiadiazin
sebagai
hidroklorotiazid, mefrusid, xipamid, klortalidon. (6) Diuretik
penghambat
kalium,
antagonis
aldosteron : spironolakton, kaliumkanrenoat. (7) Diuretik hemat kalium, tidak tergantung pada aldosteron, triamteren.
tipe
sikloamidin
:
amilorid,
c) Antidepresan dan stimulan Antidepresan merupakan obat yang digunakan untuk menangani depresi. Tiga kelompok utama antidepresan adalah inhibitor monoamin oksidase (MAOI), selective serotonin re-uptake inhibitor (SSRI), dan antidepresan trisiklik (TCA). => gangguan alam perasaan (depresi psikosisi) (Brooker, 2005). Stimulan adalah golongan obat yang dapat membuat orang lebih aktif, lebih kuat bekerja, menghilangkan kantuk,
menggugah
semangat,
dan
memberikan
perasaan tersedianya tenaga tanpa batas. Contoh stimulan, yaitu amfetamin sejenis kokain (Budi suryatin, 2004).
d) Alkohol Alkohol adalah sekelompok senyawa organik. Alkohol absolut (etanol yang mengandung kerang dari 1% air) kadang digunakan melalui injeksi untuk meredakan neuralgia trigeminal dan nyeri lain yang sulit ditangani. Etil alkohol (etanol) adalah minuman alkohol yang mengandung bahan memabukkan. Etanol menguatkan efek hipnotik dan penenang (Brooker, 2008). e) Kafein Kafein adalah zat stimulan yang terkemuka dan paling kuat dalam kelompok obat-obatan yang disebut methylxanthines. Kafein terjadi secara alami dalam kopi, teh, dan coklat, serta kafein juga ditambahkan pada berbagai minuman dan pada obat-obat penawar (Semiun, 2006).
f) Penyekat beta Menurut Marliani dan Tantan (2007), obat-obat golongan penyekat beta (beta blocker) ini dapat menurunkan tekanan darah dengan menghambat kerja hormon epinefrin (adrenalin) dan memperlambat pengeluaran enzim renin yang dapat memproduksi angiotensin II yang dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit. Kerja obat dari golongan ini terbagi dua: (1) Menghambat respon beta 1 yang dapat ditemukan terutama pada jantung, disebut dengan beta bloker kardioselektif yang mempunyai efek samping yang minimal. (2) Menhambat respon beta 1 dan beta 2 yang ditemukan pada otot polos pembuluh darah dan otot bronkus. Efeksamping
yang
paling
sering
adalah
menurunnya kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik berat, mudah lelah, keringat dingin pada telapak tangan, sulit tidur, impotensi, hipoglikemi atau menurunya kadar gula dalam darah yang cepat. Contohnya propanolol, timolol, pindolol, penbutolol, nadolol, atenolol, metoprolol, labetalol, carvedilol, cartelol, bisoprolol, betaxolol, acebutolol. g) Benzodiazepin Menurut Kee dan Hayes (1996), benzodiazepin mempunyai banyak kegunaan, seperti antikonvulsi, antihipertensi, sedatif hipnotik, obat-obat preoperasi, dan antiansietas. Kebanyakan dari benzodiazepin dipakai terutama untuk ansietas yang berat atau yang berkepanjangan; contohnya adalah klordiazepoksid (Librium), diazepam (Valium), klorazepat dipotassium
(tranxene), oksazepam (serax), lorazepam (ativan), alprazolam
(xanax),
prazepam
(centrax),
dan
halazepam (paxipam). Benzodiazepin bersifat larut dalam lemak dan cepat diabsorsi dari saluran gastrointestinal. Efek samping: Efek samping dari benzodiazepin adalah efek sedasi, pusing, sakit kepala, mulut kering, penglihatan kabur, kadang-kadang inkotinensia urin, dan konstipasi. Reaksi yang merugikan adalah lekopenia (menurunya jumlah sel darah putih) dengan gejala-gejala demam, malaise, dan nyeri tenggorokan; toleransi terhadap dosis obat pada pemakaian yang terusmenerus; dan ketergantungan fisik. 2) Obat yang membantu tidur a) Narkotika ( morfin/demerol) Menurut Syamsuni (2005), narkotik (obat bius atau daftar O = opium) merupakan obat yang diperlukan dalam bidang pengobatan dan IPTEK serta dapat menimbulkan ketergantungan dan ketagihan (adiksi) yang sangat merugikan masyarakat dan individu apabila digunakan tanpa pembatasan dan pengawasan dokter; misalnya candu/ opium, morfin, petidin, metadon, dan kodein.
B. Kerangka Teori Kondisi pasien kritis di ruang intensif memiliki berbagai faktor yang dapat mempengaruhi tidur
Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur a. Status kesehatan b. Lingkungan c. Stres Psikologi d. Diet e. Obat-obatan f. Gaya hidup
Kualitas tidur
Skema 2.1. Kerangka Teori : Faktor yang mempengaruhi pola tidur pasien yang dirawat : (Asmadi, 2008; Potter & Perry, 2006). C. Kerangka Konsep Berdasarkan uraian pada tujuan teori maka dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut. Variabel bebas
Variabel terikat
1. Stres psikologi 2. Obat-obatan
Kualitas tidur
Skema 2.2. Kerangka konsep penelitian
D. Variabel Penelitian Variabel penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas (indenpendent variable) : Stres psikologi, obatobatan. 2. Variabel Terikat(dependent variable): Kualitas tidur.
E. Hipotesis 1. Ada hubungan antara stres psikologis dengan kualitas tidur pasien yang dirawat di ruang perawatan kritis di RSUD Tugurejo Semarang. 2. Ada hubungan antara obat-obatan dengan kualitas tidur pasien yang dirawat di ruang perawatan kritis di RSUD Tugurejo Semarang.