BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Penginderaan melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan peraba. Namun sebagai besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga tentang fakta dan kenyataan, selain itu juga melalui pengalaman dan proses belajar dalam pendidikan baik bersifat formal dan informal. Pengetahuan yang ada dalam diri manusia bertujuan untuk dapat menjawab masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya sehari-hari dan digunakan untuk menawarkan berbagai kemudahan bagi manusia.Dalam hal ini pengetahuan dapat diibaratkan sebagai suatu alat yang dipakai manusia dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapinya (Notoatmodjo, 2007). 2. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yakni antara lain : a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali atau recall terhadap suatu hal yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rasangan yang diterima. b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. 8
9
c. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (Synthesis) Sintesis merujuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.(Notoadmojo, 2003). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Karena itu dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari para perilaku
yang
tidak
didasari
oleh
pengetahuan
(Notoadmojo,
2003),
mengungkapkan pendapat Rogers bahwa sebelumnya mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: 1) Awarness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengerti terlebih dahulu terhadap stimulus. 2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek mulai terbentuk. 3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
10
4) Trial (percobaan)dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. 5) Adoption (adopsi) dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
3. Fungsi Pengetahuan Menurut fungsi ini manusia mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk mencari penalaran dan untuk mengorganisasikan pengalamannya. Adanya unsur-unsur pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu akan disusun, ditata kembali, atau sedemikian rupa sehingga tercapai suatu konsistensi. Jadi, sikap berfungsi sebagai suatu skema, yaitu suatu cara strukturisasi agar dunia disekitar tampak logis dan masuk akal. Sikap digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap fenomena luar yang ada dan mengorganisasikannya (Azwar, 2007).
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan a. Umur Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan epidemiologi untuk keperluan perbandingan, maka WHO mengajurkan perbandingan sebagai berikut: 0 – 14 tahun : bayi dan anak-anak 15- 49 tahun : muda dan dewasa 60 tahun keatas : orang tua. Semakin bertambah umur, maka semakin bertambah pula pengetahuan yang dimiliki seseorang. b. Pendidikan Maka tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya
11
pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan. c. Pekerjaan Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Akan tetapi, semakin lama seseorang bekerja semakin banyak pula pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh seseorang tersebut. d. Minat Minat adalah suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih dalam. e. Pengalaman Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik dan berusaha untuk dilupakan seseorang. Namun, jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan, maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya
dan
akhirnya
dapat
membentuk
sikap
positip
dalam
kehidupannya. f. Sumber Informasi Informasi adalah data yang diperoleh kedalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi penerima dan mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat itu atau keputusan mendatang. Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi untuk membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.
12
B. Sikap 1. Pengertian Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoadmojo, 2003), sikap merupakan organisasi pendapat keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif yang disertai perasaan tertentu dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respon dan berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya (Sunario, 2004). Sikap merupakan keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi) pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya (Azwar, 2007).
2. Struktur Sikap Struktur sikap menurut Azwar (2007) terbagi tiga kemponen, yaitu: a. Komponen Kognitif (Cognitive) Disebut juga persepsual yang berisi kepercayaan individu yang berhubungan terhadap objek sikap dengan apa yang dilihat dan diketahui (pengetahuan, pandangan, keyakinan, pikiran, pengalaman pribadi, kebutuhan emosional dan informasi dari orang lain). b. Komponen Efektif (Emotional) Komponen ini menunjuk pada dimensi emosional subjektif individu terhadap objek sikap baik yang positif (rasa senang) maupun negatif (tidak senang). Reaksi emosional banyak yang dipengaruhi oleh apa yang kita percayai sebagai sesuatu yang benar terhadap objek sikap tersebut. c. Komponen Konatif (Conative) Komponen sikap yang berkaitan dengan predisposisi atau kecenderungan bertindak terhadap objek sikap yang dihadapinya.
13
3. Fungsi Sikap Menurut Attkinson dkk, seperti dikutip dalam Sunaryo (2008), sikap memiliki 5 fungsi, yakni sebagai berikut: a. Fungsi intrumental, yaitu sikap yang dikaitkan dengan alasan praktis atau manfaat dan menggambarkan keadaan keinginannya dan tujuan. b. Fungsi pengetahuan ego, yaitu sikap yang menunjukkan nilai yang diambil untuk melindungi diri kecemasan atau ancaman harga dirinya. c. Fungsi nilai ekspresi, yaitu sikap yang menunjukkan nilai yang ada pada dirinya. Sistem nilai individu dapat dilihat dari sikap yang diambil individu yang bersangkutan (misalnya, individu yang telah menghayati ajaran agama, sikapnya akan tercermin dalam tutur kata, perilaku, dan perbuatan yang dibenarkan ajaran agamanya). d. Fungsi pengetahuan, yaitu setiap individu memiliki motif untuk ingin tahu, ingin dimengerti, ingin dapat banyak pengalaman dan pengetahuan yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. e. Fungsi penyesuaian sosial, yaitu sikap yang diambil sebagai bentuk adaptasi dengan lingkungan.
4. Tingkatan Sikap Menurut Maulana (2009), tingkatan sikap adalah sebagai berikut: a. Menerima (Receiving) Menerima berarti mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek. b. Merespon (Responding) Merespon berarti memberi
jawaban
jika ditanya, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan indikasi sikap. c. Menghargai (Valuing) Menghargai
berarti
mengajak
mendiskusikan suatu masalah.
orang lain
untuk
mengerjakan
atau
14
d. Bertanggung Jawab (Responsible) Bertanggung jawab berarti sikap yang paling tinggi, dengan segala resiko bertanggung jawab terhadap sesuatu yang telah dipilih, meskipun mendapat tantangan dari keluarga.
5. Determinan Sikap Menurut Azwar (2007), ada 4 hal penting yang menjadi determinan (faktor penentu) sikap individu, yaitu: a. Faktor fisiologis Faktor yang penting adalah umur dan kesehatan, yang menentukan sikap individu. b. Faktor pengalaman langsung terhadap objek sikap Pengalaman langsung yang dialami individu terhadap objek sikap, berpengaruh terhadap sikap individu terhadap objek sikap tertentu. c. Faktor kerangka acuan Kerangka acuan yang tidak sesuai dengan objek sikap akan menimbulkan sikap yang negatif terhadap objek sikap tersebut. d. Faktor komunikasi sosial Informasi yang diterima individu akan dapat menyebabkan perubahan sikap pada individu tersebut.
6. Ciri-ciri Sikap Ciri-ciri sikap sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli seperti Sarlito Wirawan Sarwono (2000), Bimo Walgito (2001) pada intinya sama, yaitu: a. Sikap tidak dibawah sejak lahir, tetapi dipelajari (learnabiliti) dan dibentuk berdasarkan pengalaman dan latihan sepanjang perkembangan individu dalam hubungan dengan objek.
15
b. Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat, untuk itu sehingga dapat dipelajari. c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan objek sikap. d. Sikap dapat tertuju pada satu objek ataupun dapat tertuju pada sekumpulan atau banyak objek. e. Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar. f. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi sehingga membedakan dengan pengetahuan.
7. Pembentukan dan Pengubahan Sikap Faktor yang mempengaruhi pembentukan dan pengubahan sikap sebagaimana diketahui bahwa sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan
pengalaman
individu
sepanjang
perkembangan
selama
hidupnya.Pada manusia sebagai makhluk sosial, pembentukan sikap tidak lepas dari pengaruh interaksi manusia atau dengan yang lain (ekternal). Di samping itu, manusia juga sebagai makhluk individual, sehingga apa yang datang dari dalam dirinya (internal), juga mempengaruhi pembentukan sikap. a. Faktor Internal Faktor ini berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini individu menerima, mengolah dan mendidik serta menentukan mana yang akan diterima dan mana yang tidak (faktor fisiologis). b. Faktor Eksternal Faktor ini berasal dari luar individu, berupa stimulus untuk membentuk dan mengubah sikap (Sunaryo, 2007). Menurut Azwar (2007), ada beberapa cara untuk membentuk atau mengubah sikap individu, yaitu: a. Adopsi Adopsi adalah suatu cara untuk pembentukan dan perubahan sikap melalui kejadian yang terjadi berulang dan terus menerus sehinggga lama kelamaan
16
secara bertahap hal tersebut akan diserap oleh individu dan akan mempengaruhi pembentukan serta perubahan terhadap sikap individu. b. Diferensial Disferensial adalah suatu cara untuk pembentukan dan perubahan sikap karena sudah dimiliki pengetahuan, penagalaman, inteligensi dan bertambahnya umur. c. Integrasi Integrasi adalah suatu cara untuk pembentukan dan perubahan sikap yang terjadi secara tahap demi tahap. d. Trauma Trauma adalah suatu cara untuk pembentukan dan perubahan sikap melalui suatu kejadian secara tiba-tiba dan mengejutkan sehingga menimbulkan kesan mendalam dalam diri individu tersebut. e. Generalisasi Generalisasi adalah suatu cara untuk pembentukan dan perubahan sikap karena pengalaman trumatik pada diri individu terhadap hal tertentu, dapat menimbulkan sikap negatif terhadap semua hal yang sejenis atau sebaliknya (Sunaryo, 2004).
8. Sikap Perawat Dalam Merawat Pasien Sikap yang perlu dimiliki oleh seorang perawat pasien agar dapat memberikan pelayanan keperawatan yang sesuai dengan harapan pasien, antara lain: a.
Setiap perawat harus memiliki sikap yang ramah terhadap semua orang, terlebih terhadap pasien.
b.
Setiap perawat harus memiliki sikap menaruh kasih sayang terhadap sesama, terlebih dahulu bagi yang membutuhkan.
c.
Setiap perawat harus memiliki sikap yang dapat memberikan rasa aman pada pasien, bukan menimbulkan kecemasan, kegelisahan dan takut.
17
d.
Setiap perawat harus memiliki sikap menaruh perhatian terhadap kebutuhan yang diperlukan oleh pasien.
e.
Setiap perawat harus memiliki sikap yang dicirikan dengan suara lembut dan murah senyum. Dengan suara yang lembut dan murah senyum, paling tidak pasien yang sedang sakit akan merasa senang, simpati, dan tidak menilai judes terhadap perawat.
f.
Setiap perawat harus memiliki sikap yang dapat dipercaya, karena dengan kepercayaanlah harga diri dan kepribadian orang dapat dinilai.
g.
Setiap perawat harus memiliki sikap percaya diri, jangan minder. Oleh karena itu, perlu banyak belajar, menambah dan meningkatkan pengetahuan, serta keterampilan keperawatan.
h.
Setiap perawat harus memiliki sikap dapat menahan diri, jangan sampai menyalahkan, mengkritik, menyudutkan, dan mempermalukan pasien maupun keluarganya yang dapat menambah berat penyakitnya.
i.
Setiap perawat harus memiliki sikap agar pasien tidak ketergantungan pada perawat.
j.
Setiap perawat harus memiliki sikap untuk dapat menghindari ucapan yang dapat menyinggung perasaan pasien.
k.
Setiap perawat harus memiliki sikap penuh pengertian dan pengabdian.
l.
Setiap perawat harus memiliki sikap riang gembira,tidak cemberut dimuka pasien umum.
m. Setiap perawat harus memilki sikap yang kooperatif atau mudah diajak kerja sama dengan pasien maupun tim kesehatan lainnya. n.
Setiap perawat harus memiliki sikap yang memungkinkan dapat membantu dalam mengatasi kesulitan pasien maupun keluarganya.
o.
Setiap perawat harus memiliki sikap harmonis sesuai situasi dan kondisi pasien, untuk sekunder menghibur.
18
C. Luka Bakar 1. Pengertian Luka Bakar Luka bakar adalah merupakan luka yang unit diantara bentuk-bentuk luka lainnya karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati (eskar) yang tetap berada pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama. Dengan cepat luka bakar akan didiami oleh bakteri pathogen, mengalami eksudasi dengan perembasan sejumlah besar air, protein serta elektrolit dan memerlukan pencangkokan kulit dari bagian tubuh yang lain untuk menghasilkan penutupan luka yang permanen (Smeltzer & Suzanne C, 2002). Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak langsung atau tak langsung dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi (Nugroho, 2012).
2. Anatomi Dan Fisiologi Kulit Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai peranan dalam homeostatis.Kulit mempunyai fungsi sebagai pelindung tubuh dari berbagai trauma dan merupakan penahan terhadap bakteri, virus dan jamur. Kehilangan panas dan penyimpanan panas diatur oleh vasodilatasi atau sekresi kelenjar-kelenjar keringat dan tanpa adanya kulit, maka cairan tubuh yang penting akan menguap dan elektrolit tubuh akan hilang dalam beberapa waktu. Kulit terdiri dari dua lapisan epidermis dan dermis (Marrieb, 2001). a. Epidermis adalah merupakan lapisan luar kulit yang utamanya disusun oleh sel-sel epitel. Sel-sel yang terdapat dalam epidermis antara lain: keratinosit (sel terbanyak pada lapisan epidermis), melanosit, sel merkel dan langehans. Epidermis terdiri dari lima lapisan, dari yang paling dalam yaitu stratum basale, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lucidum dan stratum corneum.
19
b. Dermis adalah merupakan lapisan yang kaya akan serabut saraf, pembuluh darah dan pembuluh darah limfe. Selain itu dermis juga tersusun atas kelenjar keringat, sebasea dan folikel rambut. Dermis terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan papilaris dan lapisan retikularis, sekitar 80% dari dermis adalah lapisan retikularis. Gambar 2.1 Anatomi Kulit Normal
(Sumber: Keith L. Moore, Anne M. R. Agur, Anatomi Klinik Dasar, 2002).
Fungsi Kulit: 1). Perlindungan terhadap cidera dan kehilangan cairan misalnya pada luka bakar; 2). Pengaturan suhu; 3). Sensasi melalui saraf kulit dan ujung akhirnya yang bersifat sensoris misalnya untuk rasa sakit. (Moore dan Agur, 2003); 4).Sebagai barrier dari invasi mikroorganisme pathogen ataupun toksin (Marrieb, 2001).
20
3. Etiologi Luka Bakar Luka bakar pada kulit bisa disebabkan karena panas, dingin atau pun zat kimia. Ketika kulit terkena panas, maka kedalaman luka akan dipengaruhi oleh derajat panas, durasi kontak panas pada kulit dan ketebalan kulit. Tipe luka bakar : a.
Luka Bakar Termal (Thermal Burns) Luka bakar termal biasanya disebabkan oleh air panas (scald) jilatan api ketubuh (flash), kobaran apai di tubuh (flame) dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-objek panas lainnya misalnya plastik logam panas, dll.
b.
Luka Bakar Kimia (Chemical Burns) Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa digunakan dalam bidang industri, militer, ataupun bahan pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga.
c.
Luka Bakar Listrik (Electrical Burns) Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api dan ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling rendah dalam hal ini cairan.Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khususnya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Seringkali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak dengan sumber arus maupun ground (Moenadjat, 2001).
d.
Luka Bakar Radiasi (Radiation Exposure) Luka
bakar
radiasi
disebabkan
karena
terpapar
dengan
sumber
radioaktif.Tipe injuri ini sering disebabkan oleh penggunaan radioaktif untuk keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan industri.Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi (Gillespie, 2009).
21
4. Pembagian Zona Kerusakan a.
Zona Koagulasi Merupakan daerah yang langsung mengalami kontak dengan sumber panas dan terjadi kematian selular.
b.
Zona Stasis Zona ini mengalami kerusakan endotel pembuluh darah, trombosit, leukosit sehingga terjadi gangguan perfusi, diikuti perubahan permabilitas kapiler dan respon inflamasi lokal. Proses ini berlangsung selama 12-24 jam pasca cidera, dan mungkin berakhir dengan nekrosis jaringan.
c.
Zona Hiperemia Daerah ini ikut mengalami reaksi berupa vasodilatasi tanpa banyak melibatkan reaksi seluler.Tergantung keadaan umum dan terapi yang diberikan, zona ketiga dapat mengalami penyembuhan spontan, atau berubah menjadi zona kedua bahkan zona pertama (Moenadjat, 2001).
5. Klasifikasi Luka Bakar Berdasarkan Luasnya Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan namarule of nine atau rule of wallace yaitu: a. Kepala dan leher
: 9%
b. Lengan masing-masing 9%
: 18%
c. Badan depan 18%, badan belakang 18%
: 36%
d. Tungkai maisng-masing 18%
: 36%
e. Genetalia/perineum
: 1%
22
Gambar 2.2 Diagram Luas Luka Bakar
(Moenadjat, 2001)
6. Tindakan Penanganan Pada Pasien Luka bakar Penanganan awal luka bakar berjalan simultan mengikuti kaidah standar Advanced Trauma Life Support dari komite
Trauma American College of
Surgeons.Pada survei primer dinilai dan ditangani A, B, C dan D (Nugroho, 2012). a. A (Airway) Jalan nafas adalah sumbatan jalan atas (larynx, pharinx) akibat cedera inhalasi yang ditandai kesulitan bernafas atau suara nafas yang berbunyi (stridor hoarness). b. B (Breathing) Kemampuan bernafas, ekspansi rongga dada dapat terhambat karena nyeri atau eschar melingkar di dada.
23
c. C (Circulation) Status volume pembuluh darah. Keluarnya cairan dari pembuluh darah terjadi karena meningkatnya permeabilitas pembuluh darah (jarak antara sel endotel dinding pembuluh darah). d. D (Disability) Status neurologis pasien 1. Penanganan Prinsip penanganan luka bakar adalah penutupan lesi sesegera mungkin, pencegahan infeksi, mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada kulit yang vital dan elemen di dalamnya, pembatasan pembentukan jaringan parut. a) Pertolongan pertama 1. Jauhkan korban dari sumber panas 2. Buka pakaian dan perhiasan logam yang dikenakan korban 3. Kaji kelancaran jalan nafas korban 4. Beri pendinginan atau menyiram dengan air dingin 20º - 30 ºC dan bersih sangat menolong karena; menurunkan suhu sehingga mengurangi dalamnya luka, mengurangi nyeri, mengurangi oedema, mengurangi kehilangan protein. 5. Segera bawa penderita ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut (Nugroho, 2012).
7. Perawatan Luka Bakar Suatu penanganan yang terdiri dari membersihkan luka, mengangkat jahitan, menutup dan membanlut luka sehingga dapat membantu proses penyembuhan luka (Hidayat, 2008). Perawatan luka dikenal ada dua cara: a. Perawatan terbuka (Exposure Method) adalah mudah dan murah, permukaan luka yang selalu terbuka menjadi dingin dan kering sehingga kuman sulit berkembang. Kerugiannya bila digunakan obat tertentu, misalnya mitras argenti, alas tidur menjadi kotor (Nugroho, 2012).
24
b. Perawatan tertutup (Occlusive Dressing Method) adalah dilakukan dengan memberikan balutan
yang dimaksudkan
untuk menutup luka
dari
kemungkinan kontaminasi.
D. Pemberian Cairan Pemberian cairan pada pasien luka bakar sesuai dengan % luka yang dialami penderita dengan rumus “Baxter”: 4 x bb x % Lb. Contoh: BB pasien: 50 kg, luas luka bakar 40%, maka kebutuhan cairan pasien adalah 4 x 50 x 40 = 8000ml diberikan dengan pembagian, 8 jam I diberikan: 4000ml, 8 jam II diberikan: 2000ml, dan 8 jam III diberikan: 2000ml (Effendi, 2007). Gambaran skematis pemberiannya adalah sebagai berikut: 400
200 200 Pkl. 08.00 – || – pkl.16.00 – || – pkl. 24.00 – ||| – pkl. 08.00
Keterangan: Pada 8 jam I diberikan ½ dari kebutuhan cairan, 8 jam II diberikan ¼ dari kebutuhan cairan, dan 8 jam III diberikan sisanya. Hal-hal penting sehubungan dengan resusitasi pada luka bakar: a.
Tujuan utama resusitasi pada luka bakar adalah tercukupi kebutuhan air tubuh untuk mempertahankan fungsi organ dan mencegah komplikasi karena resusitasi yang berlebihan.
b.
Resusitasi pada luka bakar adalah seni keseimbangan, disatu sisi mengisi deficit air intravaskuler dan disisi yang adalah mencegah potensi kelebihan air, yang biasanya dijumpai suatu udem pulmonal, peningkatan tekanan vena sentral dan sindroma kompartemen, walau terjadi di area yang tidak terkena luka bakar.
c.
Ditemukan perbedaan signifikan volume air resusitasi yang diberikan kelompok pasien usia muda cenderung diberikan jauh lebih banyak setiap persen luka bakarnya. Hal ini ternyata juga terjadi pada kelompok pasien dengan usia tua bila dibandingkan pasien usia 15 - 44 tahun.
25
d.
Resusitasi yang berlebihan pada luka bakar yang sangat luas akan sangat berhubungan dengan mudahnya terjadi reaksi adverse pada pasien. Dan ini ditemukan pada pasien luka bakar luas (mayor) yang dihitung kebutuhan air resusitasinya menggunakan formula Parkland/Boxter. Walupun banyak kejadian reaksi adverse, akan kematiannya masih cukup rendah.
1. Penggantian Cairan Penggantian kebutuhan cairan yang diproyeksikan dalam 24 jam pertama dihitung, berdasarkan luas luka bakar, beberapa kombinasi kategori cairan dapat digunakan 1). Koloid-whole blood, plasma serta plasma expander. 2). Kristaloid/ elektrolit-larutan natrium klorida fisiologik atau larutan ringer laktat. 3). Dextrose 5% larutan nutrient yang memberikan 200 kkal/L terapi penggantian cairan selama dehidrasi. Resusitasi cairan yang adekuat menghasilkan sedikit penurunan volume darah selama 24 jam pertama pasca luka bakar dan mengembalikan kadar plasma pada nilai yang normal pada akhir periode 48 jam. Pemberian larutan garam yang seimbang dalam 24 jam pertama dengan jumlah yang berkisar 2 hingga 4 ml per kilogram berat badan per persen luka bakar (ml/kg/%). 2. Tujuan Terapi Penggantian Cairan Volume cepat dan kecepatan pemberian cairan infus diukur berdasarkan respons pasien luka bakar. Tujuan pemberian atau penggantian cairan adalah tekanan sistolik yang melebihi 100 mm Hg; frekuensi nadi yang kurang dari 110/menit, dan haluaran urin sebanyak 30 hingga 50 ml/ jam. Ukuran tambahan untuk menentukan kebutuhan cairan dan respons pasien terhadap resusitasi mencakup nilai hematokrit, hemoglobin dan kadal natrium serum. Jika nilai hematokrit dan hemoglobinya menurun atau bila haluaran urin lebih besar dari 50 ml/ jam, kecepatan pemberian cairan infus dapat diturunkan, tujuannya adalah untuk mempertahankan kadar natrium serum dalam batas-batas normal selama penggantian cairan (Smeltzer & Suzanne C, 2002).
26
Cairan dan elektrolit sangat berguna dalam mempertahankan fungsi tubuh manusia. Kebutuhan cairan dan elektrolit bagi manusia berbeda-beda sesuai dengan tingkat usia seseorang, seperti bayi mempunyai kebutuhan cairan yang berbeda dengan usia dewasa. Kebutuhan cairan sangat diperlukan tubuh dalam mengangkut zat makanan ke dalam sel, sisa metabolisme, sebagai pelarut elektrolit dan nonelektrolit, memelihara suhu tubuh,mempermudah eliminasi, dan membantu pencernaan. Disamping kebutuhan cairan, elektrolit (natrium, kalium, kalsium, klorida, dan fosfat) sangat penting untuk menjaga keseimbangan asam-basa, konduksi saraf, kontraksi muscular dan osmolaritas. Kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi sistem organ tubuh terutama ginjal. Untuk mempertahankan kondisi cairan dan elektrolit dalam keadaan seimbang maka pemasukan harus cukup sesuai dengan kebutuhan. Prosedur pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam pelayanan keperawatan dapat dilakukan melalui pemberian cairan per oral atau intravena. 3. Pemberian Cairan Melalui Infus Tindakan keperawatan ini dilakukan pada klien yang memerlukan masukan cairan melalui intravena (infus). Pemberian cairan infus dapat diberikan pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat. Tindakan ini membutuhkan kesterilan mengingat langsung berhubungan dengan pembuluh darah, pemberian cairan melalui infus dengan memasukkan ke dalam vena lengan pembuluh darah pasien. Selain pemberian infus pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan, juga dapat dilakukan pada pasien syok, intoksikasi berat, pra dan pasca bedah, sebelum tranfungsi darah, atau pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu. Tujuannya, 1. Untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit. 2. Infus pengobatan dan pemberian nutrisi (Musrifatul, 2005).
27
E. Kerangka Konsep Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin di teliti.Kerangka
konsep ini
digunakan untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar tentang suatu topik yang dibahas, kerangka ini di dapat dari konsep teori yang di pakai sebagai landasan penelitian yang di dapat di tinjauan pustaka yang di hubungkan dengan garis sesuai variabel yang diteliti (Setiadi, 2007). Skema 2.3 Kerangka Konsep Penelitian Variabel Independen
Variabel Dependen
Pengetahuan perawat Pemberian Cairan Pada Pasien Luka Bakar. Sikap perawat
F. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah suatu jawaban atas pertanyaan penyusun yang telah di rumuskan di dalam perencanaan penelitian, untuk itu mengarahkan kepada hasil penelitian perlu di rumuskan jawaban sementara dari penelitian ini (Notoadmodjo, 2010). Ha : Ada hubungan pengetahuan dan sikap perawat dengan pemberian cairan pada pasien luka bakar di Ruang Rawat Inap RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2014. Ho:Tidak ada hubungan pengetahuan dan sikap perawat dengan pemberian cairan pada pasien luka bakar di ruang rawat inap RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2014.