BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Aset
Aset sebagai sumber ekonomi sangat diharapkan oleh seluruh perusahaan
dapat memberikan manfaat jangka panjang untuk mencapai tujuan perusahaan di kemudian hari. Hal ini didukung dengan pernyataan dalam Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) (2009 : ETAP.6) yang menyebutkan bahwa Aset adalah sumber daya yang dikuasai entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh entitas. Aset dapat dikelompokkan menjadi aset lancar dan aset tidak lancar. Aset lancar atau current asset merupakan aset yang dapat digunakan dalam waktu dekat, biasanya berumur satu tahun, seperti kas, piutang, persediaan, beban dibayar di muka. Sedangkan aset tidak lancar atau non current asset dikenal dengan sebutan aset tetap. Aset tetap merupakan aset yang memiliki umur lebih dari satu tahun dan tidak mudah untuk diubah menjadi kas, biasanya aset tetap tidak dimaksudkan untuk dijual melainkan untuk digunakan dalam aktivitas operasi perusahaan.
13
14
Mulyadi dalam buku Audit jilid 2 (2002 : 181) mengatakan bahwa salah satu
karakteristik antara aset tetap dengan aset lancar adalah bahwa akun aset perbedaan tetap mempunyai saldo yang relatif besar dalam neraca, transaksi perubahannya
relatif sedikit, namun umumnya menyangkut nilai rupiah yang sangat besar.
Aset tetap dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu aset tetap berwujud dan
aset tetap tidak berwujud. Seperti yang diungkapkan oleh Waluyo dalam bukunya
Akuntansi Pajak (2008 : 82) bahwa “Aset tidak lancar (Aset Tetap) digolongkan menjadi aset tetap berwujud (tangible assets) dan aset tetap tidak berwujud (intangible assets).” Aset tetap berwujud adalah aset tetap yang diperoleh dalam keadaan siap pakai atau dapat juga dengan cara membangun sendiri. Beberapa contoh aset tetap berwujud yang biasanya digunakan oleh perusahaan adalah seperti tanah, bangunan, mesin, kendaraan, komputer dan lain-lain. Sedangkan aset tetap tidak berwujud adalah aset yang tidak mempunyai wujud fisik dan mempunyai nilai yang cukup besar.
2.2
Aset Tetap Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, dalam rangka melaksanakan
aktivitas perusahaan, perusahaan senantiasa ditunjang oleh aset tetap berwujud. Aset tetap berwujud merupakan aset perusahaan yang nilainya besar, memiliki manfaat yang relatif lama dan menjadi alat utama perusahaan dalam menghasilkan pendapatan.
15
2.2.1 Definisi Aset Tetap Zaki Baridwan dalam buku Intermediate Accounting menyatakan bahwa :
“Aktiva berwujud adalah aktiva-aktiva yang berwujud yang sifatnya relatif permanen
yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal.” (2004 : 271).
Selain itu, IAI dalam Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) 15 (2009 : 68) menyatakan bahwa :
“Aset tetap adalah aset berwujud yang: (a) dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan (b) diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode.”
Menurut Mulyadi (2001 : 591) aset tetap adalah kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan dan bukan untuk dijual kembali. Berdasarkan pengertian tentang aset tetap di atas, dapat disimpulkan bahwa aset tetap adalah aset berwujud milik perusahaan yang memiliki masa manfaat jangka panjang (lebih dari satu periode) yang digunakan sebagai alat utama dalam melaksanakan kegiatan usaha normal perusahaan dan tidak untuk dijual kembali.
2.2.2 Kriteria dan Karakteristik Aset Tetap Aset tetap berwujud dapat diidentifikasikan berdasarkan karakteristik masingmasing aset tetap berwujud, yang dimaksud dengan identifikasi aset tetap berwujud adalah hal-hal yang berkaitan dengan:
16
a. Dimiliki atau dikuasai oleh perusahaan. b. Mempunyai bentuk fisik. c. Memberikan manfaat di masa yang akan datang.
d. Dipakai atau digunakan secara aktif di dalam kegiatan normal perusahaan,
atau dimiliki tidak sebagai suatu investasi atau untuk dijual kembali.
e. Mempunyai masa manfaat relatif permanen (lebih dari satu periode akuntansi
atau lebih dari satu tahun). Dalam Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (2009 : 76) diungkapkan bahwa : “suatu aset dapat diidentifikasikan jika: (a) dapat dipisahkan, yaitu kemampuannya untuk menjadi terpisah atau terbagi dari entitas dan dijual, dialihkan, dilisensikan, disewakan atau ditukarkan melalui suatu kontrak terkait aset atau kewajiban secara individual atau secara bersama; atau (b) muncul dari hak kontraktual atau hak hukum lainnya, terlepas apakah hak tersebut dapat dialihkan atau dapat dipisahkan dari entitas atau dari hak dan kewajiban lainnya.” Selain itu, aset tetap berwujud juga memiliki karakteristik khusus. Karakteristik aset tetap berwujud adalah sebagai berikut : a. Aset tersebut merupakan barang fisik yang dimiliki untuk memudahkan produksi barang lain atau memberikan jasa bagi perusahaan dalam pelaksanaan operasi yang normal. b. Aset tersebut semuanya memiliki umur yang terbatas dan pada akhir umur itu, aset harus ditinggalkan atau diganti. Umur aset ini merupakan suatu estimasi jumlah tahun yang ditentukan oleh keausan dan kerusakan yang disebabkan
17
oleh elemen-elemen penyusun aset tersebut, tergantung pada jumlah
penggunaan dan pemeliharaannya.
c. Semua aset ini manfaatnya diterima dari penggunaan atau penjualan jasa
bukan dari konversi aset menjadi sejumlah uang.
d. Secara umum, manfaat akan diperoleh lebih dari satu tahun atau siklus operasi
perusahaan.
2.3
Pengelompokan Aset Tetap Aset tetap berwujud yang dimiliki oleh perusahaan dapat mempunyai macam-
macam bentuk seperti tanah, bangunan, mesin, peralatan, kendaraan dan lain-lain. Menurut Zaki Baridwan (2004 : 272), dari macam-macam aset tetap berwujud tersebut untuk tujuan akuntansi dilakukan pengelompokan sebagai berikut : a. Aset tetap yang umurnya tidak terbatas seperti tanah untuk letak perusahaan, pertanian dan peternakan. b. Aset tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya bisa diganti dengan aset yang sejenis, misalnya bangunan, mesin, peralatan, kendaraan dan lain-lain. c. Aset tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya tidak dapat diganti dengan aktiva yang sejenis, misalnya sumber-sumber alam seperti tambang, hutan dan lain-lain.
18
Sedangkan menurut Syofyan Syafri Harahap (2002 : 23) menyatakan bahwa pada dasarnya aset tetap terdiri dari :
a. Tanah atau Lahan
Merupakan bidang tanah yang terhampar baik yang merupakan tempat
bangunan maupun yang masih kosong. Dalam akuntansi apabila ada lahan
atau tanah yang didirikan bangunan diatasnya harus dipisahkan pencatatanya.
b. Bangunan Gedung Gedung merupakan bangunan yang berdiri di atas bumi ini baik di atas lahan atau air, pencatatanya harus terpisah dari lahan yang menjadi lokasi gedung. c. Mesin Termasuk peralatan-peralatan yang menjadi bagian dari perusahaan yang bersangkutan. d. Kendaraan Suatu jenis kendaraan seperti alat pengangkutan, truk, traktor, forklift, mobil, kendaraan roda dua, dll. e. Perabot Dalam jenis ini termasuk perabot kantor, perabot laboratorium, perabot pabrik yang merupakan isi dari suatu bangunan. f. Inventaris atau Peralatan Peralatan yang dianggap merupakan alat-alat besar yang dipergunakan dalam perusahaan
seperti
inventaris
kantor,
laobratorium, inventaris gudang, dll.
inventaris
pabrik,
inventaris
19
g. Prasarana
Biasanya perusahaan mempunyai klasifikasi khusus dalam kelompok prasarana, seperti jalan, jembatan, tempat ibadah, dll.
2.4
Perolehan, Pengukuran dan Pengungkapan Aset Tetap
Dalam pemilikan aset, perusahaan harus menerapkan kriteria pengakuan aset
tetap
berwujud.
Berdasarkan Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik (2009 : 68), entitas harus menerapkan kriteria pengakuan dalam menentukan pengakuan aset tetap. Oleh karena itu, entitas harus mengakui biaya perolehan aset tetap sebagai aset tetap jika : a. Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang terkait dengan pos tersebut akan mengalir dari atau ke dalam entitas; dan b. Mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
2.4.1 Perolehan Aset Tetap Perusahaan dapat mengakui aset tetap berwujud pada awalnya sebesar biaya perolehan. Pengertian biaya perolehan atau harga perolehan Menurut Rimsky K. Judisseno dalam buku Pajak & Strategi Bisnis (2005 : 171) adalah “Berbagai biaya yang harus dikeluarkan sampai aset tersebut siap digunakan”. Dalam Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (2009 : 70) disebutkan bahwa biaya perolehan aset tetap adalah setara harga tunainya pada tanggal pengakuan. Jika pembayaran ditangguhkan lebih dari waktu kredit
20
normal, maka biaya perolehan adalah nilai tunai semua pembayaran masa akan datang. Adapun biaya perolehan aset tetap meliputi: (a) Harga beli, termasuk biaya hukum dan broker, bea impor dan pajak
pembelian yang tidak boleh dikreditkan, setelah dikurangi diskon pembelian
dan potongan lainnya.
(b) Biaya-biaya yang dapat diatribusikan langsung untuk membawa aset ke
lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan maksud manajemen. Biaya-biaya ini termasuk biaya penyiapan lahan untuk pabrik, biaya penanganan dan penyerahan awal, biaya instalasi dan perakitan dan biaya pengujian fungsionalitas. (c) Estimasi awal biaya pembongkaran aset, biaya pemindahan aset dan biaya restorasi lokasi. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh atau karena entitas menggunakan aset tersebut selama periode tertentu bukan untuk menghasilkan persediaan. Aset tetap yang dimiliki oleh suatu perusahaan dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain: perolehan dengan pembelian secara tunai, pembelian secara angsuran, membangun sendiri, tukar-menukar dan pemberian atau sumbangan. Beberapa cara tersebut bisa dilakukan oleh perusahaan selama aset tetap berwujud tersebut dapat diukur dengan andal nilai perolehan dan umur manfaatnya. Perusahaan harus dapat menentukan cara perolehan yang sesuai dengan objek aset tetap berwujud yang diperolehnya.
21
2.4.2 Cara Perolehan Aset Tetap Dalam proses akuntansi, perlakuan akuntansi terhadap aset tetap harus dilakukan mulai dari perolehan aset tetap tersebut. Beragamnya cara perolehan aset
tetap membuat pencatatannya pun berbeda. Berikut cara-cara perolehan tersebut
antara lain dengan :
1.
Perolehan Melalui Pembelian Tunai
Aset tetap yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat dalam buku sebesar jumlah semua pengeluaran uang yang berhubungan dengan pembelian tersebut. Jurnal yang dibuat: (D) Aset Tetap
Rp xxx
(K) Kas
Rp xxx
Untuk pembelian tanah yang di atasnya telah berdiri bangunan, perlu diperlakukan berbeda. Menurut Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (2009 : 68), Tanah dan bangunan adalah aset yang dapat dipisahkan dan harus dicatat secara terpisah, meskipun tanah dan bangunan tersebut diperoleh secara bersamaan. Berikut jurnal yang diperlukan : (D) Tanah
Rp xxx
(D) Bangunan
Rp xxx
(K) Kas
Rp xxx
22
2.
Perolehan dengan Pembelian Angsuran Apabila aset tetap diperoleh dari pembelian angsuran, maka dalam perkiraan
aset yang bersangkutan dicatat sebesar nilai tunainya. Sedangkan selisih antara nilai
tunai dengan harga pembelian kredit tersebut dianggap sebagai beban bunga. Jurnal
yang dibuat :
(D) Aset Tetap
Rp xxx
(D) Beban Bunga
Rp xxx
(K) Utang
3.
Rp xxx
Perolehan dengan Membangun Sendiri Yaitu pembelian aset yang diperlukan untuk kegiatan perusahaan dengan cara
membangun sendiri, contohnya adalah membeli material untuk membangun garasi atau gudang. Jurnal yang diperlukan untuk transaksi ini adalah : (D) Beban Bahan Baku
Rp xxx
(D) Beban Tenaga Kerja
Rp xxx
(D) Beban lain-lain
Rp xxx
(K) Kas/Utang
Rp xxx
23
4.
Perolehan dari Tukar Menukar Pembelian aset tetap dilakukan dengan cara tukar – menukar, dimana aset
lama digunakan untuk membayar harga aset baru, baik seluruhnya atau sebagian
dimana kekurangannya dibayar tunai. Pertukaran aset tetap dengan aset tetap yang
lain ini dibagi menjadi dua yaitu :
a. Pertukaran aset tetap yang tidak sejenis
Yaitu pertukaran aktiva yang sifat dan fungsinya tidak sama seperti pertukaran
tanah dengan mesin-mesin, tanah dengan gedung dan lainya. b. Pertukaran aset tetap yang sejenis Yaitu pertukaran aktiva tetap yang sifat dan fungsinya sama seperti pertukaran mesin produk merek A dengan merek B, pertukaran truk merek A dengan merek B. Menurut IAI dalam Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntablitas Publik (2009 : 70), menyatakan bahwa : “Jika aset tetap diperoleh melalui pertukaran dengan aset nonmoneter atau kombinasi aset moneter dan aset nonmoneter, maka biaya perolehan diukur pada nilai wajar, kecuali (a) transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial, atau (b) nilai wajar aset yang diterima atau aset yang diserahkan tidak dapat diukur secara andal. Dalam kasus tersebut, biaya perolehan diukur pada jumlah tercatat aset yang diserahkan.”
5.
Perolehan dari Pemberian Atau Sumbangan Aset tetap yang diperoleh dari hibah pemerintah tidak boleh diakui sampai
diperoleh keyakinan bahwa entitas akan memenuhi kondisi atau prasyarat hibah tersebut dan hibah tersebut akan diperoleh.
24
Jurnal yang dibuat : (D) Aset Tetap
Rp xxx
(K) Modal Sumbangan
Rp xxx
2.4.3 Pengukuran Aset Tetap
Setelah pengakuan awal, maka perusahaan harus melakukan pengukuran
setelah pengakuan awal pada aset tetap berwujud, karena aset tetap berwujud yang telah dimiliki oleh perusahaan memasuki masa pakai. Pengukuran dilakukan pada biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan. Perusahaan juga perlu mengakui biaya pemeliharaan dan reparasi sehari-hari dari aset tetap sebagai beban.
2.4.3.1 Penyusutan Aset Tetap Kieso, Weygandt, dan Warfield (2008 : 41) dalam bukunya Akuntansi Intermediate,
menerangkan
“Penyusutan
adalah
proses
akuntansi
dalam
mengalokasikan biaya aktiva berwujud ke beban dengan cara yang sistematis dan rasional selama periode yang diharapkan mendapat manfaat dari penggunaan aset tersebut”. Menurut Mardiasmo (2009) penyusutan atau depresiasi merupakan konsep alokasi harga perolehan harta berwujud. Sehingga dapat diartikan bahwa penyusutan adalah suatu metode untuk mengalokasikan nilai perolehan suatu aset tetap menjadi suatu biaya atau beban pada periode berjalan.
25
Dalam menetukan besarnya penyusutan aset tetap diperlukan perhitungan untuk menentukan besarnya biaya penyusutan aset, maka perhitungannya adalah
sebagai berikut :
Biaya Awal – Nilai Sisa = Dasar Penyusutan
Biaya awal (Biaya Historis) merupakan dasar yang biasa digunakan untuk menilai
aset tetap.
Nilai Sisa (Salvage Value) adalah estimasi jumlah yang akan diterima pada saat aset itu dijual atau ditarik dari penggunaannya. Nilai Sisa merupakan jumlah dimana aset harus diturunkan nilainya atau disusutkan selama masa manfaatnya. Menurut Zaki Baridwan (2004:309) terdapat faktor-faktor yang menentukan biaya penyusutan. Faktor-faktor tersebut adalah : a. Harga Perolehan Yaitu uang yang dikeluarkan atau utang yang timbul dan biaya-biaya lain yang terjadi dalam memperoleh suatu aktiva dan menempatkannya agar dapat digunakan. b. Nilai Sisa (Residu) Nilai sisa suatu aktiva yang didepresiasi adalah jumlah yang diterima bila aktiva itu dijual, ditukarkan, atau cara-cara lain ketika aktiva tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi, dikurangi dengan biaya-biaya yang terjadi pada saat menjual atau menukarnya.
26
c. Taksiran Umur Kegunaan (Umur Manfaat) Taksiran
umur
kegunaan
suatu
aktiva
dipengaruhi
oleh
cara-cara
pemeliharaan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dianut dalam reparasi.
Taksiran umur ini bisa dinyatakan dalam satuan periode waktu, satuan hasil
produksi atau satuan jam kerjanya. Dalam menaksir umur aktiva, harus
dipertimbangkan sebab-sebab keausan fisik dan fungsional. IAI dalam Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (2009 : 72), menyatakan bahwa perusahaan harus mempertimbangkan faktor-faktor dalam menentukan umur manfaat suatu aset. Faktor-faktor tersebut adalah : (a) Perkiraan daya pakai aset. Daya pakai dinilai dengan merujuk pada ekspektasi kapasitas atau keluaran fisik. (b) Perkiraan tingkat keausan fisik, yang tergantung kepada faktor pengoperasian seperti jumlah giliran penggunaan, program pemeliharaan dan perawatan, serta perawatan dan pemeliharaan aset pada saat aset tidak digunakan (menganggur). (c) Keusangan teknis dan komersial yang diakibatkan oleh perubahan atau peningkatan produksi, atau perubahan permintaan pasar atas produk atau jasa yang dihasilkan oleh aset tersebut. (d) Pembatasan hukum atau sejenisnya atas penggunaan aset, seperti berakhirnya waktu sehubungan dengan sewa.
27
Dalam mengestimasi umur manfaat suatu aset tetap berwujud biasanya
perusahaan akan menyatakannya dalam periode waktu, seperti bulan, tahun, atau jasa
operasi seperti jam kerja atau unit output.
2.4.3.2 Metode Perhitungan Penyusutan Aset Tetap
Metode penyusutan menurut H. Kusnadi (2002 : 167) yaitu “Metode
penyusutan adalah suatu metode yang digunakan untuk mengalokasikan biaya aktiva tetap kepada suatu beban penyusutan pada periode berjalan (bisa bulan atau tahun).” Suatu perusahaan harus memilih metode penyusutan yang mencerminkan ekspektasi dalam pola penggunaan manfaat ekonomi masa depan aset. Beberapa metode penyusutan yang mungkin dipilih berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (2009 : 73), antara lain metode garis lurus (straight line method), metode saldo menurun (diminishing balance method) dan metode jumlah unit produksi (sum of the unit of production method). 1.
Metode Garis Lurus Metode garis lurus merupakan metode yang paling banyak digunakan karena
sangat sederhana dalam penggunaannya. Dalam metode ini aset tetap dianggap sama penggunaannya sepanjang waktu, artinya beban penyusutan besarnya sama setiap periode. Kelemahan metode ini adalah kapasitas produksi aset tetap semakin lama semakin menurun serta biaya pemeliharaan dari suatu periode ke periode berikut akan semakin besar, seiring dengan semakin tuanya umur aset tetap tersebut.
28
Rumus perhitungan biaya nya :
Harga Perolehan – Nilai Sisa = Biaya Penyusutan Umur Manfaat
Untuk Harga Perolehan tahun pertama merupakan nilai awal dalam
memperoleh aset tetap berwujud yang belum disusutkan. Sedangkan untuk tahun tahun berikutnya harga perolehan merupakan nilai yang telah dikurangi dengan
penyusutan pada tahun sebelumnya. 2.
Metode Saldo Menurun Metode saldo menurun adalah perhitungan beban penyusutan dalam satu
periode dengan mengalikan suatu persentase tertentu yang tetap terhadap nilai buku aset tetap berwujud. Beban penyusutan dengan metode ini setiap tahun akan semakin kecil demikian seterusnya sampai akhir tahun. Metode ini digunakan jika aset tetap memiliki nilai sisa. Dalam metode ini nilai sisa tidak diperhitungkan dan umumnya diakui bahwa penyusutan tidak perlu dilanjutkan apabila nilai buku sudah sampai dengan nilai sisa. Rumus yang digunakan untuk menghitung depresiasi berdasarkan metode saldo menurun adalah : Tarif Penyusutan = 1 – n
Nilai Sisa Harga Perolehan
Keterangan: n = umur manfaat aset tetap
Biaya Penyusutan = Tarif Penyusutan – Nilai Buku
29
3.
Metode Jumlah Unit Produksi Beban depresiasi dihitung dengan didasarkan pada teori bahwa aktiva diperoleh
untuk jasa yang dihasilkan dalam bentuk jumlah produk yang dapat dihasilkan. Beban
penyusutan tiap periode dihitung dengan mengalikan tarif depresiasi dengan jumlah
produk yang dihasilkan dalam periode tersebut.
Rumus yang digunakan untuk menghitung depresiasi berdasarkan metode hasil
produksi adalah : Biaya Penyusutan/unit = Harga Perolehan – Nilai Sisa Unit Produksi
2.4.3.3 Pengeluaran Setelah Penggunaan Aset Tetap Pengeluaran beban setelah perolehan memiliki dua kelompok penting yang diklasifikasikan menurut jumlah pengeluaran yang dikeluarkan dan pengaruh dari pengeluaran yang dilakukan. Pengeluaran yang berjumlah besar dan pengaruhnya dapat dinikmati beberapa tahun dikelompokan ke dalam pengeluaran modal, sedangkan untuk pengeluaran yang bernilai kecil dan rutin serta pengaruhnya hanya dapat dirasakan pada periode terjadinya pengeluaran dikelompokan dalam pengeluaran pendapatan. Pengeluaran setelah pengakuan awal suatu aset tetap yang memperpanjang umur manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomi di masa yang akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kerja, harus ditambahkan pada jumlah tercatat aset tetap tersebut.
30
Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
(2009 : 70), Pengeluaran setelah pengakuan awal aset hanya diakui sebagai aset jika pengeluaran meningkatkan kondisi aset melebihi standar kinerja semula. Contoh
peningkatan yang menghasilkan peningkatan manfaat keekonomian masa yang akan
datang mencakup:
(a) Modifikasi suatu sarana pabrik untuk memperpanjang usia manfaatnya,
termasuk suatu peningkatan kapasitasnya.
(b) Peningkatan kemampuan mesin untuk mencapai peningkatan besar dalam kualitas keluaran. (c) Penerapan proses produksi baru yang memungkinkan suatu pengurangan besar biaya operasi. Menurut S. Munawir dalam buku Akuntansi Keuangan dan Manajemen (2002 : 147) menyatakan bahwa pengeluaran selama masa pemakaian aset tetap pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
a)
1.
Pengeluaran Modal (Capital Expenditures)
2.
Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditures)
Pengeluaran Modal (Capital Expenditures) Menurut S. Munawir dalam buku Akuntansi Keuangan dan Manajemen
(2002: 147) : “Pengeluaran modal adalah pengeluaran untuk penambahan dan perbaikan yang manfaatnya dapat dinikmati beberapa tahun dan jumlahnya relatif besar.”
31
Adapun contoh dari pengeluaran modal ini adalah: 1)
Perbaikan dan Penggantian Perbaikan (seringkali disebut improvement atau beeterments) dan
penggantian (replacement) merupakan substitusi dari suatu aset dengan aset
lainnya. perbedaan antara perbaikan dengan penggantian adalah jika
perbaikan diartikan sebagai penggantian aset yang sekarang sedang digunakan
dengan aset lain yang lebih baik (misalkan Microsoft 2003 diganti dengan Microsoft 2007), sedangkan penggantian diartikan sebagai substitusi dari aset yang sama (penggantian dinamo mesin). Bila perbaikan dapat memperpanjang umur masa pemakaiannnya, maka pengeluaran tersebut dicatat sebagai berikut: (D) Akumulasi Depresiasi - Aset Tetap
Rp.xxx
(K) Kas
Rp.xxx
Sedangkan apabila pengeluaran perbaikan tersebut tidak menambah masa pemakaian aset tetap, maka pengeluaran tersebut dicatat seperti halnya pengeluaran untuk penambahan yang dicatat sebagai berikut: (D) Aset Tetap (K) Kas
Rp.xxx Rp.xxx
32
2)
Penambahan
Penambahan (Additions) umumnya tidak menimbulkan masalah
akuntansi yang besar. Menurut definisinya setiap penambahan pada aset tetap
akan dikapitalisasi karena aset baru telah diciptakan. Suatu penambahan
biasanya mengakibatkan bertambah besarnya fasilitas fisik dan kapitalisasi
produksi. Penambahan ini dicatat sebagai berikut:
(D) Aset Tetap
Rp.xxx
(K) Kas
b)
Rp.xxx
Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditures) Menurut S. Munawir dalam buku Akuntansi Keuangan dan Manajemen (2002
: 147) dinyatakan : “Pengeluaran pendapatan adalah pengeluaran yang bersifat rutin dan jumlahnya relatif kecil dan manfaatnya hanya dinikmati pada periode terjadinya pengeluaran”. Adapun salah satu contoh pengeluaran ini: 1)
Pemeliharaan Pemeliharaan
adalah
pengeluaran
yang
dilakukan
untuk
mempertahankan aset tetap berada dalam kondisi siap operasi. Biaya ini dapat dibebankan ke akun beban selam periode terjadinya atas dasar bahwa periode tersebut merupakan periode yang paling banyak menerima manfaat.
33
Pengeluaran pemeliharaan rutin akan bermanfaat pada periode
terjadinya pengeluaran dan dicatat pada periode terjadinya pengeluaran tersebut. Adapun pencatatan akuntansinya dalah sebagai berikut :
(D) Biaya Pemeliharaan
(K) Kas
Rp.xxx Rp.xxx
2.4.3.4 Penurunan Nilai Aset Tetap Aset tetap tidak berwujud akan dianggap menurun nilainya apabila kejadian / perubahan situasi menunjukan bahwa jumlah tercatat / nilai buku aset tidak dapat dipulihkan. Dalam Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) terdapat indikasi bahwa aset kemungkinan diturunkan nilainya, yaitu : a. Sumber Informasi Eksternal 1.
Selama periode tertentu, nilai pasar aset menurun secara signifikan lebih dari yang diekspektasikan akibat berlalunya waktu dan penggunaan normal.
2.
Terjadi perubahan yang signifikan dengan pengaruh negatif dalam bidang lingkungan teknologi, pasar, ekonomi atau hukum dimana entitas beroperasi atau dalam pasar di mana aset tersebut diperuntukkan.
3.
Tingkat suku bunga pasar atau tingkat kembalian investasi pasar mengalami kenaikan selama periode berjalan, dan terhadap tingkat
34
diskonto untuk menghitung nilai aset dan menurunkan nilai wajar aset
dikurangi biaya untuk menjual.
4.
Jumlah tercatat dari aset bersih entitas lebih besar dibandingkan
kapitalisasi pasarnya.
b. Sumber Informasi Internal
1.
Tersedianya bukti keusangan atau kerusakan fisik dari aset
2.
Terjadi perubahan yang signifikan dengan pengaruh negatif pada periode
tertentu atau dalam waktu dekat atas cara dan bagaimana aset digunakan atau diharapkan akan digunakan. Perubahan ini termasuk aset yang tidak digunakan, rencana untuk melepaskan aset sebelum tanggal yang diharapkan sebelumnya, dan penilaian ulang umur aset menjadi terbatas dari tidak terbatas. 3.
Tersedianya bukti dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa kinerja ekonomis dari aset (atau akan) memburuk dari yang diharapkan. Dalam konteks kinerja ekonomis ini termasuk hasil operasi dan arus kas.
Pada setiap tanggal pelaporan, perusahaan harus menilai apakah terdapat indikasi bahwa kerugian penurunan nilai yang telah diakui pada periode sebelumnya untuk aset masih ada atau berkurang. Jika terdapat indikasi tersebut, maka perusahaan harus mengestimasi nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual aset tersebut. Jika estimasi nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual melebihi jumlah tercatat aset, maka perusahaan harus menaikkan jumlah tercatat aset tersebut ke nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual.
35
Tergantung dengan kenaikan jumlah tercatat aset yang dapat diatribusikan pada pemulihan, kerugian penurunan nilai aset tidak boleh melebihi jumlah tercatat yang telah ditentukan (nilai bersih dari penyusutan) tanpa kerugian penurunan nilai
yang diakui pada periode lalu. Kenaikan tersebut adalah pemulihan kerugian
penurunan nilai.
Perusahaan harus mengakui segera pemulihan kerugian penurunan nilai dalam
laporan laba rugi. Setelah pemulihan kerugian penurunan nilai diakui, penyusutan aset untuk periode mendatang harus disesuaikan untuk mengalokasikan jumlah tercatat aset yang telah direvisi, dikurangi nilai residu (jika ada), secara sistematis selama sisa umur manfaat aset.
2.4.4 Pelepasan Aset Tetap Suatu aset tetap berwujud tidak boleh lagi diakui dan harus dihilangkan dari neraca, saat aset tersebut dilepas atau ketika tak ada lagi manfaat masa depan yang diharapkan dari penggunaannya atau pelepasan yang dilakukan sesudahnya. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian atau pelepasan suatu aset tetap ditentukan dengan menghitung selisih antara jumlah penerimaan bersih dari pelepasan aset dan nilai tercatat aset tersebut, serta diakui sebagai keuntungan atau kerugian dalam laporan laba rugi. IAI dalam Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Bab 15 menyebutkan bahwa perusahaan harus menghentikan
36
pengakuan aset tetap dan mengakui keuntungan atau kerugian dalam laporan laba rugi jika aset tetap : (a) dilepaskan; atau
(b) ketika tidak ada lagi manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan dari
penggunaannya dan pelepasannya.
Apabila suatu aset tetap akan dihentikan, maka pertama-tama harus ditentukan
dahulu nilai buku aset tetap tersebut. Nilai buku adalah selisih antara harga perolehan aset tetap dengan akumulasi penyusutan pada tanggal yang bersangkutan. a. Penghapusan Aset Tetap Jika aset tetap tidak berguna lagi bagi perusahaan serta tidak memiliki nilai sisa atau nilai pasar, maka aset tersebut akan dihapuskan. Ayat jurnal untuk mencatatnya adalah : (D) Akumulasi Penyusutan Aset Tetap
Rp.xxx
(K) Aset Tetap
Rp.xxx
Jika suatu aset belum disusutkan sepenuhnya, maka penyusutan harus terlebih dahulu dicatat sebelum aset dihapuskan dari catatan akuntansi dan selebihnya terjadi kerugian sebesar nilai buku. Maka pencatatannya adalah : (D) Beban Penyusutan Aset Tetap (K) Akumulasi Penyusutan Aset Tetap
Rp.xxx Rp.xxx
37
Selanjutnya saat aset tetap dihapuskan, ayat jurnalnya adalah : (D) Akumulasi Penyusutan Aset Tetap
Rp.xxx
(D) Kerugian Penghapusan Aset Tetap
Rp.xxx
(K) Aset tetap
Rp.xxx
b. Pertukaran Aset Tetap
Aset tetap dapat diperoleh dengan mengorbankan atau melepaskan aset tetap yang dimiliki perusahaan. Pertukaran tersebut dapat dilakukan dengan aset sejenis maupun yang tidak sejenis. Laba atau rugi yang timbul dari perutukaran aset harus dicatat dalam laporan laba rugi pada saat transaksi tersebut terjadi. Berikut adalah jurnal yang dibutuhkan : (D) Aset Tetap Baru
Rp xxx
(D) Akumulasi Penyusutan
Rp xxx
(D) Rugi Akibat Pertukaran
Rp xxx
(K) Aset Tetap
Rp xxx
(Ayat Jurnal ketika terjadi kerugian dalam pertukaran aset tetap)
(D) Aset Tetap Baru
Rp xxx
(D) Akumulasi Penyusutan
Rp xxx
(D) Laba Akibat Pertukaran
Rp xxx
(K) Aset Tetap
Rp xxx
(Ayat Jurnal ketika terjadi laba pada saat pertukaran)
38
c. Penjualan Aset Tetap Apabila suatu aset tetap dijual, nilai bukunya dihitung sampai dengan tanggal penjualan. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan hasil penjualan yang
diterima. Selisih yang diperoleh merupakan keuntungan atau kerugian karena
penjualan aset tetap.
Adapun ayat-ayat jurnal pencatatan penjualan aset tetap adalah sebagai
berikut : (D) Beban Penyusutan Aset Tetap
Rp.xxx
(K) Akumulasi Penyusutan Aset Tetap
Rp.xxx
(Ayat jurnal untuk memperbaharui penyusutan)
(D) Kas
Rp.xxx
(K) Aset tetap
Rp.xxx
(Ayat jurnal untuk mencatat penjualan aset tetap bila dijual seharga nilai buku)
(D) Kas
Rp xxx
(D) Kerugian Penjualan Aset Tetap
Rp xxx
(K) Aset Tetap
Rp xxx
(Ayat jurnal untuk mencatat penjualan aset tetap bila dijual dibawah nilai buku)
39
(D) Akumulasi Penyusutan-Aset Tetap
Rp xxx
(K) Keuntungan Penjualan Aset Tetap
Rp xxx
(K) Aset Tetap
Rp xxx
(Ayat untuk mencatat penjualan aset tetap bila dijual diatas nilai buku)
2.4.5 Pengungkapan Aset Tetap
Pengungkapan dalam laporan keuangan harus jelas agar pengguna laporan keuangan mendapatkan informasi yang jelas dari laporan keuangan yang disajikan. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Bab 15 mengungkapkan bahwa : Entitas harus mengungkapkan untuk setiap kelompok aset tetap : (a) Dasar pengukuran yang digunakan untuk menentukan jumlah tercatat bruto. (b) Metode penyusutan yang digunakan. (c) Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan (d) Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (agregat dengan akumulasi kerugian penurunan nilai) pada awal dan akhir periode (e) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukan : (i) Penambahan, (ii) Pelepasan,
40
(iii) Kerugian penurunan nilai yang diakui atau dipulihkan dalam laporan
laba rugi, (iv) Penyusutan, (v) Perubahan lainnya.
Selain itu, entitas juga harus mengungkapkan :
a. Keberadaan dan jumlah pembatasan atas hak milik dan aset tetap yang
dijaminkan untuk uang. b. Jumlah komitmen kontrak untuk memperoleh aset tetap. Jika perusahaan menyajikan aset tetapnya pada jumlah revaluasian, maka dalam laporan keuagnannya harus diungkapkan : (a) Tanggal efektif revaluasi. (b) Apakah penilai independen dilibatkan. (c) Metode dan asumsi signifikan yang digunakan dalam mengestimasi nilai wajar aset. (d) Penjelasan mengenai nilai wajar aset yang ditentukan secara langsung berdasar harga yaang dapat diobservasi (observable prices) dalam suatu pasar aktif atau transaksi pasar terahkhir yang wajar atau diestimasi menggunakan teknik penilaian lainnya. (e) Untuk setiap kelompok aset tetap, jumlah tercatat aset seandainya aset tersebut dicatat dengan model biaya. (f) Surplus revaluasi, yang menunjukan perubahan selama periode dan pembatasan-pembatasan distribusi kepada pemegang saham.
41
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (2009 : 71) mengungkapkan bahwa penilaian kembali atau revaluasi aset tetap pada umumnya tidak diperkenankan karena SAK ETAP menganut penilaian aset berdasarkan biaya
perolehan atau harga pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin
dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah.