BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kewirausahaan
Kata kewirausahaan berasal dari kata wirausaha yang dalam bahasa sansekerta terdiri dari kata wira dan usaha, wira artinya manusia unggul, teladan,
bebudi luhur, berjiwa besar, berani, pahlawan/pendekar kemajuan, dan memiliki keagungan watak, sedangkan usaha adalah melakukan kegiatan usaha. Wirausaha
memiliki berbagai karakter positif yang tidak dimilki oleh para pengusaha biasa. Mereka adalah orang orang yang kreatif dan inovatif dalam mengembangkan peluang-peluang usaha menjadi kesempatan usaha yang menguntungkan dirinya dan masyarakat konsumennya. Mereka bukan sekedar orang yang memiliki keterampilan berbisnis, namun juga memiliki kepemimpinan pribadi yang tinggi, baik tercermin dari daya juang yang tinggi, kesabaran dalam menghadapi berbagai tantangan, dan toleransi terhadap ketidakmenentuan. Macam-macam wirausaha yaitu : 1.
Wirausaha handal adalah wirausaha yang memiliki semangat, sikap, prilaku dan kemampuan kewirausahaan yang cukup baik untuk mendirikan, memiliki dan mengelola perusahaan yang resikonya tidak begitu besar dan kegiatan usahanya belum begitu komplek.
2.
Wirausaha tangguh adalah wirausaha yang memiliki semangat, sikap, prilaku dan kemampuan kewirausahaan yang cukup baik untuk mendirikan, memiliki dan mengelola perusahaan yang resikonya cukup besar dan kegiatan usahanya cukup komplek.
3.
Wirausaha unggul adalah wirausaha yang memiliki semangat, sikap, prilaku dan kemampuan kewirausahaan yang cukup baik untuk mendirikan, memiliki dan mengelola perusahaan yang resikonya besar dan kegiatan usahanya komplek.
13
Richard Cantillon dalam Riyanti (2003) berpendapat bahwa wirausaha adalah seorang inkubator gagasan baru, yang selalu berusaha menggunakan
sumber daya secara optimal untuk mencapai tingkat komersial paling tinggi. Adam Smith dalam Riyanti (2003) melihat wirausaha sebagai orang yang
memiliki pandangan yang tidak lazim yang dapat mengenali tuntutan potensial atas barang dan jasa. Dalam pandangan Smith, wirausaha bereaksi terhadap perubahan ekonomi, lalu menjadi agen ekonomi yang mengubah permintaan
menjadi produksi. Sementara Menger dalam Riyanti (2003) berpendapat wirausaha adalah orang yang dapat melihat cara-cara ekstrem dan tersusun untuk
mengubah sesuatu yang tidak bernilai atau bernilai rendah menjadi sesuatu yang bernilai tinggi. Misalnya, dari kayu menjadi lemari atau furniture. Menurut Geoffrey G. Meredith dalam Suryana (2006) mengemukakan ciriciri dan watak kewirausahaan sebagai berikut: Tabel 2.1 Ciri-Ciri dan Watak Kewirausahaan No 1.
Ciri-ciri Percaya diri
Watak Keyakinan, ketidaktergantungan, individualitas, dan optimisme. Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi
2.
Berorientasi pada
laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja
tugas dan hasil
keras, mempunyai dorongan kuat, energik dan insiatif.
3.
Pengambilan resiko
Kemampuan untuk mengambil resiko yang
dan suka tantangan
wajar.
4.
Kepemimpinan
5.
Keorisinilan
6.
Berorientasi ke masa depan
Perilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi saran-saran dan kritik. Inovatif dan kreatif serta fleksibel Pandangan ke depan, perspektif. Sumber : Suryana (2006) 14
Terdapat berbagai macam penggolongan mengenai wirausaha. Winarto (2003),
menggolongan
dua
kategori
aktivitas
kewirausahaan.
Pertama,
berwirausaha karena melihat adanya peluang usaha (entrepreneur activity by opportunity). Kedua, kewirausahaan karena terpaksa tidak ada alternatif lain untuk
ke masa depan kecuali dengan melakukan kegiatan usaha tertentu. Sehingga wirausaha dapat dipandang dari :
1.
Tujuan wirausaha
2.
Proses berusaha. Dalam proses berusaha apakah keputusan untuk berusaha berjalan lambat atau cepat, dan pada waktu masuk dalam
bisnis apakah ia sebagai pendiri, atau mendapat usaha dari proses membeli atau melalui franchising. 3.
Konteks industri dan teknologi,
4.
Struktur kepemilikan, yaitu pemilik tunggal, kongsi, kelompok.
Namun perlu diingat
kewirausahaan
itu bukan untuk
sekedar
menghasilkan uang, tetapi menghasilkan sesuatu yang diperlukan masyarakat yaitu gagasan inovatif, semangat untuk memberikan kontribusi positif bagi masyarakat . Seorang wirausaha adalah seseorang yang memiliki visi bisnis atau harapan dan mengubahnya menjadi realita bisnis. Wirausaha adalah seorang pembuat keputusan yang membantu terbentuknya sistem ekonomi perusahaan yang bebas. Sebagian besar pendorong perubahan inovasi, dan kemajuan di perekonomian, sehingga
wiarausaha adalah orang-orang
yang
memiliki
kemampuan untuk mengambil resiko dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Wirausaha
bukan karena
memahami
yang
ada
dalam
semua
kompleksitasnya, tetapi dengan menciptakan situasi baru yang harus dicoba untuk dipahami oleh orang lain. Para wirausahwan berada di dunia yang terakhir
15
menjadi yang pertama, tempat penawaran menciptakan permintaan, tempat keyakinan mendahului pengetahuan .
Keberhasilan
seorang
wirausaha
untuk
mengembangkan bisnisnya
tergantung pada kecerdasan, imajinasi, dan kekuatan keinginan individu yang
bersangkutan.
diargumentasikan bahwa tidak ada keberuntungan mengubah visi menjadi realita
Sedikit
keberuntungan
diperlukan,
tetapi
dapat
lebih berupa kerja keras, di samping imajinasi dan kemampuan yang mampu merubah karir individu menjadi sukses Rachbini (2001).
Menurut
Zimmerer
dan
Scarborough
(2002),
jika
diperhatikan
entrepreneur yang ada di masyarakat sekarang ini, maka dijumpai berbagai macam profil, yakni sebagai berikut : 1. Women Entrepreneur Banyak wanita yang terjun ke dalam bidang bisnis. Alasan mereka menekuni bidang bisnis ini disorong oleh faktor-faktor antara lain ingin memperlihatkan kemampuan prestasinya, membantu ekonomi rumah tangga, frustasi terhadap pekerjaan sebelumnya dan sebagainya. 2. Minority Entrepreneur Kaum minoritas terutama di negara kita Indonesia kurang memiliki kesempatan kerja di lapangan pemernitahan sebagaimana layaknya warga negara pada umumnya. Oleh sebab itu, mereka berusaha menekuni kegiatan bisnis dalam kehidupan sehari-hari. Demikian pula para perantau dari daerah tertentu yang menjadi kelompok minoritas pada suatu daerah , mereka juga berniat mengembangkan bisnis. Kegiatan bisnis mereka ini makin lama makin maju, dan mereka membentuk organisasi minoritas di kota-kota tertentu. 3. Immigrant Entrepreneurs 16
Kaum pedagang yang memasuki suatu daerah biasanya sulit untuk
memperoleh pekerjaan formal. Oleh sebab itu, mereka lebih leluasa
terjun dalam pekerjaan yang bersikap non-formal yang dimulai dari
berdagang kecil-kecilan sampai berkembang menjadi perdagangan tingkat menengah.
4. Part Time Entrepreneurs
Memulai bisnis dalam mengisi waktu lowong atau part-time
merupakan pintu gerbang untuk berkembang menjadi usaha besar. Bekerja part-time tidak mengorbankan pekerjaan di bidang lain misalnya
seorang
pegawai
pada
sebuah
kantor
mencoba
mengembangkan hobinya untuk berdagang atau mengembangkan suatu hobi yang menarik. Hobi ini akhirnya mendatangkan keuntungan yang lumayan. Ada kalanya orang ini beralih profesi, dan berhenti menjadi pegawai dan beralih ke bisnis yang merupakan hobinya. 5. Home-Based Entrepreneurs Ada pula ibu-ibu rumah tangga yang memulai kegiatan bisnisnya dari rumah tangga misalnya ibu-ibu yang pandai membuat kue dan aneka masakan, mengirim kue-kue ke toko eceran di sekitar tempatnya. Akhirnya usaha makin lama makin maju. Usaha catering banyak dimulai dari rumah tangga yang bisa masak. Kemudian usaha ini berkembang melayani pesanan untuk pesta. 6. Family-Owned Business Sebuah keluarga dapat memulai membuka berbagai jenis cabang dan usaha. Mungkin saja usaha keluarga ini dimulai lebih dulu oleh bapak setelah usaha bapak ini maju dibuka cabang baru dan dikelola oleh ibu. Kedua perusahaan ini maju dan membuka beberapa cabang lain mungkin jenis usahanya berbeda atau lokasinya berbeda. 17
Masing-masing usahanya ini bisa dikembangkan atau dipimpin oleh
anak-anak mereka. Dalam keadaan sulitnya lapangan kerja pada saat
ini maka kegiatan semacam ini perlu dikembangkan. 7. Copreneurs
Copreneurs are entrepreneurial couples who work together as co-
ownners of their businesses. (Copreneurs adalah pasangan wirausaha
yang bekerja bersama-sama sebagai pemilik bersama dari usaha
mereka). Copreneurs ini berbeda dengan usaha keluarga yang disebut sebagai usaha Mom and Pop ( Pop as “boss” and Mom as
“subordinate” / Ayah sebagai pemimpin dan Ibu berada di bawah kekuasaan Ayah). Copreneurs dibuat dengan cara menciptakan pembagian pekerjaan yang didasarkan atas keahlian masing-masing orang. Orang-orang yang ahli di bidang ini diangkat menjadi penanggung jawab divisi-divisi tertentu dari bisnis-bisnis yang sudah ada. Kaum wirausaha sangat besar artinya bagi kemajuan perekonomian, para wirausaha mempunyai katalisator dan menunjang perkembangan arus investasi sehingga ikut memperkuat pembangunan ekonomi yang tengah berlangsung. 2.2
Pengetahuan Kewirausahaan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud pengetahuan
adalah segala sesuatu yang diketahui, segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran). Menurut Notoadmodjo (2003) pengetahuan ialah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
18
Dari beberapa pengertian pengetahuan di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui yang diperoleh dari
persentuhan panca indera terhadap objek tertentu. Pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil dari proses melihat, mendengar, merasakan, dan berfikir yang
menjadi dasar manusia dan bersikap dan bertindak. Sedangkan menurut Suryana (2006) pengetahuan kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya
untuk mencari peluang menuju sukses. Definisi tentang kewirausahaan tersebut akan dipergunakannya untuk melakukan upaya pengembangan prestasi organisasi
dengan cara mengambil substansi dari organisasi lain. Menurut teori taksonomi Bloom dalam Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu: 1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengatahuan yang paling rendah. 2. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar
tentang
objek
yang
diketahui
dan
dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3. Aplikasi (Aplication) Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
19
4. Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis
Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menyambungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru, dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk
menyusun suatu formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6. Evaluasi Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Menurut Alwi (2005) terdapat berbagai macam faktor yang dapat
mempengaruhi pengetahuan dalam hal ini kewirausahaan seseorang yaitu sebagai berikut : 1. Pendidikan Pendidikan adalah segala sesuatu yang dilakukan secara sadar dengan tujuan untuk mengubah tingkah laku manusia ke arah yang lebih baik. Notoatmodjo (2003), berpendapat bahwa pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, maupun masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.2 tahun 1989 pasal 2, jenjang pendidikan adalah suatu tahap dalam pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan para peserta didik serta keluasan dan kedalaman bahan pengajaran. Jenjang pendidikan sekolah terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Di Indonesia terdapat 3 bentuk pendidikan dalam sistem pendidikan yaitu: 20
a. Pendidikan formal
Pendidikan yang diadakan di sekolah/tempat tertentu secara
sistematis, mempunyai jenjang dan dalam kurun waktu tertentu,
serta berlangsung mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, berdasarkan aturan resmi yang telah
ditetapkan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 2
tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan
bahwa pendidikan formal dibedakan menjadi 3 tingkatan yaitu
pendidikan dasar diperuntukkan bagi warga negara yang berumur 7 tahun, pendidikan menengah dibedakan atas pendidikan menengah pertama dan menengah atas, sedangkan perguruan tinggi dengan lama belajar 3-5 tahun bagi penduduk yang berusia diatas 19 tahun. b. Pendidikan non formal Pendidikan yang diadakan dengan sengaja, tertib, dan berencana, diluar kegiatan persekolahan. Menurut Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 079/01975 tanggal 17 April, bidang pendidikan non formal meliputi: pendidikan masyarakat, keolahragaan, dan pembinaan generasi muda. c. Pendidikan informal Pendidikan yang diadakan oleh siapa saja, dimana saja dan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pendidikan ini terutama berlangsung
di
lingkungan
keluarga,
tetapi
dapat
juga
berlangsung di lingkungan sekitar setiap hari tanpa ada batas waktu. 2. Pengalaman Pengalaman adalah segala sesuatu yang pernah dialami oleh masyarakat dalam kehidupan, baik hal yang menyenangkan maupun menyedihkan. Pengalaman diperoleh baik secara sadar maupun tidak sadar yang dimulai sejak lahir sampai manusia tersebut meninggal. Pengalaman 21
yang diperoleh akan menambah pengetahuan seseorang yang nantinya
akan mempengaruhi tingkah laku.
Konseptualisasi holistik belakangan lebih melihat kewirausahaan sebagai
pola pikir tertentu yang menghasilkan inisiatif kewirausahaan misalnya dalam bentuk
kewirausahaan
sosial,
kewirausahaan
politik,
atau
pengetahuan
kewirausahaan muncul.
Jika dahulu kewirausahaan merupakan bakat bawaan sejak lahir dan bisa
diasah melalui pengalaman langsung di lapangan, maka sekarang ini paradigma
tersebut tidak sepenuhnya benar. Kewirausahaan telah menjadi suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan (ability) dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapinya. Sebagai suatu disiplin ilmu, maka ilmu kewirausahaan dapat dipelajari dan diajarkan, sehingga setiap individu memiliki peluang untuk tampil sebagai seorang wirausahawan. Bahkan untuk menjadi wirausahawan sukses, memiliki bakat saja tidak cukup, tetapi juga harus memiliki pengetahuan segala aspek usaha yang akan ditekuninya. Bila dilihat dari faktor demografi wirausaha, yaitu usia, pengalaman dan pendidikan. Hal tersebut faktor-faktor yang melekat pada diri wirausaha. Usia atau lamanya seseorang menjalankan usaha jelas ada kaitannya dengan keberhasilan usaha. Entreprenurial age memang mencerminkan adanya pengalaman usaha. Menurut Hisrich & Brush dalam Riyanti (2003), usaha yang berhasil saat ini biasanya bukan usaha yang pertama kali dilakukan. Pengalaman berusaha bisa diperoleh dari bimbingan sejak kecil yang diberikan oleh orang tua yang berprofesi wirausaha atau dari pengalaman kerja dari suatu organisasi entrepreneurial. Pendidikan sebagai faktor demografi lainnya, memberikan kontribusi yang signifikan terhadap keberhasilan usaha. Katz dalam Riyanti (2003), melalui penelitian yang dilakukannya tahun 2001 menemukan bahwa 86% wirausaha 22
berpendidikan akademi, dan 90% memiliki pengalaman dalam mengelola usaha. Menurut Staw dalam Moko (2005), pendidikan berperan penting karena memberi
bekal pengetahuan yang dibutuhkan, terlebih ketika wirausaha menemui masalah di tengah jalan.
Menurut Wasty (2001) proses pembelajaran mencerminkan adanya
kemauan untuk menanggapi perubahan. Karena sistemnya yang informal, usaha kecil lebih mudah melakukan proses saling belajar. Sebab, sistemnya masih
sederhana,
biasanya
terjadi
interaksi
langsung
antara
karyawan
dan
wirausahawan. Bukan hanya wirausahawan, karyawan pun dituntut keterampilan
tertentu untuk bisa membuat suatu produk baru. Bahkan karena pengalamannya dalam membuat produk, suatu ide kreatif bisa muncul dari karyawan, bukan dari wirausahawan. Dalam hal ini, justru wirausahawanlah yang harus belajar dari karyawan. Dengan demikian akan selalu terjadi proses pembelajaran. Asumsinya adalah bahwa usaha yang mau belajar terus menerus akan membari sumbangan positif pada terlaksananya manajemen yang inovatif. Dari berbagai pemaparan di atas bisa ditarik kesimpulan pengertian pengetahuan kewirausahaan adalah bentuk kemampuan dari segala sesuatu yang perlu diketahui mengenai kewirausahaan yang diperoleh dari semua sumbersumber informasi baik itu sekolah formal, non formal ataupun informal serta pengalaman. 2.3
Motif Berprestasi Menurut Sardiman (2006) motif diartikan sebagai daya upaya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, jadi motif merupakan daya penggerak dari dalam untuk melakukan kegaiatan untuk mencapai tujuan. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia pengertian prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Sedangkan menurut Sardiman (2006) prestasi adalah kemampuan nyata yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar individu dalam belajar. Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik 23
kesimpulan bahwa prestasi adalah suatu hasil yang telah dicapai sebagai bukti usaha yang telah dilakukan.
Dari pemaparan di atas bisa diambil kesimpulan motif berprestasi adalah
keinginan yang mendorong sesorang untuk berusaha semaksimal mungkin agar
hasil yang diinginkan dan dicita-citakan bisa tercapai. Para cendekiawan wirausaha berpendapat aspek sifat merupakan faktor yang penting dalam keberhasilan wirausaha. Contohnya, Menurut Zimmerer dan
Schorborough Schumpeter dalam Riyanti (2003) wirausaha adalah orang yang suka mengambil resiko, Menurut McClelland & Brockhaus dalam Riyanti (2003)
wirausahawan adalah orang yang ingin berprestasi tinggi. Menurut Stoltz dalam Riyanti (2003), keberhasilan dapat berarti seberapa jauh orang bergerak ke depan dan menanjak, mengalami kemajuan misinya sepanjang
hidup,
menyingkirkan
semua
hambatan
atau
bentuk-bentuk
kemalangan lainnya. Ia melakukan riset selama 19 tahun dan 10 tahun praktek langsung untuk
menemukan
jawaban
tentang
apa
yang
menyebabkan
keberhasilan. Ia lalu menyimpulkan bahwa keberhasilan seseorang dalam pekerjaan dan kehidupan adalah determinan panjang dari adversity quotient. Adversity seseorang menunjukkan dinamikanya pada saat dia menghadapi rintangan-rintangan dalam mencapai tujuan. Stoltz membagi individu dalam tiga tipe, yaitu tipe climber, champer, dan quiter. 1. Tipe climber Tipe yang memiliki ketahanan yang tinggi dalam menghadapi rintangan. Ia tidak mudah menyerah dan terus berusaha meskipun berkali-kali gagal. 2. Tipe champer Tipe yang mendaki pada ketinggian tertentu dan berhenti karena sudah merasa puas dengan apa yang sudah dicapai. Ia tidak mau berusaha lebih keras lagi agar lebih berhasil, dan cenderung hanya berusaha agar bisa tetap bertahan pada posisinya itu.
24
3. Tipe quiter
Tipe orang yang mudah menyerah bila menghadapi kegagalan. Ia
merasa takut dan tidak mau mengambil resiko untuk memulai berusaha
lagi. Rintangan membuatnya tidak mau mencoba lagi. Bila dilihat secara teoritis, konsep adversity ini terkait erat dengan
keberhasilan wirausaha karena disini seseorang lebih kepada menjalankan usaha pribadi yang dimana memerlukan keberanian untuk menghadapi kegagalan, dan
jika dihadapkan pada kegagalan maka mereka berkemauan untuk mencoba terus menerus sampai berhasil. Adapun motif berprestasi dalam penelitian ini diukur
dari keinginan wirausaha untuk berada di atas tingkat keberhasilan dari orang lain. Menurut Mc Clelland dalam Sukadji dkk (2001) motivasi berprestasi merupakan kecenderungan seseorang dalam mengarahkan dan mempertahankan tingkah laku untuk mencapai suatu standar prestasi. McClelland dan Atkinson dalam (Djiwandono, 2002) Motivasi yang paling penting untuk seseorang mendapatkan prestasi yang baikadalah motivasi berprestasi, dimana seseorang cenderung berjuang untuk mencapai sukses atau memilih kegiatan yang berorientasi untuk tujuan kesuksesan. McClelland (dalam Walgito, 2010) berpendapat bahwa motivasi itu dapat dibedakan dalam : 1. Motivasi untuk berprestasi (Need of Achievement) Motivasi untuk berprestasi merupakan dorongan untuk mengungguli orang lain, mendapatkan prestasi, berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar yang ada untuk mencapai suatu kesuksesan. Individu yang mempunyai tingkat motivasi untuk berprestasi cukup tinggi akan meningkatkan performancenya untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. 2. Motivasi untuk berkuasa (Need of Power) Motivasi untuk berkuasa adalah motivasi yang membuat orang lain berprilaku dalam suatu cara dimana orang-orang itu tanpa dipaksa tidak akan berprilaku demikian atau suatu bentuk ekspresi dari individu untuk mengendalikan dan mempengaruhi orang lain. Motivasi 25
untuk berkuasa ini sangat berhubungan dengan motivasi dalam
mencapai suatu posisi kepemimpinan.
3. Motivasi untuk berafiliasi atau bersahabat (Need of Affiliation)
Motivasi untuk berafiliasi adalah keinginan untuk berhubungan antar pribadi yang ramah dan akrab. Individu merefleksikan keinginan untuk
mempunyai hubungan yang erat, selalu mencari teman dan
mempertahankan hubungan yang telah dibina dengan individu tersebut,
kooperatif dan penuh sikap persahabatan dengan pihak lain. Dari ke-3 kebutuhan tersebut kebutuhan berprestasi (n-ach) merupakan
kebutuhan yang paling kuat yang mempengaruhi perilaku seseorang. Menurut Mc. Clelland (Miharja, 2001) motif berprestasi merupakan suatu dorongan pada diri seseorang untuk berhasil dalam berkompetisi dengan standar keunggulan (standard of excellence). Standar keunggulan itu dapat berupa prestasi orang lain dan juga prestasi diri sendiri sebelumnya.
26
Lingkungan
Motif Berprestasi
Standar Keunggulan
Dari orang lain
Dari diri sendiri
Sedang
Tinggi
Rendah
Optimis, berpikir positif, percaya diri, sungguh-sungguh, berencana, kreatif, berani mengambil resiko, bertanggungjawab
Tindakan Gambar 2.1 Gambaran motif berprestasi dari Mc. Clelland Sumber : Miharja (2001) Menurut Mc. Clelland dalam Mangkunegara (2006) mengemukakan 6 karakteristik orang yang mempunyai motif berprestasi tinggi yaitu : 1. Memiliki tingkat tanggungjawab pribadi yang tinggi 2. Berani mengambil dan memikul resiko 3. Memiliki tujuan yang realistik
27
4. Memiliki
rencana
kerja
yang
menyeluruh
dan
berjuang
untuk
merealisasikan tujuan
5. Memanfaatkan umpan balik yang konkret dalam semua kegiatan yang
dilakukan
6. Mencari
kesempatan
untuk
merealisasikan
rencana
yang
telah
diprogramkan
Atkinson dalam Linda (2004) mengatakan bahwa seseorang yang memiliki
motivasi berprestasi adalah sebagai berikut : 1. Free Choise
bahwa individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi menyukai aktivitas-aktivitas atas keberhasilannya sehingga selalu berusaha untuk meningkatkan segala kemungkinan untuk berprestasi oleh karena kemampuan pengalaman keberhasilannya yang lebih banyak sehingga kendati mengalami kagagalan masih tetap tersirat untuk berhasil. 2. Persistence Behaviour adalah suatu anggapan individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi menganggap bahwa kegagalan adalah sebagai akibat kurangnya usaha, oleh sebab itu harapan dan usaha untuk berhasil selalu tinggi. 3. Intensity of performance adalah suatu intensitas dalam penampilan kerja, artinya individu yang motivasi berprestasinya tinggi selalu berpenampilan suka kerja keras dibandingkan seseorang yang motivasi berprestasinya rendah. 4. Risk preference adalah suatu pertimbangan memilih risiko yang sedang artinya tidak mudah dan tidak juga sukar. 2.4
Perilaku Kewirausahaan Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku adalah reaksi atau respon seseorang
yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sedangkan La Pierre dalam Azwar (2003) sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan 28
antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, adalah respon terhadap stimulasi sosial yang telah terkondisikan.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan perilaku adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat
dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya.
Menurut Suryana (2006) perilaku kewirausahaan adalah sikap dan
kepribadian wirausaha yang dipengaruhi oleh diri sendiri atau pengaruh dari luar
atau eksternal. Sikap dan perilaku merupakan kesatuan sifat seseorang yang terbentuk karena kebiasaan sehari-hari. Perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor itu adalah hak kepemilikan (property right), kemampuan/ kompetensi (competency/ability), dan insentif (incentive), sedangkan faktor eksternalnya meliputi lingkungan (environment). Dengan demikian sikap dan perilaku dapat dirubah oleh diri sendiri dan atau oleh adanya tekanan atau pengaruh lingkungan. Adanya pengaruh dari dalam diri sendiri dan dari luar lingkungan bergaul maka tumbuhlah sikap dan perilaku individu yang spesifik. Menurut Kathleen L. Hawkins dan Peter A. Turla dalam (Suryana, 2006), pola tingkah laku kewirausahaan tergambar dalam perilaku dan kemampuan sebagai berikut : 1. Kepribadian, aspek ini bisa diamati dari segi kreativitas, disiplin diri,
keberanian menghadapi resiko, memiliki dorongan dan kemauan kuat. 2. Kemampuan hubungan, operasionalnya dapat dilihat dari indikator
komunikasi dan hubungan antar personal, kepemimpinan dan manajamen. 3. Pemasaran, meliputi kemampuan dalam menentukan produk dan
harga, periklanan dan promosi. 29
4. Keuangan, indikatornya adalah sikap terhadap uang dan cara mengatur
uang.
Mengembangkan pribadi wirausaha identik dengan mengembangkan perilaku
wirausaha yaitu mengenali diri sendiri dan kendala yang dihadapinya sebagai langkah awal. David McClelland dalam (Suryana, 2006) mengemukakan enam ciri perilaku kewirausahaan yaitu :
1. Keterampilan mengambil keputusan dan mengambil resiko yang moderat
dan bukan atas dasar kebetulan belaka.
2. Bersifat enerjik, khususnya dalam berbagai bentuk kegiatan inovatif. 3. Tanggung jawab individual. 4. Mengetahui hasil-hasil dari berbagai keputusan yang diambilnya, dengan tolak ukur satuan uang sebagai indikator keberhasilan. 5. Mampu mangantisipasi berbagai kemungkinan di masa datang. 6. Memiliki kemapuan berorganisasi, yaitu seorang wirausaha memiliki kemampuan keterampilan, kepemimpinan dan manajerial. Sebagai wirausahawan memiliki sikap-sikap dasar yang spesifik, seorang wirausaha memiliki sikap bertekad bulat ingin berwirausaha, bukan karena terpaksa, melainkan ia ingin mandiri dan ingin berhasil, karena ingin berhasil maka ia bersikap positif, positif terhadap diri sendiri maupun positif terhadap orang lain. Namun demikian masih ada kemungkinan untuk gagal, tetapi ia tidak gentar, karena itu ia mau belajar dari pengalaman, termasuk dari kegagalannya, dan yang pasti ia berani mandiri dan memimpin. Bertolak pada adanya sikap dasar tersebut di atas kiranya terbentuknya perilaku wirausaha. Wirausahawan memulai usahanya dengan berkomunikasi, dalam rangka mengumpulkan informasi, maupun menjalin relasi. Dalam situasi usaha pasti akan selalu terjadi perubahan. Untuk itu sebagai seorang wirausaha 30
harus memiliki sikap terhadap perubahan, sekalipun perubahan jarang dapat diterima secara total oleh setiap orang yang terlibat.
Bila dihubungkan tipe wirausaha dan tipe kepribadian wirausahawan
dalam Riyanti (2003) mengemukakan berdasarkan hasil kerjanya selama Miner
dua puluh tahun ia menemukan empat tipe wirausaha yang memiliki tipe kepribadian yang berbeda. Agar mencapai sukses dalam usaha, keempat tipe wirausaha ini harus mengikuti jalan karir yang berbeda, dan terkait dengan bisnis
yang berbeda pula. Keempat tipe kepribadian wirausaha itu dalam Hutagalung adalah sebagai berikut : (2010)
1. The personal achiever ciri-ciri wirausaha tipe ini adalah sebagai berikut : a. Memiliki kebutuhan berprestasi b. Memiliki kebutuhan atas umpan balik c. Memiliki kebutuhan perencanaan dan penetapan tujuan 2. The supersales person Tipe ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a. Memiliki kemampuan memahami dan mengerti orang lain b. Memliki keinginan untuk membantu orang lain c. Percaya bahwa proses-proses sosial sangat penting 3. The real manager ciri-ciri tipe ini adalah sebagai berikut : a. Keinginan untuk bersaing b. Ketegasan c. Keinginan untuk menonjol di antara orang-orang lain 4. The expert idea generation ciri-ciri wirausaha tipe ini adalah sebagai berikut : a. Keinginan untuk melakukan inovasi b. Menyukai gagasan-gagasan c. Inteligensi yang tinggi
31
Dalam penelitian tersebut tipe kepribadian Miner digunakan bukan untuk menentukan tipe kepribadian yang paling cocok bagi wirausahawan, tetapi lebih
kepada profil keempat tipe kepribadian Miner pada wirausahawan.
Penelitian lainnya adalah Cunningham dalam Riyanti (2003) berdasarkan
wawancara terhadap 175 wirausaha dan manajer profesional di Singapura tentang alasan-alasan keberhasilan usaha, mencatat bahwa keberhasilan usaha terkait erat dengan hal-hal sebagai berikut :
1. Sifat kepribadian (49%) seperti memiliki keinginan untuk melakukan pekerjaan dengan baik, memiliki keinginan untuk berhasil, dan memiliki motivasi diri, percaya diri, berpikir positif, memiliki komitmen dan sabar. 2. Kemampuan berhubungan dengan pelanggan (17%) yaitu jujur, ramah, adil pada pelanggan, staf dan kemampuan berhubungan baik dengan orang lain. 3. Kemampuan memahami lingkungan bisnis (15%) yaitu kemampuan belajar dari pihak pesaing, kemampuan tentang bidang usaha, kemauan untuk belajar, pengetahuan tentang produk dan jasa serta pemahaman tentang persaingan. 4. Orientasi ke masa depan dan fleksibilitas (11%) yaitu berorientasi tujuan, kreatif, dan kemauan mengambil resiko, memiliki visi dan gambaran mental masa depan. 5. Kesadaran pribadi (4%) yaitu mengetahui kekuatan dan kelemahan diri, serta mampu menerima kesalahan. 6. Faktor lain (4%).
32
Ahli lain seperti M. Scarborough dan Thomas W.Zimmerer dalam Suryana (2006) mengemukakan delapan karakteristik kewirausahaan, yang meliputi :
1. Desire for responsibility yaitu
rasa
tanggungjawab
atas
usaha
usaha
yang
dilakukannya. Seorang yang memiliki rasa dan tanggung jawab akan
selalu mawas diri.
memiliki
2.
Preference for moderate risk yaitu lebih memiliki resiko yang moderat, artinya ia selalu menghindari resiko, dan yang terlalu rendah maupun yang terlalu tinggi.
3. Confidence in their ability to succes yaitu percaya akan kemampuan dirinya untuk berhasil, desire for immediare feedback, yaitu selalu menghendaki umpan balik yang segera. 4. High level of energy yaitu memiliki semangat dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik. 5. Future orientation yaitu berorientasi ke masa depan perspektif, dan berwawasan jauh ke depan. 6. Skill at organizing yaitu memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah. 7. Value of achievement over money yaitu lebih menghargai prestasi dari pada uang. Wirausahawan selalu berkomitmen dalam melakukan tugasnya sampai berhasil. Ia tidak
33
setengah-setengah dalam melakukan pekerjaannya, karena itu ia selalu
tekun, ulet, pantang menyerah sebelum pekerjaannya berhasil.
2.5 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran merupakan sintesa hubungan antara variabel yang
diteliti dan disusun dari tinjauan teori dan merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis yang dapat
berbentuk bagan alur. Pengetahuan kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang
dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses (Suryana, 2006). Definisi tentang kewirausahaan tersebut akan dipergunakannya untuk melakukan upaya pengembangan prestasi organisasi dengan cara mengambil substansi dari orgasnisasi lain. Pengetahuan kewirausahaan ini dibangun atas kemampuan kreatif dan inovatif, pendidikan serta pengalaman. Menurut Mc Clelland dalam (Sukadji dkk, 2001) Motif berprestasi merupakan kecenderungan seseorang dalam mengarahkan dan mempertahankan tingkah laku untuk mencapai suatu standar prestasi, motivasi seseorang untuk berprestasi dipengaruhi oleh beberapa kebutuhan yaitu, prestasi n-ach (need of achievement),
kebutuhan
untuk
berkuasa (n-power) dan kebutuhan
untuk
berafiliasi (n-aff). Perilaku kewirausahaan adalah sikap dan kepribadian wirausaha yang dipengaruhi oleh diri sendiri atau pengaruh dari luar atau eksternal. (Suryana :2006). Pola perilaku kewirausahaan ini tergambar dalam perilaku dan kemampuan sebagai berikut : kepribadian, kemampuan sosialisasi, pemasaran dan keuangan. Menurut Murphy dan Peek dalam Alma (2009), ada delapan anak tangga yang meliputi keberhasilan seorang wirausaha dalam mengembangkan profesinya, yaitu salah satunya adalah mau menambah ilmu pengetahuan, dengan menambah ilmu pengetahuan, terutama di bidang usaha, diharapkan seorang wirausaha dapat mendukung kemampuan dan kemajuan dalam usaha serta eningkatkan kualitas perilaku kewirausahaannya. 34
Dari hasil penelitian Cunningham dalam (Riyanti, 2003) terhadap 178 wirausaha di Singapura, menunjukkan bahwa keberhasilan berkaitan dengan sifat
sifat kepribadian diantaranya adalah keinginan untuk berhasil, motivasi diri juga dari penelitian Mc. Ber & CO dalam (Riyanti, 2003) menemukan bahwa
wirausaha yang berhasil memiliki perilaku yang proaktif, berorientasi prestasi dan komitmen dengan pihak lain. Secara umum hal ini mendukung prediksi bahwa wirausahawan
yang
mempunyai
pengetahuan
kewirausahaan
dan
motif
berprestasi yang tinggi akan menunjukkan dampak yang positif juga yaitu dengan memiliki perilaku kewirausahaan yang baik pula.
Berpijak pada teori dan konsep di atas, dapat digambarkan alur pikir yang dapat dilihat pada Gambar 2.2. Apabila dipetakan akan menjadi seperti gambar di bawah ini :
Pengetahuan Kewirausahaan (X1) 1. Kemampuan kreatif dan Inovatif 2. Pendidikan 3. Pengalaman
Perilaku Kewirausahaan (Y) 1. Kepribadian 2. Kemampuan hubungan 3. Pemasaran 4. Keuangan
Motif Berprestasi (X2) 1. Kebutuhan berprestasi (nach) 2. Kebutuhan berkuasa (n-pow) 3. Kebutuhan berafiliasi (n-aff)
Gambar 2.2 Peta Penelitian Sumber : Data Olahan, 2013
35
2.6 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang pernah dilakukan, dalam
penelitian terdahulu ini diuraikan secara sistematis mengenai hasil yang didapat dari penelitian terdahulu yang tentunya berhubungan dengan penelitian. Selain
hasil tentunya penting untuk mengetahui objek yang diambil serta metode penelitian yang digunakan pada penelitian terdahulu sehingga dapat dijadikan referensi untuk penelitian ini. Adapun beberapa penelitian terdahulu yang
dijadikan telaah pustaka, yaitu :
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
No
Nama
Judul Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Peneliti 1.
Muhammad
Pengaruh
Penelitian ini
Menunjukkan bahwa
Hendra
Pengetahuan
menggunakan 32
variable pengetahuan
Pratama
Kewirausahaan,
responden sebagai
kewirausahaan, motif
(2010)
Motif Berprestasi,
sampel penelitian
berprestasi dan kemandirian
Dan Kemandirian
Pengetahuan
pribadi berpengaruh positif
Pribadi
Kewirausahaan (X1)
dan signifikan terhadap
Terhadap Perilaku Motif Berprestasi
pengetahuan kewirausahaan
Kewirausahaan
pada rumah makan di Jln.
(X2) Dan
(Studi Kasus Pada Kemandirian Pribadi
Kapten Muchtar Basri
Rumah Makan Di
(X3)
Medan.
Jalan Kapten
Perilaku
Mukhtar Basri
Kewirausahaan (Y)
Medan) 2.
Silalahi, Purnama S, (2007)
Pengaruh
Uji validitas,
Penelitian ini diperoleh hasil
Pengetahuan
reliabilitas, metode
bahwa variabel pengetahuan
Kewirausahaan,
deskriptif dan
kewirausahaan (X1),
Motif Berprestasi,
metode kuantitatif
Kemandirian (X3)
36
Dan Kemandirian
yang terdiri dari uji
berpengaruh signifikan
Pribadi Terhadap
asumsi klasik, uji
terhadap perilaku
Perilaku
regresi linier
kewirausahaan pada para
Kewirausahaan
berganda, uji
pemilik usaha warnet di
(Studi Kasus
hipotesis terdiri dati
Padang Bulan. Variabel
Warnet Di
uji-t dan uji-F, dan
motif berprestasi (X2) tidak
Padang Bulan)
uji koefisien
berpengaruh secara
determinasi (R2).
signifikan terhadap perilaku
kewirausahaan pada para pemiliki usaha warnet di
Padang Bulan. 3.
Alexander
Pengaruh
Penelitian ini
Analisis data dengan
Ginting
Pengetahuan
menggunakan 39
metode analisis regresi
(2011)
Kewirausahaan,
responden sebagai
linier berganda
Motif Berprestasi,
sampel penelitian.
menunjukkan bahwa
Dan Kemandirian
Uji validitas,
variable motif berprestasi
Pribadi
reliabilitas, metode
dan kemandirian pribadi
Terhadap Perilaku deskriptif dan
berpengaruh positif dan
Kewirausahaan
metode kuantitatif
signifikan terhadap perilaku
Pedagang Pada
yang terdiri dari uji
kewirausahaan, namun
Pasar Kaget
asumsi klasik, uji
variabel pengetahuan
Kabanjahe
regresi linier
kewirausahaan berpengaruh
berganda, uji
tetapi tidak signifikan
hipotesis terdiri dati
terhadap perilaku
uji-t dan uji-F, dan
kewirausahaan
uji koefisien determinasi (R2). 4.
Jefrey H
Entrepreunerbeha Melakukan survey
Dari 72 koresponden
dyer and
viour,
pada 72 orang
didapat data bahwa
Clayton
Opportunity,Reco
wiraswasta dan 310
perbedaan antara innovative
37
Christensen
gnation And The
eksekutif untuk
entrepreneur dan eksekutive
Origins Of
mengetahui
entrepreneur dapat dilihat
Innovative
perbedaan antara
dari 4 sisi yaitu questioning,
Ventures
innovative
observing, experimenting
entrepreneur dan
dan idea networking
(2008)
eksekutive
enterpreneur
5. Ni luh Yuni Kontribusi Minat Ekawati dan Kewirausahaan, Nyoman
Populasi penelitian
Berdasarkan hasil temuan
ini adalah seluruh
tersebut
siswa kelas XI
dapat disimpulkan bahwa
SMKN 3 Denpasar
terdapat
Dan Persepsi
tahun
kontribusi yang signifikan
Karier Terhadap
ajaran 2011/2012
antara minat
Prestasi Belajar
yang berjumlah 414
kewirausahaan, motivasi
Praktek
orang. Pengambilan
berprestasi, dan
Kerja Industri
sampel dilakukan
persepsi karier terhadap
Ditinjau Dari
dengan teknik
prestasi belajar
Jenis Kelamin
proportional random praktek kerja industri pada
Pada Siswa
sampling sebanyak
siswa kelas XI
Kelas Xi Smkn 3
58% = 240 orang.
SMKN 3 Denpasar secara
Denpasar Tahun
Penelitian ini
terpisah maupun
Pelajaran
menggunakan
simultan. Dengan demikian
2011/2012
rancangan expost
ketiga faktor
facto. Penelitian ini
tersebut dapat dijadikan
menggunakan dua
prediktor tingkat
jenis variabel, yaitu
kecenderungan prestasi
variabel bebas
belajar praktek
(independent
kerja industri siswa kelas XI
variable) dan
SMKN 3
variabel terikat
Denpasar. Selain itu juga
Motivasi
dantes dan I Berprestasi, Made Yunada ( 2013)
38
(dependent
dapat
variable). Variabel
disimpulkan bahwa terdapat
bebas dalam
perbedaan
penelitian ini adalah yang signifikan secara minat kewirausahaan bersama-sama
minat kewirausahaan,
motivasi berprestasi,
persepsi karier, dan prestasi
belajar praktek kerja industri antara siswa
laki-laki dan perempuan pada siswa kelas XI SMKN 3 6.
Cunningha
178 wirausaha dan
menunjukkan bahwa
m dalam
manajer profesional
keberhasilan berkaitan
Riyanti
di Singapura
dengan sifat-sifat
(2003)
kepribadian (49%), seperti keinginan untuk melakukan pekerjaan dengan baik, keinginan untuk berhasil, motivasi diri, percaya diri dan berfikir positif, komitmen dan sabar.
7.
Mc. Ber &
Menunjukan
CO dalam
wirausaha
yang
berhasil
Riyanti,
memiliki sifat yang proaktif,
(2003)
berorientasi komitmen lain. Sumber : Data olahan, 2013 39
bahwa
prestasi dengan
dan pihak