BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1.1
Konsep Kemitraan (The Partnership Concept) Konsep kemitraan dalam pengawasan internal pada awalnya dikembangkan
oleh Victor Z. Brink pada tahun 1950-an. Brink secara khusus membicarakan konsep tersebut secara luas dalam The Manager And The Modern Internal Auditor A Problem Solving Partnership. Konsep kemitraan merupakan pendefinisian ulang yang radikal atas hubungan antara pengawas internal dan manajemen yang tradisional. Pada kenyataannya ungkap Hiro Tugiman (1997: 127), konsep kemitraan telah memberikan arah yang harus ditempuh oleh pengawas internal apabila ia ingin memenuhi berbagai persyaratan yang dituntut oleh hubungan pelaporan yang baru sehingga ia dapat menempatkan diri secara efektif dalam lingkungan auditnya. Kemajuan profesi internal auditor yang ingin dicapai tidak akan dapat diwujudkan tanpa dukungan dari pihak lain di luar internal auditor. Melakukan pengawasan internal auditor adalah mencari mitra dan tidak akan berhasil tanpa adanya bantuan dari mitra. Berdasarkan hal tersebut, tujuan internal auditor yang ingin dicapai pada masa yang akan datang adalah meningkatkan jumlah orang yang ingin dengan sepenuh hati menyatakan bahwa mereka telah mendapat berbagai manfaat dalam interaksinya dengan internal auditor. (Hiro Tugiman, 1997:vi). Ukuran keberhasilan internal auditor tidaklah ditentukan dari jumlah temuan temuan mereka, melainkan apabila ia dapat membantu mitranya dalam perusahaan, banyaknya permintaan yang datang dari mitranya agar diberi bantuan dan ia dapat
mendampingi mitranya dalam menghadapi persoalan ketika melaksanakan tugasnya. (Hiro Tugiman, 1996:vii). Pada tahun terakhir
terakhir, penekanan dalam fungsi internal audit
mengarah pada aspek pentingnya memelihara hubungan baik dengan pihak
pihak
dalam organisasi, karena memang pihak manajemen sendiri menghendaki demikian. Seiring dengan kemajuan profesi auditor internal, penekanan dalam pemeriksaan intern mengarah pada aspek pentingnya memelihara hubungan yang baik dengan pihak
pihak dalam organisasi, menciptakan suasana yang dimana
tertanam persepsi kesetaraan, keterbukaan, dan saling mendukung, karena memang pihak manajemen menghendaki demikian. Adanya moto
Progress Through Sharing
yang dicanangkan oleh The
Institute of Internal Auditor (IIA) menunjukkan bahwa konsep dan teori internal auditor memandang penting adanya suatu kerja sama dalam pelaksanaannya. Victor Z. Brink (1999 : 76) menyatakan bahwa: The accompolishment of the basic service role of the internal auditors to top management start with understanding management problems and needs, but then goes on to involve a partnership role between the managers and the internal auditor at all operational level. A partnership role that extends to helping management achieve its managerial goals and objectives to the maximum extent possible. Yang berarti peran utama dari pemeriksaan intern pada manajemen puncak adalah dengan memahami permasalahan dan kebutuhan pihak manajemen, yakni menciptakan persekutuan yang luas antara auditor internal dengan pihak manajemen untuk membantu manajemen mencapai sasaran hasil semaksimal mungkin.
2.1.1 Pengertian Konsep kemitraan Dalam pembahasan mengenai penegertian konsep kemitraan akan disinggung mengenai pengertian pengaruh dan komunikasi yang mempunyai kaitan sangat erat dengan konsep kemitraan. Pengertiaan kemitraan yang dikemukakan oleh beberapa ahli berbeda
beda, tetapi dari keseluruhan pendapat yang dikeluarkan tersebut,
mempunyai maksud dan penjabaran yang sama, perbedaannya terjadi pada penggunaan kata dan istilah serta berbeda dalam pelaksanaannya. Sedangkan inti dan maksud dari yang dapat disimpulkan dari pendapat
pendapat para ahli tersebut
adalah bahwa kemitraan adalah merupakan hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih berdasarkan kesetaraan, keterbukaan, dan saling menguntungkan (memberi manfaat). Menurut Keint L. Fletcher dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999 : 10) mengenai kemitraan adalah sebagai jalinan kerjasama usaha untuk tujuan memperoleh keuntungan. Dari definisi tersebut jelas bahwa kemitraan merupakan jalinan kerjasama yang merupakan strategi kerja yang dilakukan antara dua pihak atau lebih dengan prinsip saling membutuhkan, saling memperbesar, dan saling menguntungkan. Dalam kerjasama tersebut tersirat adanya suatu pembinaan dan pengembangan. Hal ini harus disadari oleh masing
masing pihak yang bermitra
yaitu harus memahami bahwa mereka memiliki perbedaan, menyadari keterbatasan masing masing dan paham bahwa dalam kemitraan harus ada hubungan komunikasi yang dinamis. Kemitraan memiliki kaitan erat dalam pembinaan hubungan. Hubungan penyatuan antara dua atau lebih entiti. Auditor internal dalam pelaksanaan kerjanya berhubungan dengan semua tingkat pegawai dalam perusahaan, dari manajer sampai kepada pegawai harian. Ia adalah wakil dari organisasi pemeriksa. Segala tindakannya akan mempengaruhi pandangan dari sikap pihak lain terhadap
organisasinya. Komunikasi dalam setiap hubungan diperlukan karena itulah salah satu cara mempererat kehangatan antar individu. Sedangkan
pengertian
konsep
kemitraan
dalam
pemeriksaan
intern
disampaikan oleh Hiro Tugiman (1997 : 128) dikutip dari Gill Courte Manche yang menginterprestasikannya dari pandangan Victor Z. Brink sebagai pengembangan konsep ini adalah: Pada dasarnya, konsep ini merupakan usaha untuk melepaskan diri dari filosofi pengawasan internal yang sifatnya tidak bersahabat. Pengawasan internal bukan lagi pihak luar di dalam perusahaan. Konsep kemitraan ini mengandung arti bahwa sasaran yang ingin dicapai oleh pihak manajemen dan pengawas internal adalah sama. Pengawas internal dapat saja berbeda dengan manajemen lainnya, tetapi tetap menjadi bagian manajemen. Dari konsep ini sangat jelas bahwa berdasarkan motivasi dan tujuan fungsi kerjanya, auditor internal dan pihak manajemen memiliki misi pencapaian yang sama untuk mencapai kemajuan perusahaan yang lebih baik lagi namun berbeda dalam bentuk cara kerja yang berbeda namun untuk saling mendukung dan menguntungkan. Dalam hukum, Warrens menyampaikan (1997 : 467) kemitraan adalah: An association of two or more person to carry on, as co business for profit.
owners a
Walaupun manajer dan internal auditor bukan merupakan co
owners, tetapi
mereka hanya akan dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya apabila menganggap seolah bisnis tersebut adalah milik mereka sendiri dan profit sangat tergantung pada adanya kerjasama untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Sawyer (2002 : 2) mengemukakan pengertian konsep kemitraan tersebut sebagai berikut: A partnership is a relationship involving close corporation between parties who have specified and joint rights and responsibilities. A partnership is a delicate relationship. It is founded on mutual trust. It should combine complementary skill and assets that each partner brings to the undertaking. It calls for mutual respect and for agreement on what each partner demands of the other. Konsep kemitraan dalam audit internal dapat memberikan berbagai jenis pelayanan kepada organisasi dari auditor internal yaitu: Membantu mengevaluasi aktivitas dalam bidang bidang: (1) pengendalian akuntansi internal; (2) pencegahan dan pendeteksian kecurangan; (3) pemeriksaan keuangan; (4) pemeriksaan ketaatan; (5) pemeriksaan opersional; (6) pemeriksaan manajemen; (7) pemeriksaan kontrak; (8) pemeriksaan system informasi; (9) pekerjaan dalam pengawasan internal; (10) pengembangan kualitas internal; dan (11) hubungan dengan entitas di luar perusahaan. (Hiro Tugiman, 2000 : 130). Secara singkat konsep ini berarti bahwa pengawasan internal merupakan bagian manajemen, seperti halnya fungsi penelitian dan pengembangan, produksi, pemasaran, keuangan, dan berbagai fungsi lain dalam perusahaan. Pengawas internal dapat saja berbeda dengan berbagai fungsi manajemen lainnya, tetapi tetap menjadi bagian manajemen. Di sini disimpulkan bahwa kemitraan adalah suatu hubungan yang merupakan kerjasama, di mana sudah ditetapkan hak dan tanggung jawab masing
masing
pihak. Dengan demikian, dalam hubungan kemitraan yang baik, di dalamnya harus terdapat bentuk kepercayaan yang timbale balik dari masing terlibat.
masing pihak yang
2.1.2 Tujuan Konsep Kemitraan Pada dasarnya, konsep kemitraan merupakan usaha yang diterapkan pada pihak internal auditor untik melepaskan diri dari filosofi pengawasan internal yang sifatnya tidak bersahabat (Hiro Tugiman, 1997 : 128). Pandangan sempit tentang apa yang merupakan pekerjaan audit telah menghambat munculnya hal lain yang mungkin pada kenyataannya akan jauh lebih produktif dibandingkan dengan laporan audit, rekomendasinya terkadang ditolak atau diabaikan oleh auditee dan manajemen operasional. Konsep kemitraan merupakan salah satu penggunaan jalan keluar untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dikutip dari
[email protected] konsep kemitraan memiliki tujuan umum berupa meningkatkan percepatan, efektivitas dan efisiensi strategi kerja dan upaya pengembangan pada umumnya. Sedangkan tujuan khususnya terdiri dari: 1.
Meningkatkan saling pengertian.
2.
Meningkatkan saling percaya.
3.
Meningkatkan saling memerlukan.
4.
Meningkatkan rasa kedekatan.
5.
Membuka peluang untuk saling membantu.
6.
Meningkatkan daya, kemampuan, dan kekuatan.
7.
Meningkatkan rasa saling menghargai. Dengan hasil yang diharapkan berupa adanya percepatan, efektivitas dan
efisiensi berbagai upaya termasuk pencapaian maksimal opersional perusahaan. 2.1.3 Yang Bukan Merupakan Pengertian Konsep Kemitraan Dari pengertian konsep kemitraan, jelas terlihat bahwa manajemen dan internal auditor dapat menciptakan suatu pola hubungan yang harmonis. Walaupun demikian menurut Hiro Tugiman (1997 : 130) ada beberapa hal yang harus disadari oleh auditor internal, antara lain:
1.
Seorang mitra bukanlah penjilat, ia wajib mendengarkan pendapat mitranya dan memiliki hak untuk didengarkan.
2.
Kemitraan tidak berarti bahwa auditor merasa segan untuk menerima tugas yang berat, karena tugas tersebut akan terasa ringan.
3.
Adanya ketergantunga terhadap pihak manajemen tidak boleh menyebabkan auditor memkompromikan kebenaran, kejujuran, integritas atau kualitas hasil pekerjaannya. Setiap konsep baru yang diajukan tidak harus selalu terbatas dari
kemungkinan adanya kelemahan atau masalah dalam penerapannya. Walaupun demikian, kita dapat membandingkan berbagai kelebihan serta kekurangan yang terdapat dalam berbagai konsep yang telah ada sebelumnya. Lebih tegas lagi Hiro Tugiman (1996 : 130) mengatakan penentang konsep kemitraan tentunya tidak dapat menyatakan bahwa gaya pengawasan internal konvensional yang dianutnya sama sekali tidak memiliki kelemahan dan keterbatasan, yaitu ketidakmampuannya untuk menarik dukungan manajemen terhadap yang lebih luas. Dasar utama sikap atau keputusan yang diambil oleh seorang internal auditor adalah kesesuaian dengan kode etik profesi dan bahwa apakah sikap atau keputusan tersebut akan mengarah kepada pencapaian tujuan organisasi. Namun, kita tidak akan bermaksud mengabaikan kenyataanya bahwa adakalanya internal auditor yang akan memiliki hubungan erat manajemen mendapat tekanan politis dari eksekutif senior yang sangat berkuasa. Pengawas internal sendiri harus dapat menerima berbagai aspek problematik konsep kemitraan apabila ia tidak ingin kembali ke tempat yang jauh dari pusat kegiatan perusahaan.
2.1.4 Penerapan Konsep Kemitraan Menurut Brink ada beberapa pedoman yang dapat digunakan agar penerapan konsep rekanan mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan. Pedoman tersebut merupakan petunjuk diterapkannya konsep rekanan oleh auditor, sebagai berikut: 1.
Pada saat yang bersamaan, internal auditor mampu bertindak protektif terhadap auditee sekaligus mampu membantu manajemen mencapai peningkatan yang diharapkan. Dalam hal ini, internal auditor tidak berkewajiban untuk memaksakan rekomendasi yang disampaikan agar dilaksankan oleh auditee. Dan dalam pemeriksaan intern, auditor internal selalu
mempertimbangkan
kepentingan
auditee
sehubungan
dengan
pengaruhnya di kemudian hari. 2.
Senantiasa sadar untuk tetap terpisah dari tanggung jawab opersional. Dalam hal ini, internal auditor tidak pernah terlibat dalam penyusunan prosedur prosedur dalam perusahaan, serta internal auditor tidak memiliki tanggung jawab atas kegiatan opersi yang sedang diperiksa. Yang secara terus menerus siaga untuk menggunakan tujuan divisi dari tanggung jawab opersional yang nyata sebagai kemampuan khusus untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mendukung isu penting yang menarik perhatian manajemen.
3.
Kemampuan bekerja sama dengan seluruh tingkatan manajemen secara persuasif. Dalam hal ini, terjalin hubungan yang baik antara internal auditor dengan manajemen pada seluruh tingkatan. Dan dalam pelaksanaan pemeriksaan intern auditor selalu mendapat tanggapan yang positif dari auditee dengan tidak mempersoalkan keputusan yang diambil manajemen dan sudah merasa puas bila dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik.
4.
Menghindari penggunaan kekuasaan terhadap manajemen/auditee yang melampaui batas kewenangannya. Dalam hal ini, internal auditor bertindak lebih sebagai seorang konsultan internal daripada penegak hukum. Internal
auditor juga menerapkan gaya pemeriksaan yang bersahabat dan tidak menunjukkan sikap bermusuhan. 5.
Strategi yang lebih memfokuskan pada masalah pengendalian. Dalam hal ini, internal auditor memfokouskan pada penilaian (evaluasi) sistem pengendalian dalam perusahaan dan pemeriksaan intern diarahkan pada usaha untuk membantu manajemen/auditee mencapai tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan tanggung jawabnya.
6.
Senantiasa menghargai manajemen dalam membantu pelaksanaan tanggung jawabnya. Dalam hal ini, internal auditor memandang manajemen sebagai klien dan bukan tersangka. Dan dalam pemilihan area yang akan diperiksa, internal auditor juga melibatkan manajemen di mana audit akan dilaksanakan.
7.
Keselarasan tujuan audit dengan kebutuhan pengungkapan dalam rangka kesejahteraan organisasi. Dalam hal ini, sebelum diterbitkan laporan akhir (final), selalu diadakan diskusi dengan dengan pihak manajemen mengenai hasil
hasil audit yang telah dilaksanakan. Dalam menyajikan laporan audit,
diusahakan sejelas jelasnya dan objektif. Dengan isi laporan berupa hal hal yang mendapat penekanan adalah yang menyangkut perbaikan dan kemajuan yang telah dicapai. Selanjutnya, penulis akan membahas mengenai konsep kemitraan secara lebih mendalam dengan cara mencoba menguji penerapannya dalam berbagai jenis pelayanan yang diberikan oleh internal auditor/pengawas internal. Menurut Hiro Tugiman (2000 : 130), penerapan konsep kemitraan seperti yang diungkapkan oleh Brink tersebut, dapat diterapkan ke dalam sebelas jenis pelayanan yang diberikan oleh pengawas internal auditor meliputi: 1. 2. 3. 4. 5.
Pengendalian akuntansi internal. Pencegahan dan pendeteksian kecurangan. Pemeriksaan keuangan. Pemeriksaan ketaatan. Pemeriksaan opersional.
6. 7. 8. 9. 10. 11.
Pemeriksaan manajemen. Pemeriksaan kontrak. Pemeriksaan electric data prosessing (EDP). Pekerjaan dalam pengawasan internal. Pengembangan kualitas personal. Hubungan dengan entitas diluar perusahaan.
Hal tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.
Pengendalian Akuntansi Internal Penerapan konsep kemitraan dalam pengendalian akuntansi internal berawal dari paradigma bahwa manajemen dan auditor internal berada dalam satu pihak dan keduanya mengharapkan adanya pengendalian akuntansi yang baik. Auditor diharapkan menerapkan kemampuan teknis terbaiknya dalam memberikan kebebasan kepada manajemen untuk menentukan keputusan dan tindakannya. Bukti paling nyata dan kuat adanya kemitraan adalah adanya fakta bahwa sebagian besar internal auditor secara fungsional melapor kepada dewan komisaris dan direktur utama menunjukkan adanya perhatian terhadap masalah pengendalian internal. Auditor internal dapat menjadi mitra manajemen dalam menerapkan pengendalian akuntansi internal yang memadai dan didokumentasikan dengan baik. Penerapan
konsep
kemitraan
mengharuskan
. auditor
internal
untuk
menyesuaikan cara pendekatannya. Auditor dituntut bersikap sabar dalam menyelesaikan persoalan pengendalian, kecuali bila persoalan tersebut mengandung risiko yang cukup besar bila tidak segera diselesaikan. 2.
Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan. Dalam hal yang berkaitan dengan pencegahan dan pendeteksian kecurangan, internal auditor tidak dapat dianggap bertanggung jawab atas terjadinya suatu kecurangan walaupun tetap merupakan pihak yang memiliki kewajiban untuk
mencegah dan mendeteksi kecurangan.
.
Dalam masalah yang berkaitan dengan kecurangan, konsep kemitraan menghendaki agar pengawas internal memandang pihak manajemen sebagai seorang klien, bukan sebagai seorang tersangka. Kemitraan dengan manajemen menghendaki agar auditor internal tetap berpijak pada masalah pengendalian dan menjauhkan diri dari masalah keadilan karena keadilan adalah urusan manajemen dan dewan direksi. Setelah auditor internal membuktikan dan menaksir dampak suatu kecurangan serta melaporkannya kepada pihak yang tepat, maka ia harus segera melepaskan diri dari persoalan tersebut dan tidak ikut campur. Peran auditor internal adalah memberikan saran dan rekomendasi, tetapi ia tidak perlu memaksakan agar rekomendasi tersebut dilaksanakan. Kecurangan merupakan hal yang menjadi urusan manajemen dan pengawas internal berperan dalam memberikan saran dan rekomendasi berdasarkan keahlian yang dimilikinya. 3.
Pemeriksaan Keuangan. Dari seluruh bidang audit internal, pemeriksaan keuangan merupakan bidang yang terstruktur dan dikendalikan secara ketat. Bidang ini banyak menggunakan program audit standar, dan program pemeriksaan terhadap suatu bagian harus dimodifikasi sesuai dengan hasil audit terakhir, walaupun konsep kemitraan tidak bermaksud mengubah tradisi yang telah berjalan dengan baik.
.
Dalam pemeriksaan keuangan, penerapan konsep kemitraan menghendaki internal auditor untuk berpartisipasi dalam meningkatkan hubungan dengan manjemen dan auditee. Manajemen memerlukan pengetahuan mengenai dampak suatu temuan, dan auditor harus dapat memenuhi kebutuhan manajemen tersebut. Manajemen tidak hanya diberi tahu tentang adanya persoalan saja, tetapi diberitahukan pula sebab dan cara terbaik mengatasi persoalan tersebut. Dilain pihak, internal auditor dituntut untuk menerapkan
seluruh kemampuan teknisinya dengan sungguh
sungguh, meningkatkan
serta mengembangkan pengetahuannya. 4.
Pemeriksaan Ketaatan atau Compliance Auditing. Pemeriksaan ketaatan berusaha menentukan apakah kebijaksanaan prosedur, pengendalian, hukum, dan peraturan yang berlaku telah dipatuhi dan dilaksanakan. Dalam hal pemeriksaan ketaatan ada dua prinsip yang mendasari penerapan konsep kemitraan. Pertama, mengidentifikasi maksud pihak manajemen dan melakukan pemeriksaan berdasarkan maksud tersebut. Kedua, pemeriksaan dan pengungkapan harus dilakukan sedemikian rupa dengan tujuan untuk memaksimalkan manfaat yang akan dipeoroleh organisasi, mengurangi rasa malu yang dialami auditee, dan meningkatkan hubungan yang positif dengan auditee.
.
Hal pertama yang harus disadari oleh auditor internal sebagai seorang mitra adalah menyadari bahwa pemeriksaan ketaatan tidak selalu ditujukan terhadap pekerjaan pokok auditee. Kemitraan dengan manajemen, juga berarti bahwa auditor internal melibatkan manajemen dalam pemilihan area yang akan diperiksa. Internal auditor perlu meminta pandangan dan saran dari pihak manajemen menyangkut penekanan yang harus diberikan. Keterlibatan dan kesesuaian pandangan dengan pihak manajemen sangat penting agar audit dapat
dilaksanakan
dengan
efektif.
Kedua,
auditor
internal
perlu
mempertimbangkan maksud apa yang ingin dicapai manajemen melalui audit tersebut. Dengan kata lain, pemeriksaan dilakukan berdasarkan maksud manajemen
dan
bukan
standar
Tujuan pemeriksaan bukan semata
yang
ditentukan
auditor.
mata untuk melakukan pengungkapan,
melainkan mendukung dan meningkatkan perbaikan yang perlu dilakukan. Selain itu, kemitraan dengan manajemen menghendaki agar pengawas internal memperhatikan maksud atau keinginan dari pihak manajemen dan menghindari sikap sebagai penegak hokum, karena internal auditor hanya
bertanggung jawab melaporkan hasil observasinya kepada tingkatan manajemen yang berwenang untuk melekukan tindakan yang dipandang perlu dan tepat. 5.
Pemeriksaan Operasional Dalam pemeriksaan operasional, tercakup seluruh pemeriksaan yang bertujuan untuk mengkaji, mengevaluasi, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan opersional. Pemeriksaan opersional sebaiknya dilaksanakan dengan semangat kemitraan di mana pengawas internal berusaha untuk bekerja sejalan dengan tujuan, sasaran, dan cara operasional pihak manajemen. Pemeriksaan internal merupakan suatu aktivitas dimana pengawas internal bekerja sama dengan manajemen dalam suatu usaha kepemimpinan secara bersama. Auditor internal diharapkan dapat berperan pila sebagai konsultan internal. Konsultan
merupakan
usaha
untuk
menghasilkan
perubahan
yang
menguntungkan yang akan dicapai melalui persetujuan dan kerja sama dengan pihak
yang
terpengaruh
dengan
perubahan
tersebut.
Pelaporan dan pengungkapan dan temuan merupakan aspek penting lain dalam pemeriksaan operasional. Laporan tidak hanya harus logis, jelas, dan ringkas dari segi teknis, namun cara penyampaiannya pun harus tepat. Tujuan audit yang tepat menurut konsep kemitraan adalah untuk memperbaiki dan membantu, bukan untuk mengungkapkan dan menang. 6.
Pemeriksaan Manajemen. Pemeriksaan manajemen adalah pekerjaan yang sangat menantang dan bahkan mungkin berbahaya bagi auditor internal, karena pemeriksaan ditujukan terhadap pihak manajemen dan mempengaruhi kinerja pihak manajemen. Tujuan akhir pemeriksaan manajemen adalah sama dengan pemeriksaan operasional yaitu meningkatkan efisiensi dan efektifitas manajemen.
Dalam pemeriksaan manajemen, terdapat dua aspek penting dalam penerapan rekana. Pertama, internal auditor diharapkan tetap berpijak pada proses pendokumentasian sesuai fakta, tetapi tidak harus melaporkan seluruh keadaan yang telah terjadi apabila akan mengganggu keharmonisan kinerja tim manajemen dengan kata lain internal auditor dituntut untuk memiliki kesungguhan ingin membantu dan tidak berusaha untuk mempermalukan pihak manajemen. Kedua, internal auditor diharapkan mampu menjadi teman manajemen dan dalam persoalan yang sangat sensitif, hal yang sebaiknya menjadi perhatian utama internal auditor adalah lebih fokus untuk menciptakan keadaan yang mungkin untuk diwujudkannya (future truth). 7.
Pemeriksaan Kontrak. Dalam audit kontrak, internal auditor menjadi rekan manajemen apabila ia memandang pelaksanaan audit sebagai usaha untuk melindungi dan mewujudkan kepentingan perusahaan yang telah ditetapkan berdasarkan kontrak, bukan sebagai permainan pribadi dengan aturan yang ditetapkan sendiri. Pada akhirnya, manajemenlah yang bertanggung jawab membuat penilaian akhir tentang hubungan kerja sama dengan pihak luar tersebut. Internal auditor tidak bertanggung jawab membuat penilaian akhir, karena tugasnya adalah memastikan bahwa pihak manajemen telah memiliki segala informasi yang di butuhkan untuk menyelesaikan temuan penilain akhir tersebut. Apabila diberi tanggung jawab untuk menyelesaikan temuan audit secara langsung dengan pihak luar, auditor harus melakukan kontrak secara rutin dengan pihak manajemen yang dipandang tepat, untuk memastikan bahwa tindakan auditor masih tetap sejalan dengan maksud pihak manajemen.
8.
Pemeriksaan Sistem Informasi atau Electonic Data Processing (EDP). Dalam pemeriksaan EDP, auditor sebagai mitra manajemen perlu lebih menyadari peran kepemimpinan mereka dalam perusahaan. Pelaksanaan peran
kepemimpinan antara lain meliputi pula penelitian terhadap berbagai kegagalan, kesalahan atau gangguan EDP yang sering dan umum terjadi, berbagai penyebab dan cara mengatasinya. Internal auditor dapat menjadi rekan manajemen dengan mengatasi berbagai masalah pengendalian EDP tanpa menimbulkan rasa malu atau mengabaikan manajemen dan penyelia. 9.
Pekerjaan dalam Pengawasan Internal. Pengawas internal secara progresif harus meninggalkan definisi pekerjaan audit yang sempit dan mempersiapkan diri untuk terlibat dalam aktivitas yang lebih bebas dan kurang terstruktur. Produktivitas fungsi pengawasan internal akan meningkat apabila pengawas internal lebih terlibat dalam kegiatan konsultasi internal.
10.
Pengembangan Kualitas Personal. Keterlibatan auditor internal dalam berbagai tugas akan memberikan pengalaman praktis tentang prinsip
prinsip manajemen dalam memperluas
pandangan tentang perusahaan. Internal auditor yang menerapkan konsep kemitraan dengan manajemen memandang bidang internal audit sebagai pelatihan. Pengawas internal dapat menunjukkan semangat kemitraan dengan pihak manajemen bila internal audit dengan senang hati memberikan orang
orang
terbaiknya untuk ditempatkan dan dipromosikan ke bagian lain. Setiap internal auditor yang telah dipromosikan ke bagian lain akan memandang tugas sebelumnya sebagai pengalaman yang berharga. 11.
Hubungan dengan Entitas di Luar perusahaan. Internal auditor bagi manajemen tidak boleh memiliki loyalitas terhadap entitas lain, selain pada tempatnya bekerja. Karena pekerjaannya internal auditor mengetahui sejumlah informasi yang bersifat rahasia dan pribadi,
sehingga internal auditor tidak boleh menggunakan informasi tersebut untuk mencari publisitas. Bila internal auditor tidak dapat menghindari suatu hubungan yang berisiko, maka ia harus memperoleh petunjuk dari penasehat perusahaan dan bertindak sesuai dengan petunjuk tersebut. Internal auditor hanya memiliki kewajiban untuk menyampaikan temuan auditnya secara terperinci kepada pihak manajemen atau auditee. Kerjasama dengan pihak luar menyebabkan manajemen meragukan auditor. 2.2
Efektivitas Pemeriksaan Intern Dalam perusahaan besar, pemimpin akan mendelegasikan wewenangnya
kepada bawahannya dan akan meminta suatu laporan pertanggung jawaban yang berisikan semua kegiatan yang telah dilaksanakan. Laporan ini bermanfaat untuk mengetahui apakah pemeriksaan yang telah didelegasikan telah sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pimpinan. Untuk menilai dan mengawasi kegiatan tersebut secara rutin, pimpinan memerlukan suatu alat khusus yang disebut pemeriksaan intern yang dilakukan oleh bagian yang independen dalam organisasinya. 2.2.1 Pengertiaan efektivitas Pengertian efektivitas selalu berkaitan dengan tujuan perusahaan atau unit organisasi. Apabila tujuan atau sasaran yang telah direncanakan tidak terlaksana dengan baik, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan atau unit organisasi tersebut tidak efektif. Apabila semakin besar kontribusi keluaran yang akan dihasilkan terhadap nilai pencapaian sasaran suatu tujuan tertentu, maka semakin efektif perusahaan atau organisasi tersebut. Menurut R.A Supriyono (2000 : 330) dalam buku Sistem Pengendalian Manajemen, bahwa : Efektivitas adalah hubungan antara keluaran pusat pertanggung jawaban dengan tujuannya.
Sedangkan pengertiaan efektivitas menurut Sawyer s (2005:211) adalah sebagai berikut: Efektivitas adalah menekankan hasil aktual dari dampak atau kekuatan untuk menghasilkan dampak tertentu . Jadi pelaksanaan suatu kegiatan baru dapat dikatakan efektif bila suatu perusahaan atau suatu unit organisasi telah dapat mencapai tujuannya dari dilaksanakannya kegiatan tersebut. 2.2.2 Pemeriksaan Intern Pengawasan internal memiliki fungsi dan peran yang penting dalam pengelolaan kegiatan badan usaha. Karena posisi Satuan Pengawasan Intern (SPI) yang melakukan pemeriksaan intern itu sebagai suatu aktivitas independen, maka masukan yang diberikannya kepada manajemen tentu lebih berharga sebagai bahan evaluasi, estimasi dan tindak lanjut untuk menyempurnakan kinerja badan usaha yang bersangkutan. Informasi yang disajikan kepada Direksi termasuk informasi tentang kecukupan dan efektivitas system internal control maupun informasi tentang kualitas kerjanya. Menghadapi era globalisasi dan millennium SPI dituntut untuk lebih professional dan kompeten meningkatka peran dan fungsinya dalam rangka menunjang strategi manajemen perusahaan menghadapi persaingan yang ketat di mana diperlukan hasil kerja yang berkualitas dengan biaya yang efisien dan efektif. Dalam rangka mengantisipasi berbagai tuntutan tersebut, perlu adanya keseragaman langkah kerja dari seluruh aparat SPI agar sasaran dari egiatan pemeriksaan dapat dicapai. Salah satu upayanya untuk memenuhi hal tersebut adalah dengan menyusun pedoman kerja bagi seluruh aparat SPI, yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Bandung. Berdasarkan hal tersebut dan juga
ssuai dengan ketentuan dalam norma pemeriksaan SPI BUMN/BUMD yang antara lain menyatakan bahwa kepala SPI harus menerbitkan pedoman pemeriksaan, maka sesuai dengan Surat Direksi nomor SK/DI/1023/VII/1999 tanggal 30 juli 1999 perihal Pembentukan Tim Penyususn Buku Pedoman Pemeriksaan PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Bandung, tim telah berhasil menyusun buku pedoman pemeriksaan dimaksud, berisi kebijakan dan prosedur mulai dari : 1. Persiapan pemeriksaan 2. Pelaksanaan pemeriksaan penyelesaian hasil pemeriksaan 3. Penyusunan hasil pemeriksaan 4. Monitoring tindak lanjut saran pemeriksa
2.2.3 Pengertian Pemeriksaan Intern Pemeriksaan di PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Bandung terbagi menjadi dua bagian yaitu : 1. Pemeriksaan Operasional Pemeriksaan operasional menurut pedoman pemeriksaan PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Bandung adalah suatu proses evaluasi yang bebas, selektif, dan analistis atau suatu program, kegiatan atau fungsi dengan memberikan
penilaian
kinerja,
berorientasi
kedepan
agar
diperoleh
peningkatan dan penciptaan dan pemanfaatan peluang yang ada. 2. Pemeriksaan Keuangan Pemeriksaan keuangan menurut Pedoman Pemeriksaan PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Bandung adalah suatu proses pemeriksan yang menekankan pada penilaian yang sistematis dan objektif serta berorientasi historis dengan tujuan untuk menyakinkan adanaya ketelitian, dapat diandalkannya data keuangan serta pengamanan harta kekayaan perusahaan.
Menurut Institut Internal Audit (dalam Standar For The Profesional Practise Of Internal Auditing, pada tahun 1978) yang dikutip oleh Akmal (2007 : 3) sebagai berikut: Pemeriksaan intern adalah suatu fungsi penilaian bebas dalam suatu organisasi guna menelaah atau mempelajari dan menilai kegiatan kegiatan perusahaan guna memberikan saran saran kepada manajemen. Tujuan pemeriksaan intern adalah membantu semua tingkat manajemen agar tanggung jawab tersebut dapat dilaksanakan secara efektif. Untuk maksud tersebut pemeriksaan intern menyajikan analisis analisis, penilaian penilaian, saran saran, bimbingan bimbingan, dan informasi yang berhubungan dengan kegiatan kegiatan yang ditelaah, dipelajsri dan dinilai. Adapun menurut Laurence B. Sawyer dalam
The Practice of Modern
Internal Auditing (1994 : 3) yang disadur oleh PPA STAN disebutkan bahwa: Pemeriksaan intern menguji dan mengevaluasi kecermatan kecermatan dari suatu sistem pengendalian manajemen yang digunakan dalam perusahaan dan pelaksanaan tugasnya, agar tujuan perusahaan sesuai dengan rencana dan kebijakan yang telah ditetapkan. Dari pengertian di atas jelas bahwa pemeriksaan intern merupakan bagian atau unit dalam organisasi yang menjalankan fungsi pengawasan dan pemeriksaan yang ditujukan agar mereka dapat melaksanakan tanggung jawabnya. Pemeriksaan intern juga dapat dikatakan sebagai alat pemantau bagi pihak manajemen dalam menilai dan mengukur efektifitas dari suatu sistem pengendalian manajemen serta kegiatan lain yang dilakukan perusahaan, dimana pihak pemeriksa memberikan laporannya kepada pihak manajemen atas apa yang telah dilaksanakan. Laporan tersebut dilakukan secara objektif dan dilaksanakan bertahap dan terus menerus.
2.2.4 Tujuan dan Ruang Lingkup Pemeriksaan Intern. 2.2.4.1 Tujuan Pemeriksaan Intern Tujuan umum dari pemeriksaan intern pada dasarnya adalah untuk memberikan pendapat secara profesional dalam menguji dan mengevaluasi kecermatan dan keberhasilan dari pengendalian manajemen yang digunakan perusahaan dalam melaksanakan tugasnya agar tercapainya tujuan perusahaan sesuai dengan rencana dan kebijakan yang telah ditetapkan. Seperti yang dikemukakan oleh Hiro Tugiman (2004:5) bahwa tujuan dari pelaksanaan pemeriksaan intern, yaitu: Tujuan dari pelaksanaan pemeriksaan internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya. Seperti yang dikemukakan di atas, pemeriksaan intern hanya memberikan informasi kepada pihak manajemen atas kegiatan yang telah dilakukan. Informasi tersebut apakah nantinya akan menjadi landasan pengambilan keputusan yang akan di ambil atau tidak tergantung tindakan apa yang diambil oleh pihak manajemen. Selain itu, tujuan dari pemeriksaan intern menurut pedoman pemeriksaan di PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Bandung adalah : 1.
Agar terdapat keseragaman dalam pelaksanaan pemeriksaan oleh seluruh aparat SPI PT Perkebunan Nusantara VIII.
2.
Agar dapat dijadikan landasan baik oleh SPI, objek/pihak manajemen yang diperiksa maupun aparat pemeriksaan eksternal (BPKP) dalam rangka menyamakan persepsi atau pandangan mengenai pengertian dan tujuan pemeriksaan.
3.
Agar pelaksanaan pemeriksaan dapat dipermudah sedemikian rupa sehingga disamping ruang lingkup pemeriksaan dapat diperluas dan diperdalam. Juga diharapkan hasil pemeriksaan menjadi semakin berbobot
di
mana
pada
gilirannya
dapat
meningkatkan
dan
menyempurnakan kinerja dan sistem pengendalian intern PT Perkebunan Nusantara VIII 4.
Agar dapat dijadikan referensi mengenai ilmu auditing bagi auditor yang baru dimutasikan dari bagian lain atau kebun/unit selama orientasi di bagian pengawasan intern sehingga pada gilirannya dalam melaksanakan pemeriksaan sudah dibekali dengan petunjuk pemeriksaan.
Adapun secara rinci bahwa tujuan dari pemeriksaan di PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Bandung dibagi menjadi dua yaitu : 1. Tujuan dari pemeriksaan operasional menurut Pedoman Pemeriksaan PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Bandung adalah : 1. Menghasilkan perbaikan pengelolaan sumber daya. 2. Aktivitas atau program objek yang diperiksa agar dikelola secara optimal, dengan membuat saran
saran tentang cara pelaksanaan yang
lebih hemat, efisien, dan efektif 2. Tujuan pemeriksaan keuangan menurut Pedoman Pemeriksan PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Bandung adalah untuk menetapkan kelengkapan dan kewajaran pertanggungjawaban keuangan objek yang diperiksa, hal tersebut berguna untuk : 1. Memberiksan informasi keuangan secara akuantitatif mengenai objek yang diperiksa guna pengambilan keputusan, misalnya perhitungan harga pokok, alokasi biaya, perhitungan penyusutan, posting, kebenaran penjumlahan, pengkalian. 2. Menyajikan informasi yang dapat dipercaya mengenai posisi keuangan dan perubahan perubahan kekayaan perusahaan. 3. Menyajikan informasi keuangan yang dapat membantu Direktur Utama dalam menaksir kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba.
4. Menyajikan informasi lain lain yang diperlukan mengenai perubahan dalam harta dan kewajiban serta mengungkapkan informasi lainnya sesuai yang diperlukan.
2.2.4.2 Ruang Lingkup Pemeriksaan Intern. Ruang lingkup kegiatan pemeriksaan intern di PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Bandung mencakup bidang yang sangat luas dan kompleks, meliputi seluruh tingkatan manajemen baik yang sifatnya administratif maupun operasional. Menurut Pedoman Pemeriksaan di PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Bandung mengemukakan bahwa yang menjadi ruang lingkup pemeriksaan terbagi dua yaitu ruang lingkup : 1. Pemeriksaan operasional menurut Pedomam Pemeriksaan meliputi semua aspek manajemen yang perlu mendapat perhatian untuk diperbaiki dan ditingkatkan mutu penanganannya. Aspek aspek tersebut meliputi : a. manajemen organisasi, b. kebijakan, c. perencanaan, d. prosedur, e. pencatatan, f. pelaporan dan g. personalia. 2. Menurut Pedoman Pemeriksaan di PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Bandung mengemukakan bahwa yang menjadi ruang lingkup pemeriksaan keuangan adalah sebagai berikut: a. Menelaah keandalan dan kebenaran informasi keuangan untuk mengidentifikasi, mengukur, mengklasifikasi dan melaporkan informasi tersebut.
b. Menelaah sistem yang dibentuk untuk menjamin ketaatan pada ketentuan yang berlaku dan mengidentifikasi ketaatan pelaksanaan. c. Menelaah sistem pengendalian intern terhadap harta untuk mengidentifikasi terjaminnya keamanan sumberdaya kebun, RS, UUPT.
2.2.5 Persiapan Pemeriksaan Sebelum melaksanakan pemeriksaan , pemeriksa harus mendapatkan informasi mengenai kinerja objek pemeriksaan dengan sebaik
baiknya agar tugas
yang dibebankan kepadanya berjalan lancar, efisien dan efektif. Informasi bias diperoleh dari LM kebun/RS/Unit Kerja, laporan evaluasi dari bagian terkait atau informasi lainnya. Hal ini akan sangat berguna bagi pemeriksa untuk : 1. Menentukan sendiri mungkin salah apa yang akan menjadi sasaran pemeriksaan dikebun tersebut. Apakah bidang tanaman, biaya umum, produksi dan lain sebagainya. 2. Memahami kondisi kebun, komoditi yang dikelola, sumber daya, serta pengendaliannya. 3. Mengatur pembagian tugas pekerjaan pemeriksaan diantara para anggota sebaik baiknya. 4. Menentukan saat yang tepat untuk memulai pelaksanaan suatu pemeriksaan. Tahap persiapan pemeriksaan dibagi dalam dua kelompok kegiatan sebagai berikut :
1. Mendapatkan informasi umum mengenai semua aspek yang berhubungan dengan kegiatan unit yang diperiksa. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan pasif terhadap Laporan Manajemen kebun/rumah sakit, laporan evaluasi bulanan dari Bagian Akuntansi, Direktorat Produksi. Dilihat mengenai produksi, produktivitas, harga pokok. Dari hasil pemeriksan pasif dapat diketahui eksepsi/penyimpangan yang terjadi atau kelainan yang mencolok dari kebun lain. Eksepsi ini yang terutama akan dijadikan sasaran pemeriksaan. 2. Menyusun Program Pemeriksasan.
2.2.6 Pelaksanaan Pemeriksaan Proses pelaksanaan pemeriksaan bisa diuraikan sebagai berikut : 1. Ketua tim beserta anggota tim pemeriksa melakukan prosedur pemeriksaan sesuai dengan program pemeriksaan. Bila diperlukan ketua tim dapat mengusulkan kepada pengawasan perubahan prosedur pemeriksaasn dengan terlebih dahulu mengemukakan alasan
alas an
perubahan tersebut kepada masing masing pengawas pemeriksaan. 2. Pada saat pelaksanaan pemeriksaan, ketua tim bersama
sama dengan
anggota tim harus mereview dan menilai struktur pengendalian intern yang berlaku pada tahun berjalan. 3. Pengawas pemeriksaan secara berkala mengawasi jalannya pemeriksaan yang dilakukan oleh tim pemeriksa, serta memberikan pengarahan baik secara lisan maupun tertulis. 4. Setelah program pemeriksaan dilaksanakan dan KKP telah direview seluruhnya, ketua tim membuat konsep laporan hasil pemeriksaan (LHP). Konsep LHP tersebut beserta KKP pendukungnya diserahkan oleh ketua tim kepada pengawas pemeriksaan.
5. Hasil
pelaksanaan
pemeriksaan
dituangkan
dalam
kertas
kerja
pemeriksaan (KKP) ketua tim wajib mereview KKP yang dibuat oleh anggotanya dan harus direview kembali oleh pengawas pemeriksaan.
2.2.7 Pembicaraan dan Tanggapan Objek Pemeriksaan Bila pemeriksaan di lapangan telah selesai, pemeriksa perlu melaksanakan langkah langkah berikut ini sebelum meninggalkan objek pemeriksaan. 1. Melakukan
pembicaraan
dengan
pimpinan
objek
yang
diperiksa/administrator/kepala rumah sakit/unit mengenai masalah masalah yang ditemui selama berlangsungnya pemeriksaan. 2. Meminta tanggapan pimpinan objek yang diperiksa/adminitratur/kepala rumah sakit/unit mengenai masalah tersebut serta kesimpulan pemeriksa. Disamping itu, tindakan yang direncanakan untuk menanggulangi masalah masalah tersebut juga perlu dinyatakan dengan jelas dalam tanggapan hasil pemeriksaan.
2.2.8 Penyelesaian Laporan Hasil Pemeriksaan Proses penyelesaian laporan pemeriksaan dapat ditempuh sebagai berikut : 1. Pengawas pemeriksaan mereview konsep laporan hasil pemeriksaan (LHP) dan menghubungkannya dengan KKP 2. Pengawas pemeriksaan menyerahkan konsep LHP kepada penanggung jawab pemeriksaan (Kepala SPI) 3. Penanggung jawab pemeriksaan mereview konsep LHP 4. Bila dipandang perlu, konsep LHP dibicarakan dengan pimpinan objek yang diperiksa oleh penanggung jawab pemeriksaan. 5. Konsep LHP yang telah disetujui penanggung jawab diproses lebih lanjut, sehingga siap untuk diterbitkan.
6. LHP tersebut disampaikan kepada Direktur Utama dan tembusannya kepada pimpinan objek yang diperiksa/administrator/kepala unit.
2.2.9 Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Proses pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan adalah sebagai berikut : 1. Satuan Pengawasan Intern harus memonitor (memantau) tindak lanjut LHP untuk mengetahui apakah saran
saran atau rekomendasi yang
dituangkan dalam LHP tersebut telah dilaksanakan oleh objek yang diperiksa. 2. Hal
hal yang menyangkut pemeriksaan tindak lanjut sama dengan
pemeriksaan pada proses pemerisksaan, pelaksanaan, dan penyelesaian LHP.
2.3
Pengaruh
Penerapan
Konsep
Kemitraan
Terhadap
Efektivitas
Pemeriksaan Intern Internal auditor memiliki hubungan yang erat dengan manajemen di mana manajemen merupakan pendukung pelaksanaan pemeriksaan intern yang dilakukan. Keberhasilan internal auditor dalam mengungkap fakta sehubungan dengan berbagai temuannya, hanya akan tercapai apabila manajemen dan auditee bersedia memberikan informasi yang diketahuinya. Untuk itu diperlukan suatu hubungan kerja sama yang baik antara internal auditor dengan manajemen atau auditee. Di pihak lain hubungan kerja sama tersebut hanya akan terjalin apabila manajemen tidak menganggap internal auditor sebagai orang luar yang tidak dapat dipercaya ataupun sebagai pihak yang selalu mengancam dirinya. Oleh karena itu, internal auditor perlu mengubah cara pandang dan pendekatan terhadap manajemen.
Selain menerapkan kemampuan teknisnya internal auditor perlu menerapkan kemampuan sebagai seorang manusia. Internal auditor harus memandang manajemen sebagai rekan yang saling mendukung pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya. Penerapan kemitraan dengan manajemen akan meningkatkan kebebasan interna auditor dalam mengemukakan pendapat. Internal auditor dan manajemen akan lebih terbuka dalam mendiskusikan bebagai temuan penting. Manajemen pada saat menjadi auditee akan merasa berkewajiban untuk mengemukakan temuan
temuan
yang diketahuinya. Rekanan dengan manajemen juga akan meningkatkan status internal auditor. Manajemen akan percaya bahwa internal auditor akan membantu mereka dalam menunaikan tanggung jawabnya. Dengan demikian maka akan semakin sedikit kesulitan yang dihadapi internal auditor pada saat pelaksanaan tugasnya sehingga efisiensi pemeriksaan intern akan meningkat. Manajemen akan semakin mempertimbangkan saran dan rekomendasi dari internal auditor untuk dilakukannya suatu tindakan korektif karena ia merasa turut bertanggung jawab. Tanggapan tersebut menunjukkan semakin baiknya dukungan manajemen. Hal ini selanjutnya akan mendorong meningkatnya permintaan dalam bidang yang di audit. Pada akhirnya, akan semakin banyak pihak yang mendapat manfaat dari pelaksanaan pemeriksaan intern dalam perusahaan. Peran internal auditor untuk membantu pihak manajemen dalam memenuhi tanggung jawabnya punakan tercapai dengan lebih baik. Dengan kata lain, fungsi pemeriksaan intern dalam perusahaan telah berjalan dengan efektif. Dari uraian di atas, terlihat bahwa penerapan konsep kemitraan memiliki pengaruh terhadap pemeriksaan intern. Semakin baik penerapan konsep kemitraan, maka semakin efektif pula pemeriksaan intern dalam perusahaan.
Hal yang harus ditekankan disini adalah internal auditor merupakan bagian intern dari perusahaan dan fungsi yang dijalankannya adalah berdasarkan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh manajer senior dan dewan direksi. Keberhasilan pelaksanaan fungsi internal auditor selain ditentukan oleh status yang diberikan perusahaan atas departemen internal auditor itu sendiri karena suatu fungsi audit tidak akan berhasil tanpa adanya orang yang berintelegansia tinggi, berdaya imajinasi, daya analisis yang kuat, berinisiatif serta berkemampuan untuk mengkomunikasikan perkembangan perusahaan dengan orang lain. Bagi manajemen, fungsi internal audit adalah sebagai alat bantu manajemen dalam pengendalian perusahaan, sedangkan dalam struktur organisasi perusahaan, audit internal menjalankan fungsi staf yang berkedudukan langsung di bawah direksi untuk mengukuhkan independensinya sebagai auditor internal. Biasanya perusahaan menetapkan sendiri fungsi internal audit dalam suatu kebijaksanaan tertulis. PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Bandung merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dalam hal ini, internal audit Indonesia khususnya yang berhubungan dengan BUMN, pemerintah mengatur tugas dan fungsi internal audit (Satuan Pengawasan Intern) dengan memberlakukan peraturannya No. 3 Tahun 1983 pasal 46 (1) bahwa: Satuan Pengawasan Intern bertugas membantu direktur utama dalam mengadakan penilaian atas sistem pengendalian manajemen dan pelaksanaannya pada badan usaha yang bersangkutan serta memberikan saran saran perbaikannya .