BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komoditas Cabai Rawit Cabai merupakan tanaman perdu dari family terong-terongan (solanaceae) yang memilikinama ilmiah Capsicum sp. Cabai berasal dari benua Amerika tepatnya daerah peru dan menyebar ke Negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia. Selain di Indonesia, ia juga tumbuh dan popular sebagai bumbu masakan di Negara-negara Asia Tenggara lainnya.Di Malaysia dan Singapura cabai dinamakan cili padi, di Filipina siling labuyo, dan di Thailand phrik khi nu. Di Kerala, India, terdapat masakan tradisional yang menggunakan cabai rawit dan dinamakan kanthari mulagu. Dalam bahasa inggris ia dikenal dengan nama Thaipepper atau bird’s eye chili pepper (Setiadi, 2007:11) Cabai rawit dapat tumbuh baik di dataran rendah. Secara umum cabai memang bisa ditanam disembarangan tempat, sembarangan daerah dan sembarangan waktu. Cabai bisa ditanam pada saat musim kemarau maupun musim hujan. Bertanam cabai rawit dapat memberikan nilai ekonomi yang cukup tinggi apabila menghasilkan 8 ton buah cabai rawit karena tanaman cabai rawit dapat diusahakan selama dua setengah tahun selama musim tanam. Walaupun demikian pada saat tertentu harga cabai dapat melonjak naik sehingga memberikan nilai tambah bagi petani (Setiadi, 2006: 13) Saat ini cabai menjadi salah satu komoditas sayuran yang banyak dibutuhkan masyarakat, baik masyarakat lokal maupun internasional.Setiap harinya permintaan cabai semakin bertambah seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk diberbagai Negara. Sehingga budidaya cabai ini menjadi peluang usaha yang masih sangat menjanjikan, bukan hanya untuk pasar lokal saja namun juga berpeluang untuk memenuhi pasar ekspor. Cabai bukan merupakan tanaman asli Indonesia, walaupun hampir setiap hari penduduk Indonesia makan dengan cabai (Wiryanta, 2003: 8)
B. Usahatani Cabai Rawit Usahatani adalah ilmu yang mempelajari cara petani untuk mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, moda, teknologi, pupuk, benih, dan pestisida) dengan efektif, efisien, dan kontinyu untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan usaharaninya meningkat, yang mempelajari bagaimana seorang mengkordinir factor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaikbaiknya (Soekartawi, 1995:6) Tanaman cabai diperkirakan ada sekitar 20 spesies yang sebagian besarnya tumbuh ditempat asalnya Amerika, diantaranya yang sudah akrab dengan kehidupan manusia baru beberapa spesies saja, yaitu cabai besar (C.annum) dan cabai kecil/rawit (C. Frutescense). Cabai pada dasarnya terdiri atas dua golongan utama yaitu cabai besar (capsicumannuum L) dan cabai rawit (Capsicum Frutencens L). cabai besar terdiri atas cabai merah (hot pepper/cabai pedas), cabai hijau, dan paprika sweet pepper/cabai manis (Prajnanta, 2007:6) Menurut
Tjahjadi
(1991:19),
ada
beberapa
faktor
yang
dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai. Faktor-faktor tersebut antara lain iklim, tinggi rendahnya letak geografisnya, kesuburan tanah, dan faktor biotik seperti gangguan hama dan patogen, serta tumbuh pengganggu. 1. Faktor Iklim Faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman cabai meliputi sinar matahari, curah hujan, kelembaban, suhu udara, angin, dan penguapan. Tanaman cabai sangat memerlukan sinar matahari. Apabila kurang mendapat sinar matahari dipersemaian atau pada awal pertumbuhannya, tanaman cabai akan mengalami etiolasi, jumlah cabang sedikit dan akibatnya buah cabai yang dihasilkan juga berkurang, karena bunga cabai di rumah plastic atau rumah kaca, untuk menghindari curah hujan. Walaupun biaya penanaman dengan cara ini cukup tinggi, tetapi hasil pemasukan juga berlipat ganda. Sebab, harga cabai pada musim penghujan dapat menjadi dua atau tiga kali lipat dari pada harga pada musim kemarau.
Tanaman cabai dapat tumbuh dengan baik di daerah yang mempunyai kelembaban udara yang tinggi sampai sedang. Kelembaban udara yang terlalu rendah akan mengurangi produksi cabai. Suhu rata-rata yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai adalah antara 18-30o C. Suhu udara yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan menyebabkan turunnya produksi cabai. Angin yang bertiup cukup keras juga akan merusak tanaman cabai. Tiupan angin yang kencang akan mematahkan ranting, menggugurkan bunga dan buah, bahkan dapat merobohkan tanaman. Penguapan yang inggi dapat menyebabkan produksi cabai menurun. Untuk mengurangi faktor penguapan, tanaman cabai harus disiram dua atau tiga hari sekali. 2. Tinggi Rendahnya Letak geogrfis Tanaman cabai dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah atau dataran tinggi. Dengan kata lain, tanaman cabai tidak membutuhkan suatu ketinggian tempat yang khusus untuk pertumbuhannya. Tinggi rendahnya suatu tempat biasanya berhubungan langsung dengan suhu udara dan kelembaban udara. 3. Kesuburan Tanah Kesuburan tanah memegang peranan sangat penting untuk tanaman cabai. Selain sebagai penyangga akar, tanah juga berfungsi sebagai penyedia air, zat-zat hara, dan udara bagi pernafasan akar tanaman. Tanah yang subur dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara optimal. Tanaman cabai tumbuh baik pada kemasaman tanah (pH) 5,0-7,5. Pada kemasaman tanah yang sangat rendah, yaitu sekitar 4,0, tanaman cabai masih dapat tumbuh dengan baik, tetapi produksi buah agak berkurang, karena beberapa unsure hara akan sulit diserap. Pemberian kapur untuk meningkat pH jarang dilakukan pada penanaman cabai, karena dengan pemupukan TSP yang cukup sebagai pupuk dasar sudah dapat meningkatkan pH. 4. Faktor biotik Selain faktor-faktor abiotik, yaitu iklim dan tanah, yang perlu diperhatikan juga faktor biotik. Hama, patogen, dan gulma adalah faktor biotik yang sering menggagalkan panenan cabai.
Menurut Rukmana (2002:2), lingkungan tumbuh yang paling cocok untuk membudidayakan cabai rawit berdasarkan luas areal penanamannya di berbagai daerah dijumpai di dataran rendah yang mempunyai tipe iklim D3 dan E3, yaitu daerah yang mempunyai bulan basah antara 0-5 bulan, dan bulan kering antara 4-6 bulan. Penanaman cabai rawit di dataran rendah lebih efisien, karena produktivitas per satuan waktu lebih tinggi dibandingkan dengan penanaman di dataran medium atau dataran rendah.
C. Varietas Cabai Rawit Varietas cabai rawit yang beredar dipasaran sangat terbatas karena petanilebih banyak menanam bibit sendiri dari buah hasil panen.( Prajnanta, 2007: 6).Daerah yang kira-kira memiliki ketinggian tempat 300-400 M sangatcocok ditanami beberapa varietas cabai berikut: a. Sky Hot. Merupakan cabai rawit hibrida yang akan segera dirilis olehdistributornya di Indonesia (Tirta Mas). Cabai introduksi dari HungnongSeed, Korea ini memiliki warna hijau segar pada saat muda dan merahcerah pada saat masak. Pertumbuhan tanamannya seragam, buahnyabanyak dan sangat bagus untuk dijual segar. b. Cakra putih (cengkek). Buah varietas ini berwarna putih kekuningan yangberubah merah cerah pada saat masak. Pertumbuhan tanaman sangat kuat dengan membentuk banyak percabangan. Posis buah tegak ke atas dengan bentuk agak pipih dan rasa amat pedas. Varietas ini mampu menghasilkan 12 ton per ha dengan rata-rata 300 buah per tanaman. Varietas ini dapat dipanen pada umur 85-90 HST serta tahan terhadap serangan penyakit. c. Cakra Hijau (ceplik). Varietas ini mampu beradaptasi baik di dataranrendah maupun tinggi. Saat masih muda buahnya berwarna hijau dansetelah masak berubah merah. Potensi hasilnya 600 gram per tanaman atau12 ton per ha. Rasa buahnya pedas. Varietas ini tahan terhadap seranganhama dan penyakit yang biasa menyerang cabai. Panen berlangsung padaumur 80 HST. Cakra hijau maupun cakra putih
merupakan varietas cabairawit yang bermerk Kapal terbang exThailand.Permintaan terhadap cabai terus meningkat, sehingga perlu didukung alihteknologi budidaya intensif dan penanganan pasca panen yang memadai. Komoditas cabai sangat besar peranannya dalam menunjang usaha pemerintah meningkatkan usaha pendapatan taraf hidup petani, memperluas kesempatankerja, menunjang pengembangan agribisnis, meningkatkan ekspor sekaligus mengurangi impor, dan melestarikan sumber daya alam. Untuk menutup keran impor cabai perlu diupayakan usaha perluasan lahan penanaman serta inovasi baru dalam teknologi budidaya cabai. Salah satu cara yang memungkinkan adalah dengan terobosan teknologi budidaya cabai yang mampu menghasilkan produksi tinggi pada luasan lahan yang terbatas. Teknologi tersebut berupa penggunaan benih hibrida, mulsa, pemeliharaan secara intensif, serta ditunjang oleh pengelolaan yang profesional (Prajnanta, 2007 :7)
D. Keragaan Cabai Rawit Keragaan cabai adalah perkembangan keadaan cabai yang meliputi jumlah permintaan, jumlah penawaran, harga dan distribusi. Harga komoditas pertanian umumnya, termasuk cabai. Harga masih tetap menjadi beban resiko terbesar yang di tanggung petani, Ini disebabkan kekurangan produksi. Produksi cabai di Indonesia masih rendah dengan rata-rata nasional hanya mencapai 5,5 ton/ha, sedangkan potensi produksinya dapat mencapai 20 ton/ha. Berdasarkan hal itu, maka usaha peningkatan produksi cabai harus dilakukan baik dengan cara perbaikan teknik budidaya maupun dengan penggunaan varietas yang sesuai (Setiadi, 2006:29) Jumlah permintaan dan penawaran cabai rawit di pasar sering berubahubah, ini disebabkan volume di pasaran peredarannya sangat besar.Walaupun volumenya sangat besar dan dibutuhkan oleh semua kalangan, harga cabai rawit berubah hampir setiap waktu, tergantung jumlah barang dan permintaan.Bila barang tidak ada karena iklim yang tidak mendukung, maka harga cabai bisa turun drastis.Penurunan harga yang sangat tajam juga terjadi bila cuaca mendung dan kondisi lembab.Distribusi juga kerapkali sangat berpengaruh pada pembentukan
harga, apabilamasalah yang dihadapi pedagang khususnya dalam menjalankan usahatani cabai rawit, pedagang harus membiayai kenderaan untuk mengangkut hasil panen dari petani ketempat penjualan.
E. Teori Permintaan dan Penawaran Dalam kegiatan pemasaran terdapat interaksi antara penjual dan pembeli suatu barang atau jasa melalui penawaran.Pembeli menginginkan barang atau jasa melalui suatu permintaan. Sementara itu, penjual menawarakan barang atau jasa yang disebut dengan penawaran (Kasmir, 2009:160). Permintaan dan penawaran atas barang-barang atau komoditas produk pertanian berkaitan erat dengan perkembangan harga, atau boleh juga disebut harga mempengaruhi permintaan ataupun penawaran hasil pertanian. Apabila harga naik maka permintaan akan turun dan apabila harga turun permintaan akan naik. Sebaliknya, bila penawaran naik maka harga akan turun dan bila penawaran turun maka harga akan naik. (Moehar, 2004 : 135) 1. Pengertian Permintaan Suryawati, (1998:11) Menjelaskan dalam teori ekonomi mikro, permintaan didefinisikan sebagai banyaknya suatu komoditi yang ingin dibeli dan dapat dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat harga pada suatu saat tertentu.Laksana (2008:107), menambahkanpermintaan merupakan jumlah barang dan jasa tertentu yang konsumen sedia beli pada kondisi dan waktu tertentu, dengan demikian maka permintaan mempunyai hubungan erat dengan harga jual. Hal ini karena harga jual merupakan salah satu kondisi utama yang mempengaruhi kesediaan membeli dari konsumen. Hukum permintaan menjelaskan hubungan antara permintaan suatu barang terhadap harga barang tersebut, hukum permintaan menyatakan bahwa “ Makin rendah harga suatu barang maka akan semakin banyak permintaan terhadap barang tersebut, sebaliknya makin tinggi harga suatu barang maka akan semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. Hukum permintaan membentuk kurva permintaan, Karena hanya menghubungkan variabel harga barang dan jumlah barang yang diminta. Kurva permintaan berbentuk garis lurus yang miring
dari kiri atas ke kanan bawah, miringnya kurva permintaan tersebut menunjukkan adanya anggapan bahwa yang berpengaruh terhadap jumlah yang diminta hanyalah tingkat harga. , (Suparmoko, 1990:7)
P
Q Gambar 1. Kurva permintaan Keterangan : P = Price (harga) Q = Quantity ( jumlah) Hukum permintaan hanya menekankan perhatian pada hubungan antara harga dengan jumlah barang yang diminta.Sedangkan pada kenyataanya jumlah barang yang diminta tidak hanya dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri. Suryawati,
(1998:15)
menambahkan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
Permintaan selain harga yaitu, 1.
Harga Barang itu Sendiri Harga akan mempengaruhi jumlah barang yang diminta. Jika harga naik
jumlah permintaan tersebut akan meningkat, sedangkan jika harga turun maka jumlah permintaan akan menurun. 2.
Harga Barang Lain Permintaan konsumen terhadap suatu barang juga tergantung pada harga
barang lain. Berdasarkan fungsinya terhadap barang lain maka barang ekonomi dapat digolongkan kedalam tiga bagian, yaitu barang subtitusi, komplementer dan barang lain yang tidak mempunyai kaitan sama sekali dengan barang tersebut. Barang subtitusi adalah barang yang fungsinya dapat saling mengganti sedangkan barang komplementer adalah barang yang fungsinya saling melengkapi.
3.
Pendapatan Besar kecilnya pendapatan yang diperoleh seseorang turut menentukan
besarnya permintaan akan barang dan jasa. Apabila pendapatan yang diperoleh tinggi maka permintaan akan barang dan jasa juga semakin tinggi. Sebaliknya jika pendapatannya turun, maka kemampuan untuk membeli barang juga akan turun. Akibatnya jumlah barang akan semakin turun. 4.
Selera Konsumen Selera konsumen terhadap barang dan jasa dapat mempengaruhi jumlah
barang yang diminta. Jika selera konsumen terhadap barang tertentu meningkat maka permintaan terhadap barang tersebut akan meningkat pula. 5.
Intensitas Kebutuhan Konsumen Intensitas kebutuhan konsumen berpengaruh terhadap jumlah barang yang
diminta. Kebutuhan terhadap suatu barang atau jasa yang tidak mendesak, akan menyebabkan permintaan masyarakat terhadap barang sangat mendesak maka permintaan masyarakat terhadap barang tersebut menjadi meningkat. 6.
Perkiraan Harga Dimasa Depan Apabila konsumen memperkirakan bahwa harga akan naik maka
konsumen cenderung manambah jumlah barang yang dibeli karena ada kekhwatiran harga akan semakin mahal. Sebaliknya apabila konsumen memperkirakan bahwa harga akan turun, maka konsumen cenderung mengurangi jumlah barang yang dibeli. Misalnya ada dugaan kenaikan harga barang maka para konsumen akan membeli barang sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan persediaan lebih banyak. 7.
Jumlah Penduduk
Pertambahan penduduk akan mempengaruhi jumlah barang yang diminta. Jika jumlah penduduk dalam suatu wilayah bertambah banyak, maka jumlah barang yang diminta akan meningkat 2. Pengertian Penawaran Suryawati (1998:17) Menjelaskan dalam teori ekonomi mikro, Penawaran didefinisikan sebagai banyaknya suatu barang yang ingin ditawarkan oleh
produsen di pasar pada berbagai tingkat harga pada suatu saat tertentu.Sedangkan menurut Prathama (2002:32) Penawaran adalah jumlah barang yang produsen ingin tawarkan (jual) pada berbagai tingkat harga selama satu periode tertentu. Suparmoko, (1990:27) Hukum penawaran menyatakan bahwa “apabila harga suatu barang naik, maka jumlah barang yang ditawarkan akan meningkat, hukum penawaran ini akan menurunkan kurva penawaran yaitu kurva yang menunjukkan hubungan antara jumlah yang ditawarkan dan tingkat harga barang yang bersangkutan, Suryawati (1998:17), menambahkan Kurva suatu barang menunjukkan hubungan antara harga barang tersebut di pasar dengan jumlah yang ingin diproduksi dan dijual oleh produsen. Hubungan antara harga suatu barang dengan jumlah yang ditawarkan akan membentuk suatu kurva penawaran. P
Q Gambar 2. Kurva penawaran Keterangan : P = Price (Harga) Q = Quantity (Jumlah) Selain akibat perubahan harga barang itu sendiri, penawaran menurut Suryawati (1998:19) juga dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut : 1. Harga Barang itu Sendiri Harga yang tinggi akan menguntungkan bagi produsen sehingga ia akan menambah penawarannya di pasar. Perubahan harga ini hanya menyebabkan pergerakan di sepanjang kurva penawaran.
2. Harga Barang Lain Barang dengan posisi yang saling menggantikan akan mengalami perubahan penawaran jika salah satu barang mengalami perubahan harga. ketika barang subtitusi mengalami kenaikan maka permintaan masyarakat terhadap barang yang digantikan akan meningkat. Kenaikan permintaan ini akan memberikan dorongan kepada produsen untuk menaikkan produksi. 3. Harga Faktor Produksi Harga fakor produksi adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh produsen dalam kegiatan produksinya.Jika terjadi kenaikan harga faktor produksi maka biaya yang dikeluarkan oleh produsen dalam kegiatan produksinya meningkat sehingga menurunkan tingkat keuntungan produsen.Hal tersebut direspon oleh produsen dengan mengurangi jumlah produksinya untuk menghemat biaya produksinya. Oleh sebab itu, meningkatnya harga faktor produksiakan menurunkan jumlah komoditas yang ditawarkan oleh produsen. Kenaikan harga faktor produksi akan menyebabkan produsen memproduksi outputnya lebih sedikit dengan jumlah anggaran yang tetap yang nantinya akan mengurangi laba produsen sehingga produsen akan pindah ke industri lain dan akan mengakibatkan berkurangnya penawaran. 1. Biaya Produksi Kenaikan harga input juga memepengaruhi biaya produksi. Bila biaya produksi meningkat, maka produsen akan mengurangi hasil produksinya, berarti penawaran barang dan jasa berkurang. 2.
Teknologi Produksi Penggunaan teknologi dapat meningkatkan efisiensi waktu dan biaya.
Dengan penggunaan teknologi perusahaan dapat meminimalkan biaya produksi dan memaksimalkan pendapatan yang kemudian akan meningkatkan keuntungan yang meningkat perusahaan akan meresponnya dengan peningkatan volume produksinya, sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan teknologi akan meningkatkan penawaran suatu komoditas.
3.
Jumlah pedagang Apabila jumlah penjual suatu produk tertentu semakin banyak, maka
penawaran produk tersebut akan bertambah. 4.
Tujuan Perusahaan Tujuan
perusahaan
memaksimumkan
tidak
keuntungan.
selalu Beberapa
berorientasi perusahaan
hanya
pada
bertujuan
usaha untuk
memaksimalkan volume produksi, sehingga selalu berusaha menghasilkan dan menjual
lebih
banyak
untuk
meningkatkan
penawarannya
serta
dapat
memaksimumkan laba buka hasil produksinya secara maksimum, tetapi akan menggunakannya pada tingkat produksi yang akan memberikan keuntungan maksimum. 5.
Kebijakan Pemerintah Kebijakan pemerintah untuk mengurangi komoditas impor menyebabkan
supply dan keperluan akan kebutuhan tersebut dipenuhi sendiri sehingga dapat meningkatkan penawaran. F. Teori Harga Menurut Alma (2007:10), harga (price) adalah nilai suatu barang yang dinyatakan dengan uang. Sedangkan menurut Umar (2001:10), mendefinisikan harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat memiliki atau menggunakan produk yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui tawar-menawar, atau ditetapkan oleh penjual melalui satu harga yang sama terhadap semua pembeli. Penetapan harga dan persaingan harga telah dinilai sebagai masalah utama yang dihadapi perusahaan. Menurut Laksana (2008:105), Pengertian harga dapat didefinisikan sebagai alat tukar, hal ini seperti yang dikemukakan oleh Stanton dalam Yamanto (1989:308) bahwa “Harga adalah Jumlah uang (kemungkinan ditambah beberapa barang) yang dibutuhkan untuk memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk dan pelayanan yang menyertainya”. Berdasarkan definisi tersebut Laksana (2008:105), mendefinisikan harga merupakan jumlah uang yang diperlukan sebagai penukar berbagai kombinasi produk dan jasa, dengan demikian maka
suatu harga haruslah dihubungkan dengan macam-macam barang dan/atau pelayanan yang akhirnya akan sama dengan sesuatu yaitu produk dan jasa. Menurut Gunawan (1985), bahwa harga adalah “apa yang dibebankan untuk sesuatu. Setiap transaksi dagang dapat dianggap sebagai suatu pertukaran uang, uang adalah harga untuk sesuatu”. 1. Pengertian fluktuasi Fluktuasi adalah lonjakan atau ketidak tetapan segala sesuatu yang bias digambarkan dalam sebuah grafik, seperti fluktuasi harga barang, fluktuasi harga yang tinggi merupakan salah satu yang sering muncul dalam pemasaran komoditas holtikultura. Harga yang sangat berfluktuatif secara teoritis akan menyulitkan prediksi bisnis, fluktuasi harga komoditas pada dasarnya terjadi akibat ketidak seimbangan antara jumlah pasokan dan permintaan yang dibutuhkan konsumen. Jika pasokan berlebih maka harga komoditas akan turun, sebaliknya jika terjadi kekurangan pasokan maka harga naik. Dalam proses pembentukan harga, perilaku petani dan pedagang menjadi penting karena mereka dapat mengatur volume penjualan sesuai dengan kebutuha konsumen. Hal ini mengindikasikan bahwa pada dasarnya fluktuasi harga yang relative tinggi pada komoditas sayuran terjadi akibat kegagalan petani dan pedagang sayuran dalam mengatur volume pasokannya sesuai kebutuhan konsumen (Irawan, 2007:13) 2. Distribusi Saluran pemasaran atau saluran distribusi adalah kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen
kepada
konsumen,
perusahaan
menyerahkan
sebagian
tugas
penjualannya kepada pihak lain, dikarenakan ada alasan yang menguntungkan bagi perusahaan untuk memberikan tugas penjualan produknya. Menciptakan nilai tambah produk melalui fungsi-fungsi pemasaran yang dapat merealisasikan kegunaan bentuk, tempat, waktu dan kepemilikan dalam pelaksanaan aktivitasaktivitas distribusi, perusahaan kerapkali harus bekerja sama dengan berbagai perantara dan saluran distribusi untuk menawarkan produknya kepasar (Laksana 2008: 123)
G. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini dilakukan oleh Stato (2007), dengan judul: Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fluktuasi Harga Bawang Merah dan Peramalannya.Berdasarkan hasil uji regresi, faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap fluktuasi harga bawang merah yaitu pasokan impor bawang merah dan harga impor bawang merah, serta harga pupuk.Dari ketiga faktor tersebut yang memberikan pengaruh paling besar terhadap fluktuasi harga bawang merah yaitu harga impor bawang merah, ditunjukan dengan nilai kerelasinya sebesar 0,693. Sari (2009), meneliti tentang Resiko Harga Cabai Merah Keriting dan Cabai Merah Besar, dengan menggunakan metode ARCH GARCH yang digunakan untuk meramalkan volatilitas pada periode selanjutnya. Volatilitas hasil peramalan tersebut kemudian digunakan untuk mengukur risiko harga cabai dengan menggunakan perhitungan VaR (Value at Risk), berdasarkan hasil penelitiannya adalah cabai merah keriting dan cabai merah besar merupakan komoditi yang sangat fluktuatif dari sisi harga. Harga yang sangat fluktuatif ini mengakibatkan tingginya resiko harga cabai merah keriting dan harga cabai merah besar tersebut. Resiko harga cabai merah keriting yang lebih besar dibandingkan cabai merah besar disebabkan oleh beberapa faktor yaitu volume permintaan cabai merah keriting yang lebih besar sementara pasokan lebih berfluktuasi terkait dengan resiko produksi. Zacky (2007), meneliti tentang Peramalan dan Faktor-Faktor Peramalan dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fluktuasi Harga Beras IR II Tingkat Konsumen Di Beberapa Kota Besar Di Pulau Jawa Dan Bali, berdasarkan hasil penelitiannya, Teknik peramalan time series yang terbaik, digunakan untuk melakukan peramalan selama enam bulan. Peramalan harga beras IR II lima kota ,yaitu Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan Denpasar menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Harga beras tertinggi terjadi di Kota Yogyakarta diikuti Denpasar, Jakarta dan Surabaya, sedangkan harga terendah terjadi di Kota Bandung.Faktor-faktor yang mempengaruhi harga beras IR II tingkat konsumen di Kota Jakarta adalah harga beras IR II tingkat grosir, jumlah pasokan, dan lag
harga. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga beras IR II tingkat konsumen di Kota Yogyakarta dan Surabaya adalah harga beras IR II tingkat grosir , stok Bulog dan lag harga. Harga beras IR II tingkat grosir dan lag harga mempengaruhi harga beras IR II tingkat konsumen di Kota Bandung dan Denpasar. Penelitian lain dilakukan oleh Muharlis (2007), dengan judul: Peramalan dan Faktor-Faktor Penentu Fluktuasi Harga Cabai Merah Di Enam Kota Besar Di Jawa-Bali, dari hasil pengolahan data dengan menggunakan metode time series,faktor yang mempengaruhi perubahan harga cabai merah adalah faktor harga jual cabai merah di PIKJ (X4). Faktor-faktor selanjutnya yang berpengaruh adalah harga cabai merah di tingkat produsen di Kota I (X1), lag harga cabai merah (X2) dan Variabel dummy (D1). Untuk faktor pasokan cabai di PIKJ tidak banya berpengaruh pada perubahan harga cabai merah besar maupun cabai merah keriting, hanya berpengaruh pada perubahan harga cabai mderah besar di DKI Jakarta. Penelitian dengan judul Peramalan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Bawang Merah Enam Kota Besar Di Indonesia dilakukan oleh Roni Indra Kurniawan (2007).Dengan metode analisis yang digunakan adalah mtode SARIMA.Berdasarkan hasil penelitian tersebut Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga bawang merah di DKI Jakarta yaitu harga bawang merah di Pasar Induk Kramat Jati, lag harga bawang merah dan dummy hari besar keagamaan. Untuk kota Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Denpasar dipengaruhi oleh harga bawang merah di Pasar Induk Kramat Jati dan lag harga bawang merah. Sedangkan untuk Surabaya dipengaruhi oleh harga bawang merah di tingkat produsen, harga bawang merah di Pasar Induk Kramat Jati dan lag harga bawang merah. Berdasarkan uraian penelitian terdahulu dapat diidentifikasi bahwa faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga cabai adalah jumlah permintaan dan penawaran, harga cabai, jumlah pedagang.
H. Kerangka Pikir Agribisnis terdiri dari dua subsistem yaitu permintaan dan penawaran cabai rawit yang memiliki keragaan harga dan distribusi Agribisnis Cabai rawit
Subsistem usahatani cabai rawit
Permintaan cabai rawit
Penawaran cabai rawit
Keragaan cabai rawit
Distribusi
Harga
Gambar 3. Kerangka pikir analisis keragaan permintaan dan penawaran cabai rawit di Kota Gorontalo Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka maka kerangka pikir adalah Agribisnis cabai yang merupakan salah satu komoditas holtikultura penting dan memiliki nilai ekonomi di Indonesia,yang terdapat dua subsistem usahatani yaitu permintaan didefinisikan sebagai banyaknya suatu komoditi yang ingin dibeli dan dapat dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat harga suatu saat tertentu, sedangkan penawaran sebagai banyaknya suatu barang yang ingin
ditawarkan oleh produsen di pasar pada berbagai tingkat harga pada suatu saat tertentu. Dari dua subsistem ini adalah Penawaran dan permintaan cabai yang memiliki keragaan yaitu perkembangan cabai dan keadaan cabai yang meliputi harga cabai dan distribusi cabai rawit. Dimana kekurangan pasokan karena iklim sehingga dapat mempengaruhi harga cabai di pasaran .