BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Kepariwisataan
Kepariwisataan adalah seluruh kegiatan yang terkait dengan pariwisata
dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha. Pengertian tersebut dipaparkan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. Kepariwisataan itu sendiri
merupakan pengertian jamak yang diartikan sebagai hal-hal yang berhubungan dengan pariwisata, yang dalam bahasa Inggris disebutkan tourism. Dalam kegiatan kepariwisataan ada yang disebut subyek wisata yaitu orang-orang yang melakukan perjalanan wisata dan obyek wisata yang merupakan tujuan wisatawan. Dari pengertian tersebut maka munculah beberapa tinjauan umum kepariwisataan sebagai berikut. Undang-undang RI No. 9 th. 1990 tentang Kepariwisataan memberikan beberapa pengertian yang dapat membantu memperjelas istilah perjalanan wisata. Di dalam UU ini pada Bab.I pasal 1 terdapat beberapa pengertian tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan perjalanan wisata, yaitu sebagai berikut; 1. Wisata adalah perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. 2. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. 3. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. 4. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata Memperhatikan uraian UU tersebut dapat dilihat dengan jelas perbedaan antara perjalanan biasa (travel) dengan perjalanan wisata (tour). Perbedaan tersebut terletak pada kunjungan di obyek wisata dan daya tarik wisata.
6
2.1.1 Pengertian Pariwisata
Istilah pariwisata (tourism) baru muncul dimasyarakat kira-kira pada abad
18, yang berasal dari dilaksanakannya kegiatan wisata (tour). Pariwisata merupakan aktivitas, pelayanan dan produk hasil industri pariwisata yang mampu menciptakan pengalaman perjalanan bagi wisatawan. McIntosh (1995, hal10),
menyatakan bahwa “...a composite of activities, services and industries that delivers a travel experience: transportation, accomodation, eating, drinking establishment, shops, entertainment, activity, and other hospitality service available for individuals or group that are away from home”.
Arti pariwisata belum banyak diungkapkan oleh para ahli bahasa dan
pariwisata. Kata pariwisata berasal dari dua suku kata yaitu pari dan wisata. Pari berati banyak, berkali-kali dan berputar-putar, sedangkan wisata berarti perjalanan atau berpergian. Jadi pariwisata adalah perjalanan atau berpergian yang dilakukan secara berkali-kali atau berkeliling. Sugiama (2011, hal 5) mendefinisikan bahwa “Pariwisata adalah rangkaian aktifitas, dan penyediaan layanan baik untuk kebutuhan atraksi wisata, transportasi, akomodasi, dan layanan lain yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan perjalanan seseorang atau sekelompok orang untuk sementara meninggalkan tempat tinggalnya dengan maksud beristirahat, berbisnis, atau untuk maksud lainnya”. Definisi menyatakan bahwa pariwisata merupakan serangkaian aktifitas yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang jauh dari tempat tinggalnya dengan maksud beristirahat, bisnis atau maksud lainnya dimana dalam melakukan serangkaian aktifitas tersebut memerlukan berbagai layanan yang baik untuk kebutuhan atraksi wisata, transportasi, akomodasi dan layanan lain.
2.1.2 Jenis-Jenis Pariwisata Menurut Wahab dalam Sihite (2000), pariwisata dapat dibagi menjadi beberapa golongan sebagai berikut: 1. Menurut Kelompoknya a. Individual Tourism
7
Kegiatan wisata ini hanya diikuti oleh seseorang atau suatu keluarga secara
bersama-sama.
b. Group Tourism Group Tourism dilakukan oleh banyak orang yang tergabung dalam satu
rombongan untuk melaksanakan perjalanan wisata. Biasanya perjalanan ini diorganisir oleh sekolah, organisasi atau agen perjalanan.
c. Company or Club Member Tourism Dilakukan oleh kelompok tertentu, misalnya suatu perusahaan untuk melakukan studi banding ke suatu tempat (dalam dan atau luar negeri) dengan tujuan tertentu. Contohnya anggota komisi pemerintahan yang pergi
ke suatu daerah, negara atau lokasi tertentu untuk kepentingan suatu peninjauan
dan
perjalanan
dilaksanakan
sesuai
dengan
jadwal
keanggotaannya. 2. Menurut Maksud dan Tujuannya a. Recreational Tourism atau Leisure Tourism Perjalanan
ini
bertujuan untuk
memenuhi
suatu kepuasan untuk
mengembalikan kekuatan fisik ataupun mental setelah berkegiatan rutin sehari-hari. b. Honey moon atau Wedding Tourism Kegiatan wisata ini merupakan kegiatan yang dilakukan pada saat upacara pernikahan (wedding) atau bulan madu (honey moon). c. Familiy Tourism Kegiatan wisata yang dilakukan dengan berkunjung ke suatu tempat di suatu kota, negara bahkan antar negara dengan tujuan karena adanya urusan keluarga. d. Cultural Tourism Dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang atau promosi kebudayaan dengan melakukan kunjungan ke tempat lain (dalam atau luar negeri) untuk mempelajari kondisi rakyat, cara hidup, adat istiadat, kebiasaan, kebudayaan, dan kesenian yang ada di tempat tersebut. Kegiatan wisata ini sering dilakukan dengan cara wisatawan mencoba terlibat dalam kegiatan budaya yang terdapat di
8
destinasi wisata, seperti mencoba menenun kain songket, seni tari, seni
drama, seni musik, dan seni suara dengan menggunakan pakaian adat rakyat sekitar.
e. Religious Tourism
Jenis pariwisata yang dilakukan oleh individual atau keluarga untuk mengunjungi tempat-tempat untuk tujuan ibadah. Contohnya wisatawan yang beragama Islam pergi naik haji ke Mekah dan wisatawan yang beragama Katolik pergi ke Roma.
f. Health Tourism Kegiatan wisata yang dilakukan dengan tujuan menggunakan lingkungan
yang ada di destinasi wisata untuk beristirahat, dalam arti untuk kesembuhan jasmani dan rohani di tempat lain. Destinasi wisata kesehatan ini adalah tempat peristirahatan, seperti sumber air panas yang mengandung mineral yang dapat menyembuhkan dan atau fasilitas-fasilitas lain yang memungkinkan wisatawan dapat mengurusi kesehatan mereka sambil berwisata. g. Sport Tourism Kegiatan perjalanan yang bertujuan untuk berolahraga atau turut serta dalam pesta olahraga di tempat atau di negara lain, seperti ASEAN Games, Olympiade, Thomas Cup, Uber Cup, atau F-1 (Formula One). Terdapat jenis olahraga yang termasuk jenis wisata olahraga, namun tidak tergolong pesta olahraga atau games, yakni berburu, memancing, berenang, dan cabang olahraga lain dalam air atau di atas pegunungan. h. Mission Tourism Jenis pariwisata ini dilakukan untuk mengunjungi suatu tempat karena adanya tugas atau misi dari negara atau instansi, misalnya karena adanya misi perdamaian. i. Conference Tourism Kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan adanya suatu acara pertemuan, rapat, seminar, pameran, kongres, konvensi baik tingkat nasional maupun internasional.
9
3. Menurut Alat Transportasi yang Digunakan
a. Land Tourism
Kegiatan pariwisata ini dilakukan dengan menggunakan transportasi darat, misalnya menggunakan bus dan kereta api.
b. Sea and River Tourism
Kegiatan pariwisata ini dilakukan dengan menggunakan transportasi laut, misalnya menggunakan perahu atau kapal laut. c. Air Tourism Untuk melakukan perjalanan pada jenis pariwisata ini menggunakan transportasi udara dari dan ke tempat tujuan yang hendak dikunjungi.
4. Menurut Letak Geografisnya a. National Domestic Tourism Kegiatan wisata ini dilakukan dalam negeri dengan peserta yang mengikutinya, yaitu warga negara itu sendiri dan orang asing yang tinggal di negara tersebut. b. Regional Tourism Jenis pariwisata yang kegiatannya dilakukan dalam lingkungan nasional (provinsi) ataupun dalam lingkungan regional, misalnya ASEAN. c. International Tourism Ruang lingkup dalam jenis pariwisata ini melibatkan negara-negara yang ada di dunia. 5. Menurut Musim a. Seasional Tourism Perjalanan ini dilakukan pada saat kegiatan wisata yang akan dilakukan hanya terjadi pada saat-saat tertentu saja. Misalnya wisatawan akan bermain ski dan berenang di pantai. Maka kedua kegiatan tersebut dilakukan pada musimnya masing-masing, yaitu bermain ski pada musim salju dan berenang di pantai pada musim panas. b. Vacational Tourism Waktu untuk melakukan kegiatan pariwisata ini adalah bagi mereka yang sedang dalam masa liburan sekolah dan cuti kerja suatu perusahaan yang berkesempatan misalnya pergi ke luar negeri. Biasanya kegiatan ini diikuti
10
dengan berbagai keringanan prasarana sebagai promosi dan daya tarik
wisata yang akan dilakukan.
6. Menurut Usia a. Youth Tourism
Jenis pariwisata ini disukai dan diperuntukkan bagi para remaja.
b. Adult Tourism Kegiatan perjalanan ini dilakukan oleh orang-orang dewasa. c. The Old Tourism Dilakukan oleh para orang yang sudah tua sekali, yaitu nenek-nenek dan kakek-kakek.
7. Menurut Jenis Kelamin a. Masculine Tourism Kegiatan dari jenis pariwisata ini hanya diikuti oleh kaum pria saja. Tour ini diselenggarakan untuk para kaum pria, misalnya Safari Hunting Adventure di Afrika. b. Feminine Tourism Kegiatan dari jenis pariwisata ini hanya diikuti oleh kaum wanita saja, karena tour ini diselenggarakan untuk para kaum wanita, misalnya demonstrasi kecantikan dan menghias karangan bunga. 8. Menurut Tingkatan Harga a. First Class Tourism Fasilitas dari jenis pariwisata ini menggunakan layanan first class, baik itu alat transportasi, penginapan, restoran maupun atraksi wisata yang akan disaksikan. b. Middle Class Tourism Jenis pariwisata ini diperuntukkan bagi wisatawan yang menginginkan fasilitas wisata dengan fasilitas yang harganya tidak terlalu mahal, tetapi juga pelayanannya tidak terlalu jelek. c. Social Tourism Perjalanan ini dilakukan secara bersama-sama dengan perhitungan biaya semurah mungkin yang fasilitasnya tetap cukup memadai saat perjalanan dilaksanakan.
11
2.1.3 Pengertian Wisatawan
Bila diperhatikan, orang-orang yang datang berkunjung disuatu tempat
atau negara, biasanya mereka disebut sebagai pengunjung (visitor) yang terdiri dari beberapa orang dengan bermacam-macam motivasi kunjungan termasuk didalamnya adalah wisatawan, sehingga tidak semua pengunjung termasuk
wisatawan. Menurut International Union of Offical Travel Organization (IOUTO, 1967) pengunjung yaitu setiap orang yang datang ke suatu negara atau tempat tinggal lain dan biasanya dengan maksud apapun kecuali untuk melakukan
pekerjaan yang menerima upah. Pengertian yang sama disampaikan oleh World
Tourism Organization (WTO, 2004) yang dimaksud dengan pengunjung (visitor) untuk tujuan statistik, setiap orang yang mengunjungi suatu negara yang bukan merupakan negaranya sendiri dengan alasan apapun juga kecuali untuk mendapatkan pekerjaan yang dibayar oleh negara yang dikunjunginya. Dengan demikian ada dua kategori pengunjung yaitu: 1.
Wisatawan (Tourist) yaitu pengunjung yang tinggal sementara sekurangkurangnya selama
24 jam di negara yang dikunjunginya dan tujuan
perjalanannya dapat digolongkan kedalam klasifikasi sebagai berikut: a. Pesiar (Leasure) untuk kepentingan rekreasi, liburan, kesehatan, studi, keagamaan dan olah raga b. Hubungan dagang (business), keluarga, konferensi, misi dan lain sebagainya. 2.
Pelancong (Exursionist) yaitu pengunjung sementara yang tinggal di suatu negara yang dikunjungi dalam waktu kurang dari 24 jam.
2.1.4 Jenis-Jenis Wisatawan Berdasarkan sifat perjalanan, lokasi di mana perjalanan dilakukan wisatawan dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Karyono, 1997): 1. Foreign Tourist (Wisatawan asing) Orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang datang memasuki suatu negara lain yang bukan merupakan Negara di mana ia biasanya
12
tinggal. Wisatawan asing disebut juga wisatawan mancanegara atau
disingkat wisman.
2. Domestic Foreign Tourist
Orang asing yang berdiam atau bertempat tinggal di suatu negara karena tugas, dan melakukan perjalanan wisata di wilayah negara di mana ia tinggal. Misalnya, staf kedutaan Belanda yang mendapat cuti tahunan,
tetapi ia tidak pulang ke Belanda, tetapi melakukan perjalanan wisata di
Indonesia (tempat ia bertugas). 3. Domestic Tourist (Wisatawan Nusantara)
Seorang warga negara suatu negara yang melakukan perjalanan wisata dalam batas wilayah negaranya sendiri tanpa melewati perbatasan negaranya. Misalnya warga negara Indonesia yang melakukan perjalanan ke Bali atau ke Danau Toba. Wisatawan ini disingkat wisnus.
4. Indigenous Foreign Tourist Warga negara suatu negara tertentu, yang karena tugasnya atau jabatannya berada di luar negeri, pulang ke negara asalnya dan melakukan perjalanan wisata di wilayah negaranya sendiri. Misalnya, warga negara Perancis yang bertugas sebagai konsultan di perusahaan asing di Indonesia, ketika liburan ia kembali ke Perancis dan melakukan perjalanan wisata di sana. Jenis wisatawan ini merupakan kebalikan dari Domestic Foreign Tourist. 5. Transit Tourist Wisatawan yang sedang melakukan perjalanan ke suatu Negara tertentu yang terpaksa singgah pada suatu pelabuhan/ airport/ stasiun bukan atas kemauannya sendiri. 6. Business Tourist Orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan bisnis bukan wisata tetapi perjalanan wisata akan dilakukannya setelah tujuannya yang utama selesai. Jadi perjalanan wisata merupakan tujuan sekunder, setelah tujuan primer yaitu bisnis selesai dilakukan.
13
2.1.5 Motivasi Perjalanan
Motivasi untuk mengadakan suatu perjalanan adalah keinginan yang
timbul dari dalam diri seseorang berdasarkan minat ataupun terdapatnya keperluan. Di bawah ini terdapat beberapa faktor yang menjadi motivasi perjalanan seseorang menurut Mc. Intosh dan Spillane dalam Sihite (2000) di
antaranya: 1. Alasan Kebudayaan (Cultural Motivations) Adanya ketertarikan dari wisatawan untuk melihat secara langsung tatacara kehidupan masyarakat di suatu daerah, tempat-tempat bersejarah, kesenian, dan
daya tarik lain suatu suku di suatu negara berdasarkan informasi yang telah
mereka dapatkan sebelumnya, misalnya wisatawan mendapatkan informasi mengenai upacara Ngaben di Bali melalui televisi. 2. Alasan Pendidikan Kebutuhan seseorang untuk meningkatkan dan menggali kemampuan ilmu berdasarkan berbagai sudut pengetahuan baik dari pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain dengan melihat langsung dan mempelajarinya di suatu tempat di dalam dan atau luar negeri sekalipun. 3. Alasan Rekreasi dan Adanya Daya Tarik Perjalanan ini dilakukan wisatawan karena alasan untuk melepaskan diri dari rutinitas sehari-hari, refreshing bagi jiwa dan raganya, serta mendapatkan pengalaman pada suasana yang sangat berbeda dengan keseharian wisatawan tersebut. 4. Alasan Keagamaan Bertujuan untuk alasan keagamaan sehingga membuat seseorang melakukan perjalanan jauh dari tempat tinggalnya untuk menunaikan ibadah. Contohnya mereka yang beragama Islam dan mampu dari segi harta dan kesehatan akan menunaikan ibadah naik haji sebagai pelaksanaan ibadah dari rukun Islam. 5. Alasan Kesehatan dan Olahraga Motivasi ini disebut juga physical motivations. Physical motivations memiliki beberapa alasan, yakni karena alasan pemeliharan kesehatan dan kondisi fisik. Seseorang akan mengunjungi suatu tempat dengan tujuan agar ia dapat beristirahat, latihan untuk persiapan pertandingan olahraga tertentu bahkan
14
untuk pengobatan karena alasan alat rumah sakit yang lebih canggih dan dokter
yang lebih memenuhi kualifikasi untuk pengobatan tersebut di suatu negara.
6. Alasan Keluarga, Negeri Asal, dan Tempat Bermukim Melakukan perjalanan ke suatu tempat karena alasan untuk mengunjungi tempat di mana tempat tersebut merupakan asal ia atau leluhurnya lahir dan
tinggal, pernah menjadi tempat perjuangan atau usaha, dan untuk mengunjungi keluarga atau kawan. 7. Alasan Bisnis, Sosial, Politik, dan Konferensi Perjalanan ini dilakukan karena alasan untuk melaksanakan bisnis, sosial,
politik, dan konferensi, misalnya ekspor, impor, mempelajari pangsa pasar di
luar negeri, menganalisa peluang yang terdapat di tempat lain, menghadiri suatu pameran, konferensi, dan mengikuti perjanjian kerja sama ataupun kegiatan sosial. 8. Alasan Tugas dan Misi Perjalanan dilakukan karena terdapatnya tugas atau misi yang diberikan oleh suatu badan tertentu. 9. Alasan Persaingan dan Hadiah Motivasi dari perjalanan ini ialah untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa ia dapat melakukan perjalanan jauh yang bertujuan agar ia terlihat modern karena suatu imbalan berupa hadiah perjalanan dari suatu prestasi yang ia raih dan hal tersebut sudah biasa terjadi saat ini.
2.2 Komponen Kepariwisataan Menurut Direktorat Jenderal Pariwisata Republik Indonesia, menyebutkan berkembangnya pariwista sangat tergantung pada empat faktor yaitu, Attraction (daya tarik), Amenities (fasilitas), Accessibilities (kemudahan dalam mencapai) dan adanya Ancillary/ tourist organization (organisasi pariwisata). 1. Atraction (daya tarik) dapat dibedakan menjadi: a. Site attractions (tempat) misalnya tempat yang dengan iklim yang baik, pemandangan indah ataupun tempat-tempat bersejarah. b. Event attractions (kejadian/peristiwa) misalnya kongres, pameran ataupun peristiwa-peristiwa olahraga, festival.
15
Menurut Suyitno (2001) objek dan atraksi wisata merupakan suatu objek
yang memiliki daya tarik bagi seseorang atau calon wisatawan untuk berkunjung
ke suatu daerah tujuan wisata yang tujuan menikmati/menyaksikan objek tersebut. Ada beberapa sumber atau jenis objek yang dapat dijadikan sebagai daya tarik bagi seseorang untuk datang berkunjung ke daerah tujuan wisata, yaitu atraksi
alam (natural attractions), atraksi budaya (cultural attractions) atau buatan manusia (man-made), dan atraksi minat khusus (special attractions). Di bawah ini akan dijelaskan mengenai bentuk-bentuk wisata minat khusus menurut Ismayanti (2010), di antaranya:
a. Usaha Wisata Kuliner
Daya tarik dari wisata kuliner ialah makanan khas atau gastronomi dari suatu daerah. Wisata kuliner ini tidak hanya sekedar dapat memberikan pengalaman merasakan lezatnya masakan tersebut dan mengenyangkan perut, namun juga dapat memberikan pengalaman memasak yang istimewa sesuai dengan kebiasaan memasak masyarakat setempat. Contoh daya tarik wisata kuliner di Indonesia di antaranya rujak Cingur dari Jawa Timur, Papeda dari Ternate, Gulai Ikan Patin dari Riau. b. Usaha Wisata Belanja Kegiatan ini bertujuan untuk dapat memenuhi segala kebutuhan barang yang diinginkan wisatawan mulai dari barang antik hingga modern entah mendapatkannya dari pasar tradisional ataupun pertokoan mewah.
2. Amenities (fasilitas) yang dimaksud dengan tersedianya fasilitas seperti tempat-tempat
penginapan,
restoran,
hiburan,
transport
lokal
yang
memungkinkan wisatawan bepergian di tempat pariwisata tersebut serta alatalat lain untuk komunikasi. Menurut Suyitno (2001), yang menjadi fasilitas yang memungkinkan wisatawan bepergian untuk berwisata seperti: a. Sarana Makan dan Minum (Restoran) Dilihat dari lokasinya, ada restoran yang berada di hotel dan menjadi bagian atau fasilitas hotel yang bersangkutan. Ada pula restoran yang berdiri sendiri secara independent. Dimanapun restoran tersebut berada,
16
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu jenis atau kelas, menu,
b. Toko Cinderamata (Souvenir Shop)
fasilitas, harga, dan lokasi.
Barang-barang yang dijual biasanya memiliki cirri khusus sesuai dengan kondisi daerah tempat toko cinderamata tersebut berada. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada komponen ini ialah jenis barang, kapasitas, lokasi, harga, dan kualitas.
3. Accessibility (kemudahan dalam mencapai) yang dimaksud adalah tempatnya tidak terlalu jauh, tersedianya alat transportasi ke lokasi tersebut
secara teratur, sering, murah, nyaman dan aman. Alat transportasi tidak hanya dipakai sebagai sarana untuk membawa wisatawan dari satu tempat ke tempat lain saja, namun juga digunakan sebagai atraksi wisata yang menarik (Suyitno, 2001).
4. Ancillary
(local
pengembangan
organization), pariwisata,
untuk
mengatur
menyusun industri
suatu
kerangka
pariwisata
serta
mempromosikan daerah itu sehingga di kenal orang. Pramuwisata dan Pengatur Wisata (Guide and Tour Manager) keduanya merupakan petugas purna jual yang bertindak sebagai wakil perusahaan yang mengelola wisata untuk membawa, memimpin, memberi informasi, dan layanan lain kepada wisatawan sesuai dengan acara yang telah disepakati (Suyitno, 2001).
17
2.3 Kerangka Kerja Pariwisata
Demand
Dynamic elements
TOURIST: form of tourism
DESTINATION CHARACTERISTIC
CHARACTERISTIC OF TOURIST
Static elements
Environmental processes
Tourist Destination
Duration of stay
Economic structure
Type of tourist activity Pressure generation
Level of usage Level tourist satisfaction
Political organization Level of tourist development
Carrying capacity
Social structure and organization
Socio-economic
IMPACT OF TOURISM Economic
Physical
Social
Impact Control Qonsequential elements
Finance
Management strategy policy
Information carrying capacity guidelines
Gambar 2.1 A Conceptual Framework of Tourism Sumber: Mathieson dan Wall dalam Sugiama (2011, hal 18)
18
Engineering controls
Pengembangan
pariwisata
disetiap
daerah
atau
destinasi
wisata
memerlukan kerangka kerja (framework) yang tepat. Mathieson dan Wall dalam
Sugiama (2011, hal 18) membagi tiga elemen sebagaimana dicerminkan gambar Conceptual framework of tourism. Ketiga elemen tersebut adalah:
1. 2.
Dynamic element
3.
Consequential element
Static element
Dynamic element. Elemen dinamik ini mencerminkan tingkat permintaan layanan kepariwisataan. Tinggi rendahnya permintaan senantiasa berubah dari
waktu ke waktu. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap naik turunnya
permintaan tersebut diantaranya faktor harga layanan wisata, kualitas layanan, daya beli masyarakat, dan lain-lain. Setiap destinasi wisata tentu perlu mengembangkan bentuk layanan kepariwisataan yang sesuai dengan permintaan pasar. Berkenaan dengan hal ini bentuk kepariwisataan (form of tourism) yang dikembangkan didasarkan pada pemuasan kebutuhan dan keinginan wisatawan bersangkutan. Inilah dasar utama pengembangan kepariwisataan yakni harus berbasis pada coustomer satisfaction and driven. Artinya layanan wisata yang berorientasi pada kepuasan wisatawannya dan hanya selalu memperhatikan kebutuhan serta keinginan pasar. Static element. Elemen ini mencakup dua sisi berbeda yakni sisi karakteristik wisatawan dan karakteristik destinasi wisata. Pasar (wisatawan) memiliki karakteristik yang heterogen dalam permintaan. Mereka berbeda dalam lama tinggal (length of stay atau duration of stay) di destinasi wisata yang ditujunya. Wisatawan tertentu mungkin hanya datang pagi dan kembali sore atau malam hari (one day trip) misalnya wisatawan dari Jakarta yang berkunjung kekota Bandung. Wisatawan lainnya mungkin menginap di destinasi tersebut (overnight), bahkan wisatawan tertentu mungkin menginap hingga beberapa minggu di sebuah destinasi seumpamanya wisatawan mancanegara (wisman) yang berlibur di Pulau Bali. Type of tourist activity juga beragam mungkin ada yang berekreasi dengan aktivitas rendah (low activity) seperti berjalan-jalan di tepi pantai, ada juga yang beraktivitas sedang seperti bersepeda disekitar pantai, dan
19
beraktivitas tinggi misalnya berselancar di tepi laut atau menyelam dikedalaman
laut.
Berdasarkan level of usage wisatawan terhadap fasilitas layanan juga beragam. Wisatawan tertentu memanfaatkan sangat rendah fasilitas yng disediakan, dan wisatawan lainnya sangat tinggi. Wisatawan yang berkunjung
hanya sehari jauh lebih rendah pemanfaatan fasilitas wisata dibanding dengan wisatawan yang menginap berhari-hari di destinasi bersangkutan. Setiap wisatawan yang telah mendapatkan layanan wisata (post purchase) akan mencapai tingkat kepuasan yang berbeda-beda ada yang sangat puas dan ada pula yang
sangat kecewa atas kualitas layanan wisata yang diterimanya.
Semakin tinggi tingkat kualitas layanan, semakin tinggi pula tingkat kepuasan yang diraih wisatawan, dan sebaliknya. Sedangkan, berdasarkan socioeconomi characteristics wisatawan juga beragam. Kelompok wisatawan tertentu memiliki kemampuan ekonomi yang tinggi, sedangkan yang lainnya berekonomi rendah. Keseluruhan karakteristik diatas berada disisi permintaan atau sisi pasar (wisatawan), adapun sisi lainnya adalah destination characteristic.
2.4 Agen Perjalanan dan Biro Perjalanan Wisata Dunia pariwisata mengenal dua istilah pelaku pariwisata yang sering digunakan dalam aktifitas atau kegiatan pariwisata, yaitu Agen Perjalanan dan Biro Perjalanan. Berikut adalah penjelasan mengenai pengertian Agen Perjalanan dan Biro Perjalanan beserta perbedaan produk diantara keduanya.
2.4.1 Pengertian Agen Perjalanan dan Biro Perjalanan Menurut Yoeti (2006) Agen Perjalanan adalah usaha yang menyediakan jasa pelayanan yang berkaitan dengan penyelenggaraan perjalanan dan penjualan produk wisata. Jasa-jasa pelayanan yang ditawarkan Agen Perjalanan antara lain: 1. Pemesanan tiket angkutan udara, laut, darat baik dalam maupun luar negeri 2. Perantara penjualan paket wisata yang dikemas oleh biro perjalanan wisata
20
3. Pemesanan akomodasi, restoran, tiket pertunjukan seni budaya, dan
4. Pengurusan dokumen perjalanan berupa paspor, visa, atau dokumen
kunjungan ke objek wisata,
lainnya. Dengan demikian sebuah perusahaan Agen Perjalanan adalah perantara
yang juga berfungsi sebagai konsultan yang menjadikan transaksi langsung dari klien ke sebuah perusahaan perjalanan atau biro perjalanan wisata.
Suatu biro perjalanan wisata adalah suatu perusahaan yang memperoleh pendapatan dan keuntungan dengan menawarkan dan menjual produk serta jasa-
jasa pelayanannya yang diberikan kepada pelanggan. Biasanya, untuk
memudahkan penjualan paket-paket tour dalam waktu tertentu kepada Agen Perjalanan, biro perjalanan wisata membuat Confidential Tariff. Confidential Tariff adalah harga paket tour yang disusun oleh biro perjalanan wisata, diperuntukan bagi agen yang menjual produknya untuk dipakai sebagai pedoman dalam menetapkan harga tour yang dijual kepada konsumen, dan menentukan besarnya komisi atau harga netto (agen hanya perlu menaikkan harga sesuai persetujuan manajemen). Prosedur untuk bekerjasama dengan satu atau lebih biro perjalanan wisata, berada dalam ruang lingkup suatu bentuk perjanjian yang menjadi patokan dasar dalam hal harga yang telah disetujui atas service yang dijual kepada calon klien, plus keuntungan yang diinginkan. Selain biro perjalanan wisata, maka agen perjalanan juga dapat bekerjasama dengan berbagai perusahaan bisnis perjalanan dan
pariwisata
seperti
agen
perjalanan
lain,
perusahaan
penerbangan
domestik/asing, perusahaan jasa penginapan, perusahaan jasa boga, dll.
2.4.2 Produk Biro Perjalanan Wisata Berdasarkan pendapat Yoeti (2006), produk utama (core product) suatu biro perjalanan wisata adalah paket wisata itu sendiri. Bila tidak menyusun dan menyelenggarakan sendiri paket wisata, perusahaan itu tidak dapat disebut sebagai tour operator dan lebih tepat disebut sebagai agen perjalanan (travel agent). Perbedaan mengenai produk yang dihasilkan dijelaskan melalui tabel 2.1.
21
Tabel 2.1 Perbedaan produk Agen Perjalanan dengan Produk Biro Perjalanan Wisata Agen Perjalanan
a. Pengurusan dokumen perjalanan b. Ticketing (penjualan tiket pesawat), domestic dan international c. Hotel Reservatiom (dalam dan luar negeri) d. Agen penjualan tiket kapal, kereta api, angkutan wisata, taksi, dan lain-lain
Biro Perjalanan Wisata 1. 2. 3. 4.
5. 6. 7. 8. (Sumber: Tour and Travel Marketing (Yoeti, 2006)
Pengurusan dokumen perjalanan Ticketing (penjualan tiket pesawat), domestik dan international Hotel reservation (dalam dan luar negeri) Agen penjualan tiket kapal pesiar, charter flight, kapal laut, dan kereta api Paket wisata dalam dan luar negeri Escort services Jemput antar tamu dari dan ke bandara Pelayanan umroh dan ibadah haji
2.5 Quality Function Deployment (QFD) Quality function deployment (QFD) adalah praktik untuk merancang suatu proses sebagai tanggapan terhadap kebutuhan pelanggan, QFD merupakan konsep yang pertama kali dikembangkan di Jepang yang diperkenalkan oleh Yoji Akao dan Shigeru Mizuno pada awal tahun 1960-an, yang berasal dari bahasa Jepang yaitu Hin Shitsu Kino Ten Kai. Dalam bahasa Jepang Hin Shitsu berarti kualitas, atribut atau feature. Kino berarti fungsi atau mekanisasi, sedangkan Ten Kai berarti penyebarluasan, pengembangan atau evolusi (Cohen, 1995 dalam Purdianta, 2008), dan kemudian berkembang luas di negara-negara lain. QFD berusaha menerjemahkan hal-hal yang dibutuhkan pelanggan menjadi apa yang dihasilkan perusahaan (Zeithaml, Bitner, dan Gremler, 2001). Sedangkan menurut Mazur, 1992 (dalam Kanaidi, 2005), QFD pada awalnya dirancang untuk membantu dalam memfokuskan proses desain untuk mengembangkan produk yang dapat memuaskan konsumen. Hal ini dilaksanakan dengan melibatkan pelanggan dalam proses pengembangan jasa sedini mungkin. Dengan demikian, QFD memungkinkan suatu perusahaan untuk memprioritaskan kebutuhan pelanggan, menemukan tanggapan inovatif terhadap kebutuhan tersebut dan memperbaiki proses, sehingga tercapai efektivitas maksimum. Struktur QFD dapat digambarkan dalam House of Quality. Dalam implementsinya, QFD menggunakan berbagai alat, seperti diagram sebab-akibat, bagan alur, diagram pohon, diagram matriks, dan sebagainya. House of Quality
22
(HoQ) adalah representasi diagram dari jasa, atribut, persyaratan pelanggan dan
kemampuan perusahaan (Zeithaml, Bitner, dan Gremler, 2001).
Walaupun QFD dikembangkan untuk digunakan dalam perencanaan produk, aplikasinya untuk perancangan sistem jasa sangat sesuai. Konsep penyebaran kualitas jasa telah disarankan sebagai alat adaptasi alat QFD untuk
pengembangan jasa dan desain. House of Quality jasa (lihat Gambar 2 untuk contoh) terdiri dari tiga bagian yang berbeda: kriteria kualitas pelanggan (apa yang pelanggan butuhkan), aspek perusahaan jasa (bagaimana kriteria ini diciptakan oleh perusahaan), dan hubungan sehingga kepentingan relatif dari
hubungan antara fungsi-fungsi yang berbeda dari perusahaan dapat disorot.
2.5.1 Definisi Quality Function Deployment (QFD) Quality Function Deployment (QFD) adalah metodologi dalam proses perancangan
dan
pengembangan
produk
atau
layanan
yang
mampu
mengintegrasikan ‘suara-suara konsumen’ ke dalam proses perancangannya (Macklin, 2011). QFD sebenarnya adalah merupakan suatu jalan bagi perusahaan untuk mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan serta keinginan konsumen terhadap produk atau jasa yang dihasilkannya. Berikut ini dikemukakan beberapa definisi Quality Function Deployment menurut para pakar (Macklin, 2011): 1. QFD merupakan metodologi untuk menterjemahkan keinginan dan kebutuhan konsumen ke dalam suatu rancangan produk yang memiliki persyaratan teknis dan karakteristik kualitas tertentu (Akao, 1990; Urban, 1993). 2. QFD adalah metodologi terstruktur yang digunakan dalam proses perancangan dan pengembangan produk suntuk menetapkan spesifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen, serta mengevaluasi secara sistematis kapabilitas produk atau jasa dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen (Cohen, 1995). 3. QFD adalah sebuah sistem pengembangan produk yang dimulai dari merancang produk, proses manufaktur, sampai produk tersebut ke tangan konsumen,
dimana
pengembangan
konsumen (Djati, 2003). 23
produk
berdasarkan
keinginan
2.5.2 Manfaat Quality Function Deployment (QFD)
Penggunaan
metodologi
QFD
dalam
proses
perancangan
dan
pengembangan produk merupakan suatu nilai tambah bagi perusahaan. Sebab perusahaan akan mempunyai keunggulan kompetitif dengan menciptakan suatu produk atau jasa yang mampu memuaskan konsumen (Macklin, 2011). Manfaat
manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan QFD dalam proses perancangan produk adalah (Dale, 1994): 1. Meningkatkan keandalan produk 2. Meningkatkan kualitas produk 3. Meningkatkan kepuasan konsumen
4. Memperpendek time to market 5. Mereduksi biaya perancangan 6. Meningkatkan komunikasi 7. Meningkatkan produktivitas 8. Meningkatkan keuntungan perusahaan
2.5.3 Proses Pengembangan QFD Gambar 2.3 memberikan contoh QFD diterapkan untuk Dealer Y dan Dealer X sebagai pesaing, untuk membuat house of quality jasa. Berikut ini akan dijelaskan elemen-elemen dari house of quality jasa yang ditunjukkan pada Gambar 2 menurut Zeithaml, Bitner, dan Gremler (2001): 1. Customer expectations. Merupakan daftar keinginan dan kebutuhan pelanggan, yang secara kualitatif diperoleh melalui pendekatan deskriptif atau wawancara pelanggan. Di paling kiri rumah terdaftar harapan pelanggan layanan pelanggan Y Dealer. 2. Importance of expectations. Selanjutnya untuk setiap harapan, kebutuhan atau keinginan (di cerobong asap rumah) terdaftar pentingnya kriteria tertentu bagi pelanggan berdasarkan prioritas mereka pada skala dari 1 sampai 9, dengan 9 yang paling penting. Bobot penting ditentukan oleh penelitian pelanggan. 3. Controllable elements of service. Upaya perusahaan untuk memenuhi setiap karakteristik kebutuhan pelanggan pada elemen no. 1.
24
4. Relationship among elements. Hubungan antara unsur-unsur pelayanan
ditampilkan dalam atap rumah. Hubungan antara unsur-unsur bisa menjadi
kuat, sedang, atau lemah. Sebagai contoh, hubungan antara pelatihan dan sikap yang kuat, sedangkan hubungan antara pelatihan dan kapasitas lemah.
Gambar 2.2 Kerangka House of Quality dan Elemen-Elemennya (Sumber: Zeithaml, Bitner, dan Gremler, 2001 dan Rassouli, 2011)
5. Association between expectations and service elements. Dalam tubuh dari matriks adalah nomor mewakili kekuatan hubungan antara setiap harapan dan elemen layanan terkait. Angka-angka mencerminkan (dari perspektif tim layanan) bagaimana berbagai elemen mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk memenuhi harapan pelanggan tertentu. 0 sebuah menunjukkan tidak berpengaruh, sedangkan 9 menunjukkan efek yang sangat kuat. 6. Overall importance of service elements for meeting customer expectations. Skor yang berada di lantai rumah mewakili total poin untuk setiap elemen, dihitung dengan mengalikan angka pada importanc expectations dengan angka pada tubuh matriks (elemen nomor 5) dan menambahkan semua nilai untuk setiap elemen bersama-sama [misalnya, pelatihan = (9) (8) + (7) (3) + (6) (5) + (4) (0) + (2) (2) = 127]. Nilai ini harus bersifat relatif, dan tidak dapat diputuskan sebagai sesuatu yang mutlak karena hal tersebut didasarkan pada beberapa subjektivitas dan penghakiman.
25
Relationships Strong Medium Weak
Reliability
9
8
Responsiveness
7
3
Assurance
6
5
Empathy
4
Tangibles
2
9 9
Equipment
Cutomer expectations
Information
Capacity
Training
Attitude
Service elements
5
5
3
2
Customer perceptions ● Y Dealer + X Dealer 1
2
3 +
4
5
+
6
+
7
+
2
+
+ Comparison with X dealer Weighted Score Improvement difficulty rank
127
82
63
102
65
4
5
1
3
2
Gambar 2.3 Contoh House of Quality Jasa (Sumber: Zeithaml, Bitner, dan Gremler, 2001)
7. Difficulty rangkings. Di basement rumah terdapat rangking/tingkat kesulitan dari sudut pandang perusahaan. Kesulitan tersebut maksudnya untuk setiap elemen dalam hal bagaimana sulitnya akan melakukan perbaikan dalam bahwa unsur-unsur dengan rangking dari 1 yang paling sulit. 8. Competitive assessment. Menunjukkan beberapa perbandingan Y Dealer dengan X Dealer sebagai pesaing. Di sebelah kanan akan ditampilkan perbandingan dua pada dimensi kualitas pelayanan. Tepat di atas lantai rumah ditunjukkan peringkat relatif membandingkan Y Dealer dengan X Dealer pada elemen pelayanan. House of Quality jasa yang telah selesai pada Gambar 2.2 dapat digunakan untuk membuat keputusan desain jasa awal berdasarkan kepentingan relatif dari berbagai atribut untuk pelanggan, posisi relatif kompetitif Y Dealer, bobot dari unsur-unsur dalam hal kontribusi mereka secara keseluruhan untuk kepuasan pelanggan, dan sulitnya mengimplementasikan perubahan. Dalam contoh ini tampak bahwa pelatihan akan menjadi investasi yang baik karena memiliki berat 26
terkuat, dinilai relatif lemah sehubungan dengan kompetisi, dan relatif kurang
sulit untuk berubah.
2.6 Cara Merancang Paket Wisata
Produk wisata bukanlah suatu produk yang nyata. Produk ini merupakan
suatu rangkaian yang tidak hanya mempunyai segi-segi yang bersifat ekonomis, tetapi juga yang bersifat sosial psikologis dan alam, walaupun produk wisata itu sendirisebagian besar dipengaruhi oleh tingkah laku ekonomi. Menurut Suwantoro (1997) produk wisata merupakan gabungan dari berbagai komponen,
antara lain:
1. Atraksi suatu Daerah Tujuan Wisata 2. Fasilitas/ amenities yang tersedia 3. Aksesibilitas ke dan dari daerah tujuan wisata Jadi pada hakikatnya definisi produk wisata adalah (Suwantoro, 1997): “keseluruhan pelayanan yang diperoleh dan dirasakan atau dinikmati wisatwan semenjak ia meninggalkan tempat tinggalnya, sampai ke daerah tujuan wisata yang telah dipilihnya dan kembali ke rumah di mana ia berangkat semula”. Membuat paket wisata merupakan salah satu kegiatan pokok dari perusahaan perjalanan wisata sesuai dengan peranannya untuk mempublikasikan dan menjual paket wisata, sebagai industri jasa yang menyelenggarakan kegiatan perjalanan ke dalam maupun luar negeri, BPW biasanya menunjuk beberapa perwakilan di kota-kota besar di wilayah lain untuk mewakili kegiatan penyelenggaraan baik secara tetap maupun tidak tetap. Kegiatan-kegiatan pokok BPW, yaitu sebagai perencanaan dan pengemasan komponen perjalanan wisata meliputi sarana wisata, objek dan daya tarik wisata ke dalam bentuk paket wisata; penyelenggaraan dan penjualan paket wisata dengan cara menyalurkan melalui agen-agen perjalanan dan atau menjual secara langsung kepada wisatawan; penyediaan pramu wisata; penyediaan pelayanan angkutan wisata; pemesanan akomodasi, restaurant, tempat konvensi dan industri pariwisata lainnya; pengusrusan dokumen perjalanan; penyelenggaraan perjalanan ibadah dan penyelenggaraan paket incentive tour.
27
2.6.1 Pengemasan Komponen Perjalanan Wisata
Paket wisata adalah suatu rencana kegiatan wisata yang telah disusun
secara tetap dengan harga tertentu yang mencakup transportasi, hotel atau akomodasi, obyek dan daya tarik wisata serta fasilitas penunjang lainnya yang tertera dalam perjanjian paket wisata tersebut. (Sumber: www.edutourism.eu.pn)
Biro perjalanan wisata dalam fungsinya sebagai mediator dan pengelola dari keseluruhan komponen pariwisata yang dibutuhkan oleh wisatawan selama melakukan kegiatan perjalanan wisatanya, haruslah memperhatikan bahwa produk disusunnya dapat memenuhi fungsinya sebagai alat bantu wisatawan dalam yang
memenuhi kebutuhannya akan istirahat dan santai untuk kebugaran jasmani dan
rohani serta menghilangkan kebosanan terhadap pekerjaan atau kegiatan rutinnya yang diharapkan dapat mengembangkan personality, pengungkapan sikap, mental, fisik dan spiritual. Disamping fungsi di atas, Biro Perjalanan Wisata seharusnya dapat menempatkan dirinya bukan hanya sebagai perantara saja melainkan sebagai partner perjalanan yang menyenangkan bagi wisatawan atas kepiawaiannya dalam mengelola perjalanan yang mampu memberikan bagus terutama dalam saving the time and money dan mampu memberikan rasa aman, nyaman, maupun kepuasan wisatawan dalam kegiatan wisata yang dilakukannya. 1. Jenis Paket Wisata (Sumber: www.edutourism.eu.pn): 1. Pleasure Tourism yaitu paket wisata yang disusun untuk tujuan ingin mengetahui suatu daerah tujuan wisata dalam acara mengisi liburannya guna menghilangkan kepenatan diri atas rutinitas sehari-hari. 2. Recreation Tourism yaitu jenis paket wisata yang disusun dengan tujuan utamanya memanfaatkan hari liburnya guna pemulihan kesegaran jasmani maupun rohani. 3. Cultural Tourism yaitu paket wisata yang diselenggarakan khusus untuk mengetahui adat istiadat, gaya dan cara hidup suatu bangsa, sejarah, seni budaya, maupun acara keagamaan. 4. Adventure Tourism yaitu paket wisata yang dilakukan di alam terbuka untuk melatih ketangkasan jasmani serta menyegarkan rohani dengan
28
mengambil resiko yang cukup membahayakan keselamatan jiwa dengan
5. Sport Tourism yaitu paket wisata yang dilakukan dalam rangka melatih
dipandu oleh seseorang atau lebih yang berpengalaman.
atau melakukan uji ketangkasan jasmani atau mengikuti pertandingan olahraga di daerah atau di negara lain.
6. Bussiness Tourism yaitu paket wisata yang dilakukan dalam rangka melakukan studi kelayakan usaha di daerah atau di negara yang
dikunjungi. 7. Convention Tourism yaitu Paket Wisata dalam rangka mengikuti kegiatan
atau menghadiri suatu acara konferensi, seminar, pameran, atau sejenisnya yang diselingi dengan kegiatan wisata diwaktu senggangnya.
8. Special Interest Tourism yaitu paket wisata khusus yang memerlukan keahlian dan kemampuan khusus pula bagi pesertanya dengan klasifikasi jumlah pesertanya yang terbatas seperti pilgrim, terjun payung, gantole atau sejenisnya. 2. Sifat Wisata (Sumber: www.edutourism.eu.pn): 1. Tidak diolah dalam satu kemasan sebagaimana produk industri lainnya. 2. Untuk mengkonsumsi wisata, konsumen harus mendatangi tempat wisata. 3. Merupakan beberapa komponen yang menjadi mata rantai yang saling terkait. 4. Wujudnya merupakan jasa pelayanan. 5. Produknya tidak akan habis dikonsumsi. 6. Permintaannya sangat dipengaruhi factor politik, sikap masyarakat (non ekonomi).
2.6.2 Penyusunan Jadwal Perjalanan Wisata Jadwal perjalanan wisata merupakan dokumen penting yang memuat perjanjian antara pengguna jasa wisata dengan penyelenggara perjalanan wisata dimana didalamnya memuat secara global mengenai daftar rencana kunjungan wisata, harga paket wisata maupun kondisi atau fasilitas wisata yang disediakan penyelenggara kepada pengguna jasa wisata tersebut.
29
RS. Damardjati (istilah-istilah Dunia Pariwisata) mendefinisikan sebagai
daftar dan jadwal acara tour dengan data yang lengkap mengenai hari, jam,
tempat, hotel tempat menginap, tempat pemberangkatan, tempat tiba, acara-acara yang disuguhkan sehingga dalam keseluruhannya dapat menggambarkan jadwal pelaksanaan ataupun waktu-waktu dari keseluruhan acara tour (dari awal sampai
akhir). Menyusun jadwal perjalanan senantiasa tidak terlepas dari menghitung estimasi waktu dan jarak tempuh antara objek kunjungan satu dengan lainnya. Hal-hal yang perlu menjadi perhatian utama bagi penyusun acara perjalanan (tour planner) antaralain adalah: a. Jarak kilometer yang akan ditempuh
b. Jenis kendaraan yang akan digunakan sebagai alat angkut wisatawan c. Road condition d. Rambu-rambu lalu lintas e. Peak and rush hours.
Selain itu juga harus memperhatikan kecepatan kendaraan yang digunakan, tempat-tempat pemberhentian seperti pom bensin (untuk keperluan rest-room selama perjalanan, obyek kunjungan) dan berapa lama waktu yang diperlukan tiap stop over tersebut. Secara umum dikenal 3 (tiga) macam jenis tour itinerary yang sering digunakan para penyelenggrara perjalanan wisata, antara lain adalah: essay style, tabulated style, dan graphic style. 1. Essay style (bentuk Uraian) Jadwal perjalanan wisata yang disusun dalam bentuk uraian singkat mengenai program kunjungan wisata yang akan dilakukan tiap-tiap harinya. 2. Tabulated style (bentuk table) Jadwal perjalanan wisata yang disusun dalam bentuk table atau kolomkolom yang memuat hari dan tanggal, tempat, waktu, acara, dan keterangan. 3. Graphic Style (bentuk grafik)
30
Penyajian jadwal perjalanan wisata dalam bentuk symbol gambar masing
masing komponen yang digunakan dalam program wisata. Masing-masing bentuk atau jenis tour itinerary mempunyai kegunaan
yang spesifik bagi penyelenggara perjalanan, sebagai contoh: bentuk essay sering digunakan dalam menawarkan paket wisata kepada calon pengguna jasa wisata,
kemudian setelah terjadinya kesepakatan jual-beli dibuatlah kedalam bentuk tabulated agar lebih memudahkan dalam memberikan informasi program tour, sedangkan bentuk graphic digunakan dalam penyajian presentasi atau penjelasan program wisata sebelum acara dilaksanakan.
Berikut ini terdapat langkah-langkah penyusunan itinerary sebagai berikut.
1. Pendistribusian Waktu Waktu yang tersedia untuk penyelenggaraan wisata didistribusikan pada aktivitas yang sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan fasilitas. Untuk mempermudah pendistribusian, dapat digunakan alat bantu berupa Format Pendistribusian Waktu (Distribution of Time/DOT), dengan kolom-kolom:
Tabel 2.2 Format Pendistribusian Waktu Nama Tur/Transfer: ................................................................................. a) Durasi
: .................................................................................. b)
Uraian
Perjalanan
Tur
Istirahat
Jumlah
Jadwal
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(j)
JUMLAH
(h)
(h)
(h)
(i)
(Sumber: Suyitno, 2001)
2. Penyesuaian Waktu dan Penetapan Jadwal Jumlah akhir waktu yang telah didistribusikan dalam DOT tidak selalu sama dengan waktu yang ditetapkan sehingga perlu penyesuaian. Maka, dikenal: a. DOT Before Adjustment (pendistribusian waktu sebelum penyesuaian) adalah DOT yang disusun pertama kali berdasarkan perkiraan-perkiraan secara baik.
31
b. DOT After Adjustment (pendistribusian waktu setelah penyesuaian) adalah
revisi DOT Before Adjustment setelah memperhatikan beberapa hal, terutama lama penyelenggaraan yang telah ditetapkan.
3. Transformasi DOT ke dalam Acara Wisata Setelah DOT direvisi dan ditetapkan jadwalnya, transformasikan DOT tersebut
ke dalam itinerary sesuai dengan bentuk yang dikehendaki.
Tabel 2.3 Format Tour itinerary
Day/Date
Place
Time
Itinerary
(Sumber: Suyitno, 2001)
2.6.3 Perhitungan Biaya Wisata Pada suatu perjalanan wisata, tour operator biasanya akan menyusun sebuah paket wisata agar memudahkan wisatawan dalam melakukan perjalanan wisatanya. Paket wisata yang dibuat merupakan penggabungan komponen wisata dan dibayar dengan satu harga paket wisata. Berikut ini cara menghitung harga paket tour dengan sederhana (www.edutourism.eu.pn), yakni: 1. Tentukan daerah tujuan wisata yang menjadi tren, bisa diterima masyarakat, harga kompetitif, marketable, dan bisa dijual. 2. Buatlah sketsa daerah tujuan dalam bentuk grafik, kemudian tentukan estimasi jarak dan waktu kunjungan antara obyek satu dengan lainnya. 3. Tulislah semua jenis maupun tipe komponen-komponen industri wisata yang dibutuhkan oleh wisatawan selama perjalanannya, kemudian tentukan komponen apa saja yang akan dimasukkan ke dalam tour feature (apa yang termasuk dan tidak termasuk). 4. Siapkan semua daftar industri yang diperlukan termasuk harganya masingmasing dan pastikan harga tersebut up date. 5. Buatlah sketsa jadwal perjalanan wisata disertai dengan komponen biaya yang akan dimasukkan ke dalam penghitungan paket wisata.
32
6. Susun jadwal perjalanan wisata dengan bahasa yang jelas, singkat, dan
mudah dimengerti semua orang yang membacanya, lalu didesain yang menarik perhatian dan simple tanpa berlebih-lebihan yang berkesan
semerawut.
7. Buatlah format perhitungan biaya, lalu masukkan satu per satu secara urut
dan teliti semua komponen sesuai dengan kelompoknya. 8. Tentukan berapa keuntungan yang ingin dicapai, jangan terlalu kecil
maupun terlalu besar tetapi yang wajar saja disesuaikan dengan tingkat
resiko yang mungkin dihadapi di lapangan nantinya.
9. Teliti kembali keseluruhan komponen biaya perhitungan wisata apakah
tidak terjadi kesalahan entri data. 10. Masukkan biaya paket yang sudah dibuat kedalam tour itenerary dan cantumkan keseluruhan apa saja yang sudah termasuk maupun yang tidak termasuk dalam paket wisata. 11. Mintalah persetujuan tour manager sebelum dinaikkan ke percetakan.
33