BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tablet Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. (Farmakope Indonesia, Edisi IV, 1995). Syarat-syarat tablet, yaitu : -
Ukuran seragam : diameter tablet 1 ½-3 kali tebal tablet.
-
Bobot seragam : penyimpangan rata-rata untuk tablet dengan berat 300 mg atau lebih, ialah 5-10%.
- Waktu hancur / disintegrasi tablet : harus hancur dalam air dalam waktu tidak lebih dari 15 menit pada suhu 36º – 38º C. - Waktu hancur tablet bersalut gula atau bersalut selaput : harus hancur dalam air dalam waktu tidak lebih dari 60 menit. - Waktu hancur tablet bersalut enteric : zat penyalut dilarutkan dulu dalam HCL 0,06 N selama 3 jam, kemudian tablet dimasukkan ke dalam dapar pH 6,8. Tablet harus hancur dalam waktu 60 menit pada suhu 36º- 38ºC (Zaman, N,1990). Berbagai macam bentuk tablet 1. Tablet untuk obat luar
Universitas Sumatera Utara
Tablet ini umumnya mudah larut dan digunakan sebagi obat luar setelah dilarutkan dalam volume air tertentu untuk mendapatkan larutan dengan konsentrasi tertentu pula. 2. Tablet untuk obat dalam Tablet ini pada hakekatnya adalah puyer yang dibuat kompak secara kempa cetak. Suatu variasi dari obat dalam ialah tablet effervescent yang bila dimasukkan ke dalam air akan melarutkan serta membebaskan CO2 3. Dragee Tablet bersalut gula dengan atau tanpa penambahan zat warna. 4. Lozenges Tablet ini diisap seperti permen, efek utamanya adalah antiseptic pada mukosa mulut atau tenggorokan. 5. Tablet sublingual dan tablet intrabuccal Table sublingual, diletakkan dibawah lidah, melarut relatif cepat dan bahan obatnya diabsorbsi melalui mukosa. 6. Tablet bersalut enterik Disalut dengan bahan atau zat penyalut yang relative tidak larut ddalam suasana asam di lambung, tetapi hancur dan larut dalam suasana relative basa di usus dan membebaskan obat yang terkandung dalam tablet (enteric coating). 7. Tablet sustained release Tujuan pemberian tablet sustained release ialah untuk menghindarkan pemberian obat berulang kali dalam sehari, cukup sekali dalam sehari.
Universitas Sumatera Utara
8. Tablet yang dimasukkan kedalam rongga tubuh, khususnya vagina. 9. Tablet implantasi (pellet atau implants) Penggunaannya dengan mengimplantasi pellet di bawah kulit, penyerapan bahan obat terjadi secara sangat perlahan dalam kurun waktu yang lama. (Zaman, N,1990). 2.2.
Klorokuin
Rumus bangun dari klorokuin adalah sebagai berikut : CH3
N
HN-CH(CH2)3N(C2H5)3 7-Kloro-4-[[4-(dietilamino)-1-metil butyl)]amino] kuinolin
BM = 319,88
klorokuin mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0% C18H26CIN3, dihitung terhadap zat yang dikeringkan. Klorokuin fosfat 7-kloro-4-[4-(dietilamino)-1-metilbutil)]amino] kuinolin fosfat. BM = 515,87 Pemeriannya : serbuk hablur putih atau hampir putih; tidak berbau; rasa pahit. Kelarutan
: mudah larut dalam air; praktis tidak larut dalam etanol, dalam klorofom
dan dalam eter. Tablet Klorokuin fosfat Tablet klorokuin fosfat mengandung klorokuin fosfat, kadar tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari 107,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. (Farmkope Indonesia, Edisi IV, 1995).
Universitas Sumatera Utara
Identifikasi dari tablet klorokuin menurut Farmakope Indonesia Edisi IV dapat dilakukan sebagai berikut : - Spektrum serapan ultraviolet larutan yang digunakan untuk pengukuran serapan pada penetapan kadar menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang gelombang yang sama seperti pada klorokuin fosfat BPFI. Perbandingan serapan pada 343 nm dan 329 nm adalah 1,00 dan 1,15. - Larutkan sejumlah serbuk tablet dalam20 ml air hingga mengandung lebih kurang 20 mg zat, saring. Ke dalam filtrat tambahkan 5 ml trinitrifenol LP, terbentuk endapan kuning. Saring dan cuci dengan air hingga air cucian tidak berwarna. Keringkan di atas silica gel P, akan melebur antara 205º dan 210º. 2.3. Klorokuin Sebagai Antimalria Obat Antimalaria adalah senyawa yang digunakan untuk pencegahan dan pengobatan malaria yang disebabkan oleh protozoa yaitu Plasmodiunm sp yang masuk ke dalam tubuh tuan rumah (host) melalui gigitan nyamuk Anopheles betina (Siswandono,M,S.,1995). Berdasarkan struktur kimianya klorokuin fosfat merupakan turunan dari 4aminokuinolin. Turunan 4-aminokuinolin mempunyai aktifitas antimalaria yang relatif tinggi disbandingkan kinin. Toksisitasnya relatif rendah, pemakaian jangka panjang dengan dosis besar dapat mempengaruhi pendengaran dan penglihatan. Klorokuin fosfat merupakan obat pilihan untuk pencegahan dan pengobatan serangan akut malaria. Kombinasi dengan primakuin digunakan untuk pencegahan serangan semua jenis malaria. Klorokuin juga digunakan untuk pengobatan chlonorchiasis dan
Universitas Sumatera Utara
infeksi amuba hepatic berhubungan dengan keradangan, seperti rematik arthritis. Penyerapan obat dalam saluran cerna cepat dan hampir sempurna, kadar serum tertinggi dicapai dalam 1-2 jam, kemudia obat akan dikumpulkan pada jaringan tertentu, seperti hati, paru dan ginjal dan tetap tinggal dalam waktu yang lama karena terikat secara kuat dalam sel-sel yang mengandung melanin. Pelepasan obat ke peredaran darah sangat pelan, dengan waktu paro antara 70-120 jam. Dosis oral untuk pencegahan malaria : 300 mg/hari. Dimulai 2 minggu sebelum ke daerah yang diduga adanya malaria, dan dilanjutkan 8 minggu setelah meninggalkan daerah tersebut. Untuk pengobatan malaria dosis awal : 600 mg, diikuti dengan 300 mg pada jam ke 6,24 dan 48. (Siswandono,M.S.,1995). Cara kerja obat klorokuin adalah dengan menghancurkan bentuk eritrosit seksual (gametosit) dari parasit malaria sehingga mencegah penyebaran plasmodia ke nyamuk anopheles. (Siswandono,M.S., 1995). Masa inkubasi malaria antara 12-30 hari. Dengan gejala penyakit yaitu : penderita merasa sakit kepala, lesu diikuti demam tinggi seringkali disertai menggigil, diakhiri berkeringat banyak.Plasmodium sp dapat pula menyerang otak menyebabkan malaria cerebralis dengan gejala-gejala kaku kuduk, kesadaran yang menurun seperti pada gejala radang otak yang lain. (Entjang, I,2000). Obat bebas yang berada di pasaran untuk malaria termasuk dalam obat yang berfungsi untuk menyembuhkan atau mencegah demam, yaitu : 1. Klorokuin, contoh nama merek obat : Duraquin, Cendoquine, Maralex, Riboquin,Resorchin, Nivaquin. 2. Kinina, contoh nama merek obat : kina
Universitas Sumatera Utara
Kedua macam obat tersebut tersedia obat generiknya. Untuk malaria yang termasuk jenis falciparum, infeksi campuran / yang menyebabkan infeksi tidak diketahui maka sebaiknya menggunakan kinina. Sedangkan Klorokuin digunakan untuk pencegahan dan pengobatan malaria, bekerja kuat dan cepat. (Widodo, R, 2004). 2.3.1. Farmakokinetik Absorpsi klorokuin setelah pemberian oral terjadi lengkap dan cepat, dan makanan mempercepat absorpsi ini. Kadar puncak dalam plasma dicapai setelah 1-2 jam. Kira-kira 55% dari jumlah obat dalamplasma diikat pada nondifussible plasma constituent. Klorokuin lebih banyak diikat di jaringan. Metabolisme klorokuin dalam tubuh berlangsung lambat sekali dan metabolitnya, monodesetilklorokuin dan bisdesetilklorokuin, diekskresi melalui urin. Sejumlah kecil klorokuin masih ditemukan dalam urin bertahun-tahun setelah pemberian dihentikan. Dosis harian 300 mg menyebabkan kadar mantap kira-kira 125 µg/l, sedangkan dengan dosis oral 0,5 gram tiap minggu dicapai kadar plasma antara 150-250 µg/l dengan kadar lembah antara 20-40 µg/l. Jumlah ini berada dalam batas kadar terapi untuk P. Falciparum yang sensitive dan P. vivax, yaitu 30 dan 15 µg/l. Metabolisme klorokuin dihambat oleh SKF 525-A, amodiakuin, hidroksiklorokuin, dan pamakuin. (Ganiswara, 1995). 2.3.2. Farmakodinamik Aktivitas malaria. Klorokuin hanya efektif terhadap parasit dalam fase eritrosit, sama sekali tidak efektif terhadap parasit di jaringan. Efektifvitasnya sangat tinggi terhadap P. vivax dan P. falciparum. Selain itu, klorokuin juga efektif terhadap gamet P. vivax. Efek supresi terhadap P. vivax lebih kuat dibandingkan dengan kina
Universitas Sumatera Utara
dan kuinakrin. Gejala klinik serangan akut malaria menghilangkan 24-48 jam setelah pengobatan, sedangkan parasit umumnya tidak ditemukan lagi di apus darah tepi setelah 48-72 jam. Klorokuin menyembuhkan infeksi P. falciparum dengan sempurna. Tetapi kambuhnya ifeksi P. vivax tidak dapat dihindari, hanya interval relepsnya yang diperpanjang. Mekanisme kerja obat ini diduga berhubungan dengan sintesis asam nukleat dan nucleoprotein yaitu dengan menghambat DNA polymerase. Secara fisik terjadi interkalasi klorokuin dengan guanine rantai DNA. Hal ini terjadi juga dengan primakuin dan kuinin, tetapi tidak dengan meflokuin. Parasit yang menginfeksi eritrosit akan segera mengambil dan mengakumulasi obat tersebut di dalam badannya. Parasit ini juga menggumpalkan pigmen yang dihasilkan dari penghancuran hemoglobin. Kepekaan plasmodia intraerosit terhadap klorokuin berhubungan dengan kemampuannya untuk menumpuk didalam eritrosit. Proses ambilan obat dan pengumpulan pigmen oleh parasit dihambat secara bersaing oleh amodiakuin, kuinin, dan meflokuin. Ambilan klorokuin oleh plasmodia ini bersifat butuh energi (energi dependent), terjenuhkan (saturable), dan berlangsung dengan bantuan carrier. Ada dugaan bahwa pigmen dilepaskan dari degradasi Hb bertindak sebagai reseptor untuk klorokuin dan turunannya. Pigmen ini atau kompleksnya dan klorokuin dapat menyebabkan lisis parasit. (Ganiswara, 1995). 2.4.
Penetapan Kadar PT. Mutiara Mukti Farma (Mutifa) menggunakan Spektrofotometri Ultraviolet
untuk penetapan kadar tablet klorokuin difosfat.
Universitas Sumatera Utara
Jenis spektrofotometer beragam dari alat satu ke alat yang lain, tergantung dari tingkat kecanggihan perangkat perangkat, tetapi dalam segala hal sama asas pokok kerjanya. Sumber listrik (biasanya teratur untuk menjaga kemantapan alat) menyediakan arus bagi sumber cahaya yang akan memberi panjang gelombang tertentu. Dalam spektrofotometer serapan UV-Vis terdapat tiga jenis utama sumber cahaya : lampu peluah, lampu benang pijar dan laser bertala. (Munson,1991). Spektrofotometri yang sering digunakan dalam industri farmasi adalah spekktrofotometri ultraviolet dan cahaya tampak. Spektrofotometer dilengkapi dengan alat optik yang dapat meneruskan sinar ultra violet. Salah satu aplikasi dari spektrofotometri ultraviolet adalah penetapan kadar yang memegang peranan penting untuk penentuan kuntitatif bahan baku dan sediaan obat. Penentuan kadar dilakukan dengan mengikur absorpsi maksimum dari kurva absorpsi. Jika absorpsi untuk penentuan kadar sangat rendah atau senyawa mula-mula mengabsorpsi dibawah 200 nm, maka sering kali senyawa ini diubah dahulu menjadi suatu senyawa yang berwarna melalui reaksi kimia, dan absorpsi ditentukan dalam daerah sinar tampak (Roth dan Blaschke, 1998). Spektrofotometer Ultra Violet Visibel adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan electron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Spektroskopi UV-Vis biasanya diginakan untuk molekul dan ion anorganik atau kompleks di dalam larutan. Spektrum Uv-Vis mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi
Universitas Sumatera Utara
tentangstruktur yang bias didapatkan dari spectrum ini. Tetapi spectrum ini juga berguna untuk pengukuran kuantitatif. (Dachriyanus, 2004). Spektrofotometer yang sesuai untuk pengukuran di daerah spektrum ultra violet dan cahaya tampak terdiri dari suatu sistem optik dengan kemampuan menghasilkan cahaya monokromatik dalam jangkauan 200 nm hingga 800 nm dan suatu alat yang sesuai untuk menetapkan serapan. Kedua sel yang digunakan untuk larutan yang diperiksa dan larutan pembanding harus mempunyai karakteristik spectrum yang sama. Bila digunakan instrument berkas ganda dengan perekam,sel yang berisi pelarut ditempatkan pada jalur berkas pembanding. Kuvet atau sel yang dimaksudkan untuk diisi larutan uji dan cairan pelarut, bila diisi dengan pelarut yang sama, harus sama. Jika tidak harus dilakukan koreksi yang tepat. Kuvet harus dibersihkan dan diperlakukan dengan hati-hati. Jika pada penetapan kadar atau pengujian menggunakan baku pembanding menurut petunjuk resmi dan larutan yang dibuat dari zat uji. Lakukan pengukuran pertama menggunakan kuvet dari kondisi pengujian yang sama. (Farmakope Indonesia, 1995).
Universitas Sumatera Utara