BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perpustakaan Perpustakaan adalah fasilitas atau tempat menyediakan sarana bahan bacaan. Perpustakaan umum merupakan salah satu sumber ilmu pengetahuan yang memiliki peran sebagai penyebar informasi bagi seluruh lapisan masyarakat. Lasa HS (2005) menyatakan bahwa perpustakaan merupakan sistem informasi yang di dalamnya terdapat akitivitas pengumpulan, pengolahan, pengawetan dan pelestarian serta penyajian dan penyebaran informasi (p. 48). Selanjutnya Sutarno (2006) menyatakan bahwa perpustakaan adalah mencakup suatu ruangan, bagian dari gedung / bangunan atau gedung tersendiri yang berisi buku buku koleksi, yang diatur dan disusun demikian rupa, sehingga mudah untuk dicari dan dipergunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan oleh pembaca (p. 11). Berdasarkan paparan diatas maka perpustakaan adalah suatu unit kerja dari sebuah lembaga pendidikan yang berupa tempat penyimpanan koleksi buku-buku yang disusun dengan untuk mudah dicari . 2.2 Automasi Perpustakaan 2.2.1 Pengertian Automasi Perpustakaan Istilah yang dipakai untuk menyatakan konsep pemanfaatan Teknologi Informasi di perpustakaan adalah Automasi Perpustakaan (Library Automation). Saat
ini
perpustakaan
telah
memanfaatkan
komputer
untuk
system
kerumahtanggan. Dalam Encyclopedia Britanica (2004) menyatakan automasi adalah suatu proses mekanik dalam menjalankan suatu perintah yang tidak begitu memerlukan perintah dan tindakan pengawasan dari manusia secara terus menerus (p. 505).
5
Hassan (2009) menyatakan bahwa hal yang harus diperhatikan pertama kali dalam penerapan automasi perpustakaan adalah pembuatan sistem database, yang didalam mencakup data anggota, data koleksi, data sirkulasi, labeling, dan laporan-laporan perpustakaan seperti grafik dan statistik. Selanjutnya Nur (2007) menyatakan bahwa automasi perpustakaan adalah sebuah proses pengelolaan perpustakaan dengan menggunakan bantuan teknologi informasi. Berdasarkan 3 pendapat diatas maka dapat disimpulkan automasi perpustakaan adalah pengelolaan sistem kerumahtanggaan perpustakaan melalui tekhnologi informasi dalam penggunaannya di operasikan secara automasi. 2.2.2 Fungsi dan Tujuan Automasi perpustakaan Automasi perpustakaan diperlukan untuk meningkatkan mutu layanan kepada pengguna dan dapat meningkatkan kemampuan perpustakaan agar dapat mengikuti pertambahan koleksi, transaksi dan resource sharing dengan perpustakaan lainnya. Menurut Sukirno (2008) fungsi automasi perpustakaan adalah: 1. Fungsi pengganti sebagai pekerjaan manual menjadi automasi. 2. Fungsi pengaturan pekerjaan rutin secara otomatis, sehingga fungsi pengaturan manusia berkurang. 3. Fungsi Informasi, fungsi yang didasarkan pada komunikasi data jaringan kerja komputer dengan berbagai jenis bahasa. 4. Fungsi komputasi didasarkan data. 5. Fungsi koordinasi yaitu: fungsi berdasarkan pada sistem informasi manjemen, pengajaran berbantu komputer, pelaksanaan penelitian dan membuat model Menurut Cochrane (1995) tujuan automasi perpustakaan adalah: 1. Memudahkan integrasi kegiatan perpustakaan. 2. Memudahkan kerja sama dan pembentukan jaringan perpustakaan. 6
3. Membantu menghindari duplikasi kegiatan di perpustakaan. 4. Menghindari
dari
pekerjaan
yang
bersifat
mengulang
dan
membosankan. 5. Memperluas jasa perpustakaan. 6. Memberikan peluang untuk memasarkan jasa perpustakaan. 7. Meningkatkan efisiensi. 2.2.3 Alasan automasi perpustakaan Setiap
perpustakaan
mempunyai
alasan-alasan
tertentu
untuk
mengembangkan sistem kerumahtanggaan dari sistem manual menjadi sistem berbasis komputer. Menurut Abdul Rahman Saleh (1996) alasan mengapa otomasi diperlukan pada perpustakaan adalah sebagai berikut: 1. Adanya tuntutan terhadap mutu layanan perpustakaan Tuntutan para pemakai perpustakaan saat ini sangat beragam Pemakai yang datang ke perpustakaan selain meminjam buku, mereka juga mencari layanan layanan lain seperti layanan internet, layana audio visual, layanan multimedia dan lain-lain. Selain itu pemakai juga menginginkan layanan aktif perpustakaan berupa layanan penelusuran secara online dan layanan penelusuran CD ROM dan lain-lain. 2. Adanya tuntutan terhadap efisiensi waktu Sebelum adanya automasi perpustakaan, pemakai mungkin sudah puas dengan layanan penelusuran artikel bila artikel-artikel dapat ditemukan, sekalipun layanan tersebut memakan waktu sampai berminggu-minggu. Sekarang pemakai menuntut layanan yang cepat. 3. Keragaman media informasi yang dikelola Media informasi yang ada di perpustakaan saat ini tidak hanya terbatas kepada buku dan jurnal ilmiah saja. Informasi-informasi lain seperti multimedia, audio visual kini banyak dikoleksi oleh perpustakaan.
7
4. Kebutuhan akan ketepatan layanan informasi Selain kecepatan dalam memperoleh informasi, pemakai juga membutuhkan ketepatan informasi yang didapatkannya dari perpustakaan. Pertanyaan-pertanyaan tentang informasi secara spesifik harus bisa dijawab secara spesifik pula. Dengan bantuan teknologi komputer pertanyaan-pertanyaan ini bisa dijawab dengan cepat dan tepat. 2.2.4 Manfaat Automasi Perpustakaan Menurut Sophia (1998) manfaat otomasi perpustakaan adalah: 1. Mempercepat proses temu balik informasi (information retrieval) Temu balik informasi secara manual tidak dapat dilakukan secara cepat. Sedangkan bila dilakukan dengan automasi dapat dengan mudah dalam pencarian informasi dengan memakai basis data perpustakaan yaitu: OPAC. 2.
Dengan adanya automasi perpustakaan memperlancar proses pengolahan, pengadaan bahan pustaka dalam mencetak label punggung bahan pustaka, katalog bahan pustaka dan barcode bahan pustaka.
3. Dengan basis data dan sarana telekomunikasi data dan informasi maka komunikasi antar perpustakaan mudah dilakukan melalui internet. 4. Pengelolaan data administrasi perpustakaan prosedurnya menjadi sederhana dan administrasi menjadi tertib. 2.2.5 Cakupan Automasi perpustakaan Harmawan
(2009)
menyatakan
bahwa
dalam
sistem
automasi
perpustakaan terdapat modul-modul yang terintegrasi dari sistem yang satu ke sistem yang lain. Adapun modul-modul yang dapat terintegrasi yaitu: 2.2.5.1 Modul Pengadaan Pengadaan merupakan kegiatan pokok dari perpustakaan atau pusat dokumentasi karena kegiatan ini mengusahakan buku-buku yang dibutuhkan ada
8
dalam koleksi. Modul pengadaan ini berfungsi untuk membuat daftar usulan buku dan daftar pengadaan buku 2.2.5.2 Modul Pengatalogan Katalog adalah daftar barang yang berada pada suatu tempat, sedangkan katalog perpustakaan adalah daftar bahan pustaka yang ada dalam perpustakaan. Yang tujuannya adalah untuk memudahkan para anggota perpustakaan untuk mengetahui koleksi perpustakaan dengan cepat. Adapun fungsi modul pengatalogan adalah untuk mengelola data koleksi buku maupun koleksi berkala. 2.2.5.3 Modul keanggotaan Keanggotaan perpustakaan sagat perlu untuk mempermudah pengguna dalam meminjam koleksi perpustakaan. Untuk pengurusan keanggotaan setiap perpustakaan memiliki kebijakan sendiri. Modul keanggotaan berfungsi untuk mengelola data anggota seperti penambahan, pengeditan dan penghapusan data anggota. 2.2.5.4 Modul sirkulasi Sirkulasi adalah proses peredaran buku dengan berbagai jenis kegiatan transaksi antara pengguna dengan petugas perpustakaan. Peminjaman buku atau sirkulasi adalah kegiatan pengedaran koleksi perpustakaan, baik untuk dibaca di dalam perpustakaan maupun untuk keluar perpustakaan. Pelayanan dapat diberikan dengan sistem pelayanan terbuka dan dengan sistem pelayanan tertutup”. 2.2.5.5 OPAC Otomasi perpustakaan akan memudahkan pengguna/pustakawan dalam menelusur informasi khususnya katalog melalui OPAC. Pengguna/pustakawan dapat menelusur suatu judul buku secara bersamaan. Disamping itu, mereka juga dapat menelusur buku dari berbagai pendekatan. Misalnya melalui judul, kata kunci, pengarang, kata kunci pengarang,subyek, kata kunci subyek dsb.
9
Sedangkan apabila menggunakan katalogmanual, pengguna/pustakawan hanya dapat akses melalui tiga pendekatanyaitu judul, pengarang, dan subyek. 2.2.6 Komponen Automasi Perpustakaan Menurut Arif (2011) sistem automasi perpustakaan pada umumnya terdiri dari 3 bagian yaitu: Pangkalan Data, User/Pengguna, dan Perangkat Automasi. Ketiga komponen automasi tersebut dijelaskan sebagai berikut 2.2.6.1. Pangkalan Data Setiap perpustakaan pasti tidak akan terlepas dari proses pengelolaan koleksi. Tujuan dari proses ini untuk memperoleh data dari semua koleksi yang dimiliki dan kemudian mengorganisirnya dengan menggunakan kaidah-kaidah ilmu perpustakaan. Dengan menggunakan bantuan TI proses ini dapat dipermudah dengan memasukkan data pada perangkat lunak pengolah data seperti: CD/ISIS (WINISIS), MS Access, MySQL. Perangkat lunak ini membantu kita untuk mengelola pangkalan data, menjadi lebih mudah karena proses pengindeksan akan dilakukan secara otomatis dan proses penelusuran informasi dapat dilakukan dengan cepat dan akurat. 2.2.6.2 User/Pengguna Sebuah sistem automasi tidak terlepas dari pengguna sebagai penerima layanan dan seorang atau beberapa operator sebagai pengelola sistem. Pada sistem automasi perpustakaan terdapat beberapa tingkatan operator tergantung dari tanggung jawabnya. Dalam setiap program aplikasi, user mempunyai tingkatan yang berlainan. 2.2.6.3 Perangkat Automasi Perangkat automasi yang dimaksud disini adalah perangkat atau alat yang untuk membantu kelancaran proses automasi. Perangkat ini terdiri dari 2 bagian, yaitu: perangkat keras, perangkat lunak automasi.
10
2.2.6.3.1 Perangkat Keras (Hardware) Sebelum memulai proses automasi, sebuah perangkat keras perlu disiapkan. Yang dimaksud perangkat keras disini adalah sebuah komputer dan alat bantunya seperti printer, barcode, scanner, dan sebagainya. Sedangkan untuk perpustakaan besar, diperlukan lebih banyak komputer dan pelengkapnya agar pelayanan kepada pengguna menjadi lancar. Spesifikasi minimal biasanya tergantung dari software yang digunakan. Misalnya, software senayan (program automasi perpustakaan buatan Diknas RI) minimal menggunakan pentium III. Sebab semakin banyak tampilan berbasis grafis maka semakin membutuhkan spesifikasi yang tinggi. 2.2.6.3.2 Perangkat Lunak Automasi (Software) Perpustakaan yang hendak menjalankan proses automasi maka harus ada sebuah perangkat lunak sebagai alat bantu. Perangkat lunak ini mutlak diperlukan keberadaannya karena digunakan sebagai alat bantu mengefisienkan dan mengefektifkan proses automasi. Ada 3 cara untuk memperoleh perangkat lunak, antara lain : 1) Membangun sendiri dengan bantuan seorang developer perangkat lunak. Jika instansi Anda mempunyai tenaga programer. 2) Menggunakan perangkat lunak gratis, misalnya : CDS/ISIS, WinISIS, KOHA, OtomigenX, Senayan Library, dan sebagainya. Perangkat lunak ini bisa didapatkan dari internet. 3) Membeli perangkat lunak komersial beserta training dan supportnya yang dibangun oleh pihak ketiga. Perangkat lunak komersial, merupakan hasil riset pengembangnya dan mudah untuk diimplementasikan. 2.3 Sistem Informasi Sistem Informasi didefinisikan Oetomo (2002) sebagai kumpulan elemen yang saling berhubungan satu sama lain yang membentuk satu kesatuan untuk mengintegrasikan data, memproses dan menyimpan serta mendistribusikan informasi. Definisi ini menggambarkan adanya interaksi membentuk aliran 11
informasi yang mendukung pembuatan keputusan dan diantara Elemen yang sistematis dan teratur untuk menciptakan dan melakukan kontrol terhadap jalannya perpustakaan ( p. 55). Indrajit (2000) menyatakan bahwa
sistem informasi sebagai suatu
kumpulan dari komponen-komponen dalam perusahaan atau organisasi yang berhubungan dengan proses penciptaan dan pengaliran informasi (p. 29). Dari pernyataan tersebut diatas maka sistem informasi adalah kumpulan dan komponen beberapa informasi yang membentuk suatu kesatuan yang saling berintegrasi.
12
2.4. Sistem Informasi Perpustakaan Menurut Lutfian (2009) Sistem Informasi Perpustakaan merupakan perangkat lunak yang didesain khusus untuk mempermudah pendataan koleksi perpustakaan, katalog, data anggota/peminjam, transaksi dan sirkulasi koleksi perpustakaan. Keseluruhannya administrasi dan operasional perpustakaan serta dapat menghasilkan bentuk- bentuk laporan yang efektif dan berguna bagi manajemen perpustakaan. Selanjutnya Menurut Siregar (2007) sistem informasi perpustakaan adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi pelayanan publik yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi peminjaman, pengembalian dan perpanjangan buku dan pembuatan laporan harian, bulanan ataupun tahunan guna mendukung operasi. Pengertian-pengertian di atas secara jelas memberikan definisi bahwa sistem informasi perpustakaan adalah sistem yang digunakan dalam perpustakaan untuk menjembatani proses-proses yang ada dalam perpustakaan baik itu yang bersifat manajerial maupun operasional, serta menjembatani antara pustakawan sebagai pengelola perpustakaan dengan pengguna. 2.4.2 Fitur – fitur sistem informasi perpustakaan Lutfian (2009) menyatakan bahwa fitur-fitur yang biasa digunakan dalam menerapkan sistem informasi pada perpustakaan yaitu: 1. Modul Data Induk Anggota Menyediakan fasilitas untuk menambah, mengedit dan menghapus data anggota perpustakaan. 2. Modul Data Induk Buku Fasilitas untuk menambah, mengedit dan menghapus data buku-buku perpustakaan. 3. Modul Data Induk Inventaris Buku
13
Digunakan untuk memasukkan data inventaris buku (fisik), seperti Nomor Inventaris, Tanggal Inventaris dan Asal Buku. 4. Modul Transaksi Merupakan fasilitas untuk mencatat peminjaman dan pengembalian buku maupun perpanjangan peminjaman. 5. Modul Pencatatan Buku Hilang/Rusak Pendataan buku yang hilang / rusak serta biaya penggantiannya. 6. Cetak Laporan Laporan-laporan yang dapat dihasilkan, antara lain: Laporan Anggota Berdasar Jurusan, Laporan Anggota Berdasar Tanggal Mendaftar, Laporan Buku Berdasar Jurusan, Laporan Inventaris Buku, Laporan Peminjaman Per Periode, Laporan Peminjaman Berdasar No.Mahasiswa, Laporan Pengembalian Per Periode, Laporan Buku Yang Belum Dikembalikan, Laporan Denda Per Periode, Laporan Buku Hilang/Rusak, dan lain-lain. 7. Setup User Setting administrator dan user beserta hak akses terhadap sistem. 2.5 Sistem Informasi INLIS Sistem Informasi Perpustakaan Terpadu (Integrated LIbrary System/ INLIS) yaitu sebuah sistem berbasis teknologi informasi yang didesain dan dikembangkan untuk mendukung pelaksanaan tugas subtantif dan administratif perpustakaan, khususnya di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. PNRI sebelum mengembangkan INLIS telah menerapkan otomasi perpustakaan dengan menggunakan Virtua yaitu aplikasi sistem informasi perpustakaan versi web dari The Virginia Tech Library System (VTLS), sebuah perangkat lunak perpustakaan produk Amerika Serikat untuk mendukung pekerjaan pengkatalogan dan penelusuran informasi. Fasilitas Virtua yang dioperasikan di Perpustakaan Nasional RI saat itu terbatas pada modul pengkatalogan (cataloging) dan OPAC (Online Public Access Catalog). Virtua merupakan sistem perpustakaan dengan 14
basisdata Oracle 8i, yang sudah memenuhi standar INDOMARC (INDOnesian format for MAchine Readable Catalog) dan MARC (Machine Readable Catalog) pada umumnya. Dinamika perkembangan bisnis proses perpustakaan berubah sedemikian rupa sehingga Perpustakaan Nasional RI merasa Virtua tidak dapat lagi mengakomodir seluruh proses bisnis yang terjadi. Perpustakaan Nasional RI juga merasa perlu adanya suatu sistem informasi terpadu sebagai pendukung seluruh proses manajerial dilingkungan perpustakaan. INLIS pada awalnya dirancang dan dikembangkan khusus untuk kepentingan
pembangunan
pangkalan
data
Katalog
Induk
Nasional
(UnionCatalog) yang lengkap yang dapat diakses melalui internet secara cepat dan mudah oleh pengguna perpustakaan di manapun. Penerapan teknologi informasi perpustakaan di Indonesia yang masih sangat heterogen dan melihat bahwa INLIS sendiri dapat digunakan untuk mendukung pelaksanaan berbagai tugas diperpustakaan, maka INLIS dikembangkan menjadi sebuah sistem perpustakaan yang lebih komprehensif dan terpadu. INLIS sebagai sebuah sistem yang digunakan untuk mengelola berbagai basisdata bibliografis dan mengorganisasikan jaringan kerja sama antar perpustakaan, maka penerapan format standar dalam struktur data bibliografisnya merupakan syarat mutlak. Fasilitas pengembangan basis data bibliografis yang disediakan dalam INLIS dikembangkan dengan mengacu kepada INDOMARC. INDOMARC sendiri diadopsi dari USMARC (United State Machine Readable Catalog) dan MARC21, standar pengkatalogan terbacakan mesin yang digunakan dalam lingkup internasional. Penerapan MARC akan sangat mendukung upaya PNRI dalam membangun berbagai basis data nasional (national databases) untuk kepentingan seluruh perpustakaan yang ada di Indonesia maupun di luar negeri. Untuk itu kajian yang berkesinambungan terhadap sistem informasi berbasis MARC, yang perkembangannya sangat dinamis, akan sangat membantu PNRI dalam pengembangan pangkalan data berstandar dan dapat dimanfaatkan dalam lingkup internasional. 15
2.6 Evaluasi Sistem . 2.6.1 Pengertian Evaluasi Sistem Evaluasi Sistem: mengevaluasi sejauh mana sistem telah dibangun dan seberapa bagus sistem telah dioperasikan 2.6.3 Model Evaluasi Sistem Informasi Ada beberapa model yang biasa digunakan dalam evaluasi sistem informasi, diantaranya adalah : 1. Technology Acceptance Model (TAM) Furneaux (2006) menyatakan bahwa TAM adalah teori sistem informasi yang membuat model tentang bagaimana
pengguna mau menerima dan
menggunakan teknologi. Model ini mengusulkan bahwa ketika pengguna ditawarkan untuk menggunakan suatu sistem yang baru, sejumlah factor mempengaruhi
keputusan
mereka
tentang
bagaimana
dan
kapan
akan
menggunakan sistem tersebut, khususnya dalam hal: usefulness (pengguna yakin bahwa dengan menggunakan sistem ini akan meningkatkan kinerjanya), ease of use
(dimana
pengguna
yakin
bahwa
menggunakan
sistem
ini
akan
membebaskannya dari kesulitan, dalam artian bahwa sistem ini mudah dalam penggunaannya). Perbedaan mendasar antara TRA dan TAM adalah penempatan sikapsikap dari TRA, dimana TAM memperkenalkan dua variabel kunci, yaitu perceived ease ofuse (kemudahan) dan perceived usefulness (kebermanfaatan) yang memiliki relevancy pusat untuk memprediksi sikap penerimaan pengguna (Acceptance of IT) terhadap teknologi komputer. Model ini telah banyak digunakan dalam penelitian sistem informasi untuk mengetahui reaksi pengguna terhadap sistem informasi. Faktor kebermanfaatan disini didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang meyakini bahwa penggunaan teknologi/sistem tertentu akan meningkatkan kinerja. Sementara kemudahan diartikan sebagai tingkat dimana seseorang meyakini bahwa penggunaan sistem informasi adalah mudah dan tidak memerlukan usaha keras dari pemakainya untuk bisa menggunakannya. 16
TAM yang memiliki elemen yang kuat tentang perilaku (behavioural), mengasumsikan bahwa ketika seseorang membentuk suatu bagian untuk bertindak, mereka akan bebas untuk bertindak tanpa batasan (gambar 1).
2. End User Computing (EUC) Satisfaction Menurut Chin (2000) menyatakan bahwa pengukuran terhadap kepuasan telah mempunyai sejarah yang panjang dalam disiplin ilmu sistem informasi. Dalam lingkup enduser computing, sejumlah studi telah dilakukan untuk mengcapturekeseluruhan evaluasi di mana pengguna akhir telah menganggap penggunaan dari suatu sistem informasi (misalnya kepuasan) dan juga faktorfaktor yang membentuk kepuasan ini. Model evaluasi ini dikembangkan oleh Doll & Torkzadeh. Evaluasi dengan menggunakan model ini lebih menekankan kepuasan (satisfaction) pengguna akhir terhadap aspek teknologi, dengan menilai isi, keakuratan, format,waktu dan kemudahan penggunaan dari sistem. Model ini telah banyak diujicobakan oleh peneliti lain untuk menguji reliabilitasnya dan hasilnya menunjukkan
tidak
ada
perbedaan
bermakna
meskipun
instrumen
ini
diterjemahkan dalam berbagai bahasa yang berbeda. Model Task Technology Fit adalah sebuah konstruk formal yang 17
merupakan kesesuaian dari kapabilitas teknologi untuk kebutuhan dalam pekerjaan yaitu kemampuan teknologi informasi untuk memberikan dukungan terhadap pekerjaan. 3.Task Technology Fit (TTF) Analysis Dishaw (2002) menyebutkan bahwa inti dari Model Task Technology Fit adalah sebuah konstruk formal yang dikenal sebagai TaskTechnology Fit (TTF), yang merupakan kesesuaian dari kapabilitas teknologi untuk kebutuhan tugas dalam pekerjaan yaitu kemampuan teknologi informasi untuk memberikan dukungan terhadap pekerjaan. Model TTF memiliki 4 konstruk kunci yaitu Task Characteristics, Technology Characteristics, yang bersamasama mempengaruhi konstruk ketiga TTF yang balik mempengaruhi variabel outcome yaitu Performance atau Utilization menempatkan bahwa teknologi informasi hanya akan digunakan jika fungsi dan manfaatnya tersedia untuk mendukung aktivitas pengguna.Pengukuran terhadap kepuasan telah mempunyai sejarah yang panjang dalam disiplin ilmu sistem informasi. Dalam lingkup enduser computing, sejumlah studi telah dilakukan untuk mengcapture keseluruhan evaluasi di mana pengguna akhir telah menganggap penggunaan dari suatu sistem informasi (misalnya kepuasan) dan juga faktorfaktor yang membentuk kepuasan ini. 4. Human-Organization-Technology (HOT) Fit Model Yusof (2006) menyatakan bahwa suatu kerangka baru yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi sistem informasi yang disebut HumanOrganization-Technology (HOT) Fit Model. Model ini menempatkan komponen penting dalam sistem informasi yakni manusia, organisasi, dan teknologi kesesuaian hubungan di antaranya. Yusof (2006) memberikan suatu kerangka baru yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi sistem informasi yang disebut HumanOrganization Technology Fit Model. Model ini menempatkan komponen penting dalam sistem informasi yakni manusia, organisasi dan teknologi dan kesesuaian hubungan di antaranya. Komponen manusia menilai sistem informasi dari sisi penggunaan sistem pada frekwensi dan luasnya fungsi dan penyelidikan sistem informasi dan juga berhubungan dengan siapa yang menggunakan siapa yang menggunakan, 18
tingkat penggunanya, pelatihan, pengetahuan, harapan dan sikap menerima (atau menolak sistem. Komponen ini juga menilai sistem dari aspek kepuasan pengguna yaitu keseluruhan evaluasi dari pengalaman pengguna dalam menggunakan sistem informasi dan dampak potensial dari sistem informasi. Kepuasan pengguna dapat dihubungkan dengan persepsi manfaat dan sikap pengguna terhadap system informasi yang dipengaruhi oleh karakteristik personal. Komponen Organisasi menilai sistem dari aspek struktur organisasi dan lingkungan organisasi. Struktur organisasi terdiri dari tipe, kultur, politik, hierarki, perencanaan dan pengendalian sistem, strategi , manajemen dan komunikasi. Kepemimpinan, dukungan dari top manajemen dan dukungan staf merupakan bagian yang penting dalam mengukur keberhasilan sistem. Sedangkan lingkungan
organisasi
terdiri
dari
sumber
pembiayaan,
pemerintahan,
politik,kompetisi, hubungan interorganisasional dan komunikasi. Komponen teknologi terdiri dari kualitas sistem, kualitas informasi dan kualitas layanan. Kualitas sistem dalam sistem informasi di institusi pelayanan kesehatan menyangkut keterkaitan fitur dalam sistem termasuk performa sistem dan user interface. Kemudahan penggunaan, kemudahan untuk dipelajari, ketersediaan, fleksibilitas, dan sekuritas merupakan variabel atau faktor yang dapat dinilai dari kualitas sistem. Kualitas informasi berfokus pada informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi termasuk rekam medis pasien, laporan dan peresepan. Kriteria yang dapat digunakan untuk menilai kualitas informasi antara lain adalah kelengkapan, keakuratan, ketepatan waktu, ketersediaan, relevansi, konsistensi, dan data entry. Sedangkan kualitas layanan berfokus pada keseluruhan dukungan yang diterima oleh service provider sistem atau teknologi. Service quality dapat dinilai dengan kecepatan respon, jaminan, empati dan tindak lanjut layanan.
19