BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kehamilan Ibu hamil adalah merupakan salah satu kelompok didalam masyarakat yang paling mudah menderita gangguan kesehatan atau rawan kekurangan gizi, sehingga pada masa kehamilan ibu hamil memerlukan unsur-unsur gizi lebih banyak dibandingkan dengan keadaan biasanya (Notoatmojo, 2002). Selama
kehamilan, ibu hamil akan mengalami proses fisiologis dimana
keadaan kesehatan fisik dan mental sebelum dan selama hamil berpengaruh terhadap keadaan janin dan waktu persalinan. Selama masa kehamilan normal hampir semua wanita merasa sama sehatnya dengan masa-masa di luar kehamilan, hanya saja ditandai dengan perubahan fisik dan karena berat badan bertambah dan perubahan mental karena ada di dalam perutnya terdapat kehidupan baru (Hall, 2000). Pada masa kehamilan ibu hamil mengalami gejala-gejala fisiologis yang disebabkan oleh pengaruh hormon kehamilan seperti gejala pening di pagi hari yang diikuti gejala lain seperti lesu, perkembangan payudara, pembesaran perut, bertambah cepatnya denyut nadi, perubahan pigmentasi pada kulit dan wajah, punting payudara dan bagian tengah perut yang berubah warnanya menjadi gelap, serta kejang pada kaki yang kemungkinan disebabkan kekurangan kalsium dalam darah atau mungkin oleh sirkulasi darah yang kurang lancar pada bagian kaki (Hall, 2000). Pada masa kehamilan, kantung peranakan berkembang untuk menampung hasil pembuahan. Peningkatan volume
sirkulasi darah digunakan untuk
memungkinkan terjadinya aliran CO2 dan sisa metabolisme lainnya. Terjadinya pembesaran payudara dan penimbunan lemak dipersiapkan untuk masa menyusui segera setelah melahirkan (Winarno, 1990). Dengan adanya janin yang dikandung, fungsi dan kerja tubuh ibu akan berubah. Jumlah cairan darah bertambah, sel-sel darah tetap dan unsur-unsur darah berkurang. Hemoglobin dan albumin darah menurun, akibatnya terjadi kurang darah (Nadesul, 1997)
Dengan melihat gejala fisiologis yang ada, maka keadaan ibu hamil pada awal kehamilan perlu diperhatikan karena akan berpengaruh terhadap pertumbuhan janin pada usia kehamilan selanjutnya. Menurut Moehji (2003), pada umumnya selama kehamilan ibu hamil memiliki karakteristik pada tiap triwulan sebagai berikut: a. Pada timester pertama dari kehamilan, biasanya nafsu makan sangat kurang. Hal ini disebabkan karena timbul rasa mual dan muntah. b. Pada timester kedua dari kehamilan, metabolisme basal mulai meningkat dan berat badan juga mulai bertambah. Pada masa ini tingkat konsumsi protein sangat diutamakan.
Hal
ini
disebabkan
protein
memiliki
pengaruh
terhadap
perkembangan janin sebagaimana telah diselidiki oleh Burke bahwa ibu hamil yang mengkonsumsi makanan dalam kadar protein sangat rendah, maka bayi yang akan dilahirkan kelak mungkin juga lebih pendek dan lebih ringan dari normal. c. Pada timester ketiga metabolisme basal tetap mengalami kenaikan. Pada masa ini pada umumnya nafsu makan sangat baik. Selain itu, kandungan pada triwulan ini juga menjadi besar sehingga menyebabkan lambung terdesak. Menurut Arisman (2004), secara umum, terdapat kondisi yang biasanya ada selama kehamilan sehingga berpengaruh terhadap tingkat konsumsi zat gizi yaitu : a. Ngidam Ngidam diartikan sebagai keinginan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu. Kondisi ini adalah hal yang normal bagi banyak wanita hamil. Kadangkala makanan yang dipilih tampak aneh menurut orang lain. Ngidam dapat berakibat baik tapi juga dapat berakibat buruk. Jika mengidam makanan yang cukup zat gizi dan menyehatkan, maka tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan asalkan makanan dalam jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan. Namun jika ngidam makanan yang tinggi kandungan gula dan lemaknya, maka perlu diperhatikan
jumlahnya jangan sampai terlalu berlebih karena kondisi ini tidak jarang menyebabkan wanita hamil mengalami kenaikan berat badan yang terlalu banyak (Curtis, 1999). b. Pegal linu dan kaku Kondisi ini biasanya terjadi pada malam hari yang diakibatkan oleh pertumbuhan janin sekaligus perubahan hormonal. Selain itu, keadaan ini juga disebabkan karena kadar Ca serum rendah, dan kadar fosfat tinggi, sehingga sistem neuromuskuler mudah terangsang. c. Sembelit Keadaan ini dapat terjadi bila berkaitan dengan 6 kondisi ada di dalam tubuh yaitu (1) Rahim yang semakin besar sehingga menekan kolon dan rektum sehingga mengganggu ekskresi, (2) Adanya peningkatan kadar progesteron sehingga merelaksasikan otot saluran cerna dan menurunkan motilitas, (3)Tingkat konsumsi cairan tidak cukup (4) Tingkat konsumsi serat tidak cukup, (5) Kebiasaan defekasi yang buruk, (6) Jarang berolah raga dan sering melewatkan satu waktu makan (terutama sarapan). d. Mual dan muntah Rasa mual atau yang sering kita sebut sebagai morning sickness dapat terjadi karena kadar progesteron diawal kehamilan meningkat sedangkan kadar gula darah dan pergerakan usus menurun. Hal itu juga disebabkan karena produksi asam lambung dan pepsin menurun. Keadaan ini biasanya terjadi pada timester I kehamilan sehingga tingkat konsumsi makanan atau zat gizi pada timester ini menjadi berkurang (Arisman, 2004). e. Pica Pica diartikan sebagai perilaku tidak umum yaitu mengkonsumsi bahan bukan makanan, seperti kain, arang, dan lain-lain. Dampak dari keadaan ini yaitu tingkat konsumsi zat gizi dari makanan berkurang serta terjadi penyumbatan usus.
B. Status Gizi Status gizi adalah status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antar kebutuhan dan masukan zat gizi. Dalam melihat status gizi seseorang perlu variabel yang digunakan untuk menentukannya, misalnya dengan penimbangan berat badan. Variabel yang digunakan untuk menentukan status gizi selanjutnya disebut sebagai variabel status gizi (Beck, 1993). Kekurangan Energi Kronik adalah suatu keadaan pada wanita usia subur termasuk ibu hamil yang menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) sehingga mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan 1. Penilaian Status Gizi a. Antropometri Pengertian, secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran demensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Penggunaan, antropometris secara umum digunakan untuk melihat ketidak seimbangan asupan protein dan energi. Ketidak seimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Penggunaan indeks LLA lebih banyak untuk tujuan “screening” individu , tetapi dapat pula digunakan untuk tujuan “assessment” status gizi, terutama bila diperlukan secara cepat dan sulit memperoleh data umur yang akurat. Disamping keuntungan penggunaan indeks LLA seperti dibahas diatas, indek ini memiliki beberapa kelemahan, yaitu (1) Tidak dapat memberikan gambaran keadaan pertumbuhan secara jelas, (2) Dari segi operasional, sering mengalami kesulitan dalam pengukuran, terutama bila anak dalam keadaan takut,dan tegang. Jadi
pengukuran
antropometri gizi adalah hal yang berhubungan
dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa, 2001).
Metode penilaian status gizi yang umum dipakai adalah pencatatan berat badan secara teratur selama kehamilan dan membandingkannya dengan berat badan sebelum hamil. Penambahan berat badan normal adalah 12,5 kg sampai dengan 17,5 kg. Jika ibu hamil memiliki berat badan di bawah normal pada saat kehamilan, maka penambahan berat badan selama kehamilan adalah 14 kg. Sampai dengan 20 kg. Namun, apabila ibu hamil memiliki berat badan lebih dari berat badan normal pada saat kehamilan, berat badan yang dapat diterima antara 7,5 kg sampai dengan 12,5 kg. Penambahan ini bervariasi untuk setiap individu (Anies, 1997). Metode ini hanya bisa dilakukan bila informasi berat badan sebelum dan saat hamil tersebut tersedia. Metode ini lebih sering digunakan di klinik dan pusat kesehatan dibanding dalam masyarakat. Pengukuran alternatif dengan pendekatan Lingkar Lengan Atas (LLA) lebih banyak digunakan untuk melihat status gizi ibu hamil (Kartini, 1996). LLA merupakan salah satu pengukuran antropometri untuk mengetahui faktor penentu apakah ibu hamil tersebut KEK dan memiliki risiko melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) atau normal. Pengukuran LLA ini dilakukan dengan menggunakan pita LLA dengan ketelitian 0,1 cm dan ambang batas 23,5 cm. Bila pengukuran di bawah 23,5 cm artinya ibu hamil tersebut menderita KEK dan jika diatas 23,5 cm berarti ibu hamil tersebut status gizinya baik atau normal (Askandar, 1993) Akhir-akhir ini penggunaan LLA sebagai indikator status gizi mendapat perhatian. Pengukuran dengan menggunakan LLA lebih mudah dibandingkan dengan metode antropometri lainnya sehingga untuk memprediksi hasil kehamilan, beberapa penelitian merekomendasikan LLA sebagai alat screening pada ibu hamil. Sebagaimana telah dilaporkan oleh hasil penelitian di Bogor, Krasovee (1989), Husaini dkk 1986), Aderson (1989), dan Leehting dkk (1979), menyatakan bahwa tidak seperti halnya berat badan yang bertambah seiring dengan bertambahnya umur kehamilan, LLA relatif stabil selama masa hamil sehingga pengukuran LLA dianjurkan hanya satu kali pada saat pertama kali akan diukur atau pada bulan pertama kehamilan ( Husaini, 2000).
Depkes (1994), menyatakan bahwa pengukuran LLA pada kelompok Wanita Usia Subur (WUS) merupakan salah satu cara deteksi dini yang mudah dan dapat dilakukan oleh orang awam untuk mengetahui kelompok yang berisiko KEK. Ambang batas LLA WUS dengan risiko KEK di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. KLASIFIKASI RESIKO KEK MENURUT PENGUKURAN LILA WUS Nilai ambang batas LLA (cm)
KEK
< 23,5
Risiko
> 23,5
Tidak risiko
Sumber : Supariasa, 2001. 2. Pemeriksaan klinis Pemeriksaan klinis adalah penilaian status gizi yang didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambur dam mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid (Supariasa, 2001). 3. Pemeriksaan biokimia Penilaian status gizi dengan metoda biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh seperti darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati otot (Supariasa, 2001). 4. Pemeriksaan biofisik. Penilaian status gizi secara biofisik dilakukan dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur jaringan (Supariasa, 2001).
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Persatuan Ahli Gizi (PERSAGI) tahun 1999 telah merumuskan faktor-faktor yang menyebabkan kurang gizi yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung yaitu tingkat konsumsi makanan dan penyakit infeksi, sedang faktor tidak langsung adalah persediaan pangan, pelayanan kesehatan dan pengetahuan (Supariasa, 2001). a. Faktor langsung Faktor langsung merupakan keadaan yang dapat berpengaruh secara langsung pada individu yang bersangkutan. 1. Konsumsi Energi Menurut Moehyi (2003), status gizi tidak hanya dipengaruhi oleh kecukupan protein tetapi juga dari kecukupan energi. Pada masa hamil, kebutuhan gizi meningkat untuk kebutuhan metabolisme ibu hamil itu sendiri dan juga untuk pertumbuhan janin. Metabolisme yang terjadi selama kehamilan yaitu perubahan keseimbangan hormonal. Selain itu, meningkatnya produksi prolaktin
menyebabkan
meningkatnya
metabolisme
dan
hal
tersebut
menyebabkan terjadinya perubahan faal tubuh berupa peningkatan aliran darah keseluruh tubuh, meningkatnya retensi air dalam tubuh,serta pembuangan zat sisa metabolisme melalui ginjal dan kulit. distribusi zat gizi kedalam tubuh selama kehamilan cenderung digunakan untuk pertumbuhan janin dan metabolisme ibu hamil. Sitorus (1996) juga menyatakan hal yang sama bahwa pada wanita hamil disamping untuk proses yang rutin di dalam tubuh,maka
diperlukan
penambahan energi dan protein untuk pembentukan jaringan baru yang meliputi janin, plasenta, uterus serta kelenjar mammae. Selain itu aktivitas ibu hamil juga akan mempengaruhi penggunaan energi. Aktivitas fisik ini berbeda-beda untuk masing-masing individu. 2. Konsumsi Protein Protein merupakan unsur zat gizi yang perlu diperhatikan selama kehamilan karena sangat diperlukan untuk pertumbuhan janin. Asupan protein ibu hamil akan mempengaruhi keadaan janin. Ibu hamil yang mengkonsumsi
makanan dengan kadar protein rendah, maka bayi yang
kelak dilahirkan
mungkin lebih pendek dan memiliki berat kurang serta keadaan umumnya kurang baik.(Moehji,2003). Protein juga diperlukan untuk persiapan melahirkan dan masa menyusui (Nadesul, 1997), bahwa pengaruh protein didalam makanan telah diselidiki oleh Burke, dan disimpulan bahwa ibu hamil yang didalam makanannya kadar proteinnya rendah, maka bayi yang dilahirkan kelah mungkin lebih pendek dan memiliki berat badan yang kurang normal serta memiliki keadaan umum tidak begitu baik. Hal ini disebabkan karena selain kekurangan protein, juga kekurangan vitamin B komplek karena vitamin ini beberapa diantaranya terdapat didalam bahan-bahan makanan yang mengandung protein. Dalam keadaan berlebih protein akan mengalami deaminasi yaitu nitrogen dikeluarkan dari tubuh dan sisa-sisa ikatan karbon akan diubah menjadi lemak dan disimpan didalam tubuh. Dengan kata lain, protein harus diubah menjadi energi dan disimpan di dalam tubuh sebagai cadangan lemak bila kebutuhan tubuh akan mencakupi kebutuhan atau jumlahnya berlebih. Ibu hamil membutuhkan protein lebih banyak dibandingkan dalam kondisi biasanya. Dianjurkan setiap hari sekurang-kurangnya 80 gram protein mengingat pentingnya protein untuk pertumbuhan janin dalam kandungan. Hampir 70 persen protein digunakan untuk pertumbuhan janin. Ibu hamil membutuhkan cadangan makanan termasuk protein untuk persiapan sesudah melahirkan dan masa menyusui (Nadesul, 1997). 3. Kebutuhan Energi Kebutuhan energi adalah konsumsi energi yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi seseorang sesuai ukuran dan komposisi tubuh yang disesuaikan dengan tingkat aktivitas, kesehatan jangka panjang sehingga memungkinkan pemeliharaan aktivitas fisik yang dibutuhkan secara sosial dan ekonomi (Almatsier, 2001) Kebutuhan energi pada timester I meningkat secara minimal disepanjang timester II dan III, kebutuhan akan terus meingkat sampai pada akhir kehamilan. Selama timester II ibu hamil memerlukan tambahan energi untuk perkembangan
jaringan ibu, yaitu penambahan volume darah, pertumbuhan uterus dan payudara. Pada timester III tambahan energi digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta (Arisman, 2004). Berat badan ibu hamil rata-rata akan bertambah 12,5 kg. Untuk tambahan berat badan sebanyak itu dibutuhkan sekitar 80.000 kalori untuk proses pembakaran yang terjadi di dalam tubuh dan 44.000 kalori untuk pembentukan jaringan baru. Jika dirata-rata ibu hamil membutuhkan tambahan 300 kalori dalam sehari (Nadesul, 1997). Selama hamil tambahan energi diperlukan untuk pertumbuhan janin dan jaringan tubuh lainnya. Ibu hamil yang sehari-harinya melakukan pekerjaan ringan membutuhkan energi rata-rata 200 kalori per hari dan bagi yang melakukan pekerjaan berat membutuhkan tambahan energi sebesar 285 kalori per hari (Khumaidi, 1994). Dalam perhitungan kebutuhan energi, dapat menggunakan
beberapa
rumus diantaranya Harris Benedict Equation dan Brocca. Penentuan kebutuhan gizi individu dalam keadaan sehat dilakukan berdasarkan umur, jenis kelamin, aktivitas fisik, serta kondisi yang banyak dibahas angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Khusus, salah satunya adalah kondisi kehamilan (RSCM) dan,ASDI, 2004). Komponen utama yang menentukan kebutuhan energi adalah Angka Metabolisme Basal (AMB) dan aktivitas fisik. AMB atau yang disebut sebagai Basal Energy Expenditure (BEE) adalah pengeluaran energi dalam keadaan puasa atau sehat tanpa stres (Hartono, 2000). Harris Benedict Equation merupakan salah satu rumus yang biasa digunakan untuk menentukan kebutuhan gizi orang dewasa. Kelebihan dari rumus ini yaitu dalam menghitung BEE lebih banyak memperhitungkan faktor dari individu seperti berat badan, tinggi badan, umur dan jenis aktivitas. Pada kondisi hamil, energi ditambah sebesar 285-300 kalori sehari. Adapun rumus Harris Benedict Equation adalah sebagai berikut :
BEE Laki-laki
: 66+13,7 (BB)+5 (TB)-6,(U)
Perempuan
: 655+9,6 (BB)+1, (TB)-4,7(U)
Aktivitas fisik pada rumus Harris Benedict Equation ini digolongkan menjadi 4 yaitu : Bed rest
: 1,2
Sedang
: 1,4-1,5
Ringan
: 1,3
Berat
: 1,75
Rumus lain yang dipakai selain Harris Benedict equation yaitu rumus broca. Rumus ini hanya melihat faktor berat badan dan aktivitas fisik dan tidak memperhitungkan umur dan tinggi badan. Koreksi aktivitas pada rumus ini tidak berdasarkan pada angka patokan tapi berdasarkan pada nilai prosentase dari AMB. Rumus Brocca tersebut yaitu sebagai berikut : AMB
Laki-laki
: 30 kal/kg bb/hari
Perempuan
: 25 kal/kg bb/hari
Faktor aktivitas ada rumus brocca ini juga digolongkan menjadi 4 yaitu Sangat ringan
: 10% x AMB Sedang
: 30% x AMB
Ringan
: 20% x AMB berat
: 40% x AMB.
Selain kebutuhan energi, terdapat juga perhitungan untuk zat gizi lain seperti protein, lemak dan karbohidrat. Adapun cara menentukan kebutuhan zat gizi tersebut menurut World Health Organization (WHO) adalah sebagai berikut : (1)Protein sebesar 10-15% dari kebutuhan energi total. Misal kebutuhan energi dalam sehari adalah 2450 kalori, maka energi yang
berasal dari protein
hendaknya sebesar 245-365 kalori atau sebesar 61-92 gram protein,(2) Lemak sebesar 10-25% dari kebutuhan energi total. Misal kebutuhan energi dalam sehari adalah 2450 kalori, maka energi yang berasal dari lemak hendaknya sebesar 245-613 kalori atau sebesar 27-6 gram lemak.(3) Karbohidrat sebesar 60-70% dari kebutuhan energi total atau sisa dari kebutuhan energi yang telah dikurangi dengan energi yang berasal dari protein dan lemak. Misal kebutuhan energi dalam sehari adalah 2450 kalori, maka energi yang berasal dari karbohidrat hendaknya sebesar 1470-1838 kalori atau sebesar 36-460 gram karbohidrat (RSCM) dan ASDI, 2004
4. Kebutuhan Protein Kebutuhan protein adalah konsumsi yang diperlukan untuk mencegah kehilangan protein tubuh dan memungkinkan produksi protein yang diperlukan pada masa pertumbuhan, kehamilan, dan menyusui (Almatsier, 2001). Ibu hamil membutuhkan protein lebih banyak dibandingkan dalam kondisi biasanya. Dianjurkan setiap hari sekurang-kurangnya 80 gram protein mengingat pentingnya protein untuk pertumbuhan janin dalam kandungan. Hampir 70 persen protein digunakan untuk pertumbuhan janin. Ibu hamil membutuhkan cadangan makanan termasuk protein untuk persiapan sesudah melahirkan dan masa menyusui (Nadesul, 1997). 5. Tingkat konsumsi energi dan protein Pada kondisi kehamilan, ibu hamil berhubungan langsung dengan pertumbuhan yaitu pertumbuhan janin yang dikandungnya serta pertumbuhan berbagai organ tubuh sebagai pendukung kehamilan tersebut, seperti mamma. Untuk mendukung berbagai proses pertumbuhan tersebut, maka kebutuhan makanan sebagai sumber energi juga meningkat (Moehji, 2003). Dahulu orang beranggapan bahwa makanan yang dikonsumsi ibu hamil tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan janin kecuali jika si ibu menderita penyakit. Akut.
Namun penyelidikan yang telah dilakukan oleh para ahli
membuktikan dengan jelas bahwa ada hubungan antara kecukupan makanan ibu hamil dengan keadaan gizi bayi yang dilahirkan. Berbagai penelitian lain juga membuktikan bahwa masa paling kritis selama hamil adalah masa timester III kehamilan. Pada masa timester III kehamilan ini janin tumbuh dengan cepat. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan berat badan ibu yang semakin cepat ketika usia kehamilan memasuki timester II kehamilan (Moehji, 2003). Tingkat konsumsi energi merupakan faktor gizi yang paling penting jika dikaitkan dengan berat badan bayi yang dilahirkan Berat badan ibu hamil ratarata akan bertambah 12,5 kg. Untuk tambahan berat badan sebanyak itu maka dibutuhkan sekitar 80.000 kalori untuk proses pembakaran yang terjadi di dalam
tubuh dan 44.000 kalori untuk pembentukan jaringan baru. Jika dirata-rata ibu hamil membutuhkan tambahan 300 kalori dalam sehari (Nadesul, 1997). Selama kehamilan, tingkat konsumsi makan selain untuk meningkatkan berat badan dan panjang badan, juga sangat penting untuk pertumbuhan otak. Bila ibu hamil mengalami kekurangan zat gizi maka jumlah sel otak tidak akan terbentuk sehingga sel otak tidak akan tumbuh mencapai ukuran yang seharusnya. Terganggunya sel otak akibat kekurangan gizi akan mempengaruhi Quosen Kecerdasan (Intelegensi Quotient/IQ). Keadaan ini akan berdampak pada mental anak setelah lahir yang akan terwujud dengan tanda-tanda:(a) Kemampuan anak menyesuaikan diri dengan lingkungan kurang, (b) Kemampuan sosial anak kurang serta kemampuan verbal yang tidak terlalu baik (Moehji, 2003). Apabila kebutuhan akan makanan tidak terpenuhi melalui konsumsi makanan, maka akan terjadi kekurangan gizi yang dapat mengakibatkan (a) Berat badan bayi pada saat lahir rendah atau sering disebut sebagai Berat Bada Lahir Rendah (BBLR), (b) Kelahiran prematur (lahir belum cukup umur kehamilan), (c) Lahir dengan berbagai kesulitan dan lahir mati. Selain itu pada kondisi ini banyak ibu memiliki risiko kematian yang tinggi karena pedarahan, sehingga akan meningkatkan kematian ibu (Notoatmojo, 2003). Adapun rata – rata AKG yang Dianjurkan untuk Ibu hamil pada Timester II dan Timester III yaitu pada Tabel 2
Tabel 2 RATA –RATA AKG YANG DIANJURKAN Umur (Tahun)
BB (kg)
TB (Kg)
Energi (kall)
Protein(grm)
52
154
1900
50
Timester I (1-3 bln)
+ 180
+ 17
Timester II (4-6 bln)
+300
+17
Timester III(7- 9 bln)
+300
+17
1800
50
Timester I (1-3 bln)
+ 180
+ 17
Timester II (4-6 bln)
+300
+17
Timester III (7-9 Bln
+300
+17
19-29 Tahun
30-49 Tahun
55
156
Sumber: WNPG Tahun 2004 Untuk Perhitungan tingkat konsumsi energi dan Tingkat konsumsi protein adalah sebagai berikut : Asupan energi Tingkat konsumsi energi/protein =
X 100 % AKG Energi
Asupan Protein Tingkat konsumsi energi/protein =
X 100 % AKG Protein
Tabel 3 KATEGORI TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN Kategori Tingkat Konsumsi Energi dan Protein
Presentase
Defisit Tingkat Berat
<70
Defisit Tingkat Sedang
70-79
Defisit Tingkat Ringan
80-89
Normal
90-119
Diatas Kecukupan
>119
Sumber : Gizi Indonesia Volume XXI (1996)
6. Penyakit infeksi Telah diketahui bahwa malnutrisi dan infeksi memiliki hubungan timbal balik, artinya infeksi dapat mempengaruhi terjadinya malnutrisi dan sebaliknya malnutrisi akan mempengaruhi seseorang untuk terkena infeksi. Mekanisme terjadinya infeksi dan malutrisi bermacam-macam baik secara sendiri maupun bersamaan sebagai penurunan tingkat konsumsi zat gizi dan penurunan nafsu makan. Pada ibu hamil bila tingkat konsumsi zat gizi kurang atau malnutrisi akan menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi (Pudjiadi, 2002). Pada masyarakat di negara-negara berkembang, wanita hamil sering menderita infeksi saluran nafas atas, malaria, diare, dan hepatitis. Efek dari infeksi ini merugikan terutama dalam kondisi kehamilan. Seperti yang dilaporka oleh Robinson, bahwa wanita hamil yang menderita malaria akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang tidak mengidap malaria (Shah, 1981).
b. Faktor tidak langsung Faktor tidak langsung ini dapat berasal dari lingkungan di luar individu yang kemudian akan mempengaruhi faktor langsung. Faktor tidak langsung tersebut diantaranya yaitu : (1) Persediaan pangan Ketersediaan pangan merupakan kondisi penyediaan pangan yang mencakup makanan dan minuman yang berasal dari makanan, minuman, untuk penduduk dsuatu wilayah dalam suatu kurun waktu tertentu. (Rimbawan dan Baliwati, 2004). Persediaan pangan merupakan salah satu segi terpenting yang menentukan kelangsungan biologis, perkembangan mental dan kecerdasan, produktivitas dan pembangunan ekonomi pada umumnya dari suatu kelompok masyarakat atau bangsa. (Soekirman,2000).
(2) Pelayanan kesehatan Upaya pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan seperti imunisasi, pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, penimbangan anak, penyuluhan kesehatan dan gizi serta sarana kesehatan yang baik seperti : Posyandu, Puskesmas, praktik bidan atau dokter, rumah sakit dan persediaan air bersih. Ketidak terjangkauan pelayanan kesehatan disebabkan oleh jarak yang jauh dan atau ketidakmampuan membayar, kurangnya pendidikan dan juga kurangnya pengetahuan yang merupakan kendala bagi keluarga dan masyarakat dalam memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan yang tersedia (Soekirman dkk, 2000). (3) Pengetahuan Kurangnya pengetahuan sering dijumpai sebagai faktor yang penting dalam masalah kurang gizi. Hal ini dapat terjadi karena masyarakat kurang mampu dalam menerapkan informasi gizi dalam kehidupan sehari-hari (Khumaidi,1994). Semakin tinggi pengetahuan gizi seseorang akan semakin memperhitungkan jumlah dan jenis makanan yang dipilih untuk dikonsumsi. Orang yang pengetahuan gizinya rendah akan berperilaku memilih makanan yang menarik panca indera dan tidak mengadakan pilihan berdasarkan nilai gizi makanan tersebut. Sebaliknya mereka yang memiliki pengetahuan gizi tinggi cenderung lebih banyak menggunakan pertimbangan rasional dan pengetahuan tentang nilai gizi makanan tersebut (Sediaoetama, 1999). (4) Pendidikan Dalam arti sederhana pendidikan gizi merupakan suatu proses belajar tentang pangan, bagaimana tubuh kita menggunakannya dan mengapa diperlukan untuk kesehatan. Pendidikan gizi mengarah pada perubahan perilakuperbaikan konsumsi pangan dan status gizi. Pendidikan berpengaruh secara tidak langsung melalui peningkatan
status sosial dan kedudukan
seorang wanita, peningkatan pilihan terhadap kehidupan serta kemampuan untuk menyatakan pendapat atau membuat keputusan sendiri (Royston, 1994).
Perilaku
konsumsi
pangan
merupakan
cara
seseorang
atau
sekelompok orang dalam memilih atau menggunakan pangan. Perilaku konsumsi pangan berasal dari proses sosialisasi dalam sistem keluarga melalui proses pendidikan maupun sebagai dampak dari penyebaran informasi (Madaniyah, 2004).
D. Kerangka Teori Pemberdayaan wanita dan keluarga serta pemanfaatan sumber daya i Ketrampilan
Tkt konsumsi Energi Status Gizi
Persediaan pangan kelurga Tkt Konsumsi Protein
Krisis ekonomi Politik,sosial dan kemiskinan
Pendidikan
Pengetahuan
Pelayanan kesehatan
(Sumber : Waspadji, 2003)
E Kerangka Konsep
Tkt Konsumsi energi Status Gizi Ibu hamil Tkt Konsumsi Protein
Penyakit infeksi
F. Hipotesis 1. Ada hubungan tingkat konsumsi energi dengan status gizi ibu hamil di Kelurahan Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan Semarang. 2. Ada hubungan tingkat konsumsi protein dengan status gizi ibu hamil di Kelurahan Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan Semarang.