BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Perencanaan Tata Letak Fasilitas 2.1.1 Pengertian Perencanaan Fasilitas Perencanaan tata letak fasilitas termasuk kedalam bagian dari perancangan tata letak pabrik. Perencanaan fasilitas diklasifikasikan ke dalam dua kegiatan, yaitu kegiatan perencanaan lokasi dan perancangan fasilitas. Perencanaan lokasi adalah proses menentukan daerah atau tempat sebuah aktivitas atau fasilitas. Sementara itu, perancangan fasilitas adalah kegiatan menghasilkan fasilitas yang terdiri atas penataan unsur fisiknya, pengaturan aliran bahan, dan penjaminan keamanan para pekerja (Rika Ampuh dan Heri Setiawan, 2008;1-5). Perencanaan fasilitas dapat dikemukakan sebagai proses perancangan fasilitas, termasuk di dalamnya analisis, perencanaan, desain dan susunan fasilitas, peralatan fisik, dan manusia yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi produksi dan sistem layanan. Perencanaan faslitas dimaksudkan sebagai
sarana
untuk
perbaikan
layout
8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
fasilitas,
digunakan
9
dalam penanganan material (material handling) dan menentukan peralatan dalam proses produksi, juga digunakan dalam perencanaan fasilitas secara secara keseluruhan. (Hari Purnomo, 2004;1-2). Rekayasawan rancang fasilitas menganalisis, membentuk konsep, merancang, dan mewujudkan sistem bagi pembuatan barang atau jasa. Rancang ini umumnya digambarkan sebagai rencana lantai, yaitu satu susunan fasilitas fisik (perlengkapan, tanah, bangunan, dan sarana lain) untuk mengoptimumkan hubungan antara petugas pelaksana, aliran barang, aliran informasi, dan tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan usaha secara sangkil, ekonomis dan aman (James M. Apple, 1990;2). Berdasarkan definisi yang diuraikan
diatas maka pengertian
perencanaan fasilitas yang dipakai adalah aktivitas perancangan suatu sistem produksi yang disusun secara teratur berdasarkan interaksi antar departemen dengan memperhatikan masukan, kegiatan didalamnya, dan keluaran yang diharapkan. 2.1.2
Tujuan Perencanaan Fasilitas Beberapa tujuan atau manfaat dari adanya perencanaan fasilitas
menurut (Hari Purnomo, 2004;14-16), khususnya mengenai perancangan tata letak fasilitas adalah sebagai berikut: 1.
Mengurangi investasi peralatan. Perancangan tata letak akan memberi manfaat untuk menurunkan investasi dalam peralatan. Penyusunan mesin – mesin dan fasilitas pabrik, dan departemen yang tepat, serta pemilihan metode yang cermat, sedikit banyak akan dapat membantu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
menurunkan jumlah peralatan yang diperlukan. Sebagai contoh adalah bila dua atau lebih komponen berbeda, dalam proses pembuatannya memerlukan mesin yang sama, maka sebaiknya proses pembuatan tersebut dapat dilewatkan pada mesin yang sama. 2.
Penggunaan ruang lebih efektif. Manfaat lain dari perancangan tata letak adalah penggunaan ruang yang lebih efektif. Penggunaan ruang akan efektif jika mesin atau fasilitas pabrik lainnya disusun atau diatur sedemikian rupa sehingga jarak antar mesin – mesin atau fasilitas pabrik
tersebut dapat seminimal mungkin
tanpa mengurangi
keleluasaan gerak para pekerja. Dengan jarak minmal maka akan menghemat biaya, karena setiap meter persegi luas lantai akan member beban biaya. 3.
Menjaga perputaran barang setengah jadi menjadi lebih baik. Adanya perancangan tata letak yang baik akan menjaga perputaran barang setengah jadi menjadi lebih baik. Suatu proses produksi dapat dikatakan lancer jika bahan melewati proses dengan waktu sesingkat mugkin. Hal ini dapat terjadi jika suatu proses produksi dapat terhindar dari adanya penumpukkan barang setengah jadi. Suatu aliran produksi sedapat mungkin melalui proses dimana penyimpangan barang setengah jadi diturunkan mendekati titik nol.
4.
Menjaga fleksibilitas susunan mesin dan peralatan. Ada kalanya suatu pabrik melakukan perbaikan atau penambahan fasilitas atau bangunan baru. Untuk itu perancangan tata letak harus dapat menjamin atau
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
menjaga fleksibilitas dari susunan mesin – mesin atau fasilitas – fasilitas pabrik dari kemungkinan tersebut. Perbaikan atau penambahan fasilitas atau bangunan baru tidak serta merta akan mengubah atau mengganti seluruh susunan yang telah ada. 5.
Memberi kemudahan, keamanan, dan kenyamanan bagi karyawan. Untuk member kemudahan, keamanan, dan kenyamanan bagi para karyawan, maka yang perlu diperhatikan dalam proses perancangan tata letak adalah bagaimana mengatur lingkungan keerja seperti pencahayaan
atau
penerangan,
sirkulasi
udara,
temperature,
pembuangan limbah dan sebagainya. Penempatan mesin – mesin dan peralatan lainnya harus dilakukan dengan memperhatikan keselamatan dari para karyawan. 6.
Meminimumkan material handling. Perancangan tata letak tidak dapat dipisahkan dengan masalah penanganan bahan. Seperti disebutkan dimuka bahwa dalam setiap proses produksi tidak bisa dihindari adanya gerakan perpindahan bahan. Gerakan perpindahan bahan ini akan memberi beban biaya yang tidak sedikit. Lebih – lebih jika proses pergerakan perpindahan bahan ini tidak menganut asas efektifitas, misalkan suatu proses operasi satu dengan yang lain yang berurutan jaraknya relatif jauh. Hal ini akan membutuhkan waktu tambahan sehingga total waktu pengerjaan suatu produk akan menjadi lebih lama. Demikian pula biaya dalam perpindahan material ini juga akan semakin besar.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
7.
Memperlancar proses produksi. Proses manufakturing akan menjadi lebih mudah jika telah dilakukan perancangan tata letak. Dengan menggunakan beberapa metode atau tipe – tipe tata letak yang sesuai, proses produksi akan berjalan sesuai dengan aliran proses yang telah digariskan.
8.
Meningkatkan efektivitas penggunaan tenaga kerja. Tata letak yang ada pada pabrik sangat besar pengaruhnya terhadap produktivitas tenaga kerja. Departemen yang disusun berdasarkan aliran produksi yang tepat, dengan peralatan pemindah bahan uang lebih modern, seperti conveyor, crane, hoist, dan peralatan modern lainnya akan mengurangi waktu dan tenaga yang diguanakan para pekerja dalam melakukan pergerakan. Efektivitas pemakaian tenaga kerja dengan sendirinya akan meningkat. Dalam melakukan perancangan tata letak fasilitas, terdapat ukuran –
ukuran yang digunakan sebagai acuan sehingga suatu rangkaian tata letak dapat dikatakan sudah baik (Rika Ampuh dan Heri Setiawan, 2008;1-5). Beberapa diantaranya adalah: 1. Ketertaitan kegiatan terencana. 2. Aliran dan gang yang lurus. 3. Memperhatikan kedekatan proses pengolahan sampai dengan tahap pengiriman. 4. Pemindahan antar-operasi minimum. 5. Tata letak yang fleksibel.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
6. Persediaan setengah jadi atau WIP minimum. 7. Pemakaian seluruh lantai pabrik secara maksmimm. 8. Sesedikit mungkin jalan kaki antar-operasi produksi. 9. Penempatan yang tepat untuk fasilitas pelayanan produksi dan pekerja. 10. Waktu pemrosesan bagi waktu produksi total maksimum. 11. Sedikit mungkin pemindahan bahan. 2.2
Perencanaan Aliran Material Analisis aliran material dan proses ditujukan untuk menentukan proses dan peralatan yang diperlukan daan bagaimana aliran material secara umum dilaksanakan. Perencanaan
fasilitas perlu mempertimbangkan aliran makro
manajemen bahan, aliran bahan, distribusi fisik, dan logistic yang sangat bernilai. Dalam linkungan aliran bahan, pertimbangan kritis yang perlu diperhatikan adalah pola umum aliran bahan. Pola umum aliran bahan untuk proses produksi umumnya dibedakan atas lima pola, yaitu: 1. Pola Aliran Garis Lurus, digunakan untuk proses produksi yang pendek dan sederhana 2. Pola Aliran Bentuk L, pola ini hampir sama dengan pola garis lurus, hanya saja pola ini digunakan untuk mengakomodasi jika pola alira garis tidak bisa digunakan dan biaya bangunan terlalu mahal jika menggunakan garis lurus. 3. Pola Aliran Bentuk U, pola ini digunakan jika aliran masuk material dan aliran keluarnya produk pada lokasi yang relatif sama.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
4. Pola Aliran Bentuk O, pola ini digunakan jika keluar masuknya material dan produk pada satu tempat. 5. Pola Aliran Bentuk S, pola ini digunakan jika produksi panjang dan lebih panjang dari ruangan yang ditempati, karena panjangnya proses, maka aliran dibentuk zig-zag. Dalam menentukan lokasi masuk keluarnya suatu aliran dalam suatu rancangan tata letak, harus dilakukan analisis yang mendalam, dengan mempertimbangkan beberapa aspek, terutama mengenai sistem pemindahan bahan untuk mengidentifikasi pengaruhnya pada waktu, biaya dan kualitas. Selain itu, perencanaan lokasi masuk keluarnya aliran (departemen penerimaan dan departemen distribusi) harus disesuaikan dengan kendala – kendala yang ada. 2.3
Tipe – Tipe Tata Letak Fasilitas Secara umum terdapat 4 jenis tata letak perancangan fasilitas, yang dikenal, diantaranya adalah: 1.
Tata Letak Fasilitas Berdasarkan Aliran Produksi (Product Layout) Menurut (Rika Ampuh dan Heri Setiawan, 2008;27-29), tata letak
aliran produksi umumnya digunakan untuk pabrik yang memproduksi satu macam produk atau kelompok produk dalam jumlah yang besar dan waktu produksi yang lama. Dengan tata leetak berdasarkan aliran produksi, mesin dan fasilitas produksi lainnya akan diatur menurut prinsip machine after machine. Mesin disusun menurut urutan proses yang ditentukan pada
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
pengurutan aliran proses produksi. Setiap komponen berjalan dari satu mesin ke mesin berikutnya melewati seluruh daur operasi yang dibutuhkan. Tata letak tipe ini sangat cocok untuk pabrik yang memiliki kriteria produksi secara massal dan variasi produknya tidak banyak. Contoh tampilan tata letak fasillitas product layout adalah sseperti pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Tata Letak Berdasarkan Aliran Produksi Sumber: Rika Ampuh dan Heri Setiawan (2008)
2.
Tata Letak Fasilitas Berdasarkan Fungsi atau Macam Proses (Process Layout) Menurut (Rika Ampuh dan Heri Setiawan, 2008;27-29), tata letak tipe
ini merupakan metode pengaturan dan penempatan fasilitas dimana fasilits yang memiliki tipe dan spesifikasi sama ditempatkan ke dalam satu departemen. Tata letak berdasarkan proses umumnya digunakan pada perusahaan yang beroperasi dengan menerima order dari pelanggan. Selain itu digunakan pula untuk perusahaan yang mempunyai produk bervariasi dan diproduksi dalam jumlah kecil. Tipe process layout dapat dilihat pada gambar 2.2 dibawah ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
Gambar 2.2 Tata Letak Berdasarkan Fungsi atau Macam Proses Sumber: Rika Ampuh dan Heri Setiawan (2008)
3.
Tata Letak Fasilitas Berdasarkan Kelompok Produk (GT Layout) Menurut (Rika Ampuh dan Heri Setiawan, 2008;27-29), tata letak tipe
demikian mengelompokkan produk atau mengelompokkan komponen yang akan dibuat berdasarkan kesamaan dalam proses. Pengelompokkan produk melibatkan mesin dan fasilitas produksi lainnya ditempatkan dalam sebuah sel manufaktur karena setiap kelompok meemiliki urutan proses yang sama. Tipe ini merupakan kombinasi dari tipe tata letak produk dan proses. Tujuan model tata letak demikian adalah menjawab keterbatasan tata letak proses dan mengeksplorasi kelebihan tata letak produk. Berikut ini adalah gambar dari tata letak berdasarkan kelompok produk.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
Gambar 2.3 Tata Letak Berdasarkan Kelompok Produk Sumber: Rika Ampuh dan Heri Setiawan (2008)
4.
Tata Letak Fasilitas Berdasarkan Posisi Tetap (Fixed Layout) Menurut (Rika Ampuh dan Heri Setiawan, 2008;27-29), tata letak tipe
demikian demikian mengkondisikan bahwa yang tetap pada posisinya adalah material. Sedangkan fasilitas produksi seperti mesin, peralatan, atau komponen – komponen pembantu lainnya bergerak menuju lokasi material atau produk utama. Tata letak berdasarkan lokasi material tetap digunakan untuk produk yang ukurannya besar seperti kapal dan pesawat terbang. Pertimbangan kemudahan proses pemindahan bahan menjadi hal utama sehingga produk dipilih dalam posisi tetap. Berikut ini adalah gambar tata letak berdasarkan posisi tetap.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
Gambar 2.4 Tata Letak Berdasarkan Posisi Tetap Sumber: Rika Ampuh dan Heri Setiawan (2008)
2.4
Analisis Aliran Pendekatan Konvensional dan Hubungan Aktivitas 2.4.1
Analisis Pendekatan Konvensional Aliran bahan yang mengalir dari satu departemen ke departemen
lainnya seringkali tidak mengalir secara lancer, hal ini disebabkan tata letak departemen yang tidak sesuai dengan pola aliran bahan. Untuk mengevaluasi alternatif tata letak departemen maka diperlukan teknik analisis untuk mengukur aliran bahan. Teknik – teknik perencanaan aliran bahan dibagi dalam dua kategori, yakni sebagai berikut: 1. Teknik Konvensional. Metode ini telah digunakan bertahun – tahun, relatif mudah untuk digunakan, cara yang umum digunakan adalah bentuk grafis. Teknik ini membutuhkan rincian kerja yang banyak untuk membuat catatan perpindahan pada seluruh proses dengan teliti (James M. Apple, 1990, hal.134).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
2. Teknik Kuantitif. Menggunakan metode – metode statistik dan matematik yang lebih canggih, dan umumnya diklasifikasikan sebagai penelitian penelitian operasional dan seringkali harus dengan menggunakan komputer (James M. Apple, 1990, hal.134). Dalam melakukan analisis bahan dengan pendekatan konvensional dibutuhkan beberapa data dari setiap perpindahan bahan. Data yang diperlukan dalam menganalisis aliran bahan antara lain sebagai berikut: a.
Jalur yang dilalui bahan antar departemen
b.
Volume yang dipindahkan
c.
Jarak yang ditempuh
d.
Frekuensi perpindahan
e.
Kecepatan perpindahan bahan
f.
Biaya yang diperlukan untuk proses perpindahan bahan
Metode konvensional yang sangat popular digunakan yaitu peta – peta kerja dan diagram. Peta – peta kerja dan diagram yang sangat membantu dan berguna untuk menganalisis aliran bahan adalah sebagai berikut. 1. Peta Proses Operasi Peta proses operasi adalah suatu peta yang meggambarkan langkah – langkah proses yang dialami oleh suatu bahan yang meliputi urutan proses operasi dan pemeriksaan. Di dalamnya terdapat prses penggabungan atau perakitan dari komponen – komponen benda kerja
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
yang dibuat, serta masing – masing komponen dilengkapi dengan identitasnya. 2. Peta Perakitan Peta perakitan adalah grafik urutan – urutan aliran komponen dan rakitan bagian ke da lam rakitan suatu produk yang menujukkan keterkaitan antarkomponen, yang dapat menggambarkan dengan gambar terurai. 3. Peta Aliran Proses Peta aliran proses adalah suatu diagram yang menggambarkan uruturutan
dari
operasi,
pemerikasaanm
transportasi,
menunggu
penyimpanan yang terjadi selama suatu proses atau prosedur berlangsung, serta di dalamnya memuat pula informasi – informasi yang diperlukan untuk analisa seperti waktu yang dibutuhkan dan jarak perpindahan bahan. 4. Diagram Alir Diagram alir adalah bentuk grafis dari urutan – urutan proses yang dibuat diatas tata letak yang sedang dibahas. Diagram alir menunjukkan lokasi dari suatu aktivitas yang terjadi dalam aliran peta proses. Dengan demikian diagram alir dapat digunakan sebagai rancangan kasar dari lokasi – lokasi terpasang. 5. Peta Dari – Ke (From – To Chart)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
Dalam metode konvensional yang sering digunakan untuk perencanaan tata letak. Metode ini sangat berguna untuk perencanaan apabila barang yang mengalir pada suatu lokasi berjumlah banyak seperti di bengkel – bengkel mesin umum, kantor atau fasilitas – fasilitas lainnya. Peta dari-ke dilakukan dengan cara mengubah data dasar menjadi data yang siap dipakai pada peta dari – ke dilanjutkan dengan membuat matrik sejumlah kegiatan, yang kemudian masukkan data yang sesua dengan kegiatan tersebut. 2.4.2
Hubungan Aktivitas Dalam perancangan tata letak, analisis aliran material lebih cenderung
untuk mendapatkan atau mengetahui biaya dari pemindahan material mengetahui biaya dari pemindahan material, jadi dalam hal ini lebih bersifat kuantitatif. Sedang analisis yang lebih bersifat kualitatif dapat digunakan Activity Relationship Chart (ARC) yang dikembangkan oleh Muther. Metode ini menghubungkan aktivitas – aktivitas secara berpasangan sehinggasemua aktivitas akan diketahui tingkat hubungannya. Pada ARC terdapat variabel untuk menggantikan angka – angka yang bersifat kuantitatif. Variabel tersebut melabangkan derajat keterdekatan antara departemen satu dengan yang lainnya. Simbol – simbol yang digunakan untuk menunjukkan derajat keterkaitan aktivitas adalah sebagai berikut. A = Mutlak perlu aktivitas – aktivitas tersebut didekatkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
E = Sangat penting penting aktivitas – aktivitas tersebut berdekatan I=
Penting bahwa aktivitas – aktivitas tersebut berdekatan
O = Cukup / Biasa (Tidak masalah diletakkan dimana saja) U = Tida penting (Tidak perlu ada keterkaitan apapun) X = Tidak dikehendaki untuk aktivitas – aktivitas tersebut berdekatan Simbol – simbol dari derajat keterkaitan aktivitas ini dimasukkan pada peta keterkaitan untuk menentukan hubungan aktivitas antar dua departemen. Setiap departemen diukur hubungan aktivitas secara berpasangan. Dalam memberikan simbol untuk mengukur kedekatan antar departemen perlu memasukkan alasan sebagai dasar untuk menentukan hubungan. Pemberian alasan didasarkan pada keterkaitan produksi, pegawai, dan informasi. Disamping itu alasan digunakan untuk memisahkan departemen yang memang tidak boleh berdekatan dengan alasan – alasan tertentu. Alasan untuk mendapatkan derajat keterkaitan derajat keterkaitan, sangat tergantung pada situasi di mana aktivitas dilakukan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
Gambar 2.5 Peta Activity Relationship Chart (ARC) Sumber: James M. Apple (1990)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
Peta aktivitas yang telah dibuat kemudain digunakan sebagai dasar dalam pembuatan activity relationship diagram (ARD) yaitu untuk menentukan letak masing – masing aktivitas/departemen. Dalam memudahkan untuk membuat diagram keterkaitan aktivitas (ARD) perlu dibuat lembar kerja/worksheet yang seperti pada tabel dibawah ini. Tabel 2.1 Lembar kerja diagram keterkaitan aktivitas Sumber: James M. Apple (1990)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
2.5
Tahapan Dalam Perancangan Tata Letak Fasilitas Tahapan – tahapan proses perancangan tata letak dapat dijabarkan mengikuti urutan kegiatan yang dikembangkan oleh Richard Muther, yaitu melalui pendekatan yang dikenal dengan Systematic Layout Planning (SLP). Gambar berikut ini adalah langkah – langkah dasar dari SLP.
Gambar 2.6 Langkah – langkah dasar SLP Sumber: Hari Purnomo (2004) Pada dasarnya, langkah – langkah dalam perencanaan tata letak seperti tersebut diatas dapat dikategorikan kedalam tiga tahapan, yaitu tahap analisis yang meliputi, analisis aliran material, analisis aktivitas, diagram hubungan aktivitas, pertimbangan keperluan ruangan aktivitas, dan ruangan yang tersedia. Tahap yang kedua, adalah tahap penelitian mulai dari perencanaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
diagram hubungan ruangan sampai dengan perancangan tata letak. Sedangkan tahap yang ketiga adalah proses seleksi dengan cara mengevaluasi alternatif. Berikut ini akan dijabarkan sekilas mengenai langkah – langkah dasar SLP. 1. Data Masukan, langkah awal dalam perancangan tata letaks fasilitas adalah dengan melakukan pengumpulan data awal. Data – data tersebut antara lain: a. Data yang berkaitan dengan rancangan produk. b. Data yang berkaitan dengan rancangan proses. c. Data rancangan jadwal produksi. 2. Analisis Aliran Material, merupakan analisis yang dilakukan terhadap setiap gerakan perpindahan material diantara departemen – departemen atau aktivitas – aktivitas operasional dengan menggunakan peta atau diagram – diagram seperti yang telah dijelaskan diatas. 3. Analisis
Hubungan
Aktivitas,
dalam
perancangan
analisis
kualitatif dilakukan dengan menggunakan ARC, sebagaimana yang telah dikemukakan diatas. Dimana penyusunan departemen dilakukan berdasarkan kedekatan akitivitas – aktivitas dari departemen tersebut. 4. Diagram Hubungan Aktivitas, dalam pendekatan SLP aliran material dan hubungan aktivitas menjadi dua pertimbangan dalam perencangan tata letak fasilitas. Kombinasi dari dua aspek tersebut
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
dibuat dalan satu diagram dinamakan Activity Relationship Diagram atau ARD. 5. Diagram Hubungan Ruangan, dalam diagram ini yang perlu dilakukan adalah mengevaluasi luas area kerja yang dibutuhkan untuk semua aktivitas perusahaan dan area yang tersedia. Diagram hubungan ruangan dapat dibuat setelah dilakukan analisis terhadap luasan yang dibutuhkan dan dikombinasikan dengan Activity Relationship Diagram. 6. Rancangan Alternatif Tata Letak, untuk membuat rancangan tata letak dapat dibuat suatu Block Layout yang merupakan diagram blok dengan skala tertentu yang merupakan representasi dari bangunan. Yang perlu diperhatikan dalam proses ini adalah bahwa rancangan
harus
bersifat
fleksibel
untuk
mengakomodasi
perubahan yang nantinya bisa terjadi pada rancangan produk, rancangan proses, maupun rancangan jadwal. 7. Evaluasi, ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk mengevaluasi alternatif tata letak, antara lain: a. Perbandingan untung rugi, dalam teknik ini disusun daftar keuntungan dan kerugian dari masing – masing alternatif yang ditawarkan. b. Peringkat, teknik ini dilakukan dengan memilih faktor – faktor yang dinilai penting, kemudian dibuat daftar
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
peringkat dari masing – masing alternatif untuk masing – masing faktor. c. Analisis Faktor, metode ini dilakukan dengan cara menentukan faktor – faktor yang dianggap penting dalam perancangan tata letak. Faktor yang paling penting diberi bobot yang paling besar. Hasil kali bobot dengan faktor dan bobot
peringkat
merupakan
perancangan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
skor
dari
alternatif