perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Lanjut Usia (Lansia) a. Definisi Lansia Manusia yang sudah memasuki usia 55 tahun disebut lanjut usia. Pada usia ini ada yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang ataupun jasa, tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti apabila mempunyai tingkat kebugaran jasmani yang baik, tetapi ada pula yang sudah tidak berdaya sehingga hidupnya tergantung pada orang lain. Manusia dapat dikatakan lanjut usia apabila umurnya sudah melampaui 55 tahun. Sedangkan lanjut usia dapat dikatakan potensial apabila lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau pun jasa (Amrum Bustaman,2003: 272). Menurut Dep. Kes RI (1998) lansia (lanjut usia) adalah merupakan istilah yang menunjuk pada kelompok manusia yang berumur di atas 55 tahun (Astuti, 2007). Menurut WHO, klasifikasi lansia adalah usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lansia (elderly) 60-74 tahun, lansia tua (old) 75-90 tahun, dan lansia sangat tua (very old) di atas 90 tahun (Kushariyadi, 2010).
commit to user
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
b. Proses Menua Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2008). Menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya. Keadaan ini menyebabkan jaringan tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Disimpulkan bahwa manusia secara perlahan mengalami kemunduran struktur dan fungsi organ. Kemunduran struktur dan fungsi organ pada lansia dapat mempengaruhi kemandirian dan kesehatan lanjut usia (Nugroho, 2008). c. Perubahan yang terjadi pada lansia Perubahan yang terjadi pada lansia terdiri dari perubahan fisik, perubahan mental dan perubahan psikososial. 1) Perubahan Fisik Menurut Hutapea (2005), perubahan fisik yang dialami oleh lansia adalah : a) Perubahan pada sistem kekebalan atau imunologi yaitu tubuh menjadi rentan terhadap alergi dan penyakit. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
b) Konsumsi
digilib.uns.ac.id 10
energi
turun
secara
nyata
diikuti
dengan
menurunnya jumlah energi yang dikeluarkan tubuh. c) Air dalam tubuh turun secara signifikan karena bertambahnya sel-sel yang mati yang diganti oleh lemak maupun jaringan konektif. d) Sistem pencernaan mulai terganggu, gigi mulai tanggal, kemampuan mencerna makanan serta penyerapan mulai lamban dan kurang efisien, gerakan peristaltik usus menurun sehingga sering konstipasi. e) Perubahan
pada
sistem
metabolik,
yang
mengakibatkan
gangguan metabolisme glukosa karena sekresi insulin yang menurun. Sekresi menurun juga karena timbunan lemak. f) Sistem saraf menurun yang menyebabkan munculnya rabun dekat, kepekaan bau dan rasa berkurang, kepekaan sentuhan berkurang, pendengaran berkurang, reaksi lambat, fungsi mental menurun, dan ingatan visual berkurang. g) Perubahan
pada
sistem
pernafasan
ditandai
dengan
menurunnya elastisitas paru-paru yang mempersulit pernafasan sehingga dapat mengakibatkan munculnya rasa sesak dan tekanan darah meningkat. h) Menurunnya elastisitas dan fleksibilitas persendian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
2) Perubahan Mental Perubahan mental lansia dapat berupa perubahan sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga, dan bertambah pelit atau tamak bila memiliki sesuatu. Lansia mengharapkan tetap diberi peranan dalam masyarakat. Sikap umum yang ditemukan pada hampir setiap lansia yaitu keinginan untuk berumur panjang. Jika meninggal pun, mereka ingin meninggal secara terhormat dan masuk surga. Faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan dan lingkungan (Nugroho, 2008). 3) Perubahan Psikososial Nilai seseorang sering diukur melalui produktivitasnya dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila mengalami pensiun, seseorang akan mengalami kehilangan, yaitu kehilangan finansial, kehilangan status, kehilangan teman dan kehilangan pekerjaan (Nugroho, 2008). 2. Tidur dan Kualitas Tidur a. Definisi Tidur dan Kualitas Tidur Tidur adalah suatu keadaan berulang-ulang, perubahan status kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Tidur yang cukup dapat memulihkan tenaga. Tidur dapat memberikan waktu untuk perbaikan dan penyembuhan sistem tubuh untuk periode keterjagaan berikutnya (Potter & Perry, 2005).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
Kualitas tidur adalah suatu keadaan tidur yang dijalani seorang individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran saat terbangun. Kualitas tidur mencakup aspek kuantitatif dari tidur, seperti durasi tidur, latensi tidur serta aspek subjektif dari tidur. Kualitas tidur adalah kemampuan setiap orang untuk mempertahankan keadaan tidur dan untuk mendapatkan tahap tidur REM dan NREM yang pantas (Khasanah, 2012). Kualitas tidur yang buruk telah dikaitkan dengan kesehatan yang buruk. Kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan seseorang absen dari pekerjaannya dan peningkatan risiko untuk gangguan kejiwaan termasuk depresi (Buysse, 2008). b. Fisiologi tidur Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur yang menghubungkan mekanisme serebral secara bergantian agar mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis. Sistem pengaktivasi retikularis mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat, termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur (Hidayat, 2008). Pusat pengaturan aktivitas kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons. Dalam keadaan sadar, neuron dalam Reticular Activating System (RAS) akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin. commit to userSelain itu, RAS yang dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan, juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir (Hidayat, 2008). Saat tidur terdapat pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu Bulbar Synchronizing Regional (BSR). Sedangkan pada saat bangun tidur bergantung dari keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan sistem limbik. Dengan demikian, sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR (Hidayat, 2008). Menurut Potter dan Perry (2005) seseorang tetap terjaga atau tertidur tergantung pada keseimbangan impuls yang diterima dari pusat yang lebih tinggi seperti pikiran, reseptor sensori perifer seperti stimulus bunyi atau cahaya, dan sistem limbik seperti emosi. Orang yang mencoba tertidur maka aktivasi RAS menurun dan BSR mengambil alih kemudian seseorang bisa tertidur. c. Kebutuhan Tidur Manusia Kebutuhan tidur manusia tergantung pada tingkat perkembangan, uisa dan aktivitas yang dijalankan. Tabel berikut merangkum kebutuhan tidur manusia berdasarkan usia (Hidayat, 2008).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
Tabel 2.1 Kebutuhan Tidur Manusia Usia
Tingkat perkembangan
Jumlah kebutuhan
Bayi baru lahir
14-18 jam /hari
1 bulan - 18 bulan
Masa bayi
12-14 jam /hari
18 bulan - 3 tahun
Masa Anak
11-12 jam /hari
3 tahun - 6 tahun
Masa Prasekolah
11 jam /hari
6 tahun – 12 tahun
Masa Sekolah
10 jam /hari
12 tahun – 18 tahun
Masa Remaja
8,5 jam /hari
18 tahun – 40 tahun
Masa Dewasa
7,8 jam /hari
40 tahun – 60 tahun
Masa paruh baya
7 jam /hari
60 tahun keatas
Dewasa Tua
6 jam /hari
0 – 1 bulan
Penelitian ini akan dilakukan pada lansia yang berumur 50 tahun ke atas. Kebutuhan tidur pada kelompok usia 55 tahun ke atas normalnya adalah sekitar 6 sampai 7 jam/hari. d. Faktor yang Mempengaruhi Tidur Potter dan Perry (2005) kualitas tidur dipengaruhi beberapa faktor. commit to user Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
1) Penyakit Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik atau masalah suasana hati seperti kecemasan atau depresi dapat mempengaruhi masalah tidur. Penyakit juga memaksa klien untuk tidur dalam posisi yang tidak biasa, seperti memperoleh posisi yang aneh saat tangan atau lengan diimobilisasi pada traksi dapat mengganggu tidur. 2) Stres Emosional Kecemasan tentang masalah pribadi dapat mempengaruhi situasi tidur. Stres menyebabkan seseorang mencoba untuk tidur, namun selama siklus tidurnya klien sering terbangun atau terlalu banyak tidur. Stres yang berlanjut dapat mempengaruhi kebiasaan tidur yang buruk. 3) Obat-obatan Obat tidur seringkali membawa efek samping. Dewasa muda dan dewasa tengah dapat mengalami ketergantungan obat tidur untuk mengatasi stersor gaya hidup. Obat tidur juga seringkali digunakan untuk mengontrol atau mengatasi sakit kroniknya. Beberapa obat juga dapat menimbulkan efek samping penurunan tidur REM. 4) Lingkungan Lingkungan tempat seorang tidur berpengaruh pada kemampuan untuk tertidur. Ventilasi yang baik memberikan kenyamanan untuk tidur tenang. Ukuran, kekerasan dan posisi tempat tidur mempengaruhi commit to user kualitas tidur. Tingkat cahaya, suhu dan suara dapat mempengaruhi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
kemampuan untuk tidur. Klien ada yang menyukai tidur dengan lampu yang dimatikan, remang-remang atau tetap menyala. Suhu yang panas atau dingin menyebabkan klien mengalami kegelisahan. Beberapa orang menyukai kondisi tenang untuk tidur dan ada yang menyukai suara untuk membantu tidurnya seperti dengan musik lembut dan televisi. 5) Makanan dan Minuman Menurut Rafiudin (2004) kebiasaan mengkonsumsi kafein dan alkohol mempunyai efek insomnia. Makan dalam porsi besar, berat dan berbumbu pada makan malam juga menyebabkan makanan sulit dicerna sehingga dapat mengganggu tidur. 3. Kualitas Tidur pada Lansia Kecukupan tidur seseorang sebenarnya bukan hanya diukur dari lama waktu tidur, tapi juga kualitas tidur itu sendiri. Tidur seseorang dikatakan berkualitas adalah jika ia bangun dengan kondisi segar dan bugar. Pola tidur akan berubah seiring dengan pertambahan usia dan semakin beragamnya pekerjaan atau aktivitas. Semakin bertambah usia, efisiensi tidur akan semakin berkurang. Efisiensi tidur diartikan sebagai jumlah waktu tidur berbanding dengan waktu berbaring di tempat tidur. Kebutuhan tidur lansia semakin menurun karena dorongan homeostatik untuk tidur pun berkurang (Prasadja, 2009).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
Tidur yang normal terdiri atas komponen gerakan mata cepat REM (Rapid Eye Movement) dan NREM (Non Rapid Eye Movement). Tidur NREM dibagi menjadi empat tahap. Tahap I adalah jatuh tertidur, orang tersebut mudah dibangunkan dan tidak menyadari telah tertidur. Kedutan atau sentakan otot menandakan relaksasi selama tahap I. Tahap II dan III meliputi tidur dalam yang progresif. Pada tahap IV, tingkat terdalam, sulit untuk dibangunkan (Stockslager, 2007). Tidur tahap IV sangat penting untuk menjaga kesehatan fisik. Para ahli tentang tidur mengetahui bahwa tahap IV sangat jelas terlihat menurun pada lansia. Lansia mengalami penurunan tahap III dan IV waktu NREM,
lebih
banyak
terbangun
selama
malam
hari
dibandingkan tidur, dan lebih banyak tidur selama siang hari. Kebanyakan lansia yang sehat tidak melaporkan adanya gejala yang terkait dengan perubahan ini selain tidak dapat tidur dengan cukup atau tidak bisa tidur. Banyak penelitian menunjukkan bahwa tidur di siang hari dapat mengurangi waktu dan kualitas tidur di malam hari pada beberapa lansia. Setelah memasuki tahap IV, akan berlanjut ke tidur REM. Tidur REM terjadi beberapa kali dalam siklus tidur di malam hari tetapi lebih sering terjadi di pagi hari sekali. Tidur REM membantu melepaskan ketegangan dan membantu metabolisme sistem saraf pusat. Kekurangan tidur REM telah terbukti menyebabkan iritasi dan kecemasan (Stockslager, 2007). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
4. Gangguan Tidur pada Lansia Gangguan tidur pada usia lanjut biasanya muncul dalam bentuk kesulitan untuk tidur dan sering terbangun atau bangun lebih awal. Perubahan pola tidur pada lansia banyak disebabkan oleh kemampuan fisik lansia yang semakin menurun. Kemampuan fisik menurun karena kemampuan organ dalam tubuh yang menurun, seperti jantung, paruparu, dan ginjal. Penurunan kemampuan organ mengakibatkan daya tahan tubuh dan kekebalan tubuh turut terpengaruh (Prasadja, 2009). Gangguan tidur yang terjadi pada lansia yaitu : 1) Insomnia Insomnia dikenal dengan penyakit sulit tidur. Masalah yang s e ring m unc ul a da la h kes ulita n untuk mem ulai da n mempertahankan tidur (Kupfer & Reynolds 2012). Menurut Silber (2005) kesulitan mempertahankan tidur digambarkan dengan keadaan terbangun ketika seseorang sudah tertidur, tetapi keadaan ini terjadi sebelum keinginan untuk bangun muncul. Meskipun berusaha keras, yang dilakukan oleh penderita insomnia hanya berbaring di tempat tidur dan berguling- guling. Insomnia didefinisikan sebagai sulit tidur atau sulit tidur kembali saat terjaga di malam hari. Beberapa orang yang telah mencapai usia lebih dari 65 tahun ada yang memiliki kebiasaan bangun sebanyak 25 kali dalam semalam, dan frekuensinya terus meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Sepertiga populasi bangun berkali-kali di malam hari, sementara seperempatnya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
bangun lebih awal di pagi hari dan sulit untuk tidur kembali (Roizen, 2009). Senyawa kimia yang menyebabkan insomnia adalah melatonin. Normalnya kadar melatonin meningkat sekitar dua jam sebelum waktu tidur dan mencapai puncak saat suhu tubuh anda paling rendah, untuk menginduksi tidur. Dengan menurunnya kadar melatonin, tubuh tidak bisa memasuki tidur tahap I (Roizen, 2009). Insomnia dapat terjadi akibat stres situasional seperti masalah keluarga, penyakit atau kehilangan orang yang dicintai Kasus insomnia yang disebabkan oleh situasi stres dapat menyebabkan kesulitan kronik untuk mendapatkan tidur yang cukup. Insomnia sering berkaitan dengan kebiasaan tidur yang buruk. Apabila kondisi berlanjut, ketakutan tidak dapat tidur dapat menyebabkan keterjagaan. Disiang hari, seseorang dengan insomnia kronik dapat merasa mengantuk, letih, depresi, dan cemas (Potter & Perry, 2005). 2) Apnea Tidur Apnea tidur adalah gangguan tidur yang berhubungan dengan pernapasan. Apnea tidur ditandai dengan oklusi saluran udara bagian atas selama tidur dan kantuk berlebihan di siang hari (Simantirakis, 2005). Menurut Potter dan Perry (2005) apnea tidur adalah gangguan yang dicirikan dengan kurangnya aliran udara melalui hidung dan mulut selama periode 10 detik atau lebih pada saat tidur.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
Apnea tidur biasanya didahului atau diikuti oleh suara dengkuran. Apnea tidur dapat memicu hipertensi, gangguan jantung, kekurangan energi, dan penurunan seluruh hormon pertumbuhan yang penting. Penyebab utamanya adalah lemak (lansia yang memiliki ukuran leher lebih dari 42,5 cm berisiko mengalami kondisi ini). Dagu yang gemuk secara alami bergerak kebelakang saat tidur dan akan menyentuh jaringan lemak di bagian belakang mulut di daerah kerongkongan. Itulah yang menghambat aliran udara dan menghentikan udara yang menuju paru-paru (Roizen, 2009). 5. Kebugaran Kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih memiliki cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dengan baik (Pudjiastuti dan Utomo, 2003). Kesegaran/kebugaran jasmani pada lansia adalah kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan, yaitu kebugaran jantung-paru, peredaran darah, kekuatan otot, dan kelenturan sendi untuk memperoleh kesegaran jasmani yang baik, harus melatih semua komponen dasar kesegaran jasmani yang terdiri atas :
1. Peredaran darah dan pernafasan 2. Ketahanan otot 3. Kekuatan otot serta kelenturan tubuh
Kebugaran lansia dapat diperoleh melalui terapi non farmakologis dan
commit user lansia. Adapun intensitas latihan beberapa latihan fisik ringan dan amantountuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
untuk lansia dapat dipantau melalui perhitungan denyut nadi dengan cara meraba pergelangan tangan menggunakan tiga jari tengah tangan yang lain. Untuk mengetahui intensitas latihan dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 2.2 (kebugaran berdasar denyut nadi) Umur
Zona latihan (denyut nadi per menit)
55 tahun
115-140
56 tahun
115-139
57 tahun
114-138
58 tahun
113-138
59 tahun
113-137
60 tahun
112-136
Contohnya, untuk lansia yang berusia 55 tahun harus meakukan latihan sehingga denyut nadinya mencapai lebih dari 115/menit dan tidak melampaui 140/menit. Apabila waktu melakukan latihan denyut nadi tidak mencapai 115 denyut per menit, maka latihan kurang bermanfaat untuk memperbaiki kesegaran jasmani. Akan tetapi, bila melampaui 140 denyut per menit, maka latihan dapat membahayakan kesehatan. a. Lamanya terapi atau senam ergonomis Latihan akan bermanfaat untuk meningkatkan kesegaran jasmani jika dilaksanakan dalam zona latihan paling sedikit 15 menit.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
b. Frekuensi terapi Untuk memperbaiki dan mempertahankan kesegaran jasmani, maka latihan harus dilakukan paling sedikit tiga hari atau sebanyak-banyaknya lima hari dalam satu minggu. Misalnya hari senin, rabu, dan jumat. Jadwal bergantung waktu kita. Bila latihan diluar gedung sebaiknya pagi hari sebelum pukul 10.00 atau sore hari setelah pukul 15.00. a. Manfaat Kesegaran Jasmani Manfaat kesegaran jasmani dapat dirasakan secara fisiologis, psikologis dan sosial. 1) Manfaat Fisiologis (a) Dampak langsung dapat membantu : - Mengatur kadar gula darah - Merangsang adrenalin dan noradrenalin - Peningkatan kualitas dan kuantitas tidur (b) Dampak jangka panjang dapat meningkatkan : - Daya tahan aerobik/kardiovaskuler - Kekuatan otot rangka - Kelenturan - Keseimbangan dan koordinasi gerak sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan (jatuh) - Kelincahan gerak 2) Manfaat Psikologis (a) Dampak langsung dapat membantu : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
- Memberi perasaan santai - Mengurangi ketegangan dan kecemasan - Meningkatkan perasaan senang (b) Dampak jangka panjang dapat meningkatkan : - Kesegaran jasmani dan rohani secara utuh - Kesehatan jiwa - Fungsi kognitif - Penampilan dan fungsi motorik - Keterampilan 3) Manfaat sosial (a) Dampak langsung dapat membantu: - Pemberdayaan usia lanjut - Peningkatan intregitas sosial dan kultur (b) Dampak jangka panjang meningkatkan: - Keterpaduan - Hubungan kesetiakawanan sosial - Jaringan kerja sama sosial budaya - Pertahanan peranan dan pembentukan peran baru - Kegiatan antargenerasi Secara keseluruhan manfaat kesegaran jasmani bagi kelompok lansia yaitu dapat meringankan biaya pemeliharaan kesehatan, meningkatkan produktivitas, serta mengangkat derajat dan martabat lansia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
4) Prinsip Program Latihan Fisik Program latihan fisik mempunyai prinsip sebagai berikut:
(a) Membantu tubuh agar tetap bergerak/berfungsi (b) Menaikkan kemampuan daya tahan tubuh (c) Memberi kontak psikologis dengan sesama sehingga tidak merasa terasing (d) Mencegah terjadinya cedera (e) Mengurangi/menghambat proses penuaan
5) Ketentuan-ketentuan Latihan Fisik Ketentuan-ketentuan latihan fisik dapat meliputi hal-hal di bawah ini :
(a) Latihan fisik harus disenangi/diminati. (b) Latihan fisik harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan (ada kelainan/penyakit atau tidak). (c) Latihan fisik sebaiknya bervariasi. (d) Latihan fisik sebaiknya bersifat aerobik, yaitu berlangsung lama dan ritmis (berulang-ulang), contohnya berjalan kaki, joging, bersepeda, berenang dan senam lansia/ senam ergonomis. (e) Dosis latihan fisik adalah sebagai berikut:
(1) Lama latihan minimal 15 - 45 menit secara kontinu (2) Frekuensi latihan 3 - 4 kali/minggu (belum termasuk pemanasan dan pendinginan)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
(3) Intensitas latihan: 60-80% denyut nadi maksimal (DNM) di mana DNM = 220 - usia
(f) Pada awal latihan lakukan dahulu pemanasan, peregangan, kemudian latihan inti. Pada akhir latihan lakukan pendinginan dan peregangan lagi (memeriksa tekanan darah dan nadi penting dilakukan terlebih dulu). (g) Sebelum melakukan latihan, minum terlebih dulu untuk menggantikan keringat yang hilang. Bila memungkinkan, minumlah air sebelum, selama dan sesudah berlatih. (h) Latihan dilakukan minimal dua jam setelah makan agar tidak mengganggu pencernaan. Kalau latihan pagi hari tidak perlu makan sebelumnya. (i) Latihan diawasi seorang pelatih agar tidak terjadi cedera. (j) Latihan dilakukan secara lambat, tidak boleh eksplosif, di samping itu gerakan tidak boleh menyentak dan memutar terutama untuk tulang belakang. (k) Pakaian yang digunakan terbuat dari bahan yang ringan dan tipis serta jangan memakai pakaian tebal dan sangat menutup badan. (l) Jenis sepatu sebaiknya sepatu lari atau sepatu untuk berjalan kaki yang mempunyai sol/bantalan yang tebal pada daerah tumit. Gunakan sepatu khusus untuk lansia yang memiliki kelainan kaki. (m) Waktu latihan sebaiknya pagi dan sore hari, bukan pada siang hari bila latihan dilakukan di luar gedung. (n) Tempat latihan sebaiknya berupa lapangan atau taman.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
(o) Landasan tempat latihan tidak terlalu keras dan dianjurkan untuk berlatih di atas tanah atau rumput, bukan di atas lantai ubin atau semen yang keras, hal ini untuk mencegah cedera kaki dan tungkai.
6) Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Saat Melakukan Latihan Fisik Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan latihan fisik :
a) Komponen-komponen kesegaran jasmani yang dilatih meliputi ketahanan kardiopulmonal,
kelenturan,
kekuatan
otot,
komposisi
tubuh,
keseimbangan dan kelincahan gerak. b) Selalu memerhatikan keselamatan/menghindari cedera. c) Latihan dilakukan secara teratur dan tidak terlalu berat sesuai dengan kemampuan. d) Latihan dalam bentuk permainan ringan sangat dianjurkan. e) Latihan dilakukan dengan dosis berjenjang atau dosis dinaikkan sedikit demi sedikit. f) Hindari kompetisi dalam bentuk apapun.
Bagi mereka yang berusia lebih dari 60 tahun, perlu melaksanakan olahraga secara
rutin untuk mempertahankan kebugaran jasmani dan
memelihara serta mempertahankan kesehatan di hari tua. Salah satu komponen kebugaran jasmani yang dapat dilatih adalah kelenturan (flexibility) yang merupakan kemampuan untuk menggerakkan otot dan sendi pada seluruh daerah pergerakannya. Kurang gerak dapat menimbulkan kelesuan dan menurunkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
kualitas fisik yang berdampak seseorang akan lebih sering/mudah terserang penyakit. Untuk itu latihan fisik secara teratur perlu dilaksanakan. 7) Teknik dan Cara berlatih Teknik dan cara berlatih yang dilakukan terbagi dalam tiga segmen seperti yang dijelaskan di bawah ini: a) Pemanasan (warming up) Gerakan umum (yang melibatkan sebanyak-banyaknya otot dan sendi) dilakukan secara lambat dan hati-hati. Pemanasan dilakukan bersama dengan peregangan (stretching). Lamanya kira-kira 8-10 menit. Pada 5 menit terakhir pemanasan dilakukan lebih cepat. Pemanasan dimaksud untuk mengurangi cedera dan mempersiapkan sel-sel tubuh agar dapat turut serta dalam proses metabolisme yang meningkat. b) Latihan inti Latihan inti bergantung pada komponen/faktor yang dilatih. Gerakan senam dilakukan berurutan dan dapat diiringi oleh musik yang disesuaikan dengan gerakannya. Untuk lansia biasanya dilatih : (1) Daya tahan (endurance); (2) Kardiopulmonal dengan latihan-latihan yang bersifat aerobik; (3) Fleksibilitas dengan peregangan; (4) Kekuatan otot dengan latihan beban; (5) Komposisi tubuh dapat diatur dengan pengaturan pola makan latihan aerobik kombinasi dengan latihan beban kekuatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
c) Pendinginan (cooling down) Dilakukan secara aktif. Artinya, sehabis latihan inti perlu dilakukan gerakan umum yang ringan sampai suhu tubuh kembali normal yang
ditandai
dengan pulihnya denyut nadi dan terhentinya keringat. Pendinginan dilakukan seperti pada pemanasan,yaitu selama 8-10 menit. 8) Macam-macam Olahraga/Latihan Fisik yang Baik bagi Lansia Beberapa contoh olahraga/latihan fisik yang dapat dilakukan oleh lansia untuk meningkatkan dan memelihara kebugaran, kesegaran dan kelenturan fisiknya adalah sebagai berikut. a) Pekerjaan rumah dan berkebun Kegiatan ini dapat memberikan suatu latihan yang dibutuhkan untuk menjaga kesegaran jasmani. Akan tetapi harus dikerjakan secara tepat agar nafas sedikit lebih cepat, denyut jantung lebih cepat dan otot menjadi lelah. Dengan demikian, tubuh kita akan mengeluarkan keringat. Jika rumah/kebun tidak terlalu luas untuk melaksanakan kegiatan ini atai sudah ada yang mengerjakan hal ini, maka harus dicari kegiatan olahraga lain atau kegemaran. b) Berjalan-jalan Berjalan-jalan sangat baik untuk meregangkan otot-otot kaki dan bila jalannya makin lama makin cepat akan bermanfaat untuk daya tahan tubuh. Jika melangkah dengan panjang dan mengayunkan lengan 10-20 kali, maka dapat melenturkan tubuh. Hal ini bergantung pada kebiasaan. Jika berjalan merupakan bentuk latihan yang diinginkan, maka cobalah untuk dikombinasikan dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
bentuk olahraga lain. Joging atau berlari-lari bagi lansia juga sering dilakukan walaupun sebenarnya lebih baik berjalan cepat. c) Jalan cepat Jalan cepat adalah olahraga lari yang bukan untuk perlombaan dan dilakukan dengan kecepatan di bawah 11 km/jam atau di bawah 5,5 menit/km. Jalan cepat berguna untuk mempertahankan kesehatan dan kesegaran jasmani, latihan ini termasuk cara yang aman bagi lansia. Selain itu, biayanya murah dan menyenangkan, mudah, serta berguna apabila dilakukan dengan benar. Jalan cepat berguna untuk memperbaiki kemampuan pengambilan zat asam (O2), berarti memperbaiki fungsi jantung, paru-paru, peredaran darah dan lain-lain. Akan lebih baik jika dikombinasi dengan bentuk dan latihan yang lain seperti senam, renang, serta latihan kekuatan otot agar otot tubuh bagian atas dan bawah seimbang. Bagi lansia yang mengidap penyakit sebaiknya konsultasikan dulu dengan dokter Jalan dapat dilakukan di mana saja terutama di luar rumah. Akan lebih baik bila dilakukan di lapangan rumput dan menggunakan sepatu olahraga yang lentur dengan alas yang tebal dan lunak, menggunakan kaos kaki, pakaian yang ringan dan tidak ketat. Hindari jalan di tempat keras terutama bagi mereka yang berat badannya berlebihan. Jalan cepat dapat dilakukan sendiri atau bersama-sama. Posisi yang dianjurkan adalah pandangan lurus ke depan, bernafas normal melalui hidung atau mulut, kepala dan badan lemas serta tegak, tangan digenggam ringan, kaki
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
mendapat di tumit atau pertengahan telapak kaki, langkah tidak terlalu besar, serta ujung kaki mengarah ke depan. Jalan cepat dilakukan dengan frekuesi 3-5 kali seminggu, lama latihan 1530 menit dan dilakukan tidak kurang dari 2 jam setelah makan. Apabila nafas mulai susah atau dada terasa sakit maka latihan harus dihentikan Intensitas lakukan 60-80% dari denyut nadi maksimum. DNM = 200 – umur. Contoh: umur 60 - tahun, DNM: 200 kali/menit – 60 = 140 kali/menit. 60% dari denyut nadi maksimum = 60/100 x 140 menit = 84 kali/menit 80/100 x 160/menit =112 kali/menit. Jadi intensitasnya: 84-112 kali/menit Artinya, jika seseorang berusia 60 tahun melakukan latihan, denyut nadi sebaiknya bisa melebihi 84 kali/menit dan tidak lebih dari 112 kali/menit. Beberapa hal yang perlu diperhatikan secara medis : 1) Latihan dimulai dengan dosis berjenjang (naik perlahan-lahan) 2) Lakukan secara teratur dan tidak terlalu berat. 3) Didahului dengan senam ringan dan jalan ringan serta regangan otot. 4) Tidak boleh berhenti mendadak tetapi harus perlahan-lahan. 5) Bila merasa tak enak badan, jangan jogging, demikian juga kalau sakit atau tidur kurang dari 4 jam. 6) Minum air putih yang banyak. 7) Perhatikan kontraindikasi latihan seperti:
Adanya penyakit infeksi;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
Hipertensi ebih dari 18 mmHg sistolik dan 120 mmHg diastolik;
Berpenyakit berat dan dilarang oleh dokter.
8) Sakit-sakit pada otot dapat dihindari dengan latihan yang takarannya sesuai. d) Renang Renang adalah olahraga yang paling baik dilakukan untuk menjaga kesehatan. Dikatakan demikian karena pada saat berenang hampir semua otot tubuh bergerak, sehingga kekuatan otot semakin meningkat. Namun olahraga renang kurang diminati dan segan melakukannya, mengingat keadaan sulit lansia atau pakaian yang harus digunakan. Olaharga renang biasanya baik untuk orang-orang yang menderita penyakit lemah otot atau kaku sendi juga dapat melancarkan peredaran darah asalkan dilakukan secara teratur. e) Bersepeda Seperti renang, bersepeda baik bagi penderita artritis, karena tidak menyentuh lantai yang akan menyebabkan sakit pada sendi-sendinya seperti jenis latihan jalan cepat. Bersepeda baik untuk meningkatkan peregangan dan daya tahan, tetapi tidak menambah kelenturan pada derajat yang lebih tinggi. Bentuk-bentuk lain yang dapat dilakukan adalah tenis meja dan tenis. Kegiatan-kegiatan ini dapat dilakukan sesuai kemampuan dan harus disertai latihan aerobik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
f) Senam Manfaat melakukan senam secara teratur dan benar dalam jangka waktu yang cukup adalah sebagai berikut : (1)
Mempertahankan atau meningkatkan taraf kesegaran jasmani yang baik.
(2)
Mengadakan koreksi terhadap kesalahan sikap dan gerak
(3)
Membentuk sikap dan gerak
(4)
Memperlambat proses degenerasi karena perubahan usia
(5)
Membentuk
kondisi
fisik
(kekuatan
otot,
kelenturan,
keseimbangan, ketahanan, keluwesan dan kecepatan) (6)
Membentuk berbagai sikap kejiwaan (membentuk keberanian, kepercayaan diri, kesiapan diri dan kesanggupan bekerja sama)
(7)
Memberikan rangsangan bagi saraf-saraf yang lemah, khususnya bagi lansia
(8)
Memupuk rasa tanggung jawab terhadap kesehatan diri sendiri dan masyarakat.
9) Olahraga/Latihan Fisik yang Membahayakan bagi Lansia Olahraga bertujuan untuk meningkatkan kesehatan tubuh, namun tidak semua olahraga baik dilakukan oleh lansia. Ada beberapa macam gerakan yang dianggap membahayakan saat berolahraga. Gerakan-gerakan tersebut adalah sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
a) Sit-up dengan kaki lurus Cara-cara sit-up yang dilakukan dengan kaki lurus dan lutut dipegang dapat menyebabkan masalah pada punggung. Oleh karena sit-up cara klasik ini menyebabkan otot liopsoas/fleksor pada punggung (otot yang melekat pada kolumna vertebralis dan femur) menanggung semua beban. Otot ini merupakan otot terkuat di daerah perut. Jika fleksor punggung ini digunakan, maka pinggul terangkat ke depan dan otot-otot kecil pada punggung akan berkontraksi, sehingga punggung kita akan melengkung. Jadi, latihan seperti ini akan menyebabkan pemendekan otot punggung bagian bawah dan paha. Akhirnya menyebabkan pinggul terangkat ke atas secara permanen dan lengkung lordosis menjadi lebih banyak, sehingga menimbulkan masalah pada pinggang. Tetapi bila kita membengkokkan lutut pada waktu latihan sit-up, otot-otot fleksor panggul tidak bergerak. Dengan cara demikian, semua badan bertumpu pada otot perut dan kecil kemungkinan terjadinya trauma pada pinggang bagian bawah. b) Meraih ibu jari kaki Kadang-kadang untuk mengecilkan atau menguatkan perut diadakan latihan meraih ibu jari kaki. Latihan-latihan ini selain tidak dapat mencapai tujuan, yaitu mengecilkan perut, juga kurang baik karena dapat menyebabkan cedera. Sebetulnya latihan-latihan meraih ibu jari kaki adalah latihan untuk menguatkan otot-otot punggung bagian bawah. Gerakan ini akan menyebabkan lutut menjadi hiperekstensi. Sebagai konsekuensinya, tekanan yang cukup berat akan menimpa vertebra lumbalis commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
yang akhirnya menyebabkan keluhan-keluhan pada punggung bagian bawah. Kadang-kadang hal ini dapat menyebabkan gangguan pada diskus invertebralis. c) Mengangkat kaki Mengangkat kaki pada posisi tidur terlentang sampai kaki terangkat ± 15 cm dari lantai, kemudian ditahan beberapa saat selama mungkin. Latihan ini tidak baik, karena dapat menyebabkan rasa sakit pada punggung bagian bawah (low back pain) dan menyebabkan terjadinya lordosis yang dapat menyebabkan gangguan pada punggung. Bahaya yang ditimbulkan ialah otot-otot perut tidak cukup kuat untuk menahan kaki setinggi 15 cm dari lantai dalam waktu yang cukup lama dan kaki tidak dapat menahan punggung bagian bawah. d) Melengkungkan punggung Gerakan hiperekstensi ini banyak dilakukan dengan tujuan meregangkan otot perut agar otot perut menjadi lebih kuat. Hal ini kurang benar, karena dengan melengkungkan punggung tidak akan menguatkan otot perut, melainkan melemahkan persendian tulang punggung. 6. Terapi aktivitas Olahraga merupakan salah satu jenis terapi aktivitas. Olahraga merupakan salah satu cara penting untuk menjaga agar tubuh tetap sehat dan segar. Olahraga yang dapat dilakukan beragam, seperti berjalan kaki, joging, berlari, senam aerobik, dan jenis latihan fisik lainnya. Olahraga juga akan meningkatkan semangat hidup, gairah, maupun kebugaran secara keseluruhan. Olahraga commit to user atau latihan fisik untuk lansia harus disesuaikan dengan kemampuan lansia
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
tersebut (Santoso, 2009). Olahraga pada lansia terdiri dari tiga prinsip yaitu pemanasan, latihan inti dan pendinginan. Gerakan pemanasan bertujuan untuk menyiapkan otot agar meregang secara perlahan sehingga mencegah terjadinya cedera. Gerakan pemanasan dilakukan dengan cara jalan ditempat, gerakkan kepala, bahu, siku, tangan, kaki, lutut, dan pinggul. Kemudian melakukan gerakan inti senam. Setelah latihan inti, harus dilakukan pendinginan dan melakukan gerakangerakan menarik napas dan buang napas secara teratur. Anjuran untuk berlatih senam yaitu selama dua sampai tiga kali seminggu (Santoso, 2009). Diberikan jeda waktu untuk beristirahat karena pada saat beristirahat dan tidur terjadi peremajaan sel-sel tubuh yang baru, pembakaran kalori dan pembongkaran lemak. Latihan senam akan memberikan manfaat bila dilakukan minimal selama 20 menit (Kurniali & Brotoasmoro, 2007). Olahraga merupakan cara efektif untuk meningkatkan kualitas tidur. Olahraga juga amat membantu untuk meredakan dengkuran dan keluhan tidur apnea obstruktif. Dua puluh menit berolahraga sangat dianjurkan bagi mereka yang tetap ingin bugar dan mendapatkan tidur yang berkualitas. Sebaliknya, kurangnya aktivitas fisik bisa memicu berbagai risiko gangguan kesehatan (Rafiudin, 2004).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
7. Senam Ergonomis a. Definisi Senam Ergonomis Senam ergonomis adalah salah satu metode yang praktis dan efektif dalam memelihara kesehatan tubuh. Gerakan yang terkandung dalam senam ergonomik adalah gerakan yang sangat efektif, efisien, dan logis karena rangkaian gerakannya merupakan rangkaian gerak yang dilakukan manusia sejak dulu sampai saat ini. Gerakan-gerakan senam ergonomis merupakan gerakan yang sesuai dengan kaidahkaidah penciptaan tubuh dan gerakan ini diilhami dari gerakan sholat. Senam ergonomis merupakan senam yang dapat langsung membuka, membersihkan, dan mengaktifkan seluruh sistem-sistem tubuh seperti sistem kardiovaskuler, kemih, reproduksi (Wratsongko, 2006).
Gerakan dalam senam ergonomis terdiri dari 5 gerakan dasar dan 1 gerakan penutup. Gerakan dasar senam ergonomis terdiri dari gerakan lapang dada, tunduk syukur, duduk perkasa, duduk pembakaran dan berbaring pasrah. Gerakan penutup senam ergonomis yaitu gerakan mikro energi atau sering disebut gerakan putaran energi inti. Masing-masing gerakan mengandung manfaat yang luar biasa dalam pencegahan penyakit dan perawatan kesehatan (Wratsongko, 2006). b. Teknik Senam Ergonomis 1) Gerakan ke-1, Lapang Dada a) Tahapan Gerakan Lapang Dada Berdiri tegak dengan lengan diputar ke belakang commitdua to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
semaksimal mungkin kemudian rasakan keluar dan masuknya udara dengan rileks. Saat dua lengan di atas kepala, jari kaki jinjit. b) Manfaat Gerakan Lapang Dada (1) Putaran lengan pada bahu menyebabkan stimulus regangan a ta u ta rika n
pa da
c a b a ng
be s a r
s a ra f
di
ba hu,
mengoptimalkan fungsi mensyarafi organ paru, jantung, liver, ginjal, lambung dan usus, sehingga metabolisme optimal. (2) Dua kaki dijinjit menyebabkan stimulus sensor-sensor saraf yang merupakan refleksi fungsi organ dalam. 2) Gerakan ke-2, Tunduk Syukur a) Tahapan Gerakan Tunduk Syukur Gerakan tunduk syukur diilhami dari gerakan rukuk. Setelah melakukan gerakan lapang dada, posisi tubuh berdiri tegak dengan menarik napas dalam secara rileks. Kemudian tahan napas sambil membungkukkan badan ke depan semampunya. Tangan berpegangan pada pergelangan kaki sampai punggung terasa tertarik atau teregang. Wajah menengadah sampai terasa tegang atau panas. Saat melepaskan napas, lakukan secara rileks dan perlahan (Wratsongko, 2008). Menarik napas dalam dengan menahannya di dada merupakan teknik menghimpun oksigen dalam jumlah maksimal, sebagai bahan bakar metabolisme tubuh. Membungkukkan badan ke depan dengan
dua
tangan
berpegangan pada pergelangan kaki, akan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
menyebabkan posisi tulang belakang relatif dalam posisi segmen dadapunggung s e h i n g ga m e n ye ba b ka n re la k s a s i da n m e m ba nt u mengoptimalkan fungsi serabut saraf segmen tersebut. Gerakan ini dapat menguatkan struktur anatomis-fungsional otot, ligamen, dan tulang belakang (Wratsongko, 2008). b) Manfaat gerakan tunduk syukur (1) Posisi tunduk syukur (membungkuk) dapat menyebabkan tarikan pada serabut saraf yang menuju ke tungkai, menyebabkan stimulus yang meningkatkan (eksitasi) fungsi dan membantu menghindari risiko jepitan saraf (Wratsongko, 2006). (2) Dengan menengadahkan kepala, terjadi fleksi pada ruas tulang leher termasuk serabut saraf simpatis yang berada di sana. Gerakan ini berperan dalam meningkatkan, mempertahankan suplai darah, dan oksigenasi otak secara optimal (Wratsongko, 2006). (3) Gerakan tunduk syukur berfungsi untuk melonggarkan otot-otot punggung bagian bawah, paha, dan betis. Gerakan tunduk syukur juga berfungsi memompakan darah ke batang tubuh bagian atas dan melonggarkan otot-otot perut, abdomen, dan ginjal (Wratsongko, 2008). 3) Gerakan ke-3, Duduk Perkasa : a) Tahapan Gerakan Duduk Perkasa Posisi duduk dengan jari kaki sebagai tumpuan. Kemudian menarik napas dalam (napascommit dada) tolalu usertahan sambil membungkukkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
badan ke depan dan dua tangan bertumpu pada paha, wajah menengadah sampai terasa tegang atau panas. Saat membungkuk, pantat jangan sampai menungging (Wratsongko, 2006). b) Manfaat Gerakan Duduk Perkasa (1) Duduk perkasa dengan lima jari kaki ditekuk menekan alas atau lantai merupakan stimulator bagi fungsi vital sistem organ tubuh. Ibu jari terkait dengan fungsi energi tubuh. Jari telunjuk terkait dengan fungsi pikiran. Jari tengah terkait dengan fungsi pernapasan. Jari manis terkait dengan fungsi metabolisme dan detoksifikasi material dalam tubuh. Jari kelingking terkait dengan fungsi liver (hati) dan sistem kekebalan tubuh. (2) Menarik napas dalam lalu ditahan sambil membungkukkan badan ke depan dengan dua tangan bertumpu pada paha, memberikan efek peningkatan tekanan dalam rongga dada yang diteruskan ke saluran saraf tulang belakang, dilanjutkan ke atas (otak), meningkatkan sirkulasi dan oksigenasi otak (Wratsongko, 2006). 4) Gerakan ke-4 Duduk Pembakaran a) Tahapan Gerakan Duduk Pembakaran Posisi Duduk Perkasa dengan dua tangan menggenggam pergelangan kaki, menarik napas dalam (napas dada), badan membungkuk ke depan sampai punggung terasa tertarik atau teregang, wajah menengadah sampai terasa tegang atau panas. Saat membungkuk, pantat jangan sampai menungging. Saat melepaskan napas, lakukan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
secara rileks dan perlahan (Wratsongko, 2006). b) Manfaat gerakan duduk pembakaran (1) Dengan menampung udara pernapasan seoptimal mungkin kemudian menahannya, akan meningkatkan tekanan di dalam saluran saraf tulang belakang tempat saraf tulang belakang berada, dan akan berdampak pada meningkatnya suplai darah dan oksigenasi otak. (2) Dengan menengadahkan kepala, terjadi fleksi pada ruas tulang leher termasuk serabut saraf simpatis yang berada di sana. (3) Dua tangan menggenggam pergelangan kaki adalah untuk membantu kita dalam memposisikan ruas tulang leher dalam keadaan fleksi dan melebarkan ruang antar ruas tulang tersebut. Posisi ini memberikan efek relaksasi pada serabut saraf simpatis tersebut, yang di antaranya memberikan persarafan pada pembuluh darah ke otak hingga terjadi relaksasi dinding pembuluh darah (Wratsongko, 2006). 5) Gerakan ke-5 Berbaring Pasrah : a) Tahapan Gerakan Berbaring Pasrah Posisi kaki Duduk Pembakaran dilanjutkan berbaring pasrah. Punggung menyentuh lantai atau alas, dua lengan lurus di atas kepala, napas rileks dan dirasakan (napas dada), perut mengecil. Apabila tidak mampu menekuk kaki maka kaki bisa diposisikan pada keadaan lurus (Wratsongko, 2006).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
b) Manfaat Gerakan Berbaring Pasrah (1) Relaksasi saraf tulang belakang. Gerakan ini menyebabkan regangan atau tarikan pada serabut saraf tulang belakang berkurang, sehingga memberikan kesempatan rileks dan bisa mengatur kembali fungsi optimal organ dalam yang dipersarafi. (2) Efek optimalisasi fungsi sistem tubuh juga berlangsung akibat stimulasi tombol-tombol kesehatan saat tungkai dalam posisi duduk pembakaran, lengan lapang dada, dan napas rileks (Wratsongko, 2006). 6) Gerakan ke-6 Putaran Energi Inti a) Tahapan Gerakan Putaran Energi Inti Gerakan putaran energi inti diawali dengan duduk simpuh dengan punggung kaki sebagai alas. Dua lengan lurus ke depan, lalu pergelangan tangan diputar mulai dari depan dada sampai atas kepala sebanyak 60 putaran. Saat tangan berada di atas kepala, wajah menengadah melihat putaran tangan, kemudian putar pergelangan tangan kearah luar sebanyak 60 putaran. Saat putaran berakhir, menghirup napas dan ditahan. Dua lengan digerakan kebelakang melewati dua pinggang hingga dua lengan lurus dengan telapak tangan menghadap ke atas. Badan membungkuk kedepan, kemudian wajah ditengadahkan sampai terasa darah (gerakan energi) berjalan dari punggung ke wajah (wajah tampak kemerahan). Jika sudah maksimal, maka napas dihembuskan perlahan (rileks) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
tidak menghentak (Wratsongko, 2006). b) Manfaat Gerakan Putaran Energi Inti Membungkukkan badan dengan lengan lurus kebelakang akan menyebabkan kontraksi otot, ligament, dan regangan ruas tulang belakang beserta serabut-serabut saraf. Gerakan ini meningkatkan tekanan dalam saluran saraf tulang belakang yang diteruskan ke otak. Sehingga mengoptimalkan suplai darah dan oksigenasi otak, serta optimalisasi fungsi organ paru, jantung, ginjal, lambung, usus, dan liver (efek stimulasi pleksus brakialis) (Wratsongko, 2006). c. Senam Ergonomis terhadap Kualitas Tidur Lansia Proses degenerasi yang terjadi pada lansia menyebabkan waktu tidur efektif akan semakin berkurang. Sehingga tidak tercapai kualitas tidur yang adekuat dan akan menimbulkan berbagai macam keluhan tidur. Berkurangnya jumlah jam tidur tersebut tidak menjadi suatu masalah jika lansia itu sendiri merasakan kualitas tidur yang nyenyak karena dengan kualitas tidur yang bagus meskipun hanya dua jam sudah dapat memulihkan fungsi tubuh dan otak. Gangguan tidur pada lansia juga dapat disebabkan juga oleh faktor biologis dan faktor psikis. Faktor biologis seperti adanya penyakit tertentu yang mengakibatkan seseorang tidak dapat tidur dengan baik. Faktor psikis bisa berupa kecemasan, stres psikologis, ketakutan dan ketegangan emosional (Erliana, 2008). Beberapa otot akan mengalami ketegangan ketika lansia commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
mengalami stres (ketegangan emosional) sehingga mengaktifkan sistem saraf simpatis. Kecepatan jantung, tekanan darah, dan kecepatan pernapasan meningkat, serta otot menjadi tegang. Aktifnya saraf simpatis membuat lansia tidak dapat santai atau relaks sehingga tidak dapat memunculkan rasa kantuk (Erliana, 2008). Senam ergonomis merupakan kombinasi dari gerakan otot dan teknik pernafasan. Teknik pernapasan yang dilakukan secara sadar dan menggunakan diafragma, memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh. Teknik pernapasan tersebut, mampu memberikan pijatan pada jantung yang menguntungkan akibat naik turunnya diafragma, membuka sumbatan-sumbatan dan memperlancar aliran darah ke jantung serta meningkatkan aliran darah ke seluruh tubuh. Aliran darah yang meningkat juga dapat meningkatkan nutrien dan oksigen.
Peningkatan
oksigen
didalam
otak
akan
merangsang
peningkatan sekresi serotonin sehingga membuat tubuh menjadi tenang dan lebih mudah untuk tidur (Erliana, 2008). Latihan
relaksasi
yang
dikombinasikan
dengan
latihan
pernapasan yang terkontrol dan rangkaian kontraksi serta relaksasi kelompok otot, dapat menstimulasi respon relaksasi baik fisik maupun psikologis. Respon tersebut dikarenakan terangsangnya aktivitas sistem saraf otonom parasimpatis nuclei rafe yang terletak di separuh bagian bawah pons dan di medula sehingga
mengakibatkan penurunan
metabolisme tubuh, denyut nadi, tekanan darah, dan frekuensi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
pernapasan dan peningkatan sekresi serotonin (Guyton dan Hall, 1997). Pelatihan relaksasi dapat memunculkan keadaan tenang dan rileks sehingga gelombang otak mulai melambat semakin lambat akhirnya membuat seseorang dapat beristirahat dan tertidur. 5. Perawatan Standar Posyandu Lansia Berkaitan dengan status kesehatan pada lansia, saat ini dengan meningkatnya pelayanan kesehatan oleh pemerintah memungkinkan pula peningkatan derajad kesehatan para lansia. Salah satu bentuk pelayanan pemerintah adalah keberadaan posyandu lansia. Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) adalah pusat pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh dan untuk masyarakat di tingkat bawah. Kegiatan posyandu meliputi pendataan atau pendaftaran, penimbangan dan pengukuran, pencatatan hasil penimbangan dan pengukuran dalam kartu menuju sehat, penyuluhan dan pemberian beberapa vitamin serta informasi kesehatan yang dibutuhkan (Astuti, 2007 )
B. Penelitian yang Relevan Penelitian ini diajukan berdasarkan penelitian-penelitian yang hampir serupa pernah dilakukan, yaitu: 1. Fahmi 2010 Dengan penelitian berjudul Pengaruh Senam Ergonomis pada penderita DM tipe 2 terhadap kadar Glukosa Darah Puasa dan Kadar Glukosa 2 Jam Postprandial. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan
commit to user dilakukan adalah pada variabel terikatnya. Variabel terikat pada penelitian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
tersebut adalah kadar Glukosa Darah Puasa dan Kadar Glukosa 2 Jam Postprandial, sedangkan variabel terikat dari penelitian peneliti adalah kualitas tidur dan kebugaran. Hasil penelitan tersebut diuji dengan dengan uji paired t test , uji t test independent dan uji chi square dengan bantuan program komputer SPSS versi 15.0. Hasil penelitian didapatkan p 0,005, yang berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara kelompok intervensi senam ergonomis dengan kelompok kontrol terhadap penurunan kadar glukosa darah puasa dan 2 jam postprandial. 2. Anugrah 2010 Penelitian dengan judul “Pengaruh Senam Ergonomis Terhadap Tekanan Darah (Hipertensi) pada Penderita DM Tipe 2.”Penelitian ini menggunakan metode cohort eksperimental dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized Control Group Pre test-Post test Design. Penelitian ini menggunakan uji statistik Independent T-test. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian senam ergonomis dapat berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah sistolik, sedangkan pada tekanan darah diastolik hanya berpengaruh secara klinis. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada variabel terikatnya. Variabel terikat pada penelitian tersebut adalah tekanan darah, sedangkan variabel terikat dari penelitian peneliti adalah kualitas tidur dan kebugaran. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah variabel bebasnya yaitu sama-sama memberikan intervensi senam ergonomis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
3. Restina (2013) Penelitian dengan judul “Efektifitas Relaksasi Progresif terhadap Peningkatan Kualitas Tidur Lansia di Panti Wredha Pengayoman Semarang. ”Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen dengan rancangan penelitian one group pre test and post test design. Analisa hasil pada penelitian ini menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan hubungan antara pelaksanaan relaksasi progresif terhadap peningkatan kualitas tidur lansia di Panti Wredha Pengayoman Semarang. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada variabel bebas (perlakuan). Penelitian tersebut memberikan perlakuan relaksasi progresif, sedangkan penelitian peneliti adalah senam ergonomis. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah subyek penelitian dan variabel bebas yaitu sama-sama dilakukan pada lansia dan menilai kualitas tidur. 4. Tria Sukmawati (2013) Judul penelitian pengaruh terapi Aktivitas Senam Ergonomis Terhadap Tingkat Stressor Pada Lansia di Posyandu Lansia Harapan I dan II kelurahan pabuaran. Persamaan dalam penelitian ini terletak pada variabel bebas yaitu sama-sama memberikan perlakuan senam ergonomis sedangkan letak perbedaan dalam penelitian ini adalah pada variabel terikatnya yaitu kualitas tidur dan tingkat stressor . Hasil penelitian Tria menggunakan uji statistik uji Wilcoxon, pada kelomok perlakuan dan kelompok kontrol didapatkan nilai p=0,000 dan p=0,0915, hasil analisa statistik dengan Mann-Whitney-U dan uji T-test commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
sebelum dan setelah intervensi didaptkan nilai sp=0,103 dan p= 0,000 . 5. Gayatri (2012) Pengaruh senam ergonomis terhadap perubahan tekanan darah pada klien hipertensi di kelurahan bendan kota pekalongan , perbedaan dalam penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian tersebut terletak pada variabel terikatnya yaitu tekanan darah sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan adalah kualitas tidur dan kebugaran. Persamaan dalam penelitian ini adalah variabel bebasnya yaitu sama-sama memberikan perlakuan terapi senam ergonomis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
C. Kerangka Pikir Berdasarkan tinjauan pustaka menurut Potter & Perry (2010), Stockslager (2011), Hidayat (2008), dan Nugroho (2008) maka dapat disusun kerangka teori yang dijelaskan melalui skema berikut : Skema 2.1 Kerangka Pikir Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tidur
Makanan & Minuman
Penyakit Nyeri Ketidaknyamanan fisik
Stress Emosional
Kopi, Alkohol
Cemas Depresi
Makanan berlemak
Obat
Lingkungan
Mempengaruhi SSP Efek samping penggunaan obat
Ventilasi buruk Tingkat Cahaya Suhu Suara
Insomnia
Apnea Tidur
Gangguan Tidur Meningkatkan Kualitas Tidur Kualitas Tidur Buruk
Terapi Farmakologi (Obat Sedatif)
Kebugaran Menurun
Tenang, Rasa Mengantuk
Terapi Non Farmakologi (Senam Ergonomis)
Meningkatkan Sirkulasi
commit to user
Optimalkan Asupan O²
Meningkatkan Serotonin
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
D. Kerangka Konsep Berdasarkan kerangka pikir diatas dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut :
Kualitas Tidur Lansia Senam Ergonomis
Kebugaran
Variabel Bebas
Variabel Terikat
= Variabel yang diteliti Skema 2.2 Kerangka Konsep
E. Hipotesis Berdasarkan kerangka pikir dan kerangka konsep tersebut maka dapat ditetapkan hipotesa penelitian yaitu Ada pengaruh terapi aktivitas senam ergonomis terhadap kualitas tidur dan Kebugaran pada lansia di Posyandu Lansia Dusun Combongan, Jambidan , Bantul.
commit to user