BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kinerja Manajerial Kinerja manajerial merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan efektivitas kinerja organisasional. Menurut Mahoney dkk. (1963) yang dimaksud dengan kinerja manajerial adalah kinerja individu anggota organisasi dalam kegiatankegiatan manajerial, antara lain : perencanaan, investigasi, koordinasi, supervise, pengaturan staf, negosiasi dan representasi. Stoner dkk. (1992) memberikan definisi kinerja manajerial adalah seberapa efektif dan efisien manajer telah bekerja untuk mencapai tujuan organisasi. Kinerja merupakan penampilan hasil kerja baik secara kuantitas maupun kualitas. Kinerja dapat berupa penampilan kerja perorangan maupun kelompok. Kinerja organisasi merupakan hasil interaksi yang kompleks dan agregasi kinerja sejumlah individu dalam organisasi. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi (determinan) kinerja individu, perlu dilakukan pengkajian terhadap teori kinerja. Secara umum faktor fisik dan non fisik sangat mempengaruhi. Berbagai kondisi lingkungan fisik sangat mempengaruhi kondisi dalam bekerja. Selain itu, kondisi lingkungan fisik juga akan mempengaruhi berfungsinya faktor lingkungan non fisik. Pada kesempatan ini pembahasan di fokuskan pada lingkungan non-fisik, yaitu kondisi-kondisi yang sebenarnya sangat melekat dengan sistem manajerial perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut
Prawirosentono
(1999)
pada
website
http://cokroaminoto.
wordpress.com/2007/06/12/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kinerja-individurespon-untuk-zaenul/ di download tanggal 20 Juli 2010 kinerja seorang pegawai akan baik, jika pegawai mempunyai keahlian yang tinggi, kesediaan untuk bekerja, adanya imbalan/upah yang layak dan mempunyai harapan masa depan. Secara teoritis ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja individu, yaitu: variabel individu, variabel psikologis dan variabel organisasi. Menurut Gibson (1987) pada website http://cokroaminoto.wordpress.com /2007/06/12/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kinerja-individu-respon-untuk-zaenul/ di download tanggal 20 Juli 2010 kelompok variabel individu terdiri dari variabel kemampuan dan ketrampilan, latar belakang pribadi dan demografis. Variabel kemampuan dan ketrampilan merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja individu. Kelompok variabel psikologis terdiri dari variabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi. Variabel ini banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja sebelumnya dan variabel demografis. Kelompok variabel organisasi terdiri dari variabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan. Menurut Kopelman (1986) pada website http://cokroaminoto.wordpress.com/2007
/06/12/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-
kinerja-individu-respon-untuk-zaenul/ di download tanggal 20 Juli 2010 variabel imbalan akan berpengaruh terhadap variabel motivasi, yang pada akhirnya secara langsung mempengaruhi kinerja individu.
Universitas Sumatera Utara
Dari uraian diatas dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja manejerial secara langsung adalah faktor individu yaitu kemampuan dan keterampilan, faktor psikologis yaitu sikap dan kepribadian serta faktor organisasi yaitu sumber daya, kepemimpinan dan imbalan. 2.1.2. Anggaran Partisipatif Anggaran partisipatif memberikan dampak positif terhadap prilaku karyawan, meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi dan meningkatkan kerjasama di antara para manajer. Meskipun demikian, bentuk keterlibatan si pelaksana anggaran di sini dapat bervariasi, tidak sama satu organisasi dengan yang lain. Siegel dan Ramanauskas-Marconi, (1989) dalam Clinton dan Hunton (2001) menyatakan bahwa tidak ada pandangan yang seragam mengenai siapa saja yang harus turut berpartisipasi, seberapa dalam mereka terlibat dalam pengambilan keputusan dan beberapa masalah menyangkut partisipasi. Organisasi harus memutuskan sendiri batasan-batasan mengenai partisipasi yang akan mereka terapkan. Anggaran merupakan rencana jangka pendek (biasanya satu tahun) perusahaan untuk melaksanakan sebagaian rencana jangka menengah dan jangka panjang yang berisi langkah-langkah strategi untuk mewujudkan strategi objektif tertentu
beserta
taksiran
sumber
daya
yang
diperlukan.
Nafarin
(2007)
mengemukakan bahwa anggaran merupakan suatu rencana keuangan periodik yang disusun berdasarkan program-program yang disahkan.
Universitas Sumatera Utara
Kenis (1979) mengemukakan bahwa dalam penyusunan anggaran perlu diperhatikan prilaku para pelaksana anggaran dengan cara mempertimbangkan halhal berikut ini : 1.
Anggaran harus dibuat serealistis mungkin, secermat mungkin sehingga tidak terlalu rendah atau terlalu tinggi. Anggaran yang dibuat terlalu tinggi hanyalah angan-angan.
2.
Untuk memotivasi manajer pelaksana diperlukan adanya partisipasi dalam penyusunan anggaran.
3.
Anggaran yang dibuat harus mencerminkan keadilan, sehingga pelaksana tidak merasa tertekan tetapi termotivasi.
4.
Untuk membuat laporan realisasi anggaran diperlukan laporan yang akurat dan tepat waktu, sehingga apabila terjadi penyimpangan yang memungkinkan dapat segera diantisipasi lebih dini. Menurut Brownell (1980), partisipasi anggaran adalah tingkat keterlibatan dan
pengaruh individu dalam penyusunan anggaran, sementara Chong dkk (2002) menyatakan sebagai proses di mana si pelaksana anggaran diberikan kesempatan untuk terlibat dalam dan mempunyai pengaruh dalam proses penyusunan anggaran. Kesempatan yang diberikan diyakini dapat meningkatkan pengendalian dan rasa keterlibatan dikalangan si pelaksana anggaran. Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa partisipasi manajer dalam proses penyusunan anggaran menunjukkan seberapa besar tingkat keikutsertaan manajer dalam menyusun anggaran serta pelaksanaannya untuk mencapai target anggaran. Hal
Universitas Sumatera Utara
ini diperlukan agar para manajer merasa lebih puas dan produktif dalam bekerja karena adanya negosiasi dalam keputusan terhadap target anggaran yang mengakibatkan timbulnya perasaan berprestasi dengan komitmen yang dimiliki. Banyak penelitian di bidang akuntansi manajemen yang menaruh perhatian terhadap masalah partisipasi dalam proses penyusunan anggaran, karena anggaran partisipatif dinilai mempunyai konsekuensi terhadap sikap dan prilaku anggota organisasi.
Partisipasi
pekerja
dalam
proses
penyusunan
anggaran
dapat
mengakibatkan motivasi untuk mencapai target yang ditetapkan dalam anggaran, selain itu anggaran partisipatif juga menyebabkan sikap respek bawahan terhadap pekerjaan dan perusahaan (Milani, 1975). Cherrington dan Cherrington (1973) menemukan hubungan yang positif antara partisipasi dengan kepuasan kerja dan kinerja manajerial. Studi eksperimental tersebut menguji pengaruh pengendalian melalui anggaran dan pemberian penghargaan terhadap kepuasan kerja dan kinerja manajerial. Argyris (1952) yang melakukan penelitian empiris terhadap proses penyusunan anggaran pada empat perusahaan manufaktur skala menengah menemukan adanya disfungional anggaran terhadap sikap dan prilaku. Anggaran yang terlalu menekan cenderung menimbulkan sikap agresi bawahan terhadap atasan dan menyebabkan ketegangan dan hal tersebut justru tidak memotivasi bawahan untuk meningkatkan kinerjanya, bahkan menyebabkan inefisiensi sebagai dampak dari penyusunan anggaran yang kaku dengan target yang sulit dicapai. Disamping itu, Merchant (1981) menemukan hasil bahwa dengan partisipasi anggaran yang tinggi
Universitas Sumatera Utara
akan berdampak kepada menurunnya kinerja yang dipengaruhi oleh kesenjangan anggaran yang timbul akan partisipasi yang tinggi didalam penyusunan anggaran tersebut. Hal ini terjadi akibat terbuka seluas-luasnya bagi bawahan untuk berpartisipasi terhadap proses penyusunan anggaran. 2.1.3. Kesenjangan Anggaran Siegel & Marconi (1989) dalam Puspaningsih (2002) menyatakan bahwa kesenjangan anggaran merupakan usaha yang dapat dibuat oleh manajer sehubungan dengan partisipasi dalam penganggaran. Manajer membuat kesenjangan ini dengan mengestimasikan pendapatan lebih rendah, biaya lebih tinggi atau mengestimasikan terlalu tinggi jumlah input yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu unit output. Hopwood (1976) menyatakan bahwa kesenjangan anggaran merupakan suatu usaha untuk memanipulasi target agar lebih mudah dicapai. Hal ini juga merupakan disfungsional organisasi yang justru akan mengakibatkan kinerja manajerial yang sebenarnya menjadi rendah karena target yang ditentukan terlalu rendah. Merchant (1981) menyatakan hubungan negative antara anggaran partisipatif dan kinerja manajerial dapat terjadi akibat tingkat partisipasi yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh kesenjangan anggaran yang timbul akibat partisipasi yang tinggi dalam penganggaran tersebut. Kesenjangan anggaran yang merupakan disfungsional dalam penganggaran ini adalah usaha yang dilakukan untuk melonggarkan anggaran dengan harapan dapat mencapai kinerja yang lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4. Motivasi Kerja Menurut Mitchell (1982), motivasi merupakan suatu derajat di mana seseorang individu ingin dan berusaha untuk melaksanakan tugas dengan baik. Sedangkan Dhanim (2004) menjelaskan bahwa motivasi merupakan kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan atau mekanisme psikologi yang mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang diinginkannya. Dalam arti kognitif, motivasi dianggap sebagai aktivitas individu untuk menentukan kerangka dasar tujuan dan penentuan apa yang diinginkan. Dalam arti afeksi motivasi merupakan sikap dan nilai dasar yang dianut oleh seseorang atau sekelompok orang untuk bertindak atau tidak bertindak. Lebih lanjut Dhanim (2004), menyatakan bahwa terdapat 3 unsur esensial yang melekat dalam pengertian motivasi, yaitu pertama, faktor pendorong atau pembangkit motif, baik internal maupun eksternal, kedua, tujuan yang ingin dicapai, dan ketiga, strategi yang diperlukan oleh individu atau kelompok untuk mencapai tujuan tersebut. Faktor internal sebagai pendorong motif bersumber dari dalam diri individu itu sendiri seperti kepribadian, intelegensi, kebiasaan, kesadaran, minat, bakat, kemauan dan semangat. Sedangkan faktor eksternal berasal dari luar individu, yaitu lingkungan, seperti lingkungan sosial, tekanan dan regulasi keorganisasian. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, teori motivasi yang digunakan adalah expectancy theory yang dikemukakan oleh Vroom (1964) dan dikembangkan oleh Lyne (1995). Esensi teori ini adalah bahwa prilaku individu dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Dalam teori ini dijelaskan bahwa motivasi
Universitas Sumatera Utara
adalah proses pilihan di antara beberapa alternative kegiatan sukarela. Menurut pandangan Vroom, sebagian besar individu dianggap berada di bawah pengendalian orang dan karenanya perlu dimotivasi. Ia menganjurkan untuk menerapkan prinsip kompensasi (reward) yang berkaitan dengan prilaku dan harus dilaksakan secara konsisten. Inti teori ini menurut Siagian (1999) terletak pada pendapat yang mengatakan bahwa kuatnya kecenderungan seseorang bertindak dengan cara tertentu tergantung pada besarnya harapan bahwa tindakan tersebut akan menghasilkan sesuatu dan adanya daya tarik dari hasil tersebut bagi orang yang bersangkutan. Dhanim (2004) menemukan 2 konsep pemikiran yang mendasari motivasi, yaitu pengharapan dan nilai. Pengharapan merupakan keyakinan bahwa usaha seseorang akan membuahkan hasil. Nilai adalah tingkat kesenangan yang ada dalam diri individu untuk memperoleh sejumlah keuntungan. Oleh karenanya, tugas individual cenderung berbeda yang menyebabkan nilai (berupa insentif atau uang, prestasi yang dicapai, kesempatan untuk meningkatkan karir) yang diterima berbeda pula pada setiap kondisi. Jadi, nilai dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang diharapkan dari pekerjaan yang dilakukan. 2.2. Review Peneliti Terdahulu Beberapa penelitian sebelumnya yang dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian mengenai pengaruh anggaran partisipatif terhadap kinerja manajerial adalah Sinurat (2009) dengan judul : “Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Job Relevant Information (JRI) dan Komunikasi Sebagai Variabel Moderating Pada PDAM di Provinsi Sumatera Utara”
Universitas Sumatera Utara
dengan hasil penelitian yaitu partisipasi manajer dalam penyusunan anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial. Maisyarah (2008) dengan judul : “Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Komitmen dan Komunikasi Sebagai Variabel Moderating pada PDAM Provinsi Sumatera Utara” dengan hasil penelitian yaitu partisipasi manajer dalam penyusunan anggaran memiliki pengaruh positif terhadap kinerja manajerial. Alfar (2006) dengan judul : “Pengaruh Partisipasi Manajer Dalam Penganggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Budgetary Slack Sebagai Variabel Intervening” dengan hasil penelitian yaitu partisipasi Manajer dalam penganggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial baik secara langsung maupun melalui kesenjangan anggaran sebagai variabel intervening. Yusfaningrum (2005) dengan judul : “Analisis Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Melalui Komitmen Tujuan Anggaran Dan Job Relevant Information (JRI) Sebagai Variabel Intervening (Penelitian Terhadap Perusahaan Manufaktur Di Indonesia)” dengan hasil penelitian yaitu partisipasi anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial. Adapun penelitian sebelumnya tersebut dapat juga dilihat pada tabel sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama Peneliti
Judul Penelitian
Sinurat (2009)
Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan JRI Dan Komunikasi Sebagai Variabel Moderating Pada PDAM di Provinsi Sumatera Utara
Maisyarah (2008)
Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Komitmen Dan Komunikasi Sebagai Variabel Moderating Pada PDAM Provinsi Sumatera Utara
Alfar (2006)
Pengaruh Partisipasi Manajer Dalam Penganggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Budgetary Slack Sebagai Variabel Intervening Analisis Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Melalui Komitmen Tujuan Anggaran Dan Job Relevant Information (JRI) sebagai variabel intervening
Yusfaningrum (2005)
Variabel Yang Digunakan Variabel Independen (X) : Partisipasi Penyusunan Anggaran Variabel Dependen (Y) : Kinerja Manajerial Variabel Moderating : Job Relevant Information (JRI) dan Komunikasi Variabel Independen (X) : Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran Variabel Dependen (Y) : Kinerja Manajerial Variabel Moderating : Komunikasi dan Komitmen
Variabel Independen (X) : Partisipasi Anggaran Variabel Dependen (Y) : Kinerja Manajerial Variabel Intervening : Budgetary Slack Variabel Independen (X) : Partisipasi Anggaran Variabel Dependen (Y) : Kinerja Manajerial Variabel Intervening : Komitmen Tujuan Anggaran dan JRI
Hasil Penelitian - Partisipasi manajer dalam penyusunan anggaran memiliki pengaruh positif terhadap kinerja manajerial. - Partisipasi anggaran, JRI dan Komunikasi juga berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial.
- Partisipasi manajer dalam penyusunan anggaran memiliki pengaruh positif terhadap kinerja manajerial. - Partisipasi dalam penyusunan anggaran dengan komunikasi sebagai variabel moderating tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial . - Partisipasi dalam penyusunan anggaran dengan komitmen organisasi tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial. - Partisipasi Manajer dalam penganggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial baik secara langsung maupun melalui kesenjangan anggaran sebagai variabel intervening. - Partisipasi anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial. - Partisipasi anggaran juga berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja manajerial melalui komitmen tujuan anggaran. - Partisipasi anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial melalui JRI.
Universitas Sumatera Utara