5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi Tanaman Cabai Secara
sistematik
menurut
Prajananta
(1995)
klasifikasikan sebagai berikut: Kingdom
: Platarum
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dikotyledonaea
Ordo
: Tubiflorae
Famili
: Solanaceae
Genus
:Capsicum
Species
:Capsicum annum L.
Gambar 1. Cabai (Capsicum annum L.)
tanaman
cabai
di
6
Menurut Suriana (2012), secara morfologi tanaman cabai adalah sebagai berikut : a.
Akar Akar merupakan bagian penting dari tanaman cabai yang berfungsi sebagai
penyerap air dan unsure hara. Tanaman cabai dikenal memiliki sistem perakaran yang rumit. Tamanan cabai memiliki akar serabut yang halus dan banyak. Beberapa akar utama tumbuh lebuh besar kearah bawah dan biasanya berfungsi sebagai akar tunggang semu. b.
Batang
Batang cabai tumbuh tegak berwarna hijau tua dan berkayu. Pada ketinggian batang tertentu akan
membentuk
percabangan
seperti huruf Y. Batangnya
berbentuk silindris, banyak cabangnya, serta ukuran yang mencapai tinggi 120 cm dan lebar tajuk tanaman hingga 90 cm. c.
Daun Daun cabai berbentuk bulat telur, lonjong, ataupun oval dengan ujung yang
meruncing, tergantung spesies dan varietasnya. Daun cabai berukuran panjang 8 – 12 cm, lebar 3 – 5 cm. Panjang tangkai daunya berkisar 2 – 4 cm yang melekat pada percabangan, sedangkan daun cabai yang ditopang oleh tangkai daun mempunyai tulang menyirip. 2.
Bunga Bunga cabai bersifat hermaprodit yaitu satu bunga terdiri atas satu alat
kelamin jantan dan betina, atau termasuk berkelamin dua, karena pada satu bunga terdapat kepala sari dan kepala putik. Bunga cabai keluar dari ketiak daun dan berbentuk seperti terompet. Sama halnya dengan tanaman dari keluarga Solanaceae lainya. Bunga cabai merupakan bunga lengkap yang terdiri dari tangkai bunga yang berukuran panjang 1 – 2 cm, kelopak bunga, mahkota bunga, benang sari, dan putik. 3.
Buah Bentuk buah cabai berbeda–beda, dan berfariasi, tergantung varietasnya,
dari cabai kriting, cabai besar yang lurus dan bias mencapai ukuran ibu jari, cabai
7
rawit kecil–kecil tapi pedas, cabai paprika yang berbentuk seperti buah apel, dan bentuk–bentuk cabai hias lain yang banyak ragamnya. Buah cabai biasanya muncul dari percambangan atau ketiak daun dengan posisi buah menggantung. Berat cabai merah bervariasi sekitar 5 – 25 g. 2.2. Syarat tumbuh. Menurut Pitojo (2003) dalam syarat tumbuh tanaman cabai sebagai berikut: a. Iklim Iklim yang diperlukan untuk tanaman cabai yakni curah hujan 1.000 mm/ tahun. Curah hujan yang rendah menyebapkan tanaman kekeringan dan membutuhkan air untuk penyiraman. Sebaliknya, curah hujan yang tinggi bisa meruasak tanaman cabai serta membuat penanamanya becek dan kelembabanya tinggi. Pemillihan musim tanam yang tepat biasa menghidarkan kerusakan pada tanaman karena curah hujan yang tinggi. Tanaman cabai cocok hidup didaerah dengan kelebaban 70 – 80% terutama saat pembentukan bunga dan buah. Kelembaban yang tinggi atau lebih dari 80% memacu pertumbuhan cendawan yang berpotensi menyerang dan merusak tanaman. Sebaliknya, iklim yang kering atau kelembapanya kurang dari 70% membuat cabai kering dan mengganggu pertumbuhan generatifnya, terutama saat pembentukan bunga, penyerbukan, dan pembentukan buah. Suhu yang paling ideal untuk perkecambahan benih cabai adalah 25 – 300C, dan untuk pertumbuhanya adalah 24 – 280C. Jika suhu lingkungan terlalu rendah dapat menyebapkan pertumbuhah serta perkembangan bunga dan buah menjadi kurang sempurna. Tanaman cabai rawit tidak menghendaki kelembaban dan curah hujan yang tinggi serta iklim yang basah (Rukmana, 2002), karena pada keadaan tersebut tanaman akan mudah terserang penyakit, terutama oleh cendawan (fungi). Kelembaban udara yang baik bagi pertumbuhan tanaman cabai adalah berkisar antara 50% - 80% dengan curah hujan 600 mm – 1.250 mm per tahun. Curah hujan yang terlalu tinggi, dapat menyebapkan gagalnya pembentukan bunga dan buah. Kelembaban yang terlalu rendah dengan suhu udara yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan tunas, bunga, dan buah.
8
Cabai merah menghendaki tanah yang subur dan kaya akan bahan organik (minimal 15%), berdrainase baik, dan tempat terbukaterhadap sinar matahari. Derajat keasaman (pH) tanah dikehendaki 5,5 – 6,8 dan optimum pada pH 6,0 – 6,5. Struktur tanahya lempung berpasir dengan suhu tanah 15 – 28o C (Setiadi, 1993). Kelembaban tanah yang
merata selama
masa pertumbuhan
sangat
penting untuk tanaman cabai merah. Kelembaban tanah optimal antara 60 – 80% kapasitas lapang (Kusandriani dan Sumarna, 1993). Cabai merah cocok di tanam pada daerah dengan suhu udara harian rata– rata 24 – 28oC, memiliki curah hujan tahunan 600 – 1,250 mm, dan kelembaban udara (RH) < 70%. Curah hujan dan kelembaban yang tinggi akan menyebapkan tanaman cabai merah mudah terserang cendawan. Suhu udara di atas 30oC akan menyebapkan tepung sari cepat kering. Suhu udara dan pasokan air yang tidak cocok merupakan penyebap utama gugurnya bunga dan buah cabai merah (Sunaryono, 1989). Menurut Welles (1990) cabai merah dapat tumbuh pada kisaran suhu 18 – 27 oC. Suhu optimum untuk pertumbuhan dan pembungaannya 21 – 27oC dan pembuahanya 15,5 – 21oC. Untuk pertumbuhanya cabai merah dibutuhkan suhu minimum rata–rata pada hari 16oC dan suhu maksimum rata–rata pada siang hari 23oC. Walaupun demikian, setiap varietas mempunyai daya adaptasi tersendiri. b.
Tanah Kesuburan tanah merupkan faktor penting untuk tanaman cabai selain sebagai
penyangga akar, tanah juga berfungsi sebagai penyedia air, zat-zat hara, dan udara bagi pernapasan akar tanaman. Tanah subur dapat menyebapkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara optimal. Faktor–faktor yang menyuburkan adalah kandungan air, bahan organik, bantuan induk suhu, organisme tanah, kemasan tanah, struktur dan tekstur tanah, serta kelengkapan dan ketersediaan zat–zat hara. Tanaman cabai tidak memerlukan struktur tanah khusus. Tanah yang mengandung organik baik dari jenis tanah liat atau tanah pasir sangat baik untuk pertumbuhan tanaman. Penambahan bahan organik, seperti pupuk kandang atau kompos ini di berikan dua minggu sebelum tanam. Tanaman cabai tumbuh baik pada keasaman tanah (pH) 5,0 – 7,5. Pada keasaman tanah yang sangat rendah,
9
yaitu sekitar 4,0, tanaman cabai tumbuh baik tetapi produksi buah agak berkurang karena beberapa unsur hara akan sulit diserap. Pemberian kapur untuk meningkatkan pH jarang dilakukan pada penanaman cabai karena dengan pemupukan TSP yang cukup sebagai pupuk dasar sudah dapat meningkatkan ph. Tanah lembab tetapi tidak tergenang air sangat cocok untuk tanaman cabai. Pada tanah bersifat liar seprti tanah persawahan harus di buat bedengan–bedengan agar tanaman cabai tidak tergenang air. Pada tanah bersifat pasir atau tanah yang porous tidak perlu dibuat bedengan, tetapi sebulan sekali tanah harus dibumbun kembali agar akar cabai tetap dalam tertimbun (Riangi, 2012). c.
Air Air sangat penting untuk membantu penyerapan unsur hara (makanan) dari
dalam tanah oleh akar tanaman, mengangkut hasil fotosintesis dari daun keseluruh bagian tanaman, serta melancarkan aerasi udara dan suplai oksigen dalam tanah. Air sangat penting bagi tanaman, fungsinya antara lain sebagai berikut. Pengisi cairan tubuh tanaman, pelarut unsur hara yang terdapat di dalam tanah, membantu penyerapan unsur hara (makanan) dari dalam tanah oleh akar tanaman, mengangkut unsur hara keseluruh organ tanaman, membantu memperlancar metabolisme terutama pada proses fotosintesis lalu mengangkut hasil fotosintesis dari daun keseluruh bagian tanaman, melancarkan aerasi udara dan suplai oksigen dalam tanah. Ditinjau dari tanaman keberadaan air harus sesuai dengan yang di butuhkan oleh tanaman. Lahan pertanaman yang mengalami kekurangan air akan menyebapkan aerasi udara dalam tanah menjadi terganggu dan suplai oksigen dalan tanah tidak lancar. Jika hal ini terjadi fungsi pertumbuhan akar sebagai bagian tanaman yang penting akan berhenti. Akibatnya pertumbuhan seluruh bagian tanaman akan berhenti sehingga perkembangan menjadi tertunda (Setiadi, 2012).
10
2.3. Jarak Tanam Pengaturan populasi taman pada hakikatnya adalah pengaturan jarak tanam yang berpengaruh pada persaingan dalam penyerapan hara, air, dan cahaya matahari. Ruang adalah salah satu unsur sumber daya lingkungan yang dapat menjadi faktor pembatas pertumbuhan dan produksi tanaman. Kepada populasi tanaman terkait dengan pemanfaatan ruang media tumbuh pada kepadatan
rendah menyebapkan pemanfaatan sumber daya lingkungan tidak
optimal, tetapi kepadatan tinggi menyebapkan tingginya tingkat kopotensi sehingga pertumbuhan individu terhambat. Peningkatan kepadatan populasi akan meningkat, produksi bahan kering tanaman sampai suatu maksimum, yaitu pada saat peningkatan kepadatan populasi tanaman lebih lanjut tidak di ikuti lagi oleh peningkatan produksi bahan kering tanaman. Semakin tinggi jumlah populasi persatuan luas maka akan meningkatkan produksi, namun ketika populasi terus meningkat sampai pada titik tertentu maka tidak akan terjadi peningkatan produksi lagi. Hal ini dikarenakan pada awal pertumbuhan telah mencapai pengunaan cahaya secara maksimal akan tetapi pada akhirnya penampilan tanaman secara individu akan menurun karena adanya persaingan cahaya dan fakkor tumbuh lainnya (Holiday dalam Ratna, 2008). Penentuan jarak tanam harus dilakukan agar bibit tanaman cabai bisa mendapatkan sinar matahari yang cukup sehingga proses fotosintesis tanaman berjalan normal. Dengan cara seperti itu kondisi lahan tidak lembab sehingga tanaman bisa terhindar dari serangan hama dan penyakit. Selain itu pengaturan jarak tanam juga bertujuan agar pertmbuhan tanaman nantinya tidak terlalu rapat atau berdesak–desakan karena jumlah populasi tanaman persatuan luas yang terlalu banyak. Populasi tanaman yang terlalu rapat bisa mengakibatkan tanaman rebah hingga produksi daun dan buah yang kurang bagus. Tanaman cabai yang ditanam lebih rapat tumbuh lebih tinggi dengan lebar tajuk lebih sempit sebagai akibat persaingan tanaman untuk mendapatkan cahaya matahari. Makin rapat jarak tanam dalam baris semakin tinggi laju pertumbuhan tinggi tanaman. Hal ini di sebabkan tidak terjadinya pengaliran auksin kebagian tanaman yang terkena
11
cahaya sehingga auksin akan menumpuk dan mendorong tinggi tanaman (Kusumainderawati dalam Suryadi 1997). Hasil penelitian
Sumarni dan Sutapradja (1993) pada tanaman terung
menunjukkan bahwa jarak tanam yang lebih lebar akan menghasilkan tanaman dengan tajuk yang lebih luas dan bobot kering lebih berat. Hasil penelitian Aliudin (1988) pada tanaman bawang merah menyebutkan bahwa kerapatan tanaman dengan produksi bahan kering menunjukan hubungan secara kuadratik. Harjadi (1979) menyatakan bahwa makin rapat jarak tanam dalam baris semakin tinggi laju pertumbuhan
tinggi tanaman. Hal ini disebabkan tidak terjadinya
pengaliran auksin kebagian tanaman yang tidak terkena cahaya sehingga auksin akan menumpuk dan mendorong tinggi tanaman. Jarak tanam yang terlalu rapat juga mengakibatkan terganggunya penggunaan zat hara oleh tanaman karena akar–akarnya akan saling tumpang tindih dan berebutan dalam memperoleh zat hara dalam tanah. Sebaliknya, jarak tanam yang terlalu longgar bisa menjadikan nilai ekonomis atas penggunaan tanah atau lahan menjadi kurang bisa dioptimalkan karena jumlah bibit cabai yang ditanam terlalu sedikit. Jarak tanam cabai rawit lazimnya memang lebih besar daripada cabai besar atau cabai merah karena tanaman ini berumur lebih lama dan pohonya pun lebih besar. Untuk kondisi tanah yang subur jarak tanam cabai rawit yang ideal adalah 60 x 80 cm, yaitu jarak tanam dalam barisan tanaman 60 cm, dan jarak antar barisan tanaman 80 cm (Priadi & Suryo Sukendro, 2011). Purwono (1984) menyatakan adanya hubungan yang linier antara logaritma hasil tiap tanaman dengan kerapatan tanaman, semakin rendah hasil biji tiap tanaman. Penurunan hasil tiap tanaman terutama disebapkan adanya persaingan antara tanaman dalam penggunaan cahaya, air, unsur hara dan tempat tumbuh. Selain oleh persaingan antar tanaman, penurunan hasil tiap tanaman dapat juga disebapkan adanya daun negatif yang bersifat parasit.
12
2.4. Pemupukan Cabai merah termasuk tanaman yang banyak membutuhkan unsur hara terutama unsur nitrogen (N) dan kalium (K). Pemberian N dan K yang tidak mencukupi akan menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat (kerdil). Pemeberian unsur Fosfor (P) penting untuk pertumbuhan dan penyebaran akar, juga untuk pembentukan bunga dan buah (Welles dalam Taufan 1992). Hasil penelitian (Hilman dan Suwandi dalam Taufan 1992) menyebutkan bahwa takaran P, takaran N, dan komposit N yang berasal ponska berinteraksi secara nyata. Pemberian pupuk urea lebih banyak di manfaatkan untuk pertumbuhan vegetativ dari pada pembentukan organ generativ. Pupuk phonska adalah pupuk organik, keanekaragaman pupuk organik ini sebetulnya sangat menguntungkan petani jika dipahami betul aturan pakainya, sifat – sifat dan manfaatya bagi tanaman. Kalau sudah dikuasai berapapun jenis pupuk yang ada kita tidak akan bingung memilihnya. Jika tidak, ragam pupuk yang terus bertambah ini akan memancing kemarahan petani karena sering gagal menggunakanya (Lingga dan Marsono, 2008). Pupuk organik memiliki keuntungan yaitu (1) pemberianya dapat terukur dengan rapat, (2) kebutuhan tanaman akan hara dapat dipenuhi dengan perbandingan yang tepat, (3) pupuk anorganik tersedia dalam jumlah cukup,dan (4) pupuk anorganik mudah di angkut karena jumlah relatif sedikit dibanding dengan pupuk organik. Pupuk anorganik ini mempunyai kelemahan, yaitu selain hanya mempunyai unsur makro, pupuk anorganik ini sangat sedikit ataupun hampir tidak mengandung unsur hara mikro (Lingga dan Marsono, 2008). Pupuk phonska merupakan terobosan baru dari petrokimia gresik pupuk majemuk ini mengandung urea, kalium, dan fosfat. NPK merupakan pupuk majemuk (dalam satu pupuk mengandung beberapa jenis unsur hara yang diperlukan tanaman dalam pertumbuhanya. Phonska itu salah satu
merek pupuk NPK (pupuk
majemuk) selain itu juga ada Mutiara, Rustika Yellow dll. Jadi tidak ada yang lebih unggul karena phonska merupakan salah satu merek pupuk majemuk (pupuk majemuk), kecuali dibandingkan dengan merek yang lain di atas tentu masalah
13
keunggulan tergantung pada teknik budidaya maupun kondisi iklim dan tanah dimana yang dipupuk. Keunggulan pupuk phonska, phonska dibuat melalui proses industri beteknologi tinggi, sehingga dihasilkan butiran yang homogen. Setiap butir pupuk phonska mengandung tiga macam unsur hara yang utama yaitu Nitrogen (N), Fospor (P), Kalium (K) yang dipercaya dengan unsur hara belerang (S) dalam bentuk larutan air, sehingga mudah diserap akar tanaman. Phonska juga dapat digunakan untuk semua jenis tanaman serta pada berbagai kondisi iklim dan lingkungan. Penggunaan pupuk phonska menjamin diterapkannya teknologi pemupukan berimbang sehingga dapat meningkatkan produksi dan mutu hasil pertanian. Pupuk phonska dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi pemupukan mudah dalam aplikasi serta memiliki sifat–sifat agronomis yang menguntungkan.