10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Ibu Rumah Tangga a. Pengertian Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ibu rumah tangga dapat diartikan sebagai seorang wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan rumah tangga, atau dengan pengetian lain ibu rumah tangga merupakan seorang istri (ibu) yang hanya mengurusi berbagai pekerjaan dalam rumah tangga (tidak bekerja di kantor). b. Faktor- faktor yang menyebabkan kejadian HIV/AIDS pada ibu rumah tangga meningkat 1. Adanya kerentanan sosial budaya dan ekonomi seperti mentoleransi hubungan seksual diluar nikah, multi partner dan ketergantungan financial perempuan kepada laki-laki (WHO, 2004). 2. Perempuan merasa aneh bila harus berdiskusi seksualitas termasuk tentang kondom karena selalu mempercayai suami (IWGW 2004 dan UNAIDS, 2009). 3. Tertular perilaku berisiko suami dalam hubungan perkawinan seperti seks komersial dan narkoba suntik (Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, 2010)
10
11
4. Mobilitas penduduk, pembangunan fisik yang dilakukan di daerah perkotaan dan lapangan kerja yang sempit di daerah pedesaan menyebabkan arus urbanisasi kekota-kota besar di Indonesia meningkat, yang membuat banyak penduduk desa yang melakukan urbanisasi untuk bekarja di kota dengan pengetahuan yang sangat minim tentang HIV/AIDS (Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, 2010).
2. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga) (Notoatmodjo, 2005, p.50). Menurut Notoatmojo (2003) yang dikutip oleh (Wawan & Dwi, 2010, p.12), pengetahuan itu sendiri dipengruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubunganya dengan pendidikan, di mana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya, namun bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah akan mutlak berpengetahuan rendah pula, sebab pengetahuan tidak mutlak diperoleh melalui pendidikan diperoleh melalui pendidikan non formal.
formal saja melainkan dapat
12
Menurut (Notoatmodjo, 2003) yang di kutip oleh (Wawan & Dewi, 2010, pp.12-13), Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu: 1) Tahu (Know) Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Yang termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah di terima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi serta menyatakan. 1) Memahami (Comprehention) Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan di mana dapat menginterprestasikan secara benar. 2) Aplikasi (Application)
13
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prisip dalam konteks atau situasi yang lain. 3) Analisis (Analysis) Adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. 4) Sintesis (Syntesis) Yaitu menunjukan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu keseluruhan yang baru atau dengan kata lain merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada. 5) Evaluasi (Evaluation) Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. b. Cara Memperoleh Pengetahuan menurut
(Notoatmodjo,
2003,
pengetahuan adalah sebagai berikut: 1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
p.11)
cara
memperoleh
14
a) Cara coba salah (Trial and Eror) Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka di coba kemungkinan lain sampai masalah tersebut terpecahkan. b) Cara kekuasaan atau otoritas Sumber pengetahuan ini dapat berupa pimpinan-pimpinan masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintah dan berbagai prinsip yang lain yang dikemukan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa penguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalarannya sendiri. c) Berdasarkan pengalaman pribadi Dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu. d) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan Cara ini disebut metode penelitian ilmiah (metodelogi penelitian). Cara ini mula-mula dikemukakan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Deven. Akhirnya lahir
15
suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah. c. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pengetahuan
menurut
Nursalam (2003) yang di kutip oleh (Wawan & Dewi, 2010, pp.16-17) meliputi: 1) Faktor Internal a) Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. Pendidikan seseorang dapat diperoleh secara formal, informal dan non formal. Pendidikan disebut juga dengan pendidikan prasekolah dan berupa rangkaian jenjang yang telah baku. Misalnya SD, SMP, SMA dan PT (Perguruan Tinggi). Pendidikan non formal lebih difokuskan pada pemberian keahlian dan skil yang berguna untuk terjun ke masyarakat. Sedangkan pendidikan
informal
merupakan
pendidikan
yang
berada
16
disamping pendidikan formal dan nonformal. Menurut UU RI No.2 Tahun 1989 ada tiga jenjang dari pendidikan yaitu pendidikan dasar jika pendidikan ibu (SD dan SMP), menengah jika (SMA) dan tinggi jika pendidikan ibu PT (Perguruan Tinggi) ( Umar & S.L La Sulo, 2005).
b) Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. c) Umur Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. 2) Faktor Eksternal a) Faktor lingkungan Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia
dan
pengaruhnya
yang
dapat
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
mempengaruhi
17
b) Sosial budaya Sistem
sosial budaya
yang
ada
pada
masyarakat
dapat
mempengaruhi sikap dalam menerima informasi. d. Kriteria Tingkat Pengetahuan Menurut Arikunto (2006) yang di kutip oleh (Wawan & Dewi, 2010, p.15) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:
1) Baik
: Hasil presentase 76-100%
2) Cukup : Hasil presentase 56-75% 3) Kurang : Hasil presentase < 56.
3. Sikap a. Pengertian Sikap (attitude) merupakan konsep paling penting dalam psikologi sosial yang membahas unsur sikap baik sebagai individu maupun kelompok. Menurut Eagly and Chaiken (1993) yang di kutip oleh (Wawan & Dewi, 2010, p.20) mengemukakan bahwa sikap dapat diposisikan sebagai hasil evaluasi terhadap obyek sikap yang di ekspresikan kedalam proses-proses kognitif, afektif (emosi) dan perilaku.
18
Menurut (Notoatmodjo, 1997, p.130) yang di kutip oleh (Wawan & Dewi, 2010, p.27) merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek. b. Fungsi Sikap Menurut Katz (Lilh.Secord and Backman, 1996) yang di kutip oleh (Wawan & Dewi, 2010, p.23) sikap mempunyai empat fungsi, yaitu: 1) Fungsi instrumental, penyesuaian atau manfaat. Di sini sikap merupakan sarana mencapai tujuan. Bila obyek sikap dapat membantu seseorang untuk mencapai tujuan maka orang akan bersikap positif terhadap obyek tersebut dan sebaliknya orang akan bersikap negatif bila obyek sikap menghambat pencapaian tujuannya. 2) Fungsi pertahanan ego Ini merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi untuk mempertahankan ego atau akunya. Sikap ini di ambil oleh seseorang pada waktu orang yang bersangkutan terancam keaadaan dirinya. Demi untuk mempertahankan egonya, orang yang bersangkutan mengambil sikap tertentu untuk mempertahankan egonya. 3) Fungsi ekspresi nilai Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu untuk mengekspresikan nilai yang ada dalam dirinya. Dengan mengekspresikan diri seseorang akan mendapatkan kepuasan. 4) Fungsi pengetahuan
19
Individu mempunyai dorongan untuk mengerti dengan pengalamanpengalamannya untuk memperoleh pengetahuan. Elemen-elemen dari pengalaman yang tidak konsisten akan di ubah menjadi konsisten. Ini berarti bila seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu obyek, menunjukan tentang pengetahuan orang tersebut terhadap obyek sikap yang bersangkutan.
c. Komponen Sikap Menurut Baron and Byrner juga Myers and Gerungan yang dikutip oleh (Wawan & Dewi, 2010, p.32) menyatakan bahwa ada 3 komponen yang membentuk sikap yaitu: 1) Komponen Kognitif (Komponen Perseptual) Yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap sikap. 2) Komponen Afektif (Komponen Emosional) Komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap obyek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukan arah sikap yaitu positif dan negatif. 3) Komponen Konaktif (Komponen Perilaku atau Action Component)
20
Yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukan intensitas sikap, yaitu menunjukan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku terhadap objek sikap. d. Tingkatan Sikap Tingkatan sikap menurut (Notoatmodjo, 1996, p.23) yang di kutip oleh (Wawan & Dewi, 2010, p.33) yaitu meliputi: 1. Menerima (Receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (Obyek). 2. Merespon (Responding) Memberikan
jawaban
apabila
ditanya,
mengerjakan
dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas tugas itu benar atau salah berarti orang itu menerima ide tersebut. 3. Menghargai (Valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misal: seseorang mengajak ibu yang lain, (tetangga, saudaranya) untuk menimbang anaknya ke posyandu.
21
4. Bertanggung jawab (Responsibel) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko. Misalnya: seseorang mau menjadi akseptor KB meskipun mendapatkan tantangan dari orang tuanya. e.
Sifat Sikap Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif (Heri Purwanto, 1998, p.63) yang di kutip oleh (Wawan & Dewi, 2010, p.34) yaitu: 1. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu. 2. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, tidak menyukai obyek tertentu.
f. Ciri-ciri Sikap Ciri-ciri sikap menurut (Heri purwanto, 1998, p.63) yang di kutip oleh (Wawan & Dewi, 2010, pp.34-35) yaitu: 1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan di bentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan obyeknya. Sifat ini membedakanya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat. 2. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila ada keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.
22
3. Sikap tidak berdiri sendiri tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu di bentuk, dipelajari, atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas. 4. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. 5. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki. g. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap obyek sikap antara lain (Wawan & Dewi, 2010, pp.35-36) 1. Pengalaman pribadi Untuk menjadi dasar dalam pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat oleh karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. 2. Pengaruh orang lain yang di anggap penting Pada umumnya individu cenderung unuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. 3. Pengaruh kebudayaan
23
Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhanya. 4. Media massa Dalam pemberitaan surat kabar, radio maupun media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya. 5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama Konsep moral dari lembaga pendidikan dan agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah, mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap. 6. Faktor emosional Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego (Azwar, 2005). h. Cara Pengukuran Sikap Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak lansung.
Secara
langsung
dapat
ditanyakan
bagaimana
pendapat/pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis
24
kemudian
ditanyakan
pendapat
responden
melalui
kuesioner
(Notoatmodjo, 2003). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran sikap menurut (Hadi, 1971) yang di kutip oleh (Wawan & Dewi, 2010, p.37) yaitu: 1. Keadaan obyek yang diukur 2. Situasi pengukuran 3. Alat ukur yang digunakan 4. Penyelenggaraan pengukuran 5. Pembacaan atau penilaian hasil pengukuran. i. Pengukuran Sikap Teknik pengukuran sikap menurut (Hidayat, 2009, p.90) yaitu dapat menggunakan Skala Likert (Method of Summated Ranting) yaitu: masing-masing
responden
di
minta
melakukan
agreement
atau
disagrement untuk masing-masing aitem dalam skala yang terdiri dari 3 point (setuju, ragu-ragu, tidak setuju) semua aitem yang favourabel kemudian di ubah nilainya dalam angka yaitu setuju nilainya 3, ragu-ragu 2, tidak setuju 1 dan sebaliknya untuk aitem yang unfavorabel yang setuju nilainya 1, ragu-ragu 2 dan tidak setuju nilainya 3 (Hidayat, 2009, p.90). j. Faktor-Faktor Perubahan Sikap
25
Perubahan sikap dipengaruhi oleh tiga faktor (Wawan & Dewi, 2010, pp.42-43) yaitu: 1) Sumber dari pesan Sumber pesan dapat berasal dari seseorang, kelompok atau institusi. Dua ciri penting dari sumber pesan a) Kredibilitas Semakin percaya dengan orang yang mengirimkan pesan, maka seseorang akan semakin menyukai untuk dipengaruhi oleh pemberi pesan. Aspek penting yang harus dimiliki oleh pengirim pesan dalam kredibilitas adalah memiliki keahlian dan kepercayaan. b)
Daya Tarik Kredibilitas masih perlu ditambah dengan daya tarik agar lebih persuasif.
2) Pesan (Isi Pesan) Umumnya
berisi
kata-kata
dan
simbol-simbol
lain
yang
menyampaikan informasi. Tiga hal yang berkaitan dengan isi pesan: a) Usulan Suatu pernyataan yang diterima seseorang secara tidak kritis dan pesan di rancang dengan harapan orang akan percaya, membentuk sikap dan terhasut dengan apa yang dikatakan tanpa melihat faktanya. Misal: iklan di TV.
26
b) Menakuti Cara lain untuk membujuk seseorang adalah dengan cara menakutnakuti. c) Pesan satu sisi dan dua sisi Pesan satu sisi paling efektif jika seseorang dalam keadaan netral atau sudah menyukai suatu situasi pesan. 3) Penerima Pesan a) Influencibility Sifat kepribadian seseorang tidak berhubungan dengan mudahnya seseorang untuk di bujuk
b) Arah perhatian dan penafsiran Pesan akan berpengaruh pada penerima, tergantung dari persepsi dan penafsiranya.
4. HIV/AIDS a. Pengetian HIV (Human immuno Virus) merupakan famili retrovirus, yang menyerang sistem kekebalan tubuh terutama limfosit (sel darah putih), sedangkan penyakit AIDS (Aquired immunodefisiency Syndrome) adalah penyakit yang merupakan kumpulan gejala akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi virus HIV
27
(Nugroho & Arif Setiawan, 2010, p.94). Seperti retrovirus yang lain, HIV menginfeksi tubuh dengan periode inkubasi yang panjang (klinik-laten), dan utamanya memunculkan tanda dan gejala AIDS. HIV menyebabkan beberapa kerusakan sistem imun dan menghancurkannya. Hal tersebut terjadi dengan menggunakan DNA dari CD4+ dan limfosit untuk mereplikasi diri. Dalam proses ini, virus tersebut menghancurkan CD4+ dan limfosit (Nursalam & Kurniawati, 2007, p.40). b. Penyebab Ada 2 tipe HIV yang dapat menyebabkan AIDS: HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 bermutasi lebih cepat karena mampu bereplikasi lebih cepat. Berbagai macam subtipe dari HIV-1 telah ditemukan dalam area geografis yang spesifik dan kelompok spesifik resiko tinggi. Individu dapat terinfeksi oleh subtipe yang berbeda (Nursalam & Kurniawati, 2007, p. 44-49). Berikut adalah HIV-1 dan distribusi geografisnya menurut (Nursalam & Kuniawati, 2007, pp.44-49) 1) Sub tipe A (Klinik-laten): Afrika Tengah. Individu yang terinfeksi HIV tidak akan menunjukan tanda dan gejala infeksi HIV. Pada orang dewasa yang terinfeksi HIV fase ini berlangsung selama 8-10 tahun. HIV-ELISA dan Western Blot atau Imunofluorescence Assay (IFA) menunjukan hasil positif dengan jumlah limfosit CD4+ > 500 µI sel
28
2) Sub tipe B (Tanda dan Gejala Awal HIV): Amerika Selatan, Brazil. Individu yang terinfeksi HIV dapat nampak sehat selama beberapa tahun dan tanda gejala minor dari infeksi HIV mulai tampak. Individu mulai menunjukkan Candidiasis dan kanker serviks. 3) Sub tipe C (Tanda dan Gejala Lanjut HIV): Brazil, India. Individu yang terinfeksi HIV menunjukan infeksi dan keganasan yang mengancam kehidupan. Perkembangan pneumonia (Pneumocytis Carini), toxoplasmosis, cryptosporidiosis dan infeksi oportunistik lainnya yang biasa terjadi. c. Fase-Fase dan Gejala Infeksi HIV Menurut (Madyan, 2009, pp.44-45) fase-fase perkembangan infeksi HIV pada diri seseorang bisa diklasifikasikan menjadi empat yaitu diantaranya: 1) Stadium infeksi primer (HIV) Menurut (Nursalam & Kurniawati, 2007, p.47) infeksi di mulai dengan masuknya HIV dan diikuti terjadinya perubahan serologis ketika antibodi terhadap virus tersebut berubah dari negatif menjadi positif. pada stadium infeksi HIV primer biasanya belum ditemukan gejala apapun, tetapi pada 30-60% setelah 6 minggu terinfeksi, penderita dapat mengalami gejala-gejala ringan seperti: influenza, demam, lelah, sakit pada otot dan persendian, sakit pada saat menelan dan pembengkakan kelenjar getah bening.
29
2) Stadium tanpa gejala (Asimptomatic) Menurut (Nursalam & Kurniawati, 2007, p.47) dalam stadium asimptomatic ini di dalam organ tubuh terdapat HIV tetapi tubuh tidak menunjukan gejala-gejala. Keadaan ini berlangsung selama 5-10 tahun. Cairan tubuh pasien HIV/AIDS yang tampak sehat ini sudah dapat menularkan HIV kepada orang lain. Sedangkan menurut (Madyan, 2009, pp.44-45) dalam stadium ini merupakan lanjutan dari infeksi primer yang selama bertahun-tahun tidak terlihat gejala apapun, bahkan yang bersangkutan tidak mengetahui dan tidak merasa dirinya telah tertular HIV karena tetap merasa sehat. Pada stadium ini, hanya tes darah yang dapat memastikan bahwa yang bersangkutan telah tertular HIV. Ini yang disebut sebagai Silence period. 3) Stadium dengan gejala ringan/berat Menurut (Madyan, 2009, pp.44-45) setelah melewati masa beberapa tahun tanpa gejala, akan mulai timbul gejala ringan pada kulit, kuku, dan mulut. Beberapa infeksi jamur, sariawan berulang-ulang dan peradangan sudut mulut atau bercak-bercak kemerahan akan muncul di kulit. Gejala pada mulut berakibat pada penurunan nafsu makan dan diare ringan. Berat badan pasien akan turun sekitar 10% dari berat badan sebelumnya. Sering juga ada infeksi saluran nafas bagian atas yang berulang, tetapi penderita masih bisa beraktifitas seperti biasa.
30
4) Stadium AIDS Pada tahap ini disertai adanya bermacam-macam penyakit, antara lain penyakit konstitusional, saraf dan infeksi sekunder. Adapun gejala utama pada stadium AIDS adalah demam berkepanjangan lebih dari tiga bulan, diare kronis lebih dari satu bulan dan berat badan penderita menurun lebih dari 10% dalam tiga bulan. Sedangkan Gejala minor pada stadium ini adalah adanya pneumonia yang berat, toxoplasmosis otak, kriptosporidiosis, virus sito megalo (CMV), infeksi virus Herpes Zaster. d. Penularan Cara penularan HIV/AIDS menurut (Nursalam & Kurniawati, 2007, pp.51-53) dapat ditularkan melalui 6 cara: 1) Melalui hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS Hubungan seksual secara vaginal, anal dan oral dengan penderita HIV tanpa perlindungan bisa menularkan HIV. Selama berhubungan bisa terjadi lesi mikro pada dinding vagina, dubur, dan mulut yang bisa menjadi jalan HIV untuk masuk ke aliran darah pasangan seksual di kutip dari (syaiful, 2000). 2) Ibu pada bayinya Penularan HIV dari ibu bisa terjadi pada saat kehamilan (in utero), selama proses persalinan melalui transfusi fetomaternal atau kontak antara kulit atau membran mukosa bayi dengan darah atau sekresi
31
maternal saat melahirkan, semakin lama proses persalinan semakin besar resiko tertular HIV. Transmisi lain terjadi selama periode post partum melalui ASI dari ibu yang positif sekitar 10 % di kutip dari (Lily V, 2004). 3) Transfusi darah, produk darah dan organ donor Sangat cepat menularkan HIV karena virus langsung masuk kepembuluh darah dan menyebar keseluruh tubuh, resiko penularan melalui jalur transfusi darah tidak dapat dihilangkan sepenuhnya oleh karena teknologi saat ini belum mampu mendeteksi RNA HIV dalam kurun waktu 1-2 minggu setelah terinfeksi karena rendahnya jumlah virus dalam darah, selain itu HIV juga dapat menular melalui transplantasi organ. 4) Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril Alat pemeriksaan kandungan seperti speculum, tenakulum dan alatalat lain yang menyentuh darah, cairan vagina atau air mani yang terinfeksi HIV, dan langsung digunakan untuk orang lain yang tidak terinfeksi bisa menularkan HIV di kutip dari (PELKESI, 1995). 5) Alat-alat untuk menoreh kulit Alat tajam dan runcing seperti jarum, pisau silet yang tidak disterilkan dulu dapat menularkan HIV.
32
6) Menggunakan jarum suntik secara bergantian Jarum suntik yang digunakan di fasilitas kesehatan, maupun yang digunakan oleh para pengguna narkoba (Injecting Drug User-IDU) sangat berpotensi menularkan HIV. Menurut (Nursalam & Kurniawati, 2007, p.52) HIV tidak menular melalui peralatan makan, pakaian, handuk, sapu tangan, toilet yang dipakai secara bersama-sama, berpelukan, ciuman pipi, berjabat tangan dan hidup serumah dengan penderita HIV. e. Pencegahan Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk pencegahan HIV yaitu meliputi: 1) Menurut (Nursalam, 2007, p.165) pada wanita dilakukan secara primer yaitu dengan cara mengubah perilaku seksual dengan menerapkan prisip ABC yang meliputi: a) Abstinence (tidak melakukan hubungan seksual) b) Befaithful (setia kepada pasangan) c) Condom
(penggunakan
kondom
jika
terpaksa
melakukan
hubungan dengan pasangan). d) Drug (narkoba suntik) wanita juga disarankan untuk tidak menggunakan
narkoba
terutama narkoba
pemakaian jarum yang bergantian.
suntikan
dengan
33
2) Menurut Dekes RI (2003) yang di kutip oleh (Nursalam, 2000, p.165) WHO mencanangkan empat strategi untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi dan anak yaitu dengan cara: a) Mencegah jangan sampai wanita terinfeksi HIV/AIDS, apabila sudah terinfeksi di cegah supaya tidak hamil namun apabila ibu sudah hamil maka sebaiknya diberikan dukungan dan perawatan bagi ODHA (Orang Dengan HIV AIDS) dan keluarganya b) Penggunaan anti retrovial selama kehamilan, persalinan dan selama menyusui c) Persalinan sebaiknya di pilih dengan metode sectio caesaria karena terbukti mengurangi resiko penularan HIV dari ibu ke bayi sampai 80 % d) Wanita dengan HIV/AIDS yang hamil harus diberikan penyuluhan tentang kehamilanya, baik berupa penghentian atau kelanjutan kehamilanya karena adanya resiko transmisi vertikal dari ibu ke bayi sebesar 25-45% di kutip oleh (Nursalam & Kurniawati, 2007, pp.165-166). 3) Pencegahan HIV/AIDS Pencegahan HIV oleh petugas kesehatan menurut (Nursalam & Kurniawati, 2007, p.82) yaitu melalui Universal precaution: pengendalian infeksi sederhana yang digunakan oleh seluruh petugas kesehatan, untuk semua pasien, setiap saat pada semua tempat
34
pelayanan dalam rangka mengurangi resiko penyebaran infeksi yaitu diantaranya: a) Pengelolaan alat kesehatan habis pakai b) Cuci tangan guna mencegah infeksi silang c) Pemakaian alat pelindung diri missal: sarung tangan, masker, celemek d) Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan e) Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan f) Densifeksi dan sterilisasi untuk alat yang digunakan ulang g) Pengelolaan linen. f. Pengobatan Menurut (Nursalam & Kurniawati, 2007, pp.99-101) saat ini sudah banyak obat-obatan yang dapat diberikan untuk penderita HIV/AIDS yaitu ARV (Anti Retroviral Virus) yang dapat digunakan untuk menghentikan aktivitas virus dan memulihkan sistem imun yang mempunyai berbagai jenis yaitu diantaranya: 1. Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI) Obat ini di kenal dengan analog nukleosida yang menghambat proses perubahan RNA virus menjadi DNA (proses ini dilakukan oleh virus HIV agar bereplikasi) contoh: (AZT, ZCV, ddc, ddi ). 2. Nucleotide Reverse Transcriptase Inhibitor (NtRTI) Yang termasuk golongan ini adalah tenofofir (TDF).
35
3. Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI) Bekja dengan menghambat proses perubahan RNA menjadi DNA dengan cara mengikat reserve transcriptase sehingga tidak berfungsi contohnya: (NVP, DLP, BI-RG). 4. Protease inhibitor Contoh obat golongan ini: IDV (indinavir), (NFV) nelvinavir. 5. Fusion inhibitor yang termasuk golongan ini adalah Enfufirtide (T20). Sedangkan obat-obatan HIV diatas menurut (Nursalam & Kurniawati, 2007, pp.109-111) dapat menimbulkan efek samping pada orang yang mengkonsumsinya, karena pengobatan HIV merupakan tindakan yang kompleks antara menyeimbangkan keuntungan supresi HIV dan toksisitas obat, efek samping obat HIV jangka pendek meliputi: mual, muntah, diare, sakit kepala, lesu dan susah tidur. Akibatnya penderita menghentikan terapi akan pemakaian obat karena takut pada efek samping yang ditimbulkan. Hal ini sangat sangat merugikan pasien karena bisa menimbulkan resistensi obat dan memburuknya kondisi pasien. g. Penanggulangan Menurut (Nursalam & Kurniawati, 2007, p.56) penyebaran infeksi sudah bisa terjadi sebelum penderita menampakan gejala klinis, oleh karena itu diperlukan sistem diagnostik yang baik bagi penderita.
36
1.
Tes HIV (tes darah) merupakan salah satu cara yang dapat di pakai untuk mendiagnosis HIV, yang digunakan untuk memastikan apakah seseorang sudah positif terinfeksi HIV atau belum. ELISA adalah salah satu tes skrining untuk mengidentifikasi antibodi terhadap HIV, tes ELISA sangat sensitif tapi tidak selalu spesifik karena penyakit lain dapat menunjukan hasil yang positif antara lain adalah penyakit autoimun, infeksi virus atau keganasan hematologi. Tes lain yang dapat digunakan untuk mengkonfirmasi hasil tes ELISA adalah dengan
menggunakan
tes
Western
Bolt
(WB),
Indirect
immunofluoresence assay (IFA) Radio-immuno-precipitation assay (RIPA) (Nursalam & Kurniawati, 2007, p.56). 2. Bersedia mengikuti layanan VCT (Voluntary Counseling Testing) yaitu suatu pembinaan dua arah atau dialog yang berlangsung tak terputus antara konselor dan kliennya dengan tujuan untuk mencegah penularan HIV, memberikan dukungan moral, informasi serta dukungan kepada ODHA (Orang Dengan HIVAIDS), keluarga dan lingkunganya (Nursalam & Kurniawati, 2007, p.76).
37
B. Kerangka Teori Komponen yang membentuk sikap 1.Komponen kognitif (komponen perseptual) a.Pengetahuan b. Pandangan c. Keyakinan
2. Komponen Afektif (komponen emosional) a. Rasa senang (arah sikap positif)
Sikap
b. Rasa tidak senang(arah sikap negatif)
3. komponen Konaktif (komponen perilaku) Kecenderungan bertindak dan berperilaku
Keterangan: Gambar 2.1 Kerangka teori penelitian komponen yang membentuk sikap Sumber :
Baron and Byrne, Myers and Gerungan dalam (Wawan & Dewi, 2010, pp.32-33).
38
C. Kerangka konsep
Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang HIV/AIDS
Variabel Independent
Sikap Ibu Rumah Tangga Tentang HIV/AIDS
Variabel Dependent
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Rumah Tangga Tentang HIV/AIDS D. Hipotesis Menurut Notoatmodjo (2010, p.107) pada hakikatnya hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang sesuatu yang di duga atau hubungan yang diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat di uji secara empiris. Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan sikap ibu rumah tangga tentang HIV/AIDS di RW 5 Kelurahan Kebonagung Demak.