BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) 1. Pengertian Gangguan akibat kurang Yodium
(GAKY) adalah rangkaian efek
kekurangan yodium pada tumbuh kembang manusia. Kekurangan unsur yodium terutama dipengaruhi oleh faktor lingkungan dimana tanah serta air di suatu daerah amat miskin unsur tersebut. Tanaman yang tumbuh di daerah tersebut kurang (tidak) mengandung yodium. Akibatnya penduduk yang tinggal di daerah itu akan selalu megalami kekurangan yodium. Kekurangan yodium dapat mengakibatkan gondok dan kretin. Rangkaian seluruhnya terdiri dari : gondok dalam berbagai stadium, kretin endemik yang ditandai terutama oleh gangguan fungsi mental, gangguan pendengaran, gangguan pertumbuhan pada anak dan orang dewasa, angka lahir mati dan kematian bayi yang meningkat. (Departemen Kesehatan RI, 1992)
2. Yodium Jumlah yodium dalam tubuh orang dewasa diperkirakan antara 9 – 10 mg, dua sepertiga dai jumlah tersebut terkumpul pada kelenjar tiroid (kelenjar gondok). Kelenjar tiroid merupakan kelenjar hormon yang terdapat pada dasar leher dan mempunyai berat 20 – 25 g, terdiri dari dua bagian masing-masing terletak di sebelah kanan dan kiri trachea. Kedua bagian tersebut dihubungkan oleh sebuah isthmus yang melintang di depan trachea. Tiroksin merupakan hormon utama yang dikeluarkan oleh kelenjar tiroid. Setiap molekul dari tiroksin mengandung empat atom yodium. Fungsi yodium adalah sebagai komponen esensial tiroksin dan kelenjar tiroid. Peranan tiroksin adalah meningkatkan laju oksidasi dalam sel-sel tubuh sehingga meningkatkan BMR (Basal Metabolic Rate). Tiroksin menyebabkan mitokondria sel-sel tubuh membesar baik bentuk maupun jumlahnya, dan
meningkatkan permeabilitas membran mitokondria sehingga memudahkan masuk keluarnya zat-zat yang terlibat dalam kegiatan respirasi dan pemindahan energi. Peranan lain dari tiroksin adalah menghambat proses fosforilasi oksidatif sehingga terbentuknya ATP berkurang dan lebih banyak dihasilkan panas. Hal ini dapat menjelaskan mengapa orang yang menderita hipertiroidisme kurus. Di samping itu tiroksin juga langsung mempengaruhi sintesis protein (Winarno, 1992 ). Sebagian besar yodium yang dicerna masuk ke dalam kelenjar tiroid, yang kadarnya sekitar 25 kali lebih tinggi dari yodium yang ada dalam darah. Dalam kelenjar tiroid, yodium bergabung dengan molekul tirosin membentuk tiroksin dan triiodotironim. Hormon tersebut dikeluarkan ke dalam saluran darah menurut kebutuhan dan permintaan tubuh. Tiroksin merupakan lebih dari 95 % dari hormon tiroid yang ada dalam darah. Dalam kelenjar gondok, tiroksin dan triiodotironin bergabung dengan sebuah molekul protein menjadai tiroglobulin dan merupakan bentuk yodium untuk disimpan. Nampaknya yodium diperlukan juga dalam proses reproduksi manusia maupun hewan. Selama berabad-abad diketahui bahwa wanita yang sedang hamil sering terjadi penyakit gondok (kelenjar gondoknya membengkak). Hal ini menunjukkan bahwa selama mengandung diperlukan lebih banyak tiroksin atau yodium. Yodium dalam tubuh dijaga agar hemat penggunaannya. Bila tiroksin pecah secara normal beberapa yodium diselamatkan dan bergabung dengan yodium yang baru diserap dalam pool yang sama. Pembuangan yodium sebagian besar dilakukan melalui ginjal. Dalam jumlah yang lebih kecil dikeluarkan juga melalui usus dan keringat. Yang dikeluarkan bersama feses biasanya yodium yang tidak dapat diserap, atau yang berasal dari empedu (Winarno, 1992 ). Kekurangan Yodium Kekurangan yodium dapat menyebabkan penyakit gondok. Pada umumnya wanita dan anak perempuan mempunyai kecenderungan lebih mudah
kena penyakit gondok daripada pria dan anak laki-laki. Masa paling peka terhadap kekurangan yodium terjadi pada waktu usia meningkat dewasa (puber). Bila tubuh kekurangan yodium, kadar tiroksin dalam darah menjadi rendah. Kadar tiroksin yang rendah akan merangsang kelenjar pituitary untuk memproduksi lebih banyak hormon yang disebut TSH atau tyroid stimulating hormon. Hormon TSH menyebabkan kelenjar tiroid membesar karena jumlah dan ukuran sel-sel epitel membesar. Pembesaran kelenjar tiroid dengan produksi hormon yang rendah disebut gondok sederhana atau nontoxic goiter. Bila keadaan tersebut banyak dijumpai pada sesuatu daerah tertentu, gondok sederhana itu disebut gondok endemik. Kretinisme juga merupakan gejala kekurangan yodium, yaitu kekurangan yodium di intrauterin pada masa awal setelah bayi dilahirkan. Biasanya terjadi di daerah gondok endemik. Pertumbuhan bayi tersebut sangat terhambat, wajahnya kasar dan membengkak, perut kembung dan membesar. Kulitnya menjadi tebal, kering, dan sering kali mengeriput, lidahnya membesar, bibirnya tebal dan selalu terbuka. Gejala-gejala awal kretinisme tidak mudah dikenali sampai usia 3 atau 4 bulan setelah lahir. Bila gejala dapat diketahui dalam keadaan dini dan diberi pengobatan dengan baik, keadaan dapat diubah kembali menjadi normal. Goitrin, merupakan senyawa antitiroid, terdapat pada tanaman dalam bentuk calon (precursor) yang disebut progoitrin yang dapat berubah menjadi goitrin dengan pertolongan kerja enzim. Progoitrin ditemukan dalam biji mustard dan bagian yang dapat dimakan dari kol, kale, dan sayur-sayuran sebangsa kubis dan turnip. Pada umumnya progoitrin mudah rusak oleh panas atau pemasakan. Kerja goitrin adalah menghambat sintesis tiroksin dan pada binatang percobaan telah dapat dibuktikan dengan timbulnya gondok oleh pengaruh goitrin. Penyakit gondok endemik pada manusia jarang ada hubungannya dengan goitrin dalam bahan makanan.
Keperluan Yodium
Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (1978) belum mencantumkan konsumsi yang disarankan, tetapi di negara yang maju konsumsi yodium yang dianjurkan untuk orang dewasa (19 – 22 tahun) adalah 140 ug per hari, orang tua (23 – 50 tahun) sebanyak 130 ug, dan untuk usia lebih dari 51 tahun sebanyak 110 ug/hari dan untuk usia lebih dari 51 tahun adalah 80 ug
( Winarno,
1992 ). Dalam bahan makanan kandungan yodium ternyata sangat kecil kadarnya hanya dapat ditentukan dengan alat yang sangat peka. Makanan dari laut dan ganggang laut merupakan sumber yodium yang penting. Ikan laut lebih banyak mengandung yodium daripada ikan air tawar. Pada umumnya biji-bijian dan kacang-kacangan mengandung sangat sedikit yodium.
3. Akibat Defisiensi Yodium Akibat negatif dari GAKY ternyata jauh lebih luas dari sekedar pembesaran kelenjar gondok yaitu terjadinya gangguan fungsi susunan saraf pusat yang akan berpengaruh pada kecerdasan dan perkembangan sosial masyarakat pada umumnya. Menurut Hetzel (1986), beberapa aspek kelainan yang diakibatkan oleh GAKY antara lain :
a. Janin i.
Abortus Yaitu berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan.
ii. Lahir mati Yaitu bayi yang dilahirkan dalam keadaan sudah mati sejak dalam kandungan. iii. Kematian Neonatal
Yaitu kematian yang terjadi pada bayi baru lahir sampai dengan empat minggu pertama setelah kelahiran. iv. Anomali Congenital Yaitu kelainan yang telah ada saat kelahiran. v. Kematian bayi Yaitu kematian pada bayi usia 1 bulan sampai dengan 12 bulan. vi. Kretin Neurologik Yaitu retardasi mental yang berat, gangguan pendengaran dan bisu tuli, sikap berdiri dan cara berjalan yang khas kaku dan sempoyongan serta mata juling. b. Neonatus i.
Gondok Yaitu pembesaran kelenjar thyroid sebagai akibat mekanisme adaptasi penyesuaian tubuh dalam mempertahankan fungsi dari kelenjar thyroid.
ii.
Gondok Neonatal Yaitu gondok yaitu gondok yang terjadi pada ibu yang baru melahirkan sampai dengan empat minggu pertama setelah kelahiran.
iii. Hipotiroidi Neonatal Yaitu kondisi hipotiroid pada wanita dewasa yang disebabkan oleh kehilangan sebagian besar jaringan tiroid yang sehat akibat radiasi atau tiroidektomi. c. Anak dan Remaja i. Hipotiroidi juvenil Yaitu Hipotiridi yang terjadi pada anak dan remaja ii. Gangguan fungsi mental iii. Keterlambatan fungsi mental iv. Dewasa 1. Gondok 2. Hipotiroidi
3. Gangguan fungsi mental
4. Deteksi Kurang Yodium Kekurangan zat yodium memberikan kondisi hipotiroid dan tubuh mencoba untuk mengkompensasi dengan menambah jaringan kelenjar gondok sehingga terjadi hipotropi yang mengakibatkan pembesaran kelenjar tiroid yang disebut penyakit gondok. Kurang yodium merupakan akibat kurangnya konsumsi yodium dalam makanan dan minuman di mana jumlah yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan kelenjar gondok untuk menjalankan fungsinya menghasilkan hormon tiroid (tiroksin). Deteksi kurang Yodium dalam suatu wilayah dapat dilihat banyaknya penduduk yang terkena GAKY dan tingkat keparahannya. Umumnya kekurangan yodium pada daerah yang miskin yodium atau daerah pedalaman yang terisolasi, khususnya daerah dataran tinggi atau pegunungan. Metode deteksi kekurangan yodium yang sederhana dan lebih mudah dilakukan dalam menilai kekurangan yodium dalam masyarakat adalah : a. Deteksi gondok Gondok adalah pembesaran kelenjar thyroid sebagai akibat mekanisme adaptasi penyesuaian tubuh dalam mempertahankan fungsi dari kelenjar tersebut. Survei Epidemiologi gondok endemic biasanya didasarkan pada salah satu klasifikasi di bawah ini (Peter, dkk, 1960) : Grade 0 : tidak teraba. Grade I : teraba dan terlihat hanya dengan kepala tengadah. Grade II : mudah terlihat dengan kepala pada posisi biasa. Grade III : terlihat pada jarak tertentu. Beberapa alasan digunakan klasifikasi tersebut adalah mudah dilaksanakan di lapangan dan tidak memerlukan peralatan khusus. Palpator atau petugas tidak membutuhkan tenaga medis, tetapi cukup terlatih dan disupervisi oleh palpator yang telah berpengalaman.
B.
Garam Beryodium Garam khususnya garam dapur (NaCl) merupakan komponen bahan makanan yang penting. Konsumsi garam NaCl biasanya lebih banyak diatur oleh rasa, kebiasaan dan tradisi daripada keperluannya. Di beberapa negara maju, dilakukan pengaturan konsumsi yang ketat agar konsumsi NaCl berada dibawah 1 gr per hari. Angka itu kira-kira memenuhi kebutuhan minimal untuk seorang dewasa dengan keaktifan normal pada daerah subtropis (Winarno, 1992). Program garam beryodium merupakan metode yang paling populer sejak tahun 1920-an, sejak program ini berhasil digunakan di Switzerland. Metode ini dipilih untuk pendistribusian yodium pada populasi yang beresiko di negara yang industri garamnya sudah baik dan garam juga banyak digunakan pada konsumsi rumah tangga. Bagaimanapun juga, garam beryodium harus dapat menjangkau penderita yang kurang yodium. Mungkin akan ditemukan masalah dalam mendistribusikan atau sekaligus
mempertahankan kandungan yodium, di mana
garam mungkin
terkena panas. Untuk itu perlu ditambahkan setelah memasak untuk mengurangi kehilangan kandungan yodium pada garam.
C. Pendidikan Adalah jenjang pendidikan formal yang dicapai melalui jalur berdasarkan lamanya tahun ajaran. Pendidikan juga merupakan usaha dasar dan sistematis yang berlangsung seumur hidup dalam rangka mengalihkan pengetahuan oleh seseorang kepada orang lain (Sondang, 1991).
D. Pengetahuan (Knowledge) Adalah merupakan hasil penginderaan manusia terhadap obyek diluarnya melalui indera-indera yang dimilikinya (pendengaran, penglihatan, penciuman dan sebagainya) (Notoatmojo, 2000 ). Pengetahuan dapat diukur atau di observasi melalui apa yang diketahui tentang obyek (masalah kesehatan) misalnya : pengetahuan tentang imunisasi, pengetahuan
tentang penyakit malaria, pengetahuan tentang cara penyimpanan garam beryodium dan sebagainya.
E. Tindakan atau Praktek (Practise) Cara Penyimpanan Garam Beryodium Adalah respons atau reaksi konkrit seseorang terhadap obyek (Notoatmojo, 2000). Di masyarakat garam yang dikonsumsi adalah garam NaCL (Natrium Chlorida), garam ini diperoleh dengan proses penguapan air laut maupun cara lain, yang aman untuk digunakan sebagai bahan makanan. Jenis air laut dan proses penguapan air laut tersebut akan menghasilkan kualitas garam yang berbeda-beda. Hal ini terutama disebabkan adanya perbedaan dalam metode penguapan air air laut dan sumber air laut yang digunakan. Oleh karena berbedanya kualitas garam yang dihasilkan, maka dibuat suatu standar garam konsumsi dengan nomor SNI. 01-3556-1994. Mutu garam konsumsi disesuaikan dengan kemampuan para produsen dan kebutuhan konsumen. Dalam SNI kadar yodium dalam garam ditentukan sebesar 30 – 80 ppm dalam bentuk KIO3 , Hal ini dikaitkan dengan sekitar 100 - 150 µg, hal ini dikaitkan dengan jumlah garam yang dikonsumsi tiap orang perhari adalah 6 – 10 gram, sedangkan kebutuhan tubuh akan yodium adalah sekitar 100 – 150 ug tiap orang per hari. SNI garam konsumsi diterapkan secara wajib terhadap produsen, distributor / pedagang sesuai dengan Keppres No. 69 tahun 1995 tentang Pengadaan Garam Beryodium untuk melindungi kesehatan masyarakat. Untuk itu perlu dipantau agar garam konsumsi yang beredar tetap terjamin keamanannya. Agar kadar yodium dalam garam tidak hilang / menguap maka cara penympanannya harus benar yaitu dengan : - Simpan dengan wadah yang tertutup, di tempat kering dan jangan langsung terkena panas/ sinar matahari. Karena garam yodium mengandung KIO3 (Kalium Yodat). I adalah salah satu unsur yang labil sehingga mudah teroksidasi oleh panas, suasana asam, sinar matahari. K bisa berdiri sendiri, contohnya Potassium. Sehingga unsur I supaya bisa stabil posisinya harus terikat dengan unsur yang lain yaitu K dan O (Winarno, 1992 ).
-
Kerangka Teori
Predisposing - Umur ibu - Pendidikan - Pekerjaan - Pendapatan - Pengetahuan Enabling - Ketersediaan sarana (garam) - Jarak tempat pembelian garam
Perilaku : - Penyimpanan garam beryodium
Reinforsing - Tokoh masyarakat - Bidan Desa - Petugas Gizi
-
Kerangka Konsep
• Tingkat pendidikan Ibu • Tingkat pengetahuan penyimpanan garam beryodium
Cara penyimpanan garam beryodium
F. Hipotesis 1) Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan cara penyimpanan garam beryodium. 2) Ada hubungan antara tingkat pengetahuan penyimpanan garam beryodium dengan cara penyimpanan garam beryodium.