BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pengertian Risiko Pada sebuah proyek konstruksi memiliki banyak hal yang harus diperhitungkan
agar
pelaksanaan
sesuai
dengan
apa
yang
telah
direncanakan. Proyek konstruksi diasosiasikan memiliki risiko yang sangat tinggi berdasarkan aktifitas yang dilakukan, proses , lingkungan dan organisasinya. Risiko melibatkan banyak hal termasuk yang tidak terduga, yang tidak diinginkan dan sering banyak faktor yang tidak terprediksi. Beberapa hambatan dapat terjadi dan dapat mengganggu proses pelaksanaan proyek konstruksi. Hambatan terjadi karena kurangnya perhitungan akan risiko – risiko yang tidak diperhitungkan dengan baik pada awal konstruksi dilaksanakan. Risiko merupakan sebuah halangan yang terdapat dalam setiap proyek konstruksi, setiap kontraktor harus menangani itu dan para pemilik proyek harus membayar untuk itu (Flanagan dan Norman, 1993). Risiko sendiri adalah suatu hal yang terjadi diluar perhitungan yang kondisinya tidak pasti dan memiliki dampak terhadap ruang lingkup proyek, biaya, waktu dan mutu dari pekerjaan. Risiko memiliki banyak bentuk dan ukuran dimana dideskripsikan sebagai “kemungkinan beberapa hal dapat terjadi yang akan memberikan dampak terhadap sebuah tujuan”, resiko sering ditentukan berdasarkan kejadian dan konsekuensi yang diakibatkan oleh risiko tersebut dimana konsekuensinya bisa berdampak postif maupun negatif (Alijoyo, 2006). Risiko dan ketidakyakinan memiliki arti yang berbeda dimana risiko (risk) berasal dari bahasa Prancis yaitu risqué dan digunakan dalam bidang asuransi. Risiko dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu (Smith ,et al., 1999):
4
a) Known Risks, risiko ini termasuk risko yang memiliki perubahan kecil terhadap produkifitas dan harga yang sering terjadi dan tidak dapat dihindarkan dalam proyek konstruksi. b) Known Unknown Risk, adalah risiko yang diketahui dan diprediksi akan terjadi yang propabilitasnya serta akibat yang terjadi diketahui. c) Unknown Unknown Risk,
adalah risiko yang tidak diketahui akan
terjadi dan akibatnya tidak dapat diketahui oleh mayoritas staff. Dalam konstruksi keoptimisan dalam sebuah proyek baru sering menuju kepada sikap AGAP (All Goes According To Plan) dimana para kontraktor menyediakan dana, estimasi dan waktu penyelesaian berdasarkan AGAP namun konstruksi sendiri memiliki beberapa hal yang sangat sering diluar perencanaan dan para kontraktor diharapkan lebih menggunakan analisis WHIF (What Happen If) dimana diperlukan sebuah pemikiran jika sesuatu dapat terjadi diluar perencanaan. (Flanagan dan Norman, 1993) Risiko – risiko yang dibahas dalam manajemen risiko dalam perkembangannya dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu: 1. Risiko Operasional Risiko ini adalah risiko yang dapat timbul akibat tidak berfungsinya sistem internal, kesalahan manusia maupun kegagalan sistem. Sumber risiko ini merupakan sumber terluas dibandingkan sumber risiko lainnya selain bersumber dari kegiatan diatas juga bersumber dari kegiatan operasional dan jasa, akuntansi,
system
teknologi
informasi,
system
informasi
manajemen atau system pengelolaan sumber daya manusia. 2. Risiko Hazard Risiko ini merupakan suatu keadaan yang dapat memperbesar kemungkinan terjadinya suatu musibah. Pengertian tersebut dapat diperluas meliputi berbagai keadaan yang dapat menimbulkan suatu kerugian. Risiko Hazard dapat diklasifikasikan menjadi 4 bentuk : a) Physical Hazard, adalah suatu kondisi yang bersumber pada karakterisik secara fisik dari suatu objek yang memperbesar
5
kemungkinan terjadi suatu musibah ataupun memperbesar suatu kerugian. b) Moral Hazard, adalah suatu kondisi yang bersumber dari orang yang bersangkutan berkaitan dengan sikap mental atau pandangan hidup serta kebiasaannya yang dapat memperbesar kemungkinan tejadinya suatu musibah ataupun kerugian. c) Morale
Hazard,
setiap
orang
pada
dasarnya
tidak
menginginkan terjadinya suatu kerugian, akan tetapi karena merasa bahwa ia telah memperoleh jaminan baik atas diri maupun harta miliknya, seringkali menimbulkan kecerobohan atau kurang hati – hati. d) Legal Hazard, Seringkalin berdasarkan peraturan – peraturan ataupun undang – undang yang bertujuan melindungi masyarakat justru diabaikan ataupun kurang diperhatikan sehingga dapat memperbesar terjadinya suatu musibah. 3. Risiko Finansial Risiko Finansial merupakan risiko yang diderita oleh investor sebagai akibat dari ketidakmampuan emiten saham dan obligasi memenuh kewajiban pembayaran deviden atau bunga serta pokok pinjaman. 4. Strategik Risiko ini terjadi karena serangkaian kondisi yang tidak terduga yang
dapat
mengurangi
kemampuan
manajer
untuk
mengimplementasikan strateginya secara signifikan. 2.2 Manajemen Risiko Risiko terjadi pada semua proyek konstruksi dan tidak dapat diabaikan namun dapat dikurangi dan dipindahkan sehingga dapat dikontrol. Pemahanan akan risiko sangat penting dan sangat diperlukan dalam mengidentifikasikan dan menganalisis secara sistematis, menangani dan melakukan pengkontrolan sehingga pencapaian tujuan proyek sesuai dengan waktu (time), biaya (cost) dan kualitas (quality). Manajemen risiko memiliki tujuan untuk dapat mengenali risiko sehingga nantinya dapat direncanakan
6
strategi penanganan yang akan dilakukan terhadap risiko yang akan muncul. Strategi yang digunakan diperhitungkan dengan baik agar ampu untuk mengurangi bahkan menghilangkan risiko yang muncul. Tahapan – tahapan dalam melakukan manajemen risiko yaitu terlebih dahulu melakukan identifikasi, mengklasifikasikan risiko yang akan terjadi, melakukan analisis atas risiko – risiko yang telah teridentifikasi dan pada tahap akhir melakukan penanganan – penanganan yang perlu dilakukan berdasarkan berbagai macam pertimbangan untuk meminimalisir atau menghilangkan risiko, seperti yang terdapat pada gambar dibawah:
Gambar 2.1 Alur Manajemen Risiko (Flanagan dan Norman, 1993)
Identifikasi risiko dilakukan untuk menentukan sumber- sumber serta tipe risiko yang memungkinkan dan diperkirakan akan muncul dalam sebuah proyek konstruksi. Klasifikasi risiko dilakukan untuk menentukan tipe risiko dan efeknya bagi proyek maupun organisasi yang menanganinya, setelah risiko diklasifikasikan maka selanjutnya dilakukan analisis risiko
7
yang gunanya untuk mengevaluasi dari konsekuensi serta akibat yang muncul dari tipe – tipe risiko atau kombinasi dari banyak risiko dengan menggunakan teknis analisis serta memperkirakan akibat dari risiko menggunakan berbagai macam metode pengukuran risiko. Segala jenis keputusan untuk melakukan penanganan risiko tergantung kepada pihak yang membuat keputusan, dan respon risiko mempertimbangkan bagaimana risiko tersebut akan ditangani dengan cara mentransfer risiko ke berbagai pihak maupun menahan risiko tersebut. 2.3 Identifikasi Risiko Identifikasi risiko merupakan tahap awal dari manajemen risiko yang memiliki peranan yang sangat penting dalam proses manajemen risiko. Identifikasi risiko merupakan tahapan terumit dan juga paling menentukan dalam proses manajemen risiko. Kesalahan akibat kurangnya perhitungan dan pertimbangan dalam pengidentifikasian risiko dapat berakibat pada ketidaktepatan penanganan risiko dan berujung pada keruguian – kerugian yang timbul bagi pihak – pihak yang menanganinya. Pada pengidentifikasian risiko yang harus dilakukan adalah menentukan segala jenis sumber dan tipe risiko yang memungkinkan terjadi pada proyek konstruksi. Sumber risiko yang akan muncul dapat menyebabkan sebuah kejadian yang nantinya akan memberikan efek pada proyek konstruksi. Sumber risiko bisa berasal dari inflasi, ketidakstabilan tanah, cuaca yang berubah – ubah, distribusi material yang terlambat, spesifikasi yan tidak sesuai, koordinasi yang buruk antar pekerja maupun staf. Proses identifikasi risiko dilakukan secara terus menerus dalam mengkategorikan dan memperkirakan risiko – risiko yang signifikan yang terdapat dalam proyek konstruksi, seperti pada bagan dibawah ini (Al-Bahar dan Crandall, 1990):
8
G ambar 2.2 Proses Identifikasi Risiko (Al-Bahar dan Crandall, 1990)
Pada gambar diatas dapat dijelaskan proses-proses mengidentifikasian risiko dimulai dari adanya ketidakpastian dalam proyek konstruksi. Segala jenis
ketidakpastian
yang
mempengaruhi
kualitas,
biaya
maupun
produktifitas pekerjaan harus dipertimbangkan dan dipikirkan serta ditandai (checklist) bahwa ketidakpastian ini berpengaruh pada kelancaran proses pekerjaan proyek konstruksi.
Checklist inilah yang nantinya digunakan
sebagai langkah awal dalam penentuan risiko lebih lanjut. Setelah risiko ditentukan maka harus dipikirkan pula hal – hal yang dapat ditimbulkan dari segala jenis risiko yang muncul. Misalnya akibat yang dapat ditimbulkan berpengaruh pada kecelakaan kerja, kerusakan struktur maupun waktu pelaksanaan yang bertambah dan pada akhirnya akan berpengaruh pada biaya yang dikeluarkan selama proses konstruksi berlangsung. Dari hasil penelitian terdahulu dan dari berbagai literatur yang terkait maka dapat diperoleh hasil berupa sumber risiko dan faktor – faktor yang berpengaruh. Sumber risiko dan faktor – faktor risiko dapat dilihat pada Tabel 2.1 dibawah ini:
9
Tabel 2.1 Sumber dan Faktor Risiko Berdasarkan Berbagai Literatur.
NO
PENGARANG
SUMBER RESIKO
FAKTOR RESIKO (D)
(A )
(B)
(C) Bencana Alam
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11
P12
P13
P14
Kebakaran A
Cuaca buruk
Polusi
Lingkungan
Tidak Ramah Lingkungan
Degradasi Alam
B
Ekonomi dan Finansial
Inflasi
Fluktuasi nilai tukar mata uang
Analisa pasar yang buruk
Kesalahan analisa investor
Perkiraan biaya yang tidak sesuai
Daya beli konsumen
Resiko pasar Kenaikan pajak
Fluktuasi suku bunga
Pendapatan perkapita
Likuiditas akibat krisis
10
Tabel 2.1 Lanjutan Perang
Embargo
Ketersedian Pekerja
Distribusi material akibat macet Korupsi Protes dari buruh, ahli lingkungan dan masyarakat C
Politik dan Lingkungan
Stabilitas politik
Satbilitas Ekonomi
Perbedaan budaya, bahasa, agama
Tingkat kriminalitas
Penemuan arkeologi di lokasi proyek
Vandalisme Keterlambatan birokrasi
Sikap pemerintah terhadap investor Peraturan keamanan
D
Hukum
Ketidak pastian peraturan
Kebijakan ekspor, impor
Sistem peradilan yang bertentangan Proses persetujuan yang rumit
Perubahan peraturan
Peraturan daerah
11
Tabel 2.1 Lanjutan
E
Tender dan Kontrak
Pembatalan tender
Price dumping oleh kompetitor
Kontrak yang tidak menguntungkan
Kompetis i antar kontraktor Des ign yang tidak s eles ai
Des ign yang tidak efektif
Kes alahan dan Kelalaian Des ign
Kurangnya s pes ifikas i
Des ign
Tidak lengkapnya des ign D
Des ign yang tidak s etujui
Lambatnya res pon perubahan des ign
Terbatas nya inovas i dan kreatifitas
Permas alahan des ign
Kes alahan pemilihan tim
Kes elahan jadwal pekerjaan
Pengkoordinas ian yang buruk
Manajemen s umber daya yang buruk
SDA terbatas
Perbedaan s tandar keamanan dan kes ehatan
Manajemen Proyek
Cas h flow unbalance E
Kualitas des ign
Pengaruh terhadap proyek lain
Perubahan manajemen Keterlambatan kepemilikan lokas i proyek
Kebutuhan yang tidak jelas Kualitas kontraktor Kurangnya komitmen manajemen Hubungan yang tidak baik antar tim
Pembatalan oleh pihak terkait
12
Tabel 2.1 Lanjutan Keterlambatan dalam menyelesaikan masalah
Prestasi yang tidak pasti
Kurangnya informasi Tidak konsistennya biaya, waktu dan lingkup pekerjaan
Konflik SDM di satu organisasi
Permasalahan keuangan dari owner
Permasalahan keuangan dari kontraktor
Kegagalan subkontraktor
Kesalahan rencana anggaran
Pemotongan dana
Modal
Pembayaran yang terlambat
Kerusakan Struktur Kerusakan Peralatan
F
Pengerjaan Konstruksi
Kebakaran material dan alat
Kesalahan identifikasi keadaan tanah
Pekerja yang absen
Kualitas pekerja
Distribusi material akibat macet
Pengontrolan kualitas
Batasan pekerjaan Produktivitas
Kualitas material Kesalahan teknik konstruksi
Kecelakaan Pekerja
13
Tabel 2.1 Lanjutan
G
Teknologi
Ketersediaan alat
Adaptasi alat
Kelengkapan alat
Daya guna alat
Mesin H
Kepemilikan hak cipta
Penanggungjawaban data
Lain-lain
14
Keterangan Pengarang Tabel 2.1 P1
Al-Bahar dan Crandall (1990)
P2
Kim dan Bajaj (2000)
P3
Skorupka (2003)
P4
Zhi (1995)
P5
De Marco dan Thaheem (2014)
P6
Dey (2009)
P7
Chileshe (2012)
P8
Sharma (2013)
P9
Zou dan Couani (2012)
P10
Chapman (2001)
P11
Sandyavitri (2009)
P12
Azhar ,et al. (), (Azhar ,et al., 2008)
P13
Smith ,et al. (1999)
P14
Flanagan dan Norman (1993)
2.4 Faktor Risiko Pada Proyek Pengembangan Gedung Hotel yang Sedang Beroperasi Berdasarkan sumber risiko dan faktor risiko pada tabel 2.1 maka didapat sumber dan faktor risiko yang berpotensi muncul pada proyek pengembangan gedung hotel yang sedang beroperasi dimana kondisinya telah disesuaikan dengan keadaan di wilayah Badung dan Denpasar. Beberapa faktor risiko yang muncul pada tabel 2.1 dieliminasi agar sesuai dengan kondisi di wilayah Badung dan Denpasar, eliminasi dilakukan dengan cara mempertimbangkan apakah faktor risiko tersebut dapat muncul pada wilayah penelitian atau tidak. Apabila faktor risiko dianggap tidak berpengaruh maka faktor risiko dihilangkan. Faktor dan sumber risiko yang telah dieliminasi adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2 Variabel Risiko
15
No
Sumber Risiko
1
Lingkungan
Faktor Risiko Bencana Alam Cuaca Buruk Polusi
2
Lingkungan Sosial
Ketersediaan Pekerja Protes dari masyarakat, pekerja, ahli lingkungan Pencurian Inflasi
3
Ekonomi dan Finansial
Fluktuasi Nilai Tukar Mata Uang Daya Beli Konsumen Kenaikan Pajak Fluktuasi Suku Bunga Keterlambatan Birokrasi Sikap Pemerintah Terhadap Investor
4
Regulasi
AMDAL Perubahan Peraturan Peraturan Daerah Proses Persetujuan yang Rumit
5
Tender dan Kontrak
Pembatalan Tender Kontrak yang Tidak Menguntungkan Kontrak yang Tidak Detail Design yang Tidak Sesuai Kesalahan dan Kelalaian dalam Design
6
Design
Tidak Lengkapnya Spesifikasi Lambatnya Respon Perubahan Design Terbatasnya Inovasi dan Kreatifitas Kesalahan Pemilihan Tim Kesalahan Penjadwalan Pekerjaan Koordinasi yang Buruk SDA Terbatas Perubahan Manajemen
7
Manajemen Proyek
Kurangnya Komitmen Manajemen Hubungan yang Tidak Baik antar Tim Keterlambatan dalam Merespon Permasalahan Prestasi yang Tidak Pasti Tidak Konsistennya Biaya, Waktu dan Lingkup Pekerjaan Permasalahan Keuangan Pihak Owner dan Kontraktor
16
Tabel 2.2 ( Lanjutan) Kesalahan Rencana Anggaran 7
Manajemen Proyek
Modal Pembayaran yang Terlambat Kegagalan Subkontraktor Kerusakan Struktur Akibat Kesalahan Metode Pengerjaan Kerusakan Material Distribusi Material yang Terganggu
8
Proses Konstruksi
Kualitas Pekerja Kualitas Material Kesalahan Metode Konstruksi Pengontrolan Kualitas Produktifitas Pekerja
9
Teknologi
Ketersediaan Alat Kelengkapan Alat
2.5 Reliabilitas dan Validitas Kuisioner Dalam setiap penelitian, kriteria data yang harus diperhatikan adalah validitas dan reliabilitas sebuah data. Validitas adalah suatu derajat ketepatan instrument (alat ukur) yang digunakan dalam melakukan pengukuruan tentang apa yang diukur. Validitas berguna untuk mengetahuo sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Sebuah instrument dinyatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat menunjukan data variabel yang diteliti secara tepat. Sedangkan reliabilitas dapat dikatakan bahwa suatu instrument dapat dipercaya untuk digunakan sebagai pengumpul data. Sebuah instrument dikatakan baik apabila mampu mengarahkan responden untuk memilih jawaban – jawaban tertentu, dan instrument yang reliabel akan menghasilkan data yang dipercaya apabila data memang sesuai dengan kenyataan. Reliabilitas instrument dapat diuji menggunakan 2 cara yaitu dengan pengujian eksternal dan pengujian internal. Pengujian eksternal dilakukan dengan menyusun dua perangkat instrument dan keduanya diuji ke kelompok responden dan hasilnya dikorelasikan dengan korelasi Pearson. Pengujian internal dapat dilakuakan salah satunya dengan cara menggunakan Alpha Cronbach. Alpha Cronbach dapat diinterpretasikan sebagai
17
korelasi dari skala yang diamati dengan semua kemungkinan pengukuran skala lain yang mengukur hal yang sama dan menggunakan jumlah butir pertanyaan yang sama. Nilai Cronbach Alpha yang digunakan minimal bernilai 0.6 yang dinyatakan cukup, semakin tinggi nilai Alpha maka semakin baik pula instrument yang digunakan. Rumus dari koefisien relibilitas Alpha Cronbach adalah sebagai berikut:
{
}
(2.1)
Keterangan: k
= jumlah butir dalam skala pengukuran 2
= ragam (variance) dari butir ke –i
2
= ragam (variance) dari skor total
Rumus untuk si2 dan st2 adalah sebagai berikut: (2.2) (2.3) Keterangan: Jki = Jumlah kuadrat seluruh skor item JKs = Jumlah kuadrat subjek Pengujian reliabilitas dan validitas dapat dilakukan dengan berbagai program bantu (software) misalnya SPSS (Statistical Product and Service Solution). SPSS adalah sebuah program yang mampu melakukan analisis statistik dengan manajemen data menggunakan menu – menu deskriptif dan sederhana sehingga mudah dipahami cara operasinya. SPSS dapat membaca berbagai jenis data yang dimasukan, program ini digunakan unttuk melakukan pengolahan data statistic untuk berbagai riset sains dan social. 2.6 Pengklasifikasian Risiko dan Analisis Risiko Klasifikasi risiko dibuat dengan tujuan mempermudah pemahaman dan pembedaan risiko yang ada sehingga membantu dan memudahkan dalam melakukan analisis risiko. Terdapat tiga cara untuk melakukan klasifikasi risiko yaitu dengan melakukan identifikasi konsekuensi risiko, jenisnya dan pengaruhnya seperti bagan dibawah ini (Flanagan dan Norman, 1993) :
18
Gambar 2.3 Klasifikasi Risiko (Flanagan dan Norman, 1993)
Berdasarkan konsekuensinya, risiko dapat dibagi berdasarkan frekuensi kejadian, akibat risiko dan kemungkinannya. Berdasarkan pengaruh risiko, risiko dibagi berdasarkan pengaruhnya terhadap perusahaan, lingkungan, pasar dan proyek. Berdasarkan jenisnya, risiko dibagi risiko murni dan risiko spekulasi.
Risiko murni (pure risk) adalah risiko yang dapat
berakibat merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu jenis risiko murni adalah kebakaran, apabila terjadi sebuah kebakaran pada area site maka kebakaran akan menimbulkan kerugian. Risiko spekulasi adalah risiko yang dihadapi oleh perusahaan yang dapat memberikan kerugian maupun keuntungan. Misalnya sebuah perusahaan
melakukan
investasi,
investasi
ini
nantinya
akan
menguntungkan maupun merugikan pagi perusahaan tersebut. Analisis risiko dapat dilakukakan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif terfokus pada identifikasi dan penilaian risiko, dan secara kuantitatif terfokus pada evaluasi probabilitas terhadap terjadinya risiko dimana sumber risiko harus diidentifikasikan dan akibatnya diperhitungkan. 19
Analisis risiko secara kualitatif adalah proses dalam menilai pengaruh yang kuat dan kemungkinan yang terjadi dalam mengidentifikasi risiko. Secara kualitatif analisi risiko memiliki dua tujuan yaitu identifikasi dan penilaian awal risiko yang sasarannya adalah menyusun sumber risiko utama dan menggambarkan tingkat konsekuensi yang sering terjadi. Melakukan analisis secara sistematis dapat membantu untuk (Godfrey, 1996): 1. Mengidentifikasi, menilai dan memberikan ranking risiko secara jelas. 2. Memusatkan perhatian pada risiko dominan. 3. Memperjelas keputusan tentang kerugian. 4. Meminimalkan potensi kerugian apabila timbul keadaan terburuk. 5. Mengontrol aspek ketidakpastian. 6. Memperjelas peran setiap orang yang terlibat dalam manajemen risiko. Menurut Flanagan dan Norman (1993) langkah- langkah analisis risiko adalaha sebagai berikut:
20
Gambar 2.4 Analisis Risiko (Flanagan dan Norman, 1993)
Dari Gambar 2.5 langkah awal untuk melakukan analisis risiko adalah melakukan identifikasi risiko yang mungkin terjadi, selanjutnya risiko – risiko yang teridentifikasi dinilai dengan penilaian risiko. Penilaian dilakukan terhadap pengaruh risiko terhadap biaya, dan selanjutnya dilakukan pengukuran terhadap risiko tersebut. Pengukuran terhadap risiko dilakukan dengan dua cara yaitu secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif hasi dari penilaian risiko lebih terfokus pada keputusan langsung yang diambil berdasarkan ranking, perbandingan maupun analisis deskriptif. Secara kuantitatif dilakuakn dengan analisis probabilitas, sensitivitas, simulasi dan analisis korelasi. Godfrey (1996) menyebutkan nilai risiko ditentukan sebagai perkalian
antara
kemungkinan
(likehood)
dengan
konsekuensi
21
(consequence) risiko.
Kemungkinan adalah peluang terjadinya kejadian
yang merugikan yang dinyatakan dalam jumlah kejadian pertahun. Dalam memberikan penilaian untuk berbagai kemungkinan risiko yang muncul, dapat menggunakan skala frekuensi (Likehood) pada tabel 2.3 dibawah ini: Tabel 2.3 Skala Frekuensi (Likehood) Tingkat Frekuensi
Peluang
Skala
Sangat sering
80 ≤ x ≤ 100%
5
Sering
60 ≤ x <80%
4
Kadang-kadang
40 ≤ x < 60%
3
Jarang
20 ≤ x < 40%
2
Sangat jarang
0 ≤ x < 20%
1
Sumber: (Godfrey, 1996) Sedangkan konsekuensi adalah besaran kerugian yang diakbatkan oleh terjadinya suatu kejadian yang merugikan yang dinyatakan dalam nilai uang. Untuk menghitung besarnya konsekuensi pengaruh variabel risiko dapat menggunakan skala konsekuensi pada tabel 2.4 berikut: Tabel 2.4 Skala Konsekuensi (Consequences) Tingkat Konsekuensi
Peluang
Skala
Sangat besar
80 ≤ x ≤ 100%
5
Besar
60 ≤ x <80%
4
Sedang
40 ≤ x < 60%
3
Kecil
20 ≤ x < 40%
2
Sangat kecil
0 ≤ x < 20%
1
Sumber: (Godfrey, 1996) Setelah diketahui skala konsekuensi dan skala frekuensi maka analisis tingkat penerimaan risiko dapat dilakukan. Penerimaan
risiko (risk
acceptability) adalah hasil perkalian antara modus (nilai yang paling sering muncul) frekuensi dengan modus dari konsekuensi risiko. Sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut: RI = P × I
(2.4)
Keterangan: RI
= Risk Index
P
= Probability atau Kemungkinan (Likehood)
I
= Impact atau Dampak (Consequence) 22
Setelah didapatkan nilai Risk Index (RI) maka tingkat penerimaan risiko dapat ditentukan seperti yang dapat dilihat pada tabel 2.5 dibawah ini: Tabel 2.5 Penilaian Tingkat Penerimaan Risiko Conseque
Catastropic
Critical
Serious
Marginal
Negligble
5
4
3
2
1
Unacceptable
Unacceptable
Unacceptable
Undesirable
Acceptable
25
20
15
10
5
Unacceptable
Unacceptable
Undesirable
Undesirable
Acceptable
20
16
12
8
4
Unacceptable
Undesirable
Undesirable
Acceptable
Acceptable
15
12
9
6
3
Undesirable
Undesirable
Acceptable
Acceptable
Neglegible
nces Likehood Frequent (5)
Probable (4)
Occasional (3)
Remote (2)
10
8
6
4
2
Improbable (1)
Acceptable
Acceptable
Acceptable
Neglegible
Neglegible
5
4
3
2
1
Key
Description Unacceptable
Guidance Tidak dapat diterima, harus dihilangkan atau ditransfer
Undesirable
Tidak diharapkan, harus dihindari
Acceptable
Dapat Diterima
Neglegible
Dapat Diterima Sepenuhnya
Sumber: (Godfrey, 1996) Dari tingkat pertimbangan nilai risiko dengan penerimaan risiko dari skala frekuensi dan konsekuensi maka skala penerimaan risiko dapat disusun menjadi: Tabel 2.6 Skala Penerimaan Risiko Penerimaan Risiko
Skala Penerimaan
Unacceptable
15 ≤ x ≤ 25
Undesirabled
8 ≤ x ≤ 15
Acceptable
3≤x≤8
Negliglible
1≤x≤3
23