BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Kualitas Pelayanan Dewasa ini konsep kualitas telah menjadi faktor yang sangat dominan terhadap keberhasilan suatu organisasi. Kualitas menjadi pedoman utama dalam pengembangan dan keberhasilan implementasi program-program manajerial dan kerekayasaan untuk mewujudkan tujuan-tujuan bisnis yang utama. Secara etimologi tidak mudah mendefenisikan atau memberikan pengertian mengenai kualitas. Namun demikian ada beberapa defenisi umum yang diberikan oleh beberapa pakar kualitas. Dikemukakan oleh Josep M. Juran (Tjiptono, 2004 : 11) bahwa kualitas adalah kecocokan untuk pemakaian (fitness for use). Defenisi ini menekankan orientasi pada pemenuhan harapan pelanggan. Secara sederhana pengertian kualitas pelayanan dapat dinyatakan sebagai perbandingan antara pelayanan yang diharapkan konsumen dengan pelayanan yang diterimanya (Parasuraman, Zeithami, dan Berry, 1988:240). Menurut Zethami, Berry dan Parasuraman (dalam Tjiptono, 2004 : 12) kualitas yang dirasakan didefinisikan sebagai penilaian konsumen terhadap keseluruhan keunggulan produk, sedangkan kualitas pelayanan yang dirasakan merupakan pertimbangan global yang berhubungan dengan superioritas dari pelayanan. Dalam perspektif TQM (Total Quality Management), kualitas dipandang secara lebih luas, tidak hanya aspek hasil saja yang ditekankan tetapi juga proses, lingkungan dan manusia. Hal tersebut tampak dalam definisi yang dirumuskan oleh
Universitas Sumatera Utara
Goetsh dan Davis (Tjiptono, 2004 : 51), yaitu bahwa kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Kualitas adalah penilaian subyektif pelanggan. Penilaian ini ditentukan oleh persepsi pelanggan terhadap jasa, persepsi tersebut dapat berubah karena pengaruh.
Misalnya iklan yang efektif,
reputasi suatu jasa tertentu, pengalaman, teman dan sebagainya. Jadi yang penting bagi kita adalah bagaimana jasa kita dipersepsikan oleh pelanggan dan kapan persepsi pelanggan berubah. Berkaitan
dengan
masalah
kualitas
pelayanan,
pada
dasarnya
kualitaspelayanan merupakan suatu konsep yang abstrak dan sukar dipahami (Tjiptono, 2004 : 51). Hal ini dikarenakan adanya empat karakteristik jasa/layanan yang unik yang membedakannya dari barang, yaitu tidak berwujud, tidak terpisah antara produksi dan konsumsi, outputnya tidak terstandar dan tidak dapat disimpan (Kotler, 1997 : 115). Ada 2 (dua) faktor utama yang mempengaruhi kualitas layanan, yaitu layanan yang diharapkan (expected service) dan layanan yang diterima (perceived service). Apabila layanan yang diterima atau dirasakan sesuai dengan yang diharapkan konsumen, maka kualitas layanan dipersepsikan sebagai kualitas ideal, tetapi sebaliknya jika layanan yang diterima atau dirasakan lebih rendah dari pada yang diharapkan, maka kualitas layanan dipersepsikan buruk. Dengan demikian baik tidaknya kualitas layanan bukanlah berdasarkan sudut pandang atau persepsi penyedia jasa/layanan melainkan berdasarkan pada persepsi konsumen. Seperti yang dikemukakan Kotler (1997 : 116) bahwa kualitas harus
Universitas Sumatera Utara
dimulai dari kebutuhan konsumen dan berakhir pada persepsi konsumen. Persepsi konsumen terhadap kualitas layanan itu sendiri merupakan penilaian menyeluruh konsumen atas keunggulan suatu layanan. Terdapat 5 (lima) determinan kualitas jasa yang dapat dirincikan sebagai berikut : 1. Keandalan (reliability), yaitu kemampuan instansi untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan dengan tepat dan terpercaya. 2. Ketanggapan (responsiveness), yaitu suatu kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada para masyarakat dengan penyampaian informasi yang jelas. 3. Asuransi (assurance), yaitu pengetahuan dan kesopansantunan pegawai serta kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan para masyarakat kepada instansi. 4. Empati (emphaty), yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para masyarakat dengan berupaya memahami keinginan masyarakat. 5. Bukti fisik (tangible), yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik lembaga pemerintahan dan keadaaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa.
Universitas Sumatera Utara
Mengukur kualitas pelayanan berarti membandingkan kinerja suatu jasa dengan seperangkat standar yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Dikemukakan oleh Lehtinen dan Lehtinen (dalam Tjiptono, 2004 : 97) bahwa ada dua dimensi kualitas jasa, yaitu process quality (yang dievaluasi pelanggan selama jasa diberikan) dan output quality (yang dievaluasi setelah jasa diberikan). Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Parasuraman, Zeithami dan Berry diidentifikasikan 10 (sepuluh) faktor utama yang menentukan kualitas jasa, yaitu (Tjiptono, 2004 : 69) : 1. Reliability, mencakup dua hal pokok, yaitu konsistensi kerja (performance) dan kemampuan untuk dipercaya (dependability). 2. Responsiveness, yaitu kemauan atau kesiapan para karyawan untuk memberikan jasa yang dibutuhkan pelanggan. 3. Competence, artinya setiap orang dalam suatu perusahaan memiliki keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan agar dapat memberikan jasa tertentu. 4. Access, meliputi kemudahan untuk dihubungi dan ditemui. 5. Courtesy, meliputi sikap sopan santun, respek, perhatian dan keramahan yang dimiliki para contact person. 6. Communication, artinya memberikan informasi kepada pelanggan dalam bahasa yang mereka pahami, serta selalu mendengarkan saran dan keluhan pelanggan. 7. Credibility, yaitu sifat jujur dan dapat dipercaya.
Universitas Sumatera Utara
8. Security, yaitu aman dari bahaya, risiko, keragu-raguan. 9. Understanding/knowing the customer, yaitu usaha untuk memahami kebutuhan pelanggan. 10. Tangibles, yaitu bukti fisik dari jasa, bisa berupa fasilitas fisik, peralatan yang dipergunakan, representasi fisik dari jasa.
2.1.2 Pengertian Kepuasan Masyarakat Menurut Tse dan Wilton (dalam Tjiptono, 2004 : 146) disebutkan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual produk setelah pemakaiannya. Kepuasan pelanggan merupakan fungsi dari harapan dan kinerja. Oliver (dalam Tjiptono, 2004 : 146) memberikan pendapat bahwa kepuasan keseluruhan ditentukan oleh ketidaksesuaian harapan yang merupakan perbandingan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Kepuasan merupakan fungsi positif dari harapan pelanggan dan keyakinan diskonfirmasi. Dengan demikian kepuasan atau ketidakpuasan mayarakat merupakan respon dari perbandingan antara harapan dan kenyataan. Lebih lanjut dijelaskan oleh Linder Pelz dalam Gotleb, Grewal dan Brown (Tjiptono, 2004 : 147) bahwa kepuasan merupakan respon afektif terhadap pengalaman melakukan konsumsi yang spesifik. Sementara Engel (dalam Tjiptono, 2004 : 146) mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai evaluasi purna beli terhadap alternatif yang dipilih yang memberikan hasil sama atau melampaui harapan pelanggan. Kotler (dalam Tjiptono, 2004 : 147)
Universitas Sumatera Utara
memberikan definisi kepuasan pelanggan sebagai perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (hasil) suatu produk dan harapanharapannya. Menurut Yoeti (2003 : 36) kepuasan pelanggan banyak ditentukan oleh kualitas performa dalam pelayanan di lapangan. Apabila pelayanan tidak sama atau tidak sesuai dengan harapan pelanggan maka dimata pelanggan pelayanan yang diberikan dinilai jelek dan tidak memuaskan. Rasa puas pelanggan terhadap sesuatu dapat disebabkan antara lain : 1. Tidak sesuai dengan harapan dan kenyataan yang dialami 2. Layanan selam proses menikmati jasa tidak memuaskan pelanggan 3. Perilaku/tindakan personil yang tidak menyenangkan 4. Suasanan dan kondisi fisik lingkungan yang tidak menunjang Menurut Kotler dalam Tjiptono (2005 : 55) bahwa beberapa metoda yang digunakan dalam mengukur kepuasan pelanggan yaitu: 1. Sistem keluhan dan saran (Complain and Suggestion System) Memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi para pelanggan untuk menyampaikan saran, kritik, pendapat dan keluhan mereka. Media yang digunakan berupa kotak saran, kartu komentar, saluran telepon khusus bebas pulsa, website dan lain-lain. 2. Analisis pelanggan yang beralih (Lost Customer Analysis) Perusahaan seharusnya menghubungi para pelanggan yang telah berhenti membeli atau yang telah beralih dari pemasok agar dapat memahami
Universitas Sumatera Utara
mengapa hal ini terjadi dan supaya dapat mengambil kebijakan perbaikan selanjutnya. 3. Survei kepuasan pelanggan (Customer Satisfaction Surveys) Umumnya sebagian besar penelitian mengenai kepuasan pelanggan menggunakan metode survei baik via pos, telepon, e-mail maupun wawancara langsung. Setelah melakukan pengukuran terhadap kepuasan pelanggan akan diperoleh informasi yang bermanfaat bagi instansi untuk memperbaiki kinerja. Informasi ini mempengaruhi kebijakan yang akat dibuat instansi tersebut.
2.2 Penelitian Terdahulu Marbun (2007) Kualitas Pelayanan Jasa Global Pada cabang Perum Pegadaian Medan Sunggal. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif yaitu metode atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan mengklasifikasikan dan memaparkan data sehingga dapat memberikan gambaran nyata mengenai keadaan perusahaan terutama mengenai kualitas pelayanan. Hasil penelitian ini adalah kualitas jasa gadai sudah baik yang dapat dilihat dari lima dimensi yaitu bukti fisik, asuransi, ketanggapan, keandalan dan empati yang terlaksana dengan cukup baik yang terlihat pada bertambahnya jumlah nasabah setiap tahunnya. Silitonga (2007) melakukan penelitian yang berjudul “ Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Perilaku Konsumen Pada PT. Garuda Indonesia”. Hasil
Universitas Sumatera Utara
penelitian ini memperlihatkan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap perilaku konsumen pada PT. Garuda Indonesia.
2.3 Kerangka Konseptual Dalam hal ini kerangka konseptual atau kerangka pemikiran adalah pondasi utama dimana sepenuhnya proyek penelitian ditujukan, dimana hal ini merupakan jaringan hubungan antara variabel yang secara logis diterangkan dan dikembangkan dari perumusan masalah yang telah diidentifikasi melalui proses wawancara, observasi dan survey literature (Kuncoro, 2003 : 44). Kualitas pelayanan dapat ditingkatkan dengan memperbaiki variabelvariabel yang menjadi dimensi pelayanan yang nantinya akan membuat masyarakat merasa sangat puas. Untuk dapat memberikan kepuasan lembaga pemerintahan sebagai pihak yang perlu mengetahui harapan-harapan apa yang diinginkan oleh masyarakatnya melalui riset mengenai kepuasan masyarakat dalam lima dimensi kualitas pelayanan (Parasuraman dkk. dalam Simamora, 2001:186) yaitu keandalan, bukti fisik, daya tanggap, jaminan dan empati sebagai variabel bebas dan kepuasan masyarakat sebagai variabel terikat. Bukti fisik adalah kemampuan suatu instansi dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak pengguna layanannya. Asuransi atau jaminan adalah pengetahuan, kesopansantunan dan kemampuan para pegawai instansi untuk menimbulkan rasa percaya masyarakat terhadap instansi tersebut. Ketanggapan adalah suatu kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat dan
Universitas Sumatera Utara
tepat kepada masyarakat dengan penyampaian informasi yang jelas.
Keandalan
adalah kemampuan instansi untuk memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Empati adalah memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para masyarakat dengan berupaya memahami keinginan masyarakat. Hubungan kualitas pelayanan dengan kepuasan konsumen adalah dimana kepuasan dapat terbentuk dengan adanya keinginan dan kemampuan dari pemberi jasa yang melayani para konsumennya dengan sebaik mungkin yang tercermin dari kualitas layanan yang diberikan. Salah satu faktor dalam menentukan tingkat kepuasan pelanggan yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah kualitas pelayanan (Lupiyoadi, 2001). Berdasarkan teori pendukung yang dikemukakan, Gambar 2.1 berikut ini merupakan suatu kerangka konseptual yang berfungsi sebagai penutun, sekaligus mencerminkan alur berfikir yang merupakan dasar bagi perumusan hipotesis.
Universitas Sumatera Utara
Kualitas Pelayanan:
1. Bukti Fisik (X1)
2. Jaminan (X2)
3. Daya Tanggap (X3)
Kepuasan Masyarakat
4. Keandalan (X4)
5. Empati (X5)
Sumber: Stephanie (2010:209) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap perumusan masalah penelitian yang masih perlu diuji kebenarannya. Maka, hipotesis dalam penelitian ini adalah ”kualitas pelayanan Pegawai Negeri Sipil berpengaruh signifikan dan positif terhadap tingkat kepuasan masyarakat Doloksanggul”.
Universitas Sumatera Utara