ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1
Pengertian Debu Debu adalah partikel zat yang halus berdiameter 0,1-50 mikron atau lebih
yang dihasilkan oleh proses mekanis. Proses mekanis ini dapat menimbulkan debu yang halus yang melayang di udara dan debu yang kasar mengendap pada permukaan. Partikel-partikel debu yang dapat dilihat oleh mata adalah yang berukuran lebih besar dari 50 mikron, sedangkan yang berukuran kurang dari 10 mikron sulit atau tidak dapat untuk dideteksi oleh mata, dan hanya dapat dideteksi oleh mata bila terdapat pantulan cahaya yang kuat dari partikel-pertikel debu tersebut atau dengan menggunakan mikroskop (Siswanto, 1988). Menurut Departemen Kesehatan RI (2003) debu ialah partikel-partikel kecil yang dihasilkan oleh proses mekanis. Jadi pada dasarnya pengertian debu adalah partikel yang berukuran kecil sebagai hasil dari proses alami maupun mekanik. Sifat-sifat debu terdiri dari: 1.
Sifat pengendapan Adalah sifat debu yang cenderung selalu mengendap karena gaya gravitasi bumi. Namun karena kecilnya ukuran debu, kadang-kadang debu ini relatif tetap berada di udara.
11 SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN PERNAPASAN ... SAPTA PRASETYA
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.
12
Sifat permukaan basah Sifat permukaan debu akan cenderung selalu basah, dilapisi oleh lapisan air yang sangat tipis. Sifat ini penting dalam pengendalian debu dalam tempat kerja.
3.
Sifat penggumpalan Oleh karena permukaan debu selalu basah, sehingga dapat menempel satu sama lain dan dapat menggumpal. Turbulensi udara meningkatkan pembentukan penggumpalan debu. Kelembaban di bawah saturasi, kecil pengaruhnya terhadap penggumpalan debu. Kelembaban yang melebihi tingkat huminitas di atas titik saturasi mempermudah penggumpalan debu. Oleh karena itu partikel debu bias merupakan inti daripada air yang berkonsentrasi sehingga partikel menjadi besar.
4. Sifat listrik statis Debu mempunyai sifat listrik statis yang dapat menarik partikel lain yang berlawanan. Dengan demikian, partikel dalam larutan debu mempercepat terjadinya proses penggumpalan. 5. Sifat optis Debu atau partikel basah atau lembab lainnya dapat memancarkan sinar yang dapat terlihat dalam kamar gelap. Debu kapas adalah debu yang dihasilkan selama kegiatan dengan menggunakan bahan baku kapas dan kapas yang digunakan berasal dari sisa hasil industri tekstil.
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN PERNAPASAN ... SAPTA PRASETYA
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13
Debu kapas dapat menyebabkan penyakit akibat kerja yaitu bysinosis. Apabila debu kapas dihisap oleh tenaga kerja dapat menyebabkan gangguan fungsi paru ditandai dengan menurunnya fungsi paru. Pada stadium lanjut dapat menyebabkan fibrosis paru yang menurunkan elastisitasnya sehingga mengurangi dalam menampung volume udara. Debu dalam konsentrasi rendah bila terhisap oleh manusia secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan kelainan pada saluran nafas yang berupa retriksi, obstruksi, ataupun kombinasi keduanya. Pemaparan debu organik pada umumnya akan menyebabkan obstruksi pada saluran (Anonim, 2010). Pembagian debu dibedakan atas dasar sifatnya dan ada juga yang didasarkan pada efeknya. Secara garis besar ada tiga macam debu, yaitu : 1. Debu organik seperti debu kapas, debu daun-daunan tembakau dan sebagainya. 2. Debu mineral yang merupakan senyawa kompleks seperti: silikon dioksida, silokon trioksida dan sebagainya. 3. Debu metal, seperti timah hitam, mercury, aseton dan lain-lain (Depkes RI, 2003). Menurut Riyadi (1981), partikel debu dapat dibedakan menjadi 2 berdasarkan kelompok pencemar udara, antara lain : 1. Menurut wujud fisik (Biologis)
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN PERNAPASAN ... SAPTA PRASETYA
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14
Menurut wujud fisik, debu didefinisikan sebagai partikel benda padat yang terjadi karena proses mekanis terhadap benda padat, dimana masih dipengaruhi oleh gravitasi. 2. Menurut wujud kimia (Mineral) Menurut wujud kimia, debu dibagi menjadi 2, yaitu : a. Debu Organik Adalah debu yang berasal dari benda hidup, misalnya debu kapas, debu kayu, debu tembakau, debu gandum, dan lain-lain. b. Debu Anorganik 1.
Yang berasal dari logam Misalnya debu timah hitam, debu timah putih, debu besi, dan lainlain.
2.
Yang berasal bukan dari logam Misal debu batubara, debu yang mengandung silica, debu asbes, silikat karbon, dan lain-lain.
Debu dalam konsentrasi rendah bila dihisap oleh manusia terus menerus dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan kelainan pada saluran napas yang berupa restriksi, obstruksi, ataupaun kombinasi keduanya. Pemaparan debu organik pada umumnya akan menyebabkan obstruksi pada saluran nafas (Anonim, 2010). Menurut Siswanto (1991), pembagian debu bila ditinjau dari segi bahayanya bagi kesehatan, antara lain : 1. Nuisance Dust
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN PERNAPASAN ... SAPTA PRASETYA
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15
Yaitu debu yang mengganggu kenikmatan kerja. Debu ini tidak menyebabkan terjadinya fibrosis, tetapi menyebabkan iritasi pada kulit, selaput lendir atau hanya menyebabkan endapan pada mata dan hidung. 2. Proliferative Dust Yaitu debu yang menyebabkan terjadinya fibrosis jaringan paru, sehingga ekosistem jaringan paru akan berkurang, misalnya debu silika bebas, debu asbes, debu arang, dan lain-lain. 3. Mixed Dust Fibrosis Adalah pemaparan terhadap campuran debu silika bebas dan debudebu anorganik lainnya, yang dapat menyebabkan mixed dust fibrosis.
II.2
Mekanisme Masuknya Debu Kedalam Sistem Pernafasan Untuk mempelajari efek debu terhadap saluran pernafasan, kita harus
mengetahui tentang anatomi saluran pernafasan manusia. Udara masuk kedalam paru melalui rongga hidung, pharing, laring, trachea, bronkus, bronkioli terminal, bronkioli respiratoris ductus alveolaris, serta alveoli. (Siswanto, 1991) 1. Rongga hidung, terdiri dari : a. Flexus venosus, merupakan anyaman pembuluh-pembuluh darah yang saling berhubungan. Fungsinya untuk pemanasan udara yang masuk lewat hidung. Didalam keadaan-keadaan alergi, infeksi, dan lain-lain, flexus venosus ini dapat mengembang dan keadaan ini menyebabkan rasa sesak pada saat kita bernafas.
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN PERNAPASAN ... SAPTA PRASETYA
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16
b. Kelenjar lendir, untuk mengatur kelembaban udara dan menangkap partikel yang masuk ke rongga hidung. Dengan demikian maka selaput lender hidung juga berfungsi sebagai pembersih udara yang masuk hidung. c. Sinus-sinus dan sekat rongga hidung, memperluas permukaan rongga hidung, sehingga proses-proses pemanasan, pembasahan dan pembersihan udara di rongga hidung dapat berlangsung sempurna. d. Rambut getar, untuk menyaring partikel-partikel dimana partikel yang berukuran lebihdari 20 mikron hamper semua tersaring di rongga hidung. 2. Pharing Merupakan persimpangan saluran pernafasan dan saluran pencernaan. Saat makanan lewat, laring ditarik keatas kemudian ditekan pada pangkal lidah, sehingga epiglottis akan menutup jalan-jalan nafas, pada saat ini pernafasan dihentikan sesaat. 3. Laring Pada laring terdapat pita suara yang berguna untuk : a. Penutup laring pada waktu mengejan. b. Penutupan laring secara intermitten pada saat bentuk. c. Berfungsi sebagai alat pengaman, secara reflektoris akan menutup bila kita menghirup gas beracun. d. Untuk berbicara. 4. Trachea dan Bronkus Pada bagian saluran pernafasan ini terdapat silia (rambut getar) dan sel-sel goblet yang fungsinya untuk memproduksi mucus. Mukus tersebut
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN PERNAPASAN ... SAPTA PRASETYA
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17
bersama dengan partikel yang tertangkapolehnya secara terus-menerus akan dikeluarkan oleh silia yang selalu bergerak kearah atas (laring) atau melalui batuk secara refleks. Macklin membagi system saluaran nafas menjadi 2 bagian, yaitu : a. Conductive airways Yaitu bagian dari saluran atau system pernafasan yang hanya berfungsi sebagai penghantar udara. b. Respiratoriy airways Yaitu bagian saluran nafas yang berfungsi untuk pertukaran udara (respiratorik). Bagian ini mulai dari respiratory bronchioles , ductus alveolaris, dan alveoli. Terdapat pertukaran udara antara udara didalam kapiler-kapiler pembuluh darah dengan udara didalam paru. Respiratory airways berdinding sangat tipis dan tidak dilengkapi dengan silia atau sel kelenjar mucus. 5. Paru-paru Seluruh permukaan paru tertutup oleh selaput yang disebut pleura visceralis. Pada hilus pulmonalis, pleura visceralis ini membalik untuk selanjutnya meliputi dinding rongga dada, diafragma dan mediastinum. Selaput ini kemudian dinamakan pleura parietalis. Antara pleura visceralis dan pleura parietalis terdapat ruangan yang disebut cavum interpleuralis yang selalu terisi dengan udara, maka tekanannya menjadi positif, sehingga akan menekan paru-paru. Keadaan ini menyebabkan terjadinya collaps dari paruparu dan disebut pneumothorax.
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN PERNAPASAN ... SAPTA PRASETYA
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18
Setelah mengetahui anatomi saluran pernafasan, ada faktor lain yang perlu diperhatikan mengenai ukuran debu dan letak penimbunannya, yaitu : 1. Partikel dengan ukuran 5-10 mikron, akan ditahan oleh saluran pernafasan atas. 2. Partikel dengan ukuran 3-5 mikron, akan ditahan oleh saluran pernafasan bagian tengah. 3. Partikel dengan ukuran 1-3 mikron, akan masuk langsung sampai ke alveoli paru. 4. Partikel dengan ukuran 0,1-1 mikron, tidak begitu gampang hinggap di permukaan alveoli, oleh karena itu debu-debu ukuran demikian tidak mengendap. 5. Partikel dengan ukuran <0,1 mikron, tidak hinggap pipermukaan alveoli atau selaput lendir, oleh karena gerak brown, menyebabkan debu bergerak keluar masuk .
II.3
Mekanisme Penimbunan Partikel Penimbunan partikel dalam saluran pernafasan atau paru dapat terjadi
karena berbagi proses fisik, antara lain : (Siswanto,1991) 1. Sedimentasi Partikel mengendap pada mukosa saluran pernafasan karena pengaruh gravitasi, kecepatan pengendapan ini ditentukan oleh kepadatan atau density, dan kuadrat dari diameter partikel. 2. Inertial inpaction
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN PERNAPASAN ... SAPTA PRASETYA
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19
Bila partikel terbawa oleh udara pernafasan dan kemudian aliran udara tersebut berubah arah karena bentuk bronkus yang bercabang-cabang, maka momentum dari partikel-partikel tersebut akan tetap akan membawanya menurut arah semula. Sebagai konsekuensinya, beberapa partikel akan mengendap karena proses benturan atau inpaction pada daerah-daerah percabangan bronkus. Proses penimbunan partikel-partikel ini dipengaruhi oleh momentum yaitu kecepatan dan densitynya. 3. Difusi Difusi atau gerakan brown, merupakan mekanisme penimbunan partikel-partikel dalam paru. Khususnya untuk partikel-partikel yang mempunyai ukuran kurang dari 0,1 mikron, karena sangat kecil dan tidak mempunyai berat jenis, maka tidak mudah hinggap pada permukaan alveoli, tapi mengikuti gerak brown dan banyak tertimbun dalam sel paru yang akhirnya jadi sel padat dan akan merangsang terjadinya fibrosis. (Siswanto,1991) Mekanisme masuknya debu secara singkat : 1. Pengaruh nersia debu Partikel debu yang kecil ikut aliran udara pernafasan. Partikel yang besar mengendap pada tempat berlekuk-lekuk pada selaput lendir saluran napas. 2. Pengaruh sedimentasi Kecepatan arus udara kurang dari 1 cm/detik menyebabkan partikel debu mengendap karena pengaruh gaya berat.
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN PERNAPASAN ... SAPTA PRASETYA
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20
3. Gerak Brown Partikel berukuran kurang dari 0.1 mikron. Melalui gerakan udara kemudian mengendap pada permukaan alveoli.
II.4
Faktor Yang Menentukan Besarnya Gangguan kesehatan Lingkungan kerja yang berdebu dapat menimbulkan gangguan kesehatan
dan kenikmatan kerja. Faktor yang menentukan besarnya gangguan kesehatan, antara lain : (Siswanto,1991). 1. Kadar debu di udara Makin pekat kadar debu, makin cepat menimbulkan gangguan kesehatan dan kenikmatan dalam bekerja 2. Ukuran atau diameter debu Debu yang berdiameter kecil akan dapat masuk jauh ke dalam alveoli, sementara yang besar akan tertahan di silia dari saluran pernafasan bagian atas. 3. Sifat debu Debu mempunyai sifat inert, fibrogenik, dan karsinogenik. 4. Reaktifitas debu Debu organic kurang reaktif namun dapat menyebabkan reaksi alergik, sedangkan debu anorganik lebik rektif dan dapat menyebabkan reaksi iritasi. 5. Cuaca kerja Lingkungan yang panas dan kering, mendorong timbulnya debu, dan debu yang terbentuk dalam keadaan demikian akan menjadi lebih reaktif.
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN PERNAPASAN ... SAPTA PRASETYA
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21
6. Lama waktu papar Debu dapat menimbulkan kelainan paru dalam jangka waktu cukup lama. 7. Kepekaan individu Bentuk kepekaan seseorang sangat berbeda antara satu dengan yang lainnya, kepekaan disini tidak hanya dalam bidang morfologi, namun juga dalam bidang psikologi dan iritasi.
II.5
Nilai Ambang Batas (NAB) Debu Ditempat Kerja Menurut Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi
No.01 tahun 1997 bahwa Nilai Ambang Batas (NAB) bahan kimia didefinisikan sebagai kadar bahan kimia didalam udara tempat kerja yang merupakan pedoman pengendalian agar tenaga kerja masih dapat menghadapi dengan tidak mengakibatkankan penyakit atau gangguan kenikmatan kerja dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu pemaparan 8 jam sehari atau 40 jam seminggu . Nilai Ambang Batas (NAB) adalah jalan keluar dari kenyataan bahwa ditempat kerja tidak mungkin diusahakan tidak adanya bahn-bahan kimia sama sekali (no exposure level) . Berdasarkan Surat Edaran Menrteri Tenaga Kerja No. SE-01/MEN/1997 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) bahan kimia di udara, NAB untuk debu ditempat kerja adalah 10mg/m³ (total dust). Nilai Ambang Batas (NAB) debu kapas (WHO) : 0,2 (pemintalan) dan 0,75 (penenunan) mg/m3.
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN PERNAPASAN ... SAPTA PRASETYA
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22
Adapun kegunaan NAB, yaitu : 1. Sebagai kadar standart untuk perbandingan. 2. Pedoman untuk perencanaan dan desain pengendalian alat. 3. Substitusi bahan yang lebih dan kurang beracun. 4. Membantu menentukan gangguan-gangguan kesehatan atau penyakit akibat faktor kimia.
II.6
Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Pada Saluran Pernafasan
1. Umur Pertambahan umur seseorang akan mempengaruhi jaringan paru tubuh, fungsi elastisitas jaringan paru berkurang sehingga kekuatan bernafas menjadi lemah, akibatnya volume udara pada saat pernafasan akan menjadi lebih sedikit. Sifat elastisitas paru tidak berubah pada usia 7-39 tahun, tetapi ada kecenderungan menurun fungsi paru setelah usia 25 tahun. Dan penurunan ini semakin terlihat nyata setelah usia 30 tahun. (Siswanto,1991) 2. Tinggi badan dan berat badan Faktor ini menunjukkan luasnya tubuh seseorang, dengan anggapan bahwa semakin besar dan tinggi seseorang akan semakin besar kapasitas pernafasannya. (Siswanto,1991) 3. Jenis kelamin Seorang laki-laki dan perempuan mempunyai kapasitas paru pernafasan yang berbeda disebabkan oleh karena adanya perbedaan anatomi
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN PERNAPASAN ... SAPTA PRASETYA
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23
tubuh terutama besar rongga dada, dimana menurut Sukarman yang mengutip Lansguard, menyatakan bahwa kapasitas vital paru pada pemuda dewasa adalah 4,8 liter dan wanita 3,5 liter. (Siswanto,1991) Semua volume dan kapasitas paru wanita kira-kira 20 sampai 25 persen di bawah pria. Dimana kapasitas vital rata-rata pria dewasa kira-kira 4,8 liter dan
wanita dewasa 3,1 liter (Guyton, 1997:347). Pengukuran
kapasitas vital paru yaitu jumlah terbesar yang dapat dikeluarkan dari paru setelah inspirasi maksimum. Seringkali digunakan di klinik sebagai indeks fungsi paru. Nilai tersebut bermanfaat dalam memberikan informasi mengenai kekuatan otot-otot pernafasan serta beberapa aspek fungsi pernapasan lain (Anonim, 2010). 4. Kebiasaan merokok Merupakan faktor penting, karena asap rokok dapat mempengaruhi koordinasi gerakan silia, bahkan mungkin gerak silia menjadi lumpuh sehingga dapat menimbulkan obstruksi serta dapat menyebabkan bronchitis dan dalam pemeriksaan akan mempengaruhi pernafasan seseorang. Kebiasaan ini mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani seseorang yang juga akan mempengaruhi terhadap kaesehatan paru-paru. (Siswanto,1991) 5. Masa kerja Semakin lama masa kerja,semakin sering seseorang mengalami pemaparan debu sehingga jumlah debu yang dihirup semakin besar. (Siswanto,1991).
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN PERNAPASAN ... SAPTA PRASETYA
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24
6. Kebiasaan olah raga Olah raga atau latihan fisik yang dilakukan secara teratur akan terjadi peningkatan kesegaran dan ketahanan fisik yang optimal, pada saat latihan terjadi kerja sama berbagai lelah otot, kelenturan otot, kecepatan reaksi,
ketangkasan,
koordinasi
gerakan
dan
daya
tahan
sistem
kardiorespirasi. Kapasitas vital paru dan olah raga mempunyai hubungan yang timbal balik, gangguan kapasitas vital paru dapat mempengaruhi kemampuan olah raga. Sebaliknya latihan fisik yang teratur atau olaraga dapat meningkatkan kapsitas vital paru (hadi E, 2003).Menurut Guyton (1997), kebiasaan olahraga akan meningkatkan kapasitas paru dan opada akan meningkat 30-40%. 7. Kebiasaan menggunakan masker Kebiasaan ini akan mengurangi pemaparan debu dalam paru-paru, karena alat ini berfungsi sebagai penyaring udara pernafasan, sehingga kelainan paru-paru dapat dihambat. Tingkat pendidikan seseorang dapat menentukan kesadaran akan kesehatan dan keselamatan dalam bekerja, misalnya kesadaran dalam menggunakan masker pada waktu bekerja. (Siswanto,1991). 8. Paru-paru yang fibrotik Semakin banyak bahan yang dapat menyebabkan fibrosis (fibrosis material) akan semakin banyak terjadi kerusakan pada alveoli, akibatnya akan mengurangi elastisitas pada paru-paru sehingga menurunkan nilai kapasitas pernafasan. (Siswanto,1991)
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN PERNAPASAN ... SAPTA PRASETYA
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25
9. Penyakit paru lain TBC, Asma, Bronchitis, berpengaruh terhadap penurunan kapasitas pernafasan seseorang. Penyakit ini dapat terjadi sebelum maupun sesudah bekerja dalam perusahaan. (Siswanto,1991)
II.7
Penyakit Saluran Pernafasan Akibat Pemaparan Debu Gangguan yang ditimbulkan oleh debu pada manusia antara lain adalah
gangguan kenikmatan kerja, terganggunya penglihatan, pengotoran kulit, tubuh, dan gangguan pernafasan. (Siswanto,1991) Kelainan atau penyakit paru yg disebabkan oleh pekerjaan dan atau lingkungan kerja, berupa keradangan, fibrosis, tumor,dan lain-lain. Manusia ± 8 jam per hari di tempat kerja dapat menghirup ± 3.500 L udara (termasuk bahan pencemar). Penyakit paru kerja paling banyak diantara penyakit akibat kerja. (Siswanto,1991) Penyakit yang terjadi selama bekerja diantaranya adalah penyakit asma kerja. Asma kerja adalah penyakit obstruksi saluran nafas yang reversible, disebabkan oleh rangsangan berbagai zat dilingkungan pekerjaan. Karakteristik penyakit ini adalah hanya mengenai sebagian dari mereka yang terpapar terhadap zat penyebab, penyakit ini muncul sering kali sesudah masa bebas gejala yang berlangsung antara beberapa bulan sampai bebrapa tahun. Penyakit asma disebabkan oleh zat yang berasal dari tumbuhan, yaitu misalnya tepung, gandum, debu kapas, debu kayu, buah jarak, kopi, petah akasia. (Siswanto,1991)
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN PERNAPASAN ... SAPTA PRASETYA
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26
Pneumoconises adalah segolongan penyakit yang disebabkan oleh penimbunan debu-debu dalam paru-paru. Byssinosis adalah penyakit yang tergolong kepada pneumoconiosis yang penyebabnya terutama debu kapas kepada pekerja-pekerja perusahaan tekstil. Penyakit ini terutama bertalian erat dengan pekerjaan pencampuran bahan material kapas (carding dan blowing), tapi terdapat pula pada pekerjaan-pekerjaan lainnya, bahkan dari permulaan proses, yaitu pembuangan biji-biji kapas, sampai pada proses terakhir, yaitu penenunan. Masa inkubasi terpendek adalah 5 tahun, yaitu bagi para pekerja pada pencampuran materisl kapas (carding dan blowing); masa inkubasi lebih dari 5 tahun bagi pekerja-pekerja lainnya. (Siswanto,1991) Penyakit akibat kerja diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No Per-01/MEN/1981 tertanggal 4 April 1981 tentang Kewajiban melaporkan penyakit akibat kerja, yang memuat Daftar Penyakit tersebut. Selanjutnya, Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 1993 tertanggal 27 Februari 1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja menjelaskan pengertiannya, yaitu bahwa penyakit yang timbul akibat hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja (pasal 1). Keputusan Presiden tersebut melampirkan daftar penyakit yang diantaranya yang berkaitan dengan pulmonologi termasuk pneumoconiosis dan silikotuberkulosis, penyakit paru dan saluran nafas akibat debu logam keras, penyakit paru dan saluran nafas akibat debu kapas, byssinosis, asma akibat kerja, dan alveolitis alergika. Pasal 2 Keputusan Presiden tersebut menyatakan bahwa mereka yang menderita penyakit yang timbul karena hubungan kerja berhak memperoleh
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN PERNAPASAN ... SAPTA PRASETYA
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27
jaminan kecelakaan kerja. Keputusan Presiden tersebut merujuk kepada UndangUndang RI No 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, yang pasal 1 nya menyatakan bahwa kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yg timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan. Penyakit paru kerja adalah penyakit atau pada paru-paru yang disebabkan oleh debu, asap, gas berbahaya yang terhisap oleh para tenaga kerja di tempat pekerjaan mereka. Berbagai penyakit paru dapat terjadi akibat paparan zat, seperti debu serta gas yang timbul pada proses industrialisasi. Jenis penyakit paru yang timbul tergantung pada jenis zat paparan. Penyakit paru kerja merupakan penyebab utama ketidakmampuan atas kecacatan, kehilangan hari kerja, dan kematian.
II.8
Teknik Keselamatan Kerja Pada Industri Textil Teknik keselamatan dan kesehatan kerja pada industri textil dalam proses
pemintalan (spinning) dan proses penenunan (weaving), guna menghindari dan melindungi dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK) selama bekerja, oleh karena itu ada beberapa pedoman yang harus diikuti adalah sebagai berikut : (Suma’mur, 1997). 1. Selalu memakai alat kerja yang ditentukan oleh perusahaan (sarung tangan, masker, pelindung telinga, pelindung kepala, dan lain-lain). 2. Bagian mesin yang bergerak dan berputar harus terlindung dan tertutup. 3. Waspada terhadap kabel yang beraliran listrik.
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN PERNAPASAN ... SAPTA PRASETYA
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28
4. Pakaian kerja sedemikian rapat untuk menghindari bahaya. 5. Waspada terhadap pemakaian bahan kimia. 6. Diadakan pemeriksaan kesehatan secara teratur terhadap pengaruh serbuk, bahan kimia, akibat kebisingan, dan getaran. 7. Diadakan alat pemadam kebakaran. 8. Alat dan tenaga P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) harus tersedia. 9. Memperhatikan petunjuk pada alat pengendali. 10. Setiap adanya tanda gangguan mesin dilaporkan.
II.9
Upaya Pengendalian Debu Ditempat Kerja Salah satu dampak negatif dari suatu proses proses produksi textil adalah
debu (debu kapas) yang ditimbulkannya. Dimana debu yang ditimbulkan oleh proses produksi dapat meningkatkan kadar debu yang ada di udara ditempat kerja. Apabila kadar debu di udara tempat kerja tersebut tinggi dan melebihi nilai ambang batasnya, selain mengganggu kenikmatan kerja, jika terhirup lamakelamaan akan mengakibatkan penyakit paru dan saluran pernafasan. Di antara gangguan akibat lingkungan kerja debu merupakan salah satu sumber gangguan yang tak dapat di abaikan. Dalam kondisi tertentu, debu dapat menyebabkan pengurangan kenyamanan kerja, gangguan penglihatan, gangguan fungsi faal paru, bahkan dapat meninbulkan keracunana umum. Bila debu terinhalasi selama bekerja dan terus menerus dapat menyebabakan kerusakan dan fibrosis paru. Fibrosis paru mengakibatkan berkurangnya elastisitas dalam menampung udara
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN PERNAPASAN ... SAPTA PRASETYA
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29
dan kemampuan mengikat O2 sehingga kapasitas fungsi paru mengalami penurunan. (Suma’mur, 1997). Secara umum pengendalian terhadap debu ditempat kerja dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Pengendalian Secara Mekanik (Engineering / mechanical controls), (Siswanto, 1991). Pengendalian secara mekanik atau teknik ini bertujuan untuk mengeliminasi atau mengurangi bahaya pemaparan melalui beberapa cara, yaitu : a. Substitusi Cara yang ideal untuk mengeliminasi suatu resiko adalah dengan mengganti suatu zat yang berbahaya dengan yang kurang berbahaya atau tidak berbahaya. b. Isolasi Proses Isolasi sumber kontaminan sangat di anjurkan pada pembuatan atau manipulasi zat-zat kimia yang sangat toksik. Hal ini bertujuan untuk mengisolasi sumber bahaya, supaya tenaga kerja tidak kontak langsung atau mengurangi kontak langsung dengan zat-zat yang berbahaya. Isolasi tersebut dapat dilakukan dengan cara, yaitu : 1. Mekanisasi dan Otomatisasi, bertujuan untuk mengurangi bahaya pemaparan dengan cara pemakaian mesin-mesin atau alat-alat canggih. Hal ini dimaksudkan supaya tenaga kerja terapapar debu secara minimal.
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN PERNAPASAN ... SAPTA PRASETYA
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30
2. Menutup sumber kontamianan 3. Segregasi, yaitu pemisahan ruangan yang kemungkinan besar menimbulkan banyak debu dengan ruangan yang sedikit atau tidak berdebu. c. Ventilasi Ventilasi didefinisikan sebagai proses pertukaran udara didalam suatu ruang, yaitu suatu proses pengaliran (supplay) dan pengeluaran (exhaust) udara dari dan kedalam ruang tersebut. Ventilasi bertujuan untuk untuk mengendalikan suhu, kelembaban udara, bau-bauan, zat-zat pencemar (polutan), dan uap-uap dari larutan bahan kimia yang mudah terbakar atau meledak. Upaya pengendalian dengan ventilasi terdiri dari dua cara, yaitu : 1. Ventilasi Umum (General Ventilation) Yaitu suatu proses pembaharuan udara disuatu ruang kerja melalui suplai udara bersih, sehingga kadar kontaminan di udara tempat kerja lebih rendah dari kadar semula. Ventilasi umum dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu : a. Ventilasi Alami (Natural Ventilation) Adalah suatu sistem ventilasi dimana gerakan atau aliran udara terjadi karena adanya kekuatan alami (Natural Force), yaitu : 1. Kekuatan gravitasi, yaitu kekuatan yang timbul karena konveksi udara atau timbul adanya perbedaan temperature antara suhu udara didalam dan diluar gedung.
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN PERNAPASAN ... SAPTA PRASETYA
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31
2. Kekuatan angin, yaitu kekuatan yang timbul karena adanya perbedaan tekanan angin. Prinsip umum dalam pertukaran udara secara alami terjadi oleh karena adanya aliran udara dari satu titik menuju ke titik yang lain. Aliran udara titik tersebut terjadi disebabkan karena adanya perbedaan tekanan dari kedua titik tersebut. Perbedaan tekanan tersebut menghasilkan suatu kekuatan pada udara sehingga menyebabkan udara mengalir dari titik yang bertekanan lebih tinggi ke tempat yang bertekanan lebih rendah (Siswanto, 1991). Aliran udara yang terjadi dalam suatu ruang yang disebabkan oleh kekuatan gravitasi atau kekuatan angin atau kombinasi dari keduanya biasanya tidak konstan. Hal ini dikarenakan arah angin dan konveksi termis biasanya juga tidak menentu dan sering pula tidak dapat ditentukan atau diramalkan sebelumnya, maka pemanfaatan ventilasi alami untuk mengendalikan kadar kontaminan dalam udara tempat kerja kurang efektif (Siswanto, 1991). Lubang angin (vents) pada dinding dan atap suatu ruang akan menyebabkan pertukaran udara (ventilasi) berlangsung lebih baik daripada suatu ruang hanya dilengkapi lubang angin di bagian bawah saja (gambar II.1 dan gambar II.2).
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN PERNAPASAN ... SAPTA PRASETYA
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32
Gambar III.1 : Lubang angin pada dinding dan atap memberikan ventilasi yang baik sumber : Ventilasi Industri, Siswanto, 1991
Gambar II.2 Sumber
: Lubang anginya hanya pada dinding ventilasi yang jelek : Ventilasi Industri, Siswanto, 1991
memberikan
b. Ventilasi Buatan atau Mekanik (Mechanical Control Ventilation) Ventilasi ini akan mengeluarkan dan mengalirkan udara kedalam suatu ruangan dengan menggunakan alat mekanis, yaitu fan (sistem dorong kecil). Tidak seperti masa sebelumnya dimana natural ventilation memegang peranan penting, pada jaman sekarang bangunan dan gedung relatif lebih mengutamakan menggunakan ventilasi buatan atau mekanis. Ventilasi mekanis di sini akan mengeluarkan udara yang terkontaminasi (contaminated air) dengan alat mekanis yaitu exhaust fans. Suplay udara
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN PERNAPASAN ... SAPTA PRASETYA
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33
bersih (uncontaminated) untuk menggantikan exhaust air sering pula dilakukan dengan alat mekanis misalnya dengan fan (sistem dorong tarik atau pull-push system) atau melalui suatu sistem ductwork dimana udara bersih (make up air) didistribusikan ke dalam ruang kerja sedemikian rupa sehingga ruang kerja dirasakan nyaman dan kontaminan dapat dikendalikan dengan baik. Lokasi fan yang baik dan yang jelek dapat dilihat pada gambar II.3 di bawah ini.
Gambar III.3 : Lokasi fan yang baik dan yang jelek. Sumber : Ventilasi Industri, Siswanto, 1991 2. Ventilasi Keluar Setempat (Local Exhaust Ventilation) Ventilasi ini bertujuan untuk mengendalikan kadar debu fume, mist atau kabut, uap, dan udara panas pada sumber kontaminan atau sumber
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN PERNAPASAN ... SAPTA PRASETYA
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34
emisi (Emission Source) sehingga kadar kontaminan dalam batas-batas aman. Local Exhaust Ventilation terdiri dari 4 macam elemen penting, yaitu : a) Hood Adalah bagian yang pertama-tama bekerja menangkap kontaminan. Beberapa prinsip tentang desain “exhaust hood” yang perlu diperhatikan adalah (Siswanto, 1991) : 1. Usahakan agar hood dibuat mengelilingi atau menutupi seluruh bagian kontaminan, guna mengurangi banyaknya udara yang diperlukan untuk mengendalikan dan untuk mencegah aliran udara silang. 2. Menghembuskan kontaminan yang menyebabkan aktifitas hood menjadi berkurang. 3. Hood harus ditempatkan dan dibuat sedemikian bentuknya agar kecepatan awal dari kontaminan akan mendorong kontaminan masuk kedalam hood. 4. Hood harus ditempatkan pada lokasi yang tepat, sehingga kontaminan yang terhisap keluar tidak mengenai zona pernafasan operator. 5. Hood harus ditempatkan sedekat mungkin dengan sumber kontaminan. 6. Hood harus didesain agar tidakl mengganggu operator. b) Duct Adalah komponen yang berfungsi membawa kontaminan yang tertangkap oleh hood ke alat pembersih udara. (Siswanto, 1991). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain duct, adalah :
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN PERNAPASAN ... SAPTA PRASETYA
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35
1. Kecepatan aliran udara dalam duct harus cukup besar untuk mencegah pengendapan debu atau sumbatan. 2. Duct harus dibuat tahan korosi. 3. Bila duct hendak dibuat membelok, maka sudut belokan harus dibuat tidak terlalu tajam dan jumlah belokan diusahakan sedikit mungkin. 4. Duct hendaknya bulat, agar aliran udara dapat berjalan dengan lancer. 5. Sumbatan dan kerusakan akibat korosi 6. Bila pipa cabang duct harus diperiksa secara berkala untuk mengetahui ada tidaknya kebocoran, endapan atau menggabung ke pipa induk maka pipa harus dibuat sedikit demi sedikit membesar untuk memungkinkan jumlah udara yang meningkat hasil tambahan dari pipa-pipa cabang dipasang mengalir dengan baik. 7. Jika mesin-mesin dihentikan kegiatannya, maka local exhaust ventilation harus tetap dijalankan selama beberapa menit, untuk mengeluarkan kontaminannya yang masih terdapat dalam duct. c) Fan Adalah komponen yang berguna untuk menghisap udara keluar. Fan harus dipasang dengan duct yang lurus untuk menghindari terjadinya gangguan aliran udara, fan harus diletakkan diluar gedung atau dipasang diatas peredam untuk mengurangi kebisingan ditempat kerja. Demikian pula fan harus dipasang dibelakang air cleaner untuk mencegah terjadinya sumbatan atau korosi. (Siswanto, 1991).
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN PERNAPASAN ... SAPTA PRASETYA
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2. Pengendalian
Secara
Administratif
(Administrative
36
Controls)
(Siswanto,1991) Pengendalian secara administrative adalah setiap prosedur yang bertujuan untuk membatasi pemaparan terhadap debu melalui pengendalian rencana kerja. Pengendalian ini meliputi : a. Pelatihan dan Pendidikan Pelatihan dan pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja bagi semua tenaga kerja perlu diselenggarakan secara berkala dan berkesinambungan. Dalam pelatihan dan pendidikan tersebut perlu diberitahukan pada karyawan tentang bahaya pemaparan bahan-bahan kimia, baik terhadap kesehatan maupun kesehatan mereka,cara kerja yang aman, manfaat dari alat pelindung diri dan cara merawatnya, pemeliharaan hygiene perorangan yang baik, pertolongan pertama pada kecelakaan, dan lain-lain. Pelatihan dan pendidikan selain bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan karyawan, juga untuk menimbulkan rasa ikut bertanggung jawab terhadap keberhasilan program kesehatan dan keselamatan kerja di perusahaan. b. Pemeliharaan Ketata Rumah Tanggaan Perusahaan Yang Baik (Good Housekeeping) Kebersihan umum (General Cleanlines) tempat kerja yang disebut ‘good housekeeping’ adalah sangat penting dalam pencegahan penyakit akibat kerja atau keracunan bahan-bahan kimia. Good
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN PERNAPASAN ... SAPTA PRASETYA
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37
housekeeping bertujuan untuk mengurangi resiko bahaya dengan jalan meningkatkan kebersihan dilingkungan kerja. Pembersihan lantai tempat kerja dan mesin-mesin yang berdebu hendaknya dilakukan dengan alat penghisap (vacum cleaner) yang dilengkapi dengan filter dengan efisiensi yang tinggi (high efficiency filter) dan pembersihan tersebut tidak dianjurkan menggunakan sapu atau udara kompresor (air blowing house). Cara basah terutama berguna untuk menekan jumlah debu yang mengotori udara. (Siswanto, 1991). Menurut Departemen Tenaga Kerja R.I. (Peraturan Menteri Perburuhan No.7 Tahun 1964 tentang : Syarat kesehatan, kebersihan serta penerangan dalam tempat kerja, bahwa perbandingan 5 WC untuk 80 tenaga kerja dan harus terpisah untuk laki-laki dan perempuan. Untuk cuci tangan perbandingannya 1:25. c. Pemeliharaan hygiene Perorangan Yang Baik (Good Personal Hygiene) Penyelenggaraan higieni perorangan yang baik merupakan salah satu usaha pencegahan yang penting disamping akan melindungi tenaga kerja dari bahaya keracunan atau pemaparan bahan kimia, hal ini juga dimaksutkan untuk melindungi keluarga mereka dari pemaparan bahan-bahan kimia yang terbawa pulang oleh karyawan yang tidak memperhatikan kebersihan dirinya.
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN PERNAPASAN ... SAPTA PRASETYA
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38
d. Fasilitas Saniter Fasilitas saniter, meliputi kamar mandi, kamar kecil, ruang ganti pakaian (locker), dan tempat untuk cuci tangan dan muka beserta perlengkapannya perlu disediakan dalam jumlah yang memadai sesuai dengan jumlah tenaga kerja yang ada, pakaian-pakaian kerja tenaga kerja khususnya pada mereka yang menangani kegiatan yang berhubungan bahan beracunn atau berbahaya. e. Pemeriksaan Kesehatan Berdasarkan Departemen Tenaga Kerja R.I. (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.02/MEN/1980), tentang pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dalam penyelenggaraan keselamatan kerja jenis pemeriksaan ada 3, yaitu : 1) Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, bertujuan agar tenaga kerja yang akan diterima berada dalam kondisi kesehatan yang setinggi-tingginya, dan untuk menserasikan pekerjaan yang akan dilakukan sehingga keselamatan dan kesehatan tenaga kerja yang bersangkutan dapat terjamin. 2) Pemeriksaan kesehatan berkala Pemeriksaan kesehatan secara berkala, dimaksutkan untuk mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja sesudah berada dalam
SKRIPSI
pekerjaannya,
serta
menilai
kemungkinan
adanya
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN PERNAPASAN ... SAPTA PRASETYA
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39
pengaruh-pengaruh dari pekerjaan sedini mungkin yang perlu dikendalikan dengan usaha-usaha pencegahan. 3) Pemeriksaan kesehatan khusus Pemeriksaan kesehatan khusus perlu diselenggarakan bagi tenaga kerja yang baru sembuh dari suatu penyakit atau kecelakaan, tenaga kerja yang telah berusia lebih dari 40 tahun,pekerja wanita, pekerja yang cacat, dan mereka yang berusia muda yang melakukan pekerjaan tertentu, pekerja yang diduga kesehatannya mulai terganggu atau yang akan memasuki masa pensiun. f. Pemantauan atau Monitoring Lingkungan Kerja (Environmental Monitoring) Pemantauan atau monitoring lingkungan kerja merupakan salah satu cara pengendalian yang bertujuan untuk mengecek atau menilai efektivitas dari usaha-usaha pengendalian yang telah dilakukan. g. Rotasi Kerja Rotasi kerja ini bertujuan untuk mencegah agar gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja tidak menjadi lebih parah atau menimbulkan cacat. 3. Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment). (Siswanto,1991) Program pemakaian alat pelindung diri (APD) merupakan pilihan terakhir dari semua cara pengendalian secara teknis yang perlu diselenggarakan.
SKRIPSI
Pemakaian
APD
ini
bertujuan
sebagai
upaya
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN PERNAPASAN ... SAPTA PRASETYA
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40
pengendalian terhadap paparan suatu kontaminan dilingkungan kerja. Jenis alat pelindung diri yang perlu dipakai untuk tempat kerja yang berdebu antara lain, adalah : 1. Respirator atau masker khusus untuk melindungi alat pernafasan. 2. Kaca mata pelindung. 3. Sarung tangan. 4. Pakaian kerja. Alat Pelindung Diri ( APD ) adalah alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang atau tenaga kerja dalam menjalankan pekerjaannya dari bahaya di tempat kerja. APD berfungsi mengisolasi tubuh atau bagian tubuh tenaga kerja guna menghindari kontak langsung dengan bahaya di tempat kerja. Cara cara pemilihan APD harus dilakukan secara hati hati dan memenuhi beberapa kriteria yang diperlukan antara lain : a. APD harus memberikan perlindungan yang baik terhadap bahaya bahaya yang dihadapi tenaga kerja b. APD harus memenuhi standart yang telah ditetapkan c. APD tidak menimbulkan bahaya tambahan yang lain bagi pemakainya yang dikarenakan bentuk atau bahannya yang tidak tepat atau salah penggunaan d. ADP harus tahan untuk jangka pemakiaan yang cukup lama dan fleksibel.
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN PERNAPASAN ... SAPTA PRASETYA