8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Motivasi Belajar a. Makna Belajar Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan diawali dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa definisi tentang belajar, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Cronbach memberikan definisi : Learning is shown by a change in behavior as a of experiece. 2) Harold Spears memberikan batasan : Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen,to follow direction. 3) Geoch, mengatakan : Learning is a change in performance as aresult of practice. ( Sardiman A.M 2007:20 ) Dari ketiga definisi di atas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa meupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian
kegiatan
misalnya
dengan
membaca,
mengamati,
mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik, kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. b. Motivasi Praktik dan pengalaman tertentu. Dalam hal ini, belajar perlu dibedakan dengan konsep yang berhubungan dengan berpikir, berperilaku, perkembangan, d a n p e r u b a h a n . Hal di atas sesuai dengan pernyataan Winkel ( dalam Hamzah B. Uno 2011:22 ) bahwa belajar pada manusia bisa dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental-psikis yang berinteraksi aktif dengan linkungannya, dan menghasilkan
perubahan
dalam
pengetahan,
pemahaman,
8 Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
9
keterampilan, dan sikap. Perubahan tersebut bersifat relatif konstan dan berbekas. Hal tersebut sesuai dengan rumusan pendapat Uno ( 2003 ) tentang pengertian belajar: (1) memodifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaiman, (2) suatu proses perubahan tingkah laku individu dengan lingkungannya, (3) perubahan tingkath laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian, atau mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan kecakapan dasr, yang terdapat dalam berbagai bidang studi, atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengal aman yang terorganisasi, (4) belajar selalu menunjukan suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik
atau pengalaman tertentu.
Selanjutnya, belajar adalah proses seseorang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap. ( Hamzah B. Uno 2011:22) Dari beberapa teori belajar yang dikemukakan di atas, dapat dirangkum bahwa belajar merupakan pengalaman yang diperoleh adanya interaksi antara
individu dengan lingkungannya. Belajar menunjukan
suatu peroses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Sedangkan dari beberapa definisi tentang belajar, dapat dirumuskan bahwa belajar adala proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan interaksi antara individu dan lingkunganya yang dilakukan secara formal, informal, dan nonformal.
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
10
c.
Asal Mula dan Perkembangan Motivasi Motivasi diterapkan dalam berbagai kegiatan, tidak terkecuali dalam belajar. Betapa pentinnya motivasi dalam belajar, karena keberadaanya sangat berarti bagi perbuatan belajar. Selain itu, motivasi merupakan pengarahan untuk perbuatan belajar kepada tujuan yang jelas yang diharapakan dapat tercapai. Di dalam kegiatan belajar, anak memerlukan motivasi. Misalnya anak yang akan ikut ujian, membutuhkan sejumlah informasi atau ilmu untuk mempertahankan dirinya dalam ujian, agar memperoleh nilai yang baik. Jika pada ujian nanti anak tidak dapat menjawab, maka akan muncul motif anak untuk menyontek karena ingin mempertahankan dirinya, agar tidak dimarahi orang tuanya karena memperoleh nilai yang buruk. ( Hamzah B. Uno 2011:23).
d. Pengertian Motivasi Banyak sekali, bahkan sudah umum orang menyebut dengan “motif” untuk menunjukan seseorang itu berbuat sesuatu. Apa motifnya si Badu itu membuat kekacuan, apa motif Aman it rajin membaca, apa motif Pak Jalu memberikan intensif kepada para pembantunya, dan begitu seterusnya. Kalau demikian, apa maksud dengan motif? Kata “motif” , diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam sunjek untuk melakaukan aktivitasaktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata “ motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak. ( Sardiman A.M 2007:73 ) Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada seseorang siswa, misalnya tidak berbuat sesuatu yang harusnya dikerjakan, maka perlu diselidiki sebab-sebabnya. Sebab-sebab itu biasanya bermacam-macam,
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
11
mungkin ia tidak senang, mungkin sakit, lapar, ada problem pribadi dan lain-lain. Hal ini berarti pada diri anak tidak terjadi perubahan energi, tidak terangsang afeksinya untuk melakukan sesuatu, karena tidak memiliki tujuan atau kebutuhan belajar. Keadaan semacam ini perlu dilakukan daya upaya yang dapat menemukan sebab-musababnya kemudian mendorong seseorang siswa itu mau melakukan kegiatan yang seharsnya dilakukan, yakni belajar. Dengan kata lain, siswa perlu diberikan rangsangan agar tumbuh motivasi pada dirinya. Atau singkatnya perlu diberikan motivasi. Motivasi
dapat
juga
dikatakan
serangkaian
usaha
untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang.dalam kegiatan belajar. Motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberi arah, sehingga tujuan uang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Dikatakan “keseluruhan”, karena pada umumnya ada beberapa motif yang bersama-sama menggerakkan siswa untuk belajar. Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Perananya yang khas adalah hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Ibaratnya seseorang itu menghadiri suatu ceramah, tetapi karena ia tidak tertarik pada materi yang diceramahkan, maka tidak akan mencamkan, apalagi mencatatat isi ceramah tersebut. Seseorang tidak memiliki motivasi, kecuali karena paksaan atau sekedar seremonial. Seorang siswa memiliki inteligensia yang cukup tinggi, mentak (boleh jadi) gagal karena kekurangan motivasi. ( Sardiman A.M 2007:75 ) Kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk dicintai dan dikasihi, kebutuhan untuk dapat diterima sebagai anggota kelompok dan seterusnya itu, bisa terjadi beberapa kebutuhan tertentu
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
12
dipenuhi secara bersama-sama (lihat gambar 9a) atau malahan semua kebutuhan tersebut terpenuhi secara bersama-sama terpenuhi secara serentak, sekalipun masing-masing/kebutuhan-kebutuhan tertentu belum terpenuhi secara utuh, 100% (lihat gambar 9b). Kebutuhan manusia
kebutuhan manusia
1
2
3
4
5
GAMBAR 9a
6
GAMBAR 9b ( Sardiman A.M 2007:82 )
e. Motivasi Belajar Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling memengaruhi. Belajar adalah perubahantingkah laku secara relatif permanen dan potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau pnguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. ( Hamzah B. Uno 2011:23) Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan citacita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Tetapi harus diingat, faktor tesebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat. Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
13
seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut : (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belaja; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar yan kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik. ( Hamzah B. Uno 2011:23) Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa motivasi belajar adalah suatu penggerak yang timbul dari kekuatan mental diri peserta didik maupun dari penciptaan kondisi belajar sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-tujuan belajar itu sendiri. f. Ciri-ciri Motivasi Belajar Motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai). 2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya). 3) Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangnan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentanan terhadap setiap tindak kriminal, amoral, dan sebagainya). 4) Lebih senang bekerja mandirir. 5) Cepat bosan pada tuga-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif). 6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu). 7) Tidak mudah untuk melepaskan hal yang diyakini itu. 8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. ( Sardiman A.M 2007:83 ) Apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti diatas, berarti orang itu selalu memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar aka berhasil baik, kalau siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri.
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
14
Siswa yang belajar dengan baik tidak akan terjebak pada sesuatu yang rutinitis dan mekanis. Siswa harus mampu mempertahankan pendapatnya, kalau ia sudah yakin dan dipandanginya cukup rasional. Bahkan lebih lanjut siswa harus juga peka dan responsif terhadap berbagai masalah umum, dan bagaimana memikirkan pemecahannya. Hal-hal itu semua harus dipahami benar oleh guru, agar dalam berinteraksi dengan siswanya dapat memberikan motivasi yang tepat dan optimal. Dari ciri-ciri motivasi di atas dapat disimpulkan bahwa pada diri seseorang yang termotivasi memiliki ciri-ciri dia adalah orang yang tekun menghadapi tugas, ulet dalam menghadapi kesulitan, menunjukan dia minat terhadap menanggapi masalah-masalah orang dewasa, tipe orang yang senang bekerja mandiri, cepat bosan pada tugas yang bersifat rutin dan lebih senang dengan sesuatu yang baru, dapat mempertahankan pendapatnya serta teguh dalam pendiriannya, tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya, dan merupakan orang yang senang mencari dan menyelesaikan masalah. g. Elemen-elemen Motivasi Belajar Menurut Mc. Donald ( dalam Sardiman A.M 2007:20 ) , motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai degan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc.Donald ini mengandung tiga elemen penting : 1) Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perubahan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya aan menyangkut keiatan fisik manusia. 2) Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/”feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
15
persoalan kejiwaan, afeksi an emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia. 3) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan. Dengan ketiga elemen diatas,maka dapat dikatakan bahwa motivasi akan menyebabkan terjadinya sesuatu yang kompleks. Motivasi akan memnyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan berganti dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan. h. Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi sangat diperlukan. Motivasi bagi siswa dapat mengembangkan aktifitas dan inisiatif,
dapat
mengarahkan
akan
memelihara
ketekunan
dalam
melakukan kegiatan belajar. Dalam kaitannya dengan itu perlu diketahui ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar, yaitu: 1) Kematangan 2) Usaha yang bertujuan 3) Pengetahuan mengenai hasil dalam motivasi 4) Partisipasi 5) Penghargaan dan hukuman
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
16
Berikut ini uraian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar: 1) Kematangan Dalam pemberian motivasi, faktor kematangan fisik, sosial dan psikis haruslah diperhatikan, karena hal itu dapat mempengaruhi motivasi. Seandainya dalam pemberian motivasi itu tidak memperhatikan kematangn, maka akan mengakibatkan frustasi dan mengakibatkan hasil belajar tidak optimal. 2) Usaha yang bertujuan Setiap usaha yang dilakukan mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai, akan semakin kuat dorongan untuk belajar. 3) Pengetahuan mengenai hasil dalam motivasi Dengan mengetahui hasil belajar, siswa terdorong untuk lebih giat belajar. Apabila hasil belajar itu mengalami kemajuan, siswa akan berusaha untuk mempertahankan atau meningkat intensitas belajarnya untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik di kemudian hari. Prestasi yang rendah menjadikan siswa giat belajar guna memperbaikinya. 4) Partisipasi Dalam kegiatan mengajar perlu diberikan kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi dalam seluruh kegiatan belajar. Dengan demikian kebutuhan siswa akan kasih sayang dan kebersamaan dapat diketahui, karena siswa merasa dibutuhkan dalam kegiatan belajar itu. 5) Penghargaan dengan hukuman Pemberian penghargaan itu dapat membangkitkan siswa untuk mempelajari
atau
mengerjakan
penghargaan
berperan
untuk
sesuatu. Tujuan membuat
pemberian
pendahuluan
saja.
Pengharagaan adalah alat, bukan tujuan. Hendaknya diperhatikan
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
17
agar
penghargaan
ini
menjadi
tujuan.
Tujuan
pemberian
penghargaan dalam belajar adalah bahwa setelah seseorang menerima penghargaan karena telah melakukan kegiatan belajar yang baik, ia akan melanjutkan kegiatan belajarnya sendiri di luar kelas. Sedangkan kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. ( Tkampus : 2012 ) Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi diantaranya adalah, Kematangan, Usaha yang bertujuan, Pengetahuan mengenai hasil dalam motivasi, dan Partisipasi serta yang terakhir adalah Penghargaan dan hukuman. i. Bentuk – Bentuk Motivasi Belajar Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah. ( Sardiman A.M 2007:92 ) 1) Memberi angka Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan berlajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-baik. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. Tetapi ada juga bahkan banyak siswa bekerja atau belajar hanya ingin mengejar pokoknya naik kelas saja. Ini menunjukan motivasi yang dimilikinya kurang berbobot bila dibandingkan dengan siswa-siswa yang menginginkan angka baik. Namun demikian semua itu harus diingat oleh guru bahwa pencapaian angka-angka seperti itu belum merupakan hasil belajar yang sejati, hasil belajar yang bermakna. Oleh karena itu, langkah selanjutnya yang ditempuh oleh guru adalah bagaimana cara memberikan angkaangka dapat dikaitkan dengan values yang terkandung di dalam setiap pengetahuan yang diajarkan kepada para siswa sehingga tidak sekedar
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
18
kognitif saja tetapi juga keterampilan dan juga afeksinya. 2) Hadiah Hadiah dapat juaga dikatakan sebagai motivasi, teapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk setiap pekerjaan, munkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut. Sebagai contoh hadiah yang diberikan untuk gambar yang terbaik mungkn tidak akan menarik bagi seseorang siswa yang tidak memiliki bakat menggambar. 3) Saingan/kompetisi Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Memang unsur persaingan ini banyak dimanfaatkan di dalam dunia industri atau perdagangan, tetapi juga sangat baik digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa. 4) Ego-involment Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras denan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri, begitu juga untuk siswa -siswi subjek belajar. Para siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya. 5) Memberi ulangan Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan suatu motivasi. Tetapi yang harus diingat oleh guru, adalah jangan terlalu sering (misalnya setiap hari) karena bisa membosankan dan bersifat rutinitis. Dalam hal ini guru harus juga terbuka, maksudnya
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
19
kalau akan ulangan harus diberitahukan kepada siswanya. 6) Mengetahui hasil Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apabila kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat. 7) Pujian Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu, supaya pujian ini merupakan motivasi, pemberian harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri. 8) Hukuman Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena it guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman. 9) Hasrat untuk belajar Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini akan lebik baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik. 10) Minat Di depan sudah diuraikan bahwa soal motivasi sangat erat hubungannya dengan unsur minat. Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau sudah merupakan motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat. Mengenai minat ini antara lain
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
20
dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut : a) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan. b) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau. c) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik. d) Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar. 11) Tujuan yang diakui Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar. ( Sardiman A.M 2007:92 ) Disamping bentuk-bentuk motivasi sebagaimana diuraikan di atas, sudah barang tentu masih banyak bentuk dan cara yang bisa dimanfaatkan. Hanya yang penting bagi guru adanya bermacammacam motivasi itu dapat dikembangkan dan diarahkan untuk dapat melahirkan hasil belajar yang bermakna. Mungkin pada mulanya, karena ada sesuatu (bentuk motivasi) siswa itu rajin belajar, tetapi guru harus mampu melanjutkan dari tahap rajin belajar itu bisa diarahkan menjadi kegiatan belajar yang bermakna, sehingga hasilnya pun akan bermakna bagi kehidupan si subjek belajar. j) Fungsi Motivasi Belajar Dengan mantapnya di siang bolong, si abang becak mendayung becak untuk mengangkut penumpangnya, demi mencari makan untuk anak-istrinya. Dengan teguhnya anggota ABRI itu melintasi sungai dengan meniti tambang. Berjam-jam tanpa mengenal lelah ppara peman sepak bola itu berlatih untuk menghadapi babak kualifikasi pra-piala dunia. Para pelajar mengurung dirinya dikamar untuk belajar, karena akan menghadapi ujian pada pagi harinya. Serangkaian kegiatan yang dilakukan masing-masing pihak itu sebenarnya dilatarbelakangi oleh sesuatu atau yang secara umum
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
21
dinamakan motivasi. Motivasi inilah yang mendoron mereka untuk melakukan suatu kegiatan/pekerjaan. ( Sardiman A.M 2007:84 ) Begitu juga untuk belajar sangat diperlukan aanya motivasi. Motivation is an essensial condition of learning. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu.jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar siswa. Perlu ditegaskan, bahwa motivasi bertalian dengan suatu tujuan. Seperti disinggung di atas, bahwa walaupun di saat siang bolong si abang becak itu juga menarik becaknya karena bertujuan untuk mendaparkan uang guna menghidupi anak dan istrinya. Juga para pemain sepak bola rajin belatih tanpa mengenal lelah, karena mengharapkan akan mendapatkan kemenangan dalam pertandingan yang akan dilakukannya. Dengan demikian, motivasi memengaruhi adanya kegiatan. ( Sardiman A.M 2007:84 ) Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi : 1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai pengerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 2. Menentukan arah perubahan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. 3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seseorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan. ( Sardiman A.M 2007:85 )
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
22
k) Teori Motivasi Belajar 1. Teori insting Menurut
teori
ini
tindakan
setiap
diri
manusia
diasumsikan seperti tingkah jenis binatang. Tindakan manusia itu dikatakan selalu berkaitan dengan insting atau pembawaan. Dalam memberikan respons terhadap adanya kebutuhan seolaholah tanpa dipelajari. Tokoh dari teori ini adalah Mc. Dougall. ( Sardiman A.M 2007:82 ) 2. Teori fisiologis Teori
ini
juga
sebenarnya
disebutnya
“Behaviour
Theories”. Menurut teori ini semua tindakan manusia itu berakar pada usaha memenuhi kepuasan dan kebutuhan organik atau kebuuhan primer, seperti kebutuhan tentang makan, minuman, udara dan lain-lain yang diperlukan untuk kepntingan tubh seseorang. Dari teori inilah muncul perjuangan hidup, perjuangan untuk mempertahankan hidup, struggle for survival. ( Sardiman A.M 2007:82 ) 3. Teori Psikonalitik Teori ini mirip dengan teori insting, tetapi ditekankan pada unsur-unsur kejiwaan yang ada pada diri anusia. Bahwa setiap tindakan manusia karena adanya unsur pribadi manusia yakni id dan ego. Tokoh dari teori ini adalah Freud. ( Sardiman A.M 2007:83 ) 2. Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) a. Pengertian Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) Pengertian Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari,
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
23
dengan melibatkan tujuh komponen utama dari pembelajaran produktif yaitu : konstruktivisme
(Constructivism),
bertanya
(Questioning),
menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modelling), refleksi (Reflection) dan penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) (Depdiknas dalam Tukiran Taniredja dkk, 2012:49). Menurut Johnson (dalam Tukiran Taniredja dkk, 2012:49) sistem CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajarai dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, melakukan kerja sama, berpikir kreatif dan kritis, mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian autentik. b. Tujuan Pembelajaran Kontekstual Tujuan pembelajaran kontekstual adalah untuk membekali mahasiswa berupa pengetahuan dan kemampuan (skill) yang lebih realistis karena inti pembelajaran inti adalah mendekatkan hal-hal yang teoritis ke praktis. Sehingga dalam pelaksanaan metode ini diusahakan teori yang dipelajari teraplikasi dalam situasi riil. Bagi dosen metode ini membantu dosen mengaitkan materi yang diajarkan dengan dunia nyata dan mendorong mahasiswa membuat hubungan antara pengetahuan sebelumya (pior knowl) yang lebih realistis karena inti pembelajaran inti adalah mendekatkan hal-hal yang teoritis ke praktis. Sehingga dalam pelaksanaan metode ini diusahakan teori yang di pelajari teraplikasi dalam situasi riil. Bagi dosen metode ini membantu dosen mengaitkan materi yang diajarkan dengan dunia nyata dan mendorong mahasiswa membuat hubungan antara pengetahuan sebelumya (pior knowl) yang
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
24
lebih realistis karena inti pembelajaran inti adalah mendekatkan hal-hal yang teoritis ke praktis. Sehingga dalam pelaksanaan metode ini diusahakan teori yang di pelajari teraplikasi dalam situasi riil. Bagi dosen metode ini membantu dosen mengaitkan materi yang diajarkan dengan dunia nyata dan mendorong mahasiswa membuat hubungan antara pengetahuan sebelumya (pior knowledge) dengan aplikasinya dalam kehidupan mereka di masyarakat (khilmiyah dalam Tukiran Taniredja dkk, 2012:50). Dalam konteks ini, peserta didik perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan demikian mereka memosisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya kelak. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing. Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membimbing peserta didik mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas.
Sesuatu
yang baru baik
pengetahuan
maupun
keterampilan datang dari ‘menemukan sendiri’ bukan dari ‘apa kata guru’. Begitulah peran guru dikelas yang di kelola dengan pendekatan kontekstual. Kontekstual hanya sebagai sebuah strategi pembelajaran. Seperti halnya strategi pembelajaran yang lain, kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna. Pendekatan kontekstual dapat dilaksanakan tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada.
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
25
c. Elemen-elemen dalam pembelajaran kontekstual Menurut Zahorik (dalam Tukiran Taniredja dkk, 2012:51) terdapat lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran kontekstual, yaitu : 1) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (acquiring knowledge) 2) Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan dahulu, kemudian memperhatikan detailnya. 3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) yaitu dengan cara menyusun konsep sementara (hipotesis), melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validasi) dan atas dasar tanggapan itu konsep tersebut di revisi dan di kembangkan, 4) Mempraktekan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge) 5) Melakukan
refleksi
(reflecting
knowledge)
terhadap
strategi
pengembangan pengetahuan tersebut. d. Prinsip Dasar Pendidikan Konstektual Prinsip dasar pendidikan kontekstual Menurut Johnson (dalam Tukiran Taniredja dkk, 2012:51) bahwa pendidikan kontekstual memiliki tiga prinsip dasar, yaitu : 1) Belajar menghasilkan perubahan perilaku anak didik yang relatif permanen. Artinya peran penggiat pendidikan khususnya guru dan dosen adalah sebagai pelaku perubahan (agent of change) 2) Anak didik memiliki potensi, gandrung dan kemampuan yang merupakan benih kodrati untuk ditumbuhkembangkan tanpa henti 3) Perubahan atau pencapaian kualitas ideal itu tidak tumbuh alami linier sejalan proses kehidupan. Artinya, proses belajar-mengajar memang merupakan bagian dari kehidupan itu sendiri, tetapi ia di desain secara khusus, dan diniati demi tercapainya kondisi atau kualitas ideal seperti disebut diatas.
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
26
e. Strategi pendidikan kontekstual Terdapat tujuh strategi yang sama pentingnya dan semuanya secara proposional dan rasional mesti ditempuh pada pendidikan kontekstual, yaitu : 1) Pengajaran berbasis problem 2) Menggunakan konteks yang beragam 3) Mempertimbangkan kebhinekaan siswa 4) Memberdayakan siswa untuk belajar sendiri 5) Belajar melalui kolaborasi 6) Menggunakan penilaian otentik 7) Mengejar standar tinggi (johnson, dalam Tukiran Taniredja dkk, 2012:52) f. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama dari pembelajaran produktif yaitu : konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry),
masyarakat
belajar
(Learning
Community),
pemodelan
(Modelling), refleksi (Reflection) dan penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) (Depdiknas dalam Tukiran Taniredja dkk, 2012:49). Menurut Johnson (dalam Tukiran Taniredja dkk, 2012:49) sistem CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
27
yang berarti, melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, melakukan kerja sama, berpikir kreatif dan kritis, mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian autentik. Tujuan
pembelajaran
kontekstual
adalah
untuk
membekali
mahasiswa berupa pengetahuan dan kemampuan (skill) yang lebih realistis karena inti pembelajaran inti adalah mendekatkan hal-hal yang teoritis ke praktis. Sehingga dalam pelaksanaan metode ini diusahakan teori yang di pelajari teraplikasi dalam situasi riil. Bagi dosen metode ini membantu dosen mengaitkan materi yang diajarkan dengan dunia nyata dan mendorong mahasiswa membuat hubungan antara pengetahuan sebelumya ( pior knowl ) yang lebih realistis karena inti pembelajaran inti adalah mendekatkan hal-hal yang teoritis ke praktis. Sehingga dalam pelaksanaan metode ini diusahakan teori yang di pelajari teraplikasi dalam situasi riil. Bagi dosen metode ini membantu dosen mengaitkan materi yang diajarkan dengan dunia nyata dan mendorong mahasiswa membuat hubungan antara pengetahuan sebelumya (pior knowl) yang lebih realistis karena inti pembelajaran inti adalah mendekatkan hal-hal yang teoritis ke praktis. Sehingga dalam pelaksanaan metode ini diusahakan teori yang di pelajari teraplikasi dalam situasi riil. Bagi dosen metode ini membantu dosen mengaitkan materi yang diajarkan dengan dunia nyata dan mendorong mahasiswa membuat hubungan antara pengetahuan sebelumya (pior knowledge) dengan aplikasinya dalam kehidupan mereka di masyarakat ( khilmiyah dalam Tukiran Taniredja dkk, 2012:50 ). Dalam konteks ini, peserta didik perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan demikian mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya kelak.
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
28
Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing. Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membimbing peserta didik mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas. Sesuatu yang baru baik pengetahuan maupun keterampilan datang dari ‘menemukan sendiri’ bukan dari ‘apa kata guru’. Begitulah peran guru dikelas yang di kelola dengan pendekatan kontekstual. Kontekstual hanya sebagai sebuah strategi pembelajaran. Seperti halnya strategi pembelajaran yang lain, kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna. Pendekatan kontekstual dapat dilaksanakan tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada. g. Prinsip Ilmiah dalam CTL Menurut Johnson ( 2007:86, dalam Tukiran Taniredja dkk, 2012:53 ) terdapat tiga prinsip ilmiah dalam CTL, yaitu : 1) Prinsip kesalingbergantungan, kesalingtergantungan mewujudkan diri, misalnya ketika para siswa bergabung untuk memecahkan masalah dan ketika para guru mengadakan pertemuan dengan rekannya. Hal ini tampak jelas ketika kemitraan menggabungkan sekolah dengan dunia bisnis dan komunitas. 2) Prinsip Diferensiasi, diferensiasi menjadi
nyata ketika CTL
menantang para siswa untuk saling menghormati keunikan masingmasing, untuk bekerjasama untuk menghasilkan gagasan dan hasil baru yang berbeda, dan untuk menyadari bahwa keragaman adalah tanda kemantapan dan kekuatan.
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
29
3) Prinsip pengorganisasian diri, terlihat ketika para siswa mencari dan menemukan kemampuan dan minat mereka sendiri yang berbeda, mendapat manfaat dari umpan balik yang di berikan oleh penilaian autentik, mengulas usaha – usaha mereka dalam tuntunan tujuan yang jelas dan standar yang tinggi, dan berperan serta dalam kegiatankegiatan yang berpusat pada siswa yang membuat hati mereka bernyanyi. h. Strategi Pembelajaran CTL Alwasilah (dalam Tukiran Taniredja dkk, 2012:54) menyebutkan bahwa ada tujuh ayat pendidikan kontekstual, yaitu : 1) Pengajaran berbasis problem. 2) Menggunakan konteks yang beragam. 3) Mempertimbangkan kebhinekaan siswa. 4) Memberdayakan siswa untuk belajar sendiri. 5) Belajar melalui kolaborasi. 6) Menggunakan penilaian otentik. 7) Mengejar standar tinggi. i. Karakteristik Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Pembelajaran
dengan
pendekatan
kontekstual
mempunyai
karakteristik sebagai berikut : 1) Pembelajaran
dilaksanakan
dalam
konteks
autentik,
yaitu
pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah. 2) Pembelajaran
memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
mengerjakan tugas-tugas yang bermakna. 3) Pembelajaran
dilaksanakan
dengan
memberikan
pengalaman
bermakna kepada siswa. 4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antar teman.
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
30
5) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam. 6) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama. 7) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan. Secara lebih sederhana karakteristik pembelajaran kontekstual dapat dinyatakan menggunakan sepuluh kata kunci yaitu: kerja sama, saling menunjang, menyenangkan, belajar dengan gairah, pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, sharing dengan teman, siswa kritis dan guru kreatif. j. Asas – Asas 1) Kontruktivisme (Constructivism) Komponen ini merupakan landasan berfikir pendekatan CTL. Pembelajaran konstruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif dan produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna. Pengetahuan bukanlah
serangkaian
fakta,
konsep
dan
kaidah
yang
siap
dipraktekkan, melainkan harus di konstruksi terlebih dahulu dan memberikan makna melalui pengalaman nyata. Karena itu siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan mengembangkan ide-ide yang ada pada dirinya. Prinsip konstruktivisme yang harus dimiliki guru adalah sebagai berikut. a) Proses pembelajaran lebih utama dari pada hasil pembelajaran. b) Informasi bermakna dan relevan dengan kehidupan nyata siswa lebih penting daripada informasi verbalistis. c) Siswa
mendapatkan
kesempatan
seluas-luasnya
untuk
menemukan dan menerapkan idenya sendiri.
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
31
d) Siswa diberikan kebebasan untuk menerapkan strateginya sendiri dalam belajar. e) Pengetahuan siswa tumbuh dan berkembang melalui pengalaman sendiri. f) Pengalaman siswa akan berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila diuji dengan pengalaman baru. g) Pengalaman siswa bisa dibangun secara asimilasi (pengetahuan baru dibangun dari pengetahuan yang sudah ada) maupun akomodasi (struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk menyesuaikan hadirnya pengalaman baru). Menurut Suparno (dalam Igoputra:2012) secara garis besar prinsip– prinsip konstruktivisme yang diambil adalah : a) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun secara sosial. b) Pengetahuan tidak dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali dengan kearifan siswa sendiri untuk bernalar. c) Siswa aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga terjadi perubahan konsep menuju konsep yang lebih rinci, lengkap serta sesuai dengan konsep ilmiah. d) Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus. 2) Inkuiri Asas kedua dalam pembelajaran CTL adalah inkuiri. Artinya, proses pembelajaran didasarkan pada pencapaian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Proses menemukan inilah yang dirangsang secara optimal lewat penerapan strategi pembelajaran CTL. Karena strategi pembelajaran CTL menekankan keaktifan siswa dalam menemukan sendiri pengetahuan. Dengan demikian dalam proses
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
32
perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus
dihafal,
akan
tetapi
merancang
pembelajaran
yang
memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Ada beberapa langkah dalam kegiatan menemukan dalam kegiatan menemukan (inkuiry) yang dapat dipraktekkan di kelas : a) Merumuskan Masalah. b) Mengamati dan melakukan observasi. c) Menganalisis dan menyajikan hasil tulisan, gambar, laporan bagan, tabel dan karya lainnya. d) Mengkomunikasikannya atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru atau audien yang lain. Suparno (dalam Igoputra:2012). 3) Bertanya (Questioning) Menurut Suparno (dalam Igoputra:2012) bertanya dapat dipandang sebagai “Refleksi dari keingintahuan setiap individu; sedangkan
menjawab
pertanyaan
mencerminkan
kemampuan
seseorang dalam berpikir. Dalam proses pembelajaran melalui CTL, guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri”. Cara guru memnacing siswa untuk bertanya akan dapat tereksplorasi dengan baik. Karena itu peran bertanya sangat penting, sebab melalui pertanyaan–pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang di pelajarinya. 4) Masyarakat Belajar (Learning Community) Model pembelajaran dengan teknik (Learning Community) sangat membantu proses pembelajaran di kelas. Prakteknya dalam pembelajaran terwujud dalam : a) Pembentukan kelompok kecil. b) Pembentukan kelompok besar.
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
33
c) Mendatangkan ”ahli” ke kelas (tokoh, olah ragawan, dokter, perawat, petani, pengurus organisasi, polisi, tukang kayu dll). d) Bekerja dengan kelas sederajat. e) Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya. f) Bekerja dengan masyarakat. (Suparno dalam Igoputra:2012) 5) Pemodelan (Modeling) Yang
dimaksud
dengan
asas
modeling
adalah
proses
pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Misalnya : Guru memberikan contoh bagaimana cara mengoperasikan sebuah alat, atau bagaimana cara melafalkan sebuah kalimat asing, guru olah raga memberikan contoh bagaimana cara melempar bola, guru kesenian memberikan contoh bagaimana cara memainkan alat musik, guru biologi memberikan contoh bagaimana cara menggunakan termometer, dan lain sebagainya. Proses modeling tidak sebatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga memanfaatkan siswa yang dinggap memiliki kemampuan. Misalnya siswa yang pernah menjadi juara dalam membaca puisi dapat disuruh untuk menampilkan kebolehannya di depan teman– temannya, dengan demikian siswa dapat dianggap sebagai model. Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoretis - abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme. 6) Refleksi (Reflection) Menurut Suparno (dalam Igoputra:2012) “Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru di pelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan di masa lalu”. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengalaman yang batu di terima. Misalnya, ketika pelajaran berakhir, siswa “merenung” kalau
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
34
begitu, cara saya menyimpan file selama ini salah, mestinya dengan cara yang baru saya pelajari, sehingga file dalam komputer saya lebih tertata. Pengetahuan diperoleh melalui proses, pengetahuan dimiliki siswa diperluas melalui konteks pembelajaran yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Guru membantu siswa membuat hubungan – hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan begitu siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya. Refleksi menjawab pertanyaan kaum behaviorisme yang memisahkan aspek jasmani manusia dengan aspek rohaninya. Selama ini siswa menjalani pembelajaran dengan statis dan tanpa variasi. Jarang sekali mereka diberi kesempatan untuk ”diam sejenak” dan berpikir tentang apa yang baru saja mereka lakukan atau pelajari. Waktu amat cepat berlalu, semua terburu – buru dan mungkin memang tidak sempat melakukannya. 7) Penilaian Nyata (Authentic Assessment) Suparno (dalam Igoputra:2012) menyatakan bahwa “Proses pembelajaran konvensional yang sering dilakukan guru pada saat ini, biasanya ditekankan pada aspek intelektual sehingga alat evaluasi yang digunakan terbatas pada penggunaan tes”. Dengan tes dapat diketahui seberapa jauh siswa telah menguasai materi pelajaran. Dalam CTL, keberhasilan
pembelajaran
tidak
hannya
ditentukan
oleh
perkembangan kemampuan intelektual saja, akan tetapi perkembangan seluruh aspek. Oleh sebab itu, penilaian keberhasilan tidak hannya ditentukan oleh aspek hasil belajar seperti tes, akan tetapi juga proses belajar melalui penilaian nyata. Penilaian nyata (Authentic Assessment) adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui apakah siswa benar–benar belajar atau
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
35
tidak; apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa. Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus – menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada proses belajar bukan kepada hasil belajar. k. Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran CTL 1) Kelebihan Model Pembelajaran CTL Adapun
beberapa
keunggulan
dari
pembelajaran
Kontekstual adalah: a) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan. b) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”. c) Kontekstual adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental d) Kelas dalam pembelajaran Kontekstual bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan e) Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa, bukan hasil pemberian dari guru
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
36
f) Penerapan pembelajaran Kontekstual dapat menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna. ( dalam Aprudin : 2011) 2) Kelemahan Model Pembelajaran CTL Adapun kelemahan dari pembelajaran Kontekstual adalah sebagai berikut: a) Diperlukan
waktu
yang
cukup
lama
saat
proses
pembelajaran Kontekstual berlangsung. b) Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat menciptakan situasi kelas yang kurang kondusif. c) Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL, guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ”penguasa” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya. Guru
memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
menemukan atau menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi– strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula. ( dalam Aprudin : 2011).
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
37
3. Konstitusi a. Pengertian Konstitusi Istilah kontitusi (constitution) berasal kebudayaan yunani, yaitu respublica constiture yang berarti menetapkan atau membentuk. Jadi, konstitusi mengandung arti pembentukan suatu negara atau menyusun dan menyatakan suatu negara. Konstitusi biasanya disamakan dengan kata undang-undang sadar walaupun ada yang berpendapat bahwa konstitusi berbeda dengan undangundang dasar. Hal itu disebabkan ruang lingkup konstitusi bisa tertulis ataupun tidak tertulis, sedangkan undang-undang dasar lingkupna tertulis. Dalam perspektif politik, konstitusi merupakan keseluruhan peraturan, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara-cara bagaimana suatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat. Konstitusi juga merupakan suatu naskah yang memuat semua bangunan negara dan sendi-sendi pemerintahan negara. Kontitusi sebagai sekelompok ketentuan mengatur organisasi negara
dan
susunan
pemerintahan
suatu
negara
serta
penyelenggaraan negara. (Nur Wahyu Rochmadi, 2011:106) Secara teoritis, istilah konstitusi dapat juga dibedaklan dalam dua kategori, yaitu konstitusi politik dan konstitusi sosial. 1) Konstitusi Politik Konstitusi politik merupakan semata-mata sebuah hukum yang berisi pasal-pasal yang mengandung normanorma dasar dalam penyelenggaraan negara, hubungan antara negara dengan rakyat atau antar lembaga negara.
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
38
2) Konstitusi Sosial Konstitusi sosial lebih luas dari dokumen hukum karena mengandung cita-cita sosial bangsa, rumusan filosofi tentang negara, sistem sosial, sistem ekonomi, dan sistem politik yang ingin dikembangkan oleh bangsa tersebut (Mahendra, 1996 dalam Nur Wahyu Rochmadi, 2011:106). Menurut K.C. Wheare sebagaimana yang dikatakan Subardi (2001)
(dalam Nur Wahyu Rochmadi, 2011:106) ,
konstitusi merupakan keseluruhan sistem ketatanegaraan dari suatu negara, yaitu berupa kumpulan peraturan yang membentuk, mengatur, atau memerintahkan dalam pemerintahan suatu negara. Maksud
peraturan
disini
merupkan
penggabungan
antara
ketentuan-ketentuan yang memiliki sifat hukum (nonlegal). Selain sebagai alat dokumen nasional, konstitusi juga sebagai alat untuk membentuk sistem politik dan sistem hukum negaranya sendiri. A.A.H. Struycken ( dalam Nur Wahyu Rochmadi, 2011:106),
juga
mengatakan
bahwa
undang-undang
dasar
(grondwet) sebagai konstitusi tertulis merupakan sebuah dokumen formal yang berisi hal-hal sebagai berikut : 1) Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yang lampau. 2) Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa. 3) Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan, baik pada waktu sekarang maupun untuk masa yang akan datang. 4) suatu
keinginan,
tentang
perkebangan
kehidupan
ketatanegaraan bangsa yang hendak dipimpin (Thoib, 1999 dalam Nur Wahyu Rochmadi, 2011:106).
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
39
Konstitusi sebagai kerangka negara yang diorganisasikan dengan /dan melalui menetapkan hal-hal seperti berikut : 1) Peraturan mengenai pendirian lmbaga-lembaga yang permanen. 2) Fungsi dari lembaga-lembaga tersebut. 3) Hak-hak tertentu yang ditetapkan. Dalam kehidupan suatu negara, konstitusi mempunyai kedudukan atau derajat supremasi di dalam suatu negara. Konstitusi mempunyai kedudukan tinggi dalam tertib hukum suatu negara. Kedudukan konstitusi dalam suatu negara bias dilihat dari dua aspek, yaitu aspek hukum dan aspek moral. Dilihat dari aspek hukum,konstitusi mempunyai derajat tertinggi dalam suatu negara yang dalam pelaksanaanya akan dijabarkan dalam peraturan perundang-undangan yang lebih rendah. Oleh karena itu yang dimaksud dengan konstitsional tidak hanya berdasarkan ketentuan konstitusi belaka melainkan juga termasuk implementasi konstitusi yang berwujud di dalam semua peraturan perundang-undangan produk konstitusi. Konstitusi sebagai hukum tetinggi (supremation) harus ditaati oleh rakyat ataupun alat-alat perlengkapan negara. Jika konstitusi dilihat dari aspek moral/landasan fundamental maka konstitusi berada di bawahnya. Konstitusi tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai universal dari etika moral. UUD 1945 sebagai konstitusi Indonesia terjabarkan dalam tata urutan peraturan perundang-undangan. Menurut UndangUndang No. 01 Tahun 2004 tentang Pembentukan Aturan Perundang-Undangan Rebublik Indonesia ( dalam Nur Wahyu Rochmadi, 2011:107) adalah sebagai berikut : 1) Undang- Undang Dasar 1945 2) TAP MPR
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
40
3) Undang – Undang (UU)/ Peraturan Pengganti Undang-undang (Perpu) 4) Peraturan Pemerintah (PP) 5) Peraturan Presiden (Perpres) 6) Peraturan Daerah (Perda)
b. Macam-macam Konstitusi Dalam praktiknya, konstitusi terbagi ke dalam dua bagian, yakni yang tertulis atau dikenal dengan Undang-Undang Dasar dan yang tidak tertulis, atau dikenal juga dengan konvensi. 1) Konstitusi tertulis atau Undang-Undang Dasar, yaitu suatu naskah yang memaparkan kerangka dan tugas-tugas pokok badan-badan pemerintahan suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan-badan tersebut. Pada umumnya, semua negara di dunia dewasa ini mempunyai konstitusi tertulis. a) Ciri-ciri Undang-Undang Dasar Setiap Undang-Undang Dasar memuat ketentuanketentuan mengenai soal-soal sebagai berikut: (1) Organisasi negara. misalnya pembagian kekuasaan antara badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif dalam negara
federal,
pembagian
kekuasaan
antara
pemerintah federal dan pemerintah negara-negara bagian, prosedur penyelesaian masalah pelanggaran yurisdiksi oleh salah satu badan pemerintah, dan sebagainya. (2) Hak-hak asasi manusia (biasanya disebut Bill of Rightsjika berbentuk naskah tersendiri).
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
41
(3) Prosedur pengubahan Undang-Undang Dasar. (4) Ada kalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari Undang-Undang Dasar. Hal ini, biasanya terdapat jika para penyusun Undang-Undang Dasar ingin menghindari terulangnya kembali hal-hal yang barn saja diatasi seperti munculnya seorang diktaktor atau kembalinya suatu monarki. Misalnya, UndangUndang Dasar Federasi Jerman melarang untuk mengubah sifat federalisme dari Undang-Undang Dasar karena dikhawatirkan sifat unitarisme dapat melicinkan jalan untuk munculnya kembali seorang diktaktor seperti Hitler. b) Kelebihan konstitusi tertulis antara lain: (1) Undang-undang lebih besar kewibawaannya daripada konvensi. (2) Pelanggaran terhadap undang-undang lebih mudah diketahui dar zapat diambil tindakan lebih cepat. Bagi seorang hakim, lebih mudah menafsirkan undangundang daripada konvensi yang tak tertulis. (3) Undang-Undang Dasar biasanya terang dan tegas perumurusannya. Konvensi biasanya timbul dari kebiasaan dan terkadang sulit menetapkan kapan suatu kebiasaan menjadi konvensi. (4) Adanya kepastian hukum dalam masyarakat. 2) Konstitusi tidak tertulis atau konvensi, yaitu peraturan yang tidak tertulis yang timbul dan terpelihara dalam praktik penyelenggaraan negara.
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
42
Konvensi atau konstitusi tak tertulis antara lain mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: a) Merupakan kebiasaan yang terns berulang dan terpeiihara dalam praktik penyelenggaraan negara. b) Tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar dan berjalan sejajar. c) Diterima oleh seluruh rakyat. d) Bersifat sebagai pelengkap, sehingga memungkinkan sebagai aturan-aturan dasar yang tidak terdapat dalam Undang-Undang
Dasar.
Contoh-contoh
konvensi
di
Indonesia antara lain sebagai berikut: (1) Pengambilan
keputusan
berdasarkan
musyawarah
untuk mufakat. Menurut Pasal 2 Ayat (3) UndangUndang Dasar 1945, segala keputusan MPR diambil berdasarkan suara terbanyak. Akan tetapi, sistem ini dirasa kurang sesuai dengan jiwa kekeluargaan sebagai kepribadian bangsa. Karena itu, dalam praktik-praktik penyelenggaraan negara selama. ini selalu diusahakan untuk mengambil keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat dan ternyata hampir selalu berhasil. Pungutan suara barn ditempuh, jika usaha musyawarah untuk mufakat, dan ternyata sudah tidak dapat dilaksanakan. Hal ini merupakan perwujudan dari citacita yang terkandung dalam pokok pikiran persatuan dan pokok pikiran kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan.
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
43
(2) Pidato kenegaraan Presiden Republik Indonesia setiap tanggal 16 agustus di hadapan sidang Dewan Perwakilan Rakyat. (3) Pidato Presiden yang diucapkan sebagai keterangan pemerintah etntang Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara pada minggu pertama bulan Januari setiap athunnya. ( dalam Joko Budi Santoso, LKS PKn : 4 ) d) Fungsi Konstitusi Secara lebih operasional suatu konstitusi mempunyai fungsi sebagai berikut : 1) Membatasi perilaku pemerintahan secara efektif. 2) Membagi kekuasaan dalam beberapa lembga negara. 3) Menentukan lembaga negara bekerja sama satu sama lain. 4) Menentukan hubungan di antara lembaga negara. 5) Menentukan pembagian kekuasaan dalam negara, baik yang sifatnya horizontal maupun verikal (teritorial). 6) Menjamin hak-hak warga negara dari tindakan sewenangwenang penguasa. 7) Menjadi landasan struktural penyelenggaraan pemerintahan menurut suatu sistem ketatanegaraan. (Nur Wahyu Rochmadi, 2011:107)
e) Tujuan Konstitusi Setiap konstitusi senantiasa memiliki tujuan, yaitu untuk memberikan pembatasan dan pengawasan terhadap kekuasaan politik dan membebaskan kekuasaan dari kontrol mutlak para penguasa dengan menetapkan batas-batas kekuasaannya.
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
44
Menurut latar belakang munculnya ide konstitusi yang dibuat oleh suatu negara juga bertujuan sebagai berikut : 1) Untuk membatasi kekuasaan penguasa agar tidak bertindak sewenang-wenang. 2) Untuk melindungi hak asasi manusia. 3) Sebagai pedoman dalam penyelenggaraan negara. (Nur Wahyu Rochmadi, 2011:108)
f) Isi Konstitusi Menurut
Struycken,
Undang-Undang
Dasar
sebagai
konstitusi tertulis merupakan dokumen formal yang berisikan: 1) Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yang larnpau. 2) Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa. 3) Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan, balk untuk waktu sekarang maupun untuk waktu yang akan datang. 4) Suatu keinginan, di mana perkembangan kehidupan ketatanegaraan bangsa hendak dipimpin. ( dalam Joko Budi Santoso, LKS PKn : 6 ) g) Substansi Konstitusi Setiap negara mempunyai konstitusi, tetapi tidak ada negara yang memiliki konstitusi yang sama. Hal iti dikarenakan suatu konstitusi disususn berdasarkan sejarah, budaya, ideologi, falsafah, perkembanagan negara, tujuan negara, dan dasar negra dari masing-masing negara. Suatu konstitusi selain merupakan dokumen nasional dan kemerdekaan sebagai hasil perjuangan politik bangsa, juga berisi mengenai sistem politik dan sistem hukum yang hendak
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
45
diwujudkan pada masa yang akan datang. Menurut Sri Sumantri (Nur Wahyu Rochmadi, 2011:109 ), konstitusi berisi tiga hal pokok, yaitu sebagai berikut : 1) Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negara. 2) Ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat fundamental. 3) Pembagian dan pembatasaan tugas ketatanegaraan yang bersifat fundamental. Menurut Miriam Budiardjo ( dalam Nur Wahyu Rochmadi, 2011:109), setiap undang-undang dasar (UUD) memuat ketentuan mengenai organisasi negara. Misalnya, pembagian kekuasaan antara badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif; pembagian kekuasaan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah atau prosedur penyelesaian masalah pelanggaran yurisdiksi oleh salah satu badan pemerintah. Selain hal tersebut, suatu konstitusi juga berisi tentang cara perubahan konstitusi.
h) Perubahan Konstitusi (Amandemen) Konsitusi biasanya memiliki sifat fleksibel atau rigid. indikator dari sifat fleksibel dilihat dari bagaimana cara merubah konstitusi tersebut, apakah konstitusi memberi ruang bebas terhadap terjadinya perubahan konstitusi atau tidak. Sifat rigid dilihat dari apakah konstitusi mudah atau tidak mengikuti perkembangan zaman. Sebagaimana diketahui konstitusi dibuat pada suatu masa tertentu (awal berdirinya suatu negara) dan dijadikan dasar dalam penyelenggaraan negara. Permasalahanya, manusia itu memiliki kehidupan yang dinamis dan berkembang. Apakah konstitusi memberi ruang untuk mengikuti perkembangan zaman.?
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
46
Konstitusi pada dasrnya mempunyai sifat khas, yaitu harus mampu mengikuti perkembangan zaman. Konstitusi harus memberi ruang untuk terjadinya perubahan, tetapi konstitusi tidak bisa diganti setiap saat. Misalnya setiap ada pergantian kekuasaan (Presiden), konstitusinya turut pula diganti. Hal itu tidak benar karena usia suatu konstitusi menunjukan bagaimana kondisi pemerintahan di negara tersebut. Suatu sistem pemerintahan yang baik ditandai oleh seberapa lama dari konstitusinya. Amandemen secara harfiah, menurut Advanced EnglishIndonesia Dictionary, berarti perubahan atau perbaikan, sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, amandemen berarti menambahkan
bagian
yang
sudah
ada.
Jadi,
amandemen
menunjukan adanya perubahan atau perbaikan atas apa yang telah ada. Pemanbahan atau perubahan ini tidaklah dimaksudkan untuk memperbaiki UUD melainkan untuk menambah atau perluasan isi atau ketentuan yang telah ada dalam UUD tersebut (Dekker, 1994 dalam Nur Wahyu Rochmadi, 2011:110). Peninjauan kembali terhadap konstitusi yang berlaku bukan berarti
mengganti
UUD,
melainkan
melihat
kemungkinan
melakukan perluasan atau pemekaran. Sebagai kesepakatan Pembukaaan UUD 1945 tetap dipertahakan. Namun, terhadap batang tubuh dan penjelasan perlu dilakukan pemekaran guna menyesuaikan dengan realita zaman serta kebutuhan generasi. Perubahan UUD 1945 tidak dilarang, sebab UUD 1945 itu bersifat ringkas dan supel untuk mengikuti dinamika perkembangan masyarakat, baik nasional maupun internasional, sesuai dengan perkembangan keadaan. Bagian-bagian UUD 1945 yang tidak sesuai perlu diadakan perubahan.
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
47
Perubahan UUD dapat dilakukan dengan menggunakan dua pola. Pertama, mengubah secara integrated isi dan reaksi UUD. Jika ada satu pasal dalam UUD dinilai tidak cocok lagi maka akan diubah. Kedua, membiarkan teks UUD sesuai dengan aslinya. Untuk mengantisipasi perubahan kontekstual dibuatkan UU baru di bawah UUD (Al-Rasyid, 1999 dalam Nur Wahyu Rochmadi, 2011:111). Menurut F.C. Stroong dalam Busro (1993) ( dalam Nur Wahyu
Rochmadi,
2011:111)
perubahan
konstitusi
dapat
digolongkan empat macam, yaitu sebagai berikut : 1) Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh pemegang kekuasaan legislatif menurut pembatasan-pembatasan tertentu. 2) Perubahan konstitusi oleh rakyat melalui referemdum. 3) Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh sejumlah negara bagian. Ini berlaku di negara serikat. 4) Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh suatu lembaga negara khusus yang dibentuk hanya untuk keperluan perubahan (konstituante). Setiap konstitusi merupakan pencerminan konsep dan alam pikir manusia sejak ia dilahirkan dan merupakan hasil dari keadaan material dan spiritual dari masa itu. Sesuatu yang telah dirumuskan secara tertulis akan bersifat statis. Pada masyarakat yang terus berkembang (bersifat dinamis) para penyusunnya tidak selalu mampu melihat hal-hal yang perlu diatur dalam sebuah konstitusi. Selain konstitusi sebagai hasil kompromi dari kekuatan sosial politik pada masa itu, maka apabila terjadi pergeseran peta konfigurasi kekuatan politik, konstitusi dipandang menjadi tidak sesuai lagi.
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
48
Hal itu bisa dimengerti, mengingat konstitusi merupakan pruduk politik. Ketika konstitusi disahkan, tentunya untuk kepentingan penguasa. Suatu konstitusi adalah buatan manusia dan dirumuskan oleh pemimpin-pemimpin negara, para teoritis dan praktisi politik untuk dipatuhi rakyat. Ini merupakan fenomena sosial dan mencerminkan adanya niali-nilai, ide-ide, kepentingan golongan, dan kepentingan para perumusnya. Bagaimanapun sempurnanya konstitusi dalam kenyataan, menurut
paradigma
objektif
akan
tetap
tertinggal
dari
perkembangan masyarakat. Oleh karena itu, perlu dilengkapi adanya pasal perubahan. Konstitusi dapat dikatakan usang apabila salah satu atau beberapa pasalnya tidak lagi sesuai dengan perkembanagan masyarakat dan orang tidak merasa lagi mendapat kepastian hukum. Menurut F.C. Stroong dalam Busro (1993) ( dalam Nur Wahyu Rochmadi, 2011:112 ), suatu UUD yang dapat diubah dengan prosedur yan sama dengan prosedur membuat UU disebut fleksibel, sedangkan UUD yang hanya dapat diubah dengan prosedur yang berbeda dengan prosedur membuat UUD disebut rigid. Perubahan
suatu
konstitusi
sangat
bergantung
pada
kekuatan-kekuatan politik yang ada, baik yang terdapat pada masyarakat maupun pada lembaga-lembaga yang mempunyai wewenang akan hal tersebut. Adanya peraturan pembatasan dalam perubahan UUD atau konstitusi pada akhirnya sangat ditentukan oleh faktor politik. Apabila dipelajari sistem yang digunakan oleh negara-negara dalam mengubah konstitusi, dapat dibedakan menjadi dua sistem, yaitu sebagai berikut :
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
49
1) Apabila suatu UUD diubah, maka yang akan berlaku adalah UUD atau konstitusi yang baru secara keseluruhan. 2) Apabila suatu konstitusi itu diubah, maka konstitusi yang asli tetap
berlaku.
Perubahan
terhadap
konstitusi
tersebut
merupakan amandemen dari konstitusi asli. Amandemen tersebut menjadi bagian dari konstitusi (Sumantri, 1987 dalam Nur Wahyu Rochmadi, 2011:112 ). Konstitusi suatu negara seharusnya tidak sering berubah, sebab akan mengakhibatkan kemerosotan dan mengurangi kewibawaan konstitusi. Menurut Jellinek ( dalam Nur Wahyu Rochmadi, 2011:112), perubahan UUD dibedakan atas dua hal, yaitu verfassung sonderung dan verfassung wandlung. verfassung sonderung adalah perubahan UUD yang dilakukan dengan sengaja sesuai dengan ketentuan yang ada dalam UUD yang bersangkutan, sedangkan verfassung wandlung adalah perubahan UUD dengan cara yang tidak disebutkan dalam UUD tersebut, tetapi dengan cara istimewa seperti revolusi, coup d’etat, atau convention. Tata cara perubahan hampir diatur oleh UUD diseluruh dunia. Amandemen
sendiri
bisa
brbentuk
pergantian,
pemanbahan,
pengurangan, perubahan pasal per pasal, atau pergantian seluruh pasal. Pada akhirnya, yang menentukan dapat tidaknya suatu konstitusi diamandemen atau diubah adalah ditentukan oleh penguasa, walaupun konstitusi sudah waktunya berubah. Akan tetapi, jika kekuatan sosial politik yang berkuasa tidak menghendaki perubahan maka konstitusi tidak akan berubah (indra, 1990 dalam Nur Wahyu Rochmadi, 2011:112 ). i) Kedudukan Pembukaan UUD 1945 dalam NKRI Kedudukan Pembukaan UUD 1945 dalam konstitusi NKRI sangatlah tinggi. Pembukaan UUD 1945 merupakan tertib hukum
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
50
tertinggi dan pokok kaidah negara yang fundamental. Pada saat pemerintahan melakukan amandemen terhadap UUD 1945, satusatunya unsur dalam sistematika UUD 1945 yang tidak diamandemen adalah Pembukaan UUD 1945. Amandemen UUD 1945 yang tidak menyentuh kepada Pembukaan UUD 1945 tersebut didasarkan pada alasan berikut ini. 1) Pembukaan UUD 1945 memuat cara-cara bermasyarakat (alenia 1). 2) Pembukaan UUD 1945 memuat cara-cara bernegara (alenia 2). 3) Pembukaan UUD 1945 memuat terjadinya negara (alenia 3). 4) Pembukaan UUD 1945 memuat tujuan negara (alenia 4). 5) Pembukaan UUD 1945 memuat dasar negara (alenia 4).( Nur Wahyu Rochmadi, 2011:113) Dengan demikian, apabila terjadi perubahan dalam Pembukaan UUD 1945 maka akan terjadi perubahan dasar filosofi dan tujuan negara. Hal ini berarti terjadi pula perubahan negara. Itulah sebabnya Majelis Permusyawaratan Rakyat tidak melakukan perubahan dalam Pembukaan UUD 1945, tetapi hanya melakukan perubahan terhadap pasal-pasal yang ada dalam Batang Tubuh UD 1945. Walaupun secara hukum, perubahan atau amandemen Pembukaan UUD 1945 dapat dimungkinkan untuk dilakukan. Oleh karena itu, Pembukaan UUD 1945 dianggap sebagai preambule yang lengkap karena memenuhi unsur-unsur politik, religius, moral, dan mengandung ideologi negara yakni Pancasila. Selain itu, kedudukan Pembukaan UUD 1945 sebagai kaidah negara yang fundamental memiliki kedudukan yang lebih inggi daripada Batang Tubuh UUD 1945. Hal ini disebabkan karena faktor berikut. 1) Pembukaan UUD 1945 merupakan tertib hukum tertinggal dan terpisah dari Batang Tubuh UUD 1945.
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
51
2) Pembukaan UUD 1945 merupakan kaidah negara yang fundamental yang menentukan adanya UUD 1945. 3) Pembukaan UUD 1945 merupakan merupakan sumber hukum tetinggi yang memuat dasar negara yaitu Pancasila. 4) Pembukaan UUD 1945 merupakan sumber cita-cita hukum dan moral yang ingin ditegakkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 5) Pembukaan UUD 1945 mengandung pernyataan kemerdekaan yang terperinci. (Nur Wahyu Rochmadi, 2011:114) j) Perbedaan antara Undang-Undang Dasar dan Undang-Undang Biasa Perbedaan antara undang-undang dasar dan undang-undang biasa dapat dinyatakan sebagai berikut: 1) Undang-Undang Dasar dibentuk menurut suatu cara yang istimewa. Cara tersebut berlainan dengan cara pembentukan undang-undang biasa. Demikian pula badan yang membuat Undang-Undang Dasar berbeda dengan badan yang membuat undang-undang biasa. 2) Karena dibuat secara istimewa, maka Undang-Undang Dasar dapat dianggap sesuatu yang luhur. Ditinjau dari sudut politis, dapat dikatakan bahwa Undang-Undang Dasar sifatnya lebih sempurna dan lebih tinggi dadpada undang-undang biasa. Undang-Undang Dasar adalah suatu piagam yang menyatakan cita-cita bangsa dan merupakan dasar organisasi kenegaraan suatu bangsa. Dengan demikian. Undang-Undang Dasar menjadi suatu "framework of the nation". 3) Undang-Undang Dasar memuat garis besar tentang dasar dan tujuan negara. Apa yang ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar selanjutnya akan diselenggarakan dengan undang-undang
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
52
biasa atau undang-undang organik. ( dalam Joko Budi Santoso, LKS PKn : 6 ) k) Sifat Undang-Undang Dasar 1945 Sifat-sifat Undang-Undang Dasar 1945 adalah sebagai berikut: 1) Oleh karena sifatnya tertulis, maka rumusannya jelas, merupakan suatu hukum positif yang mengikat pemerintah sebagai penyelenggara negara, maupun mengikat bagi setiap warga negara. 2) Sebagaimana tersebut dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, bahwa UUD 1945 bersifat singkat dan supel, memuat aturan-aturan yaitu memuat aturan-aturan pokok yang setiap kali harus dikembankan sesuai dengan perkembangan zaman, serta memuat hak-hak asasi manusia. 3) Memuat norma-norma, aturan-aturan, serta ketentuan-ketentuan yang dapat dan harus dilaksanakan secara konstitusional. 4) Undang-Undang Dasar 1945, dalam tertib hukum Indonesia, merupakan peraturan hukum positif yang tertinggi. Di samping itu, juga sebagai alat kontrol terhadap norma-norma hukum positif yang lebih rendah dalam herarki tertib hukum Indonesia. l) Hubungan Intrakonstitusi dan Konstitusi dengan Dasar Negara 1) Hubungan pembukaan dengan Batang Tubuh UUD 1945 Dalam hubungannya dengan pasal-pasal UUD 1945 (Batang Tubuh UUD 1945), maka Pembukaan UUD 1945 mempunyai hakikat dan kedudukan sebagai berikut : (a) Dalam hubungannya dengan tertib hukum Indonesia, maka Pembukaan UUD 1945 mempunyai hak sebagai hakikat kedudukan yang terpisah dengan batang tubuh UUD 1945. Dalam kedudukan sebagai pokok kaidah negara yang
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
53
fundamental, Pembukaan UUD 1945 mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada batang tubuh UUD 1945. (b) Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu tertib hukum tertinggi dan pada hakikatnya mempunyai kedudukan lebih tinggi daripada batang tubuh UUD 1945. (c) Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok kaidah negara yang fundamental yang menentukan adanya UUD 1945, yang menguasai hukum dasar negara, baik yang tertulis (UUD) maupun tidak tertulis (convensi). Jadi, Pembukaan UUD 1945 merupakan sumber hukum dasar negara. (d) Pembukaan UUD 1945 berkeduclukan sebagai pokok kaidah negara yang fundamental yang mengandung pokok-pokok pikiran yang harus dijabarkan ke dalam pasal-pasal UUD 1945.
Namun
demikian
karena
hakikat
kedudukan
Pembukaan UUD 1945 tersebut secara fundamental dan ilmiah kedudukan yang kuat dan terlekat pada kelangsungan hidup negara, maka kedua pendapat tersebut akhirnya tiba pada suatu simpulan yangs ama, yaitu sebagai berikut: (1) Sebagai pokok kaidah negara yang fundamental. Dalam hukum mempunyai hakikat kedudukan yang tetap kuat dan tidak berubah, terlekat pada kelangsungan hidup negara yang telah dibentuk. (2) Dalam jenjang hierarki tertib hukum, Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara yang fundamental berkedudukan tertinggi sehingga memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada pasal-pasal
UUD 1945,
sehingga secara hukum dapat dikatakan terpisah dari
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
54
pasalpasal UUD 1945. ( dalam Joko Budi Santoso, LKS PKn : 7 ) 2) Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila (a) Hubungan secara Formal Dengan dicantumkannya Pancasila secara formal di dalam Pembukaan UUD 1945,
maka Pancasila memperoleh
kedudukan sebagai norma dasar hukum positif. Dengan demikian, tats kehidupan bernegara tidak hanya bertopang pada asas-asas sosial, ekonomi, dan politik. Akan tetapi, dalam perpaduannya dengan keseluruhan asas yang melekat padanya, yaitu perpaduan asas-asas kultural, religius, dan asas-asas kenegaraan yang unsurnya terclapat dalam Pancasila. Jadi, berdasarkan tempat terdapatnya, Pancasila secara formal dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Bahwa rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia adalah seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV. (2) Pembukaan UUD 1945, yang intinya adalah Pancasila tidak tergantung pada Batang Tubuh UUD 1945, bahkan sebagai sumbernya. (3) Bahwa Pancasila dengan demikian dapat disimpulkan mempunyai hakikat, sifat, kedudukan, dan fungsi sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, yang menjelmakan dirinya sebagai dasar kelangsungan hidup Negara
Republik
Indonesia
yang
diproklamirkan
tanggal 17 Agustus 1945. (4) Bahwa Pancasila sebagai inti Pembukaan UUD 1945, dengan demikian mempunyai kedudukan yang kuat, tetap dan tidak dapat diubah, serta terlekat pada
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
55
kelangsungan hidup Negara Republik Indonesia. ( dalam Joko Budi Santoso, LKS PKn : 7 ) (b) Hubungan secara Material Jika kita tinjau kembali prows perumusan Pancasila dan Pembukaan UUD 1945, maka secara kronologis, materi yang dibahas oleh BPUPKI yang pertama adalah dasar filsafat Pancasila baru kemudian Pembukaan UUD 1945. Setelah pada sidang pertama Pembukaan UUD 1945, BPUPKI membicarakan dasar flisafat negara Pancasila. Berikutnya tersusun Piagam Jakarta yang disusun oleh Panitia 9, sebagai wujud bentuk pertama Pembukaan UUD 1945. Jadi, berdasarkan urut-urut itu. tertib hukum Indonesia Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai tertib hukum yang tertinggi. Adapun tertib hukum Indonesia bersumber pada Pancasila, atau dengan perkataan lain, Pancasila sebagai sumber tertib hukum Indonesia. Hal ini berarti, secara material tertib hukum Indonesia dijabarkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Pancasila sebagai sumber tertib hukum Indonesia meputi sumber nilai, sumber materi, sumber bentuk, dan sifat. ( dalam Joko Budi Santoso, LKS PKn : 8 ) 3) Hubungan Dasar Negara Pancasila dengan Konstitusi Konsekuensi dari Pancasila sebagai dasar negara atau sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia adalah (a) Tafsir Undang-Undang Dasar 1945 harus dilihat dari sudut dasar filsafat
negara
Pancasila
sebagaimana
tercantum
dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea IV. (b) Pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 dalam Undang-Undang harus mengingat dasar-dasar pokok pikiran yang terkandung dalam dasar filsafat negara Indonesia.
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
56
(c) Tanpa mengurangi sifat-sifat Undang-Undang Dasar yang tidak dapat
diganggu
gugat,
interpretasi
pelaksanaannya
harus
mengingat unsur-unsur yang terkandung dalam dasar filsafat negara. (d) Interpretasi pelaksanaan Undang-Undang Dasar harus lengkap dan menyeluruh, meliputi seluruh perundang-undangan di bawah Undang-Undang dan keputusan-keputusan administratif dari semua tingkat penguasa negara di daerah, keputusan-keputusan pengadilan, serta alat-alat perlengkapannya. Begitu juga meliputi usaha kenegaraan dan kemasyarakatan dari rakyat. (e) Dengan demikian, seluruh hidup kenegaraan dan tertib hukum Indonesia didasarkan atas dan diliputi oleh dasar filsafat negara. Asas politik dan tujuan negara berdasarkan asas kerohanian Pancasila. Bahkan yang lebih penting lagi dalam realisasi pelaksanaan
konkritnya,
yaitu
dalam
setiap
penentuan
kebijaksanaan di bidang kenegaraan antara lain: (1) Tap MPR, (2) Hukum, perundang-undangan, dan peradilan, (3) Pemerintahan, (4) Politik dalam negeri dan luar negeri, (5) Keselamatan, keamanan, dan pertahanan. ( dalam Joko Budi Santoso, LKS PKn : 8 ) m) Kedudukan Pembukaan UUD 1945 di Negara Kesatuan Republik Indonesia (1) Pokok-pokok Pengertian Setiap Alinea dalam Pembukaan UUD 1945
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
57
Alinea
Isi
Makna yang terkandung
1
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perkemanusiaan dan perikeadilan.
2
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
1. Pengakuan terhadap hak kodrat dari setiap bangsa, yaitu kemerdekaan adalah hak segala bangsa. 2. Alasan objektif Proklamasi Kemerdekaan RI, yaitu penjajahan tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. 3. Alasan subjektif, bahwa Indonesia ingin melepaskan diri dari belenggu penjajahan. 1. Adanya cita-cita negara, yaitu masyarakat adil dan makmur dalam wadah negara kesatuan yang merdeka 2. Kemerdekaan negara Indonesia bukan tujuan akhir perjuangan bangsa Indonesia, namun hanya sebagai jembatan menuju cita-cita masyarakat adil dan makmur.
3
Atas berkat rahmat Allah Yang
1. Pengakuan nilai religius,
Maha Kuasa dan dengan
yaitu bahwa kemerdekaan
dodorong oleh keinginan luhur,
Indonesia bukan semata-
supaya berkehidupan kebangsaan
mata hasil usaha manusia,
yang bebas, maka rakyat
tetapi karunia dan rahm,at
Indonesia menyatakan dengan
Allah Yang Maha Kuasa. 2. Pengakuan
adanya
nilai
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
58
ini kemerdekaannya.
moral,
yaitu
dengan
didorong
oleh
keinginan
luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas. 4
Kemudian daripada itu, untuk
1. Tujuan Negara, yaitu tujuan
membentuk sesuatu
khusus, untuk melindungi
pemerintahan Negara Indonesia
segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah
dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan
Indonesia dan untuk
kesejahteraan umum,
memajukan kesejahteraan
mencerdaskan kehidupan
umum, mencerdaskan
bangsa, dan ikut serta dalam
kehidupan bangsa. Tujuan
melaksanakan ketertiban dunia
umum, yaitu dalam lingkup
yang berdasarkan kemerdekaan,
sesame bangsa di dunia,
perdamaian abadi dan keadilan
untuk ikut melaksanakan
social, maka disusunlah
ketertiban dunia
kemerdekaan kebangsaan
berdasarkan kemerdekaan,
Indonesia itu dalam suatu
perdamaian abadi, dan
Undang-Undang Dasar Negara
keadilan social
Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada
2. Tentang ketentuan diadakannya UUD Negara 3. Tentang bentuk Negara,
“Ketuhanan Yang Maha Esa,
yaitu Negara Republik
Kemanusiaan yang adil dan
Indonesia yang
beradab, Persatuan Indonesia,
berkedaulatan rakyat
dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
4. Tentang dasar filsafah Negara Pancasila
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
59
keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
(2) Pokok-pokok Pikiran Pembukaan UUD 1945 Pokok-pokok pikiran Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai bedkut: (a) Negara melindungi segenap bangsa. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasaratas persatuan dan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. (b) Negara henclak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. (c) Negara yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan/ perwakilan. (d) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. (3) Hakikat dan Kedudukan Pembukaan,UUD 1945 Ada pun kedudukan pembukaan UUD 1945 dalam Negara Republik Indonesia antara lain adalah (a) Pembukaan UUD 1945 sebagai Pernyataan Kemerdekaan yang Terperinci Hakikat
kedudukan
Pembukaan
ULID
1945
dalam
hubungannya dengan proklamasi memiliki dua makna, yaitu : (1) Suatu pernyataan tentang kemerdekaan bangsa Indonesia. (2) Tindakan-tindakan
yang
harus
segera
dilaksanakan
berkaitan dengan proklamasi tersebut, yaitu mulai detik proklamasi tersebut, bangsa Indonesia adalah negara yang
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
60
merdeka
yang
memiliki
kedaulatan
sendiri
untuk
rnewujudkan cita-cita bersama, yaitu masyarakat yang adil dan makmur baik material maupun spiritual. Dalam Pembukaan UUID 1945, baik pernyataan proklarnasi (pada alinea 111), maupun tindakan-tindakan tentang pembentukan negara Republik Indonesia terinci sejak alinea III. Kemudian pada alinea IV diawali dengan kalimat Kemudian dari pada itu....", yang berarti setelah berdirinya Negara Republik Indonesia maka dibentuklah suatu pernerintahan negara yang rinciannya adalah sebagai berikut: (i)
Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.
(ii)
Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
(iii)
Ikut
melaksanakan
ketertiban
dunia
yang
berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial. (iv)
Untuk
membentuk
pernerintahan
negara
agar
melaksanakan tujuan negara yang demikian ini, maka disusunlah suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia. (v)
Undang-Undang yang dimaksudkan itu, terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat.
(vi)
Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat tersebut berclasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Kuasa serta kemanusiaan yang adil dun beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan/ perwakilan serta mewujudkan
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
61
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dengan perkataan lain negara yang berdasarkan Pancasila. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan Pembukaan UUD 1945, proklamasi mendapatkan makna yang selengkapnya karena baik
pernyataan
maupun
tindakan-tindakan
yang
harus
direalisasikan berkaitan dengan proklamasi tersebut secara lengkap dijelaskan dalam Pembukaan UUID 1945. (b) Pembukaan UUD 1945 Memenuhi Syarat Adanya Tertib Hukum Indonesia. Dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945, ditemukar unsur-unsuryang menurut ilmu hukum merupakan syarat bagi adanya suatu tertib hukum di Indonesia, yaitu suatu kebulatan dari keseluruhan peraturan-peraturan hukum. Ada pun syarat-syarat tertib hukum yang dimaksud adalah meliputi empat hal, yaitu (1) Adanya kesatuan subjek, yaitu penguasayang mengadakan peraturan hukum. Hal ini terpenuhi dengan adanya suatu Pemerintahan Negara Republik Indonesia (Pembukaan UUD 1945 alinea IV). (2) Adanya kesatuan asas kerohanian, yang merupakan suatu dasar dari keseluruhan peraturanperaturan hukum, yang merupakan sumber dari segala sumber hukum. Hal ini terpenuhi oleh adanya clasar filsafat negara Pancasila sebagaimana tercanturn dalarn alinea IV Pembukaan UUD 1945. (3) Adanya kesatuan daerah, dimana peraturan-peraturan hukum itu berlaku, terpenuhi oleh kalimat seluruh tumpah darah
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
62
Indonesia sebagaimana tercanturn dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945. (4) Adanya kesatuan waktu. di mana, seluruh peraturan-peraturan hukum itu berlaku. Hal ini terpenuhi dengan kalimat pada aknea
IV
Pembukaan
UUD
1945,
maka
disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesa itu dalam suatu UndangUndang Dasar Negara Indonesia". Hal ini menunjukkan saat mulai berdirinya Negara Republik Indonesia yang disertai dengan suatu tertib hukum. sarnnai seterusnya selama kelangsungan hidup Negara RI. ( dalam Joko Budi Santoso, LKS PKn : 10 ) (c) Pembukaan UUD 1945 sebagai Pokok Kaidah Negara yang Fundamental Di dalam suatu tertib hukum terdapat urut-urutan susunan yang bersifat hierarkis, di mana UUD (pasal-pasalnya) bukanlah merupakan suatu tertib hukum yang tertinggi. Di atasnya masih ada dasar-dasar pokok dari UUD ataupun hukum dasar yang tidak tertulis yang pada hakikatnya terpisah dari UUD atau hukum Aasaryang tidak tertulis itu, yang dinamakan pokok kaidah yang fundamental. Pokok kaidah yang fundamental menurut pengertian ilmiah mengandung beberapa unsur mutlak, yaitu (1) Dari Segi Terjadinya Ditentukan oleh pembentuk negara dan terjelma dalam suatu bentuk pernyataan lahir sebagai penjelmaan kehendak pembentuk negara untuk menjadikan hal-hal tertentu sebagai dasar-dasar negara yang dibentuknya.
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
63
(2) Dari Segi Isinya Ditinjau dari segi isinya. maka Pembukaan UUD 1945 memuat dasar-dasar pokok negara sebagai berikut: (i) Dasar Tujuan Negara (Tujuan Umum dan Tujuan Khusus) Tujuan umum: Tercakup dalam kalimat” … ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadian sosial". Tujuan umum ini berhubungan dengan masalah hubungan antarbangsa (pergaulan masyarakat internasional). Tujuan umum inilah yang merupakan dasar politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif. Tujuan khusus: Makna ini tercakup dalam kalimat,” … Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk mefnajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa …”. Tujuan khusus ini meliputi tujuan nasional,
sebagai
tujuan
bangsa
Indonesia
dalam
membentuk negara untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmiur, baik material maupun spiritual. (ii) Ketentuan Diadakannya Undang-Undang Dasar Negara Pernyataan ini tersimpul dalam kalimat, "… Maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia".
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
64
(iii) Bentuk Negara Pernyataan ini tersimpul dalam kalimat "... yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat". (iv) Dasar Filsafat Negara (Asas Kerohanian Negara) Pernyataan ini tersimpul dalam kalimat "... dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia". Pokok kaidah negara yang fundamental tersebut, menurut ilmu hukum mempunyai hakikat dan kedudukan hukum yang tetap, terlekat
pada
kelangsungan
hidup
negara.
Oleh
karena
berkedudukan sebagai tertib hukum tertinggi, maka secara hukum tidak dapat diubah karena mengubah Pernbukaan UUD 1945 sama halnya dengan pembubaran Negara Republik Indonesia. ( dalam Joko Budi Santoso, LKS PKn : 11 ) n) Sikap Positif terhadap Konstitusi Negara Suatu konstitusi menggambarkan hubungan antara faktor kekuatan di dalam negara yang dirangkai dalam bentuk kerangka kerja. Seperti tujuan negara, bagaimana mengorganisir dan menjalankan pemerintahan negara, ketentuan-ketentuan hukum, atau dasar hubungan kerja sama antara negara dan masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Konstitusi sebagai perwujudan perjanjian masyarakat menjamin hak-hak asasi manusia dan warga negara sekaligus menentukan batasan hak maupun kewajiban warga negara dan alat pemerintahanya. Untuk itu,
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
65
konstitusi bersifat mengikat, baik pada pemerintahan, lembaga negara, lembaga masyarakat maupun warga negaranya. Kemudian masing-masing pihak sudah selayaknya menanti konstitusi. Apabila konstitusi ditaati dengan benar, bisa dijadikan media bagi kehidupan negara yang demokratis. Sebelum warga negara menuntut hak-haknya perlu diketahui terlebih dahulu kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakannya agar terdapat keseimbangan antara Hak Asasi Manusia (HAM) dengan Kewajiban Asasi Manusia (KAM).( Nur Wahyu Rochmadi, 2011:114) Ada beberapa sikap positif yang bisa dilakukan oleh setiap warga negara untuk menjaga keutuhan konstitusi negara. 1) Mampu
mempertahankan
dan
mengamankan
serta
mengimplementasikan UUD NKRI 1945 dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 2) Mampu menyosialisasikan atau memasyarakatkan UUD NKRI 1945 dalam kehidupan di lingkungan masing-masing. 3) Mampu menjadikan UUD NKRI 1945 sebagai pedoman untuk menyelesaikan setiap persoalan negara dalm kehidupan berbangsa dan bernegara. 4) Menghindarkan sikap dan tindakan yang inkonstitusional yang dapat melanggar nilai-nilai demokrasi. ( Nur Wahyu Rochmadi, 2011:112 ) 1) Pentingnya Konstitusi dalam Suatu Negara Eksistensi konstitusi dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara merupakan suatu hal yang sangat penting. Karena tanpa konstitusi, bias jadi tidak akan terbentuk sebuah negara. Mengapa konstitusi itu penting? Untuk menjawab pertanyaan ini, berikut ada beberapa pendapat mengenai pentingnya konstitusi bagi suatu negara, antara lain:
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
66
(a) Dr. A. Hamid S. Attamimi menegaskan bahwa konstitusi atau Undang-Undang Dasar merupakan suatu hal yang sangat sebagai pemberi pegangan dan pemberi batas, sekaligus dipakai sebagai pegangan, mengatur bagaimana kekuasaan negara harus dijalankan, (b) Menurut Bagir Manan. hakikat konstitusi merupakan perwujudan paham tentang konstitusi atau konstitusionalisme yaitu pembatasan terhadap kekuasaan pemerintah di satu pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga negara maupun setiap penduduk di pihak lain. (c) Miriam Budiardj mengatakan: "Di dalam negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi konstitusional, Undang-Undang Dasar mempunyai fungsi yang khan yaitu rnembatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenangwenang. Dengan demikian, diharapkan hak-hak warga negara akan lebih telrindung”. (d) Dalam konteks pentingnya konstitusi sebagai pemberi batas kekuasaan tersebut, Kusnardi menjelaskan bahwa konstitusi dilihat dari fungsinya terbagi ke dalam dua bagian, yakni (1) Membagi kekuasaan dalam negara, dan membatasi kekuasaan pemerintah atau penguasa dais negara. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa bagi mereka yang memandang negara dari sudut kekuasaan dan menganggap sebagai organisasi kekuasaan, maka konstitusi dapat dipandang sebagai lembaga atau kumpulan asas yang menetapkan bagaimana kekuasaan dibagi di antara beberapa lembaga kenegaraan, seperti antara lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
67
(2) Selain sebagai pembatas kekuasaan, konstitusi juga digunakan sebagai alat untuk menjamin hak-hak warga negara. Hak-hak tersebut mencakup hak-hak asasi, seperti hak untuk hidup, kesejahteraan hidup, dan hak kebebasan. 2) Melaksanakan, Mengembangkan, dan Menjaga Konstitusi (a) Melaksanakan Konstitusi dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan bernegara Seperti sudah disinggung di muka, konstitusi atau UUD adalah hukum dasar yang tertulis. Hal itu mengandung pengertian bahwa (1) Sebagai hukum, UUD 1945 bersifat mengikat, baik pada pemerintah, pada setiap lembaga negara, lembaga masyarakat, serta mengikat pada setiap warga negaranya. (2) Selaku hukum, UUD berisi norma-norma, kaidahkaidah,
aturan-aturan
atau
ketentuan
yang
harus
dilaksanakan dan ditaati oleh semua pihak yang terikat dalam negara tersebut. (3) Selaku hukum dasar, UUD berfungsi sebagai sumber hukum. Setiap produk hukum seperti UU, Peraturan pemerintah (PP), Peraturan Pengganti UU (Perpu), dan sebagainya. Demikian juga pada setiap tindakan pemerintah
dengan
berbagai
kebijakannya
harus
berdasarkan pada peraturan yang tertinggi, yaitu UUD. (b) Mengembangkan Konstitusi sehingga Mampu Mengikuti Perkembangan
Zaman
Pengembangan
konstitusi
ini
merupakan bagian dari reformasi hukum di Indonesia. Sejarah ketatanegaraan Negara Republik Indonesia mencatat bahwa selarna. UUD 1945 diberiakukan, sebelum pernah
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
68
dilaksanakan secara baik. Pada awal kemerdekaan, UUD 1945
pelaksanaannya
diselewengkan.
Bentuk
penyelewengan terhadap UUD 1945 antara lain penggantian sistem kabinet presidensial diubah menjadi sistem kabinet parlementer dengan demokrasi liberainya. Akibatnya, tercipta pemerintahan yang tidak stabil sehingga, merugikan perjuangan bangsa untuk mempertahankan kemerekaan pada, masa itu. Pengalaman selama dua pemerintahan sejak UUD 1945 diberlakukan
kembali
(masa
pemerintahan
Presiden
Soekarno dan Presiden Soeharto), menunjukkan suatu pemerintahan yang otoritarian. Penyelenggaraan negara seharusnya dijalankan berlandaskan asas kedaulatan rakyat dan asas negara hukum namun pelaksanaannya didasarkan atas dasar kekuasaan belaka. Kebebasan, hak asasi. supremasi hukum, dan berbagai prinsip kerakyatan hanya menjadi bahan penataran, jauh dari kenyataan. Kedua pemimpin tersebut akhirnya jatuh karena, diturunkan di tengah
masa
penyelewengan
jabatannya yang
sebagai
dilakukannya.
akibat Dari
terjadinya berbagai
pengamatan dan studs. menunjukkan bahwa, UUD 1945 sebagai salah satu sumber segala penyelewengan tersebut, maka perlu adanya reformasi yang berupa amandemen untuk menyempurnakan konstitusi tersebut. (c) Menjaga Pelaksanaan Konstitus Bagi masyarakat atau warga nega sikap yang baik dalam menjaga pelaksanaan konstitusi adalah dengan mendorong berfungsinya demokrasi konstitusional yang sehat. Tidak ada
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
69
demokrasi tanpa aturan hukum dan konstitusi Tanpa konstitusi, demokrasi akan menjadi anarki. Cara menjaga pelaksanaan konstitusi antara lain: (1) Menciptakan kultur taat hukum yang sehat dan aktif (culture of law). (2) Ikut mendorong proses pernbuatan hukum yang aspiratif (process of lawmaking). (3) Mendukung pembuatan materi-materi hukum yang responsif (content of law). (4) Ikut menciptakan aparat penegak hukum yang jujur dan bertanggung jawab (structure of law). ( dalam Joko Budi Santoso, LKS PKn : 13 ) B. Kajian Hasil Penelitian a.
Hasil penelitian Asriyanti (2007) Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang berjudul Peningkatan motivasi belajar matematika melalui pembelajaran kontekstual yang menggunakan penguatan pada siswa kelas V SD N 1 Sumbang menyimpulkan bahwa model pembelajarann kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
b.
Hasil penelitian Liesna Apriliani ( 2009 ) Universitas Negeri Malang yang berjudul Meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa melalui penerapan pendekatan CTL (contextual teaching and learning) pada pembelajaran sejarah kelas VII di SMP Negeri 1 Malang menyimpulkan bahwa model pembelajarann kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
c.
Hasil penelitian Rosyidatun Sholikhah ( 2011 ) kabupaten sukoharjo yang berjudul Peningkatan motivasi dan hasil belajar membaca puisi
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
70
melalui model pembelajaran contekstual teaching learning (ctl) pada siswa kelas V SD negeri Weru 3 semester I tahun pelajaran 2010/2011 menyimpulkan bahwa model pembelajarann kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. d.
Hasil penelitian Nanik Hartini ( 2010 ) Universitas Sebelas Maret Surakarta yang berjudul Penerapan model pembelajaran contextual teaching and learning (ctl) untuk meningkatkan motivasi belajar IPA siswa kelas II SDN 2 Gambirmanis Pracimantoro Wonogiri tahun ajaran 2009/2010 menyimpulkan bahwa model pembelajarann kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
C. Hipotesis Berdasarkan uraian diatas hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) dapat meningkatkan motivasi belajar PKn KD Konstitusi siswa kelas X E SMA Negeri 1 Kejobong.
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014