21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Investasi Menurut Gitman (2005: 3), pengertian investasi adalah, “any vehicle into which fund can be placed with expectation that it will generate positive income and/or preserve on increased its value”. Investasi adalah membeli suatu asset yang diharapkan dimasa yang akan datang dapat dijual kembali dengan nilai yang tinggi. Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang (Sunariyah, 2006 : 4). Investasi dapat diartikan sebagai penanaman uang di suatu perusahaan atau proyek untuk memperoleh keuntungan. Investasi adalah membeli suatu asset yang diharapkan dimasa yang akan datang dapat dijual kembali dengan nilai yang tinggi selama jangka waktu tertentu. Investor tentu akan menyukai return yang diperolehnya tinggi, namun dengan risiko yang tinggi pula begitupun sebaliknya. (Sutcipto, 2007). Sementara menurut Tandelilin (2010:2) pengertian investasi adalah, “Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa datang.” Dalam beberapa pengertian di atas mengenai investasi, maka dapat disimpulkan bahwa investasi merupakan suatu komitmen dalam menanamkan modal usaha yang dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, dengan tujuan yang baik yaitu untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Keputusan investasi yang pada dasarnya merupakan keputusan yang bersifat tidak pasti, karena menyangkut tentang harapan pada masa yang akan datang berupa return yang diharapkan, serta risiko yang harus ditanggung oleh investor. Ketidakpastian yang dihadapi pada keputusan investasi terjadi karena faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Faktor internal berupa tingkat
22
penjualan, laba bersih perusahaan, perubahan kebijakan, dan kemampuan manajemen dalam menjalankan perusahaannya. Faktor eksternal perusahaan yaitu berupa krisis ekonomi, kurs yang labil, inflasi/deflasi, dan kebijakan pemerintah. Investor tentu akan menyukai return yang diperolehnya tinggi, namun dengan risiko yang tinggi pula begitupun sebaliknya, untuk mengukur risiko sistematis menggunakan dengan beta, beta digunakan karena karena secara teoritis beta memiliki hubungan yang positif dengan return saham. Selain beta, return juga dapat dipengaruhi oleh menggunakan faktor fundamental, faktor fundamental diperlukan agar memudahkan untuk memperkirakan beta di masa yang akan datang, salah satu faktor fundamental yang sering dipakai oleh para peneliti adalah size (ukuran perusahaan) dapat menunjukkan berapa besar nilai kapitalisasi sahamnya di pasar modal (Sutcipto, 2007). Investor tidak ingin mengambil risiko yang besar dalam berinvestasi dengan harapan bahwa investor nantinya akan memperoleh return saham yang menguntungkan bagi mereka. Dalam perencanaan dan pelaksanaan investasi memerlukan suatu pertimbangan dan perhitungan yang matang karena disamping adanya harapan akan mendapat keuntungan juga terdapat ketidakpastian yang tercermin dalam risiko investasi yang harus dihadapi oleh investor. Investasi dalam saham ialah investasi yang berisiko, jika pada saat harga saham naik atau turun mungkin saja investor dapat memperoleh keuntungan yang besar, tetapi dapat pula mendapat kerugian yang tidak kecil jumlahnya. Oleh karena itu, pengetahuan investor mengenai market price, risiko, expected return dari suatu saham sangat diperlukan dalam mengambil keputusan sebelum berinvestasi. 2.1.1 Jenis-jenis Investasi Pada umumnya, bentuk investasi dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu : 1. Investasi Riil Investasi riil adalah bentuk investasi yang ditanamkan investor ke dalam bentuk kekayaan riil atau bersifat yang berwujud seperti gedung, kendaraan, mesin, tanah dan sebagainya.
23
2. Investasi Financial Investasi financial adalah kegiatan investasi pada asset yang biasanya didokumentasikan dalam bentuk yang disahkan secara hukum, seperti saham, obligasi dan lain-lain. Investasi financial terjadi pada pasar uang maupun pasar modal. 2.1.2 Tujuan Investasi Tujuan investasi secara luas, adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Kesejahteraan dalam hal ini adalah kesejahteraan moneter, yang dapat diukur dengan jumlah pendapatan saat ini ditambah nilai saat ini pendapatan masa yang akan datang. Menurut Tandelilin (2010:8) ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain adalah : 1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang 2. Mengurangi tekanan inflasi 3. Dorongan untuk menghemat pajak 2.1.3 Tipe-tipe Investasi Menurut Jogiyanto (2010:9), investasi dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Investasi Langsung Investasi langsung (direct investment) dilakukan dengan membeli aktiva keuangan secara langsung yang dapat diperjualbelikan di pasar uang, pasar modal atau pasar turunan (derivative market). Investasi langsung dibagi menjadi dua, yaitu : a. Investasi langsung yang tidak dapat diperjualbelikan (contohnya : Tabungan dan Deposito) b. Investasi langsung yang dapat diperjualbelikan 1) Investasi langsung di pasar uang (contohnya : T-bill dan deposito yang dapat dinegosiasikan). 2) Investasi langsung di pasar modal a) Surat-surat berharga pendapatan tetap (fixed income securities) contohnya : T-bond dan lain-lain.
24
b) Saham-saham (equity securities) contohnya : saham preferen (preffered stock) dan saham biasa (common stock). c) Investasi langsung di pasar turunan (contohnya opsi dan future contract). 2. Investasi tidak langsung Investasi ini dilakukan dengan cara membeli surat-surat berharga dari perusahaan investasi. 2.2 Pasar Modal Pasar modal sama seperti pasar pada umumnya, yaitu tempat bertemunya penjual dan pembeli, namun yang dijual di pasar modal adalah berupa hak kepemilikan perusahaan dan surat pernyataan hutang perusahaan. Dalam rangka
melaksanakan fungsi ekonomi yang baik,
maka
terbentuklah pasar modal, menurut UU R.I No.8 tahun 1995 Tentang Pasar Modal adalah, “Pasar modal sebagai suatu kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.” Pengertian pasar modal menurut Husnan (2009 : 3) : “Pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang, maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.” Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa pasar modal merupakan tempat terjadinya jual beli efek, sedangkan bursa efek adalah suatu lembaga yang menyediakan sistem guna terlaksananya transaksi yang terjadi di pasar modal. 2.2.1 Fungsi Pasar Modal Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu yang pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat (investor).
25
Dalam melaksanakan fungsi ekonominya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender ke borrower, pengertian fungsi pasar modal adalah dengan mengivestasikan kelebihan dana yang mereka miliki, lenders mengaharapkan akan memperioleh imbalan dari penyerahan dana tersebut. Dari sisi borrowers, tersedianya dana dari pihak luar memungkinkan mereka melakukan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari hasil operasi perusahaan. Fungsi keuangan dilakukan dengan menyediakan dana yang diperlukan oleh para borrowers, dan para lenders menyediakan dana tanpa harus terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva riil yang diperlukan untuk investasi tersebut (Husnan, 2009 : 4). Pasar modal memungkinkan perusahaan menerbitkan sekuritas yang berupa surat tanda hutang (obligasi) ataupun surat tanda kepemilikan (saham). Dengan demikian, perusahaan bisa menghindarkan diri dari kondisi rasio hutang (Debt Ratio) yang terlalu tinggi sehingga justru membuat cost of capital perusahaan tidak lagi menjadi minimal. Dalam teori keuangan dijelaskan bahwa setiap sumber dana, baik hutang maupun modal sendiri, mempunyai biaya dana (cost of capital). Hanya untuk modal sendiri yang bersifat implisit, sedangkan untuk hutang bersifat eksplisit karena memang benar-benar dikeluarkan oleh perusahaan dalam bentuk pembayaran bunga. 2.2.2 Jenis-jenis Pasar Modal Pasar modal dikategorikan menjadi empat pasar, yaitu : 1. Pasar Perdana (Primary Market) Pasar perdana adalah tempat atau sarana bagi perusahaan yang untuk pertama kali menawarkan saham atau obligasi ke masyarakat umum. Penawaran umum awal disebut juga Initial Public Offering (IPO). 2. Pasar Sekunder (Secondary Market) Pasar sekunder adalah tempat atau sarana transaksi jual-beli efek antar investor dan harga dibentuk oleh investor melalui perantara efek. Surat berharga yang sudah beredar diperdagangkan di pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran.
26
3. Pasar Ketiga (Third Market) Pasar ketiga adalah sarana transaksi jual-beli efek antara market maker serta investor dan harga yang dibentuk oleh market maker. Pasar ketiga disebut juga Over The Counter (OTC) Market. 4. Pasar Keempat (Fourth Market) Pasar keempat adalah sarana transaksi jual-beli antara investor jual dan investor beli tanpa melalui perantara efek. Pasar keempat merupakan pasar modal yang dilakukan oleh institusi yang berkapasitas besar untuk menghindari komisi broker. 2.2.3 Instrumen Pasar Modal Instrumen di pasar modal menurut Tandelilin (2010:30) terdiri dari : 1. Sekuritas di Pasar Sekuritas a. Saham Biasa (common stock) Saham biasa menyatakan kepemilikan suatu perusahaan. Saham biasa adalah sertifikat
yang menunjukkan bukti kepemilikan
suatu
perusahaan. Sebagai pemilik, pemegang saham biasa, suatu perusahaan mempunyai hak suara proporsional pada berbagai keputusan penting perusahaan antara lain pada persetujuan keputusan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). b. Saham Preferen (Preffered Stock) Saham preferen merupakan satu jenis sekuritas ekuitas yang berbeda dalam berbagai hal dengan saham biasa. Dividen pada saham preferen biasanya dibayarkan dalam jumlah tetap dan tidak pernah berubah dari waktu ke waktu. Seperti yang disebut sebagai preferred (dilebihkan), pembagian dividen pada pemegang saham preferen didahulukan sebelum diberikan kepada pemegang saham biasa. c. Bukti Right Bukti Right atau disebut sebagai Right saja merupakan sekuritas yang memberikan hak kepada pemegang saham lama untuk membeli saham baru perusahaan pada harga yang telah ditetapkan selama periode
27
waktu tertentu. Bukti Right juga dikenal dengan sebutan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD). Bukti Right diterbitkan melalui penawaran umum terbatas (right issue). d. Waran (warrant) Waran adalah hak untuk membeli saham pada waktu dan harga yang sudah ditentukan sebelumnya. Keputusan perusahaan menjual waran ditetapkan pada waktu RUPS. Seperti bukti Right, perusahaan yang menerbitkan waran harus telah mencatatkan sahamnya di bursa efek karena nantinya akan dikonversi oleh pemegang saham. Waran biasanya dijual bersamaan dengan sekuritas lainnya misalnya obligasi atau saham. 2.
Sekuritas di Pasar Obligasi a. Obligasi Obligasi (bond) dikeluarkan penerbitnya sebagai surat tanda bukti hutang. Obligasi adalah sekuritas yang memuat
janji untuk
memberikan pembayaran tetap menurut jadwal yang telah ditetapkan. Obligasi itu sendiri merupakan sertifikat atau surat berharga yang berisi kontrak antara investor sebagai pemberi dana dengan penerbitnya sebagai peminjam dana. b. Obligasi Konversi Obligasi konversi (convertible bond) memiliki karakteristik seperti obligasi biasa yang mempunyai nilai nominal, memberikan kupon dan mempunyai jatuh tempo. Obligasi konversi adalah berbeda dengan oblogasi biasa karena dapat ditukar dengan saham biasa. Obligasi konversi mencantumkan persyaratan untuk melakukan konversi. 3. Sekuritas di Pasar Derivatif a.
Kontrak berjangka Kontrak berjangka (future contract) merupakan suatu perjanjuan yang dibuat hari ini yang mengharuskan adanya transaksi di masa yang akan datang.
28
b.
Kontrak Opsi Kontrak opsi (option contract) adalah suatu perjanjian yang memberikan pemiliknya hak, tetapi bukan kewajiban, untuk membeli atau menjual suatu aset tertentu (tergantung pada jenis opsi) pada harga tertentu selama waktu tertentu.
4. Reksa Dana Reksa Dana merupakan suatu jenis instrumen investasi yang juga tersedia di pasar modal Indonesia di samping saham, obligasi, dan sebagainya. Reksa Dana mudahnya dapat diartikan sebagai wadah yang berisi sekumpulan sekuritas yang dikelola oleh perusahaan investasi dan dibeli oleh investor. 2.3 Saham Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal sering disebut sekuritas, salah satunya adalah saham. Menurut UU Pasar Modal RI. No.8 Tahun 1995 butir 5 tentang Pasar Modal pengertian Efek adalah, “Setiap surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti utang, setiap rights, waran, opsi atau setiap turunan (derivative) dari efek, atau setiap instrumen yang ditetapkan sebagai efek.” Saham adalah salah satu instrumen pasar modal yang paling umum diperdagangkan karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Saham adalah tanda penyertaan modal dari seseorang atau badan usaha di dalam suatu perusahaan perseroan terbatas (Hariyani, dkk, 2010 : 198). Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut. Sedangkan menurut Tandelilin (2010:32), saham diartikan sebagai sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau suatu perusahaan dengan menyertakan modal tersebut.
29
2.3.1 Jenis-jenis Saham Saham yang beredar di masyarakat terdapat dalam berbagai jenis. Adapun maksud pembagian ini adalah hanya untuk membedakan karakteristik saham itu sendiri. Menurut Martono dan Harjito (2007 : 367), saham dapat dibedakan menjadi : 1.
Berdasarkan cara pengalihannya a. Saham atas unjuk (bearer stock) Saham atas unjuk (bearer stock) adalah saham atau sertifikat yang tidak dituliskan atas nama pemiliknya. Dengan pemilikan saham atas unjuk, seorang pemilik saham sangat mudah untuk mengalihkan kepada orang lain karena sifatnya mirip dengan uang. Jika saham tersebut hilang, maka pemilik tidak dapat meminta gantinya. b. Saham atas nama (registered stock) Saham atas nama (registered stock) adalah sertifikat saham ini dituliskan nama pemiliknya. Cara peralihan dengan dokumen peralihan kemudian nama pemiliknya dicatat di buku perusahaan yang khusus membuat daftar pemegang saham. Jika saham tersebut hilang pemiliknya dapat meminta gantinya.
2.
Berdasarkan manfaatnya a. Saham Biasa (common stock) Saham biasa menyatakan kepemilikan suatu perusahaan. Saham biasa adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan. Sebagai pemilik, pemegang saham biasa, suatu perusahaan mempunyai hak suara proporsional pada berbagai keputusan penting perusahaan antara lain pada persetujuan keputusan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). b. Saham Preferen (Preffered Stock) Saham preferen merupakan satu jenis sekuritas ekuitas yang berbeda dalam berbagai hal dengan saham biasa. Dividen pada saham preferen biasanya dibayarkan dalam jumlah tetap dan tidak pernah berubah dari waktu ke waktu. Seperti yang disebut sebagai preferred (dilebihkan),
30
pembagian dividen pada pemegang saham preferen didahulukan sebelum diberikan kepada pemegang saham biasa. c. Saham Treasuri (treasury stock) Saham treasuri (treasury stock) adalah saham milik perusahaan yang sudah pernah dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk dipensiunkan tetapi disimpan sebagai treasuri. 2.4 Risiko Hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian atau risiko. Karena investor menghadapi kesempatan investasi yang beresiko, pilihan investasi tidak dapat hanya mengandalkan pada tingkat keuntungan yang diharapkan.
Apabila
investor
mengharapkan untuk
memperoleh tingkat
keuntungan yang tinggi, maka ia harus bersedia menganggung risiko yang tinggi pula. Salah satu karakteristik investasi pada sekuritas adalah kemudahan untuk membentuk portofolio investasi. Artinya investor dapat dengan mudah menyebar (melakukan diversifikasi) investasinya pada kesempatan investasi (Husnan, 2009 : 47). Pengertian risiko itu sendiri menurut L.J Gitman (2012 : 310) adalah, “A measure of uncertainty surrounding the return that an investment will earn or, more formally, the variabilitiy of returns associated with a given asset.” Suatu ukuran ketidakpastian tentang pengembalian investasi yang akan menghasilkan atau, secara lebih khusus, variabilitas dari hasil yang berkaitan dengan asset tertentu. Sementara menurut Sukardi (2010 : 255) definisi risiko adalah, ”Risiko didefinisikan bahwa dalam konteks investasi, kondisi harm atau loss, dapat berupa kondisi di mana investor menerima keuntungan yang lebih kecil dari yang disyaratkan.” Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa pengertian risiko adalah kondisi yang tidak pasti dimana investor menerima keuntungan yang lebih kecil dari yang diharapkan sebelumnya.
31
1. Pilihan Perilaku Dalam implementasinya, terdapat tiga dasar pilihan perilaku yang dapat ditunjukkan oleh manajer kepada investor, yang menurut L.J Gitman (2012 : 312), adalah, “Risk Preferences, there are three basic preferences behaviors, riskindifferent, risk-averse, and risk-seeking. Risk Indifferent is the attitude toward risk in which no change in return would be required for an increase risk, risk averse is the attitude toward risk in which an increased return would be required for an increase in risk, and risk seeking is the toward risk in which a decreased return would be accepted for an increase risk .” Ada tiga dasar pilihan perilaku yang ditunjukkan oleh manajer, yaitu risiko indifferent (acuh), risiko averse (menghindari), dan risiko seeking (mencari). Risk indifferent/acuh adalah sikap terhadap risiko di mana tidak ada perubahan dalam pengembalian
yang
akan
diperlukan
untuk
peningkatan
risiko,
risk
averse/menghindari risiko adalah sikap dimana investor tidak menyukai risiko tersebut dan akan menghindari risiko dan meminta tingkat pengembalian yang lebih tinggi sebagai suatu rangsangan untuk membeli efek yang lebih berisiko. Risk seeking/mencari risiko adalah terhadap risiko di mana pada saat tingkat pengembalian kembali menurun akan diterima untuk meningkatkan risiko. Risiko pasar yang besar akan memberikan informasi bagi investor untuk berhati-hati dalam pengambilan keputusan berinvestasi. Para investor berhati-hati (cenderung menunggu) ketika kondisi pasar tidak stabil, sehingga menimbulkan permintaan saham oleh pasar yang menurun. Dengan menurunnya minat investor tersebut, maka harga saham relatif menurun, sehingga berdampak pada investor menanamkan investasinya pada situasi atau kondisi yang berisiko tinggi. Perusahaan dengan risiko yang besar akan memberikan insentif yang besar pula kepada para manajer yang mengelola perusahaan tersebut agar pengelolaan perusahaan dilakukan dengan sebaik-baiknya. Semakin besar nilai deviasi standar maka semakin besar kemungkinan nilai riil. Sedangkan nilai yang tidak diharapkan tidak lain merupakan rata-rata atau mean.
32
2.4.1 Risiko Sistematik dan Risiko Tidak Sistematik Dalam suatu investasi, risiko dapat digolongkan dalam dua jenis yaitu risiko tidak sistematis dan risiko sistematis. Risiko yang selalu ada dan tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi disebut dengan risiko sistematis. Sedangkan risiko yang bisa dihilangkan dengan diversifikasi disebut dengan risiko tidak sistematis. Penjumlahan kedua jenis risiko tersebut disebut sebagai risiko total (Husnan, 2009:161). Risiko dikelompokkan menjadi dua, yaitu risiko sistematik dan risiko tidak sistematik, berikut merupakan pengertian menurut Ross, Westerfield, Jordan (2009 : 588), adalah, “Risiko Sistematik (Systematic Risk) merupakan risiko yang mempengaruhi sejumlah besar asset,yang mempengaruhi perekonomian secara luas atau disebut juga risiko pasar. Sedangkan risiko tidak sistematis (Unsystematic Risk) merupakan risiko yang mempengaruhi sejumlah kecil asset, atau disebut juga risiko unik/khusus asset.” Risiko sistematik ini adalah risiko yang selalu ada dan tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi, karena fluktuasi ini dipengaruhi oleh faktorfaktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Systematic risk sering disebut dengan market risk karena fluktuasi risiko ini disebabkan oleh faktor kondisi perekonomian, kebijakan pajak dan kondisi sosial politik. Sedangkan risiko tidak sistematis ini adalah, “risiko yang dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Unsystematic risk tidak terikat dengan perubahan pasar secara keseluruhan tapi dipengaruhi oleh faktor mikro spesifik perusahaan seperti market share, manajemen dan laba tahunan.” Unsystematic risk dapat dihindari dengan cara melakukan diversifikasi atas portofolio yang dimiliki oleh investor. Apabila risiko tidak sistematis tidak saling berkorelasi, maka risiko sistematis setiap perusahaan akan saling berkorelasi, hal ini terjadi karena faktorfaktor
yang
mempengaruhinya
sama
(seperti
misalnya
tingkat
bunga,
pertumbuhan ekonomi, dan sebagainya). Maka akibatnya adalah tingkat keuntungan antar saham juga saling berkorelasi. Semua perusahaan akan terkena dampaknya, hanya saja intensitasnya mungkin berbeda antara perusahaan yang sau dengan yang lain. Ukuran statistik yang paling umum digunakan untuk
33
menggambarkan risiko investasi adalah standar deviasi, standar deviasi mengukur diseluruh penyebaran nilai yang diharapkan. Tingkat kepekaan ini dapat diukur oleh beta. Semakin peka perubahannya semakin tinggi beta faktor tersebut. Standar deviasi adalah ukuran simpangan nilai dari nilai yang diharapkan. Jika mendefinisikan risiko investasi sebagai kondisi di mana investor memperoleh keuntungan yang kurang dari apa yang diharapkan, maka risiko dapat diukur dengan menggunakan standar deviasi (Sukardi, 2010 : 257). Secara umum, apabila kejadian Rate of Return sama, maka standar deviasi dapat dihitung dengan rumus berikut (Husnan, 2009 : 53) : 𝑁
𝜎𝑖2
= 𝑗 =1
(𝑅𝑖𝑗 − 𝐸(𝑅𝑖 )2 𝑁
Di mana : 𝜎𝑖2 = deviasi standar return saham ke i E(Ri) = return selama periode N Ri = rata-rata return N = periode Apabila risiko diukur/dinyatakan dalam bentuk varians maka dapat dirumuskan sebagai berikut (Husnan, 2009 :53) : 𝑀
𝜎𝑖2 =
[ 𝑃𝑖𝑗 (𝑅𝑖𝑗 − 𝑅𝑖 ]2 𝑗 =1
Di mana : 𝜎𝑖2 = varians return saham ke i 𝑅𝑖 = average return saham ke i Rij = actual return saham ke i Pij = probabilitas 2.5 Beta Risiko sistematis/beta (systematic risk) adalah variasi pengembangan saham/portofolio berhubungan dengan perubahan pengembangan dalam pasar secara keseluruhan. Risiko yang tidak dapat didiversifikasikan disebut sebagai risiko pasar atau risiko umum atau risiko sistematik. Risiko ini terjadi karena
34
kejadian–kejadian di luar kegiatan perusahaan seperti pertumbuhan ekonomi, politik dan sebagainya. Untuk mengukur risiko pasar dan untuk mengukur kepekaan saham pada tingkat keuntungan terhadap perubahan-perubahan pasar maka biasa disebut sebagai beta investasi tersebut. Pengertian koefisien beta, menurut L.J Gitman (2012 : 330) adalah sebagai berikut : “Beta coefficient is a relative measure of non diversifiable risk. An index of the degree of movement of an asset’s return in response to a change in the market return. Diversifiable risk is the portion of an assets risk that is attributable to firm specific, random causes, can be eliminated through diversification. also called unsystematic risk” Karena beta suatu saham dapat mengukur kontribusi saham tersebut pada tingkat risiko portofolio, beta secara teoritis merupakan ukuran tingkat risiko saham yang tepat. Sementara menurut Brigham (2010 : 348), pengertian koefisien beta adalah, “Suatu ukuran yang menunjukkan sampai sejauh mana pengembalian suatu saham tertentu bergerak naik dan turun mengikuti pasar saham. Karena itu beta mengukur rasio pasar.” Maka dapat disimpulkan bahwa pengertian beta merupakan suatu ukuran untuk mengukur rasio pasar
yang
menunjukkan sejauh mana tingkat
pengembalian yang akan dihasilkan nanti yang disebabkan oleh beberapa faktor tertentu. Koefisien beta suatu saham menentukan bagaimana pengaruh saham tersebut pada tingkat risiko suatu portofolio yang terdiversifikasi, maka beta menjadi ukuran risiko saham yang paling relevan. Rata-rata beta untuk seluruh saham adalah sama dengan 1,0. Deviasi standar dari suatu saham dengan beta sebesar 1,5 adalah sama dengan 1,5 kali portofolio pasar. Sedangkan saham yang mempunyai beta hanya 0,9 berarti deviasi standarnya adalah hanya 0,9 kali deviasi portofolio pasar. Beta dapat digambarkan seperti pada gambar 2.1 bahwa semakin besar beta, maka semakin curam kemiringan garis tersebut, dan sebaliknya.
35
Rit
Rmt
Sumber : Husnan (2009:109)
Gambar 2.1 Penggambaran beta Penyebaran titik-titik pengamatan di sekitar garis regresi tersebut menunjukkan risiko sisa sekuritas yang diamati. Semakin menyebar titik-titik tersebut, maka akan semakin besar pula risiko sisanya. Simbol menunjukkan alpha, dan merupakan beta, Rit merupakan Return perusahaan sedangkan Rmt merupakan Return Pasar. Menurut Husnan (2009:115), dapat dihitung dengan menggunakan rumus regresi : 𝑏=
𝑛
𝑋𝑌 −
𝑛
𝑋
2
𝑋 − ( 𝑋)
𝑌 2
Di mana : n X Y
= periode = Tingkat Keuntungan Pasar (IHSG) = Return Saham Perusahaan Sedangkan menurut (Gitman, 2012 : 332), Beta dapat dihitung dengan
menggunakan rumus: 𝑁
𝑏𝑝 =
𝑤𝑖 𝑏𝑖 𝑖=1
Di mana : bp = beta dari portofolio wi = pecahan portofolio yang diinvestasikan ke dalam saham ke-i bi = koefisien beta untuk saham ke-i
36
1. Penurunan Karena Diversifikasi Diversifikasi akan mengurangi risiko, tetapi selama investasi-investasi tersebut tidak mempunyai koefisien korelasi antara tingkat keuntungannya yang negatif sempurna, maka tidak bisa menghilangkan fluktuasi tingkat keuntungan portofolio tersebut. Dengan kata lain, semakin menambah jumlah jenis saham dalam suatu portofolio, semakin kecil fluktuasi keuntungan, yang diukur deviasi standar, portofolio tersebut. Meskipun demikian deviasi standar ini tidak bisa mencapai nol. Risiko selalu ada dan tidak bisa dihilangkan dengan cara diversifikasi ini disebut sebagai risiko sistematis. Sedangkan risiko yang bisa dihilangkan dengan diversifikasi disebut sebagai risiko tidak sistematis. Penjumlahan kedua jenis risiko tersebut disebut sebagai risiko total. Keadaan semacam ini dapat ditunjukkan pada gambar 2.2 berikut ini : Deviasi Standar
Risiko total
Risiko tidak sistematis Risiko sistematis Jumlah sekuritas Sumber : Husnan, 2009 :162
Gambar 2.2 Penurunan risiko dengan diversifikasi Risiko sistematis ini disebut juga sebagai risiko pasar (market risk). Disebut risiko pasar karena fluktuasi ini disebabkan oleh faktor-faktor makro yang memperngaruhi semua perusahaan yang beroperasi (Husnan, 2009 : 162). 2. Bagaimana Suatu Saham Mempengaruhi Risiko Portofolio Karena ada sebagian risiko yang bisa dihilangkan dengan diversifikasi (yaitu risiko tidak sistematis), maka dalam suatu portofolio ukuran risiko sekarang bukan lagi deviasi standar (risiko total), tetapi tentu hanya risiko yang tidak bisa
37
dihilangkan dengan diversifikasi (yang disebut sebagai risiko sistematis atau risiko pasar). Karena para investor umumnya tidak menginvestasikan semua dananya pada satu saham, mereka melakukan diversifikasi, mereka hanya akan berniat terhadap pengaruh masing-masing saham pada risiko portofolio mereka. Risiko dari portofolio yang didiversifikasikan secara baik tergantung pada risiko pasar dari masing-masing saham yang dimasukkan dalam portofolio tersebut. Tingkat risiko setiap saham seharusnya dinilai pengaruhnya pada tingkat risiko portofolio yang memilikinya. Jenis risiko dapat dilihat oleh Model Penetapan Asset Modal (Capital Asset Pricing Model-CAPM) yang menjelaskan hubungan antara risiko dengan tingkat pengembalian. Menurut CAPM, jika risiko diukur dengan menggunakan beta, hubungan antara risiko yang relevan dari suatu saham dengan keuntungan yang disyaratkan dinyatakan dengan suatu garis linier yang disebut dengan Security Market Line (SML). Security market line ini diturunkan dari Capital market line (CML). Menggunakan koefisien beta untuk mengukur risiko nondiversifiable, CAPM dapat menggunakan rumus persamaan SML (Gitman, 2012 : 333): 𝑟𝑖 = 𝑟𝑅𝑓 + (𝑟𝑚 − 𝑟𝑅𝑓 )𝑏𝑖 Di mana : ri Rf rm
= tingkat keuntungan yang diharapkan (required return) = tingkat bunga bebas risiko = tingkat keuntungan yang disyaratkan pada portofolio pasar (market index) bi = beta saham i Dan untuk menghitung Capital Market Line (CML) dapat menggunakan rumus sebagai berikut : 𝑟𝑖
𝐸 (𝑅𝑀 ) − 𝑅𝑓 𝜎𝑀
Di mana : E(Ri) = tingkat keuntungan yang diharapkan untuk saham ke-i Rf = tingkat bunga bebas risiko 𝜎𝑀 = standar deviasi tingkat keuntungan portofolio pasar
38
2.6 Size (Ukuran Perusahaan) Suatu perusahaan besar yang sudah mapan akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal, sementara perusahaan yang baru dan yang masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memiliki akses ke pasar modal. Karena kemudahan akses ke pasar modal cukup berarti untuk fleksibilitas dan kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih besar, sehingga perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil. Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan. Perusahaan yang besar memiliki pertumbuhan yang relatif lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil sehingga return saham juga akan lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang berskala kecil. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur ukuran perusahaan adalah dengan menggunakan growth total asset. Semakin cepat perusahaan berkembang, semakin besar kebutuhannya untuk membiayai aktivanya. Apabila kebutuhan dana semakin besar, perusahaan akan cenderung untuk menahan keuntungan daripada membayarkan dividen. Menurut Halim (2006 : 6) ukuran perusahaan adalah, “Ukuran atau besarnya asset yang dimiliki perusahaan.” Sedangkan menurut Kelana (2006 : 274) ukuran perusahaan atau biasa disebut size ini adalah, “Ukuran perusahaan merupakan variabel kontrol yang dipertimbangkan dalam banyak penelitian keuangan. Hal ini disebabkan dugaan banyaknya keputusan atau hasil keuangan dipengaruhi oleh ukuran perusahaan. Secara umum size diproksi dengan total asset. Karena nilai total asset biasanya sangat besar dibandingkan variabel keuangan yang lainnya, maka dengan maksud untuk mengurangi peluang heteroskedastis (varians dari error).” Size (ukuran) suatu perusahaan dapat ditunjukkan dengan nilai kapitalisasi (total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata tingkat penjualan dan rata-rata total aktiva) sahamnya di pasar modal. Saham dengan nilai kapitalisasi kecil dan besar mempunyai perbedaan sensitivitas terhadap faktor risiko yang merupakan faktor penting untuk memberikan pricing asset. Perusahaan yang besar akan lebih mudah untuk memperoleh pinjaman dibandingkan dengan perusahaan kecil.
39
Perusahaan yang besar memiliki pertumbuhan yang relatif lebih besar daripada dibandingkan perusahaan kecil, sehingga tingkat pengembalian return pada perusahaan besar relatif lebih besar dibandingkan return saham yang lebih kecil. Oleh karena itu investor akan lebih berspekulasi untuk memilih perusahaan besar dengan harapan memperoleh keuntungan (return) yang besar pula (Solechan, 2009). Maka dapat disimpulkan bahwa pengertian size (ukuran perusahaan) merupakan salah satu variabel keuangan dalam mengelompokkan dan memilih dari sekian banyaknya keputusan keuangan yang dipengaruhi oleh size dan data yang salah satunya dapat dilihat dengan seberapa besar size (ukuran perusahaan) tersebut. Total aktiva adalah penjumlahan antara total aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva lancar adalah aktiva yang habis dalam satu kali berputar dalam proses produksi dan proses perputarannya adalah dalam jangka waktu yang pendek (umumnya kurang dari satu tahun). Aktiva tetap adalah aktiva yang tahan lama yang tidak habis secara berangsur-angsur dalam proses produksi. Karena ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata tingkat penjualan dan rata-rata total aktiva. Maka ukuran perusahaan (size) akan dihitung dengan menggunakan total aktiva (Kelana, 2006 : 274) : 𝑆𝑖𝑧𝑒 = 𝐿𝑛 (𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡) 2.7 Debt Ratio (Rasio Hutang) Suatu perusahaan akan memperoleh hutang baru untuk membiayai perluasan usahanya. Hutang dapat dilunasi pada saat jatuh tempo dengan mengganti hutang tersebut dengan hutang baru. Alternatif lain adalah perusahaan harus menyediakan dana sendiri yang berasal dari keuntungan untuk melunasi hutang tersebut. Bagi suatu perusahaan, modal asing itu sangat diperlukan, apalagi kondisi perekonomian lagi bertumbuh dengan tingkat yang tinggi maka pembiayaan dengan hutang akan sangat menguntungkan karena memiliki tiga implikasi penting, yaitu :
40
a. Memperoleh dana melalui utang membuat pemegang saham dapat mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang terbatas b. Risiko perusahaan secara tidak langsung akan terbebankan kepada kreditur c. Jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar atas investasi yang dibiayai dengan dana pinjaman dibanding pembayaran bunga maka pengembalian atas modal pemilik akan lebih besar. Dalam analisis rasio keuangan, yang dilihat adalah dari laporan keuangan, laporan keuangan melaporkan posisi perusahaan pada satu titik waktu dan kegiatan operasinya selama beberapa periode lalu. Namun, nilai riilnya ada pada kenyataan bahwa laporan tersebut digunakan untuk membantu meramalkan laba dan dividen masa depan bagi perusahaan serta sebagai titik awal untuk merencanakan tindakan-tindakan yang akan memperbaiki kinerja masa depan, sementara bagi investor peramalan masa depan adalah inti dari analisis keuangan yang sebenarnya (Brigham, 2010 : 133). Salah satu rasio yang dapat menjamin keseluruhan hutangnya dengan bagian dari modal sendiri adalah Debt Equity Ratio (DER). Debt Ratio menunjukkan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk
keseluruhan
hutangnya.
Suatu
perusahaan akan
memprioritaskan
keuntungan yang diperolehnya untuk membayar hutang sedangkan sisanya akan dibagikan sebagai dividen per share. Rasio hutang atau leverage atau solvabilitas yaitu rasio untuk menghitung seberapa besar dana yang disediakan oleh kreditur. Dan sampai sejauh mana perusahaan menggunakan pendanaan melalui utang (financial leverage). Leverage ini akan memberikan dampak penting yaitu untuk menghimpun dana melalui utang, pemegang saham dapat mengendalikan perusahaan dengan jumlah investasi dengan ekuitas terbatas, lalu kreditor melihat ekuitas atau dana yang diberikan oleh pemilik sebagai batas pengaman, sehingga jika makin tinggi proporsi total modal yang diberikan oleh pemegang saham, maka makin kecil risiko yang akan dihadapi oleh investor, dan jika hasil yang diperoleh dari asset
41
perusahaan lebih tinggi daripada tingkat bunga yang dibayarkan, maka penggunaan hutang akan memperbesar pengembalian atas ekuitas atau ROE (Brigham, 2010 : 140). Rasio yang tinggi berarti perusahaan menggunakan leverage keuangan yang besar. Penggunaan leverage yang tinggi akan meningkatkan modal perusahaan dengan cepat, tetapi sebaliknya apabila penjualan menurun, modal perusahaan akan cepat pula. Rasio leverage dapat diartikan sebagai besarnya aktiva perusahaan yang didanai dengan pendanaan dari pihak luar. Namun penggunaan dana dari pihak luar akan memperbesar risiko atas hasil (risk of return) bagi para pemegang saham karena adanya beban tetap pembayaran bunga pinjaman (Sukardi, 2010 : 234). Menurut Brigham dan Houston (2010:140) rasio leverage merupakan, “rasio yang mengukur sejauh mana perusahaan menggunakan pendanaan melalui hutang (financial leverage).” Maka dapat disimpulkan bahwa Debt Ratio merupakan suatu pengukuran untuk mengetahui sejauh mana perusahaan menggunakan pendanaan dari luar (hutang), dan sejauh mana perusahaan dapat memenuhi kewajibannya baik jangka panjang maupun jangka pendek. Dengan semakin tinggi rasio hutang perusahaan menunjukkan bahwa tinggi rasio hutang perusahaan yang dibiayai oleh modal saham (investor) akan memberikan beban tersendiri karena investor merasa terbebani dengan besarnya hutang yang dimiliki perusahaan. Hal yang perlu diperhatikan dalam pendanaan adalah yang pertama sebaiknya pendanaan aktiva jangka panjang dilakukan dengan modal sendiri atau hutang jangka panjang dan yang kedua adalah pendanaan aktiva lancar dilakukan dengan hutang lancar atau hutang jangka panjang. Namun sebaik-baiknya pengelolaan pendanaan, tetap masih memiliki risiko. Ada dua pendekatan untuk mengukur besarnya rasio leverage yaitu pendekatan dengan menggunakan data dari neraca untuk mengetahui besarnya pinjaman yang digunakan perusahaan untuk mendanai aktiva, dan pendekatan dengan menggunakan data dari laporan laba-rugi untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar beban-beban yang berupa bunga atas pinjaman. Terdapat beberapa indikator dalam mengukur rasio leverage yaitu Debt Ratio (DER), Time
42
Interest Earned Ratio (TIE), dan EBITDA Coverage Ratio. DER digunakan dalam mengukur proporsi dana dari hutang, TIE digunakan dalam mengukur kemampuan EBIT dalam membayar biaya bunga. Sedangkan EBITDA Coverage Ratio, digunakan untuk mengukur kemampuan EBIT ditambah dana dari depresiasi untuk membayar bunga. Berikut adalah rumus yang digunakan dalam menghitung Rasio Hutang (Debt Ratio) (Gitman, 2012 : 143) : 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡
Total hutang termasuk seluruh kewajiban lancar dan hutang jangka panjang. Kreditor akan lebih menyukai rasio hutang yang rendah karena makin rendah rasio hutang, maka makin besar perlindungan terhadap kerugian kreditor jika terjadi likuidasi. Di sisi lain, pemegang saham mungkin menginginkan lebih banyak leverage karena akan memperbesar laba yang diharapkan. 2.8 Return Dalam setiap investasi yang dilakukan, tingkat pengembalian (return) adalah nilai yang sangat diharapkan untuk dapat dinikmati atas apa yang telah ditanamkan oleh investor. Pada setiap investasi baik investasi jangka pendek, maupun jangka panjang mempunyai tujuan yang utama yaitu memperoleh keuntungan yang disebut dengan return, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tidak akan ada investasi yang dilakukan, kecuali jika tingkat pengembalian yang diharapkannya cukup tinggi untuk mengompensasi risiko yang ditanggung oleh investor. Tujuan investor dalam berinvestasi adalah untuk memaksimalkan return. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor dalam menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya (Yuliati, 2008). Tingkat pengembalian yang diharapkan menurut Brigham (2010 : 326), adalah “tingkat pengembalian yang diharapkan akan realisasi dari suatu investasi, rata-rata tertimbang dari distribusi probabilitas hasil-hasil yang mungkin terjadi.”
43
Return investasi dapat dikategorikan menjadi Realized Return (Actual Return) dan Expected Return. Realized Return merupakan return yang sudah terjadi. Realized Return penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja. Expected Return (return yang diharapkan) merupakan return yang diharapkan oleh investor di masa yang akan datang. Dengan demikian expected return merupakan return yang belum terjadi. Return dapat dihitung menggunakan rumus (Brigham, 2010 : 327): 𝑁
𝑟=
𝑃𝑖 𝑟𝑖 𝑖=1
Di mana : Pi = probabilitas hasil ke i N = jumlah kemungkinan hasil 𝑟 = rata-rata tertimbang kemungkinan hasil nilai r i ri = kemungkinan hasil ke i Sementara menurut L.J. Gitmann (2012 : 311), pengertian return total adalah, “Return is the total gain or loss experienced on an investment over a given period of time ; calculated by dividing the asset’s cash distribution during the period, plus change in value, by its begining of period investment value.” “Return adalah keuntungan total atau kerugian yang dialami pada investasi selama periode waktu tertentu, dihitung dengan membagi distribusi aset kas selama periode tersebut, ditambah perubahan nilai, dengan awal yang nilai periode investasi.” Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Return investasi dapat dikategorikan menjadi Realized Return (Actual Return) dan Expected Return. Realized Return merupakan return yang sudah terjadi, Realized Return merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Realized Return penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja. Expected Return (return yang diharapkan) merupakan return yang diharapkan oleh investor di masa yang akan datang. Dengan demikian expected return merupakan return yang belum terjadi dan masih bersifat tidak pasti. Dalam melakukan investasi investor dihadapkan pada ketidakpastian dan risiko. Semakin besar return yang diharapkan maka semakin besar pula risikonya (high risk high
44
return, low risk low return). Return pasar menggambarkan tingkat pengembalian dan perkembangan nilai saham dari perusahaan- perusahaan yang tercatat di BEI (IHSG & LQ45) (Yuliati, 2008). Maka perusahaan yang besar memiliki pertumbuhan yang relatif lebih besar dibandingkan perusahaan kecil, sehingga tingkat pengembalian (return) saham perusahaan besar lebih besar dibandingkan return saham pada perusahaan berskala kecil. Oleh karena itu, investor akan lebih berspekulasi untuk memilih perusahaan besar dengan harapan memperoleh keuntungan (return) yang besar pula. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa return saham adalah keuntungan yang diperoleh oleh investor karena melakukan investasi dalam pasar modal dan hasilnya dapat berupai dividen dan capital gain/loss. Dalam penelitian ini, return dihitung dari capital gain dengan asumsi bahwa dividen ridak digunakan karena terlalu kecil dan sedikit pengaruhnya. Secara matematis, total return investasi adalah jumlah dari setiap pembagian cash tunai ditambah dengan perubahan nilai investasi, lalu dibagi dengan awal nilai periode. Untuk menghitung total return yang diperoleh pada setiap asset selama periode t, rt, secara umum return saham dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Gitman, 2012 : 311) :
𝑟𝑡 =
𝐶𝑡 + 𝑃𝑡 + 𝑃𝑡−1 𝑃𝑡−1
Dimana : rt Ct Pt Pt-1
= tingkat pengembalian yang diharapkan selama periode ke-t = aliran kas yang diterima dari investasi asset pada periode waktu t-1 untuk t = harga nilai asset pada periode ke-t = harga nilai asset pada periode waktu t-1
2.9 Pengaruh Beta, Size dan Debt Ratio terhadap Return saham pada Perusahaan-perusahaan Pertambangan yang termasuk ke dalam LQ-45 Periode 2008-2012
45
Pada umumnya hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian atau risiko, investor tidak mengetahui dengan pasti hasil yang akan diperolehnya dari investasi yang dilakukan. Dalam keadaan semacam itu dikatakan bahwa investor tersebut menghadapi risiko dalam investasi yang dilakukannya. Yang bisa dilakukan adalah dengan memperkirakan berapa besar keuntungan yang akan diperoleh dari investasinya, dan seberapa jauh kemungkinan hasil yang sebenarnya nanti akan menyimpang dari hasil yang akan diharapkan. Apabila investor mengharapkan untuk memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi, maka investor harus bersedia mengambil risiko yang tinggi pula (Husnan, 2009 : 47). Pemilihan investasi dapat berbeda untuk setiap individu, karena hal tersebut akan sangat bergantung pada perilaku investor terhadap variabel-variabel penentu tingkat pengembalian suatu investasi (return). Pada investasi dalam bentuk saham di pasar modal, tingkat return saham tidak sama karena besarnya dividen kas dan keuntungan atau kerugian dalam menjual setiap saham berbeda. Oleh
karena
itu
dalam
melakukan
investasi,
investor
seharusnya
mempertimbangkan secara matang mengenai beberapa hal yang sangat penting dalam pengambilan keputusan investasi yang dilakukannya, yaitu berupa return saham yang diharapkan, berapa besarnya risiko yang akan ditanggung yang dapat diukur menggunakan beta. Selain
risiko
yang
telah
disebutkan,
untuk
memilih
dalam
pengelompokkan dari sekian banyaknya data, maka size (ukuran perusahaan) dapat dijadikan suatu pengukuran, karena dengan melihat seberapa besar ukuran perusahaan-perusahaan yang akan dipilih maka akan mengetahui perbedaan yang signifikan dari masing-masing kelompok dengan ukuran yang kurang lebih sebanding. Size (ukuran perusahaan) biasanya sering digunakan sebagai variabel penelitian keuangan. Karena jika size perusahaan tersebut semakin besar maka return yang didapat kemungkinan lebih besar pula jika dibandingkan dengan yang lain. Selain dari size yang diperoleh dari total asset, Debt Ratio akan memberikan dampak penting yaitu untuk menghimpun dana melalui utang, pemegang saham dapat mengendalikan perusahaan dengan jumlah investasi
46
dengan ekuitas terbatas, lalu kreditor melihat ekuitas atau dana yang diberikan oleh pemilik sebagai batas pengaman, sehingga jika makin tinggi proporsi total modal yang diberikan oleh pemegang saham, maka makin kecil risiko yang akan dihadapi oleh investor, dan jika hasil yang diperoleh dari asset perusahaan lebih tinggi daripada tingkat bunga yang dibayarkan, maka penggunaan hutang akan memperbesar pengembalian atas ekuitas.\