BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik Usahatani Cabai Tanaman cabai (Capsicum sp.) merupakan tanaman dari famili terung terungan (Solanaceae). Keluarga ini diduga memiliki sekitar 90 genus dan sekitar 2.000 spesies yang terdiri dari tumbuhan herba, semak, dan tumbuhan kerdil lainnya. Dari banyaknya spesies tersebut, hampir dapat dikatakan sebagian besar merupakan tumbuhan negeri tropis. Namun, secara ekonomis yang sudah dapat dimanfaatkan yaitu baru beberapa spesies saja (Setiadi, 2008 : 4). Cabai sendiri diperkirakan ada sekitar 20 spesies yang sebagian besarnya tumbuh di tempat asalnya, Amerika. Diantaranya yang sudah akrab dengan kehidupan manusia baru beberapa spesies saja, yaitu cabai besar (C. annum) dan cabai kecil/rawit (C.frutescense. Berdasarkan ( Prajnanta, 2007: 6), cabai pada dasarnya terdiri atas dua golongan utama yaitu cabai besar (capsicum annuum L) dan cabai rawit (Capsicum frutencens L). Cabai besar terdiri atas cabai merah (hot pepper/cabai pedas), cabai hijau, dan paprika (sweet pepper/cabai manis). Tinggi tanaman cabai kecil pada umunya dapat mencapai 150 cm. Tangkai daunnya hanya separo panjang tangkai daun cabai besar. Daunnya pun lebih pendek dan lebih sempit. Posisi bunganya tegak dengan panjang tangkai bunganya hampir sepanjang cabai besar. Mahkota bunganya berwarna kuning kehijauan dengan jumlah cuping sama dengan pada cabai besar. Namun, panjang cupingnya hanya 0,6-0,8 cm dan lebar hanya 0,3-0,4 cm. Warna tangkai putik mirip warna mahkota bunganya dengan panjang kurang dari 0,5 cm (Wiryanta, 2003 : 4). Umur cabai sangat bervariasi tergantung jenis cabai. Tanaman cabai besar dan keriting yang ditanam di dataran rendah sudah dapat dipanen pertama kali umur 70 – 75 hari setelah tanam. Sedangkan waktu panen di dataran tinggi lebih lambat yaitu sekitar 4 – 5 bulan setelah tanam. Panen dapat terus-menerus dilakukan sampai tanaman berumur 6 – 7 bulan. Pemanenan dapat dilakukan dalam 3 – 4 hari sekali atau paling lama satu minggu sekali (Nawangsih,1999 : 7).
4
Selain berguna sebagai bahan penyedap masakan, cabai juga mengandung zat gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh manusia. Cabai mengandung protein, lemak, karbohidrat, kalsium (Ca), fosfor (P), besi (Fe), vitamin‐vitamin (salah satunya adalah vitamin C) (Ripangi, 2012 : 33).
B. Cabai Rawit ( Cabai Kecil ) Cabai kecil (C. Frutescens) sering mendapat sebutan cabai rawit atau lombok jempling. Seperti cabai besar, jenis cabai ini pun memiliki banyak varietas. Ada yang berukuran mini, ada yang dikatakan cabai putih, ( cabai cengkek atau lombok ceplik ), dan ada yang berwarna hujau disebut cengis. Namun, ada juga cengis yang ukuran buahnya besar dan dinamakan lombok japlak. Cabai mini memang ukuran buahnya hanya separo cabai kecil yang biasanya kita lihat. Di daerah Kalimantan, buah cabai mini ini berwarna kemerahan. Tanamanya tergolong berukuran lebih tinggi dan kokoh serta pedas dibandingkan cabai kecil lainya. ( Setiadi, 2006 : 13 ). Varietas cabai rawit yang beredar dipasaran sangat terbatas karena petani lebih banyak menanam bibit sendiri dari buah hasil panen ( Prajnanta, 2007: 6). Daerah yang kira-kira memiliki ketinggian tempat 300-400 M sangat cocok ditanami beberapa varietas cabai berikut: a. Sky Hot. Merupakan cabai rawit hibrida yang akan segera dirilis oleh distributornya di Indonesia (Tirta Mas). Cabai introduksi dari Hungnong Seed, Korea ini memiliki warna hijau segar pada saat muda dan merah cerah pada saat masak. Pertumbuhan tanamannya seragam, buahnya banyak dan sangat bagus untuk dijual segar. b. Cakra putih (cengkek). Buah varietas ini berwarna putih kekuningan yang berubah merah cerah pada saat masak. Pertumbuhan tanaman sangat kuat dengan membentuk banyak percabangan. Posis buah tegak ke atas dengan bentuk agak pipih dan rasa amat pedas. Varietas ini mampu menghasilkan 12 ton per ha dengan rata-rata 300 buah per tanaman. Varietas ini dapat dipanen pada umur 85-90 HST serta tahan terhadap serangan penyakit.
5
c. Cakra Hijau (ceplik). Varietas ini mampu beradaptasi baik di dataran rendah maupun tinggi. Saat masih muda buahnya berwarna hijau dan setelah masak berubah merah. Potensi hasilnya 600 gram per tanaman atau 12 ton per ha. Rasa buahnya pedas. Varietas ini tahan terhadap serangan hama dan penyakit yang biasa menyerang cabai. Panen berlangsung pada umur 80 HST. Cakra hijau maupun cakra putih merupakan varietas cabai rawit yang bermerk Kapal terbang ex-Thailand. Permintaan terhadap cabai terus meningkat, sehingga perlu didukung alih teknologi budidaya intensif dan penanganan pasca panen yang memadai. Komoditas cabai sangat besar peranannya dalam menunjang usaha pemerintah meningkatkan usaha pendapatan taraf hidup petani, memperluas kesempatan kerja, menunjang pengembangan agribisnis, meningkatkan ekspor sekaligus mengurangi impor, dan melestarikan sumber daya alam. Sesuai dengan perkembangan dan kemajuan teknologi serta kemampuan berevolusi dan beradaptasi, cabai yang dahulu ditanam orang Indian di Amerika mengalami perkembangan. Cabai banyak mengalami perubahan baik, bentuk , rasa, maupun warna. Seperti yang kita ketahui sehari-hari dipasar, jenis cabai bermacam-macam ada cabai besar, cabai keriting, cabai rawit, dan cabai tipe bonneth, dengan perbedaan pada panjang, diameter buah, dan bentuk permukaan rata atau bergelombang. Cabai yang umumnya dimakan segar adalah cabai rawit yang memiliki ukuran kecil tetapi rasanya sangat pedas (Wiryanta, 2003:3). Untuk menutup keran impor cabai perlu diupayakan usaha perluasan lahan penanaman serta inovasi baru dalam teknologi budidaya cabai. Salah satu cara yang memungkinkan adalah dengan terobosan teknologi budidaya cabai yang mampu menghasilkan produksi tinggi pada luasan lahan yang terbatas. Teknologi tersebut berupa penggunaan benih hibrida, mulsa, pemeliharaan secara intensif, serta ditunjang oleh pengelolaan yang profesional (Prajnanta, 2007 :7).
6
C. Teori Permintaan dan Penawaran Menurut
Suryawati
(1998:11),
Permintaan
didefinisikan
sebagai
banyaknya suatu komoditi yang ingin dibeli dan dapat dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat harga pada suatu saat tertentu. 1. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Menurut Suryawati (1998:15), ada beberapa faktor
yang dapat
mempengaruhi permintaan cabai rawit yaitu: a. Harga Barang itu Sendiri Harga cabai rawit akan mempengaruhi jumlah cabai yang diminta. Jika harga naik jumlah permintaan cabai tersebut akan meningkat, sedangkan jika harga turun maka jumlah permintaan cabai akan menurun. b. Harga Barang Subtitusi (Pengganti) Harga cabai rawit dan barang pengganti (substitusi) ikut memengaruhi jumlah cabai dan jasa yang diminta. Apabila harga dari cabai keriting lebih murah maka orang akan beralih pada cabai keriting tersebut. Akan tetapi jika harga cabai keriting naik maka orang akan tetap menggunakan cabai yang semula. c. Harga Barang Komplementer (Pelengkap) Barang pelengkap juga dapat memengaruhi permintaan barang/jasa. Misalnya sepeda motor, barang komplementernya bensin. Apabila harga bensin naik, maka kecenderungan orang untuk membeli sepeda motor akan turun, begitu juga sebaliknya. d. Pendapatan Besar kecilnya pendapatan yang diperoleh seseorang turut menentukan besarnya permintaan akan cabai rawit dan jasa. Apabila pendapatan yang diperoleh tinggi maka permintaan akan cabai rawit dan jasa juga semakin tinggi. Sebaliknya jika pendapatannya turun, maka kemampuan untuk membeli cabai rawit juga akan turun. Akibatnya jumlah cabai rawit akan semakin turun.
7
e. Selera Konsumen Selera konsumen terhadap cabai rawit dapat memengaruhi jumlah cabai rawit yang diminta. Jika selera konsumen terhadap cabai tertentu meningkat maka permintaan terhadap cabai rawit tersebut akan meningkat pula. f. Intensitas Kebutuhan Konsumen Intensitas kebutuhan konsumen berpengaruh terhadap jumlah cabai rawit yang diminta. Kebutuhan terhadap suatu cabai atau jasa yang tidak mendesak, akan menyebabkan permintaan masyarakat terhadap cabai tersebut rendah. Sebaliknya jika kebutuhan terhadap cabai sangat mendesak maka permintaan masyarakat terhadap cabai rawit tersebut menjadi meningkat g. Perkiraan Harga di Masa Depan Apabila konsumen memperkirakan bahwa harga akan naik maka konsumen cenderung menambah jumlah cabai rawit yang dibeli karena ada kekahwatiran harga akan semakin mahal. Sebaliknya apabila konsumen memperkirakan bahwa harga akan turun, maka konsumen cenderung mengurangi jumlah cabai yang dibeli. Misalnya ada dugaan kenaikan harga cabai maka para konsumen akan membeli cabai rawit sebanyak – banyaknya untuk mendapatkan persedian cabai lebih banyak. h. Jumlah Penduduk Pertambahan penduduk akan mempengaruhi jumlah cabai yang diminta. Jika jumlah penduduk dalam suatu wilayah bertambah banyak, maka jumlah cabai yang diminta akan meningkat pula. 2.
Hukum Permintaan dan Kurva Permintaan Apabila harga naik maka jumlah cabai rawit yang diminta akan mengalami
penurunan, dan apabila harga turun maka jumlah cabai rawit yang diminta akan mengalami kenaikan. Dalam hukum permintaan jumlah cabai rawit yang diminta akan berbanding terbalik dengan tingkat harga cabai. Kenaikan harga cabai akan menyebabkan berkurangnya jumlah cabai yang diminta, hal ini dikarenakan: Naiknya harga menyebabkan turunnya daya beli konsumen dan akan berakibat
8
berkurangnya jumlah permintaan Naiknya harga cabai akan menyebabkan konsumen mencari cabai lain yang harganya lebih murah. Kurva permintaan adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan antara harga cabai rawit dan jumlah cabai tersebut yang diminta oleh para pembeli. Kurva permintaan dibuat berdasarkan data riel di masyarakat tentang jumlah permintaan suatu cabai rawit pada berbagai tingkat harga P
Q
Gambar Kurva Permintaan
3. Teori Penawaran Jumlah total dari cabai rawit yang ingin dijual oleh produsen dinamakan jumlah yang ditawarkan dari komoditas cabai rawit tersebut. Penawaran menunjukkan apa yang ingin dijual oleh produsen. Jumlah ini mungkin tidak sama dengan jumlah yang dijual, yaitu jumlah komoditas cabai rawit yang benar-benar dijual oleh produsen tersebut. Jumlah yang dijual oleh produsen sama dengan jumlah yang dibeli oleh konsumen, sehingga keduanya dapat dijelaskan dengan satu istilah, jumlah yang dipertukarkan Jumlah yang ditawarkan menunjuk pada arus penjualan yang terus menerus, atau sering disebut konsep flow (Lipsey at all, 1995: 15 ). Menurut Rahardja et all ( 2008 : 24 ) Penawaran adalah banyaknya jumlah cabai rawit yang ditawarkan pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dan dalam periode tertentu. Pengertian lain dari penawaran adalah gabungan seluruh jumlah cabai rawit yang ditawarkan
9
oleh penjual pada pasar tertentu, periode tertentu, dan pada berbagai macam tingkat harga tertentu. 4. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran Menurut Rahardja et al.(2008:24), ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penawaran cabai rawit yaitu. a. Harga barang itu sendiri Jika harga suatu cabai rawit naik, maka produsen cenderung akan menambah jumlah cabai rawit yang dihasilkan. Hal ini kembali lagi pada hukum penawaran. b. Harga barang lain yang terkait Apabila harga cabai rawit naik, maka penawaran suatu cabai rawit akan bertambah, dan sebaliknya. Untuk barang complement, dapat dinyatakan bahwa apabila harga cabai rawit komplemen naik, maka penawaran suatu cabai rawit berkurang atau sebaliknya. c. Harga faktor produksi Harga faktor produksi adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh produsen dalam kegiatan produksinya. Jika terjadi kenaikan harga faktor produksi maka biaya yang dikeluarkan oleh produsen dalam kegiatan produksinya meningkat sehingga menurunkan tingkat keuntungan produsen. Hal tersebut direspon oleh produsen dengan mengurangi jumlah produksinya untuk menghemat biaya produksinya. Oleh sebab itu, meningkatnya harga faktor produksi akan menurunkan jumlah komoditas yang ditawarkan oleh produsen. Kenaikan
harga
faktor
produksi
akan
menyebabkan
produsen
memproduksi outputnya lebih sedikit dengan jumlah anggaran yang tetap yang nantinya akan mengurangi laba produsen sehingga produsen akan pindah ke industri lain dan akan mengakibatkan berkurangnya penawaran cabai rawit. d. Biaya produksi Kenaikan harga input juga mempengaruhi biaya produksi. Bila biaya produksi meningkat, maka produsen akan mengurangi hasil produksinya, berarti penawaran cabai rawit berkurang.
10
e. Teknologi produksi Penggunaan teknologi dapat meningkatkan efisiensi waktu dan biaya. Dengan penggunaan teknologi perusahaan dapat meminimalkan biaya produksi dan memaksimalkan pendapatan yang kemudian akan meningkatkan keuntungan perusahaan. Dengan tingkat keuntungan yang meningkat perusahaan akan meresponnya dengan peningkatan volume produksinya, sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan teknologi akan meningkatkan penawaran suatu komoditas. f. Jumlah pedagang/penjual Apabila jumlah penjual suatu produk tertentu semakin banyak, maka penawaran cabai rawit tersebut akan bertambah. g. Tujuan perusahaan Tujuan
perusahaan
memaksimumkan
tidak
keuntungan.
selalu Beberapa
berorientasi perusahaan
hanya
pada
bertujuan
usaha untuk
memaksimalkan volume produksi, sehingga selalu berusaha menghasilkan dan menjual
lebih
banyak
untuk
meningkatkan
penawarannya
serta
dapat
memaksimumkan laba buka hasil produksinya. Akibatnya tiap produsen tidak berusaha untuk memanfaatkan kapasitas produksinya secara maksimum, tetapi akan menggunakannya pada tingkat produksi yang akan memberikan keuntungan maksimum. h. Kebijakan pemerintah Kebijakan pemerintah untuk mengurangi komoditas impor menyebabkan supply dan keperluan akan kebutuhan tersebut dipenuhi sendiri sehingga dapat meningktakan penawaran. 5. Hukum dan Kurva penawaran Semakin tinggi harga suatu cabai rawit, semakin banyak jumlah cabai rawit tersebut akan ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya, makin rendah harga suatu cabai rawit, semakin sedikit jumlah cabai rawit tersebut yang ditawarkan. Suatu kurva yang menunjukkan hubungan diantara harga suatu cabai rawit tertentu dengan jumlah cabai rawit tersebut yang ditawarkan. Kalau penawaran bertambah diakibatkan oleh faktor-faktor di luar harga, maka supply bergeser ke
11
kiri atas. Kalau berkurang kurva supply bergeser ke kiri atas. Terbentuknya harga pasar ditentukan oleh mekanisme pasar (Rahardja dkk ,2008 : 37).
Gambar 1. Kurva Penawaran
D. Penelitian terdahulu Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muharlis (2007), Dengan Judul: Peramalan Dan Faktor – Faktor Penentu Fluktuasi Harga Cabai Merah Di Enam Kota Besar Di Jawa – Bali. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder dalam bentuk time series rata-rata harga bulanan dari bulan Januari tahun 2002 sampai bulan Oktober 2006. Selain itu informasi juga diperoleh dari BPS, Pasar Induk Kramat Jati, studi literatur, internet dan bahan bacaan yang sesuai dengan topik penelitian. Pengolahan dan analisis data. Data sekunder yang diperoleh merupakan data kuantitatif, Untuk data kuantitatif yang diperoleh, diolah dan disajikan dalam bentuk narasi, Metode Kausal Analisis data yang digunakan dalam metode kausal adalah model regresi. Adapun yang menjadi hasil kesimpulan yaitu Plot data harga cabai merah besar dan harga cabai merah keriting memperlihatkan bahwa fluktuasi harga cabai merah yang terjadi selama lima tahun terakhir. Faktor yang mempengaruhi perubahan harga cabai merah adalah faktor harga jual cabai merah di PIKJ (X4). Faktor- faktor selanjutnya yang
12
berpengaruh adalah harga cabai merah di tingkat produsen di kota i (X1), log harga cabai merah (X2) dan variabel dummy (D1). Untuk faktor pasokan cabai di PIKJ tidak banyak berpengaruh pada perubahan harga cabai merah besar maupun cabai merah 110 keriting, hanya berpengaruh pada perubahan harga cabai merah besar di DKI Jakarta. Penelitian oleh Rum (2011), dengan judul : Analisis Marjin Pemasaran Dan Sensivitas Cabai Besar Di Kabupaten Malang. Adapun yang menjadi metodologi penelitian adalah pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menganalisis literature yang berkenan. Variabel– variabel penelitian pendekatan kuantitatif adalah digunakan untuk menganalisa marjin pemasaran dan sensitivitas. Pemilihan lokasi usahatani dilakukan dengan cara sengaja (purposive) Desa Bocek Kecamatan Karang Ploso dipilih sebagai lokasi usahatani, karena merupakan sentra produksi cabai besar di kabupaten malang. Untuk memperoleh petani responden sebagai sampel penelitian dengan cara stratied random sampling untuk aktivitas pemasaran dilakukan dengan metode rapid marketing appraisal ( RMA ). Adapun yang menjadi kesimpulan penelitian tersebut adalah: (1) Dilihat dari distribusi marjin, pedagang eceran memperoleh bagian terbesar dibanding lembaga pemasaran lainya. (2) Perubahan produktivitas harga cabai besar berhubungan positif dengan keunggulan komparatif komoditas cabai rawit. Perubahan harga input tradeabe , upah tenaga kerja dengan nilai tukar rupiah berhubungan negative dengan keunggulan komparatif komoditas cabai besar. Swastika, dkk (2011), dengan judul : Analisis Senjang Penawaran Dan Permintaan Jagung Pakan Dengan Pendekatan Sinkronisasi Sentra Produksi Pabrik Pakan Dan Populasi Ternak Di Indonesia. Adapun metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Analisis DataStudi ini menggunakan data sekunder dari berbagai sumber, antara lain Direktorat Jenderal Peternakan, Badan Pusat Statistik (BPS), FAO Penawaran jagung dalam negeri dianalisis dengan menggunakan pendekatan produksi, impor, ekspor dan stok nasional. Secara matematis, total penawaran jagung nasional dirumuskan sebagai: St=Yt+Mt–Xt–
13
”Z. Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa Permintaan terhadap jagung untuk kebutuhan dalam negeri dalam 10 tahun ke depan akan makin meningkat, seiring dengan meningkatnya produksi pakan pabrikan dan berkembangnya industri Peternakan. Berdasarkan analisis proyeksi, pada tahun 2020 diprediksi kebutuhan jagung pada pabrik pakan sekitar 28,52 persen diatas kebutuhan sesuai pendekatan populasi. Dengan demikian, sesungguhnya jika produksi pakan disesuaikan dengan populasi ternak yang ada, maka kebutuhan jagung untuk bahan baku pakan jauh lebih kecil dibanding dengan kebutuhan jagung sesuai permintaan pabrik pakan. Dengan kemitraan, petani biasa memperoleh sarana produksi dari perusahaan untuk menerapkan teknologi maju dalam usahatani jagung dan lebih mudah memasarkan jagung dengan harga yang disepakati bersama dalam kontrak kemitraan. Bagi perusahaan pabrik pakan lebih mudah memperoleh jagung sebagai bahan baku pabrik. Maulidah, dkk (2012), dengan judul : Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produksi Dan Pendapatan Usahatani Cabai Rawit Studi Kasus di Desa Bulupasar, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri. Adapun yang menjadi metodologi penelitian responden dalam penelitian ini diambil dari kelompok tani Joyoboyo.Diketahui jumlah anggota kelompok tani Joyoboyo adalah 115 petani. 26 petani diantaranya menanam padi jagung, sedangkan 89 petani menanam cabai rawit, pada tahun 2009 21 petani cabai rawit tidak menanam dan 27 petani tidak menanam cabai pada tahun 2010. Dan sisanya 41 petani menanam cabai rawit pada periode 20092010. Inilah yang diambil sebagai responden 41 petani cabai rawit penelitian. Sumber data yang digunakan yaitu data primer dilakukan
secara langsung (
wawancara dengan menggunakan quisoner) untuk mendapatkan data informasi dari petani cabai rawit. Data sekunder berfungsi sebagai penguat data primer yang diperoleh dari hasil studi pustaka, internet, dari instansi tekait. Analisis data yang digunakan yakni analisis kuantitatif analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis pendapatan/ keuntungan usahatani yaitu ૈ = ܀܂− ܂۱.maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut 1.(a) Sebagian besar petani cabai rawit di Desa Bulu pasar, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, mengetahui adanya perubahan iklim. Sebanyak 35 orang petani dari 41 petani
14
responden yang mengetahui adanya perubahan iklim, sedangkan 6 petani tidak mengetahui. (b) sikap petani terhadap adanya perubahan iklim adalah, sebanyak 13 orang melakukan perawatan (penambahan perlakuan), 5 orang melakukan pencabutan tanaman cabe, dan 23 orang petani melakukan pembiaraan.(2) Dampak perubahan iklim menyebabkan terjadinya penurunan produksi cabai rawit (juga secara kualitas). Jika pada tahun 2009 rata-rata produksi cabai rawit mencapai 1.237 kg, maka pada tahun 2010 menurun tajam menjadi 615 kg. (3) Dampak perubahan iklim menyebabkan terjadinya peningkatan pendapatan petani cabai rawit. pendapatan petani meningkat menjadi sebesar Rp 29.328.137. Saptana, dkk (2010),dengan judul : Analisis Efisiensi Teknis Produksi Usahatani Cabai Merah Besar Dan Perilaku Petani Dalam Menghadapi Risiko. Adapun yang menjadi metodologi penelitian yaitu dengan menggunakan metode analisis data, dalam penelitian ini model yang digunakan adalah Technical Eficiency Effect Model (TE Effect Model) yang digagas oleh Battese dan Coelli (1995) maupun Yao dan Liu (1998). Kemudian akan dikembangkan penggunaannya dengan memasukkan unsur risiko yang dikenal dengan model idiocyncretic. Pengukuran variabel risiko produksi digunakan selisih antara input yang direncanakan digunakan dan yang aktual digunakan. Saat ini besarnya nilai efisiensi, pengaruh unsur risiko, dan inefisiensi langsung diestimasi secara simultan dengan program STATA Version 9.0 dengan pilihan TE Effect Model Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar peubah baik yang sifatnyateknis maupun sosial ekonomi yang dimasukkan dalam model adalah memiliki tanda sesuai harapan dan sebagian signifikan. Beberapa input bersifat sebagai pengurangrisiko seperti penggunaan benih, pupuk N, PPC, dan tenaga kerja luar keluarga, sedangkan beberapa input-input lainnya bersifat sebagai pembangkit risiko. Rata-rata nilai TE baik yang tanpa maupun dengan memasukkan unsur risiko masing-masingsebesar 0,83 dan 0,82, tetapi dengan sebaran TE yang berbeda. Proporsi petani yangmencapai TE lebih dari 0,80 masing-masing sebesar (68,68%) tanpa memasukkan resiko dan (71,71%) dengan memasukkan risiko. Perilaku petani cabai merah besar terhadapharga adalah berani mengambil risiko (risk taker).
15
E. Kerangka Pikir Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka maka kerangka pikir dari penelitian ini diawali dengan manfaat cabai rawit. Dimana manfaat dari cabai rawit dapat digunakan sebagai bumbu masakan, selain digunakan sebagai bumbu masakan, buah cabai rawit dapat juga diolah berupa industri saus, pasta, dan bubuk cabai dalam makanan instan. Karena cabai rawit bermanfaat maka dibutuhkan oleh konsumen, kebutuhan akan tentang cabai rawit dapat dilihat tingginya permintaan masyarakat terhadap komoditas cabai, dapat dilihat pada saat menjelang hari- hari besar keagaman. Maka kebutuhan akan cabai rawit akan meningkat diakibatkan banyaknya permintaan akan cabai rawit. Karena kebutuhan akan cabai rawit sehingga diperlukan penjelasan usahatani cabai rawit. Usahatani cabai rawit merupakan kegiatan petani dalam mengusahakan tanaman cabai rawit mulai dari penanaman sampai dengan produksi, cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia ( Herlina, 2010 : 137 ). Salah satu jenis cabai yang banyak digemari adalah cabai kecil biasa disebut cabai rawit. Produksi akan cabai rawit merupakan hasil akhir dari usahatani yang diusahakan oleh petani. Banyak atau sedikitnya produksi cabai rawit oleh petani tergantung dari pemberian masukan ( input ) dan pemeliharan yang dilakukan oleh petani. Produksi cabai rawit yang dihasilkan dapat berdampak pada pendapatan yang akan diterima oleh petani. Karna semakin bagus produksi cabai rawit maka dapat memberikan keuntungan bagi petani, dan apabila produksi cabai rawit menurun dapat memberikan kerugian bagi petani cabai rawit. Dari produksi cabai rawit maka dapat dilakukan penawaran cabai rawit adalah banyaknya jumlah cabai rawit yang ditawarkan pada suatu pasar tertuntu dengan tingkat harga tertuntu dan tingkat pendapat tertentu atau seluruh jumlah cabai rawit yang ditawarkan oleh penjual di pasar dalam berbagai tingkat harga tertentu. Pada penawaran cabai rawit dapat dilihat faktor – faktor apa saja yang dapat mempengaruhi cabai rawit diantaranya, harga cabai rawit, harga bibit, dan jumlah pedagang. Pada usahatani cabai rawit dapat diketahui dengan analisis regresi berganda, dengan analisis regresi berganda dapat dilihat faktor manakah
16
yang paling mempengaruhi penawaran cabai rawit. Dari ketiga faktor yang mempengaruhi penawaran maka harga bibit yang paling mempengaruhi penawaran, karna dapat dilihat nilai sig lebih kecil dari nilai 0.01 ( sebesar 0.003. yang berarti harga bibit berpengaruh pada penawaran cabai rawit. Hal ini disebabkan karena harga bibit juga mengalami fluktuasi tergantung dari keadaan pasar. Lebih jelas dapat dilihat pada gambar kerangka pikir.
Manfaat Cabai Rawit
Regresi Berganda
Kebutuhan Cabai Rawit
Usahatani Cabai Rawit
Penawaran
Produksi Cabai Rawit
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran
1. Harga cabai rawit 2. Harga bibit 3. Jumlah pedagang/ pesaing Gambar 2. Kerangka Pikir Teoritis Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran Cabai Rawit.
17
F. Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan pustaka dan kerangka pikir maka ditarik hipotesis bahwa harga cabai rawit , harga bibit dan jumlah pedagang secara bersama – sama dan secara sendiri – sendiri berpengaruh terhadap jumlah penawaran cabai rawit .
18