BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Media Massa dan Radio Media massa memiliki beberapa karakteristik seperti yang diungkapkan oleh Cangara (2003:134) sebagai berikut: 1. Bersifat melembaga: pihak yang mengelola media terdiri atas banyak orang, yakni
mulai
dari
pengumpulan,
pengelolaan,
sampai
pada
penyajian
informasi. 2. Bersifat
satu
arah: komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan
terjadinya dialog antara pengirim dengan penerima. Kalau misalnya terjadi reaksi atau umpan balik maka biasanya memerlukan waktu tertunda. 3. Meluas dan serempak: dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak karena memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, di mana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama. 4. Memakai peralatan teknis atau mekanis: seperti radio, televisi, surat kabar, dan semacamnya. 5. Bersifat terbuka: pesan dapat diterima oleh siapa saja dan di mana saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin, agama, dan suku bangsa. “Beberapa bentuk media massa meliputi alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi” (Cangara, 2003:134). Terdapat banyak media yang menjadi alat komunikasi, salah satunya adalah radio, sebagai media massa, radio memiliki sifat yang khas dibanding media massa yang lainnya. Kekhasannya adalah sifatnya yang audial, untuk indera telinga. Menurut Encyclopedia of Science and Technology, radio berarti alat komunikasi yang dapat menyampaikan dan menerima pesan tanpa kabel dengan menggunakan gelombang elektromagnetik (Totok Djuroto, 2007:2). Lain halnya menurut Muryanto Ginting, yang dikutip oleh Ritonga (1996:93), radio adalah alat komunikasi massa yang menggunakan lambang komunikasi massa yang berbunyi. Terkait dengan itu,
7
maka radio siaran perlu dimuati pesan-pesan, informasi, musik, serta bunyi-bunyian lainnya yang terencana, tersusun/tertata, terpola, menjadi suatu program yang layak dan siap untuk didengarkan kepada khalayak (Ius, 2010: 30-31). “Keunggulan radio adalah dapat berada di mana saja. Oleh karena itu radio memiliki kemampuan
menjual iklan
mengiklankan
yang
Erdinaya,
produk
2005:115).
ditujukan
Radio
pada
khalayak
di mana
bagi khalayak
memiliki karakteristik
iklan tersebut
tertentu” (Ardianto
dan
tersendiri dari radio
jika
dibandingkan dengan media televisi dan surat kabar (Masduki, 2004:17): 1. Modal utama radio adalah suara, tidak ada visualisasi yang tampak nyata. 2. Radio merupakan sarana tercepat penyebaran informasi dan hiburan. 3. Informasinya muncul selintas, sulit diingat dan tidak terdokumentasi. 4. Produksi siaran radio singkat dan berbiaya murah. 5. Radio bersifat merakyat karena harga pesawat radio murah, mudah dibawa ke mana saja, dan buta huruf bukanlah suatu kendala bagi pendengarnya. 6. Produksi radio hanya berbentuk suara, membuat pendengarnya berusaha memvisualisasikan suara itu dalam benaknya masing- masing. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan siaran (Ardianto dan Erdinaya, 2005:120) yaitu: 1. Daya langsung Daya langsung radio
siaran berkaitan dengan proses penyusunan dan
penyampaian pesan kepada pendengarnya yang relatif cepat. Hal ini yang menyebabkan radio
dapat menyampaikan informasi dengan lebih cepat
dibandingkan dengan media cetak. 2. Daya tembus Melalui media kecil seperti radio siaran, pendengar dapat memindahkan channel dan mendengarkan radio dari berbagai belahan dunia. 3. Daya tarik
8
Daya tarik radio adalah sifatnya yang serba hidup karena adanya tiga unsur yang melekat padanya yaitu musik, kata-kata, dan efek suara. Efek suara melalui radio memiliki dampak yang kuat terhadap pendengar.
2.2 Program Radio Istilah program di radio dapat dianalogikan sebagai barang (goods) atau pelayanan (services) yang dijual pada bentuk bisnis lain. Menurut John R. Bitner, “Program atau acara adalah barang yang dibutuhkan orang sehingga mereka bersedia mendengarkannya” (dalam Masduki, 2004:35). Dalam dunia keradioan, pengertian format stasiun (station format) adalah jantung dari seluruh kinerja pemrograman. Setiap olah produksi program siaran mengacu pada pilihan format stasiun radio yang makin spesifik (segmented) seiring mengacu pada pilihan banyaknya jumlah radio dan makin tersegmennya pendengar. Format stasiun didefinisikan sebagai formulasi seluruh aktifitas siaran dalam kerangkan pelayanan pendengar. Tujuan penentuan format stasiun adalah untuk memenuhi sasaran khalayak secara spesifik dan untuk kesiapan berkompetisi dengan radio dan televisi di suatu lokasi siaran. Menurut Masduki (2004), terdapat beberapa jenis program siaran popular di berbagai negara termasuk di Indonesia, yaitu: 1. Musik Sejarah radio siaran identik sebagai medium sosialisasi musik ke indera pendengar. Radio adalah media hiburan dan musik menjadi menu utamanya. Musik adalah produk kebudayaan manusia dan merupakan bahasa universal, tidak ada etnik di dunia yang tidak bermusi. Beragam program dengan materi dasar musik berkembang sesuai karakterisktik pendengar dan kebutuhannya. Kreativitas penyajian program musik berakar pada beberapa aspek, misalnya: a. Geografi, program siaran yang hanya menyajikan musik Indonesia, India, Mandarin, atau Malaysia saja.
9
b. Penyanyi, program siaran yang hanya menampilkan lagu-lagu dari album penyanyi tertentu. c. Jenis musik, program siaran yang menyajikan jenis musik tertentu saja seperti dangdut, campursari dan klasik. Dalam sepekan radio siaran biasanya menyusun peringkat lagu favorit pendengar sebagai salah satu cara menentukan indikator apresiasi musik. Di Indonesia pemutaran musik di radio didominasi jenis musik pop, dangdut, rock, dan musik etnik popular. Menurut Hilliard (1976), ada lima tujuan dasar menggunakan musik, yaitu (dalam Masduki, 2004:43): a. Sebagai isi untuk program musik, diputar secara utuh. b. Sebagai tema untuk program, diputar sebagai identitas sebuah acara. c. Untuk menjembatani perpindahan segmen dalam sebuah acara (devisi), sebagai selingan. d. Sebagai efek suara, pemberi suguhan yang menggugah imajinasi terhadap peristiwa atau lokasi tertentu. e. Sebagai
latar
belakang,
pemanis
dengar
saat
penyiar
reporter
membacakan naskah. 2. Berita dan Informasi Radio dituntut untuk melayani kebutuhan yang lebih dari sekedar media hiburan. Setiap radio dapat memiliki program siaran berita, namun tidak semua jenis peristiwa atau topik bisa akrab bagi pendengar di radio. Biasanya jenis informasi ringan, tips, atau panduan praktis yang digelar secara monolog atau interaktif di radio juga makin diminati pendengar. 3. Bertutur Interaktif Dalam konteks
ini bertutur
yaitu
“melirik” naskah sebagai panduan
improvisasi bicara. Tujuan utamanya untuk menghibur sambil memberikan edukasi. Selain pelayanan permintaan lagu (song request), ada pula program curahan hari (curhat), kuis, perbincangan bebas seputar gosip selebriti,
10
hingga
permainan
yang
menggugah
rasa
humor.
Beragam
teknologi
komunikasi digunakan, mulai surat biasa, SMS, telepon langsung hingga email. Selain menggoda karena iming-iming hadiah, acara interaktif juga mampu menghadirkan minat untuk setia mendengarkan siaran tersebut dari diri pendengar. Dalam kemasan yang modern, program siaran ini dikenal pula dengan sebutan infotaiment. 4. Diskusi Publik Bagi kalangan pendengar dewasa, radio menjadi arena untuk menyampaikan gagasan dan kritik terhadap situasi sosial, ekonomi, dan politik. Perencanaan siaran yang cerdik menangkap peluang ini dengan menyuguhkan beragam acara debat seputar masalah kesehatan, seksualitas, isu narkoba, dinamika politik elit, problem lingkungan hidup dan penataan kota. Dari uraian format siaran di atas maka format program radio secara umum dibedakan
atas
jenis
unsur-unsur
yang
mendukungnya
yaitu
musik,
informasi, dan penyiar. Beberapa mutasi dilakukan oleh pihak radio dengan melakukan perubahan format siaran untuk adaptasi dalam persaingan radio di kota Salatiga. Perubahan format siaran itu meliputi perubahan program dan format lagu di radio tersebut. Hal ini dilakukan pihak radio untuk tetap menjaga persaingan dengan radio lain yang semakin kompetitif.
2.3 Manajemen Penyiaran 2.3.1 Manajemen Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang ke arah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. (DR Terry, Leslie, 2003:1) 2.3.2 Manajemen Pennyiaran Manajemen penyiaran adalah manajemen yang diterapkan dalam organisasi penyiaran,
yaitu organisasi yang mengelola siaran. Ini berarti, manajemen
11
penyiaran sebagai motor penggerak organisasi dalam usaha pencapaian tujuan bersama melalui penyelenggaran siaran. Pada dasarnya proses perencanaan, produksi dan menyiarkan siaran merupakan proses transformasi yang ada dalam manajemen memiliki tahapantahapan pelaksanaan.
Tahapan manajemen inilah yang harus disinkronkan
dengan tahapan proses penyiaran dan setiap langkah harus selalu berorientasi kepada tujuan yang hendak dicapai. Dalam pengelolaan manajemen penyiaran, tiap tahap kegiatan sudah ada ketentuan-ketentuan yang harus dilakukan. Penyimpangan dari ketentuan yang ada berarti penanganan manajemen tidak professional lagi dan akibatnya juga akan mempengaruhi output. Bila terjadi, maka pihak khalayak yang tidak lain adalah konsumen siaran juga dirugikan. (Wahyudi, 1994:46) 1. Perencanaan Dalam dunia penyiaran, perencanaan merupakan unsur yang sangat penting karena siaran memiliki dampak yang sangat luas di masyarakat (Wahyudi, 1994:70). Perencanaan menjadi pegangan setiap pimpinan dan pelaksanaan untuk dilaksanakan. Dengan demikian, melalui perencanaan dapat dipersatukan kesamaan pandangan, sikap dan tindakan dalam pelaksanaan di lapangan. Dapat pula dikatakan bahwa pimpinan harus mengetahui secara pasti tujuan jangka panjang, untuk kemudian rencana jangka panjang menengah dan di atas perencanaan jangka panjang menengah ini pula, ia harus menentukan perencanaan jangka pendek. Perencanaan jangka pendek harus dirinci berdasarkan skala prioritas, mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu dan secara bertahap serta terencana melaksanakan tahap-tahap berikutnya sampai tujuan jangka pendek itu dapat tercapai sepenuhnya, perlu diadakan evaluasi untuk menyempurnakan langkah selanjutnya. (Wahyudi, 1994:71)
12
Pada sebagian besar media penyiaran, rencana tersebut sudah tercantum pada anggaran dasar dan anggaran rumah (AD/RT), perusahaan yang biasanya mencakup hal-hal sebagai berikut: a. Falsafaf (filosofi) stasiun penyiaran: yang memuat peran yang ingin dicapai suatu stasiun penyiaran di tengah masyarakat serta tanggung jawabnya kepada publik, pemasang iklan dan karyawan. b. Rincian kegiataan (job description): memuat tanggung jawab setiap posisi yang ada pada suatu media penyiaran dan hubungan berbagai posisi itu satu sama lainnya serta garis komando di antara posisi itu. c. Operasional
stasiun:
menjelaskan
bagimana
stasiun
penyiaran
beroperasi, peran dan tanggung jawab setiap departemen serta hubungan antara satu departemen dengan departemen lainnya atau individu dengan individu lainnya. d. Peraturan stasiun penyiaran: yaitu hal-hal yang mengatur berbagai ketentuan seperti jam kerja, pakaian, konsumsi, cuti, izin, kerja sampingan, dan sebagainya. 2. Pengorganisasian Organisasi dapat diartikan sebagai susunan dengan bagian-bagian terpadu, sehingga
hubungan
mereka
dipengaruhi
oleh
hubungan
secara
keseluruhan. Dengan demikian, organisasi terdiri dari dua jenis, yaitu bagian dan hubungan. Menurut Willis dan Aldridge (1991) stasiun penyiaran pada umumnya memiliki empat fungsi dasar dalam struktur organisasinya yaitu: a. Bagian teknik: bertanggung jawab untuk menjaga kelancaran siaran. Suatu siaran tidak akan dapat mengudara tanpa adanya peralatan siaran yang memadai. Bagian teknik dipimpin oleh seorang kepala teknik yang bertugas melakukan koordinasi antara kelompok teknisi yang terdapat pada stasiun penyiaran.
13
b. Bagian program: stasiun penyiaran memiliki tugas utama menyediakan berbagai acara yang akan disuguhkan kepada audien. Acara itu dapat diproduksi sendiri, diproduksi pihak lain atau membeli program yang ditawarkan pihak lain. c. Bagian pemasaran atau penjualan (sale-marketing): bertugas untuk menjual program kepada pemasang iklan. Staf bagian penjualan akan selalu berkoordinasi dengan bagian program. Kerja sama kedua bagian ini akan menghasilkan berbagai kesepakatan untuk mengatur waktu siaran yang biasanya sangat rinci yang dihitung berdasarkan detik. 3. Pengarahan dan Memberi Pengaruh Fungsi
mengarahkan
mempengaruhi
(directing)
(influencing)
dan
tertuju
memberikan
pada
upaya
pengaruh
untuk
atau
merangsang
antusiasme karyawan untuk melaksanakan tanggung jawab mereka secara efektif. Fungsi pengarahan diawali dengan motivasi karena para manajer tidak dapat mengarahkan kecuali bawahan dimotivasi untuk bersedia mengikutinya. (Morissan, 2008:154) a. Motivasi: keberhasilan stasiun penyiaran dalam mencapai tujuannya terkait sangat erat dengan tingkatan atau derajat kepuasan karyawan dalam
memenuhi kebutuhannya.
Semakin
tinggi tingkat
kepuasan
karyawan, maka kemungkinan semakin besar karyawan memberikan kontribusi
terbaiknya
untuk
mencapai
tujuan
stasiun
penyiaran
bersangkutan. b. Komunikasi: faktor yang sangat penting untuk dapat melaksanakan fungsi manajemen
secara
efektif.
Komunikasi adalah
cara
yang
digunakan pimpinan agar karyawan mengetahui atau menyadari tujuan dan rencana stasiun penyiaran agar mereka dapat berperan secara penuh dan efektif untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. c. Kepemimpinan: merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk memengaruhi orang-orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan
14
sasaran. Pemimpin yang berhasil atau sering disebut dengan pemimpin yang efektif mempunyai sifat-sifat atau kualitas tertentu yang diinginkan seperti karisma, berpandangan ke depan, dan keyakinan diri. d. Pelatihan: perusahaan memiliki
pengalaman
melaksanakan karyawan
suatu
tetap
memilih atau
karyawan biasanya karena mereka latar
tanggung
membutuhkan
belakang
jawab
dan
tertentu.
pelatihan
karena
keahlian
Namun
untuk
demikian,
berbagai alasan,
misalnya pembelian peralatan baru dan penerapan prosedur baru pada stasiun penyiaran. 4. Pengawasan Menurut Fayol dalam Wahyudi (1994:92), pengawasan adalah pengujian, apakah berlangsung sesuai dengan rencana yang telah ditentukan, dengan intruksi yang telah diberikan, dan dengan prinsip-prinsip yang telah digariskan. Dalam dunia penyiaran, akan lebih tepat bila sistem dilakukan secara pengendalian oleh semua pimpinan di setiap tingkatan. Hal ini mengingat output siaran memiliki dampak sangat luas di masyarakat. Dengan kata lain, pengawasan preventif jauh lebih tepat untuk diterapkan. Kesalahan dapat diketahui secara dini dan diperbaiki sebelum materi itu disiarkan, akan jauh lebih baik bila kesalahan itu diketahui saat materi itu sedang disiarkan. (Wahyudi, 1994:97). Pengawasan harus dilakukan berdasarkan hasil kerja atau kinerja yang dapat diukur agar pengawasan dapat berjalan secara efektif. Menurut Morissan (2008:160), ada dua konsep utama untuk mengukur prestasi kerja manajemen stasiun penyiaran yaitu efesiensi dan efektivitas. a. Efesiensi: kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar. Seorang manajer yang efisien adalah seseorang yang mencapai keluaran yang lebih tinggi (hasil, produktivitas, performance) dibanding masukan-masukan (tenaga kerja, bahan, uang, peralatan, dan waktu) yang digunakan.
15
b. Efektivitas: merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, seorang manajer yang efektif dapat memilih pekerjaan yang harus dilakukan atau metode cara yang tepat untuk mencapai tujuan.
2.4 Format Siaran Yang dimaksud dengan format siaran adalah citra radio secara keseluruhan, yang merupakan gabungan dari seluruh penataan elemen siaran, akibat standarisasi yang ditetapkan dalam hal musik, informasi, gaya komunikasi, bahasa siaran, kemasan program, korelasi program yang satu dengan yang lainnya, iklan, serta bunyi lain yang akhirnya menjadi ciri khas radio tersebut. Hal ini yang harus dipertimbangkan dalam menentukan format dan bentuk siaran yang menjadi kesukaan target pendengar adalah (Jonathans, 2008:35): 1. Keseimbangan tujuan menghibur dan menginformasikan. 2. Keseimbangan antara musik dan siaran kata. 3. Keragaman model acara yang dimungkinkan, seperti program pemberitaan, drama, request, quiz dan game, acara iklan dan sebagainya. 4. Keseimbangan kebutuhan khalayak mendengarkan radio sebagai refleksi peran radio terhadap kebutuhan pendengar. Menurut Jonathans, (2008:40), perumusan format siaran dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan: 1. Pendekatan Musik Format musik merupakan pendekatan paling umum. Aplikasinya menetapkan jenis musik tertentu sebagai format radio maupun siaran. 2. Pendekatan Jurnalisme Radio Pendekatan jurnalisme radio
lebih dikenal dengan format
news atau
informasi. Artinya radio lebih mengutamakan siaran informasi dibandingkan elemen lainnya pada seluruh acaranya. Aplikasi dari siaran informasi sangat
16
beragam, mulai dari spesifikasi informasi, kombinasi isu hingga keragaman bentuk-bentuk jurnalisme radio. Dalam format radio lebih dikenal sebagai “talk radio”, karena meminimalkan elemen lainnya selain informasi. 3. Pendekatan Pilar Komunikasi Format radio atau siaran dicirikan pada cara dan model komunikasinya. Misalkan radio yang menggunakan ciri komunikasi dua arah atau interaktif, sebagai pendekatan utama. Dengan demikian di radio tidak menggunakan pola komunikasi yang searah dan menjadikan siaran interaktif sebagai ciri utama acara-acaranya. 4. Pendekatan Kultural Radio
dan siarannya menggunakan aspek-aspek kultural atau etnisitas
sebagai model formatnya. Misalnya radio dengan format etnis Jawa, Bali, Minang, dan sebagainya. Pendekatan yang dipakai dapat berupa strategi komunikasi yang menggunakan bahasa daerah setempat, juga menempatkan musik dari etnik tersebut sebagai sajian utama, ditambah aspek kultural lainnya sebagai ciri siaran radio tersebut. 5. Pendekatan Relijiusitas Radio menjadikan sebuah reliji atau lebih sebagai utama menampilkan ciri radio maupun program siarannya. Sehingga seluruh aspek siaran mengacu pada karakter dan ciri-ciri relijiusitas yang dipilih mulai dari siaran musik, siaran kata hingga iklan. 6. Pendekatan Gaya Hidup Radio
menggunakan pendekatan gaya hidup target segmentasi tertentu
sebagai materi dasar dari acara siaran maupun strategi pendekatannya. Apa yang dibicarakan dan disiarkan di radio teridentifikasi merupakan isu-isu gaya hidup.
17
2.5 Teori Kebertahanan 2.5.1 Teori Evolusi Sosiokultural Darwin Teori evolusi sosiokultural (theor of sociocultural evolution) adalah perspektif kedua yang telah digunakan untuk mendeskripsikan proses di mana organisasi mengumpulkan dan memahami informasi. Ungkapan yang tepat menggambarkan teori ini adalah survival of the fittest (yang dapat bertahan adalah yang paling mampu menyesuaikan diri). Tujuan akhir tiap organisasi adalah bertahan, dan manusia bekerja untuk menemukan strategi terbaik untuk tetap hidup. Meskipun pendekatan ini digunakan untuk menggambarkan interaski social yang terjadi dalam sebuah organisasi dengan tujuan memahami informasi, namun awalnya teori ini berasal dari bidang ilmu biologi. Teori evolusi mulanya dikembangkan untuk menggambarkan proses adaptasi yang dilalui olehorganime hidup dengan tujuan untuk berjuang dalam lingkungan ekologis yang penuh dengan tantangan. Darwin (1948), dalam buku Richard West dan Lynn Turner yang berjudul Pengantar Teori Komunikasi (2008), menjelaskan adaptasi ini dalam bentuk mutasi yang memungkinkan organisme untuk menghadapi lingkungan sekitarnya. Beberapa orgasnime tidak dapat beradaptasi dan mati, sedangkan lainnya berubah dan tetap hidup. 2.5.2 Teori Fungsional Struktural Talcot Parsons, dalam buku Margaret yang berjudul Sosiologi Kontemporer (2003), melahirkan teori fungsional tentang perubahan. Dalam teorinya, Parsons menganalogikan perubahan sosial pada masyarakat seperti halnya pertumbuhan pada makhluk hidup. Asumsi dasar Teori Fungsional Struktural, yaitu bahwa masyarakat menjadi suatu kesatuan atas dasar dari para anggotanya terhadap nilai-nilai tertentu yang
mampu
mengatasi
perbedaan-perbedaan
sehingga
masyarakat
tersebut
dipandang sebagai suatu sistem yang secara fungsional terintegrasi dalam suatu keseimbangan. Dengan demikian masyarakat adalah merupakan kumpulan sistemsistem sosial yang satu sama lain berhubungan dan saling memiliki ketergantungan. Teori Fungsionalisme Struktural mempunyai latar belakang kelahiran dengan mengasumsikan adanya kesamaan antara kehidupan organisme biologis dengan
18
struktural sosial dan berpandangan tentang adanya keteraturan dan seimbangan dalam masyarakat.
1.6 Kerangka Pikir Penelitian Bagan 2.1 Kerangka Pikir
Media Massa (Radio)
Radio Leonard 774 AM Salatiga
Media Penyiaran - Perencanaan - Pengorganisasian - Pelaksanaan - Pengawasan
Teori Bertahan Darwin
Kebertahanan Dalam penelitian ini akan dianalisis “Strategi Bertahan Radio Leonard 774 AM Salatiga”. Digunakan teori Sosiokultural Darwin dimana akan diteliti mengapa radio tersebut masih bertahan dalam gelombang AM. Selain itu juga bagaimana Radio Leonard 774 AM Salatiga bersaing dengan radio-radio lain di Salatiga yang sudah berada dalam gelombang FM dengan menjaga eksistensi guna mempertahankan pendengarnya. Untuk mengetahi bagaimana strategi bertahan Radio Leonard 774 AM Salatiga menggunakan konsep seperti di dalam buku Wahyudi yaitu “Dasar-Dasar Manajemen Penyiaran” milik Wahyudi dengan empat variable yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan memberikan pengaruh, dan pengawasan. Dengan menggunakan kerangka teori di atas penulis berharap nantinya akan diketahui
19
mengapa Radio Leonard 774 AM Salatiga masih bertahan dalam gelombang AM dan bagaimana strategi bertahan radio tersebut dalam menjaga persaingan dengan radioradio lainnya di Salatiga.
20