BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Toleransi 2.1.1 Pengertian Toleransi Pada umumnya, toleransi diartikan sebagai pemberian kebebasan kepada sesama manusia atau kepada sesama masyarakat untuk menjalankan keyakinannya atau mengatur hidupnya dan menentukan nasibnya masingmasing. Menurut Purwadarminta toleransi adalah sikap atau sifat menenggang berupa
menghargai
serta
membolehkan
suatu
pendirian,
pendapat,
pandangan, kepercayaan maupun yang lainnya yang berbeda dengan pendirian sendiri (dalam Kamus Bahasa Indonesia) Menurut Chaplin (2006), toleransi merupakan suatu sikap yang tidak mau mengganggu ataupun campur tangan terhadap tingkah laku dan keyakinan orang lain (dalam Kamus Lengkap Psikologi). Toleransi adalah bersabar terhadap moral orang lain yang dianggap berbeda, disanggah, atau bahkan salah. Sikap semacam ini, bukan berarti setuju akan keyakinankeyakinan yang diyakini orang lain, namun tidak juga acuh tak acuh. Mendus&Edwards (2001), mengemukakan bahwa toleransi adalah kebajikan menahan diri dari seseorang berkaitan dengan pendapat atau tindakan meskipun yang menyimpang dari diri sendiri atas sesuatu yang penting dan meskipun salah satu moral menyetujui itu.
8 http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
Jika menggunakan perspektif psikologi sosial, Khisbiyah (2007) berpendapat, toleransi adalah kemampuan untuk menahan sesuatu yang tidak kita setujui, dalam membangun hubungan sosial yang lebih baik. Toleransi berhubungan dengan penerimaan dan penghargaan terhadap pandangan, keyakinan, nilai, dan praktik individu atau kelompok lain yang berbeda. Intoleransi merupakan ketidakmauan untuk
menerima dan menghargai
perbedaaan. Sedangkan menurut United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) (2000), toleransi merupakan sikap saling menghormati, saling menerima, dan saling menghargai ditengah keragaman budaya, kebebasan berekspresi, dan karakter manusia. Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa toleransi adalah suatu sikap menerima atas pandangan dan keyakinan orang lain atau kelompok lain demi terciptanya hubungan social yang lebih baik. 2.1.2 Aspek-aspek Toleransi Cohen&Almagor (2006) mendefinisikan aspek-aspek toleransi sebagai berikut : 1. Sikap yang lembut (lenient attitude), yang berarti menghargai setiap pendapat yang dilontarkan orang lain, sebab tiap pendapat yang ada memiliki hak yang sama untuk didengarkan dan dihargai. 2. Kebebasan berekspresi 3. Tidak memaksakan apapun pilihan orang lain, sebab memaksakan pilihan orang lain berarti menjembatani hak asasi manusia.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
2.1.3 Unsur-unsur Toleransi Unsur-unsur yang perlu ditekankan dalam sikap toleransi menurut Khisbiyah (2007) : 1. Memberikan kebebasan atau kemerdekaan Dimana setiap manusia diberikan kebebasan untuk berbuat, bergerak maupun berkehendak menurut dirinya sendiri. Kebebasan ini diberikan sejak manusia lahir sampai nanti ia meninggal dan kebebasan atau kemerdekaan yang manusia miliki tidak dapat digantikan atau direbut oleh orang lain dengan cara apapun. 2. Mengakui hak setiap orang Suatu sikap mental yang mengakui hak setiap orang didalam menentukan sikap perilaku masing-masing. 3. Menghormati keyakinan orang lain Landasan keyakinan diatas adalah berdasarkan kepercayaan, bahwa tidak benar ada orang atau kelompok yang berkeras memaksakan kehendaknya sendiri kepada orang atau kelompok lain. 4. Saling mengerti Tidak akan terjadi, saling menghormati antara sesama manusia bila mereka tidak ada saling mengerti. Saling anti dan saling membenci, saling berebut pengaruh adalah salah satu akibat dari tidak adanya saling mengerti dan saling menghargai antara satu dengan yang lain.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
2.1.4 Pengertian Fans Identitas fans bermanfaat bagi individu dalam memberikan rasa kepemilikan (Jacobson, 2003). Roccas&Brewer (2002) mengemukakan teori tentang identitas sosial dimaksudkan untuk menerapkan individu saat didalam organisasi besar dan kategori sosial lainnya. Hogg (2001) juga menjelaskan bahwa identitas sosial sebagai rasa keterkaitan, peduli, bangga yang berasal dari pengetahuan individu dalam berbagai kategori keanggotaan sosial dengan anggota lainnya, bahkan tanpa perlu memiliki hubungan personal yang dekat, mengetahui atau memiliki berbagai minat. Fans olahraga dapat bersatu dan memberikan perasaan memiliki yang bermanfaat bagi individu sehingga dapat terbawa ketempat dimana mereka tinggal
(Jacobson,
2003).
Alasan-alasan
mengapa
olahraga
begitu
menyenangkan berkaitan dengan harga diri, pelarian dari kehidupan seharihari , hiburan, kebutuhan keluarga, ekonomi, bahkan kualitas estetik atau seni. Biasanya seorang fans memilih satu tim tertentu untuk digemari. Giulianotti (2002) menyatakan bahwa ada empat tipe spectators (penonton), yaitu : 1. Supporters (pendukung). Penonton yang didefinisikan sebagai pendukung klub sepak bola yang panas.Panas disini berarti memiliki kefanatikan terhadap klub yang didukungnya. Pendukung memiliki investasi pribadi dan emosional
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
jangka panjang dalam klub yang didukungnya. Menunjukkan dukungan untuk klub adalah
wajib karena seorang pendukung
mempunyai hubungan dengan klub serupa dengan mempunyai hubungan dengan orang-orang terdekat seperti keluarga dan teman. 2. Folowers (pengikut). Pengikut ditentukan bukan oleh sebuah perjalanan
bersama klub,
tetapi sebaliknya, dengan mengikuti perkembangan klub yang didukungnya.
Pengikut
memiliki
kesadaran
implisit,
ataupra-
kekhawatiran eksplisit dengan, indra tertentu dari identitas dan komunitas yang berhubungan dengan spesifik klub, untuk negara tertentu, dan kelompok-kelompok pendukung terkait. 3. Fans (penggemar). Penggemar mengembangkan bentuk keintiman atau cinta untuk klub atau pemain yang spesifik, tetapi hubungan semacam ini adalah yang luar biasa searah di dalam hatinya. Penggemar semacam ini memiliki rasa keintiman yang kuat dan merupakan elemen kunci dari diri individu. 4. Flaneurs Flaneur adalah konsep yang dirintis Baudelaire pada pertengahan abad ke-19, dikembangkan oleh George Simmel dan Walter Benyamin untuk memotret kultur metropolitan, di mana orang suka berjalan-jalan mencari kenikmatan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
Giulianotti menggambarkan spectators dengan menggunakan dua konsep, yang pertama adalah hot-cool. Istilah hot dipakai untuk mereka yang memiliki loyalitas dan solidaritas yang tinggi. Sedangkan istilah cool merupakan kebalikan dari hot. Konsep yang kedua traditional-consumer yang menentukan dimana jati diri individu yang didukung oleh kekuatan pasar. Giulianotti beranggapan bahwa penonton tradisional lebih memiliki budaya identitas lokal, dan populer jika dibandingkan dengan penonton konsumen yang hanya memiliki hubungan atas dasar pasar terhadap klub.
2.1.5 Pengertian Toleransi antar Fans Layar Kaca Khisbiyah (2007) berpendapat, toleransi adalah kemampuan untuk menahan sesuatu yang tidak kita setujui, dalam membangun hubungan sosial yang lebih baik. Intoleran lebih mudah daripada menjadi toleran. Faktanya, tindakan intoleran seperti kekerasan, penyerangan kelompok terhadap kelompok lain, intimidasi, bahkan terorisme telah menjadi bagian kelompok. Sebagian kelompok menjadikan kekerasan sebagai bagian dari aktivitasnya. Transformasi dari intoleransi menjadi toleransi merupakan salah satu ukuran maksimal keadaban dan peradaban sebuah bangsa. Semakin toleran maka tingkat keadaban publik dan peradabannya akan maksimal. Karena itu, toleransi merupakan salah satu dari perilaku prososial dimana nilai dan sikap harus ditumbuhkan dan dikembangkan dalam dan bagi masyarakat yang sejatinya dapat menjadi pedoman keadaban publik, bukan kekerasan atas publik ( Baron&Byrne, 2005 ).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
Perilaku
prososial
merupakan
tingkah
laku
yang
positif
yang
menguntungkan atau membuat kondisi fisik/psikis orang lain lebih baik. Tingkah laku tersebut meliputi segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong dan membuat ondisi orang lain semakin baik. Oleh karena itu kemampuan individu untuk merespon stimulus yang berpengaruh terhadap lingkungannya mengendalikan emosi tertentu akan mengganggu penyesuaian diri, sebaliknya bila mampu dalam mengontrol serta menguasai gejolak emosi, maka akan dapat bekerja sama dengan orang lain. Seseorang dikatakan mampu mencapai kematangan emosi apabila bertindak sesuai dengan harapan masyarakat, mampu memanfaatkan mentalnya secara tepat, memahami diri sendiri dan tidak mudah berubah-ubah emosinya artinya, kematangan emosi adalah kemampuan menerima hal-hal negative dari lingkungan tanpa membalasnya dengan sikap yang negative, melainkan dengan kebijakan (Martin dalam Haryati, 2013). Emosi atau kemarahan yang terluap harusnya dapat dikontrol dan tetap menjaga hubungan antar fans sehingga terciptalah toleransi. Kejadian seperti meluapnya emosi sering sekali terjadi, maka dari itu harusnya para fans mampu untuk melakukan regulasi emosi. Gross (2007) mengemukakan regulasi emosi adalah sekumpulan berbagai proses tempat emosi diatur. Proses regulasi emosi dapat otomatis atau dikontrol, disadari atau tidak disadari dan bisa memiliki efek pada satu atau lebih proses yang membangkitkan emosi. Regulasi emosi dapat mengurangi, memperkuat atau memelihara emosi tergantungp ada tujuan individu.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
Regulasi Emosi menekankan pada bagaimana dan mengapa emosi itu sendiri mampu mengatur dan memfasilitasi proses-proses psikologis, seperti memusatkan perhatian, pemecahan masalah, dukungan sosial dan juga mengapa regulasi emosi memiliki pengaruh yang merugikan, seperti mengganggu proses pemusatan perhatian, interferensi pada proses pemecahan masalah serta mengganggu hubungan sosial antar individu (Cole dkk., 2004). Regulasi emosi berarti mengevaluasi dan memodifikasi emosi supaya terhindar dari kejadian negatif. Kemampuan mengevaluasi emosi (emotions evaluating) yaitu kemampuan individu untuk mengelola dan menyeimbangkan emosi-emosi yang dialaminya. Kemampuan untuk mengelola emosi khususnyan emosi negatif seperti kemarahan, kesedihan, kecewa, dendam dan benci akan membuat individu tidak terbawa dan terpengaruh secara mendalam yang dapat mengakibatkan indiviodu tidak dapat berfikir secara rasional. Sedangkan kemampuan memodifikasi emosi (emotions modification) yaitu kemampuan individu untuk meruba emosi sedemikian rupa sehingga mampu memotivasi diri terutama ketika individu berada dalam putus asa, cemas dan marah. Kemampuan ini membuat individu mampu bertahan dalam masalah yang sedang dihadapinya. Kecintaan, kebanggan terhadap klub sepakbola memang baik, tapi kecintaan yang berlebihan terhadap kelompoknya dan nemusuhi kelompok lain serta berperilaku menyerang tidaklah dibenarkan. Toleransi sangatlah dibutuhkan, rasa saling menghormasti terhadap fans lain sangat diperlukan apalagi mereka adalah fans layar kaca yang sama-sama tinggal di Indonesia. Sudah sepantasnya kita menjaga hubungan antar sesama
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
individu, jangan sampai karena kecintaan terhadap sepak bola terlebih klub sepak bola yang berada di Eropa, hubungan baik akan kandas. Oleh sebab itu sangat diperlukan melakukan regulasi emosi yaitu melakukan pengontrolan emosi atau tenang dibawah tekanan. Individu yang mampu mengekspresikan emosi dapat mengubah lingkungan menjadi lebih baik dan terciptalah perilaku prososial dalam kelompok satu dengan yang lainnya. Dengan kata lain fans yang mampu meregulasi emosi akan bersikap toleran, sedangkan yang tidak mampu meregulasi emosinya kemungkinan besar tidak akan bersikap toleran. 2.2 Fanatisme 2.2.1 Pengertian Fanatisme Jika ditelusuri lebih dalam, Kamus Bahasa Indonesia mengartikan fanatisme sebagai kepercayaan, ajaran yang teramat kuat. Pandangan ini didukung oleh Chaplin (2008) yaitu sikap yang penuh semangat yang berlebihan terhadap satu segi pandangan. Fanatisme sendiri diartikan sebagai suatu paham fanatik terhadap suatu hal, karena dalam EYD, kata yang berakhiran isme adalah merupakan faham. Fanatik berbeda dengan fanatisme, fanatik merupakan sifat yang timbul saat seseorang menganut fanatisme (faham fanatik), sehingga fanatisme itu adalah sebab dan fanatik merupakan akibat. Menurut Chung,Beverland,&Farrelly (2005) fanatisme adalah hal yang unik ditandai dengan tingkat yang kuat, komitmen, kesetiaan, pengabdian, gairah, emosional, antusiasme, dan keterlibatan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
Dalam hal sepak bola, manakala sebuah tim kesebelasan mendapatkan perlakuan yang tidak adil, sudah dipastikan amuk para pendukungnya akan menghiasi pertandingan. Kecintaan yang lebih adalah faktor dari sikap fanatik itu sendiri. Dengan cintalah individu akan sangat mengerti sifat dasar manusiawinya, dan sebaliknya dengan cinta pula manusia bisa berubah menjadi sadis, ambisius, dan mematikan (Handoko, 2008). Wann (2005) mengemukakan seorang fans yang fanatik mempunyai kebutuhan untuk saling memiliki. Dimana seorang fans merasa mempunyai keterhubungan dengan klub yang diidolakannya dan mempunyai emosi yang positif. Perkembangan sepak bola yang cukup fantastis dikarenakan adanya peran aktif dari para penggemarnya. Terbukti dengan terbentuknya kelompok fans yang selalu setia menemani klub kesayangan atau negaranya saat di dalam maupun di luar lapangan.
2.2.2 Aspek-Aspek Fanatisme terhadap Klub Sepak Bola Eropa Adapun aspek-aspek fanatisme menurut Goddard (2001) diantaranya adalah: a. Besarnya minat dan kecintaan pada satu jenis kegiatan. Fanatisme terhadap satu jenis aktivitas tertentu merupakan hal yang wajar. Dengan fanatisme, seseorang akan mudah memotivasi dirinya sendiri untuk lebih meningkatkan usahanya dalam favoritnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
mendukung klub
18
b. Sikap pribadi maupun kelompok terhadap kegiatan tersebut . Hal ini merupakan suatu esensi yang sangat penting mengingat ini adalah merupakan jiwa dari memulai sesuatu yang akan dilakukan tersebut. c. Lamanya individu menekuni satu jenis kegiatan tertentu. Dalam melakukan sesuatu haruslah ada perasaan senang dan bangga terhadap apa yang dikerjakannya. Sesuatu itu lebih bermakna bila yang berbuat mempunyai kadar kecintaan terhadap apa yang dilakukannya. d. Motivasi yang datang dari keluarga juga mempengaruhi seseorang terhadap bidang kegiatannya. Selainhal-hal diatas, dukungan dari keluarga juga sangat mempengaruhi munculnya fanatisme.
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fanatisme Menurut Haryatmoko (2003) ada empat faktor yang dapat menumbuhkan fanatisme yaitu : a. Memperlakukan kelompok tertentu sebagai ideologi. Hal ini terjadi kalau ada kelompok yang mempunyai pemahaman eksklusif dalam pemaknaan hubungan-hubungan sosial tersebut. b. Sikap standar ganda. Artinya, antara kelompok organisasi yang satu dengan kelompok organisasi yang lain selalu memakai standar yang berbeda untuk kelompoknya masing-masing, c. Komunitas dijadikan legitimasi etis hubungan sosial. Sikap tersebut bukan sakralisasi hubungan sosial, tetapi pengklaiman tatanan sosial tertentu yang mendapat dukungan dari kelompok tertentu.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
d. Klaim kepemilikan organisasi oleh kelompok tertentu. Pada sikap tersebut, seseorang seringkali mengidentikkan kelompok sosialnya dengan
organisasi
tertentu
yang
berperan
aktif
dan
hidup
dimasyarakat. 2.3 Komunitas Komunitas berasal dari kata community yang merujuk pada level ikatan tertentu dari hasil interaksi sosial. Komunitas dapat di eksplorasikan dalam tiga cara (http://www.infed.org/community/community.htm), yaitu : 1. Tempat. Komunitas yang berada pada suatu tempat yang dipahami dalam unsur geografis yang sama. 2. Ketertarikan. Komunitas dihubungkan oleh faktor ketertarikan yang sma seperti keyakinan, oreientasi seksual, hobi, etnis, serta pekerjaan. Dalam hal ini ketertarikan terhadap hobi dalam hal olahraga yaitu sepakbola. 3. Keterikatan. Komunitas biasanya mempunyai keterikatan pada suatu kelompok yang ada, tempat, ataupun gagasan. Maka dari itu komunitas memerlukan waktu untuk saling bertemu. Dalam ilmu sosiologi, komunitas adalah sekumpulan atau sekelompok orang yang berinteraksi dalam tempat tertentu. Definisi ini diperluas sehingga menjai individu-individu yang memiliki kesamaan karakteristik tanpa melihat lokasi dan interaksinya. Sebuah komunitas mempunyai empat ciri utama ( Jasmadi, 2008), yaitu : 1. Adanya keanggotaan. Komunitas pasti mempunyai anggota didalamnya. 2. Saling mempengaruhi. Saling mempengaruhi satu sama lain.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
3. Adanya pemenuhan kebutuhan antar anggota 4. Adanya ikatan emosional. 2.4 Kerangka Berpikir Toleransi, seperti yang diutarakan sebelumnya merupakan kemampuan untuk menahan sesuatu yang tidak disutujui (Khisbiyah, 2007). Sikap toleransi sangat lah penting bagi setiap individu ataupun kelompok.Sikap toleransi merupakan keharusan karena berhubungan dengan kehidupan sosial seseorang. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, maka setiap individu harus mempunyai hubungan antar sesama yang baik. Oleh sebab itu sangat penting untuk mengembangan sikap toleransi diantara individu dan kelompok. Sebagaimana yang telah di ungkapkan oleh Cohen&Almagor (2006), lenient attitude, kebebasan berekspresi, dan tidak memaksakan pilihan orang lain memiliki pengaruh pada toleransi itu sendiri. Ketika individu memiliki lenient attitude yang tinggi, secara tidak langsung akan memiliki toleransi yang tinggi pula. Saat sikap yang lembut mendasari untuk terlibat dalam hal mendukung klub sepakbola idola, maka individu yang memiliki lenient attitude, kebebasan berekspresi yang tinggi akan lebih siap menerima konsekuensi atas hasil perrtandingan. Ketika individu tidak memaksakan kehendak atau pilihan orang lain, maka secara langsung individu tersebut mempunyai toleransi yang tinggi pula. Sebaliknya, jika individu menekan ketiga aspek tersebut, maka akan menimbulkan egoistic yang tinggi dan dapat menimbulkan perselisihan antar fans klub sepak bola lainnya disebabkan keyakinan yang berbeda dan tentu akan menghambat berjalannya toleransi. Menang dan kalah dalam hal pertandingan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
sepakb ola adalah biasa. Ini adalah suatu kompetisi, harus ada yang kalah dan yang menang. Selain itu, sikap yang fanatik terhadap klub sepakbola juga dapat mempengaruhi tinggi rendahnya toleransi dalam hal sepakbola. Sebagaimana yang telah disampaikan Chung (2005) fanatisme adalah hal yang unik ditandai dengan tingkat yang kuat, komitmen, kesetiaan, pengabdian, gairah, emosional, antusiasme, dan keterlibatan. Hal-hal tersebut sangat bisa mempengaruhi tinggi rendahnya toleransi. Dalam hal ini Goddard (2001) menyampaikan tentang aspek dalam fanatisme yaitu besarnya minat dan kecintaan pada satu jenis kegiatan, sikap pribadi maupun kelompok terhadap kegiatan, lamanya individu menekuni satu jenis kegiatan, dan dukungan dari keluarga. Pada saat individu mempunyai kecintaan terhadap suatu klub sepakbola tertentu maka akan bisa mempengaruhi toleransi itu sendiri. Dilihat dari fanatisme positif maupun negatif. Kecintaan terhadap satu klub sepakbola akan membuat individu berekspresi dalam mendukung atau malah menyerang. Jika digambarkan dengan model, maka akan seperti dibawah ini :
FANATISME (x) : 1. Minat dan kecintaan 2. Sikap pribadi dan kelompok 3. Lamanya individu menekuni satu jenis kegiatan 2.5 Hipotesis 4. Dukungan keluarga
TOLERANSI (y) : 1. Lenient attitude 2. Kebebasan berekspresi 3. Tidak memaksakan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
kehendak kepada orang lain
22
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Ha : Ada hubungan yang signifikan antara Fanatisme terhadap klub sepak bola Eropa dengan toleransi antar fans layar kaca H
: Tidak ada hubungan yang signifikan antara Fanatisme terhadap klub sepak bola Eropa dengan toleransi antar fans layar kaca
http://digilib.mercubuana.ac.id/