BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Haasil – Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh mahasiswa lain yang
dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian berkaitan dengan penelitian ini adalah: 2.1.1
Wiwin Dwi W,Skripsi (2005 : x) Dengan judul “Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Pemilikan Rumah Sederhana type 36 di Kabupaten Sidoarjo. Dalam penelitian ini variabel yang dikaji adalah Permintaan KPR (RS), Type 36, Tingkat suku Bunga KPR, dan Jangka waktu kredit. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda sehingga diperoleh hasil penelitian secara parsial harga rumah dan tingkat suku bunga KPR berpengaruh nyata terhadap permintaan KPR type 36.
2.1.2
Dana Erlina S, Skripsi (2006 : xi) Dengan judul penelitian “Faktor – Faktor yang mempengaruhi permintaan kredit Rumah Type 36 KPR Mandiri di Surabaya” dalam penelitiian ini variabel yang dikaji adalah permintntaan rumah Type 36 di Surabaya, Pendapatan Perkapita, Harga Rumah, Tingkat Suku Bunga, Jumlah Fasum dan Jumlah Penduduk. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda sehingga diperoleh hasil penelitian ini diketahui secara parsial variabel pendapatan perkapita berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan rumah type 36 di Surabaya.
8
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
9
2.1.3
Komariyah Skripsi (2005 : viii) Dengan judul penelitian : “Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Masyarakat Terhadap Pemilikan Rumah Sederhana melalui Kredit Pemilikan Rumah Bank Tabungan Negara (KPR/BTN) di Kota Surabaya. Dalam penelitian ini variabel yang dikaji adalah permintaan rumah Sederhana di kota Surabaya, Pendapatan Perkapita, Tingkat Suku Bunga KPR, dan Harga Rumah. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier dengan model cobb douglas sehingga diperoleh hasil penelitian ini diketahui secara parsial variabel pendapatan perkapita berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan rumah sederhana di Kota Surabaya.
2.1.4
Aditiamurti Wahyuni D (2005 : xi) Dengan judul penelitian “Analisis Permintaan rumah Melalui Kredit Pemilikan Rumah – Bank Tabungan Negara”. Dalam penelitian ini variabel yang dikaji adalah Permintaan Terhadap Rumah Sederhana (RS) dan Rumah Sangat Sederhana (RSS), Gross Domestik Product, Harga Rumah, Tingkat Suku Bunga KPR- BTN, dan Inflasi. Penelitian ini menggunakan metode parsial Adjusment Model atau Model Penyesuaian Partial. Dalam penelitian ini terdapat suatu hubungan simultan atau pengaruh nyata antara variabel bebas dengan variabel tambahan Permintaan Rumah Tahun Sebelumnya terdapat Permintaan RS dan RSS dengan F hitung = 4,347> F tabel = 2,90. Sedangkan secara parsial bahwa Harga Rumah dan Permintaan Rumah Tahun Sebelumnya mempengaruhi masyarakat untuk menunda pembelian rumah meskipun kebutuhan rumah
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
10
mendesak. Hal ini berarti bahwa terjadi penyesuaian secara bertahap, dan masyarakat baru akan melakukan pembelian apabila terjadi perubahan ekonomi yang lebih memungkinkan untuk membeli . 2.1.5 Arpa Surya Tambuno, Jurnal (2005) Dengan judul penelitian: “Pelaksanaan Perjanjian Jual Beli Rumah KRRBNT Bagi Debitur Baru Melalui Alih Debitur Pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Kantor Cabang Palangka Raya. Dalam Penelitian ini variebel yang dikaji adalah Pengalihan hak atas rumah berikut tanahnya, melalui Kredit Pemilikan Rumah Bank Tabungan Negara (KPR-BTN). Proses alih debitur, pada pelaksanaannya ada dua cara, yaitu secara resminya, langsung melalui PT. Bank Tabungan Negara(Persero) Kantor Cabang Palangka Raya, atau melalui proses lain yang cukup aman untuk dilakukan, walaupun tidak sesempurna alih debitur secara langsung, yaitu dengan peningkatan pengalihan hak atas rumah berikut tanahnya yang dibuat dihadapan Notaris. Metode pendekatan dalam penelitian ini adalah yuridis empiris, yaitu penulis berusaha melakukan pendekatan dengan masalah yang diteliti sesuai dengan sifat hukum rill yang berlaku, pada Bank Tabungan Negara (BTN), sedangkan teknik pengumpulan sample berbentuk purposive sampling yang didasarkan pada tujuan dan bentuk – bentuk tertentu. 2.1.6 Ratna Wulan Wibowo, Jurnal(2008) Dengan Judul Penelitian: “ Analisis Faktor-Fartor Yang Mempengaruhi Kredit Kepemilikan Rumah dan Apartemen (KPRA) serta pengaruhnya
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
11
terhadap Business cycle Indonesia. Di Indonesia selama ini kredit perumahan atau yang lebih dikenal dengan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) telah menjadi salah satu cara dalam proses pemilikan rumah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi dan pengaruh dari beberapa variabel ekonomi terhadap volume KPRA, serta respon business cycle terhadap guncangan volume KPRA di Indonesia. Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah analisis cross correlation, vector auto regression(VAR) yang dikombinasikan dengan vector error correction model (VECM), dan didalamnya mengandung analisis varians decomposition (VD) serta impulse response function (IRF). Seluruh rangkaian analisis tersebut dapat dilakukan dengan bantuan software Eviews 4.1 dan Microsofl Excel. Jadi perbedaan penelitian yang dilakukan oleh penelitian, dengan penelitian terdahulu dan sekarang terletak pada ukuran waktu, tempat penelitian dan ruang lingkup yang digunakan oleh peneliti berdasarkan penelitian terdahulu seperti yang
telah disebutkan diatas, yang juga
merupakan dasar acuan untuk penelitian kali ini dengan judul “Beberapa Faktor Yang Mempangaruhi Penyaluran Kredit Pemilikan Rumah Type 36 melalui BTN di Kota Surabaya” denagn variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendapat Perkapita, Tingkat Suku Bunga, Harga Rumah, Inflasi. Sedangkan variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penyaluran Rumah type 36 di kota Surabaya.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
12
2.2
Landasan Teori
2.2.1
Pengertian Rumah Untuk memecahkan masalah pemukiman yang tidak sehat, pertambahan penduduk yang pesat dan penyebarannya tidak merata terutama peningkatan kesejahteraan masyarakat, pemerintah beserta pengambang
mengeluarkan
program
pembangunan
rumah
yang
dimaksudkan agar dapat dimiliki oleh masyarakat dalam hal ini masyarakat di kota Surabaya. Dengan
memiliki
rumah
diharapkan
seseorang
dapat
meningkatkan: a. Kepastian Pribadi Yang berarti dengan pembangunan sebuah rumah dapat memberikan para penghuni perasaan stabil, aman, nyaman serta rasa percaya diri, dan bersedia untuk menerima tanggung jawab atas lingkungannya yang baru. b. Kesadaran Penghuni Yaitu penghuni mempunyai kesadaran dengan lingkungan yang baru, serta bersedia membagi kesulitan dengan tetangga. Dengan kesadaran penghuni diharapkan dapat membantu pelaksanaan pembangunan perumahan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
13
c. Kemasyarakatan Penghuni Yang berarti hubungan antara tetangga harus dibangun dari rumahnya dan apabila masyarakat mempunyai hubungan yang eratakan dapat membentuk suatu perumahan yang aman dan nyaman. 2.2.2
Pengertian Bank Secara pengertian bank bagi masyarakat umum adalah suatu institusi dimana kegiatan yang menyangkut masalah keuangan masyarakat dilaksanakan. Menyimpan uang baik dalam bentuk tabungan, deposito, maupun melakukan sejumlah pengiriman dana atau bahkan mungkin untuk meminjam sejumlah dana untuk kelanjutan atau pengembangan usaha dapat dilakukan dengan memanfaatkan jasa perbankkan. Menurut UU RI No.10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan, yang dimaksudkan dengan BANK adalah “Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk – bentuk lainnya rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak”. (Kasmir, 2004: 23) Sehingga dapat disimpulkan bahwa menghimpun dan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat merupakan kegiatan utama perbankan. Dari kegiatan tersebut bank mendapatkan keuntungan berupa selisih bunga spread yang digunakan untuk terus memutar usahanya.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
14
2.2.3
Pengertian Kredit Pengertian kredit mempunyai dimensi yang beraneka ragam, dimulai dengan arti “kredit” yang berasal dari bahasa yunani “credete” yang berarti “kepercayaan”.Kepercayaan yang dimaksud di dalam perkreditan adalah antara si pemberi dan si penerima kredit.Kredit adalah pemberian prestasi (misalnya uang dan barang) dengan balas prestasi (kontraprestasi) yang akan terjadi pada waktu mendatang. 1. Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang telah disepakati. (Simorangkir, 2004 :100) 2. Sedangkan pengertian yang lebih baik untuk kegiatan perbankan di Indonesia, yaitu menurut pasal 1; Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. (Abdullah,2003 :84) 3. Kredit yaitu kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau menggandakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayaran akan dilakukan
dalam
jangka
waktu
yang
telah
disepakati.
(Muljono,2000:9) Dari penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kredit merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
15
persetujuan pinjam-meninjam antar pihak bank dengan pihak lain dalam hal pihak peminjam berkewajiban melunasi utangnya dalam jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditetapkan. 2.2.3.1 Kredit Pemilikan Rumah Kredit Pemilikan Rumah (KPR) adalah suatu fasilitas kredit yang diberikan oleh perbankan kepada para nasabah perorangan yang akan membeli atau memperbaiki rumah. (Bank Indonesia ‐ www.bi.go.id ). Pola umum
Rencana Pembangunan Jangka Panjang tahap ke IV meletakkan sektok perumahan sebagai sasaran utama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Hal
ini
dilakukan
pemerintah
dengan
memperluas
pengembangan kawasan dengan fasilitas umum dan sosial lainnya. a. Pembangunan dan pengadaan perumahan perlu makin ditingkatkan khususnya perumahan dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah. b. Pembangunan dan pengadaan perumahan perlu dikembangkan secara lebih terarah dan terpadu dengan memperhatikan jumlah penduduk dan penyebaran, tata guna tanah, pembiayaan, perluasan kesempatan kerja, kesehatan lingkungan, tersedianya fasilitas sosial yang dibutuhkan ,produksi bahan bangunan setenpat serta keserasian dengan lingkungan pemukiman pada khususnya dan dengan pengembangan daerah pada umumnya. c. Lembaga pembiayaan yang melayani pembangunan perumahan perlu lebih ditingkatkan dan dikembangkan sehingga dapat mendorong terhimpunnya modal yang memungkinkan pembiayaan pembangunan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
16
perumahan dengan jumlah yang besar dan dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah. Bank yang berfungsi sebagai agent of development, khususnya bank pemerintah mempunyai kewajiban dalam menyelenggarakan program pembangunan jangka panjang tahap kedua sebagai penyandang dana, sebagai indicator antara kepentingan sektor – sektor pemerintah, memberikan pelayanan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sektor swasta ikut andil dalam pembiayaan pengadaan perumahan dan sector masyarakat yakin member keringanan pembayaran atas pemilikan rumah. 2.2.3.2 Tujuan Kredit Tujuan
kredit
yang
diberikan
oleh
suatu
bank
dalam
mengembangkan tugas sebagai agent of development adalah: 1. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan dan dapat memperluas perusahaan 2. Turut mensukseskan program pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan 3. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin kebutuhan masyarakat (Simorangkir,2004:102) 2.2.3.3 Penilaian Kredit Karena kredit sangat dibutuhkan oleh masyarakat maka kredit mempunyai suatu nilai. Untuk menentukan kredit pihak bank selalu mempertimbangkan 5 C yaitu:
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
17
Character Artinya sifat atau watak dari orang – orang yang akan diberikan kredit benar – benar dapat dipercaya
Capacity Artinya kemampuan dari debitur untuk membayar atas kredit yang ia terima
Capital Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas, solvabilitas rentabilitas dan ukuran lainnya.
Collateral Artinya jaminan, dapat berupa barang baik barang bergerak maupun barang tidak bergerak yang nilainya sesuai dengan nilai kredit yang akan diterima oleh debitur
Condition Artinya dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan politik sekarang dan dimasa yang akan datang sesuai sektor masing – masing (Kasmir, 2004: 104)
Selain itu pihak Bank juga memiliki pertimbangan yang sering disebut dengan 7 P yaitu:
Personality Bank mencari data tentang kepribadian serta hal – hal lain yang erat hubungannya dengan kepribadian si peminjam.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
18
Perpose Bank mencari data tentang tujuan/ keperluan penggunaan kredit
Prospect Bank harus menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan atau tidak.
Payment Ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit
Party Yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam golongan – golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya.
Profitability Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Diukur dari period ke periode.
Protection Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. (Kasmir,2004: 107)
2.2.3.4 Fungsi Kredit Sedangkan fungsi dari pemberian kredit meliputi: 1. Meningkatkan daya guna uang 2. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang 3. Meningkatkan daya guna barang 4. Meningkatkan peredaran barang 5. Sebagai alat stabilitas ekonomi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
19
6. Meningkatkan kegairahan berusaha 7. Meningkatkan kemerataan pendapatan 8. Meningkatnya hubungan internasional (Kasmir, 2004:97) 2.2.3.5 Jenis – jenis Kredit Kredit yang diberikan oleh bank terdiri dari berbagai jenis dilihat dari berbagai sudut pandang, misalnya sebagai berikut: 1. Dilihat dari segi kegunaan : a. Kredit investasi Digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek atau pabrik baru atau keperluan rehabilitasi. Misalnya untuk pembangunan pabrik dan perluasan unit usaha, pembelian peralatan, mesin – mesin dan alat traspotasi. b. Kredit Modal Kerja Pembiayaan untuk memperluas atau meningkatkan produksi dan operasional, misalnya untuk menambah bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya – biaya operasional lainnya. 2. Dilihat dari segi tujuan kredit: a. Kredit Produktif Kredit yang digunakan untuk tujuan produktif, baik untuk peningkatan usaha atau produksi maupun investasi. Kredit ini untuk meningkatkan barang dan jasa. b. Kredit Konsumtif Penggunaannya untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
20
memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. Contoh kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi, kredit perabotan rumah tangga dan kredit konsumtif lainnya. c. Kredit perdagangan Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagang tersebut. Contohnya kredit ekspor impor. 3. Dilihat dari segi jangka waktu a. Kredit Jangka Pendek Fasilitas pinjaman atau kredit yang diberikan untuk waktu kurang dari 1(satu) tahun atau paling lama 1(satu) tahun. b. Kredit Jangka Menengah Fasilitas pinjaman atau kredit yang jangka waktunya berkisar antara 1(satu) sampai dengan 3 (tiga) tahun c. Kredit Jangka Panjang Merupakan kredit yang jangka pengembaliannya diatas 3(tiga) tahun dan 5(lima) tahun. (Kasmir, 2004: 99) 2.2.3.6 Unsur – unsur kredit Unsur yang terdapat dalam kredit adalah: a. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang dan jasa akan benar –benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan dating.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
21
b. Waktu, yaitu suatu masalah yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. c. Degree of Risk, yaitu suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan yang akan diterima kemudian hari. Semakin lama kredit diberikanantara pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima kemudian hari. Semakin lama kredit diberikan semakin tinggi pula tingkat resikonya, karena sejauh kemampuan manusia untuk menerobos hari depan itu, maka masih selalu terdapat unsur keridaktentuan yang akan tidak dapat diperhitungkan. Inilah yang menyebabkan timbulnya unsur resiko. Dengan adanya unsur resiko inilah maka timbul jaminan dalam pemberian kredit. d. Prestasi, obyek kredit tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi dapat juga berbentuk barang dan jasa. Namun karena kehidupan modern sekarang ini didasarkan pada uang maka transaksi kredit menyangkut uanglah yang sering kita jumpai dalam praktek prkreditan. (Suyanto,dkk 1999 :14) 2.2.3.7 Jaminan dan Kelayakan Kredit Bagi bank, jaminan kredit merupakan sumber kedua pembayaran kembali kredit bunga yang bertunggak. Sumber pertama keuntungan dan dana penyusutan. Bila debitur gagal memenuhi kewajiban keuangannya kepada bank dari sumber pembayaran pertama, maka harta mereka yang dijamin akan dipergunakan sebagai gantinya (Sutojo, 1995: 155).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
22
Fungsi utama jaminan adalah memperkecil jumlah kerugian yang diterima bank, bila debitur tidak memenuhi kewajibannya. Jaminan kredit dapat berupa harta fisik (tanah, gedung, mesin, peralatan, kendaraan, persediaan barang dan sebagainya) Bank akan meluluskan permintaan kredit yang diajukan oleh calon debitur tergantung dari hasil pertimbangan berikut ini 1. Faktor Interen Bank Sebelum mengambil keputusan untuk meluluskan permintaan kredit terlebih dahuli bank melihat kondisi intern operasi dan keuangan dewasa ini, dua atau tiga tahun terakhir, serta prospek masa depan. 2. Kredibilitas Bank akan lebih bersemangat dalam bekerjasama dengan investor, apabila mitra usaha mereka dapat menunjukkan kemampuan mengelola proyek yang akan dibangun dengan baik. 3. Prospek masa depan proyek Masa depan sebuah proyek dapat diharapkan akan cerah 2.2.3.8 Sasaran Kredit Dalam pemberian kredit ada dua golongan masyarakat yang dijadikan sasaran yaitu: 1. Golongan Pengusaha Yaitu semua pengusaha warga Negara Indonesia yang bergerak diberbagai sector ekonomi, seperti sector pertanian, pendidikan dan jasa lainnya.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
23
2. Golongan masyarakat Berpenghasilan Tetap Yang dimaksud dengan Golongan masyarakat Berpenghasilan Tetap adalah: Semua pegawai negeri yang dimaksudkan dalam peraturan Pemerintah (PP) No. 6 tahun 1974 Bab 1 pasal 1, pegawai negeri yang dimaksudkan adalah Pegawai negeri sipil (baik pegawai negeri sipil pusat, Pegawai negeri sipil daerah, maupun pegawai negeri sipil lainnya yang ditetapkan / diangkat atas dasar Peraturan pemerintah PGPG – 1968 dengan pangkat III/d kebawah dan juga bukan pejabat. 2.2.3.9 Syarat – syarat Calon Nasabah Kredit a. Golongan Pengusaha ; persyaratan yang harus dipenuhi antara lain:
Menyerahkan surat keterangansebagai penduduk desa dari Kepala Desa/ Lurah atau Kartu Tanda Penduduk (KTP)
Berkarakter baik dan mempunyai usaha yang layak untuk dibiayai
Untuk nasabah yang sudah mempunyai ijin usaha, cukup menyerahkan copy surat ijin usaha tersebut
Dapat memberikan laporan tentang penghasilan perbulan dan dapat mempertanggung jawabkan kebenarannya.
b. Golongan Masyarakat Berpenghasilan Tetap; persyaratan yang harus dipenuhi antara lain:
Menyerahkan slip gaji/ pensiun dari instansi terkait
Menyerahkan asli Surat Keputusan (SK) pengangkatan pegawai tetap yang pertama dan asli SK penetapan pangkat pegawai yang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
24
terakhir atau asli Surat Keputusan Pensiun Bagi yang berstatus pensiunan. 2.2.4
Pendapatan Per Kapita Pengertian pendapatan perkapita adalah pendapatan rata – rata penduduk, oleh karena itu untuk mendapatkan perkapita pada 1 tahun tertentu adalah dengan cara membagi pendapatan nasional pada tahun itu dengan jumlah penduduk pada tahun yang sama, dapat dirumuskan sebagai berikut:
Pendapatan Perkapita Penduduk =
PDRB
x100……………
Jumlah Penduduk (Sukirno :2002,75)
Dengan adanya pendapatan perkapita suatu negara mengharapkan pembangunan ekonomi yang terus berkembang dari tahun ke tahun, sebab dengan pendapatan perkapita suatu negara dapat membandingkan laju perkembangan ekonomi yang dicapai negara dari masa ke masa. Adapun pengertian pendapatan perkapita menurut (Sukirno, 1994: 56) bahwa pendapatan perkapita pada tahun yang sama dengan jumlah penduduk baik yang bekerja maupun yang tidak bekerja, laki- laki maupun perempuan, anak-anak maupun dewasa, apabila penduduk suatu daerah selalu bertambah melebihi kenaikan pendapatan nasional, maka tingkat pendapatan keluarganya menjadi rendah. Demikian sebaliknya
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
25
apabila penduduk suatu negara lebih kecil dari pada kenaikan pendapatan nasional, maka pendapatan menjadi tinggi. Apabila pendapatan perkapita suatu daerah meningkat, maka ini berarti terjadi peningkatan pendapatan pada tiap – tiap masyarakat daerah tersebut. 2.2.4.1 Hubungan Pendapataan Perkapita Terhadap Penyaluran Rumah Apabila pendapatan rata-rata perkapita masyarakat dalam suatu Negara khususnya negara Indonesia menjadi naik pada setiap tahunnya, maka dapat dikatakan bahwa daya beli konsumen (masyarakat) pada umumnya dalam permintaan rumah type 36 di Kota Surabaya menjadi meningkat seiring dengan laju pendapatan perkapita. 2.2.5
Tingkat Suku Bunga
2.2.5.1 Pengertian Tingkat Suku Bunga Kasmir (2003 : 37 ) mengemukakan bahwa “ Bunga Kredit dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya”. Bunga bagi bank juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah ( yang memiliki simpanan ) dan harga yang harus diterima oleh bank dari nasabah yang memperoleh pinjaman. Suku bunga menurut Diulio ( 1993 : 45) adalah harga dana yang dapat dipinjamkan (loanable funds) yang besarnya ditentukan preferensi dan sumber pinjaman dari pelaku ekonomi di pasar.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
26
Pinjaman menyebabkan penerbitan piranti keuangan oleh unit defisit yang karena arus dana yang masuk tidak cukup untuk seluruh keperluannya pergi ke pasar keuangan untuk memenuhi rencana pengeluarannya.Pemberian pinjaman terdiri dari tabungan unti surplus ditambah dengan perubahan stok uang yang dikuasai bank sentral dikurangi dana – dana yang tidak tersedia untuk pinjaman karena para penabung memilih untuk memegang uang daripada memegang piranti keuangan preferensi pemberian pinjaman pada umunya memiliki hubungan positif dengan suku bunga. Sementara pinjaman atas utang berhubungan secara negatif. Gambar 1 : Keinginan untuk meminjam dan ketersediaan untuk memberi pinjaman menentukan besarnya suku bunga. Suku bunga (%)
L
ro B Qo
Dana
Sumber : Diulio Eugene. A. 1993 Uang dan Bank, Seri buku schaum, cetakan Kedua, Erlangga : Surabaya, halaman 45.
2.2.5.2 Teori Klasik Tentang Tingkat Suku Bunga Menurut teori klasik adalah fungsi tingkat bunga, makin tinggi tingkat bunga maka makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Investasi juga tergantung dari tingkat bunga. Makin rendah tingkat bunga, maka pengusaha
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
27
semakin terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga makin kecil. Tingkat suku bunga dalam keadaan keseimbangan (artinya tidak ada dorongan untuk naik dan turun) akan tercapai bila keinginan menabung masyarakat sama dengan keinginan pengusaha untuk melakukan investasi (Nopirin, 2000 :70) Secara grafik keseimbangan suku bunga dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2 : Teori Klasik tentang Tingkat Suku Bunga Tingkat bunga
tabungan
I1
Io Invest1 Invest0 So
S1
Jumlah rupiah
Sumber : Nopirin, 2000, Ekonomi Moneter, buku 1 Edisi keempat, BPFE UGM : Yogyakarta, halaman 71
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
28
Keseimbangan tingkat bunga ada pada titik Io, dimana jumlah tabungan sama dengan investasi. Apabila tingkat bunga diatas Io maka jumlah tabungan melebihi keinginan pengusaha untuk melakukan investasi. Para penabung akan saling bersaing untuk meminjamkan dananya dan persaingan ini akan menekan tingkat suku bunga turun balik ke posisi Io dan sebaliknya. Para pengusaha saling bersaing untuk memperoleh dana yang relatif jumlahnya lebih kecil. Persaingan ini akan memdorong tingkat suku bunga lagi ke Io. Kenaikan efisiensi produksi, misalnya akan mengakibatkan keuntungan yand diharapkan naik, sehingga pada tingkat bunga yang sam pengusaha bersedia meminjam dana lebih besar untuk membiayai investasinya atau untuk dana yang sama jumlahnya, pengusaha bersedia membayar pada tingkat yang lebih tinggi keadaan ini pada gambar 2 ditunjukan dengan bergesernya kurva permintaan investasi kekanan atas dan keseimbangan tingkat bunga yang baru Ij (Nopirin, 2000 : 71). 2.2.5.3 Teori Keynes Tentang Tingkat Suku Bunga Keynes memiliki pandangan berbeda dengan kaum klasik tentang tingkat suku bunga, tingkat suku bunga menurutnya merupakan suatu fenomena moneter. Artinya tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang (ditentukan dalam pasar uang). Uang akan mempengaruhi kegiatan ekonomi (GNP), sepanjang uang ini akan mempengaruhi tingkat bunga. Perubahan tingkat bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan investasi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
29
dan dengan demikian akan mempengaruhi GNP. Sedangkan menurut kaum klasik, uang hanya mempengaruhi harga barang (Nopirin, 2000 : 90) Secara grafik teori keynes tentang penentuan tingkat bunga digambarkan sebagai berikut : Gambar 3 : Teori keynes tentang Tingkat Suku Bunga Jumlah uang Tingkat bunga (%) ro q
Liquidity preference Jumlah uang dan penawaran uang Sumber : Nopirin, 2000, Ekonomi Moneter, buku 1 Edisi keempat, BPFE UGM : Yogyakarta, halaman 92
Permintaan akan uang mempunyai hubungan negatif dengan tingkat bunga. Hubungan negatif antara permintaan uang dengan tingkat bunga dapatlah dijelaskan sebagai berikut : Pertama, Keynes mengatakan bahwa masyarakat mempunyai keyakinan adanya suatu tingkat bunga yang normal. Apabila tingkat bunga turun dibawah tingkat normal, makin banyak orang yakin bahwa tingkat bunga akan kembali ke tingkat normal (jadi meraka yakin bahwa tingkat bunga akan naik diwaktu yang akan datang). Jika meraka memegang surat berharga pada
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
30
waktu tingkat bunga naik mereka akan mengalami kerugian (capital lons). Meraka akan menghindari kerugian ini dengan cara mengurangi surat berharga yang dipegangnya dan dengan sendirinya menambah uang kas yang dipegang pada waktu tingkat bunga naik. Kedua, berkaitan dengan ongkos, memegang uang kas. Makin tinggi tingkat bunga, maka makin tinggi pula ongkos memegang uang kas sehingga keinginan memegang uang kas juga turun. Sebaliknya, apabila tingkat bunga turun berarti ongkos memegang uang kas juga akan makin rendah sehingga permintaan akan uang kas akan naik. Kedua pendekatan diatas semua menunjukan adanya hubungan negatif antara tingkat bunga dengan permintaan uang kas. Bersama jumlah uang beredar yang tetap (dengan anggapan bahwa jumlah uang beredar ini ditetapkan oleh pemerintah), permintaan uang ini menentukan tingkat bunga. Tingkat bunga dalam keseimbangan (r oq pada gambar 3 ) apabila jumlah uang kas yang akan diminta sama dengan penawarannya (jumlah uang beredar), Apabila pada suatu ketika tingkat harga dibawah tingkat keseimbangan, masyarakat akan menginginkan uang kas lebih banyak dengan cara menjual surat berharga yang dipegangnya. Usaha menjual surat berharga ini akan mendorong harganya turun (tingkat bunga naik), sampai ke tingkat keseimbangan dimana masyarakat sudah puas dengan komposisi kekayaannya (permintaan sama dengan penawaran uang). Sebaliknya, apabila tingkat harga berada di atas keseimbangan, masyarakat menginginkan uang kas lebih sedikit dengan cara membeli surat berharga. Pembelian ini akan mengakibatkan naiknya harga surat berharga (tingkat bunga turun) sampai keseimbangan tercapai.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
31
Gambar 4 : Teori Keynes Permintaan Uang, Penawaran dan Suku Bunga Suku Bunga (%)
r0
MS o
MS 1
Eo
r1
E1
DM
Permintaan dan penawaran uang Sumber :Sukirno, 2004, Pengantar Teori Makro Ekonomi . PT.Raja Grafindo Persada Jakarta, halaman 304
Pergerakan ke kiri berarti penawaran uang turun. Dan pergerakan ke kanan berarti penawaran uang bertambah. Suku bunga dalam ekonomi ditentukan oleh keseimbangan dalam permintaan dan penawaran uang. Pada mulanya jumlah penawaran uang adalah MS o , Kurva ini bersilang dengan kurva MD pada E o dan ini berarti bahwa suku bunga adalah r 0 . Selanjutnya penawaran uang bertambah dan menjadi MS 1. Kurva ini bersilang dengan kurva MD di E 1 dan ini berarti suku bunga turun menjadi r 1. Contoh ini menunjukkan bahwa perubahan – perubahan dalam penawaran uang akan mempengaruhi suku bunga.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
32
2.2.5.4 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga Faktor – faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga adalah sebagai berikut : 1. Kebutuhan dana Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga simpanan. Peningkatan bunga simpanan secara otomatis akan pula meningkatkan bunga pinjaman. Namun apabila dana yang ada simpanan banyak sementara permohonan simpanan sedikit maka bunga simpanan akan turun. 2. Persaingan Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disamping faktor promosi, yang paling utama pihak perbankan harus memperhatikan pesaing. Dalam arti jika untuk bunga simpanan rata – rata 16% maka, jika hendak membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga simpanan kita naikkan di atas bunga pesaing misalnya 16%. Namun sebaliknya untuk bunga pinjaman kita harus berada di bawah bunga pesaing. 3. Kebijakan Pemerintah Dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman kita tidak boleh melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. 4. Target laba yang diinginkan Sesuai dengan target laba yang diinginkan, jika laba yang diinginkan besar maka bunga pinjaman ikut besar dan sebaliknya.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
33
5. Jangka waktu Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko dimasa mendatang. Demikian pula sebaliknya jika pinjaman berjangka pendek, maka bunganya relatif lebih rendah. 6. Kualitas jaminan Semakin likuid jaminan yang diberikan, maka semakin rendah bunga kredit yang dibebankan dan sebaliknya. Sebagai contoh jaminan sertifikat deposito berbeda dengan jaminan sertifikat tanah. Alasan utama perbedaan ini adalah dalam hal pencairan jaminan apabila kredit yang diberikan bermasalah. Bagi jaminan yang likuid seperti sertifikat deposito atau rekening giro yang dibekukan akan lebih mudah untuk dicairkan jika dibandingkan dengan jaminan tanah. 7. Reputasi perusahaan Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafit kemungkinan resiko kredit macet dimasa mendatang relatif kecil dan sebaliknya. 8. Produk yang kompetitif Maksudnya adalah produk yang dibiayai tersebut laku di pasaran. Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah jika dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif .
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
34
9. Hubungan baik Biasanya bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah utama (primer) dan nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan pada keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap bank. Nasabah utama biasanya mempunyai hubungan yang baik dengan pihak bank, sehingga dalam penentuan suku bungapun berbeda dengan nasabah biasa. 10. Jaminan pihak ketiga Dalam hal ini pihak yang diberikan jaminan kepada penerima kredit. Biasanya jika pihak yang memberikan jaminan bonafit, baik dari segi kemampuan membayar, nama maupun loyalitasnya terhadap bank, maka bunga yang dibeban pun juga berbeda. Demikian pula sebaliknya jika penjamin pihak ketiganya kurang bonafit atau tidak dapat dipercaya, maka mungkin tidak dapat digunakan sebagai jaminan pihak ketiga oleh pihak perbankan.(Kasmir, 2004 : 122 – 124) 2.2.5.5 Jenis – jenis Pembebanan Suku Bunga Kredit Pembebanan besarnya suku bunga kredit dibedakan kepada jenis kreditnya. Pembebanan disini maksudnya metode perhitungan yang akan digunakan, sehingga mempengaruhi jumlah bunga yang akan dibayar. Jumlah bunga yang dibayar akan mempengaruhi jumlah angsuran perbulannya. Di mana jumlah angsuran terdiri dari hutang/ pokok pinjaman dan bunga. Metode pembebanan bunga yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
35
1. Sliding rate Pembebanan bunga setiap bulan dihitung dari sisa pinjamannya, sehingga jumlah bunga yang dibayar nasabah setiap bulan menurut seiring dengan turunnya pokok pinjaman. Akan tetapi pembayaran pokok pinjaman setiap bulan sama. Cicilan nasabah semakin menurun. 2. Flat rate Pembebanan bunga setiap bulan tetap dari jumlah pinjamannya, demikian pula pokok pinjaman setiap bulan juga dibayar sama, sehingga cicilan setiap bulan sama sampai kredit tersebut lunas. 3. Floating rate Jenis ini membedakan bunga dikaitkan dengan bunga yang ada di pasar uang, sehingga bunga yang dibayar setiap bulan sangat tergantung dari bunga pasar uang pada bulan tersebut. (Kasmir, 2004: 127) 2.2.5.6 Penentuan Tingkat Bunga Masalah penentuan tingkat suku bunga menjadi masalah penting bagi Negara berkembang yang sedang mengalami proses liberalisasi system keuangan dalam negerinya. Pertanyaan bagaimana sauku bunga yang diharapkan berlaku menghadapi perubahan lingkungan dan bagai mana merespon pengaruh luar negeri dan kebijaksanaan dalam negeri adalah pertanyaan yang perlu dipertimbangkan khususnya bagi pembuat kebijaksanaan di negara yang sedang berkembang. Hanya jika perilaku suku bunga diketahui dengan baik, kita dapat meramalkan pengaruk
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
36
perubahan suku bunga tersebut pada variable - variabel ekonomi mikro seperti tabungan, investasi, neraca pembayaran, dan pertumbuhan ekonomi. Meskipun modal yang dikemukakan disini berstruktur sederhana, namun dapat menggabungkan prinsip - prinsip penentuan tingkat bunga seperti suku bunga luar negeri, perubahan kurs valas yang diharapkan, dan pembanguh selurnan mobeter dalan negeri. Model - model tersebut dapat diterapkan secara umum pada berbagai negara yang sedang berkembang yang berbeda derajat perbedaannya. Melalui model ini selanjutnya dapat ditentukan secara empiris derajat keterbukaan negara. (Iswardono, 1996 : 1997) Dalam menganalissi factor - faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga juga terdapat perbedaan pendapat diantara ahli - ahli ekonomi klasik dan Keynes. Menurut Keynes tingkat bunga tergantung pada jumlah uang yang beredar dan preferensi likwiditet atau permintaan uang. Yang dimaksud dengan likwiditet adalah permintaan atas uang oleh seluruh masyarakat dalam perekonomian. 2.2.5.7 Struktur Tingkat Bunga Struktur tingkat bunga dalam sistem keuangan terutama ditentukan oleh determinan sebagai berikut: 1.
Jangka waktu dari klaim keuangan
2.
Karakteristik perpajakan dari klaim keuangan
3.
Derajad resiko tunggakan dari klaim keuangan
4.
Kemudahan pemasaran dari klaim keuangan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
37
Dari keempat determinan tersebut diatas, perbedaan dari jangka waktu
klaim
keuangan
merupakan
faktor
yang
paling
banyak
dipertimbangkan. Hubungan antara jangka waktu dan suku bunga disebut struktur masa (trem structure) dari suku bunga. Ketika determinan lainnya juga merupakan faktor penting, akan tetapi sering kali lebih rendah dalam menentukan pengaruhnya terhadap struktur bunga. Struktur masa dari suku bunga berkaitan dengan hubungan antara suku bunga dari klaim keuangan yang serupa dalam karakteristiknya kecuali dalam jangka waktunya. Sekuritas pemerintah merupakan contoh terbaik dari klaim keuangan untuk melihat pengaruh dari jangka waktu terhadap struktur suku bunga karena jangka waktu merupakan pembeda utama dari treasury bills, notes (utang) dan obligasi. Semua sekuritas pemerintah ini mengandung resiko tunggakan sebesar nol, mempunyai perlakuan pajak sama terhadap penghasilan bunganya dan capital gain, dan tingkat kemudahan pemasarannya kurang lebih sama. Jadi sebab utama dari perbedaan suku bunga atau sekuritas pemerintah yang berjangka pendek dan berjangka panjang adalah jangka waktunya (Sawaldjo, 2004 : 84) Cara yang sering digunakan untuk melukiskan hubungan antara suku bunga dan jangka waktu dari klaim keuangan adalah kurva hasil (yield Curve). Berdasarkan data empiris di Amerika Serikat, dapat diamati empat kemungkinan pola kurva hasil. 1. Kurva hasil yang meningkat menunjukkan meningkatnya suku bunga jika jangka waktunya meningkat,
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
38
2. Kurva menurun menunjukkan suku bunga yang menurun jika jangka waktunya meningkat, 3. Berbentuk datar berarti suku bunga tetap konstan pada jangka waktu berapapun, 4. Berbentuk punuk (punggung) yaitu mula - mula naik bila jangka waktunya meningkat. Gambar 5 : Empat kemungkinan hasil kurva Suku Bunga
Suku Bunga
1.
2.
Jangka waktu
Jangka Waktu
Suku Bunga
Suku Bunga
3.
4.
Jangka Waktu
Jangka Waktu
Sumber : Puspopranoto, Sawaldjo,2004, Keuangan Perbankan dan Pasar Keuangan , Pustaka LP3ES, Jakarta, hal 85.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
39
2.2.5.8 Bunga Bank Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual prodaknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar nasabah kepada bank (nasabah yang
memperoleh
pinjaman). Dalam kegiatan perbankan sehari - hari ada dua macam bunga yang diberikan kepada nasabahnya yaitu: 1. Bunga Simpanan Bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balasan jasa bagi nasabah yang meyimpan uangnya di Bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar bank pada nasabahnya. Sebagai contoh jasa giro, bunga tabungan dan bunga deposito. 2. Bunga Pinjaman Adalah bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Sebagai contoh bunga kredit. Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapatanbagi bank. Bunga pinjaman merupakan biaya dana yang harus dikeluarkan oleh nasabah, sedangkan bunga simpanan merupakan pendapatan yang diterima dari nasabah. Baik bunga simpanan atau bunga pinjaman masing - masing saling mempengaruhi satu sama lainnya. Sebagai contoh seandainya bunga simpanan tinggi maka secara otomatis
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
40
bunga pinjaman juga terpengaruh ikut naik dan demikian pula sebaliknya (Kasmir,2004 : 121) 2.2.5.9 Hubungan Tingkat Suku Bunga KPR dengan Penyaluran Rumah Tingkat Suku Bunga KPR merupakan tingkat suku bunga yang ditentukan oleh masing- masing pemberi kredit. Tentu saja penentuan tingakat suku bunga mengacu pada kondisi perekonomian Negara tersebut. Akan tetapi dalam hal ini pemerintah tetap memiliki kewajiban mengendalikan tingkat suku bunga KPR sehingga masyarakat tidak dirugikan ketika melakukan kredit pemilikan rumah. Sehingga apabila tingkat suku bunga KPR tinggi tentu saja permitaan rumah akan sedikit yang berujung pada sedikitnya permintaan KPR type 36 di kota Surabaya. 2.2.6
Pengertian inflasi Inflasi menurut Nopirin,2000 : adalah proses kenaikan hargaharga umum barang- barang secara terus menerus. Sedangkan menurut Sinungan M,1991 : inflasi adalah kecenderungan harga- harga untuk menaik secara terus menerus. Dari pengertian diatas hal yang penting dalam masalah inflasi adalah terjadinya kenaikan harga barang- barang secara terus menerus walaupun
kenaikan
harga
barang-
barang
tersebut
tidak
sama
presentasinya. Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa klasifikasi dari inflasi: 1. Inflasi menurut sifatnya Menurut sifatnya inflasi dapat ditinjau dari laju dan derasnya inflasi,dalam hal ini dibagi menjadi:
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
41
a.
Inflasi merayap (creeping inflation) ditandai dengan laju inflasi yang rendah dan ukurannya kurang dari 10% per tahun sedang kenaikan harga berjalan lamban serta dalam waktu yang lama.
b.
Inflasi menengah (galloping inflation) dalam hal ini kenaikan harga cukup besar (biasanya 2 digit) serta waktunya relative pendek dan mempunyai sifat cepat artinya kenaikan harga minggu ini lebih cepat dibanding dengan harga minggu bulan lalu. Akibatnya terhadap perekonomian lebih berat dibanding dengan inflasi merayap
c.
Inflasi tinggi (hyper inflation) sesuai dengan namanya harga- harga umum naik lima atau enak kali, sedang nilai uang merosot dan masyarakat tidak mempunyai keinginan untuk menyimpan uang. ( Nopirin, 2000)
2. Infasi Menurut Sebabnya Menurut sebabnya inflasi dibedakan menjadi dua, yaitu : a.
Demand pull inflation, timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
42
Gambar 6: kurva Demand pull inflation P P2
P1
E1
S
EO
D Q EO
Q E1
Q
Sumber : Nopirin, 2000, Ekonomi Moneter, buku 1 Edisi keempat, BPFE UGM, Yogyakarta b. Cost push inflation, timbul karena ada kenaikan ongkos/ biaya produksi, bila ongkos produksi naik maka pada akhirnya akan menaikkan harga dan turunnya produksi. Gambar 7: kurva Cost push inflation P
S1 S2
P1
D
P2
0
Q2
Q1
Q
Sumber : Nopirin, 2000, Ekonomi Moneter, buku 1 Edisi keempat, BPFE UGM, Yogyakarta
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
43
2.2.6.1
Hubungan Antara Inflasi terhadap Penyaluran Kredit Perbankan Inflasi merupakan kecenderungan naiknya harga- harga barang secara menyeluruh dan terus - menerus. Inflasi yang tak terkendali menyebabkan terpuruknya perekonomian suatu Negara. Apabila kondisi ini tidak cepat ditangani dampaknya akan semakin meluas pada sektorsektor lain. Salah satunya sektor perumahan, terjadinya inflasi berkaitan pada menurunnya minat masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan akan rumah sehingga berakibat pada minimnya penerimaan KPR type 36 di kota Surabaya.
2.2.7
Teori Harga
2.2.7.1 Pengertian Harga Menurut (Rosyidi, 2001 : 237) dalam bukunya “Pengantar teori ekonomi “ harga suatu barang atau jasa adalah suatu tingkat penilaian yang pada tingkat itu barang yang bersangkutan dapat ditukarkan dengan barang - barang yang lain, apa pun bentuknya. Jadi suatu barang dikatakan berharga bila barang tersebut : 1. Mempunyai kegunaan Artinya suatu barang akan menimbulkan keinginan dan keinginanakan menimbulkan permintaan terhadap barang tersebut. 2. Jumlah terbatas Kelangkaan suatu barang akan mendorong orang untuk memanfaatkan kelangkaan dengan menjualnya. Dengan kata lain akan menimbulkan penawaran terhadap barang tersebut, suatu barang akan memiliki nilai ekonomis.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
44
Harga terjadi karena dua faktor yang terdapat bersama- sama dalam suatu barang atau jasa, yaitu faktor manfaat dan faktor kelangkaan. Dari kedua faktor tersebut munculah pengertian bahwa harga terbentuk karena seimbangnya permintaan dan penawaran. Lebih jauh dari pada itu, dapat juga diketahui bahwa perubahan salah satu maupun keduanya akan merubah harga. 2.2.7.2 Aturan Baku menentukan Harga Dalam penentuan persaingan pasar sempurna, perusahaan tidak menuntukan harga prodaknya. Pasar bekerja da menenrukan harga untuk semua produsen. Produsen mengambil harga yang disediakan pasar, masing - masing produsen bertindak sebagai price taker, produsen tidak mempunyai kekuatan pasar (market power). Dengan harga jual prodak yang tersedia, masing- masing prodak menentukan jumlah produksi optimalnya. Masing- masing prodak akan mendapatkan keuntungan yang optimal jika produsen memproduksi hingga ongkos untuk memproduksi prodak yang terakhir sama dengan harga yang disediakan pasar. Dalam pasar persaingan sempurna, produsen tidak menentukan harga prodaknya. Produsen yang mampu mengendalikan harga (untuk derajat tertentu) disebut price maker. Perusahaan yang demikian adalah perusahaan yang mempunyai kekuatan pasar (market power). Produsen yang mempunyai market power dalam menentukan harga prodaknya teetap
memperhatikan
kendala
permintaan
pasar
(konsumennya).
Produsen dalam menentukan harga yaitu dengan menentukan tingkat out
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
45
optimal yang juga membuat keuangannya juga optimal (maksimum). (Sunaryo, 2001 : 161). 2.2.7.3
Harga Di Pasar Persaingan Sempurna Harga yang ada pada kondisi yang ideal adalah harga yang mampu mengakibatkan sumber daya yang tersedia secara optimal. Harga tersebut akan memberikan kesejahteraan tertinggi bagi produsen dan komsumen dimana keuntungan dimana keuntungan produsen dan konsumen diukur dari surplus masing - masing. Hanya da satu harga yang mempunyai karakteristik demikian, yaitu harga yang terbentuk dalam struktur pasar persaingan sempurna. Hukum kesejahteraan pertama (the first welfare economic the orem) mengatakan bahwa pasar persaingan sempurna akan menghasilkan alokasi yang optimal (pareto). Harga tersebut tidak terlalu mahal bagi konsumen dan tidak terlalu murah bagi produsen, harga pasar persaingan sempurna adalah harga yang “pas”. (Sunaryo, 2001 : 160) Pasar persaingan sempurna adalah salah satu bentuk pasar yang paling sederhana. Pasar disebut bersaing sempurna jika : 1. Pembeli dan penjual adalah banyak, sehingga tidak ada satupun diantara mereka yang dapat mempengaruhi harga di pasar. 2. Jenis hasil adalah sama (produk homogen) 3. Sumber daya yang digunakan untuk bermudah produksi mudah dirubah kegunaannya. 4. Pengetahuan mengenai pasar cukup. (Sunaryo, 2001 : 79)
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
46
2.2.7.4
Hubungan Harga Rumah Rata- Rata Terhadap Penyaluran Rumah Apabila dalam suatu penyaluran KPR ditentukan dengan adanya kemampuan masyarakat untuk membeli, sehingga dapat dikatakan bahwa saat ini harga dalam suatu barang (rumah) sangat berpengaruh dalam masyarakat karena apabila harga suatu rumah sekarang dapat dijangkau (turun) maka kemampuan masyarakat akan membeli rumah akan meningkat (naik) sehingga permintaan akan rumah type 36 juga akan naik.
2.3
Kerangka Pikir Penyaluran Kredit Pemilikan Rumah yang tidak diikuti oleh peningkatan pendapatan perkapita tentunya akan menyulitkan masyarakat untuk memiliki rumah. Sedangkan pertumbuhan penduduk meningkat dari tahun ke tahun, terutama di daerah perkotaan baik karena melahirkan maupun akibat urbanisasi yang begitu besar. Oleh karena itu pemerintah memberikan kredit kepada masyarakat untuk memiliki rumah yang disebut Kredit Pemilikan Rumah (KPR). (Sukirno, 2004:34) Kredit Pemilikan Rumah merupakan program pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dengan memberikan kredit kepada masyarakat diharapkan akan mempermudah masyarakat untuk memiliki rumah, sehingga mendorong mereka untuk membeli rumah. Namun banyak faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk membeli rumah type 36 di Kota Surabaya dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Pendapatan perkapita
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
47
Pendapatan perkapita adalah pendapatan nasional pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada tahun itu. Pendapatan perkapita disini merupakan pendapatan rata - rata penduduk suatu negara. Apabila pendapata nasional atau pendapatan rata- rata penduduk suatu Negara meningkat maka akan mempengaruhi daya beli masyarakat ikut meningkat seiring meningkatnya pendapatan perkapita masyarakat. ( Sukirno, 2002:24) Dengan
meningkatnya
daya
beli
masyarakat
tentunya
menimbulkan perubahan atas permintaan berbagai jenis barang. Dimana masyarakat berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya yang belum terpenuhi, baik kebutuhan sekunder maupun kebutuhan primer yaitu berupa pakaian, makanan, dan rumah tinggal. Dengan
meningkatnya
pendapatan
perkapita
tentunya
masyarakat mulai berfikir untuk memiliki tempat tinggal dalam hal ini rumah type 36. Yang artinya bahwa pendapatan perkapita merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi Permintaan Kredit Pemilikan Rumah. 2. Tingkat Suku Bunga KPR Secara umum dikatakan bahwa peningkatan pendapatan masyarakat mendorong mereka untuk menikmati hidup lebih baik, antara lain dilakukan dengan cara berusaha untuk memiliki berbagai macam barang konsumtif tahan lama, diantaranya rumah tinggal. Akan tetapi bila dana tabungan mereka tidak mencukupi, maka untuk
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
48
memenuhi
kebutuhan
tersebut,
mereka
memanfaatkan
Kredit
Perumahan (Sutojo, 1995 : 168) Kegiatan perbankan tidak bisa lepas dari faktor tingkat suku bunga sebagai salah satu variabel kunci dalam perekonomian. Tingkat buang adalah biaya pinjaman atau pendapatan dari perkreditan yang dinyatakan dalam presentase tahunan. Tingkat bunga memainkan peran penting bagi kalangan rumah tangga dalam membuat keputusan mengenai pembelian barang – barang tahun lama, diantaranya rumah tinggal. Tingkat suku bunga kredit merupakan harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu, dimana harga tersebut terjadi dipasar. Menurunnya tingkat suka bunga kredit menyebabkan terjadinya peningkatan permintaan akan kredit, sehingga kredit yang akan disalurkan juga akan mengalami kenaikan. (Anonim, 2000) Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya tingkat suku bunga mempengaruhi permintaan Kredit Pemilikan Rumah dalam hal ini type 36. 3. Inflasi Sukirno (2003: 303) mengemukakan bahwa tingkat inflasi adalah presentasi kecepatan kenaikan harga - harga dalam satu tahun tertentu. Dengan hal itu dapat dijelaskan bahwa apabila harga – harga dalam suatu tahun terus melambung tinggi akan mengakibatkan kenaikan tingkat inflasi yang besar pula. Salah satu faktor yang menimbulkan inflasi adalah karena perubahan permintaan, atau disebut
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
49
Inflasi Tarikan Permintaan. Inflasi tarikan permintaan terjadi apabila sektor perusahaan (dalam hal ini produsen) tidak mampu dengan cepat melayani permintaan masyarakat yang wujud dalam pasaran. Untuk mengatasinya, produsen pada umumnya akan beroperasi pada kepastiannya
yang
maksimal,
sehingga
dengan
begitu
akan
menimbulkan kenaikan harga – harga. Padahal kenaikan harga - harga tersebut akan menurunkan jumlah permintaan rumah yang berujung pada minimnya jumlah penerimaan KPR type 36.
4. Harga Rumah Rata- rata type 36 Dalam konsep yang paling sederhana, elastisitas dari harga adalah harga dari permintaan adalah presentase perubahan jumlah yang diminta dibagi dengan presentase perubahan harga. Hukum permintaan menyatakan bahwa harga dan kuantitas berhubungan terbalik, sehingga perubahan harga dan perubahan barang yang diminta berbanding terbalik, sehingga perubahan dalam arah yang berlawanan. (Eachern, 2001 : 3) Hal tersebut diatas menunjukkan hubungan antara harga dan permintaan, dimana bila harga barang naik maka permintaan akan turun begitu juga sebaliknya bila harga turun maka barang yang diminta akan bertambah. Tentunya dalam hal ini adalah penyaluran kredit akan kepemilikan rumah. Disaat harga rata - rata rumah naik atau tinggi maka permintaan
akan rumah turun atau masyarakat
cenderung kos / mengontrak rumah. Oleh karena itu masyarakat
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
50
menunda keinginannya untuk memiliki rumah sendiri sampai harga rata- rata rumah turun (stabil) sesuai dengan kemampuan mereka mereka. Dan pada saat harga rata- rata rumah sedang rendah atau sesuai dengan pendapatan masyarakat maka, mereka berusaha untuk memiliki rumah sendiri walaupun dengan cara kredit. Hal ini menunjukkan bahwa harga rumah rata - rata juga berpengaruh terhadadap permintaan kredit rumah type 36. Gambar 8 : Paradigma Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Pemilikan Rumah Type 36 Melalui BTN di Kota Surabaya. Pendapatan Perkapita
Daya beli masyarakat
Tingkat Suku Bunga Kredit (KPR)
Kemampuan untuk membeli rumah
Jumlah pemintaan KPR Type 36
Inflasi
Harga Rumah Rata- rata Type 36
Kemampuan untuk membeli rumah
Kemampuan untuk membeli rumah
Sumber : peneliti
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
51
2.4
Hipotesis Berdasarkan pokok permasalahan telah dikemukakan diatas , maka dapat disusun suatu hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara terhadap pemasalahan penelitian yang masih dibuktikan secara empiris sebagai berikut : 1. Diduga Variabel Pendapatan perkapita mempunyai pengaruh signifikan terhadap permintaan KPR pada bank BTN di Surabaya. 2. Diduga Variabel Tingkat Suku Bunga mempunyai pengaruh signifikan terhadap permintaan KPR pada bank BTN di Surabaya. 3. Diduga Variabel Inflasi mempuyai pengaruh signifikan terhadap permintaan KPR pada bank BTN di Surabaya. 4. Diduga Variabel Harga Rumah Rata- rata mempunyai pengaruh signifikan terhadap permintaan KPR pada bank umum di Surabaya. 5. Diduga antara Tingkat Suku Bunga KPR dominan pengaruhnya terhadap
permintaan KPR type 36 di Surabaya
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Definisi operasional adalah pernyataan tentang perngoprasian atau pendefinisian konsep - konsep penelitian menjadi variabel - variabel termasuk penetapan cara dan satuan pengukuran variabelnya, baik berdasarkan teori yang ada maupun pengalaman empiris. Definisi operasional dan pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan variabel yang berkaitan dengan permintaan Kredit pemilikan rumah type 36 di kota Surabaya yaitu: a. Variabel Terikat (Dependent variabel) Dalam hal ini terdapat satu variabel terikat yaitu penyaluran kredit Pemilikan Rumah type 36 (Y) di Kota Surabaya. Pengukuran variabel ini dengan cara menghitung banyaknya Jumlah Permintaan Kredit Pemilikan Rumah type 36 yang dinyatakan dalam unit b. Variabel Bebas ( Independent variabel ) Variabel bebas adalah variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel terikat (Dependent variabel ). Dalam pengertian ini sebagai variabel bebas adalah faktor yang mempengaruhi Permintaan Kredit Rumah type 36 yang ditetapkan sebagai berikut : 1. Pendapatan Perkapita (X1) Yaitu pendapatan rata – rata tiap jiwa dalam kota Surabaya yang diperoleh dari Prodak Domestik Regional Bruto dibagi 52
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
53
dengan jumlah penduduk wilayah Kota Surabaya yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp) per tahun 2. Tingkat suku bunga KPR (X2) Yaitu besarnya tingkat suku bunga kredit yang ditetapkan oleh BTN dibayar dalam jangka waktu tertentu. Ukuran variabel yang digunakan adalah tingkat suku bunga kredit yang ditetapkan oleh bank yang dinyatakan dalam satuan presentase (%) 3. Inflasi (X3) Yaitu kecenderungan naiknya harga- harga barang secara keseluruhan dan secara terus menerus. Ukuran variabel yang digunakan adalah tingkat inflasi yang terjadi di Kota Surabaya sesuai dengan tahun penelitian yang dinyatakan dengan presentase (%) 4.Harga Rumah type 36 Harga rumah type 36 yang ditawarkan oleh BTN dibayar dalam jangka waktu tertentu. Ukuran variabel yang digunakan adalah harga rumah type 36 yang ditetapkan oleh bank yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp) per tahun 3.2
Teknik Penentuan Sampel Populasi yang akan diamati dalam penelitian ini mencakup wilayah kota Surabaya. Dalam kaitannya dengan variabel- variabel tersebut, pada penelitian ini yang akan digunakan adalah data berkala (Time Series) berdasarkan kurun waktu 2001 sampai dengan 2010.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
54
Populasi dalam penelitian ini adalah rumah type 36 di Kota Surabaya. Dan dari populasi tersebut, sampel yang diambil juga rumah type 36 di Kota Surabaya 3.3
Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan dari instansiinstansi atau lembaga yang ada hubungannya dengan penelitian ini. 3.3.2
Sumber data Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari : 1. Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Jawa Timur 2. Pusat Informasi Perumahan Real easte Indonesia Jatim 3. Bank Tabungan Negara (BTN) cabang Surabaya
3.4
Teknik pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan dengan cara :
Studi Kepustakaan yaitu pengumpulan data dengan cara mempelajari buku - buku liteatur yang berkaitan dengan permasalahan yang ada di penelitian ini.
Studi Lapangan yaitu memperoleh data dan melakukan penelitian langsung ke instansi - instansi yang berkaitan dengan penelitian ini.
3.5
Teknik Analisis dan Uji Hipotesi
3.5.1
Teknik Analisis Untuk menganalisis pengaruh yang disebutkandalam hipotesis diatas maka analisis data ini dilakukan dengan menggunakan model
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
55
regresi linier berganda dengan asumsi BLUE (Best Linier Unbiased Estimation) untuk mengetahui koefisien pada persamaan tersebut betulbetul linier (tidak bias). Model ini menunjukkan hubungan spesifik antara variabel-variabel bebas dan terikat. Bertuk rumusnya sebagai berikut :
Y = β o + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4 + u……… … (Anonim, 2004) Dimana : Y
= Penyaluran KPR type 36
X1
= Pendapatan Perkapita
X2
= Tingkat Suku Bunga KPR
X3
= Inflasi
X4
= Harga Rumah Rata- Rata
β
= Konstanta
β1β2β3β4 u 3.5.2
= Koefisien Regresi = Variabel Pengganggu ( Residual)
Uji Hipotesis Untuk menguji pengaruh variabel bebas (X 1 , X 2 , X 3 , X 4 ) terhadap variabel terikat Y dengan prosedur sebagai berikut : 1. Uji F Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara minimum terhadap variabel terikat Y dengan langkah- langkah pengujian sebagai berikut :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
56
Merumuskan Hipotesis H o β 1 = β 2 = β 3 = β 4 = 0 (Tidak terdapat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat) H o β 1 ≠ β 2 ≠ β 3 ≠ β 4 ≠ 0 (Ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat)
Menentukan level of signifikan sebesar 5%
Menghitung nilai F untuk mengetahui hubungan secar simultan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan rumus sebagai berikut : F hitung = (Soelistyo, 2001 : 325)
Menggunakan derajad kebebasan = (n – k – 1) dengan ketentuan : n
= Jumlah Sampel / pengamatan
k
= Jumlah variabel bebas /perameter regresi
KT
= Kuadrat Tengah
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
57
Gambar 9 : Kurva Distribusi F Daerah Penolakan H O
Daerah Penerimaan H 0
Sumber : Gujarati, Damodar, 1995, Ekonomitrika Dasar, Penerbit Erlangga, Jakarta, hal 80. Kaidah Pengujiannya : 1. Apabia F hitung > F tabel H o diterima H i Ditolak. Artinya variabel bebas secara keseluruban tidak mempengaruhi variabel terikat 2. Apabila F hitung < F tabel , maka H o ditolak H i di variabel terima. Artinya variabel bebas secara keseluruhan mempengaruhi variabel terikat. 2. Uji t Uji t dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: F hitung = (Nachrowi dan Usman, 2006 : 19)
Merumuskan hipotesis sebagai berikut : H O : β 1 = 0 (Tidak terdapat pengaruh artikel bebas terhadap variabel terikat) H i : β 1 ≠ 0 (ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat) Derajat kebebasan sebesar n- k- 1, dalam persamaan tersebut :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
58
Dimana: β
= Koefisien Regresi
Se
= Standart Error
n
= Jumlah sampel
k
= Jumlah parameter regresi
i
= Variabel bebas (i= 1,2,3,4,)
Gambar 10 : Kurva Distribusi t
Daerah
Daerah
Penolakan H O
Penolakan H o Daerah Penerimaan H o
t hitung
t tabel
t hitung
t tabel
Sumber : Gujarati, Damodar, 1995, Ekonometrika Dasar, penerbit Erlangga, Jakarta, hal 79. Kaidah pengujiannya : 1. Apabila t hitung > t tabel , maka H o ditolak dan H i diterima, yang artinya secara parsial variabel bebas mempengaruhi variabel terikat. 2. Apabila t tabel < t hitung , maka H o diterima dan H i ditolak, yang artinya secara parsial tidak ada pengaruh variabel terikat. Untuk mengetahui apakah model analisi tersebut layak digunakan dalam pembuktian selanjutnya dan untuk mengetahui
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
59
sejauh mana variabel bebas mampu menjelaskan variabel terikat maka perlu diketahui nilai R3 atas koefisien nilai determinan menggunakan rumus: ……………………………. (Sulaiman, 2004 : 80)
Dimana : R2
= Koefisien determinan
JK Total = Jumlah Kuadrat Karakteristik utama R2 adalah : a. Tidak mempunyai nilai negative b. Nilainya berkisar antara 0 (nol) dan 1 (satu) atau 0 3.6
R2
1
Pendekatan Asumsi BLUE (Best Linier Unbiased Estimator)dapatkan koefisien Tujuan utama menggunakan uji asumsi klasik adalah untuk medapatkan koefisien regresi yang terbaik linier dan tidak bias (BLUE), karena bila terjadi penyimpangan terhadap asumsi klasik, tersebut uji t dan uji F, yang dilakukan menjadi tidak valid dan secara statistik dapat mengacaukan kesimpulan yang diperoleh. Sifat BLUE itu sendiri ialah : a. Best
: Pentingnya sifat ini bila diterapkan dalam uji signifikan
data terhadap α dan β. b. Linier
: Sifat ini digunakan untuk mempermudah dalam
penafsiran.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
60
c. Unbiased : nilai jumlah sampel sangat besar penaksir parameter diperoleh dari sampel besar kira- kira lebih mendeteksi nilai parameter sebenarnya. d. Estimator : e diharap sekecil mungkin. Yang diasumsikan tidak terjadi pengaruh antara variabel bebas atau regresi bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya koefisien regresi pada persamaan tersebut betul- betul linier dan tidak bias atau tidak terjadi penyimpangan- penyimpangan persamaan, seperti : a. Multikolinieritas Multikolinieritas merupakan suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel independen terdapat korelasi atau hubungan dengan variabel independen lainnya, dengan kata lain satu atau lebih variabelnya merupakan suatu fungsi linier dari variabel independen lainnya.
Identifikasi
secara
statistic
ada
atau
tidak
gejala
multikolinieritas dapat dilakukan dengan menghitung varience inflation factor (VIF). Rumusnya adalah VIF = 1/1 – R2 Diagnosis
atau
dugaan
sederhana
terdapat
adanya
multikolinieritas didalam model regresi sebagai berikut :
Koefisien determinasi berganda (R sequar ) sangat tinggi (antara 0,7-1)
Koefisien korelasi sederhananya tinggi
Nilai F hitung tinggi (signifikan)
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
61
VIF (Varience Inflation Factor) menyatakan pembengkakan variant. Apabila VIF lebih besar dari 10, hal ini berarti terdapat multikolinier
pada
persamaan
regresi
linier.
Pendeteksian
multikolinieritas yang berikutnya adalah dengan mudah antara variabel bebas yang terjadi korelasi. b. Autokorelasi Yang dimaksud dengan Autokorelasi yaitu keadaan dimana kesalahan pengganggu dalam suatu periode tertentu berkorelasi dengan
kesalahan
pengganggu
periode
yang
lain.
Pengujian
autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji statistik Durbin Watson.
……………………………
(Gujarati, 1995: 215) Keterangan : DW
= Nilai Durbin Watson
e1
= Residual pada waktu ke – t
e 1-1
= Residual pada waktu ke t-1 (suatu periode sebelumnya)
n
= Banyaknya dana
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
62
Gambar 11 : Daerah keputusan uji Durbin Watson A
B
C
D
E
Menolak
Menolak
Daerah
Daerah
H0
keragu-
keragu-
raguan
raguan
Ho
menerima H O atau H i atau kedua- duanya 0
dL
du
4- du
4-dL
4
Sumber : Gujarati, Damodar, 1995, ekonometrika dasar, penerbit Erlangga, Jakarta, hal 216 Dimana : e 1 adalah residual (perbedaan variabel tak bebas yang sebenarnya dengan variabel bebas yang diukur) dari setiap periode sedangkan e 1-1 adalah residual dari waktu sebelumnya. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi maka perlu dilihat table kriteria pengujian Durbin Waston (uji DW).
c. Heterokedastisitas Pengujian Heterokedastisitas dilakukan untuk melihat apakah ada kesalahan pengganggu mempunyai varian sama atau tidak. Hal tersebut dilambangkan sebagai :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
63
E (U i 2) = σ2…………………………………… (Gujarati, 1995: 173)
Dimana : σ2
= Varian
i
= 1,2,3,4,5 …. N
apabila didapat varian yang sama maka asumsi homokedastisitas (penyebaran yang sama) diterima.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1 Letak Geografis dan Topografi Kota Surabaya Nama kota Surabaya sangat terkenal bagi masyarakat Indonesia sebagai kota pahlawan dan sekaligus kota terbesar ke dua di Indonesia, setelah ibu kota Jakarta. Surabaya merupakan Ibukota Provinsi Jawa Timur yang merupakan daerah
yang cukup maju perekonomiannya dan
dinyatakan sebagai gerbang Indonesia Timur, secara Geografis dapat dicapai dengan mudah, terletak + 160 mil sebelah barat Pulau Bali atau + 600 mil sebelah timut Jakarta. Kota Surabaya terletak antara 07012’ – 07021’ Lintang Selatan dan 112036’ – 112054’ Bujur Timur. Wilayahnya merupakan dataran rendah dari ketinggian 3 – 6 meter diatas permukaan air laut, kecuali sebelah selatan ketinggian 25 – 50 meter diatas permukaan air laut. Luas wilayah seluruhnya kurang lebih 326,37 km2 yang terbagi dalam 5 wilayah pembantu walikotamadya, 28 wilayah kecamatan dan 163 desa / kelurahan. Batas wilayah Kotamadya Surabaya secara administrative adalah sebagai berikut: a. Sebelah Utara dibatasi oleh Selat Madura b. Sebelah Timur di batasi oleh Selat Madura c. Sebelah Selatan dibatasi oleh Kabupaten Sidoarjo d. Sebelah Barat dibatasi oleh Kabupaten Gresik 64
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
65
Ditunjang dengan pelabuhan terbesar di kawasan timur Indonesia mebuat kota Surabaya memiliki sebutan kota pembangunan, kota industri, kota dagang, kota maritime, kota pendidikan, kota Garnisun, dan kota pariwisata atau lazim disebut kota Indramardi Garpa. 4.1.2 Pembangunan Perumahan Kota Surabaya Permintaan kredit rumah di Surabaya dipengaruhi banyak faktor. Antara lain pendapatan perkapita, tingkat suku bunga KPR, inflasi, dan harga rumah. Selain faktor tersebut permintaan kredit rumah sederhana yang di sediakan pemerintah tidak mencukupi untuk semua permintaan rumah sederhana di Surabaya. Banyak penduduk pendatang juga menyebabkan banyaknya rumah sederhanan yang dibutuhkan oleh masyarakat Surabaya. Kurang tersedianya rumah sederhana bagi jumlah keluaraga di kota Surabaya menyebabkan banyaknya rumah kumuh di stren kali. 4.1.3 Keadaan Perumahan di Kota Surabaya Keadaan pembangunan kawasan perumahan di kota Surabaya menunjukkan adanya pola pengembangan yang mengarah ke kawasan pingiran kota khususnya dibagian timur, selatan dan barat dalam bentuk perumahan real estat pada kawasan tersebut relatif masih banyak terdapat lahan – lahan yang belum di bangun. Berdasarkan data dari kantor real estate di Indonesia Jawa Timur di Surabaya tahun 2001 – 2010 petambahan pembangunan rumah mencapai 2.716 unit rumah, dimana dari jumlah pertambahan tersebut sebagian terjadi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
66
pada kawasan di pinggir kota yang banyak tumbuh perumahan – perumahan real estat. Pengembangan perumahan serta kemungkinan pengembangnya diwilayah kota Surabaya dapat dibagi menjadi beberapa kawasan yang berpotensi untuk pengembangan kawasan perumahan.
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian Deskripsi hasil penelitian ini memberikan gambaran tentang datadata serta perkembangan Jumlah Permintaan Kredit Rumah sehingga dapat mengetahui perubahan - perubahan yang terjadi terhadap perkembangan Jumlah permintaan Kredit Rumah , Pendapatan Perkapita, Tingkat Suku Bunga, Tingkat Inflasi dan Harga Rata - rata Rumah. 4.2.1. Jumlah Permintaan Kredit Rumah Berdasarkan tabel 1 dapat dijelaskan bahwa perkembangan Jumlah Permintaan Kredit Rumah mengalami fluktuatif dari tahun ke tahun Perkembangan tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar 239,61 %, dikarenakan rendahnya tingkat suku bunga sehingga banyak para pembeli rumah dengan menggunakan kredit sedangkan perkembangan terendah terjadi pada tahun 2004 sebesar -59,81%, dikarenakan pada tahun 2004 terjadi kenaikan BBM sehingga penyaluran kredit semakin berkurang Jumlah Permintaan Kredit Rumah tertinggi pada tahun 2009 sebesar Rp. 3189 Unit dan Jumlah Permintaan Kredit Rumah terendah sebesar Rp.753 Unit terjadi pada tahun 2004.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
67
Tabel. 1 : Jumlah Permintaan Kredit Rumah tahun 2001 - 2010
Tahun
Jumlah Permintaan Kredit Pertumbuhan Rumah (%) (Unit) 2001 868 2002 1115 28,45 2003 1874 68,07 2004 753 - 59,81 2005 1874 148,87 2006 1730 - 7,68 2007 1887 9,07 2008 939 - 50,23 2009 3189 239,61 2010 2716 - 14,83 Sumber : Real Estat Indonesia cabang Surabaya ( diolah )
4.2.2. Perkembangan Pendapatan Perkapita Berdasarkan tabel 2 dapat dijelaskan bahwa perkembangan Pendapatan Perkapita setiap tahunnya mengalami kenaikan yang tidak tentu besarnya. Perkembangan tertinggi Pendapatan Perkapita adalah pada tahun 2005 sebesar 21,59 % dan perkembangan terendah adalah pada tahun 2002 sebesar 3,25 %, Pendapatan Perkapita tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar Rp. 31758 ribu dan Pendapatan Perkapita terendah pada tahun 2001 sebesar Rp. 16163 ribu.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
68
Tabel.2. Perkembangan Pendapatan Perkapita Tahun 2001 - 2010 Tahun
Pendapatan Perkapita (Ribuan) 2001 16163 2002 16689 2003 17285 2004 18245 2005 22185 2006 23437 2007 24858 2008 26119 2009 29633 2010 31758 Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur ( diolah )
Perkembangan (%) 3,25 3,57 5,55 21,59 5,64 6,06 5,07 13,45 7,17
4.2.3. Perkembangan Tingkat Suku Bunga Berdasarkan tabel 3 dapat dijelaskan bahwa perkembangan Tingkat Suku Bunga setiap tahunnya mengalami naik turun yang tidak tentu besarnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3 yang menjelaskan bahwa pada tahun 2001 sampai 2010, Perkembangan terbesar Tingkat Suku Bunga pada tahun 2006 sebesar 0,81 % dikarenakan pada tahun 2006 terjadi peningkatan inflasi sehingga tingkat suku bunga perumahan semakin tinggi dan terendah sebesar -2,35 % terjadi pada tahun 2002, Tingkat Suku Bunga terbesar pada tahun 2001 sebesar 17,38 %. dan Tingkat Suku Bunga yang terendah yaitu pada tahun 2010 sebesar 11,18 %.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
69
Tabel.3. Perkembangan Tingkat Suku Bunga Tahun 2001 - 2010 Tahun
Tingkat Suku Bunga (% )
2001 17,38 2002 15,03 2003 15,01 2004 13,60 2005 13,48 2006 14,29 2007 13,51 2008 12,07 2009 11,66 2010 11,18 Sumber : Bank tabungan ( diolah )
Perkembangan (%) - 2,35 - 0,02 - 1,41 - 0,12 0,81 - 0,78 - 1,44 - 0,41 - 0,48
4.2.4. Perkembangan Tingkat Inflasi Berdasarkan tabel 4 dapat dijelaskan bahwa perkembangan Inflasi setiap tahunnya mengalami fluktuatif yang tidak tentu besarnya. Perkembangan Inflasi, yang tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar 3,73 % ini dikarenakan adanya kenaikan harga barang – barang yang tidak dikendalikan Pemerintah. tetapi pada tahun 2009 terjadi perkembangan terendah sebesar - 5,34 %. Hal ini bisa dilihat dari nilai Inflasi di tahun 2008 sebesar 8,73 % menjadi 3,39 % atau turun sebesar – 5,34 % hal ini dikarenakan sudah membaiknya kondisi makro ekonomi di Indonesia.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
70
Tabel.4. Perkembangan Inflasi Tahun 2001 - 2010 Tahun
Inflasi Perkembangan (%) (%) 2001 14,13 2002 9,15 - 4,98 2003 4,79 - 4,36 2004 5,92 1,13 2005 4,12 - 1,80 2006 6,71 2,59 2007 6,27 - 0,44 2008 8,73 2,46 2009 3,39 - 5,34 2010 7,12 3,73 Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur ( diolah ) 4.2.5. Perkembangan Harga Rata-rata Rumah Perkembangan Harga Rata - rata Rumah dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5 yang menjelaskan bahwa pada tahun 2001 sampai 2010, Perkembangan terbesar Harga Rata rata Rumah pada tahun 2002, 2005, 2006 sebesar 5,00 %, sedangkan perkembangan Harga Rata - rata Rumah terendah terjadi pada tahun 2010 sebesar 4,38 %, Harga Rata - rata Rumah terbesar pada tahun 2008 sebesar Rp.116.622.582,- dan Harga Rata - rata Rumah yang terendah yaitu pada tahun 2001 sebesar Rp. 76.098.223
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
71
Tabel.5. Perkembangan Harga Rata - rata Rumah Tahun 2001 - 2010 Tahun
Harga Rata-rata Rumah Perkembangan ( Juta Rupiah ) (%) 2001 76.098.223 2002 79.903.134 5,00 2003 83.898.290 4,99 2004 88.093.204 4,99 2005 92.497.864 5,00 2006 97.122.757 5,00 2007 101.978.894 4,99 2008 106.847.169 4,77 2009 111.728.187 4,56 2010 116.622.582 4,38 Sumber : Real Estat Indonesia cabang Surabaya ( diolah ) 4.3. Hasil Analisis Asumsi Regresi Klasik (BLUE / Best Linier Unbiased Estimator). Agar dapat diperoleh hasil estimasi yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) atau perkiraan linier tidak bias yang terbaik maka estimasi tersebut harus memenuhi beberapa asumsi yang berkaitan. Apabila salah satu asumsi tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE, sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias. Dalam hal ini harus dihindarkan terjadinya kasus-kasus sebagai berikut : 1. Autokorelasi Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai “korelasi antara data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu (data time series) atau data yang diambil pada waktu tertentu (data cross-sectional)” (Gujarati, 1995:201). Untuk mengujji variabel - variabel yang diteliti apakah terjadi autokorelasi atau tidak dapat digunakan uji Durbin
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
72
Watson, yaitu dengan cara membandingkan nilai Durbin Watson yang dihitung dengan nilai Durbin Watson (dL dan du) dalam tabel. Distribusi penetuan keputusan dimulai dari 0 (nol) sampai 4 (empat). Kaidah keputusan dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Jika d lebih kecil daripada d L atau lebih besar daripada (4-d L ), maka hipotesis nol ditolak yang berarti terdapat autokorelasi. 2. Jika d teletak antara d U dan (4-d U ), maka hipotesis nol diterima yang berarti tidak ada autokorelasi. 3. Jika nilai d terletak antara d L dan d U atau antara (4-d L ) dan (4-d U ) maka uji Durbin Watson tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti, untuk nilai - nilai ini tidak dapat disimpulkan ada tidaknya autokorelasi di antara faktor - faktor penganggu. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi dalam model penelitian maka perlu dilihat nilai DW tabel. Diketahui jumlah variabel bebas adalah 4 (k=4) dan banyaknya data adalah (n=10) sehingga diperoleh nilai DW tabel adalah sebesar d L = 0,370 dan d U = 2,414
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
73
Gambar 12 : Kurva Statistik Durbin Watson
Daerah Kritis
Daerah Ketidakpastian
Tolak Ho 0
Terima Ho
Daerah Ketidakpastian
Tidak ada autokorelasi
d L = 0,370 d U = 2,414
Daerah Kritis Tolak Ho
(4-d U ) = 1,586 (4-d L ) = 3,630 d
1,127 Sumber : Lampiran 2 dan 7 Berdasarkan hasil analisis, maka dalam model regresi ini tidak terjadi gejala autokorelasi karena nilai DW tes yang diperoleh adalah sebesar 1,127 berada pada daerah antara dL dan dU yang berarti berada dalam daerah ketidak pastian.
2. Multikolinier Multikolinieritas berarti ada hubungan linier yang “sempurna” atau pasti di antara beberapa atau semua variabel independen dari model regresi. Dari dugaan adanya multikolinieritas tersebut maka perlu adanya pembuktian secara statistik ada atau tidaknya gejala multikolinier dengan cara menghitung Variance Inflation Factor (VIF). VIF menyatakan tingkat “pembengkakan” varians. Apabila VIF lebih besar dari 10, hal ini berarti terdapat multikolinier pada persamaan regresi linier.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
74
Adapun hasil yang diperoleh setelah diadakan pengujian analisis regresi linier berganda diketahui bahwa dari keempat variabel yang dianalisis dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 6 : Tes Multikolinier TOLERANCE 0,259
VIF 3,855
Ketentuan ≤ 10
KETERANGAN Tidak terjadi Multikolinier
0,477
2,097
≤10
Tidak terjadi Multikolinier
0,544
1,838
≤10
Tidak terjadi Multikolinier
0,580
1,723
≤10
Tidak terjadi Multikolinier
Sumber : Lampiran 3
3. Heterokedastisitas Pada regresi linier nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel bebas (X). Hal ini bisa diidentifikasikan dengan menghitung korelasi rank spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas. Pembuktian adanya heterokedastisitas dilihat pada tabel dibawah ini.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
75
Tabel 7. Tes Heterokedastisitas dengan Korelasi Rank Spearman Korelasi
Spearman's rho Residual Simpangan Baku Koefisien Korelasi Sig. (2-tailed) N Pendapatan Perkapita (X1) Koefisien Korelasi Sig. (2-tailed) N Tingkat Suku Bunga (X2) Koefisien Korelasi Sig. (2-tailed) N Tingkat Inflasi (X3) Koefisien Korelasi Sig. (2-tailed) N Harga Rata-rata RumahKoefisien Korelasi (X4) Sig. (2-tailed) N Sumber : Lampiran 4.
Residual Simpangan Baku 1000 10 .006 .987 10 .030 .934 10 -.067 .855 10 .006
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh tingkat signifikansi koefisien korelasi rank spearman untuk variabel bebas X 1 sebesar 0,987; X 2 sebesar 0,934; X 3 sebesar 0,855 dan X 4 sebesar 0,987 terhadap residual lebih besar dari 0,05 (tidak signifikan) sehingga tidak mempunyai korelasi yang berarti antara nilai residual dengan variabel yang menjelaskan. Jadi dapat disimpulkan persamaan tersebut tidak terjadi heterokedastisitas. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan diatas dapat disimpulkan bahwa pada model penelitian ini tidak terjadi pelanggaran asumsi klasik.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
.987 10
76
4.3.1 Analisis Dan Pengujian Hipotesis Dalam analisis ini digunakan analisis regresi linier berganda dan untuk mengolah data yang ada diguanakan alat bantu komputer dengan program SPSS (Statistic Program For Social Science) versi 13.0. Tabel 8 : Hasil Analisis Variabel Pendapatan Perkapita (X 1 ), Tingkat Suku Bunga (X 2 ), Tingkat Inflasi (X 3 ),dan Harga Rata-rata Rumah (X 4 ) terhadap Jumlah Permintaan Kredit Rumah.
Variabel
Koefisien Regresi
Pendapatan Perkapita (X1)
0,452
Tingkat Suku Bunga (X2)
232,113
Tingkat Inflasi (X3)
-178,586
Harga Rata-rata Rumah(X4)
0,000
Variabel terikat : Jumlah Penyaluran Kredit Rumah Konstanta : 1828,929 Koefisien Korelasi ( R ) : 0,942 R2 : 0,887
Berdasarkan hasil analisis diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : Y = 1828,929 + 0,452 X 1 + 232,113 X 2 - 178,586 X 3 + 0,000 X 4 Berdasarkan persamaan tersebut di atas, maka dapat dijelaskan melalui penjelasan sebagai berikut: βo =
nilai konstanta sebesar 1828,929 menunjukkan bahwa apabila faktor Pendapatan Perkapita (X 1 ), Tingkat Suku Bunga (X 2 ),
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
77
Tingkat Inflasi (X 3 ),dan Harga Rata-rata Rumah (X 4 ) konstan maka Jumlah Permintaan Kredit Rumah naik sebesar 1828,929 unit. β 1 = 0,452. menunjukkan bahwa faktor Pendapatan Perkapita (X 1 ) berpengaruh positif, dapat diartikan apabila Pendapatan Perkapita mengalami peningkatan seribu Rupiah maka Jumlah Permintaan Kredit Rumah akan mengalami peningkatan sebesar 0,452 unit dengan asumsi X 2 , X 3 dan X 4 Konstan. β 2 = 232,113 menunjukkan bahwa faktor Tingkat Suku Bunga (X 2 ) berpengaruh positif, dapat diartikan apabila ada kenaikan Tingkat Suku Bunga satu persen maka Jumlah Permintaan Kredit Rumah akan mengalami peningkatan sebesar 232,113 unit dengan asumsi X 1 , X 3 dan X 4 Konstan. β 3 = -178,586 menunjukkan bahwa faktor Tingkat Inflasi (X 3 ) berpengaruh negatif, dapat di artikan apabila ada kenaikan Tingkat Inflasi satu Persen maka Jumlah Permintaan Kredit Rumah akan mengalami peningkatan sebesar 178,586 unit dengan asumsi X 1 , X 2 dan X 4 Konstan. β 4 = 0,000 menunjukkan bahwa faktor Harga Rata - rata Rumah (X 4 ) berpengaruh positif, dapat di artikan apabila setiap ada kenaikan Harga Rata - rata Rumah satu juta maka Jumlah Permintaan Kredit Rumah akan mengalami peningkatan sebesar 0,000 unit dengan asumsi X 1 , X 2 dan X 3 Konstan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
78
4.3.2
Uji Hipotesis Secara Simultan Untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan uji F dengan langkah – langkah sebagai berikut :
Tabel 9: Analisis Varian (ANOVA) Sumber Varian
Jumlah Kuadrat
Df
Kuadrat Tengah
Regresi
5192358
4
1298089,603
Sisa
663516,1
5
132703,217
Total
5855875
9
F hitung
F tabel
9,782
5,19
Sumber: Lampiran 3 dan 6 1. Untuk menguji pengaruh secara simultan (serempak) digunakan uji F dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Ho : 1 = 2 = 3 = 4 = 0 Secara keseluruhan variabel bebas tidak ada pengaruh terhadap variabel terikat. Hi : 1 2 3 4 0 Secara keseluruhan variabel bebas ada pengaruh terhadap variabel terikat. b. = 0,05 dengan df pembilang = 4 df penyebut = 5 c. F tabel ( = 0,05) = 5,19
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
79
d. F hitung =
Rata - rata kuadrat regresi Rata - rata kuadrat sisa 1298089,603
= --------------------------- = 9,782 132703,217
e). Daerah pengujian
Gambar 13. Distribusi Kriteria Penerimaan/Penolakan Hipotesis Secara Simultan atau Keseluruhan
Daerah Penolakan H 0 Daerah Penerimaan H 0
tabel
5,19
9,782
Ho diterima apabila F hitung ≤ 5,19 Ho ditolak apabila F hitung > 5,19 f)
Kesimpulan Oleh karena F hitung = 9,782 > F tabel = 5,19 maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa secara keseluruhan faktor–faktor variable bebas yaitu Pendapatan Perkapita (X 1 ), Tingkat Suku Bunga (X 2 ), Tingkat Inflasi (X 3 ),dan Harga
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
80
Rata-rata Rumah (X 4) , berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap Jumlah Permintaan Kredit Rumah (Y). 4.3.3 Uji Hipotesis Secara Parsial
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas Pendapatan Perkapita (X 1 ), Tingkat Suku Bunga (X 2 ), Tingkat Inflasi (X 3 ),dan Harga Rata - rata Rumah (X 4 ). Hasil penghitungan tersebut dapat dilihat dalam analisis sebagai berikut : Tabel 10 : Hasil Analisis Variabel Pendapatan Perkapita (X 1 ), Tingkat Suku Bunga (X 2 ), Tingkat Inflasi (X 3 ),dan Harga Rata-rata Rumah (X 4 ) terhadap Jumlah Permintaan Kredit Rumah. T hitung
t tabel
r2 Parsial
Pendapatan Perkapita (X1)
2,805
2,571
0,611
Tingkat Suku Bunga (X2)
1,014
2,571
0,170
Tingkat Inflasi (X3)
-3,362
2,571
0,693
Harga Rata-rata Rumah(X4)
-1,613
2,571
0,342
Variabel
Sumber: Lampiran 3 dan 6 Selanjutnya untuk melihat ada tidaknya pengaruh masingmasing variabel terhadap variable terikatnya, dapat dianalisa melalui uji t dengan ketentuan sebagai berikut : a) Pengaruh secara parsial antara Pendapatan Perkapita terhadap Jumlah Permintaan Kredit Rumah (Y)
Langkah-langkah pengujian : i. Ho : 1 = 0 (tidak ada pengaruh) Hi : 1 0 (ada pengaruh) ii. = 0,05 dengan df = 5
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
(X 1 )
81
iii. t hitung =
β1 = 2,805 Se (β1 )
iv. level of significani = 0,05/2 (0,025) berarti t tabel sebesar 2,571
v. pengujian
Gambar 14 Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor Pendapatan Perkapita (X 1 ) terhadap Jumlah Permintaan Kredit Rumah (Y)
Daerah Penolakan Ho
Daerah Penolakan Ho Daerah Penerimaan Ho
‐2,571
2,571
2,805
Sumber : lampiran 3
Berdasarkan pehitungan diperoleh t-hitung sebesar 2,805 > t-tabel sebesar 2,571 Ho ditolak, pada level signifikan 5 %, sehingga secara parsial Faktor Pendapatan Perkapita (X 1 ) berpengaruh secara nyata dan positif terhadap Jumlah Permintaan Kredit Rumah (Y). Hal ini didukung juga dengan nilai signifikansi dari Pendapatan Perkapita (X 1 ) sebesar 0,038 yang lebih kecil dari 0,05. Nilai r2 parsial untuk variabel Pendapatan Perkapita sebesar 0,611 yang artinya bahwa Pendapatan Perkapita (X 1 )
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
82
secara parsial mampu menjelaskan variabel terikat Jumlah Penyaluran Kredit Rumah (Y) sebesar 61,1 %, sedangkan sisanya 38,9 % tidak mampu dijelaskan oleh variabel tersebut. b) Pengaruh secara parsial antara Tingkat Suku Bunga (X 2 ) terhadap Jumlah Permintaan Kredit Rumah (Y)
Langkah-langkah pengujian : i. Ho : 2 = 0 (tidak ada pengaruh) Hi : 2 0 (ada pengaruh) ii. = 0,05 dengan df = 5 iii. t hitung =
β2 = 1,014 Se (β 2 )
iv. level of significani = 0,05/2 (0,025) berarti t tabel sebesar 2,571 v. pengujian Gambar 15 Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial faktor Tingkat Suku Bunga (X 2 ) terhadap Jumlah Permintaan Kredit Rumah (Y)
Daerah Penolakan Ho
Daerah Penolakan Ho Daerah Penerimaan Ho
‐2,288
1,014
2,571
Sumber : Lampiran 3
Berdasarkan pehitungan diperoleh t-hitung sebesar 1,014 < t tabel sebesar 2,571 maka Ho diterima dan Ha di tolak, pada level signifikan 5 %, sehingga secara parsial Faktor Tingkat Suku
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
83
Bunga (X 2 ) tidak berpengaruh secara nyata positif terhadap Jumlah Permintaan Kredit Rumah (Y). hal ini didukung juga dengan nilai signifikansi dari Tingkat Suku Bunga (X 2 ) sebesar 0,357 yang lebih besar dari 0.05. Nilai r2 parsial untuk variabel Tingkat Suku Bunga sebesar 0,170 yang artinya bahwa Tingkat Suku Bunga (X 2 ) secara parsial mampu menjelaskan variabel terikat Jumlah Permintaan Kredit Rumah (Y) sebesar 17 %, sedangkan sisanya 83 % tidak mampu dijelaskan oleh variabel tersebut. c) Pengaruh secara parsial antara Tingkat Inflasi (X 3 ) terhadap Jumlah Permintaan Kredit Rumah (Y)
Langkah-langkah pengujian : i. Ho : 3 = 0 (tidak ada pengaruh) Hi : 3 0 (ada pengaruh) ii. = 0,05 dengan df = 5 iii. t hitung =
β3 = -3,362 Se (β 3 )
iv. level of significani = 0,05/2 (0,025) berarti t tabel sebesar 2,571 v. pengujian
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
84
Gambar 16 Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Tingkat Inflasi (X 3 ) terhadap Jumlah Permintaan Kredit Rumah (Y)
Daerah Penolakan
Daerah Penolakan
Ho
Ho
Daerah Penerimaan Ho
‐ 3,362
‐ 2,571
2,571
Sumber : Lampiran 3
Berdasarkan pehitungan diperoleh t-hitung sebesar -3,362 > t tabel sebesar -2,571 maka Ho ditolak dan Ha diterima, pada level signifikan 5 %, sehingga secara parsial Faktor Tingkat Inflasi (X 3 ) berpengaruh secara nyata negatif terhadap Jumlah Permintaan Kredit Rumah (Y). Hal ini didukung juga dengan nilai signifikansi dari Tingkat Inflasi (X 3 ) sebesar 0,020 yang lebih kecil dari 0.05. Nilai r2 parsial untuk variabel Tingkat Inflasi sebesar 0,693 yang artinya Tingkat Inflasi (X 3 ) secara parsial mampu menjelaskan variabel terikat Jumlah Permintaan Kredit Rumah (Y) sebesar
69,3 %, sedangkan sisanya 30,7 % tidak mampu
dijelaskan oleh variabel tersebut. d) Pengaruh secara parsial antara Harga Rata-rata Rumah (X 4 ) terhadap Jumlah Permintaan Kredit Rumah (Y)
Langkah - langkah pengujian : vi. Ho : 4 = 0 (tidak ada pengaruh)
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
85
Hi : 4 0 (ada pengaruh) vii. = 0,05 dengan df = 5 viii.
t hitung =
β4 = -1,613 Se (β 4 )
ix. level of significanit = 0,05/2 (0,025) berarti t tabel sebesar 2,571 x. pengujian Gambar 17 Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Harga Rata - rata Rumah (X 4 ) terhadap Jumlah Permintaan Kredit Rumah (Y)
Daerah Penolakan Ho
Daerah Penolakan Ho
Daerah Penerimaan Ho
‐ 2,571
‐ 1,613
2,571
Sumber : Lampiran 3
Berdasarkan pehitungan diperoleh t-hitung sebesar -1,613 < t tabel sebesar -2,571 maka Ho di terima dan Ha di tolak, pada level signifikan 5 %, sehingga secara parsial Faktor Harga Rata rata Rumah (X 4 ) tidak berpengaruh secara nyata negatif terhadap Jumlah Permintaan Kredit Rumah (Y). Hal ini didukung juga dengan nilai signifikansi dari Harga rata – rata rumah (X 4 ) sebesar 0,168 yang lebih Besar dari 0.05. Nilai r2 parsial untuk variabel Harga Rata - rata Rumah sebesar 0,342 yang artinya Harga Rata - rata Rumah (X 4 ) secara
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
86
parsial mampu menjelaskan variabel terikat Jumlah Permintaan Kredit Rumah (Y) sebesar 34,2 %, sedangkan sisanya 65,8 % tidak mampu dijelaskan oleh variabel tersebut. Kemudian untuk mengetahui variabel mana yang berpengaruh paling dominan empat variabel bebas terhadap Jumlah Permintaan Kredit Rumah : Pendapatan Perkapita (X 1 ), Tingkat Suku Bunga (X 2 ), Tingkat Inflasi (X 3 ), dan Harga Rata rata Rumah (X 4 ) dapat diketahui dengan melihat koefisien determinasi parsial yang paling besar, dimana dalam perhitungan ditunjukkan oleh variabel Tingkat Inflasi dengan koefisien determinasi parsial (r2) sebesar 0,693 atau sebesar 69,3 %. 4.3.4 Pembahasan
Dengan melihat hasil regresi yang didapat maka diperoleh hasil model regresi bahwa untuk Jumlah Permintaan Kredit Rumah : Pendapatan Perkapita berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap Jumlah
Permintaan
Kredit
Rumah.
Hal
ini
disebabkan
dengan
meningkatnya pendapatan perkapita dimana masyarakat mulai berfikir untuk memiliki tempat tinggal dan akan berpengaruh terhadap permintaan kredit rumah. Tingkat Suku Bunga tidak berpengaruh secara nyata (tidak signifikan) terhadap Jumlah Permintaan Kredit Rumah. Hal ini disebabkan karena tingkat suku bunga BI yang semakin tinggi dan adanya
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
87
pertumbuhan ekonomi akibat krisis global menyebabkan menurunnya pertumbuhan pembelian rumah. Tingkat Inflasi berpengaruh nyata (signifikan) terhadap Jumlah Permintaan Kredit Rumah. Hal ini disebabkan karena turunnya inflasi maka harga – harga barang dan jasa juga akan turun sehingga akan meningkatkan jumlah permintaan rumah yang berujung meningkatnya permintaan kredit rumah. Harga Rata - rata Rumah tidak berpengaruh nyata (tidak signifikan) terhadap Jumlah Permintaan Kredit Rumah. Hal ini disebabkan karena Memiliki rumah sebagai tempat tinggal merupakan dambaan setiap keluarga dan juga bisa sebagai investasi jangka panjang juga mengingat jumlah keluarga yang terus bertambah, kebutuhan akan rumah masih akan terus meningkat sehingga jumlah permintaan kredit masih tetap maksimal. Meskipun harga rata – rata rumah tinggi masyarakat tetap membutuhkan rumah. Tingkat suku bunga tidak berpengaruh secara nyata ( signifikan ) terhadap jumlah penerimaan kredit rumah. Hal ini disebabkan karena apabila tingkat suku bunga naik maka masyarakat akan terdorong untuk menabung dan mengurangi jumlah konsumsi. Namun apabila tingkat suku bunga turun maka masyarakat akan terdorong untuk membeli barang / rumah. Bahwa tidak berpengaruh dominan terhadap permintaan KPR.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Setelah dilakukan uji statistik untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara variabel bebas Pendapatan Perkapita (X 1 ), Tingkat Suku Bunga (X 2 ), Tingkat Inflasi (X 3 ) dan Harga Rata-rata Rumah (X 4 ) terhadap variabel terikatnya Jumlah Peermintaan Kredit Rumah (Y) yang berati bahwa secara keseluruhan faktor-faktor variabel bebas berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Rumah. 2. Pengujian secara parsial atau individu Pendapatan Perkapita (X 1 ) terhadap Jumlah Permintaan Kredit Rumah (Y) berpengaruh secara
nyata dan
positif terhadap Jumlah Permintaan Kredit Rumah (Y). Hal ini disebabkan karena dengan meningkatnya pendapatan perkapita tentunya masyarakat mulai berfikir untuk memiliki tempat tinggal dan akan mempengaruhi penyaluran kredit
rumah. Penelitian yang telah dilakukan oleh Dana
Erlina S, Pendapatan Perkapita berpengaruh signifikan karena letak penelitian sama – sama di Surabaya namun pada Bank Mandiri. 3. Pengujian secara parsial atau individu Tingkat Suku Bunga (X 2 ) terhadap Jumlah Permintaan Kredit Rumah (Y) tidak berpengaruh secara nyata positif terhadap Jumlah Permintaan Kredit Rumah (Y). Hal ini disebabkan
88
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
89
4. Pengujian secara parsial atau individu Tingkat Inflasi (X 3 ) terhadap Jumlah Permintaan Kredit Rumah (Y) berpengaruh secara nyata negatif terhadap Jumlah Permintaan Kredit Rumah (Y). Hal ini di sebabkan karena turunnya inflasi maka harga – harga barang dan jasa juga akan turun sehingga akan meningkatkan jumlah permintaan rumah yang berujung meningkatnya permintaan kredit rumah. Peneliti yang telah dilakukan oleh Aditiamurti Wahyuni d, inflasi berpengaruh secara nyata karena sama – sama penelitian dilakukan di kota Surabaya. 5. Pengujian secara parsial atau individu Harga Rata - rata Rumah (X 4 ) terhadap Jumlah Permintaan Kredit Rumah (Y) tidak berpengaruh secara nyata terhadap Jumlah Permintaan Kredit Rumah (Y). Hal ini disebabkan karena Memiliki rumah sebagai tempat tinggal merupakan dambaan setiap keluarga dan juga bisa sebagai investasi jangka panjang juga mengingat jumlah keluarga yang terus bertambah, kebutuhan akan rumah masih akan terus meningkat sehingga jumlah permintaan kredit masih tetap maksimal. Penelitian
yang
telah
dilakukan
oleh
Komariyah
harga
rumah
berpenggaruh nyata karena sama – sama penelitian yang dilakukan di Surabaya
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
90
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka berikut ini diketahui beberapa saran sebagai bahan pertimbangan sebagai berikut : 1. Pemerintah memberikan kebijakan didalam menentukan tingkat suku bunga rate sehingga banyak konsumen merealisasi dalam pembeliaan rumah. 2. Pemerintah membuat kebijakaan moneter agar menjaga perkembangan ekonomi makro tetap stabil agar berdampak positif bagi perekonomian secara menyeluruh sehingga memberikan sinyal membaiknya sektor perumahan pada masa depan. 3. Pemerintah melalui Real Estat hendaknya mengembangkan sektor perumahan agar lebih layak huni bagi kalangan masyarakat.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1992, Undang – undang No. 14 tahun 1967 dan UU No 7 tahun 1992 tentang perbankan dan penjelasannya, Surabaya : Tinta Mas , 2000, Pengembangan Harus Memperhatikan Aspek Hukum, Jakarta :Penerbit Konstruksi Indonesia Arsyad, Lincolin, 2000. Ekonomi Pembangunan, Edisikedua, Yogyakarta :Penerbit STIE YKPN Eugene Diulio. A. 1993. Uang dan Bank, Seri buku schaum, cetakan Kedua, Erlangga : Surabaya, Frick, Heinz, 2005. Rumah Sederhana, Cetakan Kelima, Yogyakarta :Penerbit Kanisius Gujarati, Damodar, 1995. Ekonometrika Dasar, Jakarta :Penerbit Erlangga. Harijanto, 1996, Bank dan Kebijakan Moneter, Surabaya :Penerbit FE UPN “Veteran” JawaTimur Kasmir, 2004, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta :Penerbit PT. Raja Grafindo Persada Puspopranoto, Sawaldjo, 2004. Keuanggan Perbankan dan Pasar Keuangan, Jakarta :Penerbit LP3ES. Rosyidi, Suherman, 2004. Pengantar Teori Ekonomi, Jakarta : Raja Grofindo. Simorangkir, 2004.Pengantar Lembaga Keuangan Bank danNon Bank, Bogor :Ghalia. Soelistyo, 2001. Dasar – dasar Ekonometrika, Yogyakarta :Penerbit BPFE UGM Sukirno, Sadono, 2002. Makro Ekonomi, Edisi Kedua, Jakarta : Raja Grafindo Persada. , 2004, Pengantar Teori Mikro Ekonomi, Jakarta, Penerbit PT. Raja GrafindoPersada. Sulaiman, Wahid, 2004. Analisis Regresi Menggunakan SPSS, Yogyakarta :Penerbit Andi Suliyanto, 2005.Analisis Data Dalam Aplikasi Pemasaran, Jakarta :Penerbit Ghalia Indonesia
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Sutojo, Siswanto, 1995. Analisis Kredit Bank Umum, Jakarta :Penerbit Pustaka Binaan Pressindo. Suyatno, Thomas, dkk, 1997. Kelembagaan perbankan, Jakarta :Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama Timoticin, Kwanda, 2002. Dimensi Teknik Arsitektur, Surabaya :Penerbit Universitas Kristen Petra
PenelitianTerdahulu: Dwi, Wiwin, 2005. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Pemilikan Rumah Sederhana type 36 di Kabupaten Sidoarjo, Skripsi FE UPN “ Veteran” JawaTimur Erlina, Dana, 2006. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Rumah type 36 KPR Mandiri di Surabaya, Skripsi FE UPN “Veteran” JawaTimur Komariyah, 2005.Beberapa Faktor yang mempengaruhi Permintaan Masyarakat Terhadap Pemilikan Rumah Sederhana melalui Kredit Pemilikan Rumah Bank Tabungan Negara, Skripsi FE UPN “Veteran” JawaTimur Wahyuni, Aditiamurni, 2005. Analisis Permintaan Rumah Melalui Kredit Pemilikan Rumah – Bank Tabungan Negara, Skripsi FE UPN “Veteran” JawaTimur. Surya, Arpa, 2005. Pelaksanaan Perjanjian Jual Beli Rumah KPR – BTN Bagi Debitur Baru Melalui Alih Debitur Pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Kantor Cabang Palangka Raya, Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang Wulan, Ratna, 2008. Analisis Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Kredit Kepemilikan Rumah dan Apartemen (KPRA) serta Pengaruhnya Terhadap Business cycle Indonesia, Jurnal FE dan Manajemen IPB
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.