perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Interaksi Sosial 1. Definisi Interaksi Sosial Interaksi sosial menurut para ahli adalah sebagai berikut : Homans (www.google.com) mendefinisikan interaksi sebagai suatu kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya. Konsep yang dikemukakan oleh Homans ini mengandung pengertian bahwa interaksi adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam interaksi merupakan suatu stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi pasangannya. Menurut Soejono Sukamto interaksi sosial merupakan dasar proses sosial yang terjadi karena adanya hubungan-hubungan sosial yang dinamis mencakup hubungan antarindividu, antarkelompok, atau antara individu dan kelompok (Soejono Soekanto 2001:79). Proses Interaksi sosial menurut Herbert Blumer adalah pada saat manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki sesuatu tersebut bagi manusia. Kemudian makna yang dimiliki sesuatu itu berasal dari interaksi antara seseorang dengan sesamanya. Dan terakhir adalah Makna tidak bersifat tetap namun dapat dirubah, perubahan terhadap makna dapat terjadi melalui proses penafsiran yang dilakukan commit to user
26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
orang ketika menjumpai sesuatu. Proses tersebut disebut juga dengan interpretative process. Sedangkan menurut Basrowi, interaksi adalah hubungan yang dinamis yang mempertemukan orang dengan orang lain, kelompok dengan kelompok, atau orang dengan kelompok manusia yang dapat berbentuk kerjasama, persaingan, pertikaian, maupun sejenisnya. (Basrowi 2005:138) Sedangkan menurut Astrid. S. Susanto Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial. Hasil interaksi sangat ditentukan oleh nilai dan arti serta interpretasi yang diberikan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi ini (Astrid S. Susanto 1983:33) Jadi definisi dari interaksi sosial menurut penulis adalah hubungan sosial yang dinamis dan menyangkut hubungan antar individu, antara individu dengan kelompok, maupun antara kelompok dengan kelompok lainnya, yang dimana terdapat kontak dan komunikasi diantara keduanya yang menghasilkan suatu sebab dan akibat, dan menghasilkan stimulus antara kedua belah. Dimana kedua pihak saling mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.
2. Indikator Interaksi Seperti yang dikatakan dalam buku Soerjono Soekanto (Soejono Soekanto 2001:71) menyatakan bahwa suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak adanya kontak sosial dan komunikasi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu : antara orang perorangan, antara orang perorangan dengan suatu kelompok, dan antara suatu kelompok dengan kelompok lainnya. Suatu kontak dapat bersifat primer dan sekunder. Kontak primer dapat terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berbertatap muka. Sebaliknya, kontak sekunder memerlukan suatu perantara. Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu: adanya kontak sosial, dan adanya komunikasi. a. Kontak Sosial Kontak sosial berasal dari bahasa latin con atau cum yang berarti bersama-sama dan tango yang berarti menyentuh. Jadi secara harfiah kontak adalah bersama-sama menyentuh. Sebagai gejala sosial itu tidak perlu berarti suatu hubungan badaniah, karena orang dapat mengadakan hubungan tanpa harus menyentuhnya, seperti misalnya dengan cara berbicara dengan orang yang bersangkutan. Dengan berkembangnya teknologi dewasa ini, orang-orang dapat berhubungan satu sama lain dengan melalui telepon, telegraf, radio, dan yang lainnya yang tidak perlu memerlukan sentuhan badaniah. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu sebagai berikut : 1) Antara orang perorangan. Kontak sosial ini adalah apabila anak kecil mempelajari kebiasaan-kebiasaan dalam keluarganya. Proses demikian terjadi melalui komunikasi, yaitu suatu proses dimana anggota masyarakat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
yang baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di mana dia menjadi anggota. 2) Antara orang perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya. Kontak sosial ini misalnya adalah apabila seseorang merasakan
bahwa
tindakan-tindakannya
berlawanan
dengan
norma-norma masyarakat. 3) Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya. Umpamanya adalah dua partai politik yang bekerja sama untuk mengalahkan partai politik lainnya. Kontak sosial memiliki beberapa sifat, yaitu kontal sosial positif dan kontak sosial negative. Kontak sosial positif adalah kontak sosial yang mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan kontak sosial negative mengarah kepada suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan kontak sosial. Selain itu kontak sosial juga memiliki sifat primer atau sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka, sebaliknya kontak yang sekunder memerlukan suatu perantara.
b. Komunikasi Komunikasi adalah bahwa seseorang yang memberi tafsiran kepada orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan. Dengan adanya komunikasi sikap dan perasaan kelompok dapat diketahui olek kelompok lain aatau orang lain. Hal ini kemudian merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa yang akan dilakukannya. Dalam komunikasi kemungkinan sekali terjadi berbagai macam penafsiran terhadap tingkah laku orang lain. Seulas senyum misalnya, dapat ditafsirkan sebagai keramah tamahan, sikap bersahabat atau bahkan sebagai sikap sinis dan sikap ingin menunjukan kemenangan. Dengan demikian komunikasi memungkinkan kerja sama antar perorangan dan atau antar kelompok. Tetapi disamping itu juga komunikasi bisa menghasilkan pertikaian yangterjadi karena salah paham yang masing-masing tidak mau mengalah. Jadi adanya indikator yang merupakan syarat adanya interkasi di kalangan kaum gay itu sendiri sangatlah penting. Apabila hanya terjadi salah satu diantara indikator tersebut, maka bemul bisa disebut dengan interaksi. Misal, hanya terjadi kontak saja tanpa adanya komunikasi, itu belum dinamakan interkasi sosial. Karena interaksi sosial dapar terjadi apabila kontak dan juga komunikasi dapat terlaksana bersamaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
3. Faktor yang mempengaruhi Interaksi Sosial Pengertian dari interaksi sosial adalah suatu hubungan anatara dua atau lebih individu manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya. Rumusan ini dengan tepat menggambarkan kelangsungan timbal baliknya interaksi sosial antara du atau lebih manusia itu. Interaksi sosial merupakan suatu proses yang kompleks. Tetapi di dalam interaksi sosial dapat dibedak-bedakan faktor yang mendasarinya, yaitu : a. Faktor imitasi Peranan imitasi dalam interaksi sosial tidaklah kecil. Imitasi dapat membuat seorang individu mengerti bahasa atau simbol yang digunakan untuk berkomunikasi. Dimana dari komunikasi ini dapat tercipta suatu bentuk interaksi di dalam masyarakat. b. Faktor sugesti Sugesti dalam hubungannya dengan interaksi sosial bahwa seseorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya yang kemudian akan diterima oarang lain di sekitarnya. Peranan sugesti dalam interaksi sosial adalah untuk membentuk norma atau pranata sosial. c. Faktor identifikasi Dalam suatu proses interaksi sosial identifikasi dilakukan oleh seseorang kepada orang lain yang dianggapnya ideal, dan yang masih adanya kekurangan dari dalam dirinya. Ikatan yang terjadi antara orang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
yang mengidentifikasi dan orang tempat identifikasi memiliki ikatan batin yang dalam. d. Faktor simpati Faktor ini memegang peranan penting dalam suatu proses interaksi sosial. Simpati merupakan perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang lain. Simpati dapat menghubungkan antara orang yang satu dengan yang lain. (Soejono Soekanto 2001 : 95)
4. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial Proses interaksi sosial dapat berupa proses yang assosiatif dan proses yang dissosiatif. Proses yang assosiatif ini terbagi dalam tiga bentuk khusus lagi, yaitu : akomodasi, asimiliasi, dan akulturasi. Sedangkan proses yang dissosiatif mencakup persaingan yang meliputi kontroversi dan pertentangan atau pertikaian/konflik. Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition), dan bahkan juga pertikaian atau pertentangan (conflict). Kerjasama merupakan proses interaksi sosial yang bersifat assosiatif, sedangkan konflik atau pertikaian merupakan proses yang dissosiatif. a. Proses Asosiatif (Processes of Association) Hubungan sosial asosiatif merupakan hubungan yang bersifat positif artinya hubungan ini dapat mempererat atau memperkuat jalinan atau solidaritas kelompok. Ada beberapa macam hubungan yang bersifat asosiatif, yaitu : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
1) Kerja Sama (Cooperation) Beberapa
sosiolog
menganggap
bahwa
kerja
sama
merupakan bentuk interaksi sosial yang pokok. Sosiolog lain menganggap bahwa kerja sama merupakan proses utama. Golongan terakhir tersebut memahamkan kerja sama untuk menggambarkan sebagian besar bentuk-bentuk interaksi sosial atas dasar bahwa segala macam bentuk inetarksi tersebut dapat dikembalikan kepada kerja sama. Kerja sama di sini dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Bentuk dan pola-pola kerja sama dapat dijumpai pada semua kelompok manusia. (Soejono Soekanto 2001:81) Kebiasaan-kebiasaan dan sikap-sikap demikian dimulai sejak masa kanak-kanak di dalam kehidupan keluarga atau kelompok-kelompok kekerabatan. Bentuk kerja sama tersebut berkembang apabila orang dapat digerakkan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut di kemudian hari mempunyai manfaat bagi semua. Juga harus ada iklim yang menyenangkan dalam pembagian kerja srta balas jasa yang
akan
diterima.
Dalam
perkembangan
selanjutnya,
keahliankeahlian tertentu diperlukan bagi mereka yang bekerja sama, agar rencana kerja samanya dapat terleksana dengan baik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
Kerja sama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya (in-group-nya) dan kelompok lainnya (outgroup-nya). Kerja sama mungkin akan bertambah kuat apabila ada bahaya luar yang mengancam atau ada tindakan-tindakan luar yang menyinggung kesetiaan yang secara tradisional atau institusional telah tertanam di dalam kelompok, dalam diri seseorang atau segolongan orang. Kerja sama dapat bersifat agresif apabila kelompok dalam jangka waktu yang lama mengalami kekecewaan sebagai akibat perasaan tidak puas, karena keinginan-keinginan pokoknya tak dapat terpenuhi oleh karena adanya rintanganrintangan yang bersumber dari luar kelompok itu.
2) Akomodasi (Accomodation) Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu untuk menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan, berarti adanya suatu keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi antara orang-peorangan
atau
kelompok-kelompok
manusia
dalam
kaitannya dengan normanorma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat. Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan. Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu pengertian yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan sosial yang sama artinya dengan pengertian adaptasi (adaptation) yang dipergunakan oleh ahli-ahli biologi untuk menunjuk pada suatu proses dimana makhlukmakhluk hidup menyesuaikan dirinya dengan alam sekitarnya. (Soejono
Soekanto
2001:82).
Dengan
pengertian
tersebut
dimaksudkan sebagai suatu proses dimana orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia yang mula-mula saling bertentangan, saling mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi keteganganketegangan. Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara yang dipakai untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan, sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya. Tujuan akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya, yaitu: a) Untuk mengurangi pertentangan antara orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham. Akomodasi disini bertujuan untuk menghasilkan suatu sintesa antara kedua pendapat tersebut, agar menghasilkan suatu pola yang baru. b) Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu. c) Untuk memungkinkan terjadinya kerja sama antara kelompokkelompok sosial yang hidupnya terpisah sebagai akibat faktorcommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
faktor sosial psikologis dan kebudayaan, seperti yang dijumpai pada masyarakat yang mengenal sistem kasta. d) Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang terpisah.
3) Asimilasi (Assimilation) Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaanperbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompokkelompok
manusia
dan
juga
meliputi
usaha-usaha
untuk
mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama. Asimilasi merupakan proses sosial yang timbul bila ada kelompok-kelompok manusia dengan later belakang kebudayaan yang berbeda saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama sehingga kebudayaan kelompok-kelompok tadi masingmasing berubah sifatnya yang khas dan menjadi unsur kebudayaan campuran. Secara singkat, proses asimilasi ditandai dengan pengembangan sikap-sikap yang sama, walau kadangkala bersifat emosional, dengan tujuan untuk mencapai kesatuan, atau paling sedikit mencapai integrasi dalam organisasi, pikiran, dan tindakan. Proses asimilasi timbul bila ada : a) Kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
b) Orang perorangan sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan intensif untuk waktu yang lama. c) Kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri. Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi adalah : a) Toleransi b) Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi c) Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya d) Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat e) Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan f) Perkawinan campur (amalgamation) g) Adanya musuh bersama di luar. Faktor-faktor umum yang dapat menjadi penghalang terjadinya asimilasi adalah: a) Terisolasi
kehidupan
suatu
golongan
tertentu
dalam
masyarakat. b) Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi. c) Perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi. d) Perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan golongan atau kelompok lainnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
e) Perbedaan warna kulit atau perbedaan ciri-ciri badaniah. f) In-group feeling yang kuat. g) Golongan minoritas mengalami gangguan-gangguan dari golongan yang berkuasa. h) Perbedaan kepentingan dan pertentangan-pertentangan pribadi.
b. Proses Disosiatif (Processes of Dissociation) Hubungan sosial disosiatif merupakan hubungan yang bersifat negatif,
artinya
hubungan
ini
dapat
merenggangkan
atau
menggoyahkan jalinan atau solidaritas kelompok yang telah terbangun, di mana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian public atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan. Adapun beberapa macam bentuk disosiatif, adalah : 1) Persaingan (competition) Ada beberapa bentuk persaingan, di antaranya : a) Persaingan ekonomi. Timbul karena terbatasnya persediaan apabila dibandingkan dengan jumlah konsumen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
b) Persaingan kebudayaan. Menyangkut persaingan kebudayaan, keagamaan, lembaga kemasyarakatan seperti pendidikan, dan sebagainya. c) Persaingan kedudukan dan peranan. Di dalam diri seseorang maupun di dalam kelompok terdapat keinginan-keingian untuk diakui sebagai orang atau kelompok yang mempunyai kedudukan serta peranan yang terpandang. d) Persaingan ras. Perbedaan ras baik karena perbedaan warna kulit bentuk tubuh, maupun corak rambut dan sebagainya, hanya merupakan suatu perlambang kesadaran dan sikap atas perbedaan-perbedaan dalam kebudayaan. 2) Kontravensi (contravention) Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses social yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Bentuk-bentuk kontravensi menurut Leopold von Wiese, dan Howard Becker, ada 5, yaitu: a) Yang umum meliputi perbuatan-perbuatan seperti penolakan, keengganan, protes,
perlawanan,
perbuatan
gangguan-gangguan,
menghalang-halangi,
perbuatan
kekerasan,
dan
mengacaukan rencana pihak lain. b) Yang sederhana seperti menyangkal pernyataan orang lain di depan umum, memaki melalui selembaran surat, mencerca, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
memfitnah, melemparkan beban pembuktian kepada pihak lain, dan sebagainya. c) Yang
intensif
mencakup
penghasutan,
menyebarkan
desasdesus, mengecewakan pihak lain, dsb. d) Yang rahasia, seperti mengumumkan rahasia pihak lain, perbuatan khianat, dll. e) Yang taktis, misalnya mengejutkan lawan, mengganggu atau membingungkan pihak lain, seperti dalam kampanye parpol dalam pemilihan umum. 3) Pertentangan atau pertikaian (conflict) Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses social di mana individu atau kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan. (Soejono Soekanto 2001:109) Penyebab terjadinya pertentangan, yaitu : a) Perbedaan individu-individu b) Perbedaan kebudayaan c) Perbedaan kepentingan d) Perbedaan sosial Pertentangan-pertentangan yang menyangkut suatu tujuan, nilai atau kepentingan, sepanjang tidak berlawanan dengan polapola hubungan social di dalam srtuktur social tertentu, maka pertentangan-pertentangan tersebut bersifat positif. Masyarakat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
biasanya mempunyai alat-alat tertentu untuk menyalurkan benihbenih permusuhan, alat tersebut dalam ilmu sosiologi dinamakan safety-valve institutions yang menyediakan objek-objek tertentu yang dapat mengalihkan perhatian pihak-pihak yang bertikai ke arah lain.
Bentuk-bentuk pertentangan antara lain : a) Pertentengan pribadi b) Pertentangan rasial c) Pertentangan antara kelas-kelas social, umumnya disebabkan oleh karena adanya perbedaan-perbedaan kepentingan. d) Pertentangan politik e) Pertentangan yang bersifat internasional.
B. Gay Terminologi istilah “Gay” sendiri kurang begitu jelas. Tidak hanya kepastian sejak kapan istilah itu digunakan. Saat ini kaum homoseksual lakilaki lebih popular disebut “gay” yang berasal dari bahasa Inggris. Sedangkan untuk jenis kelamin perempuan memiliki sebutan sendiri, yaitu lesbian. Kata lesbian berasal dari kata Lesbos, nama sebuah pulau di Yunani tempat lahir Sappho. Sappho adalah seoang kepala sekolah khusus perempuan sejaligus penyair perempuan biseks yang sangat terkenal dengan puisi-puisi erotiknya yang bernuansa homoseksualitas. Sedangkan kaum homoseksual sendiri lebih commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
sering menggunakan istilah gay, atau lesbi untuk menggantikan kata homoseks. Hal ini dilakukan karena penggunaan kata homoseksual atau homoseks kedengarannya hanya berkonotasi pada seks saja. Pada kaum gay, seksualitas mengacu pada ketertarikan secara perasaan dalam bentuk kasih sayang, hubungan emocional, baik secara erotis atau tidak, dimana muncul secara menonjol, ekspresif maupun secara eksklusif yang ditujukan kepada orang yang berejenis kelamin sama. Jadi kata homoseksual digunakan untuk laki-laki maupun perempuan yang memiliki orientasi seksual sejenis. Dalam orientasi seksual, terdapat fenomena homoseksualitas yang terkakhir beredar ini digegerkan oleh kasus pembunuhan berantai oleh Ryan yang mana pelaku mengaku seorang gay atau pecinta sesama jenis. Homoseksualitas bukan merupakan fenomena baru didunia ini. Homoseksual adalah perasaan tertarik, kasih sayang, dan hubungan emosional dan atau secara erotis terhadap orang yang berjenis kelamin sama, dengan atau tanpa hubungan fisik. Mimpi basah atau masturbasi dengan membayangkan pasangan seks berjenis kelamin sama sudah dapat dikatakan sebagai homoseks. Homoseksual secara terminologi berarti hubungan kelamin antara sesama jenis. Homoseksual adalah suatu cara orang memenuhi kebutuhan seksnya dengan sesama jenis, yaitu lelaki dengan lelaki atau perempuan dengan perempuan. Banyak tulisan yang memuat mengenai cerita-cerita seksualitas sejenis, beberapa cerita dari yunani kuno menggambarkan percintaan sejenis commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
yang juga muncul dalam kitab Injil dan juga Al Quran. Sejarah kota Sodom dan Gomorah yang menjadi cerita sejarah dunia yang tidak akan pernah terlupakan dengan penduduknya yang memiliki perilaku homoseksual (homosexual behaviour) dengan akhir yang tragis. Seluruh penduduknya mati dihukum oleh Tuhan. Setiap orang memiliki versinya sendiri-sendiri untuk memaknai cerita ini. Kaum agamawan dan kaum awam berpendapat, perilaku homoseksualitas di masa modern dan masa Sodom dan Gomorah tidak memiliki perbedaan dan akhirnya akan mengalami akhir yang serupa. Namun kaum ilmuwann modern dan kaum homoseksual sendiri berpendapat bahwa perilaku seksual dimasa lalu berbeda dengan perilaku homoseksual dimasa sekarang ini. Sebelum masuk lebih dalam lagi mengenai konsep homoseksualitas dan seksualitas, maka terlebih dahulu penulis akan memberikan gambaran dari kata homoseksual dan homoseksualitas. Karena meskipun media informasi sudah canggih dan modern, namun masih saja ada orang yang masih rancu dalam mengartikan konsep homoseks, waria, gay, dan juga lesbian untuk lebih memudahkan biasanya digunakan singkatan LGBT (Lesbian, Gay, Biseks, Transgender). Akhir-akhir ini digunakan istilah Men Who Have Sex With Men (MSM), atau pria yang berhubungan sek dengan pria. Istilah ini digunakan untuk menjangkau individu yang memiliki perilaku seksual sejenis tapi tidak mengidentifikasikan dirinya sebagai gay, waria, atau biseksual. Individu-individu yang termasuk dalam kategori MSM namun tidak mengidentifikasikan dirinya sebagai gay, waria, biseks namun lebih senang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
mengidentifikasikan dirinya dengan identitas sosial yang ada di dareah masing-masing. Pada tulisan ini penulis memfokuskan perhatian pada MSM yang telah mengidentifikasi diri sebagai seorang gay. Pada awalnya homoseksual memang digolongkan sebagai suatu bentuk deviasi seksual (penyimpangan) dalam bidang psikiatri. Namun seiring dengan waktu dan diikuti dengan kemajuan teknologi penelitian, dunia medis menyadari bahwa bukan faktor kehendak atau perilaku semata yang membuat seseorang itu menjadi seorang gay maupun lesbian, melainkan faktor genetik yang tidak dapat ditolak memiliki kontribusi yang lebih besar. Menyadari hasil objektif demikian, maka sejak 1973 Komite nomenklatur di USA sudah menyatakan bahwa homoseksual bukanlah suatu psikopatologi atau gangguan jiwa. Individu mungkin tertarik pada jenis kelamin yang sama tanpa beraksi seperti itu atau sama seperti orang yang melakukan seks dengan jenis kelamin yg sama tetapi perasaan seksualnya tertuju pada jenis kelamin yang beda. Beberapa penyebab Homoseks antara lain adalah : 1. Faktor biologis yakni ada kelainan di otak atau genetik. 2. Faktor psikodinamik yakni adanya gangguan perkembangan psikososial pada masa anak-anak. 3. Faktor Sosiokultural yakni adat istiadat yang memberlakukan hubungan homoseksual dengan alasan tertentu yang tidak benar. 4. Faktor Lingkungan yakni keadaan lingkungan yang memungkinkan dan mendorong pasangan sesama jenis menjadi erat. Kaum gay mempunyai kebutuhan seksual bukan hanya kebutuhan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
biologis tetapi juga rasa kasih sayang seperti heteroseksual umumnya. Kaum gay pada saat ini umumnya belum terpublikasi secara terangterangan, tetapi pada saat ini sudah memiliki wadah atau organisasi yang sudah dikenal di masyarakat. Kaum gay adalah kaum berisiko dalam penularan HIV/AIDS. Hal ini dapat dilihat bahwa kasus baru HIV AIDS pada kaum ini semakin meningkat dan begitupun dengan insiden dan prevalen yang cukup tinggi. Hal ini menyebabkan bahwa gay membutuhkan perhatian khusus dari sektor kesehatan. Dari segi orientasi seksual yang mengarah pada suatu hubungan (in relationship), gay dibedakan menjadi tiga, yaitu : 1. Product top, yang terdiri dari kaum gay yang cenderung ke arah maskulin, kelihatan normal seperti laki-laki pada umumnya. Biasanya berperan sebagai “laki - laki” dalam hubungan pacaran. 2. Product bot (bottom), yang terdiri dari kaum gay yang cenderung kemayu/ kewanita-wanitaan, feminin, dan suka dandan dalam arti memakai bedak, alis dibentuk, memakai lip gloss. Biasanya berperan sebagai “wanita” dalam hubungan pacaran. 3. Product verse, yang terdiri dari kaum gay yang tidak menempatkan diri pada posisi “laki-laki” atau “wanita”, bersifat fleksibel. Pembedaan ini berlaku atas kesepakatan awal saat seorang gay mendeklarasikan diri sebagai gay, ataupun saat menjalani sebuah hubungan khusus. Selain itu ditinjau dari kesetaraan status dapat dilihat dari segi edukasi. Kaum gay yang memiliki tingkat edukasi tinggi seperti seorang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
siswa, mahasiswa atau bekerja di sebuah perusahaan baik swasta maupun milik negara tergabung dalam gay dengan predikat high education dan cenderung tertutup bahkan terbuka dengan sesamanya. Ada juga kaum gay yang termasuk dalam low education yang didapati sering menjual diri untuk faktor pemenuhan ekonomi. Ada juga pengelompokkan kaum gay berdasarkan pengungkapan diri dalam masyarakat, yaitu : 1. Gay terbuka, yaitu golongan kaum gay yang memiliki sifat feminine lebih tinggi. Tingkah laku dari cara jalan, cara berbicara dan cara berdiri di depan umum dapat terlihat tanpa mereka harus mengungkapkan jati diri sebenarnya, khususnya akan terlihat khusus oleh sesamanya. Dan kerap menggunakan bahasa khusus mereka di dalam masyarakat. 2. Gay tertutup, yaitu golongan kaum gay yang maskulin, sehingga tidak kentara bahwa dia sebenarnya adalah gay. Karena mereka akan bersikap selayaknya seorang laki-laki. Pengelompokkan tersebut dapat diperoleh dari pembukaan diri seorang gay atau kelompok gay terhadap orang-orang di dalam komunitas gay atau orang-orang awam dalam masyarakat yang dipercaya. Alasan mengapa gay selalu tidak mau membuka identitasnya dirinya sebagai gay. Kita ketahui bahwa kaum gay selalu takut untuk membuka identitas dirinya, kebanyakan masih tertutup dan tidak mau ada orang lain tahu bahwa dia adalah penyuka sesama jenis. Berikut adalah beberapa alasannya : 1. Malu. Mereka akan merasa malu apabila identitas mereka sebagai gay terungkap di masyarakat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
2. Sering didikriminasi. Kebanyakan merasa mereka akan didiskriminasi dan merasa tidak aman kalau orang lain apalagi yang straight/normal tahu akan identitas aslinya sebagai pecinta sejenis, karena anggapan dari diri sendiri bahwa dia nanti akan dikucilkan dan dianggap sebagai orang aneh ataupun lainnya. 3. Keluarga jangan sampai tahu mengenai identitas sebagai gay. Jadi bisa disimpulkan bahwa dari kalangan gay sendiri selalu merasa bahwa mereka takut akan respon balik dari orang lain jika mereka tahu bahwa dia adalah seorang gay, takut didiskriminasi, takut ditindas dan dikusilkan, takut dianggap orang aneh, dan tidak normal padahal sebenarnya dari kalangan minoritas ini adalah masih normal yang hanya saja berbeda di orientasi seksualnya. Munculnya komunitas gay merupakan peristiwa sosial yang konstan dalam semua masyarakat, yang mana belum bisa diterimanya mereka dalam masyarakat
menyebabkan
kaum
ini
menjadi
termarginalkan
atau
terpinggirkan. Kalangan yang sering dikonotasikan kurang baik tersebut biasanya mencari jenisnya dan membentuk komunitas tertentu. Komunitaskomunitas itu perlahan-lahan mulai memperlihatkan jati dirinya. Bahkan ada yang secara terang-terangan, sehingga masyarakat sudah mengetahui keberadaan mereka.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
C. Penelitian Terdahulu Menurut Hari Sutadi (Hari Sutadi 1999, Perilaku Gay di Kota Surakarta, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Perilaku Gay di Kotamadya Surakarta, FISIP UNS) bahwa munculnya perilaku gay karena adanya pengeruh lingkungan sosial dan non sosial dalam pengaruh hubungan soal individu. Karena dalam hal perilaku seksual berbeda dengan orang lain, maka mereka diluar aktifitas kesehariannya-misalnya sekolah/kuliah, bekerja, ataupun aktifitas lainnya-kaum gay akan berbaur dengan sesama kaum gay. Hal ini dikarenakan adanya perasaan senasib dan sependeritaan. Dari hasil penelitian ini diungkapkan bahwa beberapa individu memiliki identitas sosial yang lebuh lentur, mereka mengidentifiaksikan diri sebagai gay setelah mereka melakukan hubungan seksual dengan sesama jenis dan merasa menikmatinya meskipun berawal dari sebuah keterpaksaan. Ada pula penelitian yang dipakai yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Adapun beberapa literatur yang dipakai dalam penelitian ini adalah mengenai penelitian terdahulu yang memiliki tema yang sama yaitu pada penelitian Ika Megawati Sebayang (2008) dengan judul “Identitas dan Citra Diri Kaum Gay di Kota Surakarta” mengatakan dalam memaknai identitas seksual dan setiap tahapan proses pembentukannya setiap aktor dipengaruhi oleh kedalaman penghayatan akan nilai dan norma yang berlaku. Mereka memiliki batas-batas sosial dalam pencitraan diri. Dalam lingkungan sosial yang lunak dengan indentitas diri mereka sebagai gay, mereka tidak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
segan untuk lebih bebas berekspresi. Tapi pada lingkungan yang kurang bersahabat para aktor lebih berhati-hati dalam berperilaku. Dalam Jurnal Internasional oleh W. H. Gillespie. Pp. 203-209, Francis Pasche. Pp. 210-213, Some Remarks on the Aetiology of Homosexuality. George H. Wiedeman. Pp. 214-216 “On Homosexuality and Gender Identity. Ralph R. Greenson” dikatakan bahwa Gillespie reports good grounds for distinguishing three types of homosexuality: first, stemming from preoedipal traumas and oral fixations in keeping with Bergler's formulations; second, delineated by Freud and Sachs, representing a regressive defense against Oedipal conflicts (this fits the general theory of perversions); and third, based on brother rivalry (Freud). Prolonged analysis would probably reveal much overlapping of the forms and differences among them as to prognosis and response to treatment. Pasche points out three characteristics that frequently appear in families of homosexuals: 1, the mother, whether domineering or submissive, does not acknowledge the authority of the father; 2, the father has been sensually tender to the son in early years, the relationship then being brutally terminated for educational reasons or from the father's removal or death; 3, the mother treats her son as a penis she does not have, must not lose, and cannot have from the father. Wiedeman thinks that placing the cause of overt homosexuality in the breastpenis equation and the trauma of weaning as described by Bergler is too narrow. Other conditions also show such factors. Rather, the cause must be sought in later, as well as earlier, phases. A recent investigation (Bieber, et al.) of one hundred six male homosexuals who had undergone analysis shows that most had been exposed to maternal overseduction, blocking of heterosexual strivings, and fathers who were detached, rejecting, and hostile. In a large sample, the study confirms the essential genetic factors leading to overt homosexuality. An important research task is to seek specific influences in critical phases of development, such as the possibility of a disturbance in the ego of the development of gender (sexual) identity in the second and third years. Yang artinya adalah : Gillespie melaporkan alasan yang baik untuk membedakan tiga jenis homoseksualitas: pertama, berasal dari trauma praoedipal dan fiksasi lisan sesuai dengan formulasi Bergler itu, kedua, digambarkan oleh Freud dan Sachs, mewakili pertahanan regresif terhadap konflik oedipal (ini sesuai dengan teori umum penyimpangan) , dan ketiga, didasarkan pada persaingan saudara (Freud). Analisis yang berkepanjangan mungkin akan mengungkapkan banyak tumpang tindih bentuk dan perbedaan di antara mereka untuk prognosis dan respon terhadap pengobatan. Poin Pasche keluar tiga karakteristik yang sering muncul dalam keluarga homoseksual:, 1 ibu, apakah dominan atau tunduk, tidak mengakui otoritas dari ayah, 2, ayah telah sensual tender untuk anak dalam tahun-tahun awal, hubungan itu yang brutal dihentikan karena alasan pendidikan atau dari commit3,to ibu usermemperlakukan anaknya sebagai penghapusan ayah atau kematian,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
penis dia tidak punya, tidak boleh kalah, dan tidak dapat memiliki dari ayah. Wiedeman berpikir bahwa menempatkan penyebab homoseksualitas terbuka dalam persamaan breastpenis dan trauma menyapih seperti yang dijelaskan oleh Bergler terlalu sempit. Kondisi lain juga menunjukkan faktor-faktor seperti. Sebaliknya, penyebabnya harus dicari di kemudian, serta sebelumnya, fase. Sebuah penyelidikan baru-baru (Bieber, et al.) Dari 106 laki-laki homoseksual yang telah menjalani analisis menunjukkan bahwa sebagian besar telah terkena overseduction ibu, pemblokiran Perjuangan heteroseksual, dan ayah yang terpisah, menolak, dan bermusuhan. Dalam sampel besar, studi ini menegaskan faktor genetik penting yang mengarahkan ke homoseksualitas terbuka. Sebuah penelitian tugas penting adalah untuk mencari pengaruh tertentu dalam fase kritis dari perkembangan, seperti kemungkinan gangguan dalam ego dari perkembangan gender (seksual) identitas dalam tahun kedua dan ketiga.
D. Landasan Teori Paradigma merupakan suatu pandangan fundamental tentang pokokpokok persoalan dalam cabang ilmu pengetahuan. Paradigma dipakai untuk membatasi hal-hal yang akan dipelajari, pertanyaan yang bagaimana yang harus dipertanyakan atau peraturan yang bagaimana yang ditaati dalam hal memahami jawaban-jawaban yang diperoleh. Paradigma sebagai unit konsensus yang luas dalam ilmu pengetahuan yang dapat dipakai untuk dapat membedakan antara ilmuwan yang satu dengan yang lain, begitu pula teoriteori, metode-metode dan sarana-sarana yang terdapat didalamnya. Menurut George Ritzer (George Ritzer. Sosiologi Ilmu pengetahuan Berparadigma Ganda. Hal: ), dalam sosiologi terdapat tiga paradigma utama, yaitu paradigma fakta sosial, paradigma definisi sosial, dan paradigma perilaku sosial. Pertama paradigma fakta sosial, paradigma yang dipelopori oleh Emile Durkheim ini menekan pada pokok persoalan sosiologi adalah fakta commit(thing) to useryang berada diluar individu dan sosial. Fakta sosial adalah sesuatu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
berbeda dari ide-ide tetatpi bisa mempengaruhi individu dalam bertingkah laku. Secara garis besar, fakta sosial kelompok-kelompok, organisasiorganisasi, sistem sosial, keluarga, pemerintah, instistusi politik, kebiasaaan, hukum, undang-undang, nilai dan sebagainya. Teori yang berada dalam naungan paradigma fakta sosial adalah teori fungsionalisme struktural dan teori konflik. Yang kedua adalah paradigma perilaku sosial, yang menyatakan bahwa objek studi sosiologi yang konkrit dan realistis adalah peilaku manusia yang tampak dan kemungkinan pengulangannya. Paradigma ini memusatkan perhatian pada hubungan antar pribadi dan hubungan pribadi dengan lingkungan. Menurut penganut paradigma ini tingkah laku seseorang individu memiliki hubungan dengan lingkungan yang mempengaruhi dia dalam bertingkah laku. Jadi ada hubungan antar perubahan tingkah laku individu dengan perubahan lingkungan sosial yang dialami individu. Teori yang searah dengan paradigma ini adalah teori pertukaran. Dan yang terkahir adalah paragdigma definisi sosial, paradigma yang digunakan dalam penelitian ini, yang menekankan kenyataan sosial yang subyektif. Model pemersatu dalam paradigma ini adalah karya-karya Max Weber dan juga Talcott Parsons. (Agus Salim 2006 : 53). Karya Weber membantu mengarahkan perhatian sosiologi sebagau studi atau ilmu yang berusaha menafsirkan dan memahami (interpretatif understanding) tentang tindakan sosial. Bagi Weber perbuatan manusia baru menjadi tindakan sosial sepanjang tindakan itu mempunyai arti bagi dirinya sendiri dan diarahkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
kepada orang lain. Sebaliknya, tindakan yang diarahkan kepada benda mati bukanlah disebut sebagai tindakan sosial, kecuali tindakan yang diarahkan kepada benda mati dilakukan untuk memancing reaksi orang lain. Jadi pokok persoalan yang pelu diselidiki oleh sosiologi ini adalah tindakan sosial, yakni tindakan yang penuh arti dari seoang individu. Tiga macam teori yang termasuk paradigma definisi sosial yaitu tindakan sosial (teori aksi), teori interaksi simbolik, teori fenomenologi dan etnometodologi. Menurut Weber ada banyak kelompok dalam masyarakat. Kelompok satu berbeda dengan kelompok yang lain, walaupun mereka termasuk dalam suatu masyarakat yang sama. Jadi mustahil dalam kelompok itu hanya ada satu kelompok masyarakat saja. Ini merupakan kenyataan yang tidak dapat disangkal. Jadi kalau ingin mengerti tentang masyarakat, harus dimulai dari kelompok-kelompok yang nyata ada dan berbeda satu sama lain. Menurut Weber, tidak selalu bermanfaat menarik satu generalisasi, atau gambaran yang sangat umum tentang masyarakat secara keseluruhan. Yang penting untuk diketahui adalah usaha untuk mengerti kelompokkelompok dan menjelaskan perbedaannya satu sama lain, serta kaitannya. Untuk mengerti sub-sub kelompok yang ada dalam masyarakat, Weber mengemukakan adanya 3 macam keteraturan (order) yang mengikat orang dengan sesamanya, yaitu : ekonomi, politik dan kebudayaan. Masing-masing tatanan ini mempengaruhi perilaku manusia dengan hasil yang tidak sama untuk semua orang. Dengan kata lain, ada orang yang sangat dipengaruhi, ada yang kurang dipengaruhi atau bahkan tidak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
dipengaruhi sama sekali. Jadi sangat bebeda dengan kekuatan yang sangat memaksa dalam fakta sosial. Disini individu itu bebas, sehingga tatanan itu boleh ada, tetapi kalau individu tidak mau mematuhinya tidak apa-apa. Simbol-simbol juga merupakan sumber kekuatan manusia. Dengan kata-kata misalnya, seseorang akan mampu menyusun gagasan dan strategi baru. Memberi manusia kata-kata dan kemampuan unutk mengingat kan mengkombinasikannya, berarti tidak ada cara unutk menghentikan pikiranpikiran dan tindakan-tindakan kretaif. Setiap kalimat adalah ciptaan setiap individu, merupakan kreatifitas baru yang dilakukan oleh pemakai simbol yang memadukan dan menganalisis simbol-simbol dengan cara yang unik. Sehingga manusi bukan kadang-kadang saja kreatif, tetapi kretaif untuk setiap situasi. Hal senada juga diungkapkan Parson, yang merupakan salah satu peletak dasar dari paradigma definisi sosial. Manusia dalam bertindak memiliki 2 orientasi penting, yaitu motivasi dan nilai. Singkatnya, kebebasan individu untuk bertindak dibatasi oleh standar-standar normatif yang ada dalam masyarakat. Namun demikian, menurut Parson manusia tetap bebas dalam bertindak. Karena kebudyaan memberikan beberapa alternatif dimana individu boleh memilih salah satunya. Teori yang digunakan sehubungan dengan paradigma definisi sosial menggunakan teori Interaksionisme simbolik. Teori interaksionisme simbolik memiliki pandangan bahwa kenyataan sosial mestinya didasarkan definisi subyektif dan interpretasinya, sedangkan struktur sosial maupun institusi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
sosial merupakan definisi bersama yang dimiliki individu yang berhubungan dengan bentuk-bentuk yang sesuai dan yang menghubungkan antara satu dengan yang lain. Tindakan-tindakan individu serta pola interaksinya dibimbing atau diarahkan oleh definisi bersama yang serupa yang dibangun melalui suatu interpretasi. Interaksionisme simbolik merupakan sebuah teori yang berusaha menjelaskan tingkah laku melalui analisa makna. Dimana untuk menjelaskan atau memahami tingkah laku manusia, kita harus memperdulikan sistem makna sebagaimana yang diacu oleh pelaku manusia yang distudi. Herbert
Blumer
menjelaskan
pemikirannya
tentang
Teori
Interaksionisme simbolik bertumpu pada tiga premis utama: 1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka. 2. Makna itu diperoleh dari hasil interkasi sosial yang dilakukan dengan orang lain. 3. Makna-makna tersebut disempurnakan pada saat proses interaksi sosial sedang berlangsung. Teori Interaksionisme Simbolik merujuk pada karakter interaksi khusus yang berlangsung antar manusia. Aktor tidak semata-mata beraksi terhadap tindakan yg lain, tetapi dia menafsirkan dan mengidefinisikan setiap tindakan orang lain. Respon aktor secara langsung atu tidak, selalu didasarkan atas penilaian makna tersebut. Oleh karena itu, interaksi manusia dijembatani oleh penggunaan simbol-simbol penafsiran atau dengan menemukan makna commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
tindakan orang lain. Dalam konteks itu, menurut Blumer aktor akan memilih, memeriksa, berpikir, mengelompokkan dan mentranformasikan makna dalam kaitannya dengan sitsuasi dimana dan kemana arah tindakannya. Manusia merupakan aktor yang sadar dan reflektif, yang menyatukan obyek-obyek yang diketahuinya melalui apa yang disebut dengan Self Indication yaitu proses komunikasi yang sedang berjalan diaman individu mengetahui sesuatu, menilainya, memberinya makna dan memutuskan untuk bertindak berdsarkan makna itu. Bagi Blumer, yang terjadi adalah proses sosial dalam kehidupan kelompoklah yang menciptakan bahkan menghancurkan aturan-aturan. Dalam interkasi simbolik, mempelajari suatu masyarakat adalah mempelajari tindakan bersama, sementara, masyarakat itu sendiri adalah produk dari interaksi simbolis. Dalam konteks ini, interaksi manusia dalam masyarakat ditandai oleh penggunaan simbol-simbol, penafsiran dan kepastian makna dari tindakan orang lain. Beberapa penganut Interkasionisne simbolis, mencoba mengemukakan prinsip-prinsip dasar teori ini : 1. Tidak seperti binatang yang lebih rendah, manusia ditopang oleh kemampuan berpikir. 2. Kemampuan berpikir dibentuk oleh interaksi sosial. 3. Dalam interaksi sosial orang mempelajari makna dan simbol yang memungkinkan mereka menggunakan kemampuan berpikir tersebut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
4. Makna dari simbol memungkinkan manusia melakukan tindakan dan interaksi khas manusia, 5. Orang mampu memodifikasi atau mengubah makna dan simbol yang mereka gunakan dalam tindakan dan interkasi berdasarkan tafsir mereka terhadap situasi tersebut.
E. Definisi Konsep 1. Interaksi Sosial Definisi dari interaksi sosial menurut penulis adalah hubungan sosial yang dinamis dan menyangkut hubungan antar individu, antara individu dengan kelompok, maupun antara kelompok dengan kelompok lainnya, yang dimana terdapat kontak dan komunikasi diantara keduanya yang menghasilkan suatu sebab dan akibat, dan menghasilkan stimulus antara kedua belah. Dimana kedua pihak saling mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.
2. Indikator Interaksi Sosial Dalam melakukan interaksi, ada dua syarat yang harus dipenuhi oleh individu yang melakukan interaksi, diantaranya adalah: a. Kontak Yang dimaksud dengann kontak adalah adanya pertemuan secara
langsung
secara
fisik
atau
badaniah.
Tetapi
dengan
berkembangnya teknologi dewasa ini, orang-orang dapat berhubungan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
satu sama lain dengan melalui telepon, telegraf, radio, dan yang lainnya yang tidak perlu memerlukan sentuhan badaniah. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu: Kontak antar individu dengan individu, kontak antar individu dengan kelompok atau sebaliknya, dan yang terkahir kontak antar kelompok dengan kelompok. b. Komunikasi Komunikasi adalah bahwa seseorang yang memberi tafsiran kepada orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan. Dengan begitu interkasi dapat terjadi apabila sudah terjadi kontak dan komunikasi diantara individu.
3. Faktor Interaksi Sosial Dalam berinterkasi, ada faktor-faktor yang mempengaruhi didalam individu saling berinteraksi, yaitu : a. Faktor imitasi Peranan imitasi dalam interaksi sosial tidaklah kecil. Imitasi dapat membuat seorang individu mengerti bahasa atau simbol yang digunakan untuk berkomunikasi. Dimana dari komunikasi ini dapat tercipta suatu bentuk interaksi di dalam masyarakat. b. Faktor sugesti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
Sugesti dalam hubungannya dengan interaksi sosial bahwa seseorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya yang kemudian akan diterima oarang lain di sekitarnya. Peranan sugesti dalam interaksi sosial adalah untuk membentuk norma atau pranata sosial.
c. Faktor identifikasi Dalam suatu proses interaksi sosial identifikasi dilakukan oleh seseorang kepada orang lain yang dianggapnya ideal, dan yang masih adanya kekurangan dari dalam dirinya. Ikatan yang terjadi antara orang yang mengidentifikasi dan orang tempat identifikasi memiliki ikatan batin yang dalam. d. Faktor simpati Faktor ini memegang peranan penting dalam suatu proses interaksi sosial. Simpati merupakan perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang lain. Simpati dapat menghubungkan antara orang yang satu dengan yang lain.
4. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial Dalam melakukan interaksi, individu selalu melakukan salah satu dari bentuk-bentuk interaksi. Adapun bentuk-bentuk interaksi sosial dibagi menjadi dua yaitu Asossiatif dan Disosiatif. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
Asosiatif adalah sebuah bentuk interaksi sosial yang bersifat positif. Adapun interkasi yang dilakukan adalah mengandung unsur kebaikan. Bentuk-bentuk dari interaksi asosiatif adalah sebagai berikut : a. Kerjasama Yaitu dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Sehubungan dengan pelaksanaan kerja sama, ada lima bentuk kerja sama, yaitu: 1) Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong-menolong. 2) Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa antara dua organisasi atau lebih. 3) Ko-optasi (Co-optation), yaitu suatu proses penerimaan unsurunsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya
kegoncangan
dalam
stabilisasi
organisasi
yang
bersangkutan. 4) Koalisi (Coalition), yaitu kombinasi antara dua ornagisasi atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu, karena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai struktur yang tidak sama antara satu dengan lainnya. Akan tetapi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
karena maksud utama adalah untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama, maka sifatnya alaha kooperatif. 5) Joint-ventrue, yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu, misalnya pemboran minyak, pertambangan batu bara, perfilman, perhotelan, dll. b. Akomodasi Akomodasi adalah suatu proses yang menunjuk pada usahausaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan. Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara
yang
dipakai
untuk
menyelesaikan
pertentangan
tanpa
menghancurkan pihak lawan, sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya. c. Asimilasi Asimilasi adalah saha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama Disosiatif adalah sebuah bentuk interaksi yang bersifat negatif, artinya hubungan ini dapat merenggangkan atau menggoyahkan jalinan atau solidaritas kelompok yang telah terbangun, di mana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing. Adapun bentuk-bentuk interkasi yang bersifat Disosiatif adalah sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
a. Persaingan, yaitu situasi dimana antar individu yang tidak mau mengalah satu dengan yang lainnya, dengan harapan bisa menjadi yang terbaik diantara invidu ataupun kelompok. Adapun jenis-jenis dari persaingan yaitu: 1) persaingan ekonomi 2) persaingan kebudayaan 3) persaingan ras 4) persaingan kedudukan atau jabatan b. Kontravensi, yaitu hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. c. Pertikaian, yaitu suatu proses social di mana individu atau kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan. Bentuk-bentuk dari pertentangan adalah : 1) Pertentengan pribadi 2) Pertentangan rasial 3) Pertentangan antara kelas-kelas social, umumnya disebabkan oleh karena adanya perbedaan-perbedaan kepentingan. 4) Pertentangan politik 5) Pertentangan yang bersifat internasional.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
5. Gay Pada kaum gay, seksualitas mengacu pada ketertarikan secara perasaan dalam bentuk kasih sayang, hubungan emocional, baik secara erotis atau tidak, dimana muncul secara menonjol, ekspresif maupun secara eksklusif yang ditujukan kepada orang yang berejenis kelamin sama. Beberapa penyebab Homoseks antara lain adalah : a. Faktor biologis yakni ada kelainan di otak atau genetik. b. Faktor
psikodinamik
yakni
adanya
gangguan
perkembangan
psikososial pada masa anak-anak c. Faktor Sosiokultural yakni adat istiadat yang memberlakukan hubungan homoseksual dengan alasan tertentu yang tidak benar. d. Faktor Lingkungan yakni keadaan lingkungan yang memungkinkan dan mendorong pasangan sesama jenis menjadi erat.
commit to user