Laporan Tugas Akhir
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Material Komposit
Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau lebih material pembentuknya melalui pencampuran yang tak homogen, dimana sifat mekanik dari material pembentuknya berbeda-beda. Dikarenakan karakteristik pembentuknya berbeda-beda, maka akan dihasilkan material baru yaitu komposit yang mempunyai sifat mekanik dan karakteristik yang berbeda dari material-material pembentuknya. Pada umumnya komposit dibentuk dari dua jenis material yang berbeda, yaitu: 1. Penguat (reinforcement), yang mempunyai sifat kurang ductile tetapi lebih rigid serta lebih kuat. 2. Matriks, umumnya lebih ductile tetapi mempunyai kekuatan dan rigiditas yang lebih rendah. Secara garis besar ada 3 macam jenis komposit berdasarkan penguat yang digunakannya, yaitu: 1. Fibrous composite, yaitu komposit yang hanya terdiri dari satu lamina atau satu lapis dan berpenguat fiber. Kayu adalah komposit alam yang terdiri dari serat hemiselulosa dalam matriks lignin. Fiber yang digunakan untuk menguatkan matriks dapat pendek, panjang, atau kontinyu. Berdasarkan jenis seratnya dibedakan atas: a. Serat Kontinyu Dengan orientasi serat yang bermacam-macam antara lain arah serat satu arah (unidireksional), dua arah (biaksial), tiga arah (triaksial). b. Serat diskontinyu Serat menyebar dengan acak sehingga sifat mekaniknya tidak terlalu baik jika dibandingkan dengan serat kontinyu. 5
Laporan Tugas Akhir
Gambar 2.1. Fibrous composites 2. Laminated composite, yaitu komposit yang berlapis-lapis, paling sedikit terdiri dari dua lapis yang digabung menjadi satu, dimana setiap lapisan pembentuk memiliki karakteristik sifat tersendiri. Terdiri dari berbagai arah serat. Plywood, yang terdiri dari layer alternatif berupa kayu mengandung lem dengan layer serat kayu yang tegak lurus layer terdekat.
Gambar 2.2. Laminated composites 3. Particulate composite, yaitu komposit dengan penguat berupa partikel/serbuk yang tersebar pada semua luasan dan segala arah dari komposit.
Gambar 2.3. Particulate composites 6
Laporan Tugas Akhir Campuran antara matriks dan partikel penguat yang ada pada sistem material komposit partikel dapat dibagi kedalam beberapa jenis, yaitu: Nonmetallic In Nonmetallic Particulate Composites, yaitu sistem material komposit partikel yang kedua atau lebih unsur pembentuknya (matriks dan penguat) tidak berupa material logam, misalnya berupa ceramics matrix-glass particulate. Metallic in Nonmetallic Particulate Composites, yaitu sistem material komposit partikel yang memiliki matriks tidak berupa material logam, sementara partikel penguatnya berupa material logam, misalnya aluminium powder dalam matriks polyurethane atau polysulfide rubber. Metallic In Metallic Particulate Composites, yaitu sistem material komposit partikel yang baik matriks maupun partikel penguatnya berupa material logam, namun tidak sama seperti model paduan logam (metal alloy), sebab penguat partikel logam tidak melebur di dalam matriks logam. Nonmetallic In Metallic Particulate Composites, yaitu sistem material komposit partikel yang matriksnya berupa material logam, namun material penguatnya tidak berupa material logam, melainkan dari jenis material nonlogam, misalnya ceramics particulate dalam matriks stainless steel. Pada komposit dengan reinforced partikel, ukuran partikel dan distribusinya sangat menentukan kekuatan komposit tersebut. Karena distribusi partikel didalam matriks (fraksi volume) dari dua fasa ini mempengaruhi sifat mekanik, sifat ini akan tinggi dengan meningkatnya kandungan partikel dalam matriks. Persamaan yang menghubungkan antara volume partikel (v p ) dan volume matriks (v m ), maka :
vc = vp + vm
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . .
7
( 2.1 )
Laporan Tugas Akhir jika;
V p = fraksi volume partikel V c = fraksi volume komposit V m = fraksi volume matriks, maka :
VP = vp / vc ; Vm = vm / vc
.............
dan jika; w c = berat komposit wp = berat partikel w m = berat matriks, maka :
wc = wp + wm serta jika; Wc
....................................
( 2.2 )
( 2.3 )
W p = fraksi berat partikel = fraksi berat komposit W m = fraksi berat matriks ,ma ka :
Wp = wp / wc , Wm = wm / wc
..................
( 2.4
) dengan menghitung densitas dari komposit, partikel, dan matriks, maka bisa diperoleh konversi dari fraksi volume ke fraksi berat atau sebaliknya yaitu :
Wp
wp wc
Wm dan sebaliknya;
p p p Vp c c c
m Vm c
...............
( 2.5 )
.........................
( 2.6 )
Vp
c Wp p
...........................
( 2.7 )
Vm
c Wm m
..........................
( 2.8 )
sedangkan menghitung densitas komposit digunakan persamaan :
c c p p m m 8
Laporan Tugas Akhir
p m m c c c pV p mVm c p
................
( 2.9 )
dimana; c = densitas komposit
m = densitas matriks p = densitas partikel 2.2
Material Kayu
Sifat – sifat kayu yang penting sehubungan dengan penggunaannya meliputi sifat fisik, sifat mekanik dan sifat kimia. Sifat kayu yang erat kaitannya dengan kekuatan kayu adalah sifat mekaniknya. Kekuatan dan ketahanan terhadap perubahan bentuk suatu bahan disebut sebagai sifat – sifat mekaniknya (Haygreen dan Bowyer,1993). 2.2.1
Struktur Makroskopis Kayu
Kayu tesusun atas sel – sel yang memanjang, kebanyakan diantaranya berorientasi dalam arah longitudinal batang. Mereka dihubungkan satu dengan lainnya melalui noktah. Sel – sel ini yang bentuknya bervariasi tergantung pada fungsinya, memberikan kekuatan mekanik yang diperlukan oleh pohon.
Gambar 2.4. Arah orientasi lapisan kayu 9
Laporan Tugas Akhir Unsur – unsur penyusun dari kayu salah satunya yang mempengaruhi adalah dinding sel kayu. Dinding sel tersusun atas sejumlah lapisan, yaitu lamela tengah (M), dinding primer (P), lapisan luar sekunder (S 1 ), lapisan tengah dinding sekunder (S 2 ), lapisan dalam dinding sekunder (S 3 ), dan lapisan jerawat (W). Lapisan – lapisan ini berbeda satu sama lain dalam hal struktur maupun komposisi kimia. Mikrofibril membelit sekeliling sumbu sel dalam arah yang berbeda baik ke kanan (spiral Z) maupun ke kiri (spiral S). Penyimpangan terhadap arah orientasi menyebabkan perbedaan fisik dan lapisan. Lamela tengah terdapat di antara sel – sel dan berfungsi sebagai pengikat sel menjadi satu. Dinding primer merupakan dinding tipis dengan ketebalan 0,1 – 0,2 μm, terdiri atas selulosa, hemiselulosa, pektin dan protein yang tertanam seluruhnya pada lignin. Dinding sekunder terdiri atas tiga lapisan, yaitu lapisan luar (S 1 ) dengan tebal 0,2 – 0,3 μm membentuk spiral S. Lapisan tengah (S 2 ) membentuk bagian utama dari dinding sel dengan ketebalan 1 – 5 μm. Karakteristik lapisan S 2 mempunyai pengaruh yang menentukan terhadap kekakuan serat. Lapisan yang ketiga adalah lapisan dalam (S 3 ) yang merupakan lapisan tipis dalam bentuk spiral Z. 2.2.2
Sifat Mekanik Kayu
Sifat-sifat layu yang penting berhubungan dengan penggunaannya meliputi sifat fisik, mekanik, sifat kimia dan keawetan alami. Sifat kayu yang erat kaitannya dengan kekuatan kayu adalah sifat mekanik kayu. Kekuatan kayu dan ketahanan terhadap perubahan bentuk suatau bahan disebut sebagai sifatsifat mekaniknya (Haygreen dan Bowyer, 1993). Ketahanan terhadap perubahan bentuk menentukan banyaknya bahan yang di manfaatkan, terpuntir atau kelengkungan oleh sesuatu beban di kenakan dan dapat dipulihkan jika beban dihilangkan disebut perubahan bentuk elastis. Sebaliknya jika perubahan berkembang perlahan-lahan sesudah dikenakan, disebut reologis atau tergantung waktu. 10
Laporan Tugas Akhir 2.2.3
Kelas Kekuatan Kayu
Berdasarkan Vademecum Kehutanan Indonesia, kelas kekuatan kayu didasarkan pada berat jenis, keteguhan lengkung mutlak (klm) dan keteguhan tekan mutlak (ktm) dan dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2.1 : Kelas Kekuatan Kayu Ktm (kg/cm2) Kelas Kayu Berat Jenis Klm (kg/cm2) I 0,9 1100 650 II 0,6 0,9 725 1100 425 650 III 0,4 0,6 500 725 300 425 IV 0,3 0,4 300 500 215 300 V <0,3 <300 <215 Kekuatan kayu terhadap gaya tekanan (sejajar serat) disebut daya tegang kayu. Tegangan adalah gaya tersebar persatuan luas dan dinyatakan dalam psi (pon per inci persegi) atau dalam pascal (newton per meter kuadrat). Apabila suatu gaya dikenakan pada suatu suku (benda), maka akan terjadi tegangantegangan internal. Tegangan ini memiliki atau mengubah bentuk ukuran benda tersebut. Perubahan panjang per satuan panjang dalam arah tekanan disebut regangan. Kekuatan kayu sangat erat kaitannya dengan berat jenis, semakin besar berat jenis kayu maka semakin kuat kayu tersebut. Hubungan antara sifat-sifat mekanik dan berat jenis dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 menunjukkan sejumlah kekuatan kayu dan berat jenis yang di tetapkan oleh laboratorium hasil hutan Amerika Serikat dengan menguji 160 spesies. Dapat dilihat bahwa sifat-sifat seperti MOE dalam kelengkungan dan keteguhan tekan maksimum sejajar serat naik secara linear dengan berat jenis. Hubungan untuk sifat-sifat yang lain adalah fungsi pangkat. Jadi sebagian sifat-sifat naik dengan berat jenis jauh lebih cepat daripada yang lain.
11
Laporan Tugas Akhir Tabel 2.2 : Hubungan antara sifat-sifat dan berat jenis kadar air 12% Sifat Lengkungan MOR (psi) MOE (psi) Tekanan Sejajar Serat Keteguhan Tekan Maximum (psi) MOE (psi) Tekanan Sejajar Serat Tegangan pada batas Proporsi (psi) Kekerasan Sisi
Perkiraan Kekuatan dari BJ
Kekuatan yang diperkirakan pada Berat Jenis terpilih 0,3 0,4 0,5 0,6
25700 x BJ 1,25 2,8 x BJ
5706 0,84
8175 1,12
10806 1,4
13571 1,68
12200 x BJ
3660
4480
61000
7320
3,38 x BJ
1,01
1,35
1,69
2,03
4630 x BJ 2,25
308
589
973
1467
3770 x BJ 2,25
251
480
973
1194
Sumber Haygreen dan Bowyer, 1993 2.2.4
Pengaruh Suhu terhadap Kayu
Dalam banyak macam proses, kayu mengalami perlakuan pada suhu tinggi, misal pengeringan, stabilisasi dimensi, pembuatan pulp, produksi papan partikel dan papan serat. Prosesproses tersebut membutuhkan suhu yang biasanya tidak lebih dari 2000C karena degradasi termal tidak diharapkan. Perubahan sifatsifat fisika, misal pengurangan penyerapan, berat kering, dan dimensi kering kayu, ditentukan oleh Kolman dan Schneider (1963,1964). Selama pemanasan bubuk kayu spruce selama 24 jam, kehilangan berat mulai pada 1200C sebesar 0,8%, dan naik hingga 15,5% pada 2000C (fegel 1966). Penyusutan kayu selama pengeringan berasal dari penyusutan dinding sel. Dimensi dinding sel berkurang dalam skala yang cukup besar. Boutelje (1962) menetukan penyusutan volumetrik dinding sel dalam kayu awal spruce sebesar 26,5% dan dalam kayu akhir sebesar 29,5%. Penyusutan ini menghasilkan penurunan volume pori dalam kayu awal dan kenaikan dalam kayu akhir. Dari kenaikan suhu terjadi 12
Laporan Tugas Akhir gaya penyusutan tambahan karena penyusutan volume naik oleh kehilangan zat akibat peruraian termal.
Gambar 2.5. Pengaruh suhu terhadap kayu 2.2.5
Serbuk Kayu Sebagai Penguat
Menurut Strak & Berger (1997) serbuk kayu memiliki kelebihan sebagai filler dibandingkan dengan filler mineral seperti mika, kalsium karbonat, dan talk yaitu: 1. Temperatur proses lebih rendah (kurang dari 400OF) dengan demikian mengurangi biaya energi. 2. Dapat terdegradasi secara alami. 3. Berat jenisnya jauh lebih rendah, sehingga biaya per volume lebih murah. 4. Gaya geseknya rendah sehingga tidak merusak peralatan pada proses pembuatan. 5. Berasal dari sumber yang dapat diperbarui. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pemanfaatan serbuk kayu sebagai filler dalam pembuatan komposit adalah : jenis kayu, ukuran serbuk, fraksi volume, dan kandungan air. Pada penelitian ini digunakan fraksi volume sebesar 20%. Pemilihan ini didasarkan pada penelitian Strak (1999) yang menggunakan fraksi volume 20% dan 40%. Selain itu adalah penelitian Kokta (1989) dengan fraksi volume 0% sampai 40%. Pada umumnya, untuk komposit thermoplastik 13
Laporan Tugas Akhir berpenguat serbuk kayu digunakan fraksi volume antara 20% 70% (Gardner).
Gambar 2.6. Distribusi filler 40 mesh dalam matriks
Gambar 2.7. Ikatan van der waals antara filler dengan matriks 2.2.6
Jenis-Jenis Kayu
2.2.6.1 Kayu Kamper ( Dryobalanops spp ) Kayu Kamper termasuk ke dalam famili Dipterocarpaceae. Dipterocarpaceae adalah satu-satunya suku 14
Laporan Tugas Akhir tumbuhan yang mendominasi hutan tropis dataran rendah primer, baik ditinjau dari segi jumlah maupun dari segi volume kayunya. Suku kayu ini merupakan sumber penghasil kayu yang paling berharga baik untuk keperluan konstruksi berat maupun untuk konstruksi ringan ( Tantra, 1976 ) Sifat-sifat umum kayu Kamper adalah mempunyai permukaan yang lurus atau terpadu dengan kekerasan dan kembang kusut sedang, tahan terhadap retak radial, pengerjaan agak sukar, bagian gubalnya mudah diawetkan, dapat tahan beberapa tahun asal terhindar dari serangan rayap dan air garam atau tanah. ( Samingan, 1982 ).
Gambar 2.8. Kayu Kamper 2.2.6.2 Kayu Merbau ( Intsia spp ) Kayu Merbau termasuk kedalam famili Caesalpiniaceae. Merbau tumbuh baik pada tanah lembab yang kadang-kadang digenangi air dan dapat juga tumbuh pada tanah kering, tanah berpasir dan tanah berbatu, baik pada tanah datar maupun tanah kering. Kayu Merbau memerlukan iklim basah sampai iklim kering dengan ketinggian 0-50 m dari permukaaan laut.kayu. Merbau umumnya tidak sulit digergaji, dapat diserut dengan mesin sampai halus dan dapat dipelitur dengan memuaskan. Kayu Merbau umumnya digunakan untuk balok, tiang dan papan pada bengunan perumahan dan jembatan. Selanjutnya dapat dipakai untuk bantalan dan mungkin juga baik untuk perkapalan.( Martawijaya, 1982 ).
15
Laporan Tugas Akhir
Gambar 2.9. Kayu Merbau 2.2.6.3 Kayu Ulin ( Eusideroxylon zwagerii ) Kayu Ulin termasuk dalam famili Lauraceae. Kayu ulin mempunyai warna coklat kuning, lambat laun menjadi coklathitam. Kayu Ulin umumnya tumbuh pada tanah kering, pada tanah liat dan tanah endapan batuan pasir, pada lapangan datar, miring atau bergelombang ringan. Kayu Ulin dalam praktek penggunaannya dapat dipakai untuk tiang landasan dalam tanah, balok, papan lantai, mebel dan ukiran untuk hiasan rumah. Selain itu, dapat digunakan juga untuk sirap, bangunan maritime, tiang, balok, kerangka atau papan pada bangunan perumahan jembatan, bantalan, pintu air, balok pelapis jalan, tiang pagar. ( Martawijaya dkk, 1989 ).
Gambar 2.10. Kayu Ulin 2.3
Material Polimer
Polimer merupakan molekul besar yang terbentuk dari unit-unit berulang sederhana. Asal kata polimer berasal dari bahasa Yunani yaitu “poly” yang berarti banyak dan “meros” yang berarti bagian. Sehingga polimer adalah molekul yang besar (makro molekul) yang terbentuk dari molekul-molekul kecil yang 17
Laporan Tugas Akhir penggabungannya dengan ikatan kimia. Umumnya rantai polimer itu panjang, seringkali terdiri dari ratusan unit, tapi polimer yang terdiri hanya beberapa unit yang tergabung juga dikenal dan dapat bernilai komersial. Matriks merupakan bahan yang berfungsi mengikat penguat yang satu dengan yang lainnya. Matriks memiliki karakteristik lunak, ulet, dengan berat per satuan volume yang rendah dengan modulus elastisitas yang rendah. Matriks harus memiliki kemampuan untuk mengikat atau memberikan ikatan antar muka (interface bonding) yang kuat antara matriks dan reinforced. Sifat ini lebih dikenal sebagai kompatibilitas kimia. Material polimer yang digunakan sebagai material komponen matriks pada sistem material komposit dapat berupa jenis thermoplastics (seperti polypropylene, polyetilen, polyvinyl chloride (PVC), nylon, polyurethane, poly-ether-ether-ketone (PEEK), polyphenylene sulfide (PPS), dan polysulfone) atau jenis thermosettings (seperti polyester (tak jenuh), polyamides, dan epoxies). Polimer jenis thermoplastics memiliki struktur molekul primer semikristalin yang dapat linier atau bercabang, sedangkan struktur sekundernya dapat amorph (bentuk amorph memiliki sifat jernih dan mudah patah) atau semikristalin (bentuk semikristalin memiliki sifat opak dan ulet), mudah larut dalam solvent, dapat menyatu jika dipanaskan (fusible), dapat dilas (weldable), titik lelehnya relatif rendah (mudah meleleh pada pemanasan temperatur tinggi), dan mudah dibentuk ulang dengan perlakuan panas dan tekanan. Sedangkan polimer jenis termosetting merupakan polimer ikat silang (crosslinked) kimia. Proses ikatan silang pada jenis polimer ini adalah dengan terbentuknya ikatan antara polimer yang membentuk susunan tiga dimensi sehingga ikatan yang dihasilkan sangat kuat dan tidak meleleh. Proses inilah yang disebut dengan curing. Karakteristik polimer thermosetting antara lain sulit larut dalam solvent, tidak dapat menyatu ketika dipanaskan (not fusible), tidak dapat disambung dengan pemanasan atau pengelasan (not weldable), 19
Laporan Tugas Akhir memiliki ikatan “network” yang rapat, dan mempunyai titik leleh yang relatif tinggi. Penggunaan material baru saat ini memberikan keuntungan yang menggunakan plastik/polimer sebagai matriks yaitu : 1. Plastik dengan penguatan memiliki ketahanan korosi yang tinggi. 2. Kemudahan di cetak-injeksi karena memiliki fluiditas yang baik. 3. Praktis bebas dari deformasi keriput. 4. Biaya perubahan cetakan hanya 30% dibandingkan dengan cetakan pada prosespembentukan lembaran baja. 5. Dapat mereduksi berat kendaraan sekitar 30 - 40% 6. Mampu didaur ulang. 2.3.1
Mekanisme Deformasi Polimer Semicrystalline
Sebagian besar polimer terkristalisasi yang berasal dari lelehan berbentuk bola (spherulite). Seperti namanya spherulite tumbuh menjadi bentuk spherical. Spherulite mengandung sejumlah kristal chain-folded seperti pita (lamellar) yang tebal sekitar 10 nm radius dari pusat ke luar. Lamellar ini terlihat garis putih tipis, dimana individu kristal lamellar chain-folded disebarkan oleh material amorphous. Molekul tie-chain yang berfungsi sebagai jaringan penghubung antara batas lamellar yang melalui langsung wilayah amorphous ini. Polyethylene, polypropylene, polyvinyl chloride, polytetrafluoroethylene, dan nylon berbentuk struktur spherulite ketika crystallize-nya berasal dari lelehan (melt).
20
Laporan Tugas Akhir
Gambar 2.11. Model chain-folded dari crystallite Mekanisme deformasi plastis merupakan penjelasan terbaik interaksi antara wilayah lamellar dan amorphous diantaranya, dalam mereaksi beban tensile. Proses ini terjadi dalam beberapa tahap; dua lamellar chain-folded dan interlamellar material amorphous yang berdekatan sebelum berdeformasi (Gambar 2.7a). Rantai lamellar mudah bergeser melalui satu dengan yang lainnya seperti tie-chain dalam wilayah amorphous mengalami perpanjangan, selama tahap awal deformasi (Gambar 2.7b). Deformasi berlanjut pada tahap kedua, dimana terjadi kemiringan ke depan pada lamellar sehingga chain-folded menjadi searah dengan arah sumbu beban tensile (Gambar 2.7c). Berikutnya, bagian blok crystalline terpisah-pisah dari lamellae, dimana bagian ini tetap terikat satu dengan yang lainnya oleh tie-chain (Gambar 2.7d). Dalam tahap akhir, blok dan tie-chain menjadi terorientasi pada arah sumbu beban tensile (Gambar 2.7e). Jadi cukup besar deformasi tensile dari polimer semicrystalline menghasilkan struktur berorientasi tinggi. Selama proses ini spherulite juga mengalami perubahan bentuk.
21
Laporan Tugas Akhir
Gambar 2.12. Struktur spherulite
Gambar 2.13. Tahapan deformasi polimer semicrystalline 2.3.2
Polyethylene
Polyethylene merupakan salah satu jenis polimer plastic, yaitu bahan yang akan menjadi lunak apabila dipanaskan dan akan mengeras apabila didinginkan ( peristiwa ini dapat terjadi berulang-ulang tanpa mengurangi sifat-sifat awalnya ), monomernya adalah ethylene yang dibuat dengan jalan polimerisasi gas ethylene. Salah satu contoh jenis Polyethylene adalah HDPE. HDPE merupakan Polyethylene yang mempunyai massa jenis yang tinggi, mempunyai molekul-molekul yang 22
Laporan Tugas Akhir mengkristal secara baik, sehingga mempunyai kristalinitas yang tinggi, merupakan rantai lurus karena kristal yang terbentuk mempunyai gaya antar molekul kuat, maka bahan ini mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi dan titik leleh yang tinggi pula sekitar 134 ºC. Jika Polyethylene di panaskan tanpa oksigen maka akan mencair sampai 300 ºC kemudian akan terurai di atas temperatur tersebut Polyethylene merupakan bahan yang berwarna putih, apabila dipanaskan akan menjadi lunak dan leleh, memiliki ketahanan yang kurang baik terhadap cuaca dan sangat dipengaruhi temperatur, disamping itu memiliki kelebihan diantaranya adalah praktis, ringan, harganya murah dan dapat diwarnai sehingga tampak menarik. Polyethylene lemah terhadap sinar UV, sukar ditembus air, tetapi mempunyai permeabilitas cukup tinggi terhadap CO 2 , pelarut organik parfum. Polyethylene mempunyai struktur semekristalin yaitu struktur yang terdiri dari sebagian fasa lamel, yang rantainya tersususn terlipat. Pada daerah amorf tersusun oleh satuan rantai-rantai yang tidak teratur. Sehingga gaya antar rantai lemah. Oleh sebab itu bagian amorf lebih mudah dipengaruhi oleh gaya luar. Pada temperatur rendah, Polyethylene bersifat fleksibel, tahan impak dan tahan bahan kimia, karena itu di pakai dalam berbagai keperluan termasuk untuk pembuatan berbagai wadah, alat dapur, botol-botol, tempat minyak tanah, film, pipa isolator kabel listrik serat, dan lain-lain.
23