BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Lanjut Usia 1. Definisi lanjut usia Menurut Miller
11
Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari proses
menua dan masalah yang mungkin terjadi pada lansia. Dalam referensi lain dikatakan gerontologi merupakan suatu pendekatan ilmiah dari berbagai aspek
proses
lingkungan.
penuan
yaitu
kesehatan,
sosial,
ekonomi,
perilaku,
11
Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang berfokus pada penyakit yang timbul pada lansia.1 2 Tujuan pelayanan geriatri adalah sebagai berikut: mempertahankan derajat kesehatan setinggi-tingginya sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan kesehatan, memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas fisik sesuai kemampuan dan aktivitas mental yang mendukung, melakukan diagnosis dini secara tepat dan memadai, melakukan pengobatan yang tepat, memelihara kemandirian secara maksimal, tepat memberikan bantuan moril dan perhatian sampai akhir hayatnya agar kematiaanya berlangsung dengan tepat.12 Lansia (Lanjut Usia) atau manusia usia lanjut (Manula) adalah kelompok penduduk berumur tua. Golongan penduduk yang mendapat perhatian atau pengelompokan tersendiri ini adalah populasi perumur 60 tahun atau lebih.12,13 Klasifikasi pada lansia adalah: Pralansia seseorang yang berusia antara 45-59 tahun, lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, lansia resiko tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan. Hal yang merupakan tantangan bagi kita semua untuk dapat mempertahankan kasehatan dan 8
kemandirian para lansia agar tidak menjadi beban bagi dirinya, keluarga, maupun masyarakat.13 Menurut Boedhi Darmojo12 menjadi tua bukanlah suatu penyakit atau sakit, tetapi suatu proses perubahan di mana kepekaan bertambah atau batas kemampuan beradaptasi menjadi berkurang yang sering dikenal dengan geriatri giant, dimana lansia akan mengalami 13 (i) yaitu: imobilisasi, instabilisasi (mudah jatuh), intelektualisia, impotensia, imunodefiasi, infeksi mudah terjadi impaksi (konstipasi), iantrogenes (kesalahan diagnosis), insomnia, impairment of (gangguan pada penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman, komunikasi dan integritas kulit, inaniation (malnutrisi).12,13 2. Karakteristik lansia Beberapa karakteristik lansia yang perlu diketahui untuk mengetahui keberadaan masalah kesehatan lansia adalah: a. Jenis kelamin: Lansia lebih banyak pada wanita. Terdapat perbedaan kebutuhan dan masalah kesehatan yang berbeda antara lansia laki-laki dan perempuan. Misalnya lansia laki-laki sibuk dengan hipertropi prostat, maka perempuan mungkin menghadapi osteoporosis. b. Status perkawinan: Status masih pasangan lengkap atau sudah hidup janda atau duda akan mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun psikologis. c. Living arrangement: misalnya keadaan pasangan, tinggal sendiri atau bersama instri, anak atau kekuarga lainnya. 1). Tanggungan keluarga: masih menangung anak atau anggota keluarga. 2). Tempat tinggal: rumah sendiri, tinggal bersama anak. Dengan ini kebanyakan lansia masih hidup sebagai bagian keluarganya, baik lansia sebagai kepala keluarga atau bagian dari keluarga anaknya.
9
Namun akan cenderung bahwa lansia akan di tinggalkan oleh keturunannya dalam rumah yang berbeda.13 Menurut Darmawan12 mengungkapkan ada 5 tipe kepribadian lansia yang perlu kita ketahui, yaitu: tipe konstruktif (constructive person-ality), tipe mandiri
(independent
personality),
tipe
tergantung
(hostilty
personality) dan tipe kritik diri (self hate personality).13 d. Kondisi kesehatan 1). Kondisi umum: Kemampuan umum untuk tidak tergantung kepada orang lain dalam kegiatan sehari-hari seperti mandi, buang air besar dan kecil. 2). Frekuensi sakit: Frekuensi sakit yang tinggi menyebabkan menjadi tidak produktif lagi bahkan mulai tergantung kepada orang lain. e. Keadaan ekonomi 1). Sumber pendapatan resmi: Pensiunan ditambah sumber pendapatan lain kalau masih bisa aktif. 2). Sumber pendapatan keluarga: Ada bahkan tidaknya bantuan keuangan dari anak atau keluarga lainnya atau bahkan masih ada anggota keluarga yang tergantung padanya. 3). kemampuan pendapatan: Lansia memerlukan biaya yang lebih tinggi, sementara pendapatan semakin menurun. Status ekonomi sangat terancam, sehinga cukup beralasan untuk melakukann berbagai perubahan besar dalam kehidupan, menentukan kondisi hidup yang dengan perubahan status ekonomi dan kondisi fisik.13 3. Perubahan-perubahan pada lansia Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia adalah faktor kesehatan yang meliputi keadaan fisik dan keadaan psikososial lanjut usia.
10
a. Keadaan Fisik Faktor kesehatan meliputi keadaan psikis lansia. Keadaan fisik merupakan faktor utama dari kegelisahan manuia. Perubahan secara fisik meliputi sistem prnapasan, sistem pendengaran, sistem penglihatan, sistem kardiovaskuler, muskuloskletal, gastrointestinal dan sistem integumen mulai menurun pada tahap-tahap tertentu. Dengan demikian orang lanjut usia harus menyesuaikan diri kembali dengan ketidak berdayaannya.13 b. Kesehatan Psikososial 1). Kesepian Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama jika lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran. 2). Duka cita (Bereavement) Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia. Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatan. 3). Depresi Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episode depresi. Depresi juga dapat disebabkan karena stres lingkungan dan menurunnya kemampuan adaptasi.
11
4). Gangguan cemas Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif, gangguan-gangguan tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat, atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat. 5). Parafrenia Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga), lansia sering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau berniat membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan sosial. 6). Sindroma Diogenes Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku sangat mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia bermain-main dengan feses dan urin nya, sering menumpuk barang dengan tidak teratur. Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang kembali.13 4. Pembatasan kecacatan Kecacatan adalah kesulitan dalam mengfungsikan kerangka, otot dan sistem saraf. Pengolongan kecacatan dapat berupa kecacatan sementara (dapat dikorelasi), kecacatan mental (tak bisa dipulihkan, akan tetapi dapat disupsitusikan dengan alat), kecacatan progresif (tak bisa pulih dan tak bisa disubstitusikan atau di ganti). Langkah-langkah yang dilakukan adalah pemeriksaan (assesment), identifikasi masalah (problem identification), perencanaan (planning), pelaksanaan (implementation), dan penilaian (evaluation).13
12
5. Sarana dan prasarana yang dipergunakan Sarana dan prasarana yang dipergunakan untuk menylengarakan pelayanan terhadap lansia, baik sarana fisik, sosial dan spiritual yang dijalankan di berbagai tingkatan dapat kita lihat di dawah ini adalah:14 1. Pelayanan tingkat masyarakat Pelayanan terhadap lansia adalah: keluarga dengan lansia, kelompok lansia seperti klub/perkumpulan, panguyuban, padepokan dan pengajian, serta bina keluarga lansia. Masyarakat mencakup LKMD, Karang wreda day care dana sehat/JPKM. 2. Pelayanan tingkat dasar Pelayanan yang di selengarakan oleh berbagai instansi pemerintahan dan swasta serta organisasi masyarakat, organisasi profesi dan yayasan seperti: praktik dokter dan dokter gigi, balai pengobatan klinik, puskesmas/balkesmas, panti tresna wreda, pusat pelayanan dan perawatan lansia, praktik perawatan mandiri. 3. Pelayanan tingkat rujukan Pelayanan yang diselenggarakan di rumah sakit dan rumah sakit khusus. Rujukan dapat bersifat sederhana, sedang, lengkap dan paripurna.14 Rujukan secara konseptual terdiri atas rujukan medis yang pada dasarnyan menyangkut masalah pelayanan medik perorangan dan rujukan kesehatan masyarakat pada dasarnya menyangkut masalah kesehatan masyarakat luas.15 6. Jenis pelayanan kesehatan pada lansia Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan yaitu: peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), diagnosis dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan dan pemulihan.
13
a. Promosi (Promotif) Upaya promotif merupakan tindakan secara langsung dan tidak langsung untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah penyakit. Upaya promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan dukungan klien, tenaga provesional dan masyarakat terhadap praktik kesehatan yang positif menjadi norma-norma sosial. Upaya promotif di lakukan untuk membantu organ-organ mengubah gaya hidup mereka dan bergerak ke arah keadaan kesehatan yang optimal serta mendukung pemberdayaan seseorang untuk membuat pilihan yang sehat tentang perilaku hidup mereka.13 Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia adalah sebagai berikut: 1). Mengurangi cedera, di lakukan dengan tujuan mengurangi kejadian jatuh, mengurangi bahaya kebakaran dalam rumah, meningkatkan penggunaan alat pengaman dan mengurangi kejadian keracunan makanan atau zat kimia. 2). Meningkatkan keamanan di tempat kerja yang bertujuan untuk mengurangi terpapar dengan bahan-bahan kimia dan meningkatkan pengunaan sistem keamanan kerja. 3). Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk, bertujuan untuk mengurangi pengunaan semprotan bahan-bahan kimia, mengurangi radiasi di rumah, meningkatkan pengolahan rumah tangga terhadap bahan berbahaya, serta mengurangi kontaminasi makanan dan obat-obatan. d. Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mutu yang bertujuan untuk mengurangi karies gigi serta memelihara kebersihan gigi dan mulut.13
14
2. Pencegahan (Preventif) a. Dalam mencakup pencegahan primer, sekunder dan tersier. b. Melakukan pencegahan primer, meliputi pencegahan pada lansia sehat, terdapat faktor risiko, tidak ada penyakit, dan promosi kesehatan. Jenis pelayanan pencegahan primer adalah: program imunisasi, konseling, berhenti merokok dan minum beralkohol, dukungan nutrisi, keamanan di dalam dan sekitar rumah, manajemen stres, penggunaan medikasi yang tepat. c. Melakukan pencegahan sekunder, meliputi pemeriksaan terhadap penderita tanpa gejala dari awal penyakit hingga terjadi gejala penyakit belum tampak secara klinis dan mengindap faktor risiko. Jenis pelayan pencegahan sekunder antara lain adalah sebagai berikut: kontrol hipertensi, deteksi dan pengobatan kangker, screening: pemeriksaan rektal, papsmear, gigi mulut dan lain-lain. d. Melakukan pencegahan tersier, dilakukan sebelum terdapat gejala penyakit dan cacat, mecegah cacat bertambah dan ketergantungan, serta perawatan dengan perawatan di rumah sakit, rehabilisasi pasien rawat jalan dan perawatan jangka panjang.13 3. Diagnosis dini dan Pengobatan a. Diagnosis dini dapat dilakukan oleh lansia sendiri atau petugas profesional dan petugas institusi. Oleh lansia sendiri dengan melakukan tes dini, skrining kesehatan, memanfaatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) Lansia, memanfaatkan Buku Kesehatan Pribadi (BKP), serta penandatangan kontrak kesehatan. b. Pengobatan: Pengobatan terhadap gangguan sistem dan gejala yang terjadi meliputi sistem muskuloskeletal, kardiovaskular, pernapasan, pencernaan, urogenital, hormonal, saraf dan integumen. 13
15
B. Poasyandu Lansia 1. Pengertian Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang di selengarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan di suatu wilayah kerja puskesmas, dimana program ini dapat dilaksanakan di balai dusun, balai kalurahan, maupun tempat-tempat lain yang mudah didatangi oleh masarakat.16 Posyandu merupakan langkah yang cukup strategis dalam rangka pengembangan kualitas sumber daya manusia bangsa indonesia agar dapat membangun dan menolong dirinya sendiri, sehinga perlu di tingkatkan pembinaannya.16 Untuk meningkatkan pembinaan posyandu sebagai pelayanan KB dan kesehatan yang dikelola untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan pelayanan teknis dari petugas perlu ditumbuh kembangkan perlu serta aktif masyarakat dalam wadah LKMD.15 Posyandu lansia adalah suatu sarana pelayanan kesehatan yang dipergunakan untuk melayani lanjut usia dalam tingkat masyarakat.13 Program pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia, sebagai suatu forum komunikasi dalam bentuk peran serta masyarakat usia lanjut, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraanya, dalam upaya peningkatan tingkat kesehatan secara optimal. Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah di sepakati, yang di gerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan.16 2. Sasaran Adapun sasaran posyandu lansia adalah: a. Sasaran Lanngsung 1). Kelompok pra lansia lanjut (45-59 tahun) 2). Kelompok usia lanjut (60 tahun ke atas) 3). Kelompok usia lanjut dengan risiko tinggi (70 tahun ke atas)
16
b. Sasaran tidak Langung 1). Keluarga dimana usia lanjut berada 2). Organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut 3). Masyarakat luas.16 3. Tujuan Pembentukan Tujuan pembentukan posyandu lansia ini adalah: a. Tujuan Umum: 1). Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut di masyarakat, untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna bagi keluarga. 2). Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan suwasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut. b. Tujuan Khusus: 1). Meningkatkan kesadaran pada lansia 2). Membina kesehatan dirinya sendiri 3). Meningkatkan mutu kesehatan lansia 4). Meningkatkan pelayanan kesehatan lansia.16 4. Tujuan penyelenggaraan posyandu lansia Mengacu pada pedoman pembinaan kesehatan lansia bagi petugas kesehatan, tujuan penyelenggaraan posyandu lansia adalah: a. Pelaksanaan kegiatan: Anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi kader kesehatan di bawa bimbingan puskesmas. b. Pengelola: Pengurus yang berasal dari kader PKK, tokoh masyarakat formal maupun nonformal. c. meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan lain yang menunjang. d. Pengadaan posyandu ini diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat, maka diharapkan masyarakat sendiri aktif membantu, menyelengarakan dan memanfaatkan posyandu tersebut sebaik-baiknya.15 Agar masyarakat mau membentuk, menyelenggarakan dan memanfaatkan maka mereka
17
perlu menyadari pentingnya posyandu. Untuk ini dilakukan kegiatan promosi posyandu. Inti kegiatan promosi posyandu adalah kegiatan penyuluhan yang intensip yang dilakukan oleh petugas kesehatan maupun masyarakat (kader, LKMD, PKK, Tokoh masyarakat) tentang posyandu.15,16 5. Kegiatan Posyandu Lansia Kegiatan di posyandu lansia merupakan kegiatan nyata yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam upaya kesehatan dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat yang dilakukan oleh kader kesehatan yang telah mendapat pendidikan dan latihan dari Puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan di posyandu lansia secara umum mencakup kegiatan pelayanan yang berbentuk.16 a. Kegiatan promotif Kegiatan ini bertujuan meningkatkan gairah hidup para lansia agar merasa tetap dihargai dan tetap berguna. b. Kegiatan preventif Merupakan upaya yang dilakukan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penyakit dan komplikasi yang diakibatkan oleh proses degeneratif. Kegiatan yang dilakukan berupa deteksi dini kesehatan lansia baik dikelompok lansia maupun dikelompok Puskesmas. c. Kegiatan kuratif Kegiatan kuratif adalah upaya yang dilakukan dalam pengobatan dan perawatan bagi lansia yang sakit. d. Kegiatan rehabilitatif Kegiatan rehabilitatif adalah upaya yang dilakukan atau bersifat medik, psikososial, edukatif dan pengembangan keterampilan atau hobi untuk mengembalikan semaksimal mungkin kemampuan fungsional dan
18
kepercayaan diri pada lansia.16 Kegiatan-kegiatan dalam posyandu lansia dicatat dan dipantau melalui kartu Menuju Sehat (KMS) bagi lansia diantaranya adalah: Kegiatan-kegiatan di posyandu lansia antara lain: Penyuluhan kesehatan (perilaku hidup sehat, gizi lansia, proses degeneratif),
pemeriksaan
kesehatan
berkala,
pelayanan
dan
pemeliharaan kesehatan lansia, rujukan, olahraga dan kesehatan, pembinaan rohani atau kesehatan mental spiritual, pemberian makanan tambahan, dan rekreasi.14 6. Peran serta a. Peran serta lansia diharapkan dapat bermacam-macam mewujudkan kesehatan dengan cara: Berperan aktif dalam kegiatan penyuluhan, olahraga secara teratursesuai kemampuan, menjalani pemeriksaan kesehatan secara berkala, menjalani pengobatan, meningkatkan upaya kemandirian dan pemenuhan kebutuhan pribadi.15 b. Peran serta kader dalam penyelenggaraan posyandu lansia adalah: memberitahukan hari dan jam buka posyandu, menyiapkan peralatan untuk penyelenggaran posyandu, melakukan penimbangan, mencatat hasil penimbangan ke dalam KMS, melakukan penyuluhan kelompok dan perorangan, menyiapkan dan membagikan makanan tambahan. c. Peran serta LKMD dalam pelaksanan posyandu adalah: Meningkatkan, mendorong dan memberi semangat agar kader selalu melaksanakan tugasnya di posyandu dengan baik, mengingatkan warga untuk datang keposyandu sesuai jadwal yang telah ditentukan.15,16 C. Perilaku 1. Pengertian Perilaku Perilaku dan aktivitas-aktivitas tersebut dalam pengertian yang luas yaitu perilaku yang menampak (overt behavior) dan perilaku yang tidak menampak (innert behavior), demikian pula aktivitas-aktivitas tersebut di
19
samping aktivitas motorik juga termasuk aktivitas emosional dan kongnitif.17 Dari segi biologis, tidak dapat diamati oleh pihak luar. perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak langsung.18,19 Menurut Skiner seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Teori Skiner disebut juga teori S-O-R atau Stimulus Organisme Respons. Skiner membedakan adanya dua respons, yaitu: a. Respondent respons atau reflexive, yaitu respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut eliciting stimuli, karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap. b. Operant respons atau instrumental respons yaitu respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimuli atau rangsangan yang lain. Perangsang ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena berfungsi untuk memperkuat respons.18,19 Berdasarkan teori S-O-R perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: a. Perilaku tertutup (covert behaviour) Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum bisa diamati oleh orang lain secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.
20
b. Perilaku terbuka (overt behaviour) Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik, ini dapat diamati orang lain dari luar.18 Seperti telah disebutkan diatas, sebagian besar perilaku manusia adalah operant respons. Untuk itu membentuk jenis respons atau perilaku ini perlu diciptakan adanya suatu kondisi tertentu yang disebut opetant conditioning, adalah sebagai berikut: 1). Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforcer berupa hadiah-hadiah atau reward bagi perilaku yang akan dibentuk. 2). Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemungkinan komponen-komponen tersebut di susun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya. 3). Mengunakan secara urut komponen-komponen sebagai tujuan-tujuan sementara, mengidentifikasi reinforceng atau hadiah untuk masingmasing komponen tersebut. 4). Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen diberikan.
pertama
yang
telah
dilakukan
maka
hadiahnya
18,19
2. Perilaku Kesehatan Berdasarkan
batasan
perilaku
dari
Skiner
tersebut,
maka
dapat
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok. a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintenance) Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Perilaku pemeliharaan kesehatan terdiri dari 3 aspek yaitu: perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila 21
sakit serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit, perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat, perilaku konsumsi terhadap gizi (makanan) dan minuman. b. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan perilaku pencarian pengobatan (health seeking behaviour) Adalah: menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. c. Perilaku kesehatan lingkungan Perilaku kesehatan lingkungan adalah suatu sikap bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, atau masyarakatnya. Misalnya mengelola pembuangan sampah, pembuangan limbah, dan sebagainya.18,19 Menurut Becker18 klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan ini yaitu: 1). Perilaku hidup sehat Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini mencakup antara lain: Makan dengan menu seimbang, olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba, istirahat yang cukup, mengendalikan stress, dan perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan.18,19 Perilaku kesehatan yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatan kesehatanya. Termasuk
juga
tidakan-tindakan
untuk
mencegah
kebersihan perorangan, memilih makanan dan sanitasi.
penyakit,
20
2). Perilaku sakit (illness behaviour) Perilaku sakit ini mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab
22
dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya. 18,19 Perilaku sakit yaitu segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan seorang individu yang merasa sakit untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatan atau rasa sakit.20 3). Perilaku peran sakit (the sick role behaviour) Perilaku peran sakit adalah: pasien yang mempunyai peran mencakup hak-hak orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation). Perilaku ini meliputi: tindakan untuk memperoleh kesembuhan, mengenai fasilitas pelayanan/ sarana pelayanan penyembuhan penyakit yang layak, mengetahui hak (memperoleh perawatan, memeperoleh pelayanan keseahatan dan sebagainya). dan kewajiban orang sakit (memberitahukan penyakitnya kepada orang lain terutama kepada dokter/petugas kesehatan, tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain).18,19 3. Domain Perilaku Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu : a. Faktor Internal merupakan faktor dari diri dalam diri orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat emosional, perhatian, pengamatan, persepsi, fantasi, sugesti, motivasi, jenis kelamin dan sebagainya. b. Faktor Eksternal merupakan faktor dari luar diri seseorang yakni lingkungan, baik lingkungan fisik maupun non fisik dalam bentuk
23
sosial, budaya, adat istiadat, kepercayaan, kebiasaan masyarakat, tradisi, ekonomi, politik dan sebagainya.18,19 D. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Menurut teori Lawrence Green20 yang menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan seseorang atau masyarakat di pengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor di luar perilaku (nonbehaviour causes) dan perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yaitu: 1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors) Termasuk didalamnya adalah pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai. a. Pengetahuan Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain. Pengetahuan merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pada umumnya lansia yang sakit atau tidak sakit menganggap bahwa perilaku untuk datang keposyandu untuk kontrol kesehatanya. b. Sikap Menurut
Berkowitz20 mendefinisikan
sikap
manusia
dan
dapat
dimasukkan kedalam tiga kerangka pemikiran manusia yaitu: 1). Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan, sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. 2). Sikap adalah suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau
24
secara sederhana, sikap adalah
respons terhadap stimulus sosial
yang telah terkondisikan. 3). Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasan (afeksi), pemikiran (kongnisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.20 Sikap yang mempengaruhi perilaku karena sikap merupakan kesiapan berespon atau bertindak.22 Bila lansia bersikap kurang baik sehubungan dengan perilaku mengikuti posyandu lansia. Dapat berpengaruh terhadap perilaku yang muncul, untuk itu lansia sehubungan dengan perilaku mengikuti posyadu lansia harus diperhatikan oleh petugas kesehatan.20,21 c. Kepercayaan Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, keluarga, masyarakat dan seseorang yang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Seserang yang mempercayai suatu keyakinan tertentu, maka dalam menghadapi suatu perilaku kesehatan akan berpengaruh terhadap status kesehatannya. d. Keyakinan : Suatu hal yang dianggap benar dan dianut sebagai aturan yang dilakukan oleh masyarakat. e. Nilai-nilai : Didalam suatu masyarakat apapun selalu berlaku nilai-nilai yang menjadi pengalaman sikap orang dalam menyelenggarakan hidup bermasyarakat. 2. Faktor pemungkin (Enabling Factors) Faktor yang memungkinkan atau faktor yang memungkinkan atau yang mengfasilitas perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya puskesmas, posyandu, rumah sakit dan
25
sebagainya. Sebuah keluarga yang sudah tahu masalah kesehatan, mengupayakan keluarganya untuk hidup sehat dan menjaga kebersihan.21 3. Faktor pendorong (Reinforcing Faktors) Faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku misalnya: yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.20 E. Faktor yang berhubungan dengan perilaku mengikuti posyandu lansia 1. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tau seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku bagi dirinya atau keluarganya. Misalnya: lansia yang datang ke posyandu lansia yang di adakan di tengah-tengah tempat tinggal warga, dan agar warga tidak merasa kejahuan untuk datang berobat dan kontrol kesehatan, apabila ia tahu apa tujuan dan apa akibatnya bila melakukan perilaku untuk datang keposyandu.18,19,20 Pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu termasuk kedalamnya adalah ilmu, jadi ilmu adalah bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping berbagai pengetahuan lainnya. a. Proses Adopsi Perilaku Menurut penelitian Rogers20 mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yaitu: 1). Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. 26
2). Nterest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus. 3). Evaluation, yakni menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. 4). Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru. 5). Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimus.20 Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positip, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. 18,19,20
2. Tingkat Pengetahuan Tingkat pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan pengetahuan yaitu: a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,
menguraikan,
mendefinisikan,
menyatakan,
dan
sebagainya. b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar
tentang
objek
yang
diketahui,
dan
dapat
Menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang telah paham 27
terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis) Sintesis
menunjuk
suatu
kemampuan
untuk
meletakkan
atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan
pada
suatu
kriteria
yang
ditentukan
sendiri,
atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.21 3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Nasution20 yaitu:
28
a. Tingkat pengetahuan Semakin tinggi tingkat pendidikan maka ia akan mudah menerima halhal baru dan menyesuaikan dengan hal-hal yang baru tersebut. b. Informasi Informasi yang lebih banyak akan memberikan pengetahuan yang jelas. c. Budaya Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang. Karena informasi-informasi yang baru akan dijaring kira-kira sesuai tidak dengan budaya yang ada dan agama yang dianut. d. Pengalaman Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, maksudnya pendidikan yang tinggi pengalaman akan lebih luas sedang umur semakin banyak (bertambah tua).
e. Sosial ekonomi Tingkat seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup disesuaikan dengan penghasilan yang ada. Sehingga menuntut pengetahuan yang dimiliki harus dipergunakan semaksimal mungkin begitupun dalam mencari bantuan kesarana kesehatan yang ada, mereka sesuaikan dengan pendapatan keluarga.20 4. Pengukuran Tingkat Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket untuk menyatakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian dari responden. Kedalaman pengetahuan responden yang ingin kita ketahui.atau kita ukur, dapat kita sesuaikan dengan tingkat pengetahuan.22
29
Menurut Arikunto23 pengukuran tingkat pengetahuan seseorang dapat dikategorikan dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif yaitu: Baik
: Hasil presentase benar 76% - 100%
Cukup
: Hasil presentase benar 56% - 75%
Kurang
: Hasil presentase benar > 56%
F. Dukungan keluarga 1. Pengertian Keluarga Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang merupakan klien penerima asuhan keperawatan, keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan keperawatan yang diperlukan bagi anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.24 Bila salah satu dari anggota keluarga mengalami masalah kesehatan, maka sistem di dalam keluarga akan terganggu, oleh karena itu keluarga sangat berarti. Dalam penyanpaian diatas mengemukakan tentang definisi keluarga adalah sebagai berikut: a. Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi. b. Peran anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dengan satu rumah tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka. c. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran-peran sosial keluarga seperti suami-istri, ayah dan ibu, saudara kandung. d. Penggunaan kultur yang sama didalam keluarga.24 2. Tugas dan Fungsi Keluarga
30
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat, dan ada beberapa fungsi keluarga diantaranya adalah: 1. Fungsi afektif (fungsi pemeliharaan kepribadian) Untuk stabilitas kepribadian keluarga dalam memahami kebutuhankebutuhan anggota keluarga termasuk dalam mendapatkan kesehatan yang layak. 2. Fungsi sosialisasi Untuk sosialisasi primer yang bertujuan membuat anggota keluarga menjadi anggota masyarakat yang produktif. 3. Fungsi reproduksi Menjaga kelangsungan generasi dan keberlangsungan hidup anggota keluarga. 4. Fungsi ekonomis Mengadakan sumber-sumber ekonomi yang memadai dan pengalokasi secara efektif.24 3. Fungsi-fungsi Perawatan Kesehatan Untuk pengadaan, perawatan dan penyedia kebutuhan-kebutuhan fisik hingga kebutuhan akan perawatan kesehatan bagi anggota keluarga, sedangkan beberapa tugas dari sebuah keluarga adalah: Mengenal masalah keluarga dituntut mampu mengenali masalah kesehatan yang terjadi dikeluarga, mampu mengambil keputusan yang tepat bila menemukan masalah pada keluarga tersebut, merawat anggota keluarga, memelihara lingkungan, memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.24 Dari tugas dan fungsi keluarga diatas, keluarga merupakan faktor penting dalam pemberian atau penerimaan sebuah layanan kesehatan, terutama bagi anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.24 31
4. Jenis Dukungan Keluarga Dukungan keluarga adalah tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Keluarga terdiri atas suami, istri, anak dan untuk indonesia dapat meluas mencakup saudara dari kedua belah pihak. menyatakan bahwa keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperluka. Terdapat beberapa dimensi dari dukungan keluarga yaitu: 1). Instrumental Aid (Bantuan Instrumental) Dukungan ini bersifat nyata dan bentuk materi bertujuan untuk meringankan beban bagi individu yang membentuk dan keluarga dapat memenuhinya, sehimgga keluarga merupakan sumber pertolongan yang praktis dan konkrit yang mencakup dukungan atau bantuan seperti uang, peralatan, waktu serta modifikasi lingkungan.25 Menurut Hause,25 bantuan instrumental adalah merupakan tindakan atau materi yang diberikan oleh orang lain yang memungkinkan pemenuhan tanggung jawab yang dapat membantu untuk mengatur situasi yang menekan. 2). Social Emotion Aid (Bantuan Sosial Emosional) Suatu ungkapan empati, kepedulian dan perhatian orang-orang yang bersangkutan kepada anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan, misalnya umpan balik dan penegasan dari anggota keluarga. Keluarga merupakan tempat yang aman untuk istirahat serta pemulihan penguasaan emosi. Bantuan sosial emosional merupakan pernyatan tentang cinta, perhatian, penghargaan dan simpati serta menjadi bagian dari kelompok yang berfungsi untuk memperbaiki peranan negatif yang khususnya disebabkan oleh stress.
32
3). Information Aid (Bantuan Informasi) Apabila individu tidak dapat menyelesekan masalah yang dihadapi maka dukungan ini diberikan dengan cara memberi informasi, nasehat dan petunjuk tentang cara penyelesean masalah. Keluarga juga merupakan penyebar informasi yang dapat diwujudkan dengan pemberian dukungan semangat serta pengawasan terhadap pola kegiatan sehari-hari. Bantuan informasi adalah komunikasi tentang opini atau kenyataan yang relevan tentang kesulitan-kesulitan pada saat ini, misalnya nasehat dan informasi-informasi yang dapat menjadi individu lebih mampu untuk mengatasi sesuatu. 4). Keintiman dukungan keluarga lebih banyak diperoleh dari keintiman dari pada aspek-aspek lain dalam interaksi sosial, adanya keintiman dan penerimaan dukungan sosial yang baik, selama menjalani kehidupan dapat membuat individu lebih berarti bagi lingkungan. 5). Self Esteem Individu yang mempunyai self esteem tinggi memandang orang lain yang sama sehingga ancaman terhadap tindakan dengan individu yang self esteem-nya tidak menyenangkan dan tidak sesuai dengan harapanya. 6). Ketrampilan Sosial Individu yang berguna akan memiliki ketrampilan sosial tinggi sehingga mereka mempunyai jaringan sosial yang luas, oleh karena itu individu yang mempunyai kebiasan yang mudah mendapat dukungan sosial tinggi dari pada individu yang rendah ketrampilan sosialnya.26 5. Pengukuran dukungan keluarga Satu cara untuk dapat mengukur atau menilai dukungan keluarga pada lansia dapat menggunakan skala atau kuesionar. Skala penilaian dukungan 33
keluarga mengandung serangkaian pertanyaan tentang permasalahan tertentu. Responden yang akan mengisi diharapakan menentukan jawaban. Skala Likert
20
menggunakan teknik konstruksi test yang masing-masing
responden diminta melakukan agreement atau disagreemen, untuk masingmasing item dalam skala yang terdiri dari 4 point yaitu: 1). Sangat Setuju 2). Setuju 3). Tidak Setuju 4). Sangat Tidak Setuju Skala Likert disusun dan diberi skor sesuai dengan skala interval sama (egual-interval scale).20 6. Peran anggota keluarga terhadap lansia Dalam melakukan perawatan terhadap lansia, setiap angota keluarga memiliki peran yang sangat penting oleh anggota keluarga dalam melaksanakan perannya terhadap lansia yaitu: melakukan pembicaraan terarah, memperhatikan kehangatan keluarga, membantu dalam hal transportasi, membantu melakukan persiapan makanan bagi lansia, memberikan kasih sayang, menghormati dan menghargai, bersikap sabar dan bijaksana terhadap perilaku lansia, memberikan kasih sayang, menyediakan waktu serta perhatian, jangan menganggapnya sebagai beban, memberi kesempatan untuk tinggal bersama, mengajarknya dalam acaraacara keluarga, membantu mencukupi kebutuhanya.11 7. Peran keluarga dalam perawatan lansia Keluarga
merupakan
support
system
utama
bagi
lansia
dalam
memperhatikan kesehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia antara
lain
menjaga
atau
merawat
lansia,
mempertahankan
dan
meningkatkan status mental, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi, serta memberikan motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi lansia.11
34
8. Tugas perkembangan keluarga dengan lansia Tugas perkembangan keluarga merupakan tanggung jawab yang harus dicapai oleh keluarga adalah sebagai berikut: mempertahankan pengetahuan hidup yang memuaskan, penyesuaian terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan kehilangan
hubungan
pasagan,
perkawinan,
penyesuaian
pemeliharaan ikatan keluarga
meneruskan untuk memahami eksistensi usia lanjut.
diri
terhadap
antar
generasi,
11
9. Format kesehatan keluarga Format kesehatan keluarga merupakan instrumen pantau kesehatan sekelompok keluarga. Data kesehatan tiap keluarga bisa diketahui, tetapi unitnya adalah kelompok keluarga, misalnya dasawisma atau posyandu. Prinsip dasarnya sama seperti kartu kesehatan keluarga, tetapi supaya hemat, satu format ini dipegang oleh kader, bukan oleh keluarga. Instrumen ini digunakan pada masyarakat yang rendah tingkat pendidikan dengan minat baca terbatas untuk pemberdayaan keluarga.24
35
G. Kerangka Teori Berdasarkan teori yang dipaparkan disusun kerangka teori sebagai berikut: Faktor Predisposing a. Pengetahuan b. Perilaku c. Sikap d. Kepercayaan e. Keyakinan f. Nilai g. Umur h. Jenis kelamin i. Setatus perkawinan j. Keadaan fisik k. Keadaan psikososial Faktor Pemungkin 1. Sarana dan prasarana kesehatan 2. Fasilitas pendukung
Mengikuti posyandu lansia
pelayanan kesehatan 3. Posyandu lansia
Faktor Pendorong 1. Sikap dan petugas kesehatan 2. Tokoh masyarakat 3. Dukungan keluarga
Gambar 2.1 Kerangka Teori (Lawrence Green20) 36
H. Kerangka Konsep Variabel Bebas
Variabel Terikat
1. Pengetahuan tentang posyandu lansia
Perilaku mengikuti posyandu lansia
2. Dukungan keluarga terhadap posyandu lansia Gambar 2.2. Kerangka Konsep
I. Hipotesis Dari masalah penelitian yang ada maka hipotesis yang dapat diambil yaitu: 1. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang posyandu lansia dengan perilaku mengikuti posyandu lansia. 2. Ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga terhadap posyandu lansia dengan perilaku mengikuti posyandu lansia.
37