BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Modal Kerja Perusahaan merupakan salah satu lembaga yang bergerak dalam dunia
bisnis yang membutuhkan dana untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari maupun untuk membiayai kegiatan investasi jangka panjang. Dana untuk melangsungkan kegiatan operasional sehari-hari disebut modal kerja.
2.1.1
Pengertian dan Konsep Modal Kerja Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membiayai
kegiatan operasinya sehari-hari, misalkan untuk memberi persekot pembelian bahan mentah, membayar upah buruh, gaji pegawai, dan sebagainya, dimana dana atau uang yang telah dikeluarkan diharapkan akan dapat kembali masuk keperusahaan dalam waktu singkat melalui hasil penjualan produksinya. Uang yang masuk berasal dari penjualan produk tersebut akan segera dikeluarkan kembali untuk membiayai hasil operasi berikutnya. Dengan demikian dana tersebut akan terus-menerus berputar setiap periode selama hidupnya perusahaan. Modal kerja yang cukup sangat penting untuk pertumbuhan kelangsungan perusahaan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Apabila perusahaan kekurangan modal kerja untuk memperluas produksinya maka besar kemungkinan akan kehilangan pendapatan dan keuntungan. Manajemen modal kerja yang lebih tepat akan lebih mendorong pencapaian sukses kegiatan perusahaan. Secara tradisional, modal kerja didefinisikan sebagai investasi perusahaan dalam aktiva lancar (current asset). Aktiva lancar itu sendiri terdiri dari semua aktiva atau asset yang dapat dicairkan dalam waktu paling lama satu tahun, aktiva yang dapat digolongkan sebagai aktiva lancar adalah uang tunai (cash), sekuritas yang dengan mudah diperjualbelikan (marketable securities), piutang dagang (account receivable), dan persediaan.
8
9 TINJAUAN PUSTAKA
Sebagian besar banyak para ahli yang mendefinisikan modal kerja dengan berbagai macam cara berbeda antara satu dengan yang lainnya. Yang intinya modal kerja memiliki dua definisi pokok yaitu modal kerja kualitatif atau disebut net working capital dan modal kerja kuantitatif atau disebut sebagai gross working capital. Seperti yang disebutkan oleh Lukman Syamsuddin (2002;202) yang mendefinisikan modal kerja sebagai berikut : "Net Working Capital atau modal kerja bersih perusahaan seringkali didefinisikan sebagai selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar. Selama aktiva lancar melebihi utang lancar, maka berarti perusahaan memiliki net working capital tertentu, dimana jumlah ini sangat ditentukan oleh jenis usaha dari masing-masing perusahaan." Menurut Agus Santono (2001;385) definisi modal kerja adalah sebagai berikut: "Modal kerja kuantitatif atau gross working capital merupakan keseluruhan aktiva lancar." "Modal kerja kualitatif atau net working capital merupakan kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancar." Menurut Arthur J. Keown yang diterjemahkan oleh Chaerul D. Djakman (2001;385), dalam bukunya "Dasar-dasar Manajemen Keuangan" menyatakan bahwa yang dimaksud dengan modal kerja adalah : "Modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam aktiva lancar yang diharapkan akan menjadi kas dalam waktu setahun atau kurang dan net working capital adalah perbedaan aktiva lancar perusahaan dengan hutang lancar perusahaan." Sesuai dengan pengertian-pengertian yang dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan dalam pengertian modal kerja sebagai kelebihan antara aktiva lancar atas hutang lancar atau disebut net working capital, dan pengertian modal kerja sebagai sebagai gross working capital, yaitu jumlah seluruh aktiva lancar perusahaan Menurut Bambang Riyanto, pengertian modal kerja dapatlah dikemukakan adanya beberapa konsep tentang, yaitu :
10 TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Kuantitatif Konsep ini mendasarkan kepada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar, dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar akan kembali dalam bentuk semula atau aktiva dimana yang tertanam didalamnya akan bebas lagi dalam jangka waktu yang pendek. Modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar atau sering disebut modal kerja bruto. 2. Konsep Kualitatif Konsep ini menitikberatkan pada kualitas modal kerja yaitu kelebihan jumlah aktiva lancar terhadap jumlah hutang jangka pendek. Oleh karena itu, modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditas perusahaan. Modal kerja ini sering disebut modal kerja neto (Net Working Capital). 3. Konsep Fungsional Konsep ini mendasarkan pada fungsi dana dalam menghasilkan pendapatan (income) dari usaha pokok perusahaan, seluruhnya akan digunakan untuk menghasilkan pendapatan tetapi tidak semua dana digunakan untuk menghasilkan pendapatan periode ini (current income). Ada sebagian dana yang akan digunakan untuk menghasilkan pendapatan di masa yang akan datang, misalnya : bangunan, mesin-mesin, pabrik, alat-alat kantor dan aktiva tetap lainnya.
2.1.2
Jenis-jenis Modal Kerja Mengenai jenis-jenis modal kerja yang dikutip oleh Bambang Riyanto
(1995;61) adalah sebagai berikut : 1. Modal Kerja Permanen ( Permanent Working Capital ) adalah modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya Modal kerja ini dapat dibedakan menjadi : a. Modal Kerja Primer ( Primary Working capital ), yaitu jumlah modal kerja minimum untuk menjamin kontinuitas usahanya.
11 TINJAUAN PUSTAKA
b. Modal Kerja Normal ( Normal Working Capital ), yaitu modal kerja yang diperlukan untuk luas atau skala produksi yang normal yakni sifatsifat yang dinamis sesuai dengan luas produksi rata-rata suatu periode tertentu untuk memproduksi suatu produk. 2. Modal Kerja Variabel ( Variable Working Capital ) adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan keadaan. Modal ini dibedakan menjadi : a. Modal Kerja Musiman ( Seasional Working Capital ), yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan fluktuasi musim. b. Modal Kerja Siklis ( Cyclical Working Capital ), yaitu modal kerja yang berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi konjungtur. c. Modal Kerja Darurat ( Emergency Working Capital ), yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya, misalnya : ada pemogokan buruh, banjir, perubahan ekonomi yang mendadak.
2.1.3
Pentingnya Modal Kerja Mengenai pengelolaan modal kerja yang mempunyai peranan penting bagi perusahaan dinyatakan oleh J.Fred Weston dan Thomas E.Copeland yang dialihbahasakan oleh Jaka Wasana dan Kinbrandoko (1997;329), sebagai berikut: a. Hasil survey menunjukkan bahwa sebagian besar waktu manajer tersita untuk kegiatan operasi perusahaan dari hari ke hari. b. Lebih dari separuh total aktiva perusahaan merupakan aktiva lancar. Sebagai bagian investasi yang besar dan mudah diuangkan, maka aktiva lancar memerlukan perhatian yang seksama dari manajer keuangan. c. Manajemen modal kerja penting bagi perusahaan kecil walaupun perusahaan kecil ini dapat mengurangi investasi aktiva tetapnya melalui sewa atau leasing peralatan dan mesin, mereka tidak dapat
12 TINJAUAN PUSTAKA
menghindari kebutuhan akan kas, piutang, dan persediaan. Oleh karena itu, aktiva lancar sangat penting para manajer perusahaan kecil. d. Adanya hubungan yang langsung antara pertumbuhan penjualan dengan kebutuhan untuk membiayai aktiva lancar. Peningkatan penjualan juga membutuhkan tambahan persediaan dan mungkin juga tambahan kas. Semua kebutuhan tersebut memerlukan pembiayaan dan karena hubungannya langsung dengan volume penjualan maka perlu sekali agar manajer keuangan mengikuti perkembangan modal kerja perusahaan.
2.1.4
Komponen Modal Kerja Untuk dapat menganalisis modal kerja, perlu diketahui hal-hal yang
termasuk ke dalam komponen modal kerja. Syafarudin Alwi (1993;2) mengemukakan pendapatnya sebagai berikut : "Komponen modal kerja adalah kas, surat berharga, piutang dan inventori serta hutang lancar."
Pendapat diatas sesuai dengan penertian modal kerja menurut J. Fred dan Thomas E. Copeland yang diterjemahkan oleh Robinson Tarigan (1996;327) menyatakan bahwa : "Modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk uang tunai, surat berharga, piutang dan persediaan, dikurangi kewajiban lancar yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar".
Pengertian modal kerja menurut Agus Sartono (2001;385) yaitu : "Ada dua pengertian modal kerja, yang pertama gross working capital, adalah keseluruhan aktiva lancar, sementara pengertian net working capital adalah kelebihan aktiva lancar diatas utang lancar."
13 TINJAUAN PUSTAKA
Dari pendapat-pendapat yang dikemukakan diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pengelolaan modal kerja menyangkut komponen aktiva lancar dan hutang lancar. Sehingga dapat diketahui bahwa komponen modal kerja yaitu : 1. Kas dan Bank (setara kas) Istilah kas menunjukkan aktiva yang paling likuid yang dapat digunakan segera untuk memenuhi kewajiban finansial perusahaan. Kas terdiri dari pos-pos yang berfungsi sebagai sarana pertukaran dan dasar pengukuran akuntansi, termasuk dalam uang tunai dan rekening giro perusahaan. Dalam PSAK no.9 paragraf 7 (2004) disebutkan bahwa : "Yang dimaksud dengan kas ialah alat pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaan. Yang dimaksud dengan bank adalah sisa rekening giro perusahaan yang dapat dipergunakan secara bebas untuk membiayai kegiatan umum perusahaan." Suatu pos dapat diklasifikasikan sebagai kas apabila penggunaannya tidak dapat dibatasi dan selalu siap tersedia untuk membiayai kegiatan umum perusahaan. Pos-pos tersebut berupa uang tunai yang ada diperusahaan dan dana yang tidak dibatasi sebagai simpanan dibank yang dapat ditarik sewaktu-waktu. 2. Sekuritas (Surat-surat Berharga) Sekuritas merupakan surat-surat berharga yang dapat dijual untuk memperoleh uang kas. Alasan pemillikan surat berharga oleh perusahaan dimaksudkan untuk menggunakan dana sementara yang lebih guna diinvestasikan dalam surat berharga yang dijual emiten (perusahaan yang mengeluarkan saham. Alasan lain perusahaan memiliki sekuritas ini adalah untuk menjaga likuiditas perusahaan dan memperoleh pendapatan dari investasi tersebut. Jadi sekuritas merupakan investasi perusahaan dalam bentuk surat berharga yang terdiri dari saham dan obligasi dengan jangka waktu investasi maksimal satu tahun. 3. Piutang Dagang Piutang tercipta pada saat perusahaan melakukan penjualan kredit. Dalam keadaan normal dimana penjualan pada umumnya dilakukan dengan
14 TINJAUAN PUSTAKA
kredit, piutang mempunyai tingkat likuiditas yang lebih tinggi daripada persediaan, karena piutang berputar ke kas hanya membutuhkan satu langkah saja. Dari penjualan kredit tersebut maka timbul piutang. Piutang ini merupakan hak perusahaan dikemudian hari yang timbul dari transaksi masa lalu maupun masa sekarang yang akan diterima dalam bentuk kas. 4. Persediaan Persediaan merupakan salah satu elemen penting dalam kegiatan perusahaan, untuk memperoleh laba yang diinginkan. Persediaan seringkali diartikan sebagai persediaan barang dagangan, hal seperti itu berlaku untuk perusahaan dagang. Sebenarnya pengertian persediaan lebih luas daripada hanya berupa barang dagang. Dalam perusahaan industri tidak hanya barang yang akan dijual saja, tetapi juga persediaan barang mentah dan persediaan barang dalam proses. Sedangkan dalam perusahaan jasa, persediaan suku cadang juga merupakan elemen penting dalam menunjang penjualan jasa kepada pelanggan. 5. Hutang Lancar Menurut Munawir (2002;182), hutang lancar adalah sebagai berikut : "Hutang lancar adalah kewajiban yang akan diselesaikan atau dilunasi pembayarannya dalam jangka pendek dengan menggunakan sumber-sumber ekonomi yang diklasifikasikan sebagai aktiva lancar, atau dengan menimbulkan utang lain." Hutang lancar merupakan pengorbanan sumber ekonomis kepada pihak lain akibat kejadian di masa lalu yang jangka waktu jatuh temponya kurang dari satu tahun.
2.1.5
Kebutuhan Modal Kerja Pada hakekatnya kebutuhan modal kerja adalah kebutuhan dana untuk
jangka pendek, yaitu dana yang pada umumnya untuk jangka waktu yang kurang dari satu tahun. Besar kecilnya kebutuhan modal kerja terutama tergantung pada dua faktor yaitu :
15 TINJAUAN PUSTAKA
a.
Periode perputaran atau periode terkaitnya modal kerja adalah merupakan keseluruhan atau jumlah periode-periode yang meliputi jangka waktu pemberian kredit pembelian, lama penyimpanan bahan mentah digudang, lamanya proses produksi, lamanya barang disimpan dalam gudang dan jangka waktu penerimaan piutang.
b.
Pengeluaran kas rata-rata setiap harinya, yang merupakan jumlah pengeluaran kas rata-rata setiap hari untuk keperluan pembelian bahan mentah atau barang dagangan, pembayaran gaji pegawai dan sebagainya.
Sedangkan faktor-fakor lain yang mempengaruhi jumlah kebutuhan modal kerja yaitu : 1. Sifat atau Jenis Perusahaan Kebutuhan modal kerja pada perusahaan industri relatif lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan jasa. Hal ini terjadi karena perusahaan industri harus menanamkan modal kerjanya dalam jumlah yang cukup besar dalam bentuk persediaan bahan baku dan bahan pembantu, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi. Sedangkam pada perusahaan jasa tidak terlalu membutuhkan investasi yang besar dalam persediaan. 2. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang atau jasa akan dijual serta harga pokok barang atau jasa tersebut. Semakin lama waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang atau jasa yang akan dijual, maka akan semakin besar pula jumlah modal kerja yang diperlukan. Apabila syarat pembelian yang diberikan rekanan cukup menguntungkan, misalnya waktu pembayarannya cukup panjang, maka sedikit uang yang tertanam dalam persediaan karena dalam hal ini penjual turut serta membiayai persediaan. 3. Syarat-syarat penjualan Pengaruh syarat penjualan terhadap kebutuhan modal kerja merupakan kebalikan dari pengaruh syarat-syarat pembelian, yaitu semakin lunak syarat
16 TINJAUAN PUSTAKA
penjualan yang diberikan kepada pelanggan, maka semakin besar modal kerja yang dibutuhkan. Jika syarat-syarat penjualan dengan melakukan potongan tunai kepada pelanggan dilakukan, maka diharapkan jumlah modal kerja yang diinvestasikan dalam piutang semakin kecil karena dengan demikian pelanggan akan tertarik untuk membayar tunai. 4. Volume Penjualan Peningkatan penjualan berhubungan langsung dengan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan. Meningkatnya volume penjualan akan diikuti oleh peningkatan jumlah produksi dan dengan sendirinya kebutuhan modal kerja akan meningkat pula. 5. Tingkat Perputaran Persediaan Tingkat perputaran persediaan menunjukkan berapa kali jumlah persediaan yang telah digunakan dan diganti dalam satu periode. Semakin tinggi perputaran persediaan tersebut maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan akan semakin rendah. 6. Tingkat Perputaran Piutang Semakin sedikit waktu yang digunakan untuk menagih piutang, maka semakin sedikit pula modal kerja yang dibutuhkan, untuk meningkatkan perputaran piutang dapat dilakukan dengan cara mengatur kebijakan pemberian kredit maksimum dan cara penagihan. 7. Kepercayaan Pemberi Kredit kepada Perusahaan (credit ratting) Jumlah modal kerja perusahaan dalam bentuk kas yang harus tersedia tergantung atas kebijakan yang ditentukan oleh perusahaan (cash policy). Sebaliknya kebijakan kas ini tergantung pula dari kepercayaan pemberi kredit kepada perusahaan, perputaran piutang dan persediaan serta praktek perusahaan dalam memanfaatkan kesempatan memperoleh potongan tunai. Suatau perusahaan harus menjaga hubungan baik dengan pemberi kredit, sehingga dengan adanya credit ratting yang baik ini, bermanfaat dalam hal memperoleh modal kerja yang diperlukan, sehingga perusahaan tidak perlu memelihara modal kerja yang terlalu besar.
17 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.6
Pembiayaan Modal Kerja Ada dua macam kemungkinan sumber pembiayaan modal kerja yaitu
dengan menggunakan sumber dana jangka panjang yaitu modal sendiri dan kredit jangka panjang, serta dana jangka pendek yaitu hutang jangka pendek. Sumber dana yang akan dipilih untuk membiayai modal kerja haruslah yang menguntungkan perusahaan. Jika kebutuhan modal kerja seluruhnya akan dipenuhi dengan kredit jangka pendek atau hutang lancar yang dapat digunakan terbatas. Adapun faktor-faktor yang membatasi jumlah hutang jangka pendek adalah : 1.
Jumlah hutang dagang dibatasi oleh pembelian bahan baku atau barang dagangan secara kredit.
2.
Jumlah biaya yang harus dibayar (hutang gaji dan hutang pajak) terbatas.
3.
Jumlah hutang jangka pendek yang dapat disetujui oleh kreditor terbatas.
Demikian pula apabila kebutuhan modal kerja akan dipenuhi seluruhnya dengan modal sendiri, maka masalahnya apakah modal sendiri yang tersedia mencukupi. Pada umumnya jumlah modal sendiri tidak cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan modal kerja karena sudah digunakan untuk membiayai aktiva tetap. Jika kebutuhan modal kerja seluruhnya dengan kredit jangka panjang, maka hal ini tidak menguntungkan, mengingat penggunaannya dalam jangka pendek, sedangkan perusahaan terkait pada beban tetap yang harus dibayar yaitu beban bunga. Selain itu ada periode dimana dana yang dipinjam akan menganggur dan perusahaan masih tetap harus membayar biaya bunganya. Dalam menentukan komposisi sumber dana jangka pendek dan jangka panjang yang akan digunakan untuk membiayai modal kerja, manajemen harus mengingat bahwa modal kerja adalah sejumlah dana tertentu yang terus berulangulang berputar secara tetap atau permanen. Jumlah ini dengan sendirinya harus tetap dipertahankan jangan sampai kekurangan, sehingga tidak mengganggu jalannya operasi perusahaan. Misalnya kas dalam jumlah tertentu harus selalu ada,
18 TINJAUAN PUSTAKA
begitu pula perusahaan sebaiknya mempertahankan sejumlah persediaan minimum. Sehubungan dengan hal tersebut maka dapat diambil suatu pegangan bahwa modal kerja yang sifatnya permanen, sebaiknya dibiayai dengan kredit jangka pendek.
2.1.7
Kebijakan Modal Kerja Setiap perusahaan memiliki kebijakan yang berbeda dalam mencapai
tujuannya. Untuk mencapai tujuan perusahaan, kebijakan dalam pengelolaan modal kerja juga berbeda. Ada 3 tipe kebijakan modal kerja yang kemungkinan digunakan oleh perusahaan, yaitu: 1. Kebijakan Konservatif Kebijakan modal kerja konservatif merupakan manajemen modal kerja yang dilakukan secara hati-hati. Pada kebijakan konservatif ini modal kerja permanen dan sebagian modal kerja variabel dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang, sedangkan sebagian modal kerja variabel lainnya dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek. 2. Kebijakan Agresif Pada kebijakan ini sebagai modal kerja permanen dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang, sedangkan modal kerja permanen dan modal kerja variabel dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek. 3. Kebijakan Moderat Pada kebijakan ini aktiva yang bersifat tetap yaitu aktiva tetap dan modal kerja permanen dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang, sedangkan modal kerja variabel dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek. Kebijakan moderat mencerminkan kebijakan manajemen yang konservatif sekaligus agresif. Kebijakan ini memisahkan secara tegas bahwa kebutuhan modal kerja yang sifatnya tetap dibelanjai dengan sumber modal yang permanen atau sumber dana yang berjangka panjang.
19 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.8
Efektivitas Modal Kerja Menurut Arens dan Loebbecke (2000,798) pengertian efektivitas adalah
sebagai berikut : "Effectiveness refers to the accomplishment of objectives." Adapun menurut Komarudin (1994;269) arti efektivitas adalah sebagai berikut : "Efektivitas
adalah
suatu
keadaan
yang
menunjukan
tingkatan
keberhasilan (atau kegagalan) kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu." Keefektifan penggunaan modal kerja dari suatu perusahaan ditunjukkan oleh perputaran modal kerja perusahaan yang bersangkutan. Jika kebutuhan modal kerja terpenuhi dan dapat dipergunakan secara optimal dan efektif serta melalui penggunaan modal kerja tersebut kinerja operasi dapat ditingkatkan maka penjualan operasi atau pendapatan dapat ditingkatkan dan kebutuhan akan penjualan atau pendapatan dapat dipenuhi dan laba yang dapat diperoleh perusahaan dapat ditingkatkan.
2.1.8.1 Perputaran Modal Kerja Modal kerja selalu dalam keadaan berputar atau beroperasi selama perusahaan yang bersangkutan menjalankan usahanya. Perputaran modal kerja dimulai pada saat kas diinvestasikan dalam persediaan, piutang sampai kembali lagi menjadi kas. Menurut Bambang Riyanto (1995;57), tingkat perputaran modal kerja bruto atau aktiva lancar dapat diukur dengan menggunakan rasio tingkat perputaran modal kerja yang persamaannya adalah sebagai berikut : Net Sales Working Capital Turnover = --------------------------------Average Working Capital
Rasio ini menunjukkan berapa kali modal kerja berputar dalam satu periode (biasanya dalam satu tahun). Average Working Capital diperoleh ditentukan dengan persamaan :
20 TINJAUAN PUSTAKA
Average Working Capital = Working Capitalawal tahun+Working Capitalakhir tahun 2
Lamanya waktu rata-rata yang dibutuhkan oleh modal kerja untuk setiap kali berputar disebut periode perputaran modal kerja. Periode perputaran modal kerja akan mempengaruhi lama terkaitnya dana pada modal kerja. Periode perputaran modal kerja ditentukan dengan persamaan : 360 Working Capital Turnover Period = ---------------------------------Working Capital Turnover
Tingkat perputaran modal kerja yang tinggi mengidentifikasi perusahaan telah mengelola modal kerjanya secara efektif.
2.2
Laba dan Profitabilitas
2.2.1
Pengertian Laba Pengertian profit atau laba merupakan indikasi kesuksesan suatu badan
usaha. Tujuan dari pelaksanaan operasi perusahaan adalah untuk menghasilkan laba sehingga dalam setiap aktivitasnya selalu diarahkan untuk menciptakan laba. Laba sering dijadikan tolak ukur dalam mengukur kinerja perusahaan. Secara umum laba sering dijadikan dasar bagi pengambilan keputusan para investor dan kreditor dalam melakukan penanaman modalnya, walaupun hal tersebut bukan satu-satunya faktor yang mendasari mereka dalam berinvestasi. Menurut pendapat Anthony,dkk (1992;204) dalam bukunya Sistem Pengendalian Manajemen yang merupakan edisi terjemahan menyatakan : "Laba adalah selisih antara pendapatan (ukuran keluaran) dengan pengeluaran (ukuran masukan). Jadi laba merupakan ukuran efisiensi dan efektifitas."
Dan menurut James D. Wilson (1988;1), yang memendang tujuan perusahaan tidak hanya dari segi laba, tapi juga arahannya dalam jangka panjang sebagai berikut :
21 TINJAUAN PUSTAKA
"Tujuan yang ingin dicapai perusahaan adalah memperoleh laba yang sebesar-besarnya sesuai dengan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang." Oleh karena itu, laba pada perusahaan atau unit usaha yang menjadikan laba sebagai tujuan utamanya, merupakan alat yang baik untuk mengukur prestasi dari pimpinan atau manajernya, dengan kata lain efektifitas dan efisiensi dari suatu usaha secara garis besar dapat dilihat pada laba yang diraihnya. Walaupun tidak semua organisasi perusahaan menjadikan laba sebagai tujuan utamanya, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa pada organisasi non profitpun, laba diperlukan untuk kelangsungan perusahaan. Untuk perusahaan yang bertujuan memaksimalkan laba, maka laba dapat menjamin eksistensi perusahaan baik dalam operasi maupun dalam kemampuan untuk memberikan dividen yang memuaskan kepada para pemegang sahamnya.
2.2.2
Jenis-jenis Laba dan Tujuan Perhitungan Laba Jenis-jenis laba dalam kaitannya dengan perhitungan laba rugi terdiri dari
beberapa jenis: 1.
Laba Kotor, yaitu selisih antara hasil penjualan dengan Harga Pokok Penjualan (Penjualan).
2.
Laba Operasional, merupakan hasil dari aktivitas-aktivitas yang termasuk rencana perusahaan dan kecuali ada perubahan-perubahan besar dalam ekonomi, dapat diharapkan akan dicapai setiap tahun. Oleh karenanya, angka ini menyatakan kemampuan perusahaan untuk hidup dan mencapai laba yang pantas sebagai balas jasa pada pemilik modal.
3.
Laba sebelum dikurangi pajak, merupakan laba operasi ditambakan hasil dan dikurangi biaya diluar operasi biasa, bagi pihak-pihak yang tertentu terutama dalm hal pajak, angka ini adalah yang terpenting karena jumlah ini menyatakan laba pada akhirnya dicapai perusahaan.
4.
Laba sesudah pajak atau bersih, merupakan laba setelah dikurangi berbagai pajak, laba bersih kedalam perkiraaan “retained earning”. Dari perkiraan
22 TINJAUAN PUSTAKA
ini akan diambil suatu jumlah tertentu untuk dibagikan sebagai dividen pada para pemegang saham.
Perhitungan laba suatu perusahaan dapat dilakukan setiap bulan, namun untuk tujuan praktis perhitungan laba dilakukan pada akhir periode akuntansi. Perhitungan ini dituangkan dalam suatu laporan laba rugi bersamaan dengan penyusuanan neraca. Perhitungan laba ini umumnya mempunyai dua tujuan yaitu: 1. Tujuan Intern : tujuan yang berhubungan dengan usaha pihak-pihak untuk mengarahkan aktivitas perusahaan pada kegiatan yang menguntungkan. Informasi tentang laba dapat dipergunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengevaluasi aktivitas operasi perusahaan dalam periode yang lalu, melakukan analisis dan memperbaikinya untuk meningkatkan kemampuan unit usaha dalam menghasilkan laba. 2. Tujuan Ekstern : disini perhitungan laba ditujukan untuk memberikan pertanggungjawaban pada pemegang saham, untuk keperluan pajak, untuk emisi saham di bursa saham, dan permohonan kredit pada bank atau lembaga keuangan lainnya.
2.2.3
Profitabilitas Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh
laba atau sejauh mana efektivitas pengelolaan perusahaan oleh manajemen untuk memperoleh laba. Seperti yang dikemukakan Agus Sartono (2001;122), yang mendefinisikan profitabilitas sebagai berikut : "Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri."
Pengertian Profitabilitas menurut Budi Raharjo (2001;103) adalah sebagai berikut :
23 TINJAUAN PUSTAKA
"Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan
dengan
menggunakan
modal
yang
tertanam
didalamnya."
Sedangkan menurut PSAK (2004;17), dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan disebutkan : "Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan dimasa depan. Informasi fluktuasi kinerja adalah penting dalam hubungan ini bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas dan sumber daya yang ada. Disamping itu, informasi tersebut juga berguna dalam perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya." Profitabilitas mengukur evaluasi atas pendapatan perusahaan dan efektivitas penggunaan dan pemanfaatan sumber daya perusahaan dalam menghasilkan laba. Analisis terhadap profitabilitas memberikan gambaran para analis mengenai kegiatan operasional perusahaan masa lalu dan memberikan informasi untuk memperatikan hasil-hasil yang diharapkan pada masa yang akan datang. Bagi para pemilik modal, analisis profitabilitas ini dapat dipergunakan untuk memperkirakan berapa tingkat pengembalian yang akan diterimanya. Bagi para kreditor, analisis profitabilitas penting untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang memadai, yang merupakan sumber dana yang dapat digunakan untuk membayar bunga dan pokok pinjaman. Sedangkan manajemen berkepentingan terhadap profitabilitas untuk menilai kinerja atas prestasi yang didapat. Agar suatu perusahaan dapat terus menerus dalam keadaan profitable, manajemen harus menggunakan sumberdaya yang dimilikinya dengan optimal, produktif dan seefisien mungkin untuk menghasilkan pendapatan. Selain itu dibutuhkan kecermatan dalam mengendalikan biaya-biaya yang harus dikeluarkan perusahaan, agar dapat menghasilkan laba yang maksimal.
24 TINJAUAN PUSTAKA
2.2.4
Pengukuran Profitabilitas Para analis keuangan memerlukan beberapa tolak ukur untuk menilai
kondisi keuangan dan prestasi suatu perusahaan. Tolak ukur yang sering digunakan adalah rasio, yang menghubungkan data keuangan yang satu dengan yang lainnya. Dengan cara tersebut, para analis dapat melakukan perbandingan data keuangan dalam periode yang berbeda dari suatu perusahaan untuk menilai kemajuan perusahaan tersebut. Para analis juga dapat melakukan perbandingan data keuangan beberapa perusahaan yang sejenis dalam periode yang sama. Untuk
menilai
profitabilitas
suatu
perusahaan
digunakan
rasio
profitabilitas. Rasio profitabilitas menghubungkan rasio dengan besaran tertentu yaitu penjualan maupun modal/aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba. Menurut Bambang Riyanto (1995;331): "Rasio-rasio profitabilitas yaitu rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari kebijaksanaan dan keputusan-keputusan (profit margin on sales, return on assets, return on net worth dan sebagainya)."
Ada beberapa rasio profitabilitas yang dapat digunakan sesuai dengan kepentingan para pemakai informasi laporan keuangan, yaitu : 1. Profit Margin, memperhatikan prosentase laba atas setiap rupiah penjualan yang dilakukan perusahaan. Rasio ini dapat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengendalikan atau menghemat biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk menghasilkan pendapatan dalam rangka meningkatkan laba. a. Gross Profit Margin atau Rasio Laba Kotor Menunjukkan hubungan antara penjualan dengan harga pokok penjualan atau cost of goods sold. Dengan persamaan :
Net Sales - cost of goods sold Gross Profit Margin = -------------------------------------Net sales
25 TINJAUAN PUSTAKA
b. Operting Profit Margin Rumus yang dipakai dalam operating profit margin adalah : Net sales - (hpp + biaya penjualan + biaya umum dan administrasi) Net sales Operating profit margin mengukur laba operasi yang dihasilkan dari setiap rupiah penjualan dari kegiatan pokok perusahaan tanpa dipengaruhi oleh keputusan pembiayaan berupa biaya bunga, pengubahan tarif pajak dan tidak dipengaruhi oleh pos-pos yang diperoleh dari usaha-usaha diluar kegiatan utama, misalnya pendapatan dividen, pendapatan bunga serta hasil penjualan aktiva.
c. Net Profit Margin Disini ditujukan kemampuan perusahaan untuk menutup biaya yang harus ditanggung dalam menjalankan operasinya dengan pendapatan yang dihasilkan selama periode tertentu. Biaya tersebut meliputi harga pokok penjualan, biaya penjualan, biaya umum dan administrasi, biaya bunga, dan pajak. Persamaannya adalah : Net income after tax Net Profit Margin = ---------------------------Net sales 2. Return On Assets (ROA) ROA
manunjukkan
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan
pengembalian berupa net income dengan menggunakan aktiva yang dimilikinya dan dapat ditentukan berdasarkan persamaan : Net Income ROA = --------------------------Average total assets
3. Return On Equity (ROE/Return On Shareholder's Equity) ROE ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menggunakan modal sendiri (saham preferen dan saham biasa) untuk menghasilkan keuntungan
26 TINJAUAN PUSTAKA
bagi para pemegang saham preferen maupun saham biasa. Persamaannya adalah: Net Income After Tax ROE = --------------------------------------Average Sharehorder Equity 4. Return On Investment (ROI) ROI ini mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan laba bersih. Persamaannya adalah : EAT ROI = -----------------------------Average total assets Average total asset = Total Asset awal tahun + Total Asset akhir tahun 2 2.3
Hubungan Antara Efektivitas Modal Kerja dengan Profitabilitas Modal kerja adalah investasi perusahaan dalam bentuk aktiva lancar.
Modal kerja ini sangat penting untuk melaksanakan kegiatan perusahaan. Kegiatan-kegiatan yang dibiayai dengan modal kerja antara lain adalah pembelian bahan baku atau barang dagangan, dan hutang yang timbul dari pembelian secara kredit, pembayaran gaji karyawan dan biaya-biaya lain yang diharapkan dapat kembali melalui penjualan beserta laba yang dihasilkan. Uang yang diterima dari penjualan selanjutnya akan digunakan untuk membiayai kegiatan operasional berikutnya. Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan menjalankan usahanya. Berapa kali modal kerja berputar dalam satu periode (umumnya satu tahun) disebut perputaran modal kerja. Periode perputaran modal kerja dimulai dari saat kas dinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana komponen-komponen tersebut kembali lagi menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berati makin cepat perputarannya atau makin tinggi tingkat perputarannya, maka semakin tinggi tingkat laba yang dihasilkan.
27 TINJAUAN PUSTAKA
Tinggi rendahnya tingkat perputaran modal kerja akan berdampak langsung terhadap besar kecilnya dana yang harus diinvestasikan dalam bentuk modal kerja. Makin rendah perputaran modal kerja, berarti makin lambat perputarannya, makin lama waktu terikatnya dana pada modal kerja, makin besar kebutuhan modal kerja dan semakin besar dana yang harus diinvestasikan dalam modal kerja. Biaya bunga yang digunakan untuk membiayai modal kerja akan semakin besar seiring dengan kenaikan kebutuhan modal kerja. Kenaikan biaya tersebut dapat mengurangi laba, dan profitabilitas perusahaan dapat menurun. Makin tinggi perputaran modal kerja, berarti makin cepat perputarannya, makin pendek waktu terikatnya dana pada modal kerja, makin kecil kebutuhan modal kerja dan semakin kecil dana yang harus diinvestasikan dalam modal kerja. Dengan demikian dana yang tersedia dapat digunakan perusahaan untuk investasi lain yang lebih menguntungkan, misalnya untuk menambah aktiva tetap dalam rangka memperluas usaha, hal tersebut dapat meningkatkan laba dan profitabilitas perusahaan. Jadi ditinjau dari sisi profitabilitas, semakin tinggi perputaran modal kerja adalah semakin baik, hal ini dikemukakan Nelson & Miller (2000;690) : "The working capital is the life blood of business enterprise and must be circulating in the business to be profitable. Generally the faster the operating cycle occurs, the better, because it indicates that working capital is being well managed. If company can shorter the cycle and thereby increase the number cycle per year, while holding profit margin and expense constan, it will increase the profitability. For most merchandising companies the control and movement of working capital are the keys to profitability." Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa apabila manajemen dapat memperpendek siklus operasinya, dengan kata lain meningkatkan perputaran modal kerja dan apabila fakta-fakta lain tetap, misalnya profit margin dan biayabiaya konstan, maka profitabilitas perusahaan akan meningkat. Namun apabila modal bertambah, sedangkan tingkat perputaran tidak meningkat atau bahkan berkurang, maka profitnya akan berkurang. Hal ini menunjukkan hubungan yang berlawanan antara modal kerja dengan tingkat profitabilitas, sedangkan perputaran modal kerja dengan tingkat profitabilitas hubungannya searah.
28 TINJAUAN PUSTAKA
Besarnya tingkat perputaran modal kerja menunjukkan tingkat efektivitas penggunaan modal kerja oleh perusahaan atau menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan tingkat penjualan yang dapat dicapai dari penggunaan modal kerja tersebut.
Efektivitas Modal Kerja (X)
Profitabilitas (Y)
Gambar 2.1 Hubungan Efektivitas Modal Kerja dengan Profitabilitas
2.4 Studi Empiris Sebelumnya Sebagai bahan perbandingan penulis mencoba membandingkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Fenia (2006), dengan judul "Pengaruh Perkembangan Modal Kerja Terhadap Profitabilitas (studi survey pada beberapa perusahaan semen)". Dimana dari
penelitian tersebut
dihasilkan
persamaan
regresi
Y=-171.334.637 + 0,7634X. Y adalah profitabilitas dengan indikatornya laba bersih setelah pajak dan X adalah modal kerja dengan indikatornya modal kerja bersih. Nilai koefisien b sebesar 0,7634 menunjukkan adanya hubungan yang positif antara modal kerja dengan profitabilitas. Pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas pada ketiga perusahaan semen pada periode 2002-2004 sesuai dengan kriteria dari Sugiono, yaitu mempunyai hubungan yang sedang antara modal kerja dengan profitabilitas, dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,5117. Besarnya koefisien determinasi yang merupakan kontribusi variabel Y yaitu profitabilitas, adalah sebesar 26,18% sedangkan sisanya sebesar 73,82% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini. Pengujian terhadap r, yang dilakukan dengan uji hipotesis, menghasilkan penerimaan terhadap Ho yang berbunyi bahwa tidak ada pengaruh antara modal kerja dengan profitabilitas pada PT.Semen Cibinong Tbk, PT.Semen Gresik (persero) Tbk, dan PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk selama periode 2002-2004. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa modal kerja tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas.
29 TINJAUAN PUSTAKA
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Yetty Susanti (2006), dengan judul "Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas (studi kasus pada PT Industri Telekomunikasi indonesia)", menyatakan bahwa dari hasil penelitian dapat digambarkan bahwa perkembangan perputaran modal kerja dari tahun 19972004 telah mencapai hasil yang baik yang diikuti dengan meningkatnya penjualan bersih. Namun secara umum tingkat profitabilitas mengalami penurunan, tetapi secara rata-rata tingkat profitabilitas yang dicapai cukup baik dengan adanya peningkatan. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengaruh perputaran modal kerja terhadap tingkat profitabilitas berpengaruh kuat yaitu sebesar 0,6587 artinya meningkatnya tingkat perputaran modal kerja akan meningkatkan tingkat profitabilitas perusahaan. Hasil koefisien determinasi menunjukkan pengaruh perputaran modal kerja terhadap profitabilitas sebesar 43,39% sedangkan sisanya 56,61% merupakan besarnya faktor-faktor lain. Secara umum peningkatan modal kerja yang dikeluarkan PT INTI diikuti oleh peningkatan tingkat profitabilitas yang dicapai perusahaan dan sebaliknya penurunan modal kerja yang dikeluarkan perusahaan diikuti oleh penurunan tingkat profitabilitas. Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang kuat antara perputaran modal kerja perusahaan terhadap tingkat profitabilitasnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah varibel yang diteliti pada penelitian ini adalah efektivitas modal kerja dan objek yang diteliti pada penelitian ini lebih banyak, yaitu perusahaan yang termasuk ke dalam kategori kelompok usaha manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan pengamatan untuk jangka waktu 2 tahun yaitu 2003-2004.