BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Kepemimpinan Kepemimpinan adalah keseluruhan aktivitas dalam rangka mempengaruhi
orang-orang agar mau bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang memang diinginkan bersama. Kepemimpinan yang baik perlu dikembangan dan dipelihara sebaik-baiknya, karena manajemen yang berhasil bersumber atau bergantung pada adanya kepemimpinan yang baik (Martoyo,2007). Kepemimpinan dalam suatu organisasi merupakan suatu faktor yang menentukan berhasil tidaknya suatu organisasi atau usaha.Faktor kepemimpinan akan tampak dalam proses dimana seseorang mengarahkan, membimbing, mempengaruhi, dan menguasai pikiran, perasaan atau tingkah laku oramg lain. Pemimpin harus menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan bawahannya, sehingga terciptamya suasana kerja yang membuat bawahan merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebasan dalam mengembangkan gagasannya dalam rangka mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Kepemimpinan yang sukses,menunjukan bahwa pengelolaan suatu organisasi berhasil dilaksanakan dengan sukses pula. Setiap kemampuan dalam kepemimpinan harus melekat erat pada seorang manajer,
apapun
ruang
lingkup
tanggung
jawabnya.
Tanpakemampuan
memimpindalam hal manajemen, tidak mungkin seorang manajer berhasil baik dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Sikap dan gaya serta prilaku kepemimpinan manajer sangat besar pengaruhnya terhadap organisasi yang dipimpinnya, bahkan dapat berpengaruh terhadap produktivitas organisasinya. Organisasi dibentuk untuk mempersatukan kegiatan-kegiatan dari dua individu atau lebih dibawah satu koordinasi, dan berfungsi mempertemukan mereka menjadi satu tujuan (Ervianto,2005). Semakin banyak individu atau kelompok yang terlibat dalam suatu kegiatan atau jenjang kewenangan yang beragam, maka bentuk organisasi akan semakin kompleks (dapat berupa material, informasi, ataupun masyarakat) melalui suatu tatanan koordinasi yang memungkinkan organisasi mencapai tujuan yang diinginkan.
4
Bentuk dan struktur organisasi dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut (Ervianto,2005) :
Pimpinan
Manajer Perencanaan
Manajer Pelaksanaan
Manajer Pengendalian
Manajer Kepala Proyek
Staff Perencanaan
Staff Pelaksanaan
Staff Pengendalian
Kepala Proyek
Staff Perencanaan
Staff Pelaksanaan
Staff Pengendalian
Kepala Proyek Tim Proyek
Gambar 2. 1 Bentuk struktur organisasi Uraian tugas dan tanggung jawab masing-masing personil : a.
Pimpinan Sebagai pimpinan tertinggi yang bertanggung jawab atas kelancaran dan pelaksanaan kegiatan perusahaan, mengkoordinir serta membimbing kegiatan perusahaan sehari-hari, mempertanggung jawabkan semua kewajiban yang menyangkut rugi laba perusahaan, produksi, keuangan dan pemasaran.
b.
Manajer Perencanaan Memberikan
pengarahan
baik
untuk
manajer
maupun
karyawan
nonmanajerial untuk dapat mengetahui apa yang harus dicapai, dengan siapa harus bekerja sama, dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tidak dapat berjalan dengan baik. Selain itu c.
Manajer Pelaksanaan Mengkoordinasikan dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan rencana, memimpin dan mengendalikan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.
5
d.
Manajer Pengendalian Mengontrol segala kegiatan yang dilaksanakan agar sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan organisasi agar terselenggara dengan baik, serta menentukan rencana kerja yang akan datang.
e.
Kepala Proyek Kepala Proyek adalah orang yang diberi wewenang dan tanggung jawab oleh kontraktor untuk memimpin, mengatur dan mengawasi serta membuat keputusan yang terbaik dalam pelaksanaan proyek secara keseluruhan. Tugas kepala proyek adalah menguasai detail kontrak dan spesifikasi teknis kontrak, menyusun Rencana Mutu Proyek termasuk jadwal serta metode kerja bersama-sama dengan Site Manager pada awal proyek, menyusunRencana Anggaran Pelaksana (RAP) berdasarkan RAP awal dari EstimateManager dan
mempresentasikan
pada
Direksi
hingga
diperoleh
persetujuan,
mengidentifikasikan dan menyelesaikan masalah yang timbul selama proses kegiatan konstruksi di proyek. 2.1.1
Pengetahuan(knowledge) Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengungkapkan
kembali apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban baik lisan atau tulisan, bukti atau tulisan tersebut merupakan suatu reaksi dari suatu stimulasi yang berupa pertanyaan baik lisan atau tulisan (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan dalam lingkungan perusahaan maupun organisasi masih sangat minim karena kurangnya kesadaran. Diperlukannya kesadaran untuk menerapkan penyebaran pengetahuan ke dalam strategi bisnis karena perusahaan maupun organisasi yang menjadikan knowledge (pengetahuan) sebagai aset utamanya akan mampu mendorong perusahaan lebih inovatif kepada kepemilikan daya saing perusahaan terhadap pesainggnya. Knowledge dalam kepemimpinan akan mempengaruhi keberhasilan suatu perusahaan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi knowledge (pengetahuan) adalah (Mubarak, 2007) : 1. Pendidikan seorang pemimpin Dalam memimpin perusahaan, seorang prmimpin harus memiliki pendidikan yang tinggi karena tinggi rendahnya pendidikan akan
6
mempengaruhi pengetahuan dalam meningkatkan kinerja suatu perusahaan. 2. Usia Pemimpin Dengan bertambahnya usia akan terjadi perubahan pada aspek psikis dan psikologi (mental) seseorang. Pada aspek psikologis mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.Semakin bertambahnya usia semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikir seseorang tersebut, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik. 3. Minat dalam memimpin Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih dalam. Seorang pemimpin hendaknya memiliki minat yang besar untuk memotivasi dalam meningkatkan kinerja karyawan sehingga perusahaan yang dikelola meningkat dan berkembang menjadi lebih baik. Pemimpin yang peduli adalah pemimpin yang memiliki minat tinggi dan mampu mengkoordinasikan siapapun yang berminat dan peduli untuk mensukseskan perusahaan dengan perubahan-perubahan tertentu. 4. Pengalaman Pemimpin Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Pengalaman seseorang dalam memimpin sangatlah dibutuhkan karena pengalaman bisa dijadikan evaluasi ketika mendapat masalah, terutama masalah yang sama. 5. Informasi Yang Dimiliki Pemimpin Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru. Penting bagi seorang pemimpin memiliki informasi atau standar dalam melaksankan pekerjaan. Standar pekerjaan yang dimiliki pemimpin diinformasikan kepada karyawannya untuk melaksnakan suatu pekerjaan dan memperoleh hasil yang maksimal sesuai dengan yang diharapkan. 6. Faktor Sistem
7
Faktor sistem berkaitan dengan sistem atau metode kerja yang ada dan fasilitas yang disediakan oleh suatu organisasi. Seorang pemimpin menyediakan fasilitas untuk menunjang proses kegiatan suatu organisasi demi kelancaran kegiatan yang direncanakan. 2.1.2
Keterampilan (skill) Keterampilanadalah kemampuan untuk mengoperasikan suatu pekerjaan
secara mudah dan cermat yang membutuhkan kemampuan dasar (Robbins dan Stephen, 2000).Semua organisasi baik organisasi lembaga publik maupun organisasi perusahaan bisnis, memiliki ciri-ciri organisasi yang sama yaitu suatu bentuk kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.Tujuan terdiri atas unsur-unsur individu, kelompok dan struktur organisasi, yang berbeda hanya pada tujuan organisasi yang ingin dicapai. Dari unsur manusianya baik pimpinan,staf pegawai maupun aparatur memerlukan persyaratan salah satunya adalah keterampilan dalam kinerja (performance) sesuai bidang-bidang tugas yang dipercayakan. Ada lima keterampilan yang harus dimiliki seseorang dalam menjalankan tugas-tugasnya, yaitu (Gibson, 1996) : 1. Keterampilan Dalam Memimpin Pemimpin harus memiliki keterampilan memimpin supaya dapat bertindak sebagai seorang pemimpin yang baik dan memiliki kepribadian yang dapat dicontoh oleh orang lain. Seorang pemimpin harus
menguasai
bagaimana
caramenyusun
rencana
bersama,
mengajak anggota berprestasi, memberi bantuan kepada anggota kelompok, memupuk moral kelompok, bersama-sama membuat keputusan,menyerahkan tangung jawab, memberi dukungan dan pengarahan. Dukungan dan pengarahan dari pemimpin akan mempengaruhi baik buruknya kinerja karyawan. Untuk memperoleh keterampilan tersebut diperlukan pengalaman, karena pemimpin harusbekerjasama, dan berkomunikasi dengan orang yang dipimpinya. 2. Keterampilan Komunikasi Keterampilan komunikasiadalah kemampuan untuk bekerja dengan orang lain, memahami orang lain dan memotivasi orang lain, baik sebagai perorangan maupun sebagai kelompok. Seorang pemimpin
8
harus bisa berkomunikasi baik dengan semua orang karena keterampilan berkomunikasi yang baik sangat diperlukan untuk menjalin hubungan anatara pemimpin dengan bawahannya. 3. Keterampilan Konseptual Keterampilan konseptual adalah keterampilan mental untuk berpikir dalam memberikan pengertian,pandangan, dan pendapat dalam mengangani kegiatan-kegiatan organisasi secara menyeluruh, baik mengenai kebijakan, kemungkinan-kemungkinan dalam menghadapi perubahan-perubahan mencapai
dan
tujuan-tujuan
bagaimna organisasi.
mengantisipasinya Pemimpin
yang
dalam
memiliki
keterampilan konseptual mampu mengetahui bermacam-macam faktor dalam suatu keadaan yang berkaitan satu sama lain sehingga tindakan yang diambil ditujukan untuk kepentingan organisasi secara keseluruhan. 4. Keterampilan manajemen Keterampilan manajemen adalah seluruh kemampuan yang berkaitan dengan perencanaan (planing), pengorganisasian (organizing), dan pengawasan
(controling).Seorang
pemimpin
harus
memiliki
kemampuan manajemen yang baik dan dapat merencanakan segala sesuatu secara matang. Semua rencana yang sudah dibuat juga harus berjalan sesuai rencana dan tersusun secara sistematis serta memiliki rencana cadangan sehingga ketika rencana sebelumnya gagal, seorang pemimpin tersebut sudah mempunyai solusi untuk mengatasinya. 5. Keterampilan dalam menilai Penilaian atau evaluasi ialah suatu usaha untuk mengetahui sampai di mana suatu kegiatan sudah dapat dilaksanakan atau sampai di mana suatu tujuan sudah dicapai. Yang dinilai biasanya ialah : hasil kerja, cara kerja dan orang yang mengerjakannya. Adapun teknik dan prosedur evaluasi ialah : menentukan tujuan panilaian, menetapkan norma/ukuran yang akan dinilai. Mengumpulkan data yang dapat diolah menurut kriteria yang ditentukan, pengolahan data, dan menyimpulkan hasil penilaian.
9
2.1.3
Sikap (Attitude) Sikap merupakan bentuk respon atau tindakan yang memiliki nilai positif
dan negatif terhadap suatu objek atau orang yang disertai dengan emosi (Maramis, 2006). Sikap kepemimpinan dalam suatu organisasi mempengaruhi kinerja karena cara berpikir dan bertindak sebagai pemimpin dalam suatu organisasi harus membuat seseorang memandang dan percaya dengan kemampuan pemimpin tersebut. Beberapa sikap kepemimpinan dalam suatu organisasi sebagai berikut (Wedaran, 2015) : 1. Tindakan Kepemimpinan yang Efektif Penting bagi seorang pemimpin untuk memiliki karakter yang kuat dan dapat dipercaya, serta
mampu memimpin para bawahannya.
Kepemimpinan dalam organisasi yang efektif harus melibatkan dan membimbing para bawahannya ke arah yang benar dan membantu mereka
mencapai
tujuan yang diharapkan.
Kata-kata
dalam
kepemimpinan organisasi akan efektif jika disertai dengan tindakan. Jadi dalam organisasi seorang pemimpin harus menjadi teladan bagi para bawahannya melalui kehidupan dan tindakannya sendiri. 2. Antusiasme Antusiasme adalah semangat berkobar yang menjadi ciri pemimpin yang sukses, yang dapat ditinjau dari dinamisme seorang pemimpin sehingga segenap anggotanya bersemangat mencapai tujuan.Seorang pemimpin yang sukses harus memiliki antusiasme dan semangat yang besar. Dengan demikian, orang disekitarnya bisa terinspirasi dan termotivasi oleh semangatnya. Keterampilan kepemimpinan dalam organisasi sangat mendorong orang disekitarnya untuk mengambil upaya menuju tujuan yang diharapkan dalam organisasi. Seorang pemimpin yang antusias dan berpikiran terbuka akan lebih didekati oleh orang yang ada disekitarnya. Didekati adalah salah satu atribut mendasar yang membantu orang lain merasa nyaman dengan pemimpin dalam organisasi mereka. 3. Percaya Diri
10
Memunculkan kepercayaan diri sebagai penentu dari kepemimpinan dalam suatu organisasi. Tanpa kepercayaan diri, seorang pemimpin tidak bisa mengharapkan orang lain untuk mengikutinya. Untuk mengambil keputusan yang tepat dan tindakan yang efektif seorang pemimpin harus memiliki kepercayaan diri dalam dirnya. 4. Tenang Ketenangan
adalah
kemampuan
seseorang
untuk
mengambil
keputusan secara rasional dan arif dalam situasi sesulit apa pun. Lama waktu untuk memutuskan suatu masalah bergantung pada tingkat kompleksitasnya. Mampu untuk bersikap tenang dalam semua jenis situasi adalah bagian penting untuk menjadi seorang pemimpin. Rasa tenang akan membantu dalam mengambil keputusan yang tepat karena hasil keputusan sepenuhnya tergantung pada keputusan yang akan diambil dan pengambilan keputusan yang tepat menjadikan seorang pemimpin yang baik. 5. Mengetahui Keadaan Orang Lain Untuk menjadi seorang pemimpin yang baik, pemimpin harus tahu dan memahami keadaan orang-orang disekitarnya. Pemimpin perlu membuat pilihan, memberikan tanggung jawab dan memilih orangorang yang layak untuk mengimplementasikan keputusannya. Memahami potensi yang dimiliki orang-orang disekitarnya sangat penting bagi pelaksanaan kerja yang tepat. Membuat pilihan yang adil dan tepat pada waktu yang tepat adalah ciri yang baik untuk kepemimpinan dalam organisasi. 6. Menghargai Orang Lain Untuk menjadi pemimpin yang baik, seorang pemimpin harus bisa menerima pendapat atau masukan dari orang lain. Dengan adanya rasa saling menghargai, akan menimbulkan kenyamanan dalam suatu organisasi 2.1.4
Tipe-tipe Kepemimpinan Pemimpin adalah seseorang atau individu yang memiliki program maupun
rencana dan bersama anggota kelompok bergerak untuk mencapai tujuan dengan
11
cara
yang
telah
pasti.
Kepemimpinan
yang
baik
dipercaya
mampu
mengharmonisasi, mengikat, dan juga dapat mendorong potensi sumber daya organisasi atau kelompok supaya dapat bersaing dengan baik. Menurut Terry (2011) dalam Suwanto dan priansa (2011). Ada beberapa tipe kepemimpinan dalam organisasi, yaitu: 1.
Kepemimpinan Pribadi (Personal Leadership) Dalam tipe ini segala sesuatu tindakannya dilakukan dengan melakukan kontak pribadi baik secara lisan ataupun langsung yang dilakukan oleh pemimpin yang bersangkutan.
2.
Kepemimpinan Non-Pribadi (Non-Personal Leadership) Dalam
tipe
ini
hubungan
antara
pimpinan
dengan
bawahannya
melaluiperencanaan dan instruksi-instruksi tertuli tanpa adanya kontak pribadi. 3.
Kepemimpinan Otoriter (Authoritarian Leadership) Dalam tipe ini pimpinan melakukan komunikasiterhadap bawahannya dengansewenang-wenang sehingga sebetulnya bawahannya melakukan semua perintah bukan karena tanggung jawab tetapi lebih karena rasa takut.
4.
Kepemimpinan Kebapakan (Paternal Leadership) Tipe kepemimpinan ini tidak memberikan tanggung jawab kepada bawahan untuk bisa mengambil keputusan sendiri karena selalu dibantu oleh pemimpinnya, hal ini berakibat kepada menumpuknya pekerjaan pemimpin karena segala permasalah yang sulit akan dilimpahkan kepadanya.
5.
Kepemimpinan Demokratis (Democratic Leadership) Dalam setiap permasalahan pemimpin selalu menyertakan pendapat para bawahnnya dalam pengambilan keputusan, sehingga mereka akan merasa dilibatkan dalam setiap permasalahan yang ada dan merasa bahwa pendapatnya
selalu
diperhitungkan,
dengan
begitu
mereka
akan
melaksanakan tugas dengan rasa tanggung jawab akan pekerjaannya masingmasing. 6.
Kepemimpinan Bakat (Indigenous Leadership)
12
Pemimpin tipe ini memiliki kemampuan dalam mengajak orang lain, dan diikuti oleh orang lain. Para bawahan akan senang untuk mengikuti perintah yang diberikan karena pembawaannya yang menyenangkan. 2.1.5
Fungsi Kepemimpinan dan Sifat-sifat Pemimpin Kartono (2011), fungsi dari kepemimpinan ialah memandu, menuntun,
membimbing, membangun, memberi atau membangunkan motivasi-motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan-jaringan komunikasi yang baik, memberikan supervise/pengawasan yang efisien, dan membawa para pengikutnya kepada sasaran yang dituju, sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan. Suwatno dan Priansa (2011), seorang pemimpin yang efektif adalah seorang yang mampu menampilkan dua fungsi penting, yaitu fungsi tugas dan fungsi pemeliharaan. Fungsi tugas berhubungan dengan segala sesuatu yang harus dilaksanakan untuk memilih dan mencapai tujuan-tujuan secara rasional, tugastugas tersebut antara lain menciptakan kegiatan, mencari informasi, memberi informasi,memberikan pendapat, menjelaskan,mengkoordinasikan, meringkaskan, menguji kelayakan, mengevaluasi, dan mendiagnosis. Fungsi pemeliharaan berhubungan dengan kepuasan emosi yang diperlukan untuk mengembangkan dan memelihara kelompok, masyarakat atau untuk keberadaan organisasi. Beberapa fungsi tersebut antara lain mendorong semangat, menetapkan standar, mengikuti, mengekspresikan
perasaan,
menciptakan
keharmonisan,
dan
mengurangi
ketegangan. Jikadisederhanakan
fungsi
kepemimpinan
adalah
memastikan
karyawannya mendapatkan segala kebutuhan dalam kegiatan kerja, yang selanjutnya akan melancarkan proses pencapaian tujuan organisasi.Menurut Davis (1972) dalam Thoha (2013) ada empat sifat umum yang mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan dalam kepemimpinan , yaitu : 1.
Kecerdasan Pemimpin mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipimpin.
2.
Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial
13
Pemimpin cenderung menjadi matang dan mempunyai emosi yang stabil, karena mempunyai perhatian yang luas terhadap aktivitas-aktivitas sosial. 3.
Motivasi diri dan dorongan berprestasi Para pemimpin secara relatif mempunyai dorongan motivasi yang kuat untuk berprestasi.
4.
Sikap-sikap hubungan kemanusiaan Pemimpin-pemimpin yang berhasil mau mengakui harga diri dan kehormatan para pengikutnya dan mampu berpihak kepadanya.
2.1.6
Gaya Kepemimpinan Dalam memimpin perusahaan, seorang pemimpin tidak lepas dari gaya
kepemimpinan. Gaya kepemimpinan itu timbul berdasarkan cara bertindak atau bertingkah laku dari pimpinan yang bersangkutan. Seorang pemimpin dapat meningkatkan efektifitas kepemimpinannya dengan menggunakan gaya yang berbeda tergantung dari situasi dan kondisi yang sedang dihadapinya. Berbagai tipe dan gaya kepemimpinan sering dijumpai dalam kegiatan sehari-hari. Dalam melakukan kegiatan menggerakkan atau memberikan motivsi kepada bawahannya, berbagai cara dapat dilakukan oleh seorang pemimpin yaitu dengan melakukan tindakan-tindakan yang selalu terarah pada pencapaian tujuan suatu organisasi. Cara atau tekmik seseorang dalam menjalakan kepemimpinan disebut dengan gaya kepemimpinan. Menurut House (1971) dalam Thoha (2013) gaya kepemimpinan dibagi menjadi 4 yaitu : 1.
Gaya Kepemimpinan Direktif (pemimpin pengarah) Pemimpin seperti ini mengutamakan pemberian pedoman dan petunjuk kepada bawahan bagaimana melakukan pekerjaan serta memberitahukan mengenai apa yang diharapkan dari mereka.
2.
Gaya Kepemimpinan Suportif (pemimpin pendukung) Pemimpin seperti ini memberi pertimbangan atas kebutuhan bawahan, memberi perhatian bagi kesejahteraan dan menciptakan keakraban dengan bawahan dan lingkungan kerja yang menyenangkan.
3.
Gayakepemimpinan partisipatif (pemimpin partisipatif) 14
Gaya kepemimpinan ini, yaitu beruding dengan bawahan, memberi peluang kepada bawahan untuk memberi masukan berupa saran dan gagasan sebelum mengambil keputusan atau mempengaruhi keputusan yang telah dan akan dibuat. 4.
Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi (pemimpin yang berorientasi pada prestasi) Pemimpin ini menetapkan tujuan menantang, mengupayakan bawahan meningkatkan prestasi, serta mendorong bawahan untuk mencapai tujuan dan hasil karya yang lebih tinggi.
2.1.7
Kualitas Kepemimpinan Kualitas kepemimpinan merupakan kunci keberhasilan sebuah tim kerja
yang secara bersama-sama mengarah pada pencapaian tujuan bersama. Kepemimpinan yang berkualitas akan dapat dihasilkan manakala pemimpinnya juga berkualitas. Beberapa karakter yang dapat mencerminkan pemimpin yang baik ( Ervianto, 2005) adalah : 1. Integritas Integritas adalah kemampuan seseorang untuk membuat segenap angggotanya mempercayai pemimpin mereka. 2. Kehangatan Kehangatan adalah tingkat fleksibilitas yang tinggi dalam membina hubungan pribadi dengan dengan setiap anggota kelompok. Kenyataan yang terjadi, pribadi setiap orang berbeda dengan yang lain, kemampuan untuk berinterasi dengan pribadi yang berbeda inilah yang membedakan setiap orang dalam proses kepemimpinan. 3. Tegas dan Adil Tegas dan adil adalah keputusan yang tidak memihak pada kelompok tertentu. Keberanian pemimpin untuk bersikap tegas dan adil yang mengutamakan
untuk
kepentingan
bersama
merupakan
kunci
pertumbuhan organisasi. 4. Konsisten
15
Konsisten adalah sikap yang diambil oleh pemimpin untuk tidak melanggar rambu-rambu yang telah dibuat dan selalu sama dalam situasi yang mirip.
2.2
Kinerja Kinerja berasal dari pengertian performance. Ada pula yang memberikan
pengertian performance sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Namun, sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya hasil kerja, tetapi termasuk bagaimana proses pekerjaan berlangsung. Menurut Amstrong dan Baron (1998) dalam Wibowo (2007), kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi pada ekonomi. Dengan demikian, kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Kinerja dalam suatu organisasi dilakukan oleh segenap sumber daya manusia dalam organisasi, baik unsur pimpinan maupun pekerja. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi sumber daya manusia dalam menjalankan kinerjanya. Setiap pekerja mempunyai kemampuan berdasar pada pengetahuan dan keterampilan, kompetensi yang sesuai dengan pekerjaannya, motivasi kerja, dan kepuasan kerja. Namun, pekerja juga mempunyai kepribadian, sikap, dan prilaku yang dapat mempengaruhi kinerjanya.Suatu organisasi tidak hanya dipengaruhi oleh sumber daya manusia di dalamnya, tetapi juga oleh sumber daya lainnya seperti dana, bahan peralatan, teknologi dan mekanisme kerja yang berlangsung dalam organisasi.
2.2.1
Tujuan Kinerja Tujuan kinerja adalah menyesuaikan harapan kinerja individual dengan
tujuan organisasi. Kesesuaian antara upaya pencapaian tujuan individual dengan tujuan organisasi akan mampu mewujudkan kinerja yang baik (Wibowo, 2007). Tujuan dapat didefinisikan sebagai apa yang diharapkan untuk dicapai oleh suatu organisasi, fungsi, departemen dan individu suatu periode waktu
16
tertentu. Arti pentingnya menetapkan tujuan adalah sebagai proses manajemen yang memastikan bahwa setiap pekerja individual tahu peran apa yang harus mereka lakukan dan hasil apa yang perlu mereka capai untuk memaksimumkan kontribusinya pada keseluruhan bisnis. Setiap pekerja tahu apa sebenarnya harapan manajer kepada mereka. Tujuan dapat bersifat work-related, atau berkaitan dengan pekerjaan, dengan mengacu pada hasil yang dicapai atau kontribusi yang diberikan pada prestasi organisasional, fungsional atau tujuan tim. Misalnya berupa terjalinnya koordinasi kerja yang efektif di antara tingkatan manajemen dalam organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Namun, tujuan dapat pula bersifat personal atau pribadi, dalam bentuk tujuan dan pengembangan atau pembelajaran yang bersangkutan dengan apa yang harus dilakukan individu untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan potensi untuk memperbaiki kinerja di bidang tertentu.
2.2.2
Sasaran kinerja Sasaran kinerja merupakan suatu pernyataan secara spesifik yang
menjelaskan hasil yang harus dicapai, kapan, dan oleh siapa sasaran yang ingin dicapai tersebut diselesasikan (Wibowo, 2007). Sebagai sasaran, suatu kinerja mencakup unsur-unsur diantaranya : 1. The performers, yaitu orang yang menjalankan kinerja. Orang yang menjalankan kinerja dengan maksimalpada suatu perusahaan akan memperoleh hasil sesuai dengan yang direncankan. 2. The action atau performance,yaitu tentang tindakan atau kinerja yang dilakukan oleh performers. Kinerja atau tindakan yang dilakukan oleh orang yang menjalankan kinerja akan memperoleh hasil dari apa yang telah dikerjakan. Tindakan yang dilakukan tergantung dari seberapa besar usahausaha yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan dalam organisasi. 3. A time Element, menunjukan kapan waktu pekerjaan dilakukan. Waktu pekerjaan disusun terlebih dahulu kemudian orang yang akan melakukan pekerjaan tersbut dapat menjalankan pekerjaannya untuk mencapai suatu tujuan.
17
4. An evaluation method, tentang cara penilaian bagaimana hasil pekerjaan dapat dicapai.Penilaian kinerja karyawan merupakan sebuah metode untuk melakukan evaluasi dan apresiasi terhadap kinerja seorang karyawan di sebuah perusahaan. Proses penilaian kinerja karyawan dilakukan dengan membandingkan orang per orang untuk dapat menilai hasil pekerjaan yang dilakukan. 5. The place, menunjukan tempat dimana pekerjaan dilakukan. Tempat dimana pekerjaan akan dilakukan harus jelas demi kelancaran dalam melakukan suatu pekerjaan.
2.2.3
Penilaian Kinerja Penilaian kinerja merupakan metode formal yang digunakan banyak
organisasi untuk mengukur seberapa baik orang melakukan tugas yang ditentukan dengan penuh tanggung jawab (Murwansyah, 2014). Hal ini membantu pekerja dan manajer memfokuskan pada tujuan dan kinerja yang diharapkan dengan mempengaruhi gaji, kenaikan pembayaran, dan menghasilkan promosi bagi bawahan. Apabila penilaian kinerja mengidentifikasi adanya persoalan yang dapat dikoreksi, pimpinan dan bawahan harus menyetujui suatu rencana untuk menyelesaikannya.
Penilaian
kinerja
juga
sering
dipergunakan
untuk
mengidentifikasi keterampilan, pengetahuan dan atau pengamalan yang diperlukan pekerja sebagai persyaratan untuk memperoleh promosi. Menurut Marwansyah (2014), Penilaian Kinerja (PK) memiliki tiga tujuan utama yaitu : 1. Untuk mengukur kinerja secara fair dan obyektif berdasarkan persyaratan pekerjaan. Ini memungkinkan karyawan yang efektif untuk mendapat imbalan atas upaya mereka dan karyawan yang tidak efektif mendapat konsekuensi sebaliknya atas kinerjanya yang buruk. 2. Untuk meningkatkan kinerja dengan mengidentifikasi tujuan-tujuan pengembangan yang spesifik. 3. Untuk mengembangkan tujuan karir sehingga karyawan dapat selalu menyesuaikan diri dengan tuntutan dinamika organisasi. Semakin
18
lama, setiap pekerjaan dalam organisasi menjadi semakin menantang dengan persyaratan-persyaratan baru. Seorang karyawan yang efektif kinerjanya saat ini belum terjamin akan efektif pula kinerjanya di masa depan. Ia perlu diberi peluang berkembang dalam pekerjaannya dan dalam organisasi. Pimpinan yang sangat sibuk sering tidak menyukai penilaian kinerja. dengan alasan bahwa ( Wibowo, 2007) : a. Bawahannnya tidak melakukan pekerjaannya dengan baik seperti seharusnya. b. Penilaian Kinerja memerlukan banyak waktu dan waktu bagi manajer merupakan asset langka.
2.3
Hubungan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Tingkat keberhasilan perusahaan ditentukan oleh faktor sumber daya
manusia atau karyawan dalam mencapai tujuannya. Peningkatan kinerja berdampak
positif
terhadap
tercapainya
sasaran
dan
tujuan
perusahaan.Ibadurrahman (2011) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan berdampak
postif
terhadap
kinerja.
Knowledge
(pengetahuan),
skill
(keterampilan), dan attitude (sikap) adalah tiga kompetensi yang harus dimiliki dan diperhatikan oleh pemimpin. Pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang ditunjukan oleh pemimpin dapat mencerminkan bagaimana suatu perusahaan itu dikelola.Kepemimpinan memegang kendali penting dalam kinerja karyawan karena pemimpin merupakan penggerak utama dalam mempengaruhi dan memotivasi para karyawan. Pemimpin yang baik akan selalu memberikan motivasi kepada para karyawannya agar bisa mencapai tujuan perusahaan dan dapat memacu kinerjanya.
2.4
Faktor-Faktor Pengaruh Kepemimpinan dan Kinerja Berdasarkan pada penjelasan sebelumnya mengenai kepemimpinan dan
kinerja dirangkum dan digunakan sebagai acuan dalam menentukan faktor yang akan digunakan dalam proses pengambilan data. Faktor-faktor pengaruh
19
kepemimpinan
dan
kinerja
akan
digunakan
dalam
proses
pembuatan
kuesioner,yaitu sebagai berikut :
Tabel 2. 1 Faktor yang digunakan dalam penyusunan kuesioner No. Variabel 1 Kepemimpinan Pengetahuan (Knowledge) atau (X1)
Keterampilan (Skill) atau (X2)
Sikap (Attitude) atau (X3)
2
Faktor Pendidikan seorang pemimpin Usia pemimpin Minat dalam memimpin Pengalaman pemimpin Informasi yang dimiliki pemimpin Faktor system Keterampilan dalam memimpin Keterampilan komunikasi Keterampilan konseptual Keterampilan manajemen Keterampilan dalam menilai Tindakan kepemimpinan yang efektif Antusiasme Percaya diri Tenang Mengetahui keadaan orang lain Menghargai orang lain
Refrensi Mubarak, 2007 Mubarak, 2007 Mubarak, 2007 Mubarak, 2007 Mubarak, 2007 Mubarak, 2007 Mubarak, 2007 Gibson, 1996 Gibson, 1996 Gibson, 1996 Gibson, 1996 Gibson, 1996 Wederan, 2015 Wederan, 2015 Wederan, 2015 Wederan, 2015 Wederan, 2015 Wederan, 2015
Kinerja (Y) Menjalankan kinerja Tindakan atau kinerja yang dilakukan Durasi pekerjaan Penilaian hasil kinerja Mengukur kinerja Meningkatkan kinerja Mengembangkan tujuan karir
Wibowo, 2007 Wibowo, 2007 Wibowo, 2007 Wibowo, 2007 Murwansyah, 2014 Murwansyah, 2014 Murwansyah, 2014
Sumber : Pengolahan Data 2015
20
2.5
Kualifikasi Jasa Pelaksana Konstruksi Penggolongan kualifikasi usaha jasa perencana konstruksi dan usaha jasa
pengawas konstruksi didasarkan pada kriteria tingkat/kedalaman kompetensi dan potensi kemampuan usaha, serta kemampuan melakukan perencanaan dan pengawasan pekerjaan berdasarkan kriteria resiko dan/atau kriteria penggunaan teknologi dan/atau kriteri besaran biaya (nilai proyek/nilai pekerjaan).
2.5.1
Penetapan Kualifikasi
1. Badan Usaha yang berbadan hukum yang bersifat umum tanpa pengalaman atau baru berdiri dan memenuhi persyaratan serta memiliki modal disetor sama atau lebih dari Rp. 1 miliar tercantum dalam akta pendirian atau perubahannya, dapat diberi kualifikasi M2 dan maksimum 4 (empat) sub bidang pekerjaan atau bagian sub bidang pekerjaan. 2. Badan Usaha kualifikasi M2 sebagaimana dimaksud pada No.1 diatas setelah 6 (enam) bulan sejak diterbitkan sertifikatnya, dapat menambah subbidang atau bagian subbidang pekerjaan baru sesuai dengan perolehan pekerjaan dari subbidang atau bagian subbidang pekerjaan yang dimilikinya, dengan melampirkan bukti perolehan pekerjaan tersebut, batas jumlahnya sesuai dengan yang ditetapkan untuk kualifikasi M2. 3. Badan Usaha yang berbadan hukum bersifat spesialis tanpa pengalaman atau baru berdiri, dan memiliki persyaratan serta memiliki modal disetor sama atau lebih besar dari Rp. 1 miliar yang tercantum dalam akta pendirian badan usaha atau perubahannya, dapat diberi kualifikasi M2 satu sub bidang pekerjaan. 4. Badan Usaha bersifat umum tanpa pengalaman atau berdiri, dan memenuhi persyaratan serta memiliki modal kurang dari Rp. 1 miliar dan yang tercantum dalam akta pendirian badan usaha atau perubahannya, dapat diberi kualifikasi K2 dengan maksimum 4 (empat) subbidang atau bagian subbidang pekerjaan 5. Badan Usaha bersifat spesialis tanpa pengalaman dan memenuhi persyaratan serta memiliki modal kurang dari Rp. 1 milyar yang tercantum didalam akta pendirian atau perubahannya , dapat diberi kualifikasi K2,
21
dengan maksimum diberi satu subbidang atau satu bagian subbidang pekerjaan.
2.5.2
Penjelasan Kualifikasi Kualifikasi K1 dapat melaksanakan pekerjaan dengan batasan nilai
pekerjaan (nilai proyek) sampai dengan Rp. 1milyar.Badan usaha untuk kualifikasi K1 dapat berbentuk Perseroan Komanditer (CV), Firma, Kopereasi atau Perseroan Terbatas (PT), tidak termasuk badan usaha PT-PMA.Minimal memiliki Surat Keterampilan Teknik (SKT) untuk ditetapkan sebagai Penanggung Jawab Teknik (PJT). Kualifikasi K2 dapat melaksanakan pekerjaan dengan batasan nilai pekerjaan (nilai proyek) sampai dengan Rp. 1,75milyar.Badan usaha untuk kualifikasi K2 dapat berbentuk Perseroan Komanditer (CV), Firma, Kopereasi atau Perseroan Terbatas (PT), tidak termasuk badan usaha PT-PMA.Minimal memiliki Surat Keterampilan Teknik(SKT) untuk ditetapkan sebagai Penanggung Jawab Teknik(PJT). Kualifikasi K3 dapat melaksanakan pekerjaan dengan batasan nilai pekerjaan (nilai proyek) sampai dengan Rp. 2,5milyar.Badan usaha untuk kualifikasi K3 dapat berbentuk Perseroan Komanditer (CV), Firma, Kopereasi atau Perseroan Terbatas (PT), tidak termasuk badan usaha Perseroan terbatas Penanam
Modal
Asing(PT-PMA).Minimal
memiliki
Surat
Keterampilan
Teknik(SKT) untuk ditetapkan sebagai Penanggung jawab teknik(PJT). Kualifikasi M1 dapat melaksanakan pekerjaan dengan batasan nilai pekerjaan (nilai proyek) sampai dengan Rp. 10 milyar. Badan usaha untuk kualifikasi M1 dapat berbentuk Perseroan Terbatas (PT), Firma, Koperasi atau Perseroan Komanditer (CV)), tidak termasuk badan usahaPenanam Modal Asing(PT-PMA). Menimal memilikiSurat Keterampilan Teknik(SKT) untuk ditetapkan sebagaiPenanggung jawab teknik (PJT). Kualifikasi M2 dapat melaksanakan pekerjaan dengan batasan nilai pekerjaan (nilai proyek) diatas Rp. 1 milyar sampai dengan Rp. 50 milyar. Badan usaha untuk kualifikasi M2 harus berbentuk Perseroan Terbatas (PT), tidak termasuk badan usahaPenanam Modal Asing(PT-PMA). Memiliki Sertifikat
22
Keterangan Ahli(SKA) minimal ahli muda untuk ditetapkan sebagaiPenanggung jawab teknik(PJT) dan Penanggung Jawab Bidang(PJB). Kualifikasi B1 dapat melaksanakan pekerjaan dengan batasan nilai pekerjaan (nilai proyek) diatas Rp. 1 milyar sampai Rp. 250 milyar. Badan usaha untuk kualifikasi B1 harus berbentuk Perseroan Terbaras (PT). MemilikiSertifikat Keterangan
Ahli(SKA)
teknik(PJT)danSertifikat
minimal
ahli
Keterangan
madya
Ahli(SKA)
untukPenanggung minimal
ahli
jawab muda
untukPenanggung Jawab Bidang(PJB). Kualifikasi B2 dapat melaksanakan pekerjaan dengan batasan nilai pekerjaan (nilai proyek) diatas Rp. 1 milyar sampai dengan tidak terbatas. Badan usaha untuk kualifikasi B2 harus berbentuk Perseroan Terbaras (PT), termasuk badan usahaPenanam Modal Asing(PT-PMA). MemilikiSertifikat Keterangan Ahli(SKA) minimal ahli madya untuk ditetapkan sebagaiPenanggung jawab teknik(PJT).
Tabel 2. 2Kualifikasi Pekerjaan Kontraktor
Kualifikasi B2 B1 M2 M1 K3 K2 K1
Kualifikasi Pekerjaan Kontraktor Golongan Batas Nilai Proyek Pekerjaan Besar > 1 M s/d tak terbatas Besar > 1 M s/d 250 M Menengah > 1 M s/d 50 M Menengah ≤ 10 M Kecil ≤ 2,5 M Kecil ≤ 1,75M Kecil ≤1M
Sumber : Pratama (2015)
2.6
Kuesioner Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh
data dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal lain yang perlu diketahui.Penggunaan kuesioner adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan (angket) atau daftar isian terhadap objek yang diteliti (populasi atau sampel) (Sugiyono, 2012).
23
2.6.1 Sampel Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin meneliti semua yang ada pada populasi, (misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu) maka dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel tersebut, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi tersebut. Sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif (mewakili). Bila sampel tidak representatif, maka dapat mengakibatkan kesimpulan yang diambil tidak akan sesuai dengan kenyataan atau kesimpulan yang diambil salah (Sugiyono, 2012). 2.6.2 Teknik Sampling Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menetukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Secara umum ada dua macam teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian (Riduwan, 2006), yaitu : 1.
Probability Sampling Probability sampling adalah teknik sampling yang digunakan untuk
memberikan
peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk
dipilih menjadi anggota sampel, yang tergolong teknik probability sampling yaitu : a. Simple random sampling Adalah cara pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut. Hal ini dilakukan apabila anggota populasi dianggap homogen (sejenis). b. Proportionate stratified random sampling Adalah pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata secara proporsional. Hal ini dilakukan apabila anggota populasinya hiterogen (tidak sejenis). c. Disproporsionate stratified random sampling
24
Adalah pengambilan sampel secara acak dan berstrata tetapi sebagian ada yang kurang proporsional pembagiannya dan dilakukan apabila anggota populasinya hiterogen. d. Area sampling (sampling daerah/wilayah) Adalah teknik sampling yang dilakukan dengan cara mengambil wakil dari setiap daerah/wilayah geografis yang ada. 2.
Nonprobability Sampling Nonprobability sampling adalah teknik sampling yang tidak
memberikan kesempatan (peluang) pada setiap anggota populasi untuk dijadikan anggota sampel. Menurut Sugiyono (2012) yang tergolong dalam teknik ini antara lain : a. Sampling sistematis Adalah pengambilan sampel didasarkan atas urutan dari populasi yang telah diberi nomor urut atau anggota sampel diambil dari populasi pada jarak interval waktu dan ruang dengan urutan yang seragam. b. Sampling kuota Adalah penentuan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (jatah) yang dikehendaki atau pengambilan sampel yang didasarkan pada pertimbanganpertimbangan tertentu dari peneliti.Pengambilan dengan teknik quota sampling dilakukandengan cara menetapkan jumlah tertentu sebagai target yang harus dipenuhi dalam pengambilan sampel dari populasi (khususnya yang tidak terhingga atau tidak jelas), kemudian dengan patokan jumlah tersebut peneliti mengambil sampel secara sembarang asal memenuhi persyaratan sebagai sampel dari populasi tersebut . c. Sampling aksidental Adalah
teknik
penentuan
sampel
berdasarkan
faktor
spontanitas, artinya siapa saja secara tidak sengaja bertemu
25
dengan peneliti dan sesuai dengan karakteristiknya, maka orang tersebut dapat digunakan sebagai sampel (responden). d. Purposive sampling (sampling pertimbangan) Adalah teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu. Dalam hal ini hanya mereka yang ahli yang patut memberikan pertimbangan untuk pengambilan sampel yang diperlukan. Oleh karena itu, sampling ini cocok untuk studi kasus
yang
mana
aspek
dari
kasus
tunggal
yang
representative diamati dan dianalisis. e. Sampling jenuh Adalah teknik pengambilan sampel apabila semua populasi digunakan sebagai sampel dan dikenal juga dengan istilah sensus. Sampling jenuh dilakukan bila populasinya kurang dari 30 orang. f. Snowball sampling Adalah teknik sampling yang semula berjumlah kecil kemudian anggota sampel mengajak para sahabatnya untuk dijadikan sampel dan seterusnya sehingga jumlah sampel semakin banyak jumlahnya.
2.7
Uji Validitas Menurut Sugiyono (2010), validitas berhubungan dengan suatu peubah
mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas dalam penelitian menyatakan derajat ketepatan alat ukur penelitian terhadap isi sebenarnya yang diukur. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuisioner. Suatu kuisioner dikatakan valid apabila pertanyaan pada kuisioner mampu untuk mengungkapkan susuatu yang akan diukur oleh kuisioner tersebut. Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrument tersebut menjalankan fungsi ukurrya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran
26
tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran.Menurut Sugiyono (2014) untuk menghitung validitas digunakan rumus sebagai berikut :
(2.1)
Dimana : X
= Skor yang diperoleh subyek dari seluruh item
Y
= Skor total yang diperoleh dari seluruh item
ΣX
= Jumlah skor dalam distribusi X
ΣY
= Jumlah skor dalam distribusi Y
ΣX2
= Jumlah kuadrat dalam skor distribusi X
ΣY2 = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y N
= Banyaknya responden
Dasar pengambilan keputusan dalam uji validitas adalah : 1. Jika nilai r hitung > r tabel, maka item pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner berkorelasi signifikan terhadap skor total (artinya item kuesioner dinyatakan valid). 2. Jika nilai r hitung < r tabel, maka item pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total (artinya item kuesioner dinyatakan tidak valid). 2.8
Uji Reliabilitas Instrumen Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuisioner yang merupakan
indikator dari peubah atau konstruk. Suatu kuisioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengujian statistik dalam program SPSS dengan menggunakan teknik statistik Croambach’s alpha instrumen dikatakan reliabel untuk mengukur variabel bila nilai alpha lebih besar dari 0,7 maka item-item angket yang digunakan dinyatakan reliabel atau konsisten, sebaliknya jika nilai Croambach’s alpha lebih kecil dari 0,7 maka item-item angket yang digunakan dinyatakan tidak reliabel atau konsisten (Nunnally, 1978) :
27
α=(
)
(2.2)
Dimana : α= nilai realibilitas k
= jumlah item
= jumlah varians sampel seluruh item = jumlah varians skor total
Untuk mendapatkan nilai varians skor total, digunakan rumus : =
(2.3)
Dimana : = jumlah seluruh skor item dikuadratkan = total jumlah seluruh skor item sampel N = jumlah responden Untuk mendapatkan nilai s2idigunakan rumus : s2i=
(
)-
(2.4)
Dimana : = skor item soal ke 1 dari jawaban responden 1 sampai n = jumlah skor item ke-1 seluruh sampel dikuadratkan N = jumlah responden Sehingga didapatkan nila
2.9
= s21 + …+s2n
Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi linear berganda adalah suatu metode untuk melihat
sejauh mana pengaruh variabel independen pengetahuan, keterampilan,dan sikap terhadap variabel dependen (kinerja karyawan pada perusahaan jasa konstruksi). Persamaan regresi dalam metode analisis linear berganda pada Sugiyono (2014), yaitu :
28
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
(2.5)
Dimana : Y = Kinerja a
= Nilai konstanta
X1 = Knowledge (pengetahuan) X2 = Skill (keterampilan) X3 = Attitude (sikap) b1 = Koefisien regresi variabel (X1) b2 = Koefisien regresi variabel (X2) b3 = Koefisien regresi variabel (X3) E
= Error
Untuk mencari koefisien regresi a, b1, b2 dan b3 digunakan persamaan simultan sebagai berikut. =
+
=
+
=
+
+ + +
(2.6)
Data yang diperoleh nantinya akan dibantu diolah menggunakan bantuan program pengolahan data komputer yaitu Statistical Package for Service Solution (SPSS) 19.00 untuk menghasilkan nilai koefisien determinasi yang lebih akurat.
2.10
Analisis Korelasi Berganda Analisis ini digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya hubungan
antara knowledge, skill, attitude terhadap kinerja karyawan. Rumus yang digunakan yaitu (Djarwanto, 2007): √
(2.7)
Dimana : = Koefisien korelasi berganda X1, X2 dan X3 terhadap Y. b1
= Koefisien predictor (X1)
b2
= Koefisien predictor (X2)
29
b3
= Koefisien predictor (X3) = Skor deviasi antar
dengan Y
= Skor deviasi antara
dengan Y
= Skor deviasi antara
dengan Y
= Jumlah kuadrat kriterium Y ,
,
, dan
dihitung dengan menggunakan rumus :
=
-
…………….………………………….(2.8)
=
-
…………………………………………(2.9)
=
-
……………….…………………………..(2.10)
=
-
……………………………………………..(2.11)
Kriteria untuk menentukan interprestasi koefisien korelasi adalah : 0,000 – 0,199 = Korelasi yang sangat rendah. 0,200 – 0,399 = Korelasi yang rendah. 0,400 – 0,599 = Korelasi yang sedang. 0,600 – 0,799 = Korelasi yang tinggi. 0,800 – 1,000 = Korelasi yang sangat tinggi.
2.11
Analisis Determinasi Analisis ini dipergunakan untuk mengetahui hubungan antara knowledge,
skill, dan attitude terhadap kinerja karyawan yang dinyatakan dalam prosentase. Rumus (Djarwanto, 2007). D =
x 100%
(2.12)
Dimana: D = Koefisien determinasi R = Koefisien korelasi berganda
2.12
Uji F-test Uji ini digunakan untuk menguji signifikansi nilai koefisien korelasi
berganda sehingga apakah secara simultan (bersama-sama) antara pengetahuan,
30
keterampilan, dan sikap mempunyai pengaruh positif dan signifikan atau tidak terhadap kinerja karyawan pada perusahaan jasa konstruksi. Rumus yang digunakan yaitu (Djarwanto, 2007): F=
(2.13)
Dimana: F = F-hitung R = Koefisien berganda n = Jumlah data (responden) k = Jumlah variabel Langkah-langkah uji statistiknya adalah : 1. Membuat formulasi hipotesis Ho : R = 0, berarti tidak ada hubungan kepemimpinan secara simultan terhadap kinerja karyawan. Hi : R > 0, berarti ada hubungan positif kepemimpinan secara simultan terhadap kinerja karyawan. 2. Ketentuan pengujian Menggunakan derajat kepercayaan 95% atau tingkat kesalahan 5% (α=0,05), derajat bebas pembilang: k dan derajat penyebut : n-k-l maka diperoleh nilai F tabel 0,05 (k ; n-k-l ) 3. Kriteria pengujian a) Jika F-hitung > F-tabel, maka Ho ditolak berarti signifikan. b) Jika F-hitung
2.13
Uji t-test Uji ini untuk menguji signifikansi masing-masing koefisien regresi linier
berganda, sehingga secara individual pengaruh antara pengetahuan, keterampilan, dan siakap terhadap kinerja karyawan pada perusahaan jasa konstruksi adalah signifikan atau diperoleh kebetulan. Rumus (Djarwanto, 2007): t=
(2.14)
Dimana :
31
t
= t-hitung
= Koefisien regresi ke-1 = Standard error koefisien regresi (X1, X2, X3) Langkah-langkah uji statistiknya adalah 1. Membuat formulasi hipotesis Ho ;
berarti tidak ada pengaruh antara kompensasi dan kepemimpinan
secara individual terhadap kinerja karyawan. Hi :
berarti ada pengaruh antara kompensasi dan kepemimpinan secara
individual terhadap kinerja karyawan. 2. Ketentuan pengujian. Menggunakan derajat kepercayaan 95% atau tingkat kesalahan 5% (α = 0,05) dan drajat kebebasan : n-k-l, test dua sisi pada sisi kiri dan sisi kanan maka diperoleh nilai t-tabel (0.05; n-k-l). 3. Kriteria pengujian a) Jika t-hitung > t-tabel dan –t-hitung < -t-tabel, maka Ho ditolak berarti signifikan. Jika –t-tabel ≤ t-hitung ≤ t-tabel, maka Ho diterima berarti tidak signifikan
32