BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tingkat Konsumsi Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan hidangan dan perbandingannya yang satu terhadap yang lain. Kuantitas hidangan menunjukkan jumlah masing – masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh. Kalau susunan hidangan memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari sudut kualitas maupun kuantitasnya disebut konsumsi adekuat. (Sediaoetama, 2000) Tingkat konsumsi yang rendah (di bawah nilai baku) dapat digunakan sebagai indikator terjadinya status gizi kurang atau buruk. Rendahnya konsumsi terjadinya salah gizi (malnutrition). Gizi kurang atau buruk biasanya disebabkan oleh kurangnya makanan
bergizi
yang
dikonsumsi
sehingga
mengakibatkan
terhambatnya
pertumbuhan organ dan jaringan tubuh, terjadinya defisiensi zat gizi, dan atau lemahnya daya tahan terhadap penyakit zat gizi, dan atau lemahnya daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit serta menurunnya aktifitas dan produktifitas. (Syarief, 1992) 1. Konsumsi Energi Tubuh memerlukan energi sebagai sumber tenaga untuk segala aktifitas. Energi diperoleh dari makanan sehari – hari yang terdiri dari berbagai zat gizi, terutama karbohidrat dan lemak (Sedioetama, 2000) Energi yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan, dilepaskan dalam tubuh pada proses pembakaran zat – zat makanan. Dengan mengukur jumlah energi yang dikeluarkan itu dapat diketahui berapa banyak makanan yang diperlukan untuk menghasilkannya (Sediaoetama, 2000) Energi dibutuhkan oleh tubuh untuk mempertahankan kehidupannya menunjang proses pertumbuhan, serta untuk melakukan aktifitas sehari – hari. Karbohidrat, lemak dan protein pada makanan merupakan sumber energi bagi kebutuhan tubuh.energi yang masuk melalui makanan itu harus sesuai dengan kebutuhan masing – masing individu (Nursanyoto, 1992)
2. Konsumsi Protein Protein merupakan zat gizi yang sangat penting, karena yang paling erat hubungannya dengan proses – proses kehidupan dan protein menyediakan bahan – bahan penting perannya untuk pertumbuhan serta pemeliharaan jaringan tubuh (Suhardjo, 1992). Protein adalah zat makanan yang mengandung nitrogen. Secara praktis dapat dikatakan bahwa hampir semua sumber nitrogen dalam makanan sehari – hari adalah protein (Sediaoetama, 2000) Jumlah protein yang diperoleh oleh tubuh seseorang tergantung dan banyaknya jaringan aktif, makin besar dan berat orang itu makin banyak jaringan aktif, sehingga makin banyak pada protein yang diperoleh untuk mempertahankan atau memelihara jaringan itu (Sediaoetama, 2000) Protein dalam tubuh merupakan sumber asam amino essensial yang diperlukan sebagai zat pembangun yaitu pertumbuhan dan pembentukan protein dalam serum hemoglobin, enzim, hormon dan antibodi. Selain itu juga untuk mengganti sel – sel yang rusak dan memelihara keseimbangan – keseimbangan asam basa dalam cairan tubuh (Sediaoetama, 2000)
B. Konsumsi Makanan Anak Makanan merupakan hal yang penting sebagai salah satu kebutuhan pokok manusia demi kelangsungan hidupnya. Kegunaan makanan ditinjau dari segi kesehatan adalah sebagai berikut : (1) Zat tenaga, sumber zat tenaga didapat terutama dari makanan pokok seperti nasi, jagung, ubi, mie, kentang, dan lain – lain. Sumber tenaga bukan hidrat arang adalah minyak, margarin, kelapa, lemak berfungsi sebagai penambah rasa gurih. Dalam menu Indonesia hidrat arang dibutuhkan kurang lebih 65 – 75 % dari jumlah kalori sehari. (2) Zat pembangun. Sumber zat pembangun terutama didapat dari lauk pauk, berasal dari hewani maupun nabati. Zat pembangun dalam disebut protein. Dibutuhkan kurang lebih 13 – 15 % protein dari total kalori sehari. Fungsi protein adalah untuk membentuk dan pertumbuhan sel – sel baru pada otot, tulang, darah dan bagian – bagian tubuh yang lain, mengganti bagian atau jaringan tubuh yang rusak. Bahan makanan sumber zat pembangun yang berasal dari hewani seperti : ikan, daging, telur, dan lain – lain. Berasal dari nabati seperti tempe,
tahu, kacang – kacangan. (3) Zat pengatur. Bahan – bahan makanan sumber zat pengatur adalah sayuran dan buah – buahan. Bahan – bahan makanan ini banyak mengandung vitamin dan mineral yang dalam tubuh berfungsi sebagai unsur yang diperlukan dalam berbagai proses kimia dalam tubuh. Vitamin dan mineral dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah sedikit untuk metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak tapi berfungsi sangat vital. Zat gizi adalah zat atau unsur kimia dalam makanan yang sangat diperlukan oleh tubuh untuk melakukan metabolisme secara normal makanan yang diperlukan tubuh anak – anak sebaiknya mengandung semua zat gizi yang diperlukan tubuh secara seimbang. Anak – anak makan sering hanya pada waktu makanan dihidangkan. Banyak diantara mereka yang jarang mempermasalahkan kandungan zat gizi dan makanan yang dihidangkan. Seperi sayuran dan buah – buahan segar yang kurang disukai. Makanan untuk anak haruslah memenuhi syarat yaitu : 1. Memenuhi kecukupan energi dan semua gizi sesuai dengan umur. 2. Susunan hidangan disesuaikan dengan pola menu seimbang juga bahan makan yang tersedia ditempat, kebiasaan makan dan terhadap makanan. 3. Bentuk dan porsi makanan disesuaikan dengan daya terima toleransi dan keadaan faal anak. 4. Memperhatikan lingkungan dan kebersihan lingkungan. Tujuan dari memberi makan adalah untuk memberi kebutuhan nutrien yang cukup dalam mempertahankan kelangsungan hidup untuk pemulihan kesehatan sesudah sakit, aktivitas, pertumbuhan, dan perkembangan. Secara fisiologi makan merupakan pemuas rasa lapar. Selain itu makan juga berguna untuk mendidik anak supaya dapat menerima, menyukai, memilih makanan yang baik juga untuk menentukan jumlah makanan yang bermutu dengan demikian dapat dibina kebiasaan yang baik tentang waktu dan cars pemberian makan yang teratur sehingga anak anak biasa makan pada waktu – waktu yang sudah ditentukan dan sudah lazim.(Suhardjo, dkk, 1992) Makanan yang mencukupi zat gizi adalah yang berisi semua zat gizi yang penting dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Walaupun tubuh manusia memerlukan ke semua golongan zat gizi yang penting dalam seluruh
hidupnya, namun tersebut memerlukan beberapa diantaranya dalam jumlah berbeda– beda, pertumbuhan fisik meliputi perubahan–perubahan dalam keseimbangan tubuh dan disamping itu mempengaruhi kemampuan otot–otot dan kesanggupan mental. (Nursanyoto, 1992)
C. Kebutuhan Gizi Anak Masukan zat gizi untuk anak sebaiknya dibedakan dari orang dewasa, meskipun komposisi serupa yaitu terdiri atas energi, protein, vitamin, mineral dan air, kebutuhan per unit berat badan pada anak lebih tinggi dari pada orang dewasa. (Muhilal, 2000) 1. Kebutuhan energi. Kebutuhan energi bagi anak ditentukan oleh metabolisme basal, umur, aktivitas fisik, suhu lingkungan, serta kesehatannya dan efek dinamik khusus makanan (Spesifik Dynamic Action, SDA ). Zat – zat gizi yang terkandung disebut makronutrient dan terdiri dari protein, lemak, karbohidrat. Tiap gram protein maupun karbohidrat memberi energi sebanyak 4 kkal, sedangkan tiap gram lemak 9 kkal. Dianjurkan supaya jumlah energi yang diperlukan didapati dari 50 – 60 % karbohidrat, 25 – 35 % lemak, sedangkan selebihnya 10 – 15 % protein akan tetapi jangan dilupakan bahwa kebutuhan energi berbeda – beda secara individual (Muhilal, 2000) Kebutuhan energi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur, pengaruh iklim, ukuran tubuh dan sebagainya. Kebutuhan energi sehari anak usia 0 – 6 bulan 560 kalori untuk anak usia 7 – 12 bulan 800 kalori untuk anak usia 1 – 3 tahun 1250 kalori dan untuk anak usia 4 – 6 tahun 1750 kalori (Widya Karya 1998)
2. Kebutuhan Protein Kebutuhan akan protein bagi tiap kg berat badan adalah tinggi pada bayi karena pertumbuhannya cepat sekali untuk kemudian berkurang dengan bertambah umur. Disarankan untuk memberi 2,5 – 3 g tiap kg berat badan bagi
bayi dan 1,5 – 2 bagi anak sekolah. Jumlah protein yang diberikan dianggap adekuat jika mengandung asam amino esensial dalam jumlah yang cukup, mudah dicerna dan diserap oleh tubuh. Maka protein yang diberikan harus sebagian berupa protein yang berkualitas tinggi seperti protein hewani, ikan mengandung protein berkualitas tinggi. (Muhilal, 2000).
D. Balita KEP Kekurangan Energi Protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari – hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi Orang yang mengidap gejala klinis KEP ringan dan sedang pada pemeriksaan hanya nampak kurus. Namun gejala klinis KEP berat secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu marasmus, kwasiorkor, atau marasmus kwasiorkor Pada pemeriksaan klinis penderita KEP akan memperlihatkan tanda – tanda sebagai berikut : 1. Marasmus : (a) Anak nampak kurus, tinggal tulang terbungkus kulit,(b) Wajah seperti orang tua,(c) Cengeng, rewel,(d) Kulit keriput, jaringan lemak sangat sedikit 2. Kwasiorkor : (a) Oedem umumnya diseluruh tubuh dan terutama pada kaki,(b) Wajah membulan dan sembab,(c) Otot – otot mengecil, lebih nyata apabila diperiksa pada posisi berdiri dan duduk, anak berbaring terus menerus,(d) Anak sering menolak segala jenis bentuk makanan,
(e) Rambut berwarna
kusam dan mudah dicabut,(f) Pandangan anak nampak sayu
3. Marasmus Kwasiorkor Tanda – tanda marasmus kwasorkor adalah gabungan dari tanda- tanda yang ada pada marasmus dan kwasiorkor yang ada (Depkes RI, 1999)
E. Makanan Formula
Makanan formula atau bahan makanan campuran merupakan kombinasi dari berbagai bahan yang memungkinkan penambahan kekurangan sesuatu zat gizi dalam sesuatu bahan dalam bahan lain sehingga menjadi sesuatu bahan yang mengandung zat – zat gizi dalam jumlah cukup sesuai dengan kebutuhan Bahan makanan campuran atau makanan formula ini digunakan sebagai makanan tambahan bagi golongan rawan atau orang yang tidak dapat mencukupi kebutuhan tubuhnya akan zat – zat gizi Prinsip umum suatu penggunaan bahan makanan formula untuk program penanggulangan masalah KEP harus memenuhi ketentuan – ketentuan yaitu 1. Bernilai gizi tinggi, berkadar energi dan protein tinggi 2. dapat diterima baik cita rasanya maupun faal 3. dibuat dari bahan makanan setempat. Untuk membuat makanan formula pencarian dan penggunaan bahan – bahan mentah yang terdapat setempat dan murah harganya, tetapi kaya akan gizi merupakan alternatif yang terbaik. Kebutuhan akan perkembangan jenis makanan yang memiliki gizi seimbang tetapi dalam jangkauan daya beli masyarakat telah sangat mendesak dan sangat penting (Winarno. 1987) Masyarakat Indonesia barangkali termasuk bangsa yang sedikit mengkonsumsi ikan atau hasil olahannya. Sekjen Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) menyatakan bahwa tingkat konsumsi ikan nasional hanya 19 kg/kapita/tahun, lebih rendah dari Vietnam maupun Malaysia yang tingkat konsumsinya mencapai 33 kg/kapita/tahun.
Tahun
depan
diupayakan
tercapai
target
konsumsi
23
kg/kapita/tahun. Salah satu kemungkinan penyebab rendahnya tingkat konsumsi itu adalah minimnya keragaman hasil olahan ikan yang memiliki "daya tarik" bagi konsumen lintas usia, suku, dan tingkat sosial. Disamping dipasarkan dalam bentuk segar, ikan juga dipasarkan dalam bentuk produk olahan. Produk olahan ikan "khas" Indonesia yang telah "terindustrialisasi dengan mapan" saat ini tercatat meliputi kerupuk, ikan asin, terasi, pindang, peda dan beberapa yang lain, yang daya tariknya bagi konsumen anak-anak relatif rendah. Barangkali diantara produk tersebut hanya kerupuk yang mudah diterima konsumen anak-anak. Dengan introduksi produk nugget, ikan mulai luas dikonsumsi masyarakat konsumen kalangan ini.(Setyorini,2003).
Percobaan terhadap tikus yang diberi ransum bahan makanan formulasi selama 35 hari berupa hasil laut terdiri ikan laut dan rumput laut sehingga diperoleh hasil 400 kkal dan 15 g protein per 100 gr tepung formula, memberikan hasil sebagai berikut : kenaikan berat badan harian yang ditentukan oleh intake energi, protein dan karbohidrat. Zat gizi mikro seperti folasin, zat besi, dan Zn juga menentukan kenaikan berat badan. Dijelaskan pula bahwa daya tahan tubuh yang ditunjukkan oleh peningkatan limposit darah serta penumpukan limpoid dalam mukosa usus halus juga terjadi pada kelompok tikus yang peningkatan berat badannya lebih baik. Tidak ada kelainan spesifik pada mikroskopis organ dari semua kelompok, yang berarti bahwa formula yang menggunakan ikan dan rumput laut sebagai bahan unggulan tidak bersifat toksik Perlu dilakukan selanjutnya pada anak KEP mengingat hasil penelitian pada hewan coba memberikan hasil yang positif. (Soetrisno,Uken,2004)
F. Kerangka Teori STATUS SOSIAL – EKONOMI (Pendidikan, Pekerjaan, teknologi, Budaya, dll)
Tanah
Pendapatan
Praktik Pemberian Makanan Pada Balita
Praktik Kesehatan
Sumber Pangan
Infeksi
Masukan Zat Gizi Ketersediaan Zat Gizi pada Tingkat seluler
Pertumbuhan
Sumber : Supariasa 2001
G. Kerangka Konsep Independent Pemberian Makanan Formula
Dependent Tingkat Konsumsi Energi dan Protein
Sanitasi Lingkungan
H. Hipotesis 1. Ada perbedaan tingkat konsumsi energi sebelum dan sesudah pemberian makanan formula pada balita di wilayah Posyandu Bandung Bondowoso Pucang Gading Semarang. 2. Ada perbedaan tingkat konsumsi protein sebelum dan sesudah pemberian makanan formula pada balita di wilayah Posyandu Bandung Bondowoso Pucang Gading Semarang.