BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian
yang dilakukan oleh Siregar (2010), tentang Analisis Strategi
Pengembangan Usaha Kecil Keripik Pisang “Kondang Jaya” di Kota Bogor. Berdasarkan hasil penggabungan matriks IFE dan EFE dalam matriks SWOT dan Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam pengembangan usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” menghasilkan beberapa alternatif strategi yang sama yaitu sebagai berikut: (1) Mempertahankan kualitas produk keripik pisang yang berbahan baku alami, bermutu dan bergizi tinggi untuk memenuhi permintaan keripik pisang (2) Meningkatkan dan memperkuat jaringan pemasaran (3) Memperbaiki sistem manajemen usaha (4) Mengupayakan ketersediaan bahan baku utama secara kontinu; (5) Melakukan efisiensi biaya produksi (6) Melakukan mengembangan atau diversifikasi produk untuk menghadapi barang subtitusi yang tinggi (7) Memperbaiki bentuk kemasan serta mengupayakan sertifikasi halal dan izin Depkes untuk meningkatkan image produk. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Prihatin (2006), tentang Analisis Strategi Pemasaran Keripik Pisang Perusahaan Suseno di Bandar Lampung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik konsumen keripik pisang berdasarkan jenis kelamin adalah wanita, usia antara 26-35 tahun, pendidikan terakhir sarjana, pekerjaan swasta dan berpendapatan antara 1,5 – 2 juta. Hasil analisis evaluasi, sikap konsumen menunjukkan bahwa atribut kerenyahan merupakan atribut yang paling penting bagi responden dalam mempertimbangkan pembelian keripik pisang. Berdasarkan matriks IFE diketahui bahwa kekuatan yang dimiliki perusahaan adalah letak perusahaan yang strategis, perusahaan merupakan pionir dan pemimpin pasar
pada industri keripik pisang, kualitas keripik pisang baik, citra merek perusahaan kuat, hubungan dengan pelanggan terjalin baik, dan keadaan keuangan perusahaan tidak tergantung pihak luar. Selanjutnya penelitian Arliana (2002), dengan judul Analisis Pemasaran Tahu Pada Perusahaan Yun Yi, Bogor Jawa Barat. Hasil penelitian tersebut, strategi alternatif terbaik dalam bauran pemasaran adalah, Strategi produk, yaitu harus mempertahankan kualitas produk bahkan mengembangkannya dengan maksud lebih mendekatkan dengan preferensi konsumen. Hal ini dapat dilakukan melalui pengontrolan secara priodik terhadap produk yang dihasilkan disetiap Supermarket, Swalayan, toko, dan restoran, serta seluruh tempat-tempat pedagang perantara perusahaan, strategi harga dilakukan pemberian potongan harga kepada para konsumen lokal atau yang bekerjasama lama dengan perusahaan. Strategi distribusi, perusahaan dapat melakukan ekspansi secara horizontal ke wilayah-wilayah lain yang sedang berkembang, bekerjasama yang baik dengan masing-masing pedagang perantara, pemasok dan konsumen. Penelitian Yumanda (2009), dengan judul Strategi Pemasaran Keripik Singkong Industri Rumah Tangga Cap Kelinci di Tanjung Morawa Kabupaten Bali Serdang. Hasil pengolahan analisis SWOT pada penelitian ini, adalah sebagian besar industri Rumah Tangga Cap Kelinci sistem penjualanya hanya menjual langsung di tempat produksi (Rumah Industri) dan bukan distributor maupun penyalur. Kekuatan yang dapat diandalkan IRT Cap Kelinci adalah keunggulan produk dan sikap jujur, ramah terhadap planggan. Kelemahan tidak mempunyai kas perusahaan, sehingga perusahaan mengalami krisis keuangan (penurunan), tidak menggunakan jasa promosi atau iklan baik visual maupun Non visual, peluangnya adalah dapat menguasai pasar monopolistik, ancaman yang dihadapi, daya konsumen menurun dan kecenderungan masyarakat terhadap Supermarket. Strategi pemasaran yang dilakukan pada IRT Cak Kelinci adalah salah satu dari strategi bisnis, yaitu ”keunggulan produk”. Strategi yang harus dilakukan untuk mengatasi adalah membuat kas perusahaan, menjalin hubungan kerjasama dengan pihak investor. Untuk menimalkan
ancaman yang dihadapi
yaitu dengan mengembangkan saluran pemasaran ke
Supermarket dan membuka cabang di berbagai tempat (kota) untuk memperluas jarikan pemasaran, dan investasi dalam pemasaran
2.2. Keripik Pisang Keripik pisang adalah produk makanan ringan dibuat dari irisan buah pisang dan digoreng, dengan bermacam rasa. Tujuan pengolahan pisang menjadi keripik pisang adalah untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan/memperpanjang kemanfaatan buah pisang. Menurut Mulyati (2005), buah pisang merupakan salah satu buah-buahan dari tanaman tropis yang sangat digemari oleh masyarakat karena kandungan gizi buah pisang tinggi. Buah pisang sebagai bahan pangan merupakan sumber energi (karbohidrat) dan protein, lemak, berbagai vitamin, dan mineral. Pisang dapat menimbulkan kepuasan atau kenikmatan bagi yang memakannya karena kandungan gizinya lengkap sehingga keseimbangan gizi untuk hidup dapat dipenuhi. Sedangkan manfaat buah pisang yaitu, sebagai sumber tenaga, anemia, tekanan darah, brain power (mendorong kemampuan otak), depresi, hangovers, hear-burn, morning sickness, gigitan nyamuk, gelisah, pre menstruation syndrome, penyelamat perokok berat, stres, strok, temperatur control, kutil. Menurut Firmansyah (2010), ketersediaan pisang diberbagai daerah di Indonesia membuka peluang usaha yang cukup besar bagi masyarakat Indonesia. Pisang mudah tumbuh dengan subur disebagian besar wilayah. Berbagai jenis pisang tumbuh dan menjadi tanaman yang cukup mudah di temui. Namun sayangnya pisang belum dianggap sebagai sumber usaha yang baik. Masyarakat Indonesia masih menganggap pisang hanya sebagai buah saja, tidak memberikan nilai tambah yang lebih tinggi.
Menurut Firmansyah (2010), olahan pisang masih sebatas, olahan yang tradisional, dan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan sendiri. Salah satu olahan yang dapat meninggkatkan nilai tambah dan nilai jualnya yaitu keripik pisang, produk ini masih sangat potensial untuk di kembangkan, mengingat besarnya peluang pasar yang dapat dituju dan munculnya diversivikasi produk keripik. Hal ini membuka peluang yang lebih luas bagi pengembangan usaha industri pengolahan keripik pisang di Indonesia. Menurut Firmansyah (2010), guna memulai usaha pengolahan keripik pisang memerlukan beberapa persiapan yaitu : 1. Pengumpulan informasi mengenai usaha pengolahan keripik usaha. 2. Keperluan sarana penunjang produksi 3. Proses pengolahan 4. Kemasan dan penyimpanan 5. Strategi pemasaran dan 6. Analisa kelayakan usaha. Menurut Firmansyah (2010), usaha pengolahan keripik pisang tidak memerlukan teknologi tinggi dan modern. Oleh karena itu, industri ini dapat diterapkan para industri kecil, industri rumah tangga ataupun industri menengah. Pendirian usaha pengolahan keripik pisang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dan menambah nilai tambah buah pisang.
2.3. Pemasaran Menurut Gitosudarmo, (2008) pemasaran didefinisikan sebagai semua kegiatan yang menyangkut perencanaan dan pengendalian aliran barang dari produsen ke konsumen. Menurut Mursid (2008), pemasaran adalah suatu proses perpindahan barang atau jasa dari tangan produsen ke konsumen, atau dapat dikatakan bahwa pemasaran adalah semua kegiatan usaha yang bertalian dengan arus penyerahan barang dan jasa-jasa produsen dari produsen ke konsumen. Dalam arti luas pemasaran
meliputi pula hal-hal yang bersifat abstrak seperti asuransi, surat-surat saham, dan surat-surat obligasi. Menurut Levitt dari Harvard dalam bukunya Kotler dan Kevin (2007), menggambarkan pemikiran yang kontras antara konsep penjualan dan pemasaran : penjualan berfokus pada kebutuhan penjual, sementara pemasaran berfokus pada kebutuhan pembeli. Penjualan memberi perhatian pada kebutuhan penjual untuk mengubah produknya menjadi uang tunai, sementara pemasaran mempunyai gagasan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan lewat sarana-sarana produk dan keseluruhan kelompok barang yang dihubungkan dengan hal menciptakan, menyerahkan dan akhirnya mengonsumsinya. Ketika berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan konsumen, pemasaran memakai tiga fungsi, yaitu fungsi pertukaran, fisik, dan fasilitas. Fungsi pertukaran berguna untuk memperlancar perpindahan hak milik dari barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi fisik menggambarkan produk atau jasa yang disalurkan. Fungsi fasilitas menggambarkan bahwa produk atau jasa memakai saluran pemasaran yang efisien. Langkah awal dalam pemasaran agar menjadi efisien dan efektif, yaitu dengan melaksanakan tahapan-tahapannya secara baik dan sistematis. Menurut Angiospora (1999), pada dasarnya pengertian dan kegiatan pemasaran berawal dari langkahlangkah sebagai berikut : 1. Menentukan kebutuhan dan keinginan konsumen yang belum terpuaskan atas produk atau jasa yang diinginkan. 2. Membuat perkiraan mengenai berapa banyak jumlah konsumen yang belum terpuaskan. 3. Melakukan pengembangan atas produk atau jasa untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. 4. Menentukan tingkat harga yang dirasakan wajar bagi para konsumen dan menghasilkan keuntungan yang wajar bagi perusahaan. 5. Memilih dan menentukan saluran distribusi secara tepat agar produk atau jasa yang dihasilkan dalam rangka menarik minat konsumen.
6. Penentuan cara promosi dan media untuk menginformasikan keberadaan produk atau jasa yang dihasikan dalam rangka menarik perhatian konsumen. 7. Melakukan kegiatan penjualan setelah barang selesai dibuat, pemberian label harga, penentuan saluran distribusi, dan promosi. Menurut Angiospora (1999), beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemasaran perusahaan antara lain : orientasi pemasaran sesungguhnya, kepekaan terhadap lingkungan dapat diamati, kelakuan produk atau jasa dalam pasar, kelenturan kemampuan organisasi, dan profesionalisme pemasaran. Keuntungan suatu perusahaan bergantung dari pemenuhan kebutuhan konsumen, sehingga perlu dibuat strategi manajemen pemasaran yang mampu membantu perusahaan untuk memenangkan persaingan pasar. Kegiatan pemasaran dimulai dengan adanya hubungan antara pemasar dengan individu atau kelompok yang mempunyai kebutuhan yang beragam. Pemasar memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka dengan produk. Mereka dapat memperoleh produk tersebut melalui pertukaran. Pertukaran adalah tindakan memperoleh barang yang dikehendaki dari seseorang dengan menawarkan sesuatu sebagai imbalan, sehingga muncul adanya transaksi atau perdagangan nilai-nilai antara dua belah pihak atau lebih (Angiospora, 1999). Menurut Angiospora (1999), untuk memenangkan persaingan antara produsen yang menawarkan produk atau jasa sejenis dengan tujuan agar keuntungan terus mengalir, maka perlu dibangun jaringan hubungan-hubungan jangka panjang yang baik dengan pihak-pihak kunci yang berkepentingan. Setiap perekonomian negara dan perekonomian dunia secara keseluruhan terdiri dari kemampuan pasar yang rumit dan saling berinteraksi yang di hubungkan melalui proses pertukaran. Disini terlibat pemasaran dan calon pembeli yang mana kedua belah pihak aktif mencari pertukaran, sehingga terciptalah pemasaran
2.4. Manajemen Strategi Manajemen strategi adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial strategi yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Manajemen strategi meliputi pengamatan lingkungan, perumusan strategi (perencanaan strategi atau perencanaan jangka panjang), implementasi strategi, evaluasi serta pengendalian. Manajemen strategi menekankan pada pengamatan dan evaluasi peluang dan ancaman lingkungan dengan melihat kekuatan dan kelemahan perusahaan (Wheelen dan Hunger, 2003). Manajemen strategi didefinisikan sebagai seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi
dapat
mencapai
tujuannya.
Manajemen
strategi
berfokus
pada
mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi atau operasi, penelitian dan pengambangan, serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi. Tujuan manajemen strategi adalah untuk mengeksploitasi dan menciptakan peluang baru yang berbeda untuk masa mendatang, perencanaan
jangka
panjang,
sebaliknya,
mencoba
untuk
mengoptimalkan
kecenderungan sekarang untuk masa datang (David 2006).
2.4.1. Perencanaan Strategi Dalam
pembuatan
strategi
dibutuhkan
perencanaan
untuk
menjamin
keberhasilan suatu strategi. Menurut Downey dan Erickson (1987) perencanaan dapat didefinisikan sebagai pemikiran yang mengarah ke masa depan yang menyangkut rangkaian tindakan berdasarkan pemahaman penuh terhadap semua faktor yang terlibat dan yang diarahkan kepada sasaran khusus. Menurut
Arlianto dalam Ambardi dan Prihawantoro (2002) tujuan
perencanaan strategi adalah menyediakan arah, pemusatan upaya, konsistensi tujuan dan fleksibilitas ketika sebuah organisasi secara berkelanjutan berjuang memperbaiki
posisi bersaingnya. Hasil akhir yang diharapkan dari pelaksanaan perencanaan strategi ini adalah dihasilkannya keputusan strategi. Dengan demikian manfaat perencanaan strategi bagi organisasi adalah sebagai berikut : 1. Menyediakan formula yang memungkinkan organisasi untuk bersaing. 2. Menyediakan pernyataan yang jelas tentang arah masa depan organisasi. 3. Memberi isi atau bobot atas semua keputusan organisasi. 4. Memungkinkan aksi koordinasi yang luas pada seluruh organisasi. 5. Membangun agenda bersaing yang terbagi. 6. Menyediakan kejelasan organisasi jangka panjang.
2.4.2. Strategi Pengembangan UKM Menurut Partomo dan Soejoedono (2002) dalam pengembangan UKM, ada empat tahap yang akan dilalui UKM, yaitu tahap memulai usaha (start-up), tahap pertumbuhan (growth), tahap perluasan (expansion), dan sampai akhirnya merambah ke luar negeri (going overseas). Menurut Partomo dan Soejoedono (2002) strategi pengembangan UKM antara lain adalah: 1. Kemitraan Usaha Kemitraan adalah hubungan kerja sama usaha di antara berbagai pihak yang sinergis, bersifat sukarela, dan berdasarkan prinsip saling membutuhkan, saling mendukung,
dan
saling
menguntungkan
dengan
disertai
pembinaan
dan
pengembangan UKM oleh usaha besar. Salah satu bentuk kemitraan usaha yang melibatkan UKM dan usaha besar adalah producton linkage. UKM sebagai pemasok bahan baku dan bahan penolong dalam rangka mengurangi ketergantungan impor, di mana saat ini harga produk impor cenderung sangat tinggi karena depresiasi rupiah. 2. Permodalan UKM Umumnya permodalan UKM sangat lemah, baik ditinjau dari mobilisasi modal awal (start-up capital) dan akses ke modal kerja jangka panjang untuk investasi. Untuk memobilisasi modal awal perlu dipadukan tiga aspek yaitu bantuan keuangan,
bantuan teknis, dan program penjaminan, sedangkan untuk meningkatkan akses permodalan perlu pengoptimalan peranan bank dan lembaga keuangan mikro untuk UKM. 3. Modal Ventura UKM pada keseluruhan secara umum kurang paham atau tidak menyukai prosedur atau persyaratan yang diwajibkan oleh lembaga perbankan, sebaliknya lembaga perbaikan kadang-kadang juga memberikan persepsi inferior mengenai potensi UKM. Hal ini menimbulkan terjadinya distorsi dalam pembiayaan UKM. Oleh karena itu, modal ventura dapat dijadikan sebagai alternatif sumber pembiayaan UKM. Menurut Keppres No. 61 Tahun 1998, perusahaan modal ventura adalah badan usaha yang melakukan usaha pengembangan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan untuk jangka waktu tertentu. Pembiyaan dengan modal ventura ini berbeda dengan bank yang memberikan pembiayaan dalam bentuk pinjaman atau kredit. Usaha modal ventura memberikan pembiayaan dengan cara ikut melakukan penyertaan modal langsung ke dalam perusahaan yang dibiayai. Perusahaan yang dibiayai disebut perusahaan pasangan usaha (investee company), sedangkan pemodal yang membiayai disebut perusahaan pemodal (invesment company atau venture capitalist). Strategi pengembangan UKM dapat didasarkan pada sumber daya internal yang dimiliki. Strategi ini memanfaatkan sumber daya lokal yang superior untuk menciptakan kemampuan inti dalam menciptakan nilai tambah untuk mencapai keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Akibatnya, perusahaan kecil tidak lagi tergantung pada kekuatan pasar seperti monopoli dan fasilitas pemerintah. Dalam strategi ini, UKM mengarah pada keterampilan khusus yang secara internal bisa menciptakan produk inti yang unggul untuk memperbesar pangsa manufaktur (Suryana, 2001).
2.5. Faktor Internal Perusahaan Selain mengetahui peluang yang menarik dalam lingkungan, perusahaan juga perlu memiliki keahlian yang dibutuhkan untuk bersaing dalam peluang tersebut. Untuk itu setiap perusahaan harus mengevaluasi kekuatan dan kelemahannya secara periodik. Menurut Kotler (1997), pengedentifikasian faktor internal dapat memberikan gambaran kondisi suatu perusahaan. Ada dua bagian yang dapat menentukan posisi perusahaan, yaitu faktor kekuatan dan kelemahan. Perusahaan dapat menghindari ancaman yang berasal dari faktor eksternal melalui kekuatan yang dimilikinya dari faktor internal. Sedangkan kelemahannya dari faktor internal dapat diminimalkan dengan melihat peluang dari faktor eksternalnya. Aspek yang ditinjau untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan internal, yaitu profil perusahaan yang meliputi misi dan tujuan perusahaan, sumberdaya produksi, manusia, keuangan, dan pemasaran. Aspek-aspek ini saling mempengaruhi satu sama lain dan saling mendukung dengan aktifitas perusahaan.
2.5.1. Misi dan Tujuan Perusahaan Setiap unit usaha perlu mendefinisikan misi spesifiknya dalam lingkup misi perusahaan yang lebih luas. Pada pendirian suatu perusahaan, selain menentukan misi perusahaan juga harus menentukan lokasi perusahaan dan struktur organisasi. Dengan adanya penjenjangan manajemen, maka pembagian wewenang dan kekuasaan tidak saling tumpang tindih antara satu jabatan dengan jabatan lainnya (Kotler, 1997). Misi adalah pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan dalam usaha mewujudkan visi, dan misi juga akan memberikan arah sekaligus batasan proses pencapaian tujuan. Untuk itu perusahaan harus memperhatikan visi dan misi yang baik seharusnya mampu mendorong seseorang untuk mewujudkan, artinya mempunyai daya tarik sehingga tidak ada keinginan untuk tidak berhenti berjuang
mewujudkannya, harus realistis artinya ada kemungkinan untuk dicapai serta mempunyai daya antisipasi terhadap perubahan masa.
2.5.2. Sumberdaya Produksi Perusahaan harus mengetahui tentang pengadaan produksi, metode produksi yang digunakan, jumlah produksi. Perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan komoditas pertanian memproduksi produknya sesuai dengan permintaan dari pelanggan. Selain itu perusahaan juga harus menyesuaikan pemenuhan kebutuhan pasar dengan peluang pasar yang dimilikinya (Kotler, 1997). Sumberdaya produksi merupakan sumber daya yang digunakan dalam sebuah proses produksi barang dan jasa. Untuk menghasilkan barang dan jasa usaha memerlukan sumber daya produksi. Sumber daya tersebut terdiri dari sumber-sumber alam (tanah, air, hutan, bahan-bahan tambang, dan sebagainya), sumber daya nara atau manusia (pengusaha, modal, dan segala macam alat buatan manusia yang membantu dalam proses produksi). Sumber daya ini disebut faktor-faktor produksi karena diperlukan dalam proses produksi yang menghasilkan barang dan jasa. 2.5.3. Sumberdaya Manusia Manusia merupakan sumberdaya yang berperan penting dalam usaha organisasi demi mencapai keberhasilan dalam suatu kegiatan usahanya. Sumberdaya manusia degan kaya, bakat, kreatifitas, dan dorongan. Betapapun sempurnanya aspek teknologi dan ekonomi, tanpa manusia sulit kiranya tujuan-tujuan organisasi dapat dicapai. Sumberdaya manusia merupakan aset yang tidak sangat bernilai namun hasilnya dapat dinikmati perusahaan. Kajian mengenai sumberdaya ini pada suatu perusahaan dengan sistem manajemen, hubungan staf dengan karyawan, dan tingkat produktifitas tenaga kerja (Kotler, 1997).
Tenaga kerja manusia adalah segala kegiatan manusia baik jasmani maupun rohani yang dicurahkan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Tenaga kerja manusia dapat diklasifikasikan menurut tingkatannya (kualitasnya) yang terbagi atas: a). Tenaga kerja terdidik (skilled labour), adalah tenaga kerja yang memperoleh pendidikan baik formal maupun non formal. b). Tenaga kerja terlatih (trained labour), adalah tenaga kerja yang memperoleh keahlian berdasarkan latihan dan pengalaman. c). Tenaga kerja tak terdidik dan tak terlatih (unskilled and untrained labour), adalah tenaga kerja yang mengandalkan kekuatan jasmani daripada rohani.
2.5.4. Sumberdaya Keuangan Menurut Kotler (1997), salah satu kekuatan perusahaan adalah kondisi keuangan yang baik. Sumberdaya keuangan digunakan oleh perusahaan untuk melihat pengaruh tingkat pertumbuhan penjualan dan struktur modal perusahaan terhadap perolehan laba perusahaan. Faktor keuangan atau finansial perusahaaan memegang peranan yang sangat penting dalam siklus perjalanan perkembangan usaha. Mengingat pentingnya faktor ini, untuk itu sebaiknya perusahaan harus selalu mengukur dan memprediksikan kondisi keuangan yang ada di dalam perusahaan agar tidak terjadi menjadi masalah.
2.5.5. Pemasaran Perusahaan melakukan teknik penjualan dengan tujuan agar dapat menjual seluruh hasil produksinya kepada pelanggan, sehingga dapat mendatangkan keuntungan. Teknik penjualan ini harus didukung dengan teknik pemasaran atau strategi pemasaran yang baik. Sebelum memasarkan seluruh hasil produksinya, perusahaan haruslah mengetahui terlebih dahulu mengenai pangsa pasar, tingkat
penjualan atau tingkat harga yang berlaku, kualitas produk, media promosi, tingkat produktifitas penjualan, dan saluran distribusi penjualan (Kotler, 1997).
2.6. Faktor Eksternal Perusahaan Perumusan strategi pemasaran didasarkan analisis yang menyeluruh terhadap pengaruh faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Lingkungan eksternal perusahaan setiap saat dapat berubah dengan cepat sehingga melahirkan berbagai peluang dan ancaman baik yang datang dari pesaing utama maupun yang datang dari iklim bisnis yang senantiasa berubah. Konsekuensi dari perubahan faktor eksternal tersebut juga menghasilkan perubahan faktor internal perusahaan, seperti perubahan terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan tersebut (Rangkuti, 2001). Setiap unit usaha memiliki misinya masing-masing. Untuk mencapai misi dan tujuannya, maka perusahaan harus memperhatikan bagian-bagian lingkungan atau faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi unit usaha tersebut. Umumnya, pengamatan faktor eksternal dilakukan dengan mengidentifikasi kekuatan lingkungan makro, pelaku lingkungan mikro, dan kekuatan lingkungan industri yang dapat perusahaan dalam bersaing (Kotler dan Kevin, 2007).
2.6.1. Lingkungan Makro Lingkungan makro merupakan situasi dan kondisi diluar perusahaan yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan dalam situasi global yang selalu berubah dengan cepat, perusahaan harus membantu beberapa kekuatan utama dalam lingkungan makro. Pada penelitian ini aspek lingkungan makro yang akan dikaji dari aspek politik pemerintah, ekonomi, sosial budaya, dan teknologi. Setiap komponen tersebut dapat mempengaruhi perusahaan dalam menghadapi iklim persaingan yang dinamis.
1. Ekonomi Aspek ekonomi lebih berfokus pada kegiatan jual beli dalam suatu pasar. Kekuatan jual beli tidak terlepas dari kemampuan daya beli. Daya beli yang tersedia dari suatu perekonomian tergantung pada penghasilan, harga, tabungan, utang, dan ketersedian kredit terkini. Oleh karena itu para pemasar harus memperhatikan dengan cermat tren utama yang mempengaruhi pembelian tren-tren itu bisa berdampak pada bisnis, khususnya perusahaan-perusahaan yang produknya diangkat kekonsumen yang peka terhadap harga dan pendapatan tinggi (Kotler dan Kevin, 2007). Faktor kunci yang perlu diperhatikan dalam menganalisis ekonomi suatu daerah adalah siklus bisnis, ketersediaan bahan baku, ketersediaan energi, ketersedian kredit perbankan, inflasi, suku bunga, investasi, angka penganguran, defisit anggaran pemerintah, neraca pembayaran, harga produk dan jasa, produktivitas, serta tenaga kerja dengan segala peraturan perburuhannya (Umar, 2003).
2. Teknologi Teknologi
dapat
mempengaruhi aktifitas
pemasaran karena teknologi
memungkinkan adanya perubahan cara hidup dan pola konsumsi manusia. Teknologi baru menciptakan konsekuensi jangka panjang yang tidak selalu dapat diduga. Teknologi baru yang memberikan nilai terunggul dalam memuaskan kebutuhan akan mengrangsang kebutuhan dan ekonomi. Teknologi baru merupakan kekuatan yang sangat membatu perkembangan perusahaan pertanian. Perusahaan dapat menciptakan inovasi baru, seperti menciptakan produk baru, maupun penyempurnaan dalam teknik produksi jika didukung dengan menggunakan teknologi yang modern, sehingga produk pertanian yang dihasilkan lebih baik (Kotler dan Kevin, 2007). Menurut Kotler dan Kevin (2007), agar perusahaan selaku pemasar dapat terus eksis, maka harus mengamati tren teknologi : yaitu, percepatan perubahan, peluang inovasi, anggaran penelitian, dan pengembangan (litbang) yang beragam, dan peraturan perundang-undangan yang meningkat.
3. Politik dan Hukum Menurut Kotler dan Kevin (2007), sejumlah keputusan pemasaran sangat dipengaruhi oleh perkembangan lingkungan politik dan hukum. Lingkungan itu dibentuk oleh hukum, badan pemerintah dan kelompok penekanan yang mempengaruhi dan membatasi beragam organisasi dan individu. Kadang-kadang peraturan-peraturan hukum itu juga menciptakan peluang baru bagi dunia bisnis. Contohnya, peraturan wajib daur ulang dan memacu penciptaan puluhan perusahaan baru yang membuat produk baru dari bahan-bahan yang bisa di daur ulang. Dua tren utama itu berhadapan dengan meningkatnya legislasi bisnis dan pertumbuhan kelompok minat khusus. Hal ini harus diperhatikan perusahaan untuk menjaga keamanan perusahaan dan demi kelangsungan usaha.
4. Sosial/ Budaya Aspek sosial budaya selalu mengalami perubahan sebagai akibat upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Masyarakat membentuk keyakinan, nilai, dan norma kita. Manusia menyerap, hampir secara tidak sadar, pandangan dunia yang mengrumuskan hubungan mereka dengan dirinya sendiri, dengan sesama, dengan organisasi, dengan masyarakat, dengan alam sekitar, dan dengan alam semesta (Kotler dan Kevin, 2007). Faktor sosial dan budaya yang berkaitan dengan masaalah kependudukan antara lain perubahan tingkat pertumbuhan penduduk, distribusi umur dan bauran etnis, tingkat pendidikan, pola rumah tangga maupun kerateristik dan pola pergerakan regional. Lingkungan budaya terdiri dari lembaga dan kekuatan lain yang mempengaruhi nilai-nilai dasar, persepsi, pilihan dan tingkah laku yang dianut masyarakat. Hal ini perlu pemasar memperhatikan sosial budaya dimana perusahaan akan memasarkan produknya dan senantiasa memonitor perkembangan atau kecenderungan yang terjadi dengan perubahan dalam pola konsumsi (Kotler, 1997).
2.6.2. Lingkungan Mikro Lingkungan eksternal mikro yaitu lingkungan yang mempunyai pengaruh langsung terhadap kegiatan manajemen. Lingkungan mikro terdiri dari para pelanggan, pesaing, dan pemasok. Hal ini perlu dilakukan karena pelaku lingkungan mikro utama mampu mempengaruhi kemampuan memperoleh laba. 1. Pelanggan, mereka yang secara langsung memanfaatkan, menggunakan, dan mengajukan permintaan atas barang atau jasa yang ditawarkan oleh organisasi. 2. Pesaing, adalah organisasi bisnis lain yang menjalankan bisnis yang sama dengan organisasi yang kita jalankan.
2.7. Analisis SWOT Sebagai Alat Formulasi Strategi Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Menurut Wheelen dan Hunger (2003), bahwa SWOT adalah akronim Strengths yang memaksimalkan kekuatan-kekuatan, dan Opportunities
memaksimalkan
peluang,
Weaknesses
meminimalkan kelemahan-kelemahan, dan Threats
secara
bersamaan
meminimalkan ancaman-
ancaman dari organisasi, yang semuanya merupakan faktor strategis. Jadi analisis SWOT harus mengidentifikasi kompetensi langkah (distinctive competence) perusahaan, yaitu keahlian tertentu dan sumber-sumber yang dimiliki oleh sebuah perusahaan dan cara unggul yang mereka gunakan. Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dapat dipertimbangkan dalam analisis SWOT. Matrik SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimikinya. Selain itu matrik ini dapat mengasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi Kekuatan dan Peluang (SO Srategi),
strategi Kekuatan dan Ancaman (ST Strategi), strategi Kelemahan dan peluang (WO Strategi), dan strategi kelemahan dan ancaman (WT Strategi). 1. Srategi SO : Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan perusahaan untuk merebut dan mendapatkan peluang sebesar-besarnya dari lingungan eksternal. 2. Strategi ST : Strategi ini berusaha untuk menggunakan kekuatan internal yang dimiliki perusahaan untuk menghindari atau mengatasi ancaman dari lingkungan eksternal. 3. Strategi WO : Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada di lingkungan eksternal dengan cara meminimalkan kelemahan internal yang dimiliki perusahaan. 4. Strategi WT : Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive (bertahan) dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman (Rangkuti, 2001).
Kekuatan (S)
Kelemahan (W)
Dapatkan 5-10 kekuatan internal di sini
Dapatkan 5-10 kelemahan internaal di sini
Peluang (O)
Strategi (SO)
Strategi (WO)
Dapatkan 5-10 peluang eksternal di sini
Buat strategi di sini yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.
Buat strategi di sini yang memanfaatkan peluang untuk mengatasi kelemahan.
Ancaman (T)
Strategi (ST)
Strategi (WT)
Daftarkan 5-10 ancaman eksternal di sisni
Buat strategi di sini yang menggunakan kekuatan untuk menghindari Ancaman.
Buat strategi di sini yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.
FAKTOR-FAKTOR INTERNAL
FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL
Tabel 2. Matrik SWOT, (Rangkuti, 2001).
2.8. Kerangka Pikir Perusahaan menjalankan proses pemasaran dan mampu memproduksi dan menawarkan suatu produk atau jasa yang bernilai bagi konsumen. Dalam usaha harus mengoptimalkan pemasaran, perusahaan mengharapkan adanya alternatif strategi yang baru digunakan beberapa alat analisis, yaitu : analisis faktor eksternal perusahaan dan analisis internal perusahaan. Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan strategi pengembangan pemasaran bagi UKM Flamboyan yang diharapkan dapat diterapkan oleh perusahaan kelak. Sebelum mencapai tujuan akhir, penelitian ini perlu melalui beberapa tahapan. Tahap pertama mengidentifikasi pengembangan UKM Flamboyan. Langkah selanjutnya, mengidentifikasi terhadap faktor-faktor lingkungan usaha yang mempengaruhi UKM Flamboyan, yang meliputi lingkungan internal dan eksternal. Setelah selesai mengumpulkan semua informasi faktor internal yang berupa (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) yang berpengaruh terhadap kelangsungan UKM Flamboyan, maka tahap selanjutnya memanfaatkan semua informasi tersebut dan dimasukan ke alat untuk menyusun faktor strategi yaitu analisis SWOT. Analisis ini dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang yang ada serta meminimalisasikan kelemahan dan ancaman yang dimiliki oleh UKM Flamboyan. Selain itu analisis ini dapat menerapkan strategi pengembangan pemasaran dengan menggunakan matriks SWOT. Secara skematis, kerangka pemikiran operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1
.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional Pengembangan Pemasaran UKM Flamboyan
Lingkungan Internal
Lingkungan Eksternal Faktor-Faktor Lingkungan Usaha
1. Kekuatan (S) 2. Kelemahan (W)
SWOT
Pengembangan Pemasaran
Keterangan : : Hubungan saling mempengaruhi : Input : Proses : Hasil
1. Peluang (O) 2. Ancaman (T)