BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (agent theory) muncul dalam hubungan keagenan (agent
relationship) antara principle atau investor dan agent atau manajer, yang terkait dalam satu kontrak inti dari hubungan keagenan adalah adanya pemisah antara kepemilikan (dipihak principal atau investor) dan pengendalian (dipihak agent atau manajer). Investor memiliki harapan bahwa manajer akan menghasilkan return dari uang yang mereka investasikan. Oleh karena itu, kontrak yang baik antara investor dan manajer adalah kontrak yang mampu menjelaskan spesifikasi-spesifikasi apa sajakah yang harus dilakukan oleh manajer dalam mengelola dana para investor, dan spesifikasi tentang pembagia return antara manajer dan investor. Namun demikian, factor-faktor kontijensi sulit untuk dilihat atau diramal sebelumnya, sehingga kontrak yang lengkap sulit untuk diwujudkan. Dengan demikian, investor diharuskan untuk memberikan hak pengendalian residual (residual control) kepada manajer, yaitu hak untuk membuat keputusan dalam kondisi-kondisi tertentu yang sebelumnya belum terlihat dalam kontrak. Hak pengendalian residual yang dimiliki oleh manajer memungkinkan untuk diselewengkan dan akan menimbulkan masalah keagenan yang dapat diartikan dengan sulitnya investor memperoleh keyakinan bahwa dana yang mereka tanamkan tidak dikelola dengan semestinya oleh manajer. Manajer mempunyai hak diskresioner dalam mengelola dana investor, kemungkinan akan terjadi selanjutnya adalah bahwa manajer akan melakukan eksplorasi dana investor. Kemungkinan yang akan terjadi selanjutnya adalah bahwa manajer akan melakukan eksplorasi dana manajer. Eksplorasi yang akan dilakukan manajer dapat dilakukan dengan berbagai cara atau bentuk, mulai dari penggelapan dana investor, menjual produk perusahaan kepada perusahaan yang dimiliki oleh manajer dengan harga yang lebih rendah
13
14
dibandingkan dengan harga pasar, hingga menjual asset perusahaan lainnya keperusahaan yang dimiliki manajer atau bahan untuk mempertahankan jabatan atau posisi pekerjaannya meskipun mereka sudah tidak berkopeten atau berkualitas lagi dalam menjalankan usahanya. Toeri keagenan berusaha untuk menjawab masalah keagenan yang terjadi jika pihak-pihak yang saling bekerja sama memiliki tujuan dan pembagian kerja yang berbeda. Secara khusus teori keagenan membahas tentang adanya hubungan keagenan, dimana satu pihak tertentu (principal) mendelegasikan pekerjaan kepada pihak lain (agent), yang melakukan pekerjaan. Teori keagenan ditekankan untuk mengatasi dua permasalahan yang mungkun terjadi dalam hubungan keagenan. Pertama adalah masalah keagenan yang timbul pada saat (a) keinginan-keinginan atau tujuan-tujuan dari principal dan agent belawanan dan (b) merupakan suatu hal yang sulit atau mahal bagi principal untuk melakukan verifikasi tentang apa yang benarbenar dilakukan oleh agent. Kedua, masalah pembagian resiko yang timbul pada saat principal dan agent memilki sikap yang berbeda terhadap risiko. Oleh karena unit analisis dalam teori teori keagenan adalah kontrak yang mendasari hubungan antara principal dan agent. Teori keagenan didasari oleh beberapa asumsi : 1. Asumsi sifat manusia, menekankan bahwa manusia memiliki sifat mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki keterbatasan rasional dan tidak menyukai risiko (risk aversion). 2. Asumsi organisasi, adalah adanya konflik antar anggota organisasi, efesiensi sebagai kriteria efektifitas dan adanya asimetri informasi antara principal dan agent. 3. Asumsi informasi, adalah bahwa informasi sebagai barang komoditi yang biasa diperjualbelikan. Menurut Jensen and Mckling (1976) adanya tiga unsur tambahan yang dapat membatasi prilaku menyimpang yang dilakukan oleh agent, yaitu :
15
1. Bekerjanya pasar tenaga manajerial,akan menghapus kesempatan pengelola yang tidak mempunyai kinerja yang baik dan berperilaku menyimpang dari keinginan pemegang saham perusahaan yang dikelolanya. 2. Bekerja pasar modal, secara efisien bias menjadi cermin kinerja manajer dari harga saham perusahaan. 3. Bekerja
market
for
corporate
control,
bisa
menghambat
tindakan
menguntungkan diri pengelola dari jabatannya jika perusahaan yang dikelolanya mempunyai kinerja rendah yang memungkinkan pemegang saham baru menggantikannya dengan pengelola lain setelah perusahaan diambil alih. (Deni,Khomsiyah dan Rika, 2005) 2.2
Good Corporate Governance Corporate Governance adalah sistem dan struktur untuk mengelola
perusahaan dengan tujuan meningkatkan nilai pemegang saham (shareholders’ value) serta mengkomodasi berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan (stakeholders) serta kreditor, supplier, asosiasi usaha, konsumen, pemerintah dan masyarakat luas ( Malasyian Finance Committee on Corporate Governance February 1999).
2.2.1
Pengertian Good Corporate Governance (GCG) Untuk memperoleh gambaran tentang pengertian corporate governance di
bawah ini dikutip dari berbagai sumber oleh Imam Sjahputra Tunggal dan Amin Widjaja Tunggal (2002,1) sebagai berikut : 1. Organization for Economic for co-operation and Development (OECD) “Corporate governance is the system by which business corporation are directed and controlled. The corporate governance structure specifies the distribution of right and responsibilities among different participant in the corporation, such as, the board manager, shareholders and order stakeholders, and spell out of rules and procedures for making decisions corporate affair. By doing this, is also provider the structure through which
16
the company objectives are set, and the means attaining those objectives and monitoring performance.” 2. Bank Dunia (World Bank) “Corporate Governance adalah sekumpulan hukum, peraturan dan kaidahkaidah yang wajib dipenuhi yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan bekerja secara efisien, menghasilkan ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan.” 3. GCG Workshop Kantor Meneg PM BUMN, Desember 1999 “GCG berkaitan dengan pengambilan keputusan yang efektif yang bersumber dari budaya perusahaan, etika, nilai, sistem, proses bisnis, kebijakan dan stuktur organisasi yang bertujuan untuk mendukung dan mendorong pengembangan usaha, pengelolaan sumber daya dan risiko secara lebih efisien dan efektif, dan pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegang saham dan stakeholders lainnya.” Dari beberapa pengertian GCG diatas dapat diambil kesimpulan bahwa GCG adalah suatu sistem tata kelola perusahaan dengan baik yang berisi sekumpulan peraturan, hukum, etika yang wajib dipenuhi untuk meningkatkan kinerja perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegang saham.
2.2.2
Kegunaan Corporate Governance Corporate Governance yang baik diakui membantu mengebalkan perusahaan
dari kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan. Dalam banyak hal corporate governance yang baik telah terbukti juga meningkatkan kinerja korporat sampai 30% diatas tingkat kembalian (rate of return) yang normal.
17
Menurut The Forum for Corporate Governance in Indonesia yang dikutip oleh Imam Sjahputra Tunggal dan Amin Widjaja Tunggal (2002,10), kegunaan dari Corporate Governance yang baik adalah : 1. Lebih mudah memperoleh modal 2. Biaya modal (cost of capital) yang lebih rendah 3. Memperbaiki kinerja usaha 4. Mempengaruhi harga saham 5. Memperbaiki kinerja ekonomi Corporate Governance yang baik merupakan langkah yang penting dalam membangun kepercayaan pasar (market convidence) dan mendorong arus investasi internasional yang lebih stabil dan bersifat jangka panjang.
2.2.3
Prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) Dalam kaitannya dengan prinsip-prinsip GCG ini, terdapat dari berbagai
sumber.
Misalnya, laporan Cadbury dalam Media Akuntansi (2000,12),
mencantumkan prinsip-prinsip utama GCG terdiri dari : 1. Keterbukaan 2. Integritas, dan 3. Akuntabilitas Adapun Organization for Economic Corporation and Development (OECD) yang anggota-anggotanya antara lain, Amerika Serikat, Negara-negara Eropa, dan Negara-negara Asia Pasific telah mengembangkan The OECD Principles of Corporate Governance. Isu-isu yang tercakup dalam prinsip-prinsip
OECD adalah setelah suatu
pembukaan perkenalan (introductory preamble), diikuti prinsip-prinsip yang mencakup lima aspek dasar dari Corporate Governance : a. Perlindungan terhadap hak-hak pemegang saham (The Rights of Shareholders) b. Perlakuan yang sama terhadap seluruh pemegang saham (The Equitable Treatment of Shareholders)
18
c. Peranan stakeholders yang terkait dengan perusahaan (The role of Stakeholders) d. Keterbukaan dan transparansi (Disclosure and Transparency) e. Tanggungjawab Dewan Komisaris dan Direksi Diantara prinsip-prinsip tersebut, ada empat prinsip yang dikemukakan oleh Forum for Corporate in Indonesia (FGCI) sebuah organisasi profesional non pemerintah
yang bertujuan mensosialkan praktik good corporate governance
(www.FCGI.or.id) dan menjabarkan prinsip-prinsip diatas sebagai berikut : 1.
Kewajaran (Fairness) Perlakuan yang sama terhadap pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing, dengan keterbukaan informasi yang penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam (insider trading). Prinsip ini diwujudkan antara lain : 1) Dengan membuat peraturan korporasi yang melindungi kepentingan minoritas. 2) Membuat pedoman perilaku perusahaan (corporate conduct) dan atau kebijakan-kebijakan yang melindungi korporasi terhadap perbuatan buruk orang dalam dan konflik kepentingan. 3) Menetapkan peran dan tanggungjawab Dewan Komisaris dan Direksi. 4) Menyajikan informasi secara wajar. Ada tiga hak pemegang saham, yaitu : a. Hak utama pemegang saham : a) Keamanan dalam metode pendaftaran kepemilikan b) Menerima informasi tepat waktu c) Partisipasi dan hak voting dalam Rapat Umum Pemegang Saham d) Memilih anggota dewan e) Mendapatkan deviden b. Hak berpartisipasi menentukan arah perusahaan
19
c. Hak mendapatkan informasi yang akurat dan seimbang 2.
Keterbukaan dan Transparansi (Disclosure and Transparency) Pengungkapan yang akurat dan tepat waktu serta transparansi mengenai semua hal yang penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, serta para pemegang kepentingan. Dalam pengambilan keputusan Direksi dan Dewan Komisaris
senantiasa
berupaya
mengetengahkan
keterbukaan
kepada
stakeholders dengan empat karakteristik yaitu relevan, reliable, comparable dan understandibility. Prinsip ini diwujudkan antara lain : a. Perusahaan menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara mudah diakses dan dipahami. b. Perusahaan menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan haknya. c. Mengembangkan informasi teknologi dan management information sistem untuk menjamin adanya pengukuran kinerja yang memadai dan proses pengambilan keputusan yang efektif oleh Dewan Komisaris dan Direksi. Adapun hal-hal yang seharusnya diungkapkan : a. Financial and operating result Laporan keuangan yang sudah diaudit adalah sumber informasi untuk memonitor kinerja keuangan perusahaan untuk meletakkan dasar bagi penilaian asset sekuritas. Diskusi manajemen dan analisis opersi kadang juga menyertai laporan keuangan, pengungkapan hal-hal diatas akan bermanfaat bagi investor. b. Tujuan perusahaan Tujuan perusahaan harus disosialisasikan kepada lingkungan bisnis dan masyarakat umum. Informasi ini mungkin penting bagi investor dan pengguna lainnya untuk mengevaluasi hubungan perusahaan dengan
20
komunitas tempat mereka beroperasi dan langkah-langkah yang akan diambil perusahaan untuk mencapai tujuan. c. Kepemilikan saham Salah satu hak investor adalah mendapatkan informasi tentang struktur kepemilikan
perusahaan
hingga
hak-hak
pemilik
perusahaan.
Pengungkapan yang diperlukan adalah data pemegang saham mayoritas, hak-hak voting khusus, persetujuan pemegang saham dan lain-lain. d. Isu-isu material yang berkenaan dengan kepegawaian dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya. Setiap informasi yang diungkapkan harus diaudit terlebih dahulu agar mempunyai standar kualitas yang tinggi, audit harus dilaksanakan oleh auditor independen untuk memberikan informasi yang independen bagi pihak eksternal. Jalur penyebaran informasi harus mencerminkan keadialan, ketepatan waktu, dan efesiensi biaya agar informasi relevan. 3.
Akuntabilitas (Accountability) Mempertanggung jawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan oleh suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik, prinsip ini diwujudkan antara lain dengan : 1) Menyiapkan laporan keuangan pada yang tepat dan dengan cara yang tepat ; 2) Mengembangkan Komite Audit dan risiko untuk untuk mendukung fungsi pengawasan Dewan Komisaris ; 3) Mengembangkan dan merumuskan kembali peran dan fungsi internal. Audit sebagai mitra bisnis strategik berdasarkan best practice. Terdapat beberapa karakteristik akuntabilitas sebagai berikut :
21
a.
Anggota Dewan Direksi dan Dewan Komisaris harus bertindak didasari informasi yang lengkap, dengan itikad baik sebenar-benarnya untuk kepentingan perusahaan dan pemegang saham.
b.
Bila keputusan Dewan Direksi dan Dewan Komisaris mempunyai pengaruh yang berbeda-beda diantara pemegang saham, maka Dewan harus memuaskan keluhan pemegang saham.
c.
Dewan Direksi dan Dewan Komisaris harus menjamin ketaatan atas hukum yang diterapkan dan perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham.
d.
Dewan Direksi dan Dewan Komidaris harus memenuhi beberapa fungsi, yaitu : a) Melakukan review atas strategi perusahaan, pelaksanaan rencana utama, kebijakan risiko, anggaran tahunan dan rencana bisnis, pemantauan kinerja perusahaan dan mengawasi harta utama, pembelanjaan dan akuisisi. b) Menyeleksi, memberikan penghargaan, memantau hingga bila dibutuhkan mengawasi succession planning. c) Melakukan review atas gaji eksekutif dan memastikan proses pencalonan anggota dewan terbuka. d) Memantau dan mengelola konflik kepentingan dari manajemen, dewan, pemegang saham termasuk penyalahgunaan harta dan penyalahgunaan hubungan transaksi dari berbagai pihak. e) Memastikan integritas dari sistem pelaporan akuntansi dan finansial perusahaan, melalui audit yang independen, dan sistem pengendalian yang tepat. f) Mengawasi proses transparansi.
4.
Responsibilitas (Resposibility) Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum dan kerja sama yang aktif antara perusahaan dengan pemegang kepentingan
22
dalam menciptakan kekayaan, lapangan pekerjaan, dan
perusahaan yang
sehat dari aspek keuangan. Ini merupakan tanggung jawab korporasi sebagai anggota masyarakat yang tunduk kepada hukum dan bertindak dengan memperhatikan
kebutuhan-kebutuhan
masyarakat
sekitar.
Prinsip ini
diwujudkan dengan kesadaran bahwa : 1) Tanggung jawab merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang. 2) Menyadari akan adanya tanggung jawab sosial. 3) Menghindari penyalahgunaan kekuasaan. 4) Memelihara lingkungan bisnis yang sehat. Akhir-akhir ini Corporate Governance menjadi suatu buzzword yang semakin banyak didengungkan. Banyak pihak bertanya, bagaimana kita mengetahui apakah suatu perusahaan sudah menerapkan prinsip-prinsip Corporate Governance secara baik? Tampaknya tidak sulit bagi perusahaan untuk menyatakan bahwa pihaknya sudah mentaati prinsip-prinsip dasar Corporate Governance yang mencerminkan azas transparasi, pertanggungjawaban, akuntabilitas dan keadilan. Namun, sesungguhnya perlu dilakukan suatu penilaian atau assessment yang sistematis untuk meyakinkan bahwa perusahaan talah sungguh-sungguh melaksanakan Corporate Governance. Salah satu alat untuk melakukan penilaian mandiri tersebut dikembangkan oleh Forum for Corporate Governance in Indonesia (www.FCGI.or.id), dengan melakukan penilaian pada : A. Hak-hak pemegang saham a) Melaksanakan Rapat Umum Pemegang saham (RUPS) tahunan dalam jangka waktu enam bulan sesudah akhir tahun buku sesuai dengan pasal 65 ayat 2 Undang-undang Perseroan Terbatas; b) Menyampaikan kepada Pemegang Saham pemberitahuan mengenai RUPS tahunan minimal duapuluh delapan hari sebelum pelaksanaan RUPS tersebut; c) Memberikan dorongan kepada para Pemegang Saham untuk menghadiri RUPS dan menggunakan hak suaranya;
23
d) Memberikan kesempatan yang memadai bagi Pemegang Saham untuk mengajukan pertanyaan kepada RUPS.
B. Kebijakan Corporate Governance a) Memiliki Kode atau Pedoman Corporate Governance secara tertulis, yang secara jelas menjabarkan hak-hak Pemegang Saham, tugas dan tanggung jawab Direksi dan Komisaris. b) Menyediakan akses bagi masyarakat untuk mengetahui kebijakan perusahaan mengenai investor. c) Menentukan organ yang bertanggungjawab (misalnya Komisaris) untuk memastikan bahwa perusahaan mentaati kode Corporate Governance. d) Memiliki Code of Conduct/Ethics bagi karyawannya. e) Aturan perilaku tarsebut dikomunikasikan dan diimplementasikan dengan baik. C. Praktek-praktek Corporate Governance a) Direksi mengadakan pertemuan berkala secara teratur dengan komisaris. b) Terdapat rencana strategis dan rencana usaha yang memberikan arahan bagi Direksi dan Komisaris dalam menjalankan usaha dan fungsinya. c) Direksi dan Komisaris mendapatkan pelatihan atau mempunyai latar belakang yang memadai untuk menunjang pelaksanaan pekerjaannya. d) Para anggota Komisaris maupun Direksi telah bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) e) Ada sistem penilaian kinerja untuk Direksi maupun Komisaris. D. Pengungkapan (Disclosure) a) Menyediakan akses yang sama terhadap laporan keuangan bagi Pemegang Saham dan Analis Keuangan. b) Memberikan penjelasan yang memadai mengenai risiko usaha. c) Mengungkapkan kompensasi Direksi dan Komisaris secara memadai.
24
d) Mengungkapkan transaksi dengan pihak-pihak yamg mempunyai hubungan istimewa. e) Menyajikan hasil kinerja keuangannya dan analisa manajemen melalui internet. E. Fungsi Audit Dan dalam bidang audit, dapat dinilai apakah perusahaan telah: a) Mempunyai internal audit yang efektif. b) Laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik yang independent. c) Memiliki Komite Audit yang efektif. d) Menciptakan komunikasi yang efektif antara Internal Audit, Eksternal Audit dan Komite Audit.
2.2.4
Unsur-unsur Good Corporate Governance Adapun unsur-unsur (person incherge) dalam corporate governance yang baik
menurut Forum for Corpoate Governance in Indonesia (www.FGCI.co.id) terdiri dari: 1. Pemegang saham dan Rapat Umum Pemegang Saham Organ perseroan menurut UU no. 1/1995 tentang Perseroan Terbatas adalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi, Komisaris. RUPS adalah organ perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan memegang segala wewenang dalam batas yang ditentukan UU no.1/1995 dan atau Anggaran Dasar. RUPS berhak memperoleh segala keterangan yang berkaitan dengan kepentingan perseroan dari Direksi dan atau Komisaris. 2. Komisaris dan Direksi Dewan Komisaris dan Direksi merupakan factor sentral dalam corporate governance karena hukum perseroan menempatkan tanggung jawab legal atas urusan suatu perusahaan kepada dewan Komisaris dan Direksi. Dewan Komisaris dan Direksi secara legal bertanggung jawab untuk menetapkan sasaran korporat, mengembangkan kebijakan yang luas, dan memilih personal
25
tingkat atas untuk melaksanakan sasaran dan kebijakan tersebut. Dewan Komisaris dan Direksi juga menelaah kinerja manajemen untuk meyakinkan bahwa perusahaan dijalankan secara baik dan kepentingan pemegang saham dilindungi. 3. Komite Audit Keanggotaan Komite Audit sekurang-kurangnya terdiri dari tiga orang anggota, seseorang diantaranya merupakan Komisaris Independen perusahaan yang sekaligus merangkap sebagai ketua Komite Audit, sedangkan anggota lainnya merupakan pihak ekstern yang independent dimana sekurangkurangnya satu diantaranya memiliki kemampuan akuntansi dan atau keuangan. 4. Sekretaris perusahaan 5. Manajer dan karyawan 6. Auditor eksternal Auditor eksternal bertanggung jawab memberikan pendapat terhadap laporan keuangan perusahaan. Laporan Auditor Independen adalah ekspresi dari opini professional mereka mengenai laporan keuangan. Meskipun laporan keuangan adalah
tanggung
jawab
dari
manajemen,
auditor
independent
bertanggungjawab untuk menilai kewajaran pernyataan manajemen dalam laporan melalui laporan audit mereka. 7. Auditor internal Dalam
rangka
pelaksanaan
corporate
governance,
auditor
internal
melaksanakan fungsi sebagai berikut : 1) Bertanggungjawab kepada Direktur Utama dan mempunyai akses kepada Komite Audit. 2) Memonitor pelaksanaan kepatuhan terhadap kebijakan dan kepatuhan perusahaan. 3) Menelaah kinerja korporat melalui mekanisme audit keuangan dan operasional.
26
4) Memelihara dan mengamankan aktiva perusahaan dan menangani faktor risiko secara baik. 5) Melaksanakan fungsi konsultan dan memastikan pelaksanaan corporate governance. 8. Stakeholders lainnya
2.2.5
Manfaat Diterapkannya Good Corporate Governance (GCG) Manfaat adanya Good Corporate Governance (GCG) adalah sebagai berikut :
1.
Adanya peningkatan kepercayaan public khususnya para investor yang akan menanamkan modalnya.
2.
Meningkatnya efisiensi dan efektifitas operasional perusahaan.
3.
Menjadi salah satu solusi dalam memecahkan masalah kesenjangan atau konflik kepentingan antar pihak manajemen dengan para pemegang saham.
2.3
4.
Dapat meningkatkan citra dan kredibilitas perusahaan.
5.
Memperkecil praktek-praktek KKN (Kolusi, Korupsi dan Nepotisme).
Kinerja Perusahaan
2.3.1 Pengertian Kinerja Pengertian kinerja menurut Gary Siegel and Helene Ramanaus Kas, Behavioral Accounting dan diterjemahkan oleh Mulyadi (2001:415) dalam Akuntansi Manajemen, Konsep, Manfaat dan Rekayasa adalah : “Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodic efektifitas operasiaonal suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran-sasaran standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.” Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan untuk mengevaluasi efesiensi dan efektifitas dari aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada suatu periode waktu tertentu.
27
2.3.2
Tujuan dan Manfaat Kinerja Penilaian kinerja pada suatu organisasi sebaiknya menjadi syarat utama bagi
pendapatan Sumber Daya ketika akan melaksanakan kegiatan baru, memperhitungkan pendapatan dan biaya serta investasi sebuah proyek. Menurut Mulyadi (2001:416) Tujuan Pokok Penilaian Kinerja adalah : “Untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan.” Dijelaskan lebih lanjut bahwa tingkat kinerja yang dicapai dapat menunjukkan keberhasilan seseorang atau perusahaan dalam pencapaian tujuan, sehingga dapat disimpulkan secara umum tujuan manajemen memanfaatkan penilaian kinerja adalah oleh : 1
Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum.
2
Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti : promosi, transfer dan pemberhentian.
3
Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.
4
Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan menilai kinerja mereka.
5
2.3.3
Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
Kinerja Perusahaan Kinerja perusahaan adalah sejauh mana prestasi peningkatan posisi
kesehatan/performance dari nilai perusahaan yang diukur melalui laporan keuangan baik melalui neraca maupun laporan rugi laba yang dibutuhkan oleh pihak-pihak tertentu.
28
2.4
Laporan Keuangan Kegiatan akuntansi pada dasarnya meningkatkan dan menafsirkan data
keuangan dari lembaga perusahaan, dimana aktivitasnya berkaitan dengan produktivitas pertumbuhan barang-barang dan jasa-jasa. Akuntansi dapat memberikan informasi tentang kondisi keuangan dan hasil operasi serta kinerja perusahaan seperti yang tercermin dalam laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Menurut Arenns (2000:7), definisi akuntansi adalah : “Accounting is the process or recording classifying ang summarizing of economical event in logical manner for the purpose of providing financial information for decision making.” Sedangkan menurut Ahmed Riadhi Belkoui (2000:38), definisi akuntansi yaitu : “Aktivitas jasa, fungsinya untuk menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan tentang entitas ekonomik, dalam membuat pilihan diantara alternatif tindakan yang ada.” Proses akuntansi tersebut meliputi pengumpulan dan pengolahan data perusahaan. Dalam proses akuntansi diidentifikasikan berbagai transaksi atau peristiwa yang merupakan kegiatan ekonomi perusahaan yang dilakukan melalui pengukuran, pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran transaksi-transaksi yang bersifat keuangan sedemikian rupa sehingga hanya informasi yang relevan dan saling berhubungan satu dan dengan yang lainnya yang mampu memberikan gambaran secara layak tentang keadaan keuangan serta hasil usaha perusahaan dalam satu periode yang akan digabungkan dan disajikan dalam bentuk laporan. Laporan keuangan merupakan pertanggungjawaban keuangan pimpinan atas perusahaan yang telah dipercayakan kepadanya. Kondisi keuangan dan hasil-hasil operasi perusahaan yang tecermin dalam laporan keuangan perusahaan, pada
29
hakekatnya merupakan hasil akhir dari kegiatan perusahaan yang mana dapat menggambarkan performa atau kinerja keuangan dari perusahaan yang bersangkutan.
2.4.1
Pengertian Laporan Keuangan Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai laporan keuangan,
berikut dikemukakan pengertian laporan keuangan menurut SAK (2004:2), yaitu : “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap, biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan posisi keuangan, (yang dapat disajikan dalam beberapa cara seperti misalnya : laporan arus kas atau laoran arus dana), catatan, dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya infomasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan peubahan harga.” Dari penjelasan tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan merupakan alat untuk menginformasikan kondisi keuangan pada periode tertentu, yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan posisi keuangan, serta catatan atas laporan keuangan.
2.4.2
Tujuan Laporan Keuangan Adapun tujuan dari penyusunan laporan keuangan menurut SAK (2004:4),
adalah : “Menyaediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.” Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh sumber daya yang terkendali, struktur keuangan, likuiditas dan solvabilitas serta kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Informasi kinerja perusahaan terutama provitabilitas, diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan.
30
Informasi perubahan posisi keuangan bermanfaat untuk menilai aktivitas investasi, pendanaan dan operasi selama periode pelaporan. Informasi ini berguna bagi pemakai sebagai dasar dalam menilai kemampuan perusahaan dalam menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas) serta kebutuhan perusahaan untuk memanfaatkan arus kas tersebut. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen, agar mereka dapat membuat keputusan.
2.4.3
Hakekat dan Isi Laporan Keuangan Laporan keuangan pada hakekatnya adalah gambaran keadaan keuangan pada
suatu saat dan liputan hasil usaha yang dicapai perusahaan selama jangka waktu tertentu. Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuanga. Menurut SAK edisi revisi, laporan keuangan yang lengkap terdiri dari : 1
Neraca, melaporkan posisi keuangan perusahaan pada periode waktu tertentu.
2
Laporan Rugi Laba, menyajikan hasil operasi suatu perusahaan selama periode pelaporan keuangan.
3
Laporan Perubahan Ekuitas, menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva perusahaan atau kekayaan selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan.
4
Laporan Arus Kas, melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklarifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
5
Catatan atas Laporan Keuangan, meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan rugi laba, laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban kontigensi dan komitmen. Kelima laporan ini disebut Laporan Keuangan umum karena laporan ini disusun untuk digunakan oleh berbagai kepentinga pihak lain.
31
2.4.4
Karakteristik Laporan Keuangan Menurut SAK (2004:7) laporan keuangan akan lebih bermanfaat jika memiliki
karakteristik kualitatif yang dapat berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu : 1. Dapat dipahami Kualitas penting informasi yang dapat ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk dapat segera dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi yang kompleks yang seharusnya dimasukan ke dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas pertimbangan bahwa informasi tersebut dapat dipahami oleh pemakai tertentu. 2. Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat memenuhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, masa depan, menegaskan, atau mengoreksi, hasil evaluasi mereka dimasa lalu. 3. Keandalan Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Untuk dapat diandalkan informasi akuntansi harus mempunyai tiga karakteristik, yaitu : 1) Penyajian Jujur 2) Netralitas 3) Lengkap
32
4. Dapat diperbandingkan Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relative. Oleh karena itu pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antar periode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda.
2.4.5
Pemaki Laporan Keuangan Laporan keuangan mengandung informasi bagi pemakai yang berbeda-beda
seperti : pemegang saham, kreditur, karyawan dan pemakai penting lainnya meliputi pemasok, pelanggan, organisasi perdagangan, analisis keuangan, calon investor, penjamin/asuransi, ahli statistik, ahli ekonomi, petugas pajak dan pihak yang berwenang membuat laporan keuangan.
2.4.6
Manfaat Laporan Keuangan Manfaat intern dari hasil interprestasi laporan keuangan dapat berupa tingkat
kesehatan keuangan perusahaan untuk pemilik perusahaan, kondisi kesehatan perusahaan dibandingkan dengan perusahaan saingan, efektifitas manajemen dalam pengoperasian dan sebagainya. Tingkat kesehatan analisis tersebut dapat diketahui potensi-potensi dan kelemahan-kelemahan yang dimiliki perisahaan sehingga pihakpihak yang berkepentingan dengan perusahaan dapat menggunakannya sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Manfaat ekstern dari hasil interprestasi laporan keuangan, misalnya bagi investor untuk membantu dalam pengambilan keputusan untuk menanamkan atau menarik modalnya bagi perusahaan, sedangkan bagi kreditur untuk membantu dalam
33
pengambilan keputusan dalam hal pemberian pengamanan kepada perusahaan tersebut.
2.4.7
Analisis Laporan Keuangan Menurut Soediyono (1991:8) Analisis Lporan Keuangan adalah : “Proses penambahan ikhtisar data-data akuntansi yang berbentuk angka-angka
menjadi pengertian yang menerangkan antara lain keadaan, likuiditas perusahaan, efesiensi produksi perusahaan dalam berbagai bidang penjualan, keuangan, produksi, persediaan dan sebagainya.” Kesimpulannya analisis laporan keuangan merupakan hubungan yang timbul antara berbagai komponen dalam laporan keuangan agar diperoleh informasi mengenai posisi keuangan, hasil operasi dan perkembangan perusahaan.
2.4.8
Tujuan Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil dari aktivitas yang bersifat teknis
berdasarkan metode-metode dan prosedur yang memerlukan pengelolaan agar tujuan dan maksud untuk menyediakan informasi yang bermanfaat dapat dicapai. Dengan laporan keuangan secara wajar sesuai dengan proses akuntansi yang diterima secara umum dapat menggambarkan keberhasilan dan kegagalan manajemen dalam menjalankan kegiatan perusahaan dan mencapai tujuan yang diharapkan. Arti dan makna yang dimaksud dalam laporan keuangan harus disimpulkan melalui analisis sehingga interprestasi terhadap laporan keuangan dapat digunakan sebagai alat bantu bagi para pemilik perusahaan, manjemen, kreditur, dan pihak lain yang memerlukan laporan keuangan. Dengan kata laporan keuangan suatu perusahaan perlu dianalisis karena dengan analisis tersebut akan diperoleh semua jawaban yang berhubungan dengan masalah posisi keuangan dan hasil-hasil yang dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan.
34
2.5 Economic Value Added (EVA) 2.5.1
Pengertian Economic Value Added (EVA) Economic Value Added (EVA) diperkenalkan pertama kali oleh Stern Stewerd
and co. sebuah perusahaan konsultan manajemen yang berkantor pusat di New York, Amerika Serikat. Dasar pengukuran EVA, perusahaan akan lebih memfokuskan perhatian pada penciptaan nilai perusahaan (creating firm’s value) yaitu manajemen perusahaan berupaya menghasilkan return yang lebih besar dari modalnya. Dengan EVA,manajer akan memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal, sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan. Devinisi Economic Value Added (EVA) Bennet Stewart adalah sebagai berikut : “Economic Value Added (EVA) is on operating profit less the cost of all of the capital employed to produce those earning. EVA will increase if operating profit can be made to grow without tying up any more capital, if new capital can be invested in projects that will earn more than the full cost of capital is diverted or liquidated from business activities that do not cover their cost of capital.” Sedangkan EVA menurut Siddharta Utama dan Cynthia Afriani (2005) yang mengutip dari Surya mengatakan bahwa : “EVA telah lama dikenal sebagai economic profit, yaitu nilai profit yang melebihi (kurang dari) tingkat pengembalian minimum yang bias diperoleh (diderita) oleh pegang saham dan kreditur dengan berinvestasi disekuritas lain, yang mempunyai risiko sebanding (opportunity cost).” Dari devinisi diatas dapat disimpulkan bahwa EVA mencoba mengukur nilai tambah (value creation) yang dihasilkan suatu perusahaan dengan cara mengurangi beban biaya modal. penggunaan EVA akan membuat perusahaan untuk lebih memfokuskan perhatian pada penciptaan nilai perusahaan (creating a firm’s value).
35
Ringkasan EVA dapat dihitung dengan rumus : EVA = ( r – c* ) x Capital = NOPAT – ( c* x Capital ) (The Quest for Value, Harper Collins Publisher, 1990:136) Dimana : NOPAT Capital
= Net Operating Profit After Tax = total modal yang diinvestasikan
r
= rate of return
c*
= total biaya modal
EVA merupakan keuntungan operasional setelah pajak dikurangi dengan biaya modal atau dengan kata lain, EVA merupakan pengukuran pendapatan sisa yang mengurangkan biaya modal dari laba operasi. Laba operasi setelah pajak menggambarkan hasil penciptaan nilai di dalam perusahaan, sedangkan biaya modal dapat diartikan sebagai pengorbanan yang dikeluarkan dalam penciptaan nilai tersebut. S. David Young and Stephen F O’Byrne dalam Economic Value Added dan Manajemen Berdasarkan Nilai (2001:39), mengungkapkan perhitungan EVA dengan cara yang lebih sederhana dan mudah diterapkan. EVA = NOPAT – (WACC x Average Invested Capital) Jadi EVA merupakan indikator tentang adanya penciptaan nilai dari suatu investasi. EVA yang positif menandakan bahwa tingkat pengembalian yang dihasilkan melebihi tingkat biaya modal atau tingkat pengembalian yang diminta investor/investasi yang dilakukannya. Keadaan ini menunjukkan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai (create value) bagi pemilik modal. sebaliknya, EVA yang negatif menandakan bahwa nilai perusahaan bekurang sebagai akibat nilai pengembalian yang dihasilkan lebih rendah dari pada tingkat pengembalian yang dituntut investor. Sementara EVA = 0 menunjukkan bahwa perusahaan dalam posisi break event point, karena semua laba digunakan untuk membayar kewajiban kepada investor.
36
Dari penjelasan tersebut, jelas terlihat bahwa EVA sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai penilai kinerja perusahaan dimana fokus penilaian kinerja adalah pada penciptaan nilai (value creation). Selain itu sebagai pengukur kinerja perusahaan, EVA secara langsung menunjukkan seberapa besar perusahaan telah menciptakan nilai bagi pemilik modal.
2.5.2
Kelebihan Economic Value Added (EVA) Kelebihan Economic Value Added (EVA) adalah :
1
EVA merupakan suatu ukuran kinerja operasional bisa berdiri sendiri tanpa perlu ukuran atau angka yang lain.
2
EVA fokus kepada penilaian kinerja perusahaan pada penciptaan nilai yaitu memaksimumkan nilai perusahaan dan meningkatkan nilai pemegang saham, sehingga para manajer akan berfikir dan bertindak seperti halnya pemegang saham.
Manajer
memilih
investasi
yang
memaksimumkan
tingkat
pengendalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimalkan. 3
EVA dapat menyebabkan bahwa perusahaan untuk lebih memperhatikan kebijakan struktur modalnya secara eksplisit memperhitungkan biaya modal atas ekuitas adalah lebih tinggi bila dibandingkan tingkat biaya modal atas hutang karena faktor risiko yang tinggi sehingga dana ekuitas tidak lagi dipandang sebagai dana murah.
4
EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi dari pada biaya modalnya. Proyek yang memberikan nilai sekarang dari total EVA yang positif menunjukkan bahwa proyek tersebut menciptakan nilai perusahaan.
2.5.3
Kelemahan Economic Value Added (EVA) Kelemahan Economic Value Added (EVA) adalah :
37
1
Hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun tertentu. Sementara nilai suatu perusahaan adalah merupakan akumulasi EVA selama umur perusahaan sehingga kemungkinan suatu perusahaan suatu perusahaan mempunyai EVA tahun yang berlaku positif tetapi nilai perusahaan rendah karena EVA dimasa mendatang negative. Sebaliknya perusahaan dengan kegiatan yang memerlukan pengembalian yang cukup lama, EVA pada awal tahun negative sedangkan EVA akhir proyek positif karena penjualan aktiva pada masa sewa. Oleh karena itu penggunaan EVA tahun tertentu untuk menilai kinerja kurang tepat.
2
Proses perhitungan EVA memerlukan estimasi atas biaya modal dan estimasi nilai terutama untuk perusahaan-perusahaan yang belum go public, sulit untuk dilakukan dengan tepat.
2.5.4
Perhitungan Economic Value Added (EVA) Besarnya Economic Value Added (EVA) dapat dirumuskan sebagai berikut:
EVA = (r – c*) x Capital = NOPAT – (c* – Capital) Dimana: NOPAT (Net Operating After Tax) r
= rate of return
c*
= total biaya modal
Capital = total modal yang diinvestasikan Ada tiga kemungkinan hasil yang diperoleh dari perhitungan EVA yang digunakan dalam menilai kinerja perusahaan yautu: 1.
Jika nilai EVA > 0 ( positif ) artinya bahwa tingkat pengembalian yang dihasilkan perusahaan lebih tinggi dari pada tingkat biaya atau tingkat pengembalian yang dituntut investor, keadaan ini menunjukan bahwa perusahaan mampu menciptakan nilai (create value). Semakin positif EVAnya maka semakin bagus kinerja perusahaan itu dan menandakan bahwa manajemen telah melakukan tugasnya dengan baik.
38
2.
Jika EVA = 0, artinya bahwa perusahaan pada posisi BEP (titik impas) karena semua laba digunakan untuk membayar kewajiban.
3.
Jika EVA < 0 (negatif) artinya tidak terjadi proses nilai tambah dalam perusahaan, menandakan laba yang ada tidak bias memenuhi harapan para investor. nilai berkurang (destroy value) akibat tingkat pengembalian yang dihasilkan lebih rendah dari pada tingkat pengembalian yang dituntut investor.
2.5.4.1 Capital Dalam konsep EVA nilai capital terdiri atas ekuitas (nilai buku ekuitas dan cadangan) ditambah hutang berbunga (interest bearing debt) yang diambil dari pasiva neraca (tidak termasuk utang dagang dan biaya terutang, accuted expanses). Menurut S. David Young and Stephen F O’byrne devinisi capital, adalah: “Capital adalah jumlah seluruh keuangan perusahaan, terlepas dari keajiban jangka pendek, pasiva, yang tidak menanggung bunga (non-interest-bearning liabilities). Adapun pengertian lain dari capital menurut Hassel Nogi S Tangkilisan (2003:18) adalah: “Capital adalah dana yang digunakan untuk membiayai pangadaan aktiva dan operasi perusahaan.”
2.5.4.2 Net Operating After Tax (NOPAT) Devinisi NOPAT menurut G Bennet Stewart (1991:86) adalah sebagai berikut: “NOPAT is the profit derived from company’s after tax but before financing cost and non cash book keeping entries as such. NOPAT also is the total pool of profit available to provide a cash return to all financing provides of capital to the firms.” Dengan demikian NOPAT adalah jumlah laba yang didapat dari operasi perusahaan setelah pajak tetapi belum membiayai biaya-biaya dan memasukan pembukuan yang bukan tunai atau jumlah laba yanga tersedua untuk memberikan pengembalian tunai kepada semua penyedia dana untuk modal perusahaan.
39
Perhitungan NOPAT ini melalui income statement perusahaan, yaitu laporan operasi perusahaan tentang penghasilan yang didapat, biaya-biaya yang dikeluarkan dan laba atau rugi yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu (Fraser, 1995;9). 2.5.4.3 Rate Of Return(r) Devinisi Rate Of Return (r) menurut G Bennet Stewart (2000:86) adalah: “Rate of Return is the return that should be used to assets corporate performance. Computed by dividing a firm’s NOPAT by the total capital employed in operating.” Rate of return ( r ) atau tingkat pengembalian ini dihitung dengan membagi laba bersih dari operasi setelah pajak (NOPAT) dengan total modal yang digunakan dalam operasi perusahaan rate or return (r) ini mengukur produktivitas dari modal yang digunakan tanpa memperhatikan metode pembiayaan. Rate of return dapat dibandingkan secara langsung dengan keseluruhan biaya modal perusahan untuk menunjukkan apakah telah berhasil menciptakan nilai tambah atau tidak. Rumusnya adalah sebagai berikut: NOPAT r = ————— Capital 2.5.4.4 Equity Equivqlqn (EE) Equity Equivalen (EE) atau yang disebut juga dengan penyesuaian akuntansi yang digunakan pada penggunaan EVA sebagai pengukur kinerja untuk menjadikan nilai buku akuntansi mendekati nilai buku ekonomis (economic book value). Untuk memperbaiki praktek laporan keuangan standar yang dianggap tidak memadai, beberapa pengguna dari nilai tambah ekonomis menyesuaikan laba yang disiapkan dibawah prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum (GAAP) dengan harapan penyesuaian tersebut akan menghasilkan angka-angka EVA yang dapat diandalkan. Tujuan umum adalah memperbaiki bisa atau pemuarbalikan yang timbul baik karena kecenderungan dari manajer untuk mempermainkan angka-angka akuntansi
40
atau karena kekurangan dalam model GAAP, seperti kegagalan untuk melaporkan dengan benar investasi dalam modal intelektual. Pada table 2.1 memperlihatkan daftar equity equivalent dan pengaruhnya terhadap capital dan NOPAT. Add capital
Add to NOPAT
Equity Equivalent :
Increase in Equity Equivalen :
o
Deffered to reserve
o
Increase LIFO reserve
o
LIFO reserve
o
Goodwill amortization
o
Cumulative goodwill amortization
o
Increase in (net) capitalizated
o
(Net) capital intangibles
o
Goodwill amortization
o
Full- cost reserves
o
Increase full cost reserve
o
Cumulative unusual loss (gain)
o
Unusual loss (gain)
o
Other reserves such as :
o
Increase in other reserve
a.
Bad debt reserves
b.
Inventory
absolescence
reserves c.
Warranty abserb
d.
Deffered income reserves
Sumber : G Bennet Stewart, The Quest for Value, 1991 Berikut adalah penjelasan untuk setiap Equity Equivalen (EE) : 1
Deffered Income Tax Reserves Penangguhan
pajak
penghasilan
menyimpan
akumulasi
penangguhan
persediaan pajak dalam catatan-catatan akuntansi dan pajak yangsebenarnya dibayar. Dengan menambahkan kembali peningkatan pajak terutama kembali ke pendapatan. NOPAT hanya dikurangi pajak yang sebenarnya dibayar tanpa memperhitungkan penangguhan akuntansi, berarti hal ini memberikan gambaran yang jelas tentang pendapatan yang diperoleh peuahaan. 2
LIFO Reserves Pada saat harga naik biasanya perusahaan menggunakan LIFO untuk menghemat pajak, tetapi LIFO mengakumulasikan biaya dari periode
41
sebelumnya. Persediaan menjadi kadaluarsa dan dibawah nilai sebenarnya. Berbeda dengan penggunaan metode FIFO yang tidak perlu penyesuaian lagi. LIFO reserve adalah perbedaan nilai persediaan antara FIFO dan LIFO. Penambahan LIFO reseve pada modal mengkorvensikan penilaian LIFO ke FIFO yaitu pendekatan ke nilai sekarang. Penambahan peningkatan LIFO ke NOPAT menjadikan laba perusahaan lebih mendekati sebenarnya. 3
Cummulative Goodwill Goodwill yang diamortisasi untuk periode tertentu menyebabkan laba yang dilaporkan lebih rendah, sehingga pihak manajemen enggan melakukan akuisisi yang dapat menguntungkan. Oleh karena itu goodwill adalah bukan tunai dan tidak dapat mengurangi pajak, maka ia harus ditambahkan kembali ke laba yang dilaporkan. Kumulatif amortisasi goodwill harus ditambahkan ke modal agar konsisten.
4
Unrecorded Goodwill Masalah pengukuran yang serius dan mungkin terjadi adalah jika goodwill tidak diperhitungkan sama sekali. Hal ini terjadi jika metode akuisisi yang diterapkan adalah pooling of interest. Biaya yang tercatat oleh pembeli adalah nilai buku akuntansi penjualan. Dari sudut pandang pemegang saham atau pembeli perusahaan, biaya sebenarnya akuisisi adalah nilai pasar dari efek yang ditawarkan. Perbedaan antara nilai buku dan nilai pasar adalah unrecorded goodwill.
5
Intangibles Dalam konsep EVA, pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan (R&D) harus dikapitalisasi ke neraca sebagai equity equivalent dan diamortisasi kependapatan dengan periode antisipasi berhasilnya suatu proyek. Biaya pengembangan produk baru dan pemasaran untuk merebut market share yang harus dikapitalisasi dan diamortisasi.
42
6
Succesfull Effort Full Cost Para investor menggunakan laba yang diharapkan dari aktivitad perusahaan, sehingga keuntungan dan kerugian tidak normal harus dikeluarkan dari NOPAT. Tingkat pengembalian harus dinyatakan dalam akuntansi full cost, sedangkan
dalam
akuntansi
succesfull-effort
menyatakan
tingkat
pengembalian yang lebih tinggi daripada sebenarnya, sehingga harus dilakukan penyesuaian terlebih dahulu terhadap NOPAT. 7
Other Equity Equivalen Untuk menghitung NOPAT harus didasarkan pada aliran tunai yang sesungguhnya. Dengan memasukan cadangan berjaga-jaga (reserve) maka akan menimbulkan distorsi terhadap perhitungan NOPAT, sehingga cadangan-cadangan ini harus dihitung sebagai Equity Equivalen, seperti cadangan untuk kredit macet, persediaan yang kaluarsa, jaminan dan pendapatan yang tertunda dan lain-lain.
Hasil dari penyesuaian tersebut diatas adalah terjadinya dua macam neraca. Pertama adalah neraca yang berdasarkan nilai buku akuntansi sebelum dilakukannya penyesuaian (tabel 2.2), dan yang kedua neraca atas dasar nilai buku ekonomis setelah penyesuian (equity equivalent) terhadap capital (tabel 2.3)
43
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Neraca Berdasarkan Nilai Buku Akuntansi
Neraca Berdasarkan Nilai Buku Akuntansi
(Sebelum Dilakukan Penyesuaian)
(Setelah Dilakukan Penyesuaian)
Kas
Utang Jangka Pendek
Kas
Utang Jangka Pendek
Piuatang +
NIBL jangka Pendek
Persediaan
Utang Jangka WCR
+
Utang Jangka Panjang
Pembayaran di Muka
Utang Jangka Panjang
Utang Jangka Aktiva Tetap
Lainnya Aktiva Tetap
Panjang Panjang Lainnya Ekuitas Pemegang
Ekuitas Pemegang
Saham
Saham
(S. David Young Stephen F. O’Byrne, EVA dan Manajemen Berdasarkan Nilai, 2001:41) 2.6
Hubungan Antara Penerapan Prinsip Good Corporate Governance (GCG) Dengan Kinerja Perusahaan Didalam prinsip
GCG
memuat
hal-hal
pokok
mengenai
peraturan
keseimbangan hubungan antara orang-orang perusahaan yaitu RUPS, Komisaris dan Direksi yang mencakup hal-hal yang berkaitan dengan struktur kelembagaan dan mekanisme operasional ketiga organ tersebut. Selain itu, prinsip yang berkaitan dengan keterbukaan merupakan pemenuhan tanggungjawab perusahaan sebagai entitas bisnis dalam masyarakat kepada pihapihak yang berkaitan, seperti stakeholders dan masyarakat sekitar. Secara ringkas, Corporate Governance mengatur aspek-aspek yang berkaitan dengan : a.
Keseimbangan internal, yaitu pengaturan hubungan antara organ-organ perusahaan dan struktur kelembagaan.
44
b.
Keseimbangan eksternal, yaitu pengaturan hubungan antara perusahaan dengan seluruh stockholders untuk mewujudkan perusahaan sebagai Good Corporate Governance. Hal tersebut diatas jelas dilaksanakan dengan benar dan memenuhi praktek-
prektek korporasi yang legal tanpa mengesampingkan tujuan utama perusahaan, maka tentunya banyak sekali dampak maupun keuntungan yang berkaitan jamgka panjang. Tujuan utamanya berdiri suatu perusahaan sebagai suatu lembaga ekonomi adalah
menghasilkan
keuntungan
sebanyak-banyaknya.
Mereka
mempunyai
hubungan dengan pihak lain yang terkait dengan kegiatan perusahaan baik secara langsung maupun secara tidak langsung, misalkan kreditur, investor, pemerintah maupun masyarakat. Jadi, selain keuntungan terhadap perusahaan sendiri, perusahaan juga mempunyai tanggung jawab untuk meningkatkan laba/keuntungan yang pada akhirnya menciptakan nilai perusahaan yang akan berdampak pada keuntungan pemegang sahamny (investor). Para investor mempunyai harapan atau ekspentasi tertentu yang membuat mereka mempercayai uangnya disuatu perusahaan. Kepercayaan mereka inilah yang seharusnya menjadi modal sukses sebuah perusahaan yang terus dipelihara secara berkesinambungan. Mereka dapat menilai dan mempertimbangkan hal tersebut dari pengungkapan kinerja perusahaan secara akurat, tepat waktu dan reliable. Dalam hal ini, Corporate Governance menawarkan suatu keharusan yang merupakan proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis dan permasalahan internal perusahaan dalam rangka meningkatkan kemakmuran bisnis dan akuntabilitas perusahaan dengan tujuan utama mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dan tetap memperhatikan kepentingan stackholders yang lain. Prinsip keadilan yang dijabarkan mencakup tentang perlunya kejelasan hakhak pemodal, sistem hukum dan penegakan peraturan. Hal ini dilakukan untuk melindungi hak pemegang saham termasuk pemegang saham minoritas, kecurangan
45
praktek insider maupun pemegang saham mayoritas yang dapat merugigan pemegang saham lainnya. Prinsip transparansi menyediakan informasi yang cukup, akurat dan tepat waktu terhadap stackholders, sehingga pihak-pihak yang mempunyai keterkaitan dengan perusahaan mengetahui resiko yang terjadi dan keuntungan yang dapat diperoleh dalam melakukan transaksi dengan perusahaan dan sekaligus ikut dalam mekanisme pengawasan terhadap jalannya perusahaan. Prinsip akuntabilitas mengemukakan solusi untuk mengatasi agency problem yang timbul antara pemegang saham dan manajemen atau manajemen dengan stackholder (karyawan, kreditur, dan sebagainya). Prinsip responsibilitas mencakup tanggung jawab perusahaan untuk mematuhi hak dan perundang-undangan yang berlaku termasuk ketentuan yang mengatur masalah lingkungan hidup, perlindungan konsumen, perpajakan, ketenagakerjaan, larangan monopoli dan praktek persaingan yang tidak sehat, kesehatan dan keselarasan kerja, dan peraturan lainnya yang mengatur kehidupan perusahaan dalam menjalankan aktivitas usahanya. Kasus yang menimpa, kebanyakan BUMN dan perusahaan publik lainnya dapat menjadi contoh bahwa praktek GCG sangatlah berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Sebagai contoh, seringkali terjadi bahwa komisaris BUMN tidak dapat menunjukkan fungsinya sebagai pengawas dan penasehat jalannya perusahaan. Keberadaannya tidak lebih dari sekedar memuluskan program departemen yang diwakili. Hal ini merupakan salah satu factor mengapa kinerja BUMN seringkali dikritik sebagai tidak optimal. Kondisi ini diduga terjadi karena tidak adanya anggota direksi dan komisaris independent dalam organisasi dari organ perusahaan yang lain yang dalam menentukan keputusan-keputusan akan berdampak besar terhadap kinerja perusahaan sebagai corporate. (I Ketut Mardyana, 2000).