6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Persalinan 1. Pengertian Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Prawirohardjo, 2005). Persalinan kala II adalah proses pengeluaran buah kehamilan sebagai
hasil
pengenalan
proses
dan
penatalaksanaan
kala
pembukaan yang dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks dan berakhir dengan lahirnya bayi (Saifudin, 2002). 2. Tahap Persalinan Menurut Sarwono (2005), persalinan dibagi menjadi 4 tahap yaitu : a. Kala I (kala pembukaan) Kala
satu
persalinan
adalah
permulaan
kontraksi
persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan serviks yang progresif yang diakhiri dengan pembukaan lengkap (10 cm) pada primipara kala I berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam (Varney, 2007). Terdapat 2 fase pada kala satu, yaitu : 1) Fase laten Merupakan periode waktu dari awal persalinan hingga ketitik ketika pembukaan mulai berjalan secara progresif, yang umumnya dimulai sejak kontraksi mulai muncul hingga pembukaan tiga sampai empat sentimeter atau permulaan fase aktif berlangsung dalam 7-8 jam. Selama fase ini presentasi mengalami penurunan sedikit hingga tidak sama sekali. 2) Fase aktif
7
Merupakan periode waktu dari awal kemajuan aktif pembukaan menjadi komplit dan mencakup fase transisi, pembukaan pada umumnya dimulai dari 3-4 cm hingga 10 cm dan berlangsung selama 6 jam. Penurunan bagian presentasi janin yang progresif terjadi selama akhir fase aktif dan selama kala dua persalinan. Fase aktif dibagi dalam 3 fase, antara lain : a) Fase akselerasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm. b) Fase dilatasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm. c) Fase deselerasi, yaitu pembukaan menjadi lamban kembali dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap (Prawirohardjo, 2005). b. Kala II (kala pengeluaran janin) Menurut Depkes RI (2002), beberapa tanda dan gejala persalinan kala II adalah Ibu merasakan ingin meneran bersamaan terjadinya kontraksi, Ibu merasakan peningkatan tekanan pada rectum atau vaginanya, perineum terlihat menonjol, vulva vagina dan sfingter ani terlihat membuka, peningkatan pengeluaran lendir darah. Pada kala II his terkoordinir, kuat, cepat dan lama, kirakira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris timbul rasa mengedan, karena tekanan pada rectum, ibu seperti ingin buang air besar dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai terlihat, vulva membuka dan perenium meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahirlah kepala dengan diikuti seluruh badan janin. Kala II pada primi : 1½ - 2 jam, pada multi ½ - 1 jam (Mochtar, 2002).
8
Tabel 2.1 Perbedaan lama persalinan kala II primipara dengan multipara
Kala II Kurva Friedman Berlangsung
PRIMI 2 jam 1 jam 1½ - 2 jam
MULTI 1 jam 15 menit ½ – 1 jam
c. Kala III (pengeluaran plasenta) Menurut Depkes RI (2002), tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal dibawah ini: Perubahan bentuk dan tinggi fundus, tali pusat memanjang, semburan darah tiba-tiba. Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uterus setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina akan lahir spontan atau sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc (Mochtar, 2002). d. Kala IV Kala pengawasan selama 2 jam setelah plasenta lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama bahaya perdarahan postpartum. 3. Proses Terjadinya Persalinan Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti, sehingga menimbulkan teori-teori yang komplek antara lain dari faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada saraf, dan nutrisi. a. Teori peregangan 1) Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
9
2) Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai. 3) Contohnya, pada hamil ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan
tertentu,
sehingga
menimbulkan
proses
persalinan. b. Teori penurunan progesterone 1) Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu. 2) Produksi progesterone mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin. 3) Akibat otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesterone tertentu. c. Teori oksitosin internal 1) Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis past posterior. 2) Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. 3) Menurunnya
konsentrasi
progesterone
akibat
tuanya
kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dapat mulai. d. Teori prostaglandin 1) Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur hamil 15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. 2) Pemberian
prostaglandin
saat
hamil
dapat
menimbulkan
kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan. 3) Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan. e. Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis 1) Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin, induksi (mulainya) persalinan.
10
2) Dari percobaan tersebut disimpulkan ada hubungan antara hipotalamus-pituitari dengan mulainya persalinan (Manuaba, 2002). 4. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Persalinan Menurut
Manuaba
(2007),
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
persalinan yaitu : a. Power His (kontraksi ritmis otot polos uterus) adalah kekuatan mengejan ibu keadaan kardiovaskuler respirasi metabolik ibu. Kontraksi uterus berirama teratur dan involunter serta mengikuti pola yang berulang. Setiap kontraksi uterus memiliki tiga fase yaitu: increment (ketika intensitasnya terbentuk), acme (puncak atau maksimum), decement (ketika relaksasi). Kontraksi uterus terjadi karena adanya penimbunan dan pengikatan kalsium pada Retikulum Endoplasma (RE) yang bergantung pada Adeno Triphospat (ATP) dan sebaliknya E2 dan F2 mencegah penimbunan dan peningkatan oleh ATP pada RE, RE membebaskan kalsium ke dalam intra selular dan menyebabkan kontraksi miofibril. Setelah miofibril berkontraksi, kalsium kembali lagi ke RE sehingga kadar kalsium intraselular akan berkurang dan menyebabkan relaksasi miofibril. Peregangan serviks oleh kepala janin akhirnya menjadi cukup kuat untuk menimbulkan daya kontraksi korpus uteri dan akan mendorong janin maju sampai janin dikeluarkan. Ini sebagai umpan balik positif, kepala bayi meregang serviks, regangan serviks merangsang kontraksi fundus mendorong bayi ke bawah dan meregangkan serviks lebih lanjut, siklus ini berlangsung terus menerus. Kontraksi uterus bersifat otonom artinya tidak dapat dikendalikan
oleh
parturien,
sedangkan
saraf
simpatis
parasimpatis hanya bersifat koordinatif (Wiknjosastro, 2002).
dan
11
1) Kekuatan his kala I bersifat: a) Kontraksi bersifat simetris. b) Fundus dominan. c) Involunter artinya tidak dapat diatur oleh parturien. d) Kekuatan makin besar dan pada kala pengeluaran diikuti dengan reflek mengejan. e) Diikuti
retraksi
artinya
panjang
otot
rahim
yang
berkontraksi tidak akan kembali ke panjang semula. f) Setiap kontraksi mulai dari “pace maker” yang terletak sekitar insersi tuba dengan arah penjalaran ke daerah serviks uteri dengan kecepatan 2 cm per detik. 2) Kekuatan his kala II Kekuatan his pada akhir kala pertama atau permulaan kala dua mempunyai amplitudo 60 mmHg, interval 3-4 menit, durasi berkisar 60-90 detik. Kekuatan his menimbulkan putaran paksi dalam, penurunan kepala atau bagian terendah menekan serviks di mana terdapat fleksus frikenhauser sehingga terjadi reflek mengejan. Kekuatan his dan reflek mengejan mengakibatkan ekspulsi kepala sehingga berturutturut lahir ubun-ubun besar, dahi, muka, kepala seluruhnya. 3) Kekuatan his kala III Setelah
istirahat
sekitar
8-10
menit
berkontraksi
untuk
melepaskan plasenta dari insersinya. 4) Kekuatan his kala IV Setelah plasenta lahir kontraksi rahim tetap kuat dengan amplitudo sekitar 60-80 mmHg. Kekuatan kontraksi ini tidak diikuti oleh interval pembuluh darah tertutup rapat dan terjadi kesempatan membentuk trombus. Melalui kontraksi yang kuat dan pembentukan trombus terjadi penghentian pengeluaran darah postpartum (Wiknjosastro, 2002).
12
b. Passage Passage adalah keadaan jalan lahir, jalan lahir mempunyai kedudukan penting dalam proses persalinan untuk mencapai kelahiran bayi. Dengan demikian evaluasi jalan lahir merupakan salah satu faktor yang menentukan apakah persalinan dapat berlangsung pervaginam atau sectio sesaria. Pada jalan lahir tulang dengan panggul ukuran normal apapun jenis pokoknya kelahiran pervaginam janin dengan berat badan yang normal tidak akan mengalami kesukaran, akan tetapi karena pengaruh gizi, lingkungan atau hal-hal lain. Ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil dari pada standar normal, sehingga biasa terjadi kesulitan dalam persalinan pervaginam. Pada jalan lahir lunak yang berperan pada persalinan adalah segmen bawah rahim, servik uteri dan vagina. Disamping itu otot-otot jaringan ikat dan ligamen yang menyokong alat-alat urogenital juga sangat berperan pada persalinan. c. Passanger Passager adalah janinnya sendiri, bagian yang paling besar dan keras pada janin adalah kepala janin, posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan, kepala janin ini pula yang paling banyak mengalami cedera pada persalinan, sehingga dapat membahayakan hidup dan kehidupan janin kelak, hidup sempurna, cacat atau akhirnya meninggal. Biasanya apabila kepala janin sudah lahir, maka bagian-bagian lain dengan mudah menyusul kemudian. d. Psikologis Respon Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga biasa melahirkan atau memproduksi anaknya. Mereka seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu “keadaan yang belum pasti“ sekarang menjadi
13
hal yang nyata. Psikologis meliputi : Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual, pengalaman bayi sebelumnya, kebiasaan adat, dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu. e.
Penolong Peran dari penolong persalinan dalam hal ini adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Proses tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lamanya Persalinan a. Faktor usia Usia
ibu
merupakan
salah
satu
faktor
risiko
yang
berhubungan dengan kualitas kehamilan atau berkaitan dengan kesiapan ibu dalam reproduksi. Menurut Monintja dalam Wiknjosastro
(2002), menyatakan bahwa faktor ibu yang
memperbesar risiko kematian perinatal (high risk moteur) adalah pada ibu dengan umur lebih tua. Ibu primitua yaitu primigravida yang berumur di atas 35 tahun. Sering ditemui perineum yang kaku dan tidak elastis, hal tersebut akan menghambat persalinan kala II dan dapat meningkatkan risiko terhadap janin. Menurut Manuaba, usia reproduksi sehat adalah 20 tahun sampai 35 tahun. Faktor umur disebut-sebut sebagai penyebab dan predisposisi terjadinya berbagai komplikasi yang terjadi pada kehamilan dan persalinan, antara lain penyebab kelainan his, atonia uteri, plasenta previa dan lain-lain (Wiknjosastro, 2002). b. Faktor paritas Menurut
Pusdiknakes
(2003),
paritas
adalah
jumlah
kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup di luar rahim. Sedangkan menurut Azrul (2000), paritas adalah jumlah kehamilan di mana bayi yang dilahirkan mampu hidup di luar kandungan.
14
Partus lama sering dijumpai pada kehamilan pertama dengan umur ibu lebih dari 35 tahun merupakan penyebab dari berbagai komplikasi seperti kelainan his, yang berakibat pada terjadinya partus lama. Paritas 2-3 merupakan paling aman ditinjau dari kematian maternal, paritas 1 dan lebih dari 3 mempunyai angka lebih tinggi. Persalinan lama terutama pada primipara biasanya berkenaan dengan belum atau kurangnya persiapan
perhatian
dalam
mengahadapi
persalinan
(Wiknjosastro, 2002). c. Keadaan his Faktor power atau kekuatan yang mendorong janin keluar adalah faktor yang sangat penting dalam proses persalinan, his yang tidak normal baik kekuatan maupun sifatnya dapat menghambat kelancaran persalinan (Manuaba, 2001). Proses persalinan dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah faktor power. Power adalah kekuatan-kekuatan yang ada pada ibu seperti kekuatan his dan mengejan yang dapat menyebabkan servik membuka dan mendorong janin keluar. Senam hamil adalah terapi latihan gerak untuk mempersiapkan ibu hamil, secara fisik atau mental, pada persalinan cepat, aman dan spontan. Ibu hamil dianjurkan untuk mengikuti senam hamil bila kandungan sudah mencapai usia 6 bulan ke atas sampai akan melahirkan (Widianti, 2010). d. Keadaan panggul Panggul merupakan salah satu bagian yang penting dan mempengaruhi
proses
persalinan
disebut
faktor
passage.
Berbagai kelainan panggul dapat mengakibatkan persalinan berlangsung lama antara lain: kelainan bentuk panggul seperti jenis panggul negel, rachitis, skoliosis, kifosis robert, serta kelainan ukuran panggul baik panggul luar maupun panggul dalam.
15
e. Keadaan letak janin Letak dan presentasi janin dalam rahim (passanger) merupakan salah satu faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap
proses
persalinan,
menurut
Fraser
(2009),
98%
persalinan terjadi dengan letak belakang kepala. Mekanisme persalinan merupakan suatu proses di mana kepala janin berusaha meloloskan diri dari ruang pelviks dengan menyesuaikan ukuran kepala janin dengan ukuran pelviks melalui proses
sinklitismus,
asinklitismus
posterior,
asinklitismus
anterior, fleksi maksimal, rotasi internal, ekstensi, ekspulsi total, namun pada beberapa kasus proses ini tidak berlangsung dengan sempurna, karena adanya kelainan letak dan presentasi sehingga proses tersebut pada umumnya berlangsung lama, akibat ukuran dan posisi ukuran kepala janin selain presentasi belakang yang tidak sesuai dengan ukuran rongga panggul (Wiknjosastro, 2002). f. Besarnya janin Besar neonatus pada umumnya kurang dari 4.000 gram dan jarang melebihi 5.000 gram. Yang dinamakan bayi besar ialah bila berat badannya lebih dari 4.000 gram. Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4.000 gram adalah 5,3% dan yang lebih dari 4.500 gram adalah 0,4 %. Pada panggul normal, janin dengan berat badan 4.000-5.000 gram pada umumnya tidak mengalami kesulitan
dalam
melahirkannya.
pada
janin
besar,
faktor
keturunan memegang peranan penting. Selain itu janin besar dijumpai pada wanita hamil dengan diabetes mellitus, pada postmaturitas dan pada grandemultipara (Wiknjosastro, 2006). 6. Paritas Paritas adalah jumlah kehamilan dan persalinan yang telah mencapai batas viabilitas tanpa memperhatikan jumlah anak apakah tunggal atau multiple. Menurut Azrul (2000), paritas adalah jumlah
16
kehamilan di mana bayi yang dilahirkan mampu hidup di luar kandungan. a. Nulipara Nulipara yaitu wanita yang belum pernah melahirkan dengan usia kehamilan lebih dari 28 minggu, belum melahirkan janin yang mampu hidup di luar kandungan (Pusdiknakes, 2003), sedangkan menurut Wiknjosastro (2002), nulipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi viable untuk pertama kali. b. Primipara Primipara adalah wanita yang telah melahirkan bayi yang viable untuk pertama kalinya (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan menurut Pusdiknakes (2001), primipara yaitu wanita yang baru pertama kali melahirkan di mana janin mencapai 28 minggu atau lebih. c. Multipara Multipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan bayi
yang
sudah
(Wiknjosastro,
viable
2002).
beberapa
kali
Menurut
yaitu
2-4
Pusdiknakes
kali
(2003),
multipara/primipara yaitu wanita yang sudah mengalami hamil dengan usia kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkan buah kehamilannya 2 kali atau lebih. d. Grandemultipara Grandemultipara
adalah
seorang
wanita
yang
telah
melahirkan bayi yang sudah viable lima kali atau lebih (Wiknjosastro,
2002).
Menurut
Pusdiknakes
(2003),
grandemultipara yaitu wanita yang sudah mengalami hamil dengan usia kehamilan telah melahirkan buah kehamilannya lebih dari 5 kali.
17
e. Great grandemultipara Adalah seorang wanita yang telah melahirkan bayi yang sudah viable 10 kali atau lebih (Wiknjosastro, 2002). Seorang wanita sedang atau telah hamil tanpa memandang hasil akhir kehamilan disebut gravidarum (Pusdiknakes, 2003). B. Senam Hamil 1. Pengertian Senam Hamil Senam hamil adalah terapi latihan gerak untuk mempersiapkan ibu hamil secara fisik atau mental, pada persalinan cepat, aman dan spontan (Widianti, 2010). Apabila ibu hamil tersebut sudah melakukan jogging, ia boleh melakukannya terus, tetapi usahakan supaya tidak sampai melewati batas. Stres juga dapat membahayakan janin. Di samping itu, dengan bertambahnya usia kehamilan, titik berat ibu hamil akan berubah, dukungan tulang panggul melemah, koordinasi biasanya menurun, dan ia akan merasa tidak nyaman. Rasa tidak nyaman akan menyebabkan ibu hamil kehilangan keseimbangan dan jatuh, sehingga melukai dirinya sendiri. Latihan fisik atau senam hamil diajarkan baik di kelas prenatal atau oleh perawat di klinik, atau balai kesehatan. Latihan yang menimbulkan rasa nyaman akan membantu menyiapkan ibu hamil dalam menghadapi persalinan (Bobak, 2005). Latihan yang dilakukan selama kehamilan akan menolong ibu dalam menghadapi stres dan kecemasan. Inti dari senam hamil sendiri adalah melatih pernapasan menjelang persalinan. Sehingga pada saat detik-detik kelahiran si bayi, sang ibu bisa rileks dan menguasai keadaan. Senam hamil biasanya dimulai saat kehamilan memasuki trimester ketiga, yaitu sekitar usia 28-30 minggu kehamilan (Depkes RI, 2009). Tiga komponen inti dari senam hamil adalah latihan pernafasan, latihan penguatan dan peregangan otot, serta latihan relaksasi. Saat ibu hamil melakukan latihan pernafasan khususnya pernafasan dalam, mereka merasakan nafasnya menjadi lebih teratur, ringan, tidak tergesa - gesa, dan panjang. Latihan pernafasan akan membuka lebih banyak ruangan yang
18
dapat dipakai dalam paru-paru sehingga kapasitas total paru-paru akan meningkat dan volume residu paruparu akan menurun, serta melatih otot otot sekeliling paru-paru untuk bekerja dengan baik. Di samping itu, latihan penguatan dan peregangan otot juga berdampak pada berkurangnya ketegangan ibu hamil (Oktrini, 1996). Zinbarg (1993), menyatakan bahwa dengan melakukan relaksasi otot, individu akan menjadi lebih mampu mendeteksi peningkatan ketegangan pada tubuh selama aktivitas sehari-harinya, digunakan sebagai isyarat untuk menerapkan latihan relaksasi. Di akhir program senam hamil, terdapat latihan relaksasi yang menggabungkan antara relaksasi otot dan relaksasi pernafasan. Pada latihan ini, ibu hamil melakukannya sambil membayangkan keadaan bayi di dalam perut baik-baik saja. Pengaruh dari relaksasi dengan membayangkan sesuatu yang menyenangkan, dapat membuat tubuh menjadi rileks (Heardman, 1996). Secara keseluruhan, senam hamil membawa efek relaksasi pada tubuh ibu hamil, baik yang bersifat relaksasi pernafasan maupun relaksasi otot. Jika ibu hamil merasa rileks, maka ia telah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi bayinya (Yuliarti, 2010). 2. Syarat Melakukan Senam Hamil Menurut Indiarti (2008), syarat melakukan senam hamil yaitu : a. Telah dilakukan pemeriksaan kesehatan dan kehamilan oleh dokter atau bidan. b. Latihan dilakukan setelah kehamilan mencapai 22 minggu. c. Latihan dilakukan secara teratur dan disiplin. d. Sebaiknya dilakukan di RS atau klinik bersalin di bawah pimpinan instruktur senam hamil. e. Kehamilan tidak mempunyai komplikasi (keguguran berulang, kehamilan dengan perdarahan, dan kehamilan dengan operasi). 3. Tujuan dan Manfaat Senam Hamil Menurut Indiarti (2008), tujuan dan manfaat senam hamil yaitu :
19
a. Tujuan Dengan mengacu pada sasaran utama senam hamil yaitu kenyamanan saat kehamilan dengan mempermudah persalinan, maka program senam hamil ditujukan untuk : 1) Meningkatkan kebugaran tubuh secara keseluruhan. 2) Menguatkan dan meregangkan otot-otot tertentu terutama otot yang berperan untuk persalinan dan mempertahankan postur. 3) Meningkatkan relaksasi tubuh terutama otot dasar panggul yang berperan besar dalam proses persalinan. 4) Melatih teknik pernafasan yang sangat dibutuhkan untuk mengatasi rasa nyeri misalnya kala I dan kala II. b. Manfaat senam hamil Senam
hamil
adalah
terapi
latihan
gerak
untuk
mempersiapkan ibu hamil, secara fisik atau mental, pada persalinan cepat, aman dan spontan. Ibu hamil dianjurkan untuk mengikuti senam hamil bila kandungan sudah mencapai usia 6 bulan ke atas. Senam hamil juga disarankan bagi ibu yang pertama kali hamil, serta ibu yang pernah mengalami kesulitan dalam persalinan atau melahirkan anak prematur. Senam hamil dapat dilakukan bila tidak ada indikasi medis kehamilan, sehingga sebelum memutuskan mengikuti senam hamil, maka sebaiknya didiskusikan terlebih dahulu tentang kondisi kehamilan dengan dokter atau bidan (Widianti, 2010). 4.
Waktu Pelaksanaan Senam Hamil Menurut Yuliarti (2010), senam hamil dianjurkan dilakukan ketika janin dalam kandungan telah berusia lebih dari tiga bulan, karena sebelum usia kandungan menginjak tiga bulan perlekatan janin di dalam uterus belum terlalu kuat. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari resiko abortus, dalam kondisi tertentu senam hamil harus dihentikan.
20
5.
Lama Senam Hamil Pelaksanaan senam hamil sedikitnya seminggu sekali maksimal 3 kali seminggu dalam waktu sekitar 30-60 menit (Jannah, 2012).
6.
Indikasi Senam Hamil a.
Semua kasus kehamilan yang sehat.
b.
Umur kehamilan 4-6 bulan dan keluhan-keluhan sudah berkurang atau hilang. Tidak dimulai saat hamil lebih dari 8 bulan.
c.
Senam hamil yang aman yang sekarang di ajarkan adalah senam pilates dengan teknik pernafasan (Widianti, 2010).
7.
Kontra Indikasi Senam Hamil Indivara (2009), menjelaskan ada beberapa kontra indikasi senam hamil yang harus diperhatikan, antara lain: a.
Kontra Indikasi Absolut atau Mutlak Bila seorang wanita hamil mempunyai penyakit jantung, penyakit paru, serviks inkompeten, kehamilan kembar, riwayat perdarahan pervaginam pada trimester II dan III, kelainan letak plasenta, seperti plasenta previa, preeklamsi maupun hipertensi.
b. Kontra Indikasi Relatif Bila seorang ibu hamil menderita anemia berat, irama jantung tidak teratur, paru bronchitis kronis, riwayat diabetes mellitus, obesitas, terlalu kurus, penyakit dengan riwayat operasi tulang ortopedi, dan perokok berat. C. Hubungan Senam Hamil Dengan Lamanya Persalinan kala II Menurut Bandiyah (2009) lama persalinan kala II tidak mudah diperkirakan secara tepat karena permulaan persalinan sering tidak jelas dan bersifat subyektif. Dalam studi terhadap wanita, yang persalinannya mulai secara spontan, terdapat variasi yang luas untuk lama persalinan. Persalinan biasanya lebih singkat apabila pasien tahu tentang fisiologi persalinan normal, dalam keadaan sehat sewaktu memulai persalinan dan percaya penuh kepada petugas yang merawatnya dan bersikap tenang.
21
Kelenturan jalan lahir merupakan perinium yang lunak serta cukup lebar, umumnya tidak memberikan kesukaran dalam kelahira n kepala janin. Alat genital perempuan mempunyai sifat yang lentur. Jalan lahir akan lentur pada perempuan yang rajin olahraga atau rajin bersenggama. Jenis olah tubuh yang paling sesuai untuk ibu hamil adalah senam hamil. Gerakan senam hamil disesuaikan dengan banyaknya perubahan fisik seperti pada organ genital, perut tambah membesar, dan lain-lain. Dengan mengikuti senam hamil secara teratur dan intensif, ibu hamil dapat menjaga kesehatan tubuh dan janin yang dikandung secara optimal (Mochtar, 1998). Wanita hamil selama pengawasan antenatal diperiksa tentang kehamilannya diberikan nasehat-nasehat dan dibeberapa rumah sakit telah di lakukan senam hamil. Sesungguhnya senam hamil bukanlah suatu hal yang aneh atau luar biasa, wanita-wanita di negara maju sangat menyukai senam dan latihan fisik. Baik selagi hamil maupun di luar
kehamilan
untuk
menjaga
kondisi
fisik
dan
mentalnya.
(Pusdinakes, 2003). Latihan senam hamil yang diberikan di RS maupun di RB dalam waktu senggang secara teratur, bila tidak ada keadaan yang sangat patologis, akan dapat menuntun wanita hamil ke arah persalinan yang fisiologis. Perasaan takut dapat menimbulkan ketegangan-ketegangan fisik, yang dapat menyebabkan otot-otot dan persendian menjadi kaku sehingga berjalan tidak wajar. Untuk mengatasi hal tersebut di atas, agar wanita mendapat ketenangan dan relaksasi yang sempurna menghadapi peristiwa persalinan diperlukan 3 hal yaitu : 1. Kepercayaan pada diri sendiri 2. Kepercayaan pada penolong 3. Latihan : senam hamil
22
Adapun sumber lain (Suara Merdeka, 2005) mengatakan senam hamil yang teratur akan membuat setiap kehamilan mengerti akan proses persalinan. Senam hamil dapat pula membantu proses persalinan dan proses kecerdasan anak. Senam hamil dibutuhkan untuk memperlancar persalinan, karena proses kelahiran yang macet bisa merusak otak dan berdampak pada kecerdasan anak kelak (Pusdinakes, 2003). Salah satu cara untuk memaksimalkan fungsi plasenta dan juga memperlancar proses persalinan adalah dengan senam hamil karena pengaruh senam hamil dapat membantu ibu melahirkan dengan baik dan membantu suplai makanan janin (Pusdinakes, 2003). Senam
hamil
penting
bagi
seorang
ibu
yang
sedang
mempersiapkan diri untuk persalinan terutama untuk ibu dengan usia kehamilan lebih dari 26 minggu. Wanita hamil yang melakukan senam hamil secara teratur dilaporkan memperoleh keuntungan persalinan yaitu masa aktifnya (kala II) menjadi lebih pendek, mengurangi insiden sectio caesaria, mengurangi pengeluaran mekonium didalam cairan amnion, dan mengurangi terjadinya gawat janin pada waktu persalinan. Program senam hamil membuktikan bahwa ternyata senam hamil sangat membantu selama proses melahirkan (Indiarti, 2006).
23
D. Kerangka Teori
Faktor yang mempengaruhi lamanya persalinan
Usia ibu Paritas Keadaan his Keadaan panggul Keadaan letak janin dan besar janin
Senam Hamil
Lama persalinan kala II
Faktor yang mempengaruhi proses persalinan
Power Passage Passanger psikologi
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian Sumber : (Modifikasi : Wiknjosastro, 2006; Widianti, 2010)
24
E. Kerangka Konsep
Senam Hamil
Lama Persalinan kala II
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
F. Variabel Penelitian Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan peneliti tentang suatu konsep pengertian tertentu. Dalam penelitian ini variabel independent dan dependentnya adalah sebagai berikut : 1.
Variabel bebas / Independent variable Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah senam hamil.
2.
Variabel terikat / Dependent variable Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah lama persalinan kala II.
G. Hipotesis Hipotesis adalah suatu kesimpulan sementara atau jawaban sementara dari perumusan masalah atau pertanyaan dalam penelitian (Nursalam, 2003). Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ada hubungan senam hamil dengan lama persalinan kala II pada ibu bersalin.