BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tentang analisis gaya bahasa perbandingan belum pernah diteliti di Program Studi Bahasa Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Tetapi yang berkaitan dengan gaya bahasa perbandingan yang termasuk didalamnya adalah simile sudah pernah diteliti oleh saudari Neni Syahfitri Purba dengan judul “Studi Kontrastif Tasybih Dalam Bahasa Arab Dengan Simile Dalam Bahasa Indonesia” dan saudari Akmaliyah dengan judul “Analisis Tasybih Pada Surat As- Saffat Dan Ar- Rahman Ditinjau Dari Ilmu Bayan”. Dan disini penelitian yang diteliti penulis adalah mengenai gaya bahasa perbandingan dengan melihat jenis gaya bahasa perbandingan pada kisah Syamsuddin AlMashri dan Nuruddin Al- Bashri pada buku ﺃﻟﻒ ﻟﻴﻠﺔ ﻭ ﻟﻴﻠﺔ/ 'alfu laylatin wa laylatin. 2.1. Pengertian dan Macam Prosa Menurut Zainuddin (1992: 99) prosa sifatnya bebas, yaitu tidak terikat irama, rima, dan jumlah larik. Tetapi, prosa lama masih bersandar pada irama, pada gaya bahasa masyarakat lama atau bahasa klise. Jadi prosa ialah bentuk karya sastra yang sifatnya penguraian seluruh pikiran dan perasaan serta tidak terikat syarat- syarat tertentu. Menurut Ahmad Al- Iskandari dan Mustafa Inani didalam buku kesusastraan Arab (Muzakki: 2006; 53), prosa adalah kata- kata yang tidak terikat dengan pola irama maupun sajak. 2.1.1. Macam- macam Prosa Zainuddin (1992:101) mengemukakan bahwa prosa terbagi atas beberapa macam, diantaranya : a) Prosa Lama Prosa lama ini memiliki ciri- ciri sebagai berikut: 1). Isi cerita mengenai kerajaan (istana sentris), yaitu kebesaran dan kegagalan keluarga raja. 2).
Universitas Sumatera Utara
Isi cerita mengenai alam khayal dan fantasi. 3). Dipengaruhi kesusastraan Arab dan Hindu. 4). Tidak diketahui nama pengarangnya (anonim). Dan pembagian prosa lama diantaranya :
( Dongeng, Sage, Cerita sejarah,
Cerita pelipur lara, Cerita- cerita berbingkai, Wiracarita/ Epos, Kitab, dan Cerita panji ). b) Prosa Liris/ Bahasa berirama Prosa liris ialah karangan berbentuk prosa yang pengungkapannya dengan menggunakan kalimat- kalimat yang pendek dan bila dibaca terasa berima seperti puisi. c) Prosa Baru Prosa baru memiliki ciri- ciri sebagai berikut: 1). Isi cerita mengenai masyarakat pada umumnya. 2). Isi cerita adalah alam yang nyata dan benar. 3). Dipengaruhi kesusastraan barat. 4). Diketahui nama pengarangnya. Dan pembagian prosa baru diantaranya : ( Kisah perjalanan, Riwayat, Roman, Novel, Cerita pendek, Esai, dan Kritik ). Adapun kisah Syamsuddin Al- Mashri dan Nuruddin Al- Bashri dalam buku
ﺃﻟﻒ ﻟﻴﻠﺔ ﻭ ﻟﻴﻠﺔ/ 'alfu laytin wa laylatin adalah termasuk ke dalam prosa lama yaitu cerita berbingkai. 2.2. Pengertian dan Jenis- jenis Gaya Bahasa Telah banyak para ahli bahasa mengemukakan tentang pengertian dan jenisjenis gaya bahasa, baik itu para ahli bahasa yang ada di Indonesia ini maupun para ahli bahasa yang ada diluar sana. Adapun gaya bahasa menurut beberapa para ahli bahasa adalah sebagai berikut, Pradopo (1987 : 264) : menyatakan bahwa gaya bahasa adalah merupakan cara penggunaan bahasa secara khusus untuk mendapatkan efek tertentu. Zainuddin (1992 : 51) : menyatakan bahwa gaya bahasa adalah pemakaian ragam bahasa dalam mewakili atau melukiskan sesuatu dengan pemilihan dan penyusunan kata dalam kalimat untuk memperoleh efek tertentu. Keraf (1984 : 113) : menyatakan bahwa gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Tarigan (1985 : 4) : menyatakan bahwa gaya bahasa adalah bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek
Universitas Sumatera Utara
dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Dengan merujuk beberapa defenisi diatas, penulis menyimpulkan bahwa gaya bahasa adalah suatu cara yang digunakan untuk meningkatkan keindahan bahasa dan bisa mempengaruhi pembaca/ pendengar. Dan disini penulis mencoba untuk membahas tentang gaya bahasa, dengan menggunakan teori Henry Guntur Tarigan. 2.2.1. Jenis- jenis Gaya bahasa Dari beberapa gaya bahasa yang dikemukakan oleh beberapa pakar bahasa, ada empat bagian besar gaya bahasa yang diperincikan oleh Henry Guntur Tarigan. Berikut ini Tarigan (1985 : 6) merincikan jenis-jenis gaya bahasa : 2.2.1.1. Gaya Bahasa Perbandingan Gaya bahasa perbandingan adalah gaya bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda yang lain. Berikut ini Tarigan (1985 : 7) mengemukakan gaya bahasa perbandingan terbagi atas beberapa bagian, diantaranya : Perumpamaan, Metafora, Personifikasi, Defersonifikasi, Alegori, Antitesis, Pleonasme, Perifrasis, Antisipasi, dan Koreksio. 2.2.1.2. Gaya Bahasa Pertentangan Gaya bahasa pertentangan adalah gaya bahasa yang menyatakan makna yang bertentangan dengan hal atau keadaan yang sebenarnya dengan mempunyai maksud tertentu. Berikut ini Tarigan (1985: 53) mengemukakan bahwa gaya bahasa pertentangan terbagi atas beberapa bagian, diantaranya : Hiperbola, Litotes, Ironi, Oksimoron, Paronomosia, Paralipsis, Zeugma, Silepsis, Satire, Inuendo, Antifrasis, Paradoks, Klimaks, Antiklimaks, Apostrop, Anastrop, Apofasis, Histeron/ Proteron, Hipalase, Sinisme, dan Sarkasme. 2.2.1.3. Gaya Bahasa Pertautan Gaya bahasa pertautan adalah gaya bahasa yang memakai ciri-ciri atau nama maupun sifat yang ditautkan dengan nama orang atau barang ataupun
Universitas Sumatera Utara
dengan hal sebagainya. Berikut ini Tarigan (1985 : 119) mengemukakan bahwa gaya bahasa pertautan terbagi atas beberapa bagian, diantaranya : Metonimia, Sinekdoke,
Alusi,
Eufemisme,
Eponim,
Epitet,
Antonomasia,
Erotesis,
Paralelisme, Elipsis, Gradasi, Asindeton, dan Polisindeton. 2.2.1.4. Gaya Bahasa Perulangan Gaya bahasa perulangan adalah adalah gaya bahasa yang mengandung perulangan bunyi, suku kata atau frase ataupun bagian kalimat yang dianggap penting memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Berikut ini Tarigan (1985 : 173) mengemukan bahwa gaya bahasa perulangan terbagi atas beberapa bagian, diantaranya : Aliterasi, Asonansi, Antanaklasis, Kiasmus, Epizeukis, Tautotes, Anafora, Epistropa, Simploke, Mesodiplosis, Epanalepsis, dan Anadiplosis. Selanjutnya untuk memfokuskan penelitian ini, disini penulis membahas tentang gaya bahasa perbandingan yang dikemukakan oleh Tarigan (1985: 5-34). Adapun gaya bahasa perbandingan menurut Tarigan yaitu : 1. Perumpamaan /
اﻟﺘﺜﺒﻴﻪ/ at tasybyh
Menurut Muhammad Ali (1982 : 257), mengatakan :
ﺗﺸﺒﻴﻪ ﺷﺨﺺ أو ﺷﻴﺊ ﺑﺄﺧﺮ ﺑﺎﺳﺘﺨﺪام أداة ﺗﺸﺒﻴﻪ: اﻟﺘﺸﺒﻴﻪ /At tasybyhu : tasybyhu syakhṣin 'au syi'in biākhara biastikhdāmi 'adātin tasybyhin/ Perumpamaan : mengumpamakan seseorang atau sesuatu dengan yang lain dan menggunakan bantuan adat (alat) tasybyh. Menurut Tarigan (1985 : 9) perumpamaan adalah asal kata simile (dalam bahasa inggris), kata simile berasal dari bahasa latin yang bermakna ’seperti’. Jadi perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakiatnya berlainan dan yang sengaja kita anggap sama. Itulah sebabnya kata ‘perumpamaan’ disamakan saja dengan “persamaan”. Dan alat yang digunakan untuk membandingkannya antara lain : Seperti, Ibarat, Bak, Bagai, Umpama, Laksana, Penaka, dan Serupa.
Universitas Sumatera Utara
Contoh : - Seperti katak dibawah tempurung.
- Ibarat mengejar bayangan.
- Bak alu pencukil duri.
- Bagaikan bumi dan langit.
- Umpama mencampur minyak dengan air.
- Laksana pahat dengan pemukul.
- Penaka malam tiada berbintang.
- Serupa perahu tiada berawak.
Pada Al- Qur’an surat Al Qariāh ayat 4 dan 5 terdapat gaya bahasa perumpamaan, berikut cuplikannya :
/yauma yakununnāsu kalfarāsyl mabṡuṡ(4)/ watakunul jibāluʻihnil kal manfusy(5)/ Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai bertebaran(4)/ Dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan(5). U
U
U
U
Pada surat Al Qariāh ini menjelaskan tentang hari kiamat, dan pada ayat keempat dan kelima ini terlihat gaya bahasa perbandingan yaitu perumpaman yang menggunakan alat pembanding seperti. Disini dijelaskan bahwa pada hari kiamat itu manusia seperti anai-anai yang bertebaran, artinya manusia diserupakan dengan bunga yang berserakan. Dan gunung-gunung seperti bulu yang dihamburhamburkan, artinya gunung-gunung yang kokoh itu diserupakan dengan bulu yang jatuh dan bertaburan. Dan juga pada Al- Qur’an surat Al Insān ayat 15 terlihat juga gaya bahasa perumpamaan, berikut cuplikannya :
U
/wayuṭāfu ʻalaihim bi'aniyatin min fi ḍḍatin wa'akwābin kānat qawārir/ Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan piala-piala yang bening laksana kaca. U
Universitas Sumatera Utara
Dan pada surat Al Insān ini menjelaskan bahwa setelah manusia diciptakan, manusia diberi petunjuk untuk mencapai kehidupan yang sempurna dan ada yang mengingkari dan ada pula yang tidak mengikutinya. Mereka diberi ganjaran seerta ancaman bagi yang tidak mengikutinya. Pada ayat initerdapat gaya bahasa perumpamaan yang terlihat pada kata laksana kaca, disini Allah menjelaskan bagi orang-orang yang mendapatkan surga yang diedarkan kepada mereka bejanabejana dari perak serta piala-piala yang bening laksana kaca, yaitu kaca-kaca yang terbuat yang terbuat dari perak yang telah diukur mereka dengan sebaik-baiknya. 2. Metafora /
اﺳﺘﻌﺎرة/istiʻārah
Menurut Muhammad Ali (1982 : 168), mengatakan :
إﺳﺘﺨﺪام ﻛﻠﻤﺔ ﻷداء ﻣﻌﲎ ﻏﲑ ﻣﻌﻨﺎﻫﺎ اﻷﺻﻠﻰ: إﺳﺘﻌﺎرة /'isti’ārah : 'istikhadāmu kalimatan li'adāi ma’na gayri ʻn ma āhā al-'aṣlī/ Metafora : susunan kalimat yang digunakan untuk suatu makna yang pada dasarnya bukan makna yang asli. Menurut Tarigan (1985 : 14) metafora adalah perbandingan yang implisit diantara dua hal yang berbeda, singkat, padat, dan tersusun rapi. Dan didalamnya terlihat dua gagasan: yang satu adalah suatu kenyataan atau sesuatu yang dipikirkan, yang menjadi objek dan yang satu lagi merupakan pembanding tehadap kenyataan tadi. Contoh :
- Juminten adalah kembang desa dikampung kami. U
U
- Gadis itu menjadi buah mulut orang kampung. U
U
Pada Al- Qur’an surat Al Mursalāt ayat 20 terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu metafora, berikut cuplikannya :
/'alam nakhluqkum min mā'in mahīn/ bukankah kami menciptakanmu dari air yang hina. U
U
Universitas Sumatera Utara
Pada surat Al Mursalāt ini menjelaskan tentang azab yang akan diderita oleh orang-orang yang menolak kebenaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, sebagaimana azab yang diderita oleh umat-umat yang terdahulu yang menolak kebenaran yang dibawa Rasul-rasul mereka. Dan pada ayat ini terlihat gaya bahasa perbandingan yaitu metafora, kalimat itu terlihat pada kata air yang hina yang artinya adalah air mani. 3. Personifikasi /
ﺗﺸﺨﻴﺺ/tasykhi
Menurut Muhammad Ali (1982 : 180), mengatakan :
ﺑﺸﺮﻳﺔ ﻋﻠﻰ ﺷﯩﺊ ﻏﲑ ﺑﺸﺮي ّ إﺿﻔﺎء ﺻﻔﺎت: ﺗﺸﺨﻴﺺ /tasykhī : 'iḍafā'u ṣifātin basyariyyatin ‘ala syai'in gayri basyary/ Personifikasi : melekatkan sifat kemanusiaan (insani) atas sesuatu yang selain manusia. Menurut Tarigan (1985 : 17) personifikasi adalah gaya bahasa yang melekatkan sifat insani kepada benda yang tak bernyawa dan ide yang abstrak. Dengan kata lain gaya bahasa personifikasi ini memberikan ciri- ciri kualitas, yaitu kualitas pribadi orang kepada benda- benda yang tidak bernyawa. Contoh :
- Matahari mencubit wajahku. U
U
- Kucing itu merindukan elusanmu. U
U
Pada Al- Qur’an surat Al Zalzalah ayat ke 4 terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu personifikasi, berikut cuplikannya :
/yaumaiżin tuḥaddisyu akhbārahā/ Pada hari itu bumi menceritakan beritaanya. U
U
Pada surat Al Zalzalah ini menerangkan tanda-tanda permulaan hari kiamat dan pada hari itu manusia akan melihat sendiri hasil perbuatan mereka, baik ataupun buruk meskipun sekecil apapun. Dan pada ayat ke empat ini terlihat gaya bahasa personifikasi yang melekatkan sifat insani kepada yang abstrak atau sesuatu yang tak bernyawa yaitu bumi menceritakan beritanya.
Universitas Sumatera Utara
4. Depersonifikasi Menurut Tarigan (1985 : 21) depersonifikasi adalah gaya bahasa yang melekatkan sifat benda pada manusia atau kebalikan dari personifikasi. Dan gaya bahasa ini terdapat dalam kalimat pengandaian yang secara eksplisit memanfaatkan kata kalau dan sejenisnya sebagai penjelas gagasan. Contoh : - Kalau dikau menjadi samudera, maka daku menjadi bahtera. - Andai kamu menjadi langit, maka dia menjadi tanah. Pada Al- Qur’an surat Al Insān ayat 10 terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu depersonifikasai, berikut cuplikannya :
/'innā nakhāfu min rabbinā yaumān ʻabusān qam ṭarīrān/ Sesungguhnya Kami takut akan azab Tuhan Kami pada suatu hari yang dihari itu orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. U
U
Pada surat Al Insān menerangkan bahwa setelah manusia diciptakan, manusia diberi petunjuk untuk mencapai kehidupan yang sempurna, ada yang mengingkari dan ada yang tidak mengikutinya, ganjaran bagi mereka yang mengikuti dan ancaman bagi mereka yang tidak mengikutnya. Dan pada ayat ini terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu depersonifikasi, seperti yang kita ketahui bahwa depersonifikasi melekatkan sifat benda kepada manusia dan kalimat itu terlihat pada kata-kata bermuka masam. 5. Alegori
/ ﺣﻜﺎﻳﺔ رﻣﺰﻳﺔ/hikayatun ramziyyah
Menurut Tarigan (1985 : 24) alegori adalah cerita yang dikisahkan dalam lambang- lambang; merupakan metafora yang diperluas dan berkesinambungan, tempat atau wadah objek- objek atau gagasan- gagasan yang diperlambangkan. Fabel dan Parabel juga merupakan alegori- alegori singkat, Fabel merupakan alegori yang didalamnya binatang- binatang berbicara dan bertingkah laku seperti
Universitas Sumatera Utara
manusia. Parabel merupakan alegori yang didalamnya mengandung pengajaran mengenai moral dan kebenaran (cerita yang berkaitan dengan kitab suci). Contoh :
- Cerita kancil dengan buaya (fabel). - Cerita Adam dan Hawa (parabel).
Pada Al- Qur’an surat Al Bayyinah ayat 7 terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu parabel, berikut cuplikannya :
/innallażina 'amanū ʻamilu wa ṣṣāliḥāti 'ulā'ikahum khayrul bariyyah/ Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. U
U
Pada surat Al Bayyinah ini menerangkan bahwa ajaran Muhammad SAW adalah ajaran yang benar dan agama yang dibawanya adalah agama yang lurus, dan mencakup pokok-pokok ajaran yang dibawa Nabi-nabi yang terdahulu. Dan pada ayat ini terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu parabel, seperti yang kita tahu bahwa parabel itu merupakan cerita yang didalamnya mengandung pengajaran mengenai moral atau suatu kebenaran. 6. Antitesis /
ﻃﺒﺎ ق/ṭibāq
Menurut Muhammad Ali (1982 : 183), mengatakan :
إﺳﺘﻌﻤﺎل ﻛﻠﻤﺘﲔ أو اﻛﺜﺮ ﰲ ﲨﻠﺔ ﰒ اﻹﺛﲔ ﺑﺄﺿﺪا دﻫﺎ ﰲ ﲨﻠﺔ ﺛّﺎ ﻟﻴﺔ: ﻃﺒﺎ ق /ṭibāq : 'istiʻmālu kalimatayni 'au ak ṡara pī jumlatin ṡumma al-'iṡayanu bi'aḍadā dihā pī jumlatan ṡāliyah/ Antitesis : menggunakan dua kata atau lebih dalam suatu kalimat, kemudian yang keduaduanya berlawanan. Menurut Tarigan (1985 : 26) antitesis adalah gaya bahasa yang mengadakan komparasi atau pebandingan antara dua antonim. Contoh : - Air susu dibalas dengan air tuba. U
U
U
Universitas Sumatera Utara
- Kecantikannyalah justru yang mencelakakannya. Pada Al- Qur’an surat Quraisy ayat 1 dan 2 terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu antitesis, berikut cuplikannya :
/liʻilāfi quraisyin(1)/ ilāfihim riḥlatassyitā ʻiwā ṣṣaif(2)/ karena kebiasaan orangorang Quraisy(1)/ Yaitu kebiasaan mereka pada musim dingin dan musim panas(2). U
U
Pada surat Quraisy ini menerangkan bahwa kehidupan orang Quraisy serta kewajiban yang seharusnya mereka penuhi, yaitu mengadakan perjalanan terutama untuk berdagang ke negeri Syam pada musim panas dan ke negeri Yaman pada musim dingin. Dan dalam perjalanan itu mereka mendapat jaminan keamanan dari penguasa-penguasa dari negeri-negeri yang mereka lalui. Dan ini semua adalah suatu nikmat yang amat besar dari tuhan mereka, oleh karena itu sewajarnyalah mereka menyembah Allah yang telah memberikan nikmat itu kepada mereka. Dan pada ayat ini terdapat gaya bahasa antitesis yaitu yang mengadakan komparasi atau perbandingan antara dua antonim, kalimat itu terlihat pada musim dingin dan musim panas. Dan pada Al- Qur’an surat An Nāziāt ayat 29 juga terdapat gaya bahasa antitesis, berikut cuplikannya :
/wa'agṭasya lailahā wa'akhraja ḍuḥāhā/ Dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang. U
U
Pada surat An Nāziāt ini menjelaskan tentang sumpah Allah dengan menyebut malaikat yang bermacam-macam tugasnya, bahwa hari kiamat pasti terjadi dan juga membangkitkan manusia itu adalah mudah bagi Allah. Serta mengancam orang-orang musyrik yang mengingkari kebangkitan dengan siksaan
Universitas Sumatera Utara
yang telah dialami Fir’aun dan pengikut-pengikutnya, selanjutnya surat ini menerangkan keadaan orang-orang musyrik pada hari kiamat dan bagaimana kedasyatan hari kiamat itu. Dan disini terlihat gaya bahasa yang mengadakan perbandingan antara dua hal yaitu malam yang gelap gulita dan siang yang terang benderang. 7. Pleonasme / ب
اﺳﻬﺎ/ishābun
Menurut Tarigan (1985 : 28) pleonasme adalah pemakaian kata yang berlebihan dan bila kata yang berlebihan itu dihilangkan artinya tetap utuh, gaya bahasa ini biasa disebut pleonasme atau tautologi. Contoh : - Saya telah mencatat kejadian itu dengan tangan saya sendiri. U
- Mereka mendengar fitnahan itu dengan telinga mereka sendiri. U
Pada Al- Qur’an surat Al Baqarah ayat 79 terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu pleonasme, berikut cuplikannya :
... /fawaylun lillażīna yaktubuna al kitāba bi'aydihim/ Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang- orang yang menulis al- kitab dengan tangan mereka sendiri ..../ U
U
Pada surat Al Baqarah ini menjelaskan tentang ahli kitab yang memalsukan Taurat dengan tujuan ingin memperoleh keuntungan yang sedikit dari perbuatannya itu. Dan pada ayat ini terlihat gaya bahasa perbandingan pleonasme yaitu pemakaian kata yang berlebihan dan bila kata yang berlebihan itu dihilangkan artinya tetap utuh, kalimat itu terlihat pada dengan tangan mereka sendiri. 8. Perifrasis /
إﻃﻨﺎب/'iṭnāb
Menurut Muhammad Ali (1982 : 201), mengatakan :
إﺳﺘﻌﻤﺎل ﻛﻠﻤﺎت زا ﺋﺪة ﻻ ﻟﺰوم ﳍﺎ ﰱ ﲨﻠﺔ: إﻃﻨﺎب
Universitas Sumatera Utara
/'iṭnāb : 'istiʻmālu kalimātu zā'idatu la luzu ma lahā py zumlah / Perifrasis : menggunakan beberapa kata tambahan yang tidak lazim pada suatu kalimat. Menurut Tarigan (1985 : 31) perifrasis adalah gaya bahasa yang mirip dengan pleonasme, kedua- duanya menggunakan kata- kata yang lebih banyak daripada yang dibutuhkan. Dan pada prinsipnya kata- kata yang berlebihan itu dapat diganti dengan sebuah kata saja. Contoh :
- Saya menerima segala saran, petuah, petunjuk yang sangat beharga dari Bapak Dosen (nasihat). - Pemuda itu menumpahkan segala isi hati dan segala harapan kepada gadis desa itu (cinta).
Pada Al- Qur’an surat Al Insyiqāq ayat 12 terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu perifrasis, berikut cuplikannya :
/wa yaṣlā saʻirān/ Dan dia akan masuk kedalam api yang menyala-nyala. U
U
Pada surat Al insyiqāq ini menjelaskan tentang kejadian-kejadian permulaan hari kiamat, dan bagaimana balasan tentang perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk dan juga kepastian terjadinya hari kiamat yang ditentang oleh orang-orang kafir. Dan pada ayat ini terlihat gaya bahasa perbandingan yaitu perifrasis, kata yang berlebihan dapat diganti dengan satu kata saja, kalimat itu terlihat pada kata-kata api yang menyala-nyala dapat diganti dengan neraka. 9. Antisipasi /
ﺗﻮﻗّﻊ/tawaqqaʻ
Menurut Tarigan (1985 : 33) antisipasi adalah gaya yang berwujud mempergunakan lebih dahulu satu atau beberapa kata sebelum gagasan atau peristiwa sebenarnya terjadi, gaya bahasa ini biasa disebut antisipasi atau prolepsis. Contoh :
- Kami sangat gembira, minggu depan kami memperoleh hadiah dari U
U
Bapak Bupati.
Universitas Sumatera Utara
- Mobil yang malang itu ditabrak oleh truk pasir dan jatuh kejurang. Pada Al- Qur’an surat Al Muthaffifin ayat 1 dan 2 terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu antisipasi, berikut cuplikannya :
/wailun lilmuṭaffifin(1)/ allażīna 'iżā aktālū ʻala annāsi yastaufun(2)/ Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang(1)/ Yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi(2). U
U
Pada surat Al Muthaffifin
ini mengandung ancaman-ancaman terhadap
orang-orang kafir dan orang-orang yang melakukan kecurangan, disamping itu juga pada surat ini memberikan janji yang baik kepada mereka yang beriman dan yang melakukan kebajikan. Dan pada ayat ini terlihat gaya bahasa perbandingan yaitu antisipasi yang melihatkan gagasan atau peristiwa yang belum terjadi sudah disebutkan terlebih dahulu yaitu pada kalimat kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang curang, yang dimaksud dengan orang-orang yang curang diayat ini adalah orang-orang yang curang dalam menakar dan menimbang. Dan juga pada Al- Qur’an surat Al Muthaffifin ayat 10 dan 11 juga terdapat gaya bahasa antisipasi, berikut cuplikannya :
/wailun yaumaiżin lil mukażżibīn(10)/ al lażīna yukażżibuna biyaumiddīn(11)/ Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan(10)/ Yaitu orang-orang yang mendustakan hari pembalasan(11). U
U
Pada surat Al Muthaffifin
ini mengandung ancaman-ancaman terhadap
orang-orang kafir dan orang-orang yang melakukan kecurangan, disamping itu juga pada surat ini memberikan janji yang baik kepada mereka yang beriman dan yang melakukan kebajikan. Dan pada ayat ini terlihat gaya bahasa perbandingan yaitu antisipasi yang melihatkan gagasan atau peristiwa yang belum terjadi sudah
Universitas Sumatera Utara
disebutkan terlebih dahulu yaitu pada kalimat kecelakaan yang besarlah pada hari itu. 10. Koreksio / إﺿﺮاب/'iḍrāban Menurut Muhammad Ali (1982 : 197), mengatakan :
ﺻﺤﺔ ّ إﺗﺒﺎع ﺗﻌﺒﲑ ﺑﺎﺧﺮ ﻳﻠﻐﻴﻪ ﻷﻧّﻪ ﻳﻔﺼﻨﻠﻪ دﻗﺔ أو: إﺿﺮاب /'iḍrāban : 'ittibāʻa taʻbīru biakhara yul’gihi li'annahu yafṣanaluhu diqatun 'au ṣiḥatun/ Koreksio : ungkapan yang diikuti dengan gaya bahasa yang lain disebabkan adanya pengelompokan perbaikan dan pengoreksian. Menurut Tarigan (1985 : 34) koreksio adalah gaya bahasa yang berupa penegasan sesuatu tetapi kemudian diperbaiki atau dikoreksi, gaya bahasa ini biasa disebut koreksio atau epanortosis. Contoh : - Pak Lubis memang orang Jawa, eh bukan, orang Batak. U
U
- Saya telah membayar iuran sebanyak tujuh juta, tidak, tidak, tujuh U
U
ribu rupiah. Pada Al- Qur’an surat Al- Humazah ayat 3 dan 4 terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu koreksio, berikut cuplikannya :
/yaḥsabu 'anna mā lahu 'akhladah(3) /kallā layunbażanna py al-ḥuṭamah(4)/ dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya(3)/ sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan kedalam Huthamah(neraka)(4)/. U
U
Pada surat Al- Humazah ini diterangkan bahwa orang-orang yang suka mencela orang-orang lain, suka memfitnah dan suka mengumpulkan harta tetapi tidak dinafkahnya dijalan Allah maka akan di azab. Dan pada ayat ini terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu koreksio, yang merupakan penegasan dan
Universitas Sumatera Utara
kemudian dikoreksi atau ditambahkan kembali. Kalimat itu terlihat pada kata sekali-kali tidak.
Dan pada Al- Qur’an surat Al Qiyāmah ayat 4 juga terdapat gaya bahasa koreksio, berikut cuplikannya :
/'ayaḥsabul 'insānu 'allan najmaʻa ʻiẓamahu(3)/ balā qādirīna ʻalā 'an nusawwiya banānahu(4)/ Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan kembali tulang belulangnya?(3)/ Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun kembali jari jemarinya dengan sempurna(4). U
U
Pada surat Al Qiyamah ini menerangkan tentang hari kiamat disertai dengan bukti-buktinya, dan keadaan pada hari kiamat tersebut. Pada ayat ini jelas terlihat gaya bahasa koreksio, yang merupakan penegasan sesuatu kemudian ditambahkan kembali. Kalimat itu terlihat pada kata-kata bukan demikian. Dari beberapa jenis-jenis gaya bahasa diatas yang dikemukakan oleh Henry Guntur Tarigan, disini penulis hanya akan membahas jenis gaya bahasa perbandingan yang dikemukakan oleh Tarigan. Dimana gaya bahasa perbandingan banyak ditemukan didalam objek peneliti, dan juga gaya bahasa perbandingan ini adalah suatu gaya bahasa yang khas yang bisa membuat suatu bahasa tarasa indah. Selain itu juga, jika gaya bahasa perbandingan digunakan dalam menasehati, memarahi, menyindir, bahkan tidak suka maupun yang lainnya dengan orang ataupun sesuatu tidaklah mereka merasa bahasa yang kita keluarkan itu kasar ataupun seperti mengajari mereka. Maka dari itu gaya bahasa perbandingan ini mempunyai suatu peranan yang amat penting dalam hal ini.
Universitas Sumatera Utara