BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kecemasan
2.1.1
Definisi Kecemasan
Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya “Anxiety” berasal dari Bahasa Latin “Angustus” yang berarti kaku, dan “ango, anci” yang berarti mencekik.Ansietas/ Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan seharihari.Kecemasan merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik.Kecemasan pada individu dapat memberikan motivasi untuk mencapai suatu dan
merupakan
sumber
penting
dalam
usaha
memelihara
keseimbangan
hidup.(Blogspot, 2009). Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi (Videbeck, 2008).Kecemasan adalah respons emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal (Suliswati, 2005).Kecemasan adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati disertai berbagai gejala sumatif, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan atau penderitaan yang jelas bagi pasien (Mansjoer, 1999). Kecemasan yang terjadi pada pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan termasuk operasi apendiktomi, dapat diantisipasi baik dengan memahami bagaimana cara panyebab
6
7
kecemasan secara tepat. Pemberian informasi yang adekuat pada klien yang akan dilakukan tindakan pembedahan umumnya mampu mengurangi tingkat kecemasan yang dirasakan klien. Hal ini sesuai dengan pendapat Amran, bahwa penyampaian prosedur atau informasi merupakan salah satu tindakan yang digunakan dalam mengatasi atau mengurangi pada kecemasan sebelum operasi (Amran, 2007). Kecemasan adalah respons emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada suatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. Kecemasan berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut adalah adanya objek/sumber yang spesifik dan dapat diidentifikasi serta dapat dijelaskan oleh individu. Rasa takut terbentuk dari proses kognitif yang melibatkan penilaian intelektual terhadap stimulus yang mengancam. Ketakutan disebabkan oleh hal yang bersifat
fisik dan psikologis
ketika individu dapat
mengidentifikasi
dan
menggambarkannya. 2.1.2
Klasifikasi Tingkat Kecemasan
A. Kecemasan Ringan Kecemasan ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan perhatian khusus.Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan melindungi diri sendiri. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas ringan adalah sebagai berikut :
8
a. Respons fisik: ketegangan otot ringan, sadar akan lingkungan, rileks atau sedikit gelisah, penuh perhatian, rajin. b. Respon kognitif: lapang persepsi luas, terlihat tenang, percaya diri, perasaan gagal sedikit, waspada dan memperhatikan banyak hal, mempertimbangkan informasi, tingkat pembelajaran optimal. c. Respons emosional: perilaku otomatis, sedikit tidak sadar, aktivitas menyendiri, terstimulasi, tenang. Dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari. Individu masih waspada serta lapang persepsinya meluas, menajamkan indra. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. B. Kecemasan Sedang Kecemasan sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu yang benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas sedang adalah sebagai berikut : a. Respon fisik : ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital meningkat, pupil dilatasi, mulai berkeringat, sering mondar-mandir, memukul tangan, suara berubah : bergetar, nada suara tinggi, kewaspadaan dan ketegangan meningkat, sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung. b. Respons kognitif : lapang persepsi menurun, tidak perhatian secara selektif, fokus terhadap stimulus meningkat, rentang perhatian menurun, penyelesaian masalah menurun, pembelajaran terjadi dengan memfokuskan.
9
c. Respons emosional : tidak nyaman, mudah tersinggung, kepercayaan diri goyah, tidak sabar, gembira. Individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi perhatiannya, terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain. C. Kecemasan Berat Kecemasan berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman, memperlihatkan respons takut dan distress. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas berat adalah sebagai berikut : a. Respons fisik : ketegangan otot berat, hiperventilasi, kontak mata buruk, pengeluaran keringat meningkat, bicara cepat, nada suara tinggi, tindakan tanpa tujuan dan serampangan, rahang menegang, mengertakan gigi, mondar-mandir, berteriak, meremas tangan, gemetar. b. Respons kognitif : lapang persepsi terbatas, proses berpikir terpecah-pecah, sulit berpikir, penyelesaian masalah buruk, tidak mampu mempertimbangkan informasi, hanya memerhatikan ancaman, preokupasi dengan pikiran sendiri, egosentris c. Respons emosional : sangat cemas, agitasi, takut, bingung, merasa tidak adekuat, menarik diri, penyangkalan, ingin bebas. Lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya pada detil yang kecil (spesifik) dan tidak dapat berpikir tentang hal-hal lain. Seluruh perilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu banyak perintah/arahan untuk terfokus pada area lain.
10
2.1.3
Teori-Teori Kecemasan
A.
Teori Psikoanalitik Menurut Freud (2008), kecemasan timbul akibat reaksi psikologis individu
terhadap ketidakmampuan mencapai orgasme dalam hubungan seksual. Energi seksual yang tidak terekspresikan akan mengakibatkan rasa cemas. Kecemasan dapat timbul secara otomatis akibat dari stimulus internal dan eksternal yang berlebihan.Akibat stimulus (internal dan eksternal) yang berlebihan sehingga melampaui kemampuan individu untuk menanganinya.Ada dua tipe kecemasan yaitu kecemasan primer dan kecemasan subsekuen. 1.
Kecemasan Primer
Kejadian traumatik yang diawali saat bayi akibat adanya stimulasi tiba-tiba dan trauma pada saat persalinan, kemudian berlanjut dengan kemungkinan tidak tercapainya rasa puas akibat kelaparan atau kehausan. Penyebab kecemasan primer adalah keadan ketegangan atau dorongan yang diakibatkan oleh factor eksternal. 2.
Kecemasan Subsekuen
Sejalan dengan peningkatan ego dan usia, Freud melihat ada jenis kecemasan lain akibat konflik emosi di antara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Freud menjelaskan bila terjadi kecemasan maka posis ego sebagai pengembangan id dan superego berada pada kondisi bahaya. B.
Teori Interpersonal
Sullivan (2009), mengemukakan bahwa kecemasan timbul akibat ketidakmampuan untuk berhubungan interpersonal dan sebagai akibat penolakan.Kecemasan bisa
11
dirasakan bila individu mempunyai kepekaan lingkungan. Kecemasan pertama kali ditentukan oleh hubungan ibu dan anak pada awal kehidupannya, bayi berespons seolah-olah ia dan ibunya adalah satu unit. Dengan bertambahnya usia, anak melihat ketidaknyamanan yang timbul akibat tindakannya sendiri dan diyakini bahwa ibunya setuju atau tidak setuju dengan perilaku itu. Adanya trauma seperti perpisahan dengan orang berarti atau kehilangan dapat menyebabkan kecemasan pada individu. Kecemasan yang timbul pada masa berikutnya muncul saat individu mempersepsikan bahwa ia akan kehilangan orang yang dicintainya. Harga diri seseorang merupakan faktor penting yang berubungan dengan kecemaasan.Orang yang mempunyai predisposisi mengalami kecemasan adalah orang yang mudah terancam, mempunyai opini negative terhadap dirinya atau meragukan kemampuannya. C.
Teori Perilaku
Teori perilaku menyatakan bahwa kecemsan merupakan hasil frustasi akibat berbagai hal yang mempengaruhi individu dalam mencapai tujuan yang diinginkan misalnya memperoleh pekerjaan, berkeluarga, kesuksesan dalam sekolah.Perilaku merupakan hasil belajar dari pengalaman yang pernah dialami.Kecemasan dapat juga muncul melalui konflik antara dua pilihan yang saling berlawanan dan individu harus memiliki salah satu. Konflik menimbulkan kecemasan dan kecemasan akan menigkatkan persepsi terhadpa konflik dengan timbulnya perasaan ketidakberdayaan. Konflik
muncul
dari
“avoidance”.Approach
dua
merupakan
kecenderungan kecenderungan
yaitu untuk
“approach”
dan
melakukan
atau
12
menggerakkan sesuatu.Avoidance adalah kebalikan yaitu tidak melakukan atau menggerakkan sesuatu melalui sesuatu. D.
Teori Keluarga
Studi pada keluarga dan epidemiologi memperlihatkan bahwa kecemasan selalu ada pada tiap-tiap keluarga dalam berbagai bentuk dan sifat heterogen. E.
Teori Biologik
Otak memiliki reseptor khusus terhadap benzodiazepine, reseptor tersebut berfungsi membantu regulasi kecemasan.Regulasi tersebut berhubungan dengan aktivitas neurotransmitter Gamma Anmino Butyric Acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di bagian otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan. Bila GABA bersentuhan dengan sinaps dan berikatan dengan reseptor GABA pada membran posy-sinaps akan membuka saluran/ pintu reseptor sehingga terjadi perpindahan ion. Perubahan ini akan mengakibatkan eksitasi sel dan memperlambat aktivitas sel. Teori ini menjelaskan bahwa individu yang sering mengalami kecemasan mempunyai masalah dengan proses neurotransmitter ini. Mekanisme koping juga dapat terganggu karena pengaruh toksik, defisiensi nutrisi, menurunnya suplai darah, perubahan hormone, dan sebab fisik lainnya.Kelelahan dapat menigkatkan iritabilitasi dan perasaan cemas. 2.1.4 Faktor Pencetus kecemasan Faktor yang dapat menjadi pencetus seseorang menjadi cemas dapat berasal dari diri sendiri (faktor internal) maupun luar dari dirinya (faktor eksternal). Namun
13
demikian pencetus kecemasan dapat dikelompokkan kedalam 2 kategori yaitu (Asmadi, 2009: dikutip dari Stuart dan Sundeen, 1995): 1.
Ancaman terhadap intergritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari guna pemenuhan terhadap kebutuhan dasarnya.
2. Ancaman terhadap sistem diri / rasa aman yaitu adanya sesuatu yang dapat mengancam terhadap identitas diri, harga diri, kehilangan status / peran diri, hubungan interpersonal. 2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Menurut Kaplan dan Saddock (1997), faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien adalah: a. Faktor-faktor intrinsik, antara lain: 1. Usia pasien Menurut Kaplan dan Saddock (1997) gangguan kecemasan dapat terjadi pada semua usia, lebih sering pada usia dewasa dan lebih banyak pada wanita. Yang sebagian besar kecemasan terjadi pada umur 21-45 tahun. 2. Pengalaman pasien menjalani pengobatan Kaplan dan Saddock (1997) mengatakan pengalaman awal pasien dalam pengobatan merupakan pengalaman-pengalaman yang sangat berharga yang terjadi pada individu, terutama untuk masa-masa yang akan datang. Pengalaman awal ini
14
sebagai bagian penting dan bahkan sangat menentukan bagi kondsi mental individu di kemudian hari. 3. Konsep diri dan Peran Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu terhadap dirinya dan mempengaruhi individu berhu bungan dengan orang lain. Menurut Stuart & Sundeen (1991) peran adalah pola sikap perilaku dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat.Banyak faktor yang mempengaruhi peran seperti kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran, konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran, kesesuaian dan keseimbangan antara peran yang dijalaninya.Juga keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran. Disamping itu pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidaksesuaian perilaku peran, jadi setiap orang disibukkan oleh beberapa peran yang berhubungan dengan posisinya pada setiap waktu. Pasien yang mempunyai peran ganda baik didalam keluarga atau di masyarakat ada kecenderungan
mengalami
kecemasan
yang berlebih
disebabkan
konsentrasi
terganggu. b. Faktor-faktor ekstrinsik, antara lain: 1. Kondisi medis (diagnosis penyakit) Terjadinya gejala kecemasan yang berhungan dengan kondisi medis serimg ditemukan walaupun insidensi gangguan bervariasi untuk masing-masing kondisi medis misalnya: pada pasien ssesuai hasil pemeriksaan akan mendapatkan diagnosa
15
pembedahan, hal ini akan mempengaruhi tingkat kecemasan klien. Sebaliknya pada pasien yang dengan diagnosa baik tidak terlalu mempengaruhi tingkat kecemasan. 2. Tingkat pendidikan Pendidikan bagi setiap orang memiliki arti masing-masing.Pendidikan pada umumnya berguna dalam merubah pola piker, pola bertingkah laku dan pola pengambilan keputusan (Notoadmodjo, 2000). 3. Akses informasi Adalah pemberitahuan tentang sesuatu agar orang membentuk pendapatnya berdasarkan sesuatu yang diketahui.Informasi adalah segala penjelasan yang didapatkan pasien sebelum pelaksanaan tindakan (Smeltzer & Bare, 2001). 4) Proses adaptasi Tingkat adaptasi manusia dipengaruhi oleh stimulus internal dan eksternal yang dihadapi individu dan membutuhkan respon perilaku yang terus-menerus. Proses adaptasi sering menstimulasi individu untuk mendapatkan bantuan adari sumbersumber di linkungan dimana dia berada (Kozier dan Oliveri, 1991). 5) Tingkat sosial ekonomi Status social ekonomi juga berkaitan dengan pola gangguan psikiatrik.Berdasarkan penelitian Durham diketahui bahwa masyarakat kelas social ekonomi rendah prevalensi psikiatriknya lebih banyak.Jadi keadaan ekonomi yang rendah atau tidak memadai dapat mempengaruhi peningkatan kecemasan pada klien menghadapi tindakan tersebut.
16
6) Jenis tindakan Adalah klasifikasi suatu tindakan terapi medis yang dapat mendatangkan kecemasan karena terdapat ancaman pada integritas tubuh dan jiwa seseorang (Long, 1996). 2.1.6 Klasifikasi Tingkat Kecemasan Ada empat tingkat kecemasan, yaitu ringan , sedang, berat, dan panik ( Peplau, 1963: dikutip dari stuart Smeltzer, 2001 ).
Respon Adaptif
Antisipasi
1.
Ringan
Respon Maladaptif
Sedang
Berat Panik
Kecemasan Ringan: Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
2.
Kecemasan Sedang: Cemas yang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
17
3.
Kecemasan Berat: Cemas ini sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Individu cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal yang lain. Semua perilaku yang ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu ini memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.
4.
Panik: Tingkat panik dari suatu ansietas berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan terror. Rincian terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi
peningkatan
aktivitas
motorik,
menurunnya
kemampuan
untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian. 2.1.7 Tanda dan Gejala Kecemasan 1. Gejala Fisiologis: gemetar, berkeringat, detak jantung meningkat. 2. Gejala Psikologis: panik, tegang, bingung, tak dapat konsentrasi. 3. Perubahan Fisik: meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan, gerakan – gerakan tangan yang tidak terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah, menanyakan pertanyaan yang sama berulang kali, sulit tidur, sering berkemih.
18
4. Perubahan Kardio vaskuler: peningkatan tekanan darah, jantung berdebar, denyut nadi meningkat, syok. 5. Respirasi: napas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik. 6. Kulit: perasaan panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkeringat seluruh tubuh, telapak tangan berkeringat. 7. Gastro intestinal: anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, nausea, diare. 8. Neuromuskuler: reflek meningkat, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, kejang, wajah tegang, gerakan lambat. 2.2 Dukungan Keluarga 2.2.1 Definisi Dukungan keluarga adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya (Cohen&Syme, 1996 dikutip dari Setiadi, 2008). Dukungan keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosial (Friedman, 1998 dikutip dari Setiadi, 2008). Dukungan keluarga merupakan koping bagi keluarga itu sendiri, baik dukungan-dukungan yang bersifat eksternal maupun internal terbukti sangat bermanfaat. Dukungan keluarga eksternal antara lain sahabat, pekerjaan, tetangga, sekolah, keluarga besar, kelompok sosial, kelompok rekreasi, tempat ibadah, praktisi kesehatan. Sedangkan dukungan keluarga internal anatara lain dukungan dari suami
19
atau istri, saudara kandung atau dukungan dari anak (Friedman, 1998 dikutip dari Setiadi, 2008). Kehadiran anggota keluarga khususnya suami dalam memberikan dukungan dan semangat sangat diperlukan oleh seseorang menjelang operasi.Karena dengan kehadiran keluarga dapat memberikan ketenangan bagi pasien. Dukungan keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosialnya. 2.2.2 Jenis-Jenis Dukungan Keluarga Jenis dukungan keluarga ada 4 (empat) yaitu : a. Dukungan emosional Yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Dukungan ini berupa dukungan simpatik dan empati, cinta, kepercayaan dan penghargaan. Dengan demikian seorang ibu menjelang persalinan operasi merasa dirinya menanggung beban sendiri tatapi masih ada orang lain yang memperhatikan, mau mendengarkan segala keluhannya terhadap persoalan yang dihadapinya. b. Dukungan penilaian (appraisal) Keluarga bertindak sebagai sebuah umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas keluarga. Penilaian merupakan suatu bentuk penghargaan yang diberikan seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Penilaian ini dapat positif dan negatif yang pengaruhnya berarti bagi seseorang.
20
c. Dukungan instrumental Keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit. Dukungan instrumental ini bertujuan untuk mempermudah seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya, atau menolong
secara
langsung
kesulitan
yang
dihadapi,
misalnya
dengan
menyediakan peralatan lengkap dan memadai bagi ibu dan bayinya, menyediakan kebutuhan lain yang mungkin akan dibutuhkan. d. Dukungan informatif Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar informasi). Bantuan informasi yang disediakan agar dapat digunakan oleh seseorang dalam menanggulangi persoalan-persoalan yang dihadapi, meliputi pemberian nasehat, pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya yang dibutuhkan dan informasi ini dapat disampaikan kepada orang lain yang mungkin menghadapi persoalan yang sama atau hamper sama. Efek dari dukungan terhadap kesehatan dan kesejahteraan memiliki fungsi yang sama. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang adekuat terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit, fungsi kognitif, fisik dan emosi (Setiadi, 2008).
21
2.3Konsep Appendiksitis 2.3.1
Defenisi Appendiksitis Appendiksitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing (apendiks).Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan.Bila infeksi bertambah parah, usus buntuh itu bisa pecah.Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum(cecum).Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kuadran kanan bawah.Strukturnya seperti bagian usus lainya, namum lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lender.Apendiksitis di sebabkan oleh adanya penyumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia folikel limfoid,fekalit, benda asing. 2.3.2Patofisiologi Appendiksitis adalah ujung seperti jari yang kecil, panjangnya kira-kira 10 cm (4 inchi). Dengan adanya penyumbatan lumen appendiks oleh fekalit dan juga sebabsebab lain maka aliran mukus yang disekresi oleh appendiks akan terhalang, selanjutnya appendiks akan merenggang, kemungkinan perenggangan itu akan mempengaruhi aliran darah pada dinding appendiks sehingga mengalami inflamansi. Proses inflamasi meningkatkan sehingga menimbulnya nyeri abdomen atas dan menyebar hebat secara progresif. Pada akhirnya appendiks yang terimflamasi akan berisi puas/ nanah (Stanley, 1995). 2.3.3Penatalaksanaan Medik Pembedahan diindikasikan ditegakkan.Antibiotik
dan
cairan
bila IV
diagnosa diberikan
apendisitis sampai
telah
pembedahan
22
dilakukan.Appendiktomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.Apendektomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi, yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif.Sebelum operasi dilakukan klien perlu dipersiapkan secara fisik maupun psikis, disamping itu juga klien perlu diberikan pengetahuan tentang peristiwa yang akan dialami setelah dioperasi dan diberikan latihan-latihan fisik (pernafasan dalam, gerakan kaki dan duduk) untuk digunakan dalam periode post operatif. Hal ini penting oleh karena banyak klien merasa cemas atau khawatir bila akan dioperasi dan juga terhadap penerimaan anastesi. 2.4 Kerangka Konsep Berdasarkan latar belakang, maka kerangka konsep penelitian sebagi berikut :
Tingkat Kecemasan : Dukungan keluarga
-
Ringan Sedang Berat
2.5 Hipotesa Penelitian Ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre appendiktomi di Ruang Kelas III Bedah RSU Swadana Daerah Tarutung Tahun 2013.