BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Remaja 1.
Pengertian Remaja Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. WHO memberikan definisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Remaja adalah suatu masa ketika : a. Individu berkembang di saat pertama kali ia menunjukan tanda–tanda seksual sekunder sampai saat ia mencapai kematangan seksual. b. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan relatif lebih mandiri.
2. Perkembangan Perilaku Seksual Remaja a.
Pra Remaja Masa remaja adalah suatu tahap untuk memasuki tahap remaja yang sesungguhnya. Pada masa pra remaja ada beberapa indikator yang telah dapat ditentukan untuk menentukan identitas gender laki-laki atau perempuan. Beberapa indikator biologis yang berdasarkan jenis kromosom, bentuk gonad dan kadar hormon. Ciri-ciri perkembangan
8
9
seksual pada masa ini antara lain ialah perkembangan fisik yang masih tidak banyak beda dengan sebelumnya. Pada masa remaja ini mereka sudah mulai senang mencari informasi tentang seks dan mitos seks baik dari teman sekolah, keluarga atau dari sumber lainnya. Penampilan fisik dan mental secara seksual tidak banyak memberikan kesan yang berarti. b. Remaja Awal Merupakan tahap awal atau permulaan remaja sudah mulai tampak ada perubahan fisik yaitu fisik sudah mulai matang dan berkembang. Pada masa ini remaja sudah mulai mencoba melakukan karena telah sering kali terangsang secara seksual akibat pematangan yang alami. Rangsangan ini diakibatkan oleh faktor internal yaitu meningkatnya kadar testosteron pada laki-laki dan estrogen pada remaja perempuan. Hampir sebagai besar dari lakilaki dari periode ini tidak bisa menahan untuk tidak melakukan sebab pada masa ini mereka sering kali mengalami fantasi. Sebagian dari mereka amat menikmati apa yang mereka rasakan, tetapi ternyata sebagian dari mereka justru selama atau sesudah merasakan kenikmatan tersebut kemudian merasa kecewa dan merasa berdosa. c. Remaja Menengah Pada masa remaja menengah, para remaja sudah mengalami pematangan fisik secara penuh yaitu anak laki-laki sudah
10
mengalami mimpi basah sedangkan anak perempuan sudah mengalami haid. Pada masa ini gairah seksual remaja sudah mencapai puncak sehingga mereka mempunyai kecenderungan mempergunakan kesempatan untuk melakukan sentuhan fisik. Namun demikian, perilaku seksual mereka masih secara alamiah, sebagian besar dari mereka mempunyai sikap yang tidak mau bertanggungjawab terhadap perilaku seksual yang mereka lakukan. d. Remaja Akhir Pada masa remaja akhir, remaja sudah mengalami perkembangan fisik secara penuh sudah seperti orang dewasa. Mereka telah mempunyai perilaku seksual yang sudah jelas dan mereka sudah mulai mengembangkan aspek-aspek perkembangan pada masa remaja. 1. Perkembangan fisik Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensorik dan ketrampilan motorik. Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif.
11
2. Perkembangan Kognitif Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru. Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti
belajar,
memori,
menalar,
berpikir,
dan
bahasa.
Piaget
mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (dalam Papalia & Olds, 2001). Tahap formal operations adalah suatu tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang benar-benar terjadi. Dengan mencapai tahap operasi formal remaja dapat berpikir dengan fleksibel dan kompleks. Seorang remaja mampu menemukan alternatif
12
jawaban atau penjelasan tentang suatu hal. Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai tahap operasi konkret yang hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis. Remaja sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan (Santrock, 2001). Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya. Remaja yang berada pada fase meningkatnya dorongan seksual selalu mencari lebih banyak informasi mengenai seks. Remaja Indonesia mencakup 37 % dari penduduk, tetapi informasi berkaitan dengan kesehatan reproduksi yang ditujukan dalam bentuk hubungan dengan lain jenis dengan berpacaran.
B. Pola dan Perilaku Seksual Remaja Perkembangan perilaku seksual dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain perkembangan fisik, psikis, proses belajar dan sosial kultural. Berdasarkan faktor-faktor tersebut maka aktivitas seksual remaja amat erat kaitannya dengan faktor-faktor itu. Beberapa aktivitas seksual yang sering dijumpai pada remaja yaitu sentuhan seksual, membangkitkan gairah seksual, seks oral, seks anal, masturbasi dan hubungan heteroseksual.
13
Aktivitas seksual adalah tindakan fisik atau mental yang menstimulasi, merangsang dan memuaskan secara jasmaniah. Pada masa remaja tidak sedikit remaja yang melakukan aktivitas seksual masturbasi. Perilaku seksual remaja ini timbul karena faktor-faktor berikut : 1. Perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual atau libido seksualitas remaja. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu. 2. Penundaan usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya undang-undang tentang perkawinan yang menetapkan batas usia menikah. 3. Adanya norma-norma agama yang tetap berlaku. Seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah. 4. Adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa dengan adanya teknologi canggih. 5. Orang tua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya yang masih menganggap tabu pembicaraan mengenai seks dengan anak. 6. Adanya kecenderungan pergaulan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat.
C. Konsep Dasar Penyimpangan Perilaku Seksual 1. Pengertian Penyimpangan Perilaku Seksual Penyimpangan adalah gangguan atau kelainan. Sedangkan perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah
14
laku ini bisa bermacam-macam mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Obyek seksualnya juga bisa berupa orang lain, diri sendiri maupun obyek dalam khayalan. Sebagian dari tingkah laku itu memang tidak berdampak apa-apa, terutama jika tidak ada akibat fisik atau sosial yang dapat ditimbulkannya. Akan tetapi pada sebagian perilaku seksual yang lain, dampaknya cukup serius, seperti perasaan bersalah, depresi, marah dan sebagainya.( Sarwono, 2006:63 ) Kesimpulan penyimpangan perilaku seksual adalah tingkah laku seksual, khususnya yang tidak sesuai dengan norma-norma agama atau hukum atau juga asusila yang dilakukan remaja. 2. Penyimpangan Perilaku Seksual Beberapa kelainan seksual atau yang disebut seks abnormal sebagai berikut: a. Masturbasi
yaitu
merangsang
organ
kelamin
sendiri
dengan
menggunakan alat bantu atau tidak (tangan) sampai mencapai orgasme. b. Sadisme yaitu seks terangsang bila pelaku terlebih dahulu menyakiti pasangan terutama pada lelaki dan sedikit pada perempuan. c. Masokisme yaitu kelainan seks dari sadisme yaitu dengan jalan menyakiti dirinya sendiri biasanya pasangan disuruh untuk melakukan tindakan sadisme. d. Eksibisionisme yaitu kelainan seks dengan jalan memperlihatkan alat kelamin di tempat umum yang terdapat orang banyak.
15
e. Voyeurisme yaitu termasuk kelainan seks mengintip orang yang sedang telanjang atau setengah telanjang, seperti sedang mandi, tidur, ganti pakaian. f. Transvetitisme yaitu kelainan seks pelaku suka memakai pakaian orang lain termasuk pakaian dalam. g. Transeksual yaitu melakukan ganti kelamin (genital) karena merasa alat kelaminnya belum dapat merasakan seks secara puas dan merasa lawan jenisnya lebih puas. h. Troillisme yaitu kelainan seks yang diderita oleh orang yang ingin dilihat saat ingin melakukan hubungan seks. i. Bestiality yaitu kelainan seks karena merasa kurang puas melakukan hubungan seks dengan manusia sehingga melakukannya dengan binatang. j. Homoseksual yaitu kelainan seks dengan menyukai sesama jenis.
D. Masturbasi 1. Pengertian Masturbasi Onani mempunyai arti sama dengan masturbasi namun ada yang berpendapat bahwa onani diperuntukkan bagi laki-laki, sedangkan istilah masturbasi dapat berlaku bagi perempuan atau laki-laki. Dalam bahasa Indonesia masturbasi memiliki beberapa istilah salah satunya rancap yang maksudnya perangsangan organ kelamin sendiri dengan cara menggesek-geseknya dengan tangan atau benda lain
16
hingga mengeluarkan sperma dan mencapai orgasme. Sedangkan bahasa gaulnya adalah coli atau main sabun yaitu kegiatan yang dilakukan seseorang dalam memenuhi kebutuhan seksualnya, dengan menggunakan alat bantu sabun atau benda lain, sehingga dengannya dia bisa mengeluarkan mani (ejakulasi). Jadi masturbasi adalah kegiatan menyentuh, menggosok dan meraba bagian tubuh sendiri yang peka sehingga menimbulkan rasa menyenangkan untuk mendapat kepuasan seksual (orgasme) baik tanpa menggunakan maupun menggunakan alat bantu. 2. Tujuan Masturbasi Tujuan utama dari masturbasi adalah untuk mencari kepuasan atau melepas keinginan nafsu seksual dengan jalan tidak bersenggama. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Masturbasi Perilaku masturbasi merupakan salah satu bentuk perilaku seksual, maka faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku masturbasi dapat digolongkan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual. a. Menurut Sarlito yang mempengaruhi masalah perilaku seksualitas pada remaja dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut: 1) Meningkatnya Seksualitas Usia kematangan seksual bagi remaja putri pada saat usia haid pertama 13 tahun. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu, semakin
17
tinggi dorongan seksual maka tingkat perilaku seksualnya juga semakin tinggi. 2) Penundaan Usia Perkawinan Adanya undang-undang perkawinan yang menetapkan batas usia menikah sedikitnya 17 tahun untuk wanita dan 20 tahun untuk pria. Norma sosial makin lama makin menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan, pendidikan, pekerjaan, persiapan mental. Norma agama yang melarang untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah. 3) Adanya Penyebaran Informasi dan Rangsangan Seksual Melalui Media. Dengan teknologi yang canggih memudahkan untuk mengakses media yang merangsang seksualitas remaja. 4) Komunikasi Keluarga Adanya komunikasi yang baik dalam keluarga dapat menekan perilaku seksual yang berbahaya. 5) Pergaulan yang Makin Bebas Membuat perilaku seksual yang berbahaya semakin meningkat. 6) Ketaatan Beragama Landasan agama yang kuat berpengaruh terhadap bentuk perilaku seksual remaja. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual menurut Monks dan Knoers (1987: 273) yaitu,
18
1)
Usia Usia seseorang mempengaruhi bentuk perilaku seksual seseorang. Pada masa remaja seksualitas dimulai dengan perubahan tubuh, yang menimbulkan tujuan baru dari dorongan seks, yaitu reproduksi. Tahap inilah yang disebut fase genital.
2)
Jenis Kelamin Laki-laki dan perempuan mempunyai pandangan tentang bentuk dan perilaku seksual yang berbeda. Pria lebih permisif terhadap perilaku seksual dibandingkan wanita, mereka beranggapan bahwa seksualitas merupakan cara bersenggama, cara pacaran, dan cara mencari hati lawan jenis. Sedangkan wanita lebih malu-malu dan cenderung tidak tahu.
4. Masturbasi ditinjau dari segi kesehatan Dari
sisi
medis
masturbasi
tidak
menimbulkan
dampak
yang
membahayakan kesehatan sepanjang dilakukan dengan tidak merusak bagian tubuh misalnya dengan menggunakan alat dan kebersihan yang tidak terjaga sehingga menimbulkan infeksi. Selain itu dari sudut pandang ilmu kedokteran masturbasi berguna, karena memungkinkan memproduksi hormon endophrin ketika membutuhkannya sekaligus mengosongkan sperma. 5. Masturbasi dilihat dari segi psikologis Dari sisi psikologis mesturbasi justru banyak menimbulkan masalah, antara lain ketagihan sehingga aktivitas ini menjadi kebiasaan yang sulit
19
dihilangkan, lalu dapat timbul rasa bersalah, rasa tertekan karena melakukan aktivitas seksual padahal belum menikah. Ditekan oleh fungsi kematangan seksual dan dorongan seksual yang semakin meledak-ledak di satu pihak, sedang dipihak lain pelaku menyadari adanya laranganlarangan (terutama larangan dari hati nurani sendiri) untuk memuaskan secara nyata dorongan seksual tersebut, maka timbulah banyak kecemasan, kebingungan dan hilang akal pada remaja. Hasilnya masturbasi tidak bekerja sebagai kebajikan karena secara psikologi masturbasi ini akan berdampak pada psikologi atau kejiwaan dan depresi emosional. 6. Masturbasi ditinjau dari segi agama Dalam islam masturbasi dikenal dengan beberapa nama yaitu al-istimna, billkaf, nikah al-yad, jildu umairah, al-I’timar atau adatus sirriyah. Masturbasi yang dilakukann oleh wanita disebut al- ilthaf. Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa dalam persetubuhan (senggama) suami istri terdapat puncak kenikmatan, puncak kasih sayang terhadap pasangannya, pahala, shadaqoh, kesenangan jiwa, hilangnya pikiran-pikiran kotor, hilangnya ketegangan, badan terasa ringan dan bertambah sehat. Pada setiap bagian tubuh mendapat sentuhan kenikmatan. (Raudhatul muhibbin Taman Orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu, hal 179-180). Lalu bandingkanlah dengan masturbasi, tentu sangat jauh sekali. Hasilnya masturbasi tidak bekerja sebagai kebajikan karena secara psikologi masturbasi ini akan berdampak pada psikologi atau kejiwaan dan depresi emosional. Pelakunya akan selalu dihantui perasaan bersalah dan berdosa. Sedangkan
20
pada persetubuhan suami istri didapat kenikmatan, ketenangan, dan pahala berdasarkan hadist berikut ini : ﻞ ﻖ ؟: را١ ﺟﺮ ﻟﮫ ﯾﻜﻮ ن و ﺷﮭﻮ ﻧﺎ اﺣﺪ ﯾﺎ ﺗﻲ اﷲ رﺳﻮل ﯾﺎ ﻟﻮ اﻗﺎ ا ﺟﺮ ﻟﻮ ا ﻗﺎ وزر: ﻗﺎ ل ﻧﻌﻢ: اﺣﺪﻛﻢ ﺑﻀﻊ ﻓﻲ و ﻟﮫ ﯾﻜﻮ ن اﻟﺤﻼ ل ﻓﻲ وﺿﻌﮭﺎ ا ذ ا ﻟﻚ ﻓﻜﺬ ) ؟ ﻋﻠﯿﮫ ن ﻛﺎ ا اﻟﺤﺮ ام ﻓﻲ وﺿﻌﮭﺎ ﻟﻮ اﯾﺘﻢ اﺟﺮ ) ﻣﺴﻠﻢ ر و اه Artinya : “ Dan, di dalam persetubuhan salah seorang diantara kalian ada pahala”. Mereka bertanya? Wahai Rasulullah, adakah salah seorang diantara kami memuaskan birahinya dan dia mendapat pahala karena itu Beliau bersabda : “ Bagaimana pendapat kalian jika dia meletakannya pada hal yang haram, apakah dia mendapat dosa ” Mereka menjawab,” Benar ”. Beliau bersabda,” demikian pula jika dia meletakkannya pada hal yang halal, maka dia mendapat pahala” ( HR.Muslim ) Dari sisi agama dan sesuai dengan hadist di atas dapat disimpulkan bahwa masturbasi termasuk perbuatan maksiat atau perbuatan dosa. Sehingga apabila diantara kamu melakukannya akan mendapatkan dosa dari-Nya. 7. Dampak yang terjadi ketika melakukan masturbasi yaitu. a. Dampak fisik Luka-luka pada alat kelamin, masturbasi yang dilakukan secara keras dan menggunakan benda-benda kasar akan dapat merobek kulit vagina, iritasi atau infeksi pada alat kelamin. Ejakulasi
21
dini, kebiasaan ingin cepat mendapatkan kepuasan masturbasi akan cenderung menjadikan seseorang cepat mengalami orgasme. b.
Dampak psikologis Rasa bersalah diakibatkan adanya perasaan berdosa karena telah melanggar norma yang dianut seperti norma agama, dan norma sosial. Rasa malu karena adanya anggapan bahwa masalah masturbasi adalah sesuatu yang dianggap kotor, tabu, dan tidak layak dibicarakan. Khayalan yang mengikat ketika melakukan masturbasi dalam jangka panjang dan dilakukan secara terus-menerus akan dapat mengikat dan menguasai pikiran, sehingga khayalan itu akan muncul secara terus menerus setiap saat. Isolasi, sebagai pelarian ke dunia yang penuh khayalan sehingga seseorang yang telah merasa nikmat dan merasa aman dengan dunia khayalannya akan cenderung menarik diri dari pergaulan. Menurut PKBI tahun 2005 dampak-dampak masturbasi yaitu : 1) Infeksi. 2) Energi fisik dan psikis terkuras sehingga orang menjadi mudah lelah. 3) Pikiran terus menerus ke arah fantasi seksual. 4) Perasaan bersalah dan berdosa. 5) Bisa mengakibatkan lecet jika dilakukan dengan frekuensi tinggi. 6) Kemungkinan mengalami ejakulasi dini pada saat berhubungan intim. 7) Kurang bisa memuaskan pasangan jika sudah menikah karena terbiasa memuaskan diri sendiri. 8) Menimbulkan kepuasan diri. 9) Ketagihan.
22
Tujuan masturbasi untuk mengurangi stres dan tekanan 26,66%, penyaluran dorongan seksual 16,66%, menghilangkan kesepian 13,33% kompensasi atau pelarian 6,66%. Sebanyak 20% responden menyatakan tujuan tercapai, 26,66% tidak selalu tercapai, 30% menyatakan tidak tahu. Perasaan yang dialami setelah masturbasi 26,66% nikmat dan senang, 23,33% merasa bersalah dan malu, 13,33% merasa rendah diri, 10% merasa nafsu seks meningkat. Pengalaman masturbasi menunjukan 33,33% dapat mengurangi tekanan dan stress, bebas berfantasi 23,33%, rasa puas 6,66%. Pengalaman masturbasi yang paling disukai 26,66% saat melihat film porno, 23,33% membaca buku porno, saat bermimpi 10%, membayangkan idola 6,66%. Melakukan masturbasi dengan mengunakan jari atau tangan 30%, dengan bantal 23,33%, sisanya 46,66% hanya membayangkan.
E. Pengertian Pengetahuan, Sikap dan Perilaku 1. Pengetahuan ( Knowledge ) a. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan keseluruhan pemikiran, gagasan, ide konsep, dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya termasuk manusia dan kehidupannya. Pengetahuan adalah hasil dari “ tahu ” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan melalui panca indera
23
manusia yakni pengeliatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran yaitu mata dan telinga. b. Tingkatan Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu : 1. Tahu Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Teramasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (remind) suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau ringkasan yang telah diterima. Oleh sebab itu “ tahu ” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari
antara
lain
menyebutkan,
menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. 2. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah menyebutkan contoh menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan, makanan yang bergizi.
24
3. Aplikasi ( Apllication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip siklus pemecahan masalah. 4. Analisis ( Analysis ) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja
:
dapat
menggambarkan,
membedakan,
memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya. 5. Sintesis ( Synthesis ) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk melalakukan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya.
25
6. Evaluasi ( Evaluation ) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian ini berdasarkan
suatu
kriteria
yang
ditentukan
sendiri,
atau
menggunakan kriteria yang sudah ada. 7. Pentingnya Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003), dalam bukunya pendidikan dan perilaku
kesehatan,
menyatakan
pengetahuan
atau
kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk seseorang dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. 8. Pengukuran pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007: 146). 2. Sikap ( attitude ) a. Pengertian Sikap yaitu reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. b. Komponen pokok sikap Sikap mempunyai tiga komponen pokok : 1) Kepercayaan, ide dan konsep terhadap suatu obyek.
26
2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek. 3) Kecenderungan untuk bertindak ( tend to behave ). c. Penilaian Sikap Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap seseorang.
Pernyataan
sikap
adalah
rangkaian
kalimat
yang
mengatakan sesuatu mengenai obyek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai obyek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada obyek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang favourable. Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal negatif mengenai obyek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap obyek sikap. Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan yang tidak favourable. Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favuorable dan tidak favourable dalam jumlah
yang seimbang.
Dengan demikian
pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak semua negatif yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung sama sekali obyek sikap (Azwar, 2005). Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat/ pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner.
27
3.
Praktek a. Pengertian Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (Overt behavior). Untuk terbentuknya sikap agar menjadi perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor pendukung dari pihak lain misalnya : orang tua, dan lain-lain. Menurut Bloom, derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor genetik. Faktor perilaku mempunyai peranan yang sangat besar dalam status kesehatan baik individual maupun masyarakat. Sebelum mengetahui perilaku dalam bidang kesehatan, terlebih dahulu perlu diketahui tentang konsep kesehatan. Konsep sehat menurut WHO menyebutkan sehat adalah suatu keadaan sejahtera sempurna dari fisik, mental, dan sosial sehingga tidak terbatas pada pengertian bebas atau kelemahan saja. b. Tiga Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seseorang 1) Faktor predisposisi (Predisposing factor) yaitu faktor memudahkan terjadinya perilaku yaitu antara lain pengetahuan individu, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, pandangan, untuk persepsi, tradisi, pendapatan, pendidikan, umur,status sosial.
28
2) Faktor pendukung (Enabling factor) adalah faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya perilaku, antara lain mencakup adanya ketrampilan dan sumber daya seperti fasilitas, personal dan peluyanan kesehatan, serta kemudahan untuk mencapainya. 3) Faktor pendorong (Reinforcing factor) adalah faktor-faktor yang mampu menguatkan seseorang untuk melakukan perilaku tersebut, diantaranya sikap dan perilaku kesehatan serta dorongan yang berasal dari keluarga, masyarakat, dan tokoh masyarakat sekitarnya. Selain itu ada juga faktor lainnya yaitu faktor genetik atau faktor endogen. Faktor genetik atau keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal untuk kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup itu. Faktor genetik berasal dari dalam diri individu (endogen), antara lain: a). Jenis Ras Setiap ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik saling berbeda satu dengan yang lainnya. b). Jenis Kelamin Perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara berpakaian dan melakukan pekerjaan sehari-hari, pria berperilaku atas dasar pertimbangan rasional atau akal, sedangkan wanita atas dasar pertimbangan emosional atau perasaan. Perilaku pada pria disebut maskulin sedangkan perilaku wanita di sebut feminim.
29
c). Sifat Fisik Kalau kita amati perilaku individu berbeda-beda karena sifat fisiknya, misalnya perilaku individu yang pendek dan gemuk berbeda dengan individu yang memiliki fisik tinggi kurus. d). Sifat Kepribadian Salah satu pengertian kepribadian yang dikemukakan oleh Maramis (1999) adalah : “keseluruhan pola pikiran, perasaan dan perilaku yang sering digunakan oleh seseorang dalam usaha adaptasi yang terus menerus terhadap hidupnya” e). Bakat Pembawaan Bakat menurut Notoatmodjo (1997) yang mengutip pendapat William B. Micheel (1960) adalah : “kemampuan individu untuk melakukan sesuatu yang sedikit sekali bergantung pada latihan mengenal hal tersebut”. Bakat merupakan interaksi dari faktor genetik dan lingkungan serta bergantung pada adanya kesempatan untuk pengembangan. f). Intelegensi Menurut Terman intelegensi adalah : “kemampuan untuk berfikir abstrak” (Sukardi, 1997). Sedangkan Ebbieghous mendefenisikan intelegensi adalah : “kemampuan untuk membuat kombinasi” (Notoatmodjo, 1997). Dari batasan terebut dapat dikatakan bahwa intelegensi sangat berpengaruh terhadap perilaku individu. Oleh karena itu, kita kenal ada individu yang intelegen, yaitu individu yang
30
dalam mengambil keputusan dapat bertindak tepat, cepat dan mudah. Sebaliknya bagi individu yang memiliki intelegensi rendah dalam mengambil keputusan akan bertindak lambat. c. Tingkatan-Tingkatan Praktek 1) Persepsi (Perseption) Mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama. 2) Respon Terpimpin (Guide Response) Dalam melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua. 3) Mekanisma (Mecanisme) Apabila seseorang telah melakukan sesuatu yang benar dengan secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan. 4) Adopsi (Adoption) Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang baik. Artinya tindakan yang sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran.
31
F. Kerangka Teori Berdasakan tinjauan pustaka yang telah di paparkan kerangka teori dari penelitian di bawah ini adalah sebagai berikut :
Pengetahuan
Sikap
Praktek
Masturbasi
Faktor yang mempengaruhi: 1. Meningkatnya Seksualitas 2. Penundaan usia Perkawinan 3. Pergaulan bebas 4. Adanya penyebaran informasi melalui media masa 5. Usia 6. Jenis Kelamin
Gambar 2.1 Kerangka Teori Keterangan : : Diteliti : Tidak diteliti Sumber : Modifikasi buku Psikologi Remaja (Sarwono, 2006) dan buku Ajar Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya (Soetjiningsih, 2004)
32
G. Kerangka Konsep Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dipaparkan kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Kerangka Konsep Penelitian
Pengetahuan remaja tentang seks (masturbasi)
Sikap remaja tentang seks (masturbasi)
Praktek remaja tentang seks
Gambar 2.2 Kerangka Konsep H. Hipotesa Hipotesa yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah : 1. Ada hubungan antara pengetahuan remaja tentang seks (masturbasi) dengan sikap remaja tentang seks (masturbasi). 2. Ada hubungan antara pengetahuan remaja tentang seks (masturbasi) dengan praktek remaja tentang seks (masturbasi). 3. Ada hubungan antara sikap remaja tentang masturbasi dengan praktek remaja tentang seks (masturbasi).