BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komunikasi Massa Komunikasi massa terdiri atas dua kata; komunikasi dan massa. 2Deddy Mulyana dalam bukunya berjudul Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, menjelaskan bahwa komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”, “communico”, “communicatio” atau “communicare” yang berarti “membuat sama” (to make common). Ilmuwan politik, Harold Lasswell3, mengatakan bahwa cara yang paling nyaman untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan ini: siapa (who), berkata apa (says what), melalui saluran apa (in which channel), kepada siapa (to whom), dengan efek apa (with what effect). Sedangkan, 4yang dimaksud dengan massa menurut David
K.
Berlo
dalam Wiryanto adalah
sekumpulan orang banyak yang tidak harus berada di lokasi tertentu yang sama. Mereka dapat tersebar atau terpencar di berbagai lokasi, yang dalam waktu sama atau hampir bersamaan dapat memperoleh pesan-pesan komunikasi yang sama. Dengan demikian, komunikasi massa dapat diartikan sebagai komunikasi yang menggunakan media massa dalam penyampaian pesan kepada khalayak. Komunikasi massa memiliki beberapa komponen di dalamnya. 5John Vivian
2 3 4 5
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Edisi Ke-17. Jakarta: Rosda. 2013 hal 46. Baran, Stanley J. Pengantar Komunikasi Massa Melek Media dan Budaya. Jakarta: Erlangga. 2012 hal 5. Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grasindo. 2004 hal 69-70. Vivian, John. Teori Komunikasi Massa, Edisi Ke-8. Jakarta: Kencana. 2008 hal 451-454.
24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
media massa (mass media), komunikasi massa (mass communication), dan audien massa (mass audience). Komunikator massa adalah orang-orang yang memproduksi pesan yang disampaikan lewat media massa. Orang-orang ini mencakup jurnalis, penulis naskah film, penulis lagu, penyiar televisi, disc jockey radio, praktisi public relations, dan orang-orang periklanan seperti copywriter. Daftarnya bisa terus bertambah. Komunikator massa berbeda dengan komunikator lain karena mereka tidak dapat melihat audiennya. Pesan massa (mass message) dapat berupa film, novel, lagu rekaman, dan iklan billboard. “Pesan” adalah bentuk paling nyata dari hubungan kita dengan media massa. Kita memerhatikan media karena ingin mendapatkan pesannya. Kita tidak mendengarkan radio, misalnya, untuk memahami teknologi radio. Kita mendengarkan radio untuk mendengarkan musik. Media massa adalah sarana yang membawa pesan. Media massa utama adalah buku, majalah, koran, televisi, radio, rekaman, film, dan web. Kebanyakan ahli teori menganggap media sebagai wahana yang netral dalam membuat pesan. Komunikasi massa merupakan proses di mana pesan sampai ke audien melalui media massa. Ini adalah proses misterius yang belum banyak kita pahami sebagaimana seharusnya. Misalnya, mengapa orang lebih memerhatikan beberapa pesan ketimbang pesan-pesan lainnya? Bagaimana satu iklan menghasilkan lebih banyak penjualan ketimbang iklan lain? Apakah perilaku, termasuk tidak kekerasan, dipicu oleh proses komunikasi massa? Ada alasan untuk percaya bahwa komunikasi massa memengaruhi perilaku pemilih dalam pemilu, tetapi bagaimana cara kerjanya? Mana yang benar-benar dapat dikontrol komunikasi massa? Ataukah orang dapat dimanipulasi? Atau sekadar dipengaruhi? Tidak ada yang bisa
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
menjawabnya dengan pasti. Sementara pada komponen audien massa, jumlah dan diversitas audien massa menambah kompleksitas komunikasi massa. Komunikator massa tahu bahwa pesannya telah diterima melalui cara-cara tak langsung. Komunikator massa tidak pernah tahu berapa besarnya audien, apalagi efek dari pesannya. Audien massa berubah-ubah. Tantangan dalam melakukan komunikasi ke audien massa bahkan lebih kompleks karena orang berubah-ubah dalam memberi perhatian di sepanjang waktu mereka, dan ketika mereka sedang memerhatikan, perhatian itu pun bervariasi tingkat intensitasnya.
2.2. Komunikasi Organisasi Komunikasi dan organisasi adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan keberadaannya. Organisasi tidak akan ada tanpa berjalannya komunikasi. Kedua konsep ini, komunikasi dan organisasi, dapat lebih mudah dipahami dengan mengemukakan definisi-definisi dari para ahli. Berikut ini adalah beberapa definisi dari konsep yang pertama, komunikasi, dari beberapa ahli. Menurut Harold Lasswell, cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut; siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa, dan dengan pengaruh bagaimana. Menurut Everett M. Rogers, komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
Menurut Theodore M. Newcomb, komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi, terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber kepada penerima. Bernard Berelson dan Gary A. Steiner mengartikan komunikasi sebagai transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, figur, grafik, dan sebagainya. Kemudian, beberapa ahli juga telah memberikan definisi dari organisasi supaya konsep organisasi dapat semakin dipahami sebagai suatu sistem kerja sama. Seperti yang dipaparkan oleh André Hardjana6 dalam bukunya yang berjudul “Komunikasi Organisasi, Strategi dan Kompetensi”, adalah Chester Irving Barnard (1886-1961) yang dianggap sebagai tokoh pertama yang berhasil memberikan pemahaman tentang konsep organisasi sebagai sebuah sistem kerja sama. André menulis bahwa Barnard dalam buku seminalnya yang berjudul “The Functions of the Executive”, mendefinisikan organisasi formal sebagai sistem kegiatan-kegiatan atau daya-daya dari dua orang atau lebih yang dikoordinasikan secara sadar. Lebih lanjut, André Hardjana7 juga menuliskan definisi organisasi dari Hebert A. Simon yang menulis buku klasik berjudul “Administrative Behaviour” pada tahun 1950. Definisi Simon menjelaskan bahwa organisasi adalah pola komunikasi dan hubungan-hubungan lain yang kompleks dalam suatu kelompok manusia. Sementara William G. Scott dalam André8 dengan buku teorinya yang berjudul “Organization Theory” memberikan definisi organisasi formal sebagai sebuah
6 7 8
Hardjana, André. Komunikasi Organisasi, Strategi dan Kompetensi. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. 2016 hal 3. Ibid. Hal 7. Ibid. Hal 8-10.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
sistem kegiatan-kegiatan terkoordinasi dari sekelompok orang yang bekerja sama ke arah suatu tujuan bersama di bawah sebuah kewenangan dan kepemimpinan. Masih dalam André , dijelaskan bahwa pada tahun 1993, Gerald M. Goldhaber dalam buku teksnya yang terkenal berjudul “Organizational Communication” mengajukan definisi organisasi sebagai sebuah sistem sosial yang hidup dan terbuka yang dihubungkan oleh arus informasi antar-orang dan di antara orangorang yang menduduki berbagai perandan posisi yang berbeda-beda. Dengan demikian, dari beberapa definisi yang dikembangkan para ahli di atas, dapat ditemukan lima unsur pokok dalam konsep organisasi, yaitu: sistem, kegiatan-kegiatan berbeda, koordinasi, tujuan bersama, serta kewenangan dan kepemimpinan. Hubungan antara komunikasi dan organisasi merupakan suatu keniscayaan karena tidak ada organisasi yang akan terbentuk jika tidak ada orang-orang yang berkomunikasi. Dengan komunikasi, sekumpulan orang dapat menciptakan suatu sistem kerja dan membagi tugas dengan berkoordinasi atau memberikan perintah dari pimpinan kepada bawahan yang berperan di lini tertentu, semuanya demi tercapainya tujuan bersama. Dari hubungan antara komunikasi dan organisasi tersebut, kemudian munculah istilah “komunikasi organisasi”. Komunikasi organisasi merupakan istilah akademis. Bukan organisasi yang melakukan komunikasi, namun para anggota organisasi yang berkomunikasi dengan sesama anggota di dalam organisasi dan juga dengan pihak-pihak tertentu di luar organisasi dalam rangka mencapai tujuan dari organisasi tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
Menurut penelusuran W. Charles Redding dalam André Hardjana9, istilah komunikasi organisasi pertama kali digunakan oleh Alex Bavelas dan Dermot Barrett pada tahun 1951 dalam laporan riset berjudul “An Experimental Approach to Organizational Communication”. Namun, istilah komunikasi organisasi baru diterima dan disahkan secara resmi sebagai istilah ilmiah dan sebagai sebuah disiplin akademis pada tahun 1967, yaitu dalam seminar nasional yang bertajuk Conference on Organizational Communication di George C. Marshall Space Flight Center (NASA) di Huntsville, Alabama. Sejak saat itu, disiplin ilmu tentang komunikasi organisasi terus berkembang dan melahirkan beberapa definisi komunikasi organisasi. Beberapa definisi komunikasi organisasi tersebut antara lain sebagai berikut.10 Menurut Lee Thayer, komunikasi organisasi adalah komunikasi yang terjadi dib dalam organisasi dan komunikasi yang terjadi di antara organisasi dengan lingkungannya, yang mendefinisikan organisasi maupun menentukan kondisikondisi eksistensinya dan arah pergerakannya. Menurut Jorge Schement, komunikasi organisasi adalah proses (melalui mana) orang membentuk, mengelola, dan menafsirkan perilaku-perilaku dan simbol-simbol (entah verbal atau nonverbal), baik dengan disengaja maupun tidak disengaja, melalui interaksi (dengan perantaraan atau langsung), di dalam dan lintas konteks organisasi tertentu. R. Wayne Pace dan Don F. Faules mendefinisikan komunikasi organisasi sebagai pemampangan dan penafsiran pesan-pesan antar satuan-satuan komunikasi
9 10
Ibid. Hal 38-40. Ibid. Hal 41-46.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
yang menjadi bagian dari suatu organisasi. Sebuah organisasi terdiri dari satuansatuan komunikasi yang saling berhubungan secara hierarkis dan berfungsi di dalam sebuah lingkungan. Menurut Gerald M. Goldhaber, komunikasi organisasi adalah penciptaan dan pertukaran pesan-pesan di dalam sebuah jaringan hubungan-hubungan saling ketergantungan yang bertujuan untuk mengatasi ketidak-pastian lingkungan. Dari berbagai definisi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa komunikasi organisasi adalah perancangan dan pertukaran pesan yang terjadi di antara anggota organisasi dan antara anggota organisasi dengan pihak lain di luar organisasi yang terlibat dalam suatu jaringan hubungan saling ketergantungan demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Dijelaskan dalam André Hardjana11 bahwa komunikasi organisasi terdiri atas komunikasi formal dan informal. Komunikasi formal pada umumnya terjadi atas inisiatif pimpinan yang berperan sebagai atasan dan menghasilkan kepatuhan di kalangan bawahan. Penolakan bawahan dapat berakibat sanksi secara institusional karena tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh bawahan. Komunikasi formal membutuhkan persiapan dan perencanaan mengenai tujuan, target penerima pesan, penentuan situasi, waktu, dan tempat. Komunikasi formal dapat disampaikan secara lisan maupun tulisan. Komunikasi informal muncul dari hubungan sosial antar-anggota organisasi dalam bentuk pertemuan individual. Komunikasi informal praktis dapat melibatkan semua anggota organisasi dari jabatan paling tinggi sampai pelaksana paling bawah
11
Ibid. Hal 56-58.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
karena tidak melibatkan pesan tugas. Komunikasi informal berlangsung karena kedekatan fisik maupun sosial, bahkan karena kebetulan dan tidak disengaja, seperti kebetulan sama-sama terlibat dalam kegiatan kelompok, kedekatan tempat, daya tarik pribadi, dan pergaulan sosial. Komunikasi informal memiliki “fungsi” penting bagi karyawan, karena memelihara integritas, konsep diri, harga diri, solidaritas, dan penyaluran opini publik yang berkembang di kalangan karyawan. Secara sosial, komunikasi informal menimbulkan kondisi mental, kebiasaan, sopan santun, dan tatanan tidak tertulis yang dipatuhi para karyawan. Dalam setiap komunikasi, terdapat pesan yang dikirim, dan pesan ini rentan menerima gangguan dan akhirnya terjadi distorsi pesan. Distorsi pesan adalah kerusakan pesan karena berbagai kesalahan dalam proses, termasuk proses pembuatan (encoding), pemilihan saluran untuk pengiriman pesan (transmitting), kerusakan saluran (channel), penguraian pesan yang diterima (decoding), penafsiran (interpreting), kesepakatan tentang pelaksanaan pesan (effect), dan pembuatan pesan untuk umpan balik (feedback), muatan pesan (message load), dan situasi (situation). Faktor-faktor penyebab terjadinya distorsi pesan, antara lain: faktor pribadi, persepsi, kepercayaan, keterbatasan bahasa, makna ganda, pertentangan antara bahasa verbal dan nonverbal, ambiguitas pesan, daya memori, motivasi, faktor organisasi, kedudukan, hubungan hierarki, kewenangan pembuatan keputusan, beban muatan, hubungan impersonal, sistem aturan dan kebijakan, spesialisasi kerja, serta faktor situasi fisik dan temporal.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
Lee Thayer dalam André Hardjana12 mengungkapkan bahwa pesan-pesan dalam komunikasi organisasi memiliki empat tujuan pokok, yaitu to inform, to persuade, to regulate, to integrate. Oleh karena itu, komunikasi organisasi melaksanakan empat fungsi berbeda yaitu fungsi informasi (information function), fungsi perintah dan instruksi (command and instructive function), fungsi pengaruh dan persuasi (influence and persuasive function), dan fungsi integrasi (integrative function). André Hardjana13 dalam bukunya juga menjelaskan tentang W. Charles Redding (1972) yang menyebutkan konsep tiga fungsi di mana fungsi komunikasi organisasi dapat dibedakan menjadi tiga; fungsi tugas (task), fungsi pemeliharaan (maintenance), dan fungsi manusiawi (human function). Demikian pula dengan Pamela S. Shockley Zalabak (2006) yang membagi fungsi komunikasi organisasi menjadi tiga, yaitu fungsi pengorganisasian (organizing functions), fungsi relasional (relationship functions), dan fungsi perubahan (change fungtions). Sistem komunikasi organisasi yang efektif melaksanakan empat fungsi; produksioperasional, regulasi, pemeliharaan-sosialisasi nilai, dan inovasi. Dalam struktur kewenangan hierarkis, arus komunikasi mengalir ke bawah, ke atas, horizontal, dan diagonal.
2.3. Hambatan Komunikasi Komunikasi14 merupakan proses pertukaran makna, berjalan mulai dari
12 13 14
Ibid. Hal 138-141. Ibid. Hal 142. Hardjana, Agus M. Komunikasi Interpersonal dan Intrapersonal. Yogyakarta: Kanisius. 2003 hal 38.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
pengirim, melalui media, berakhir pada penerima yang menerima pesan yang menyampaikan umpan balik atas pesan yang diterimanya. Suatu kesalahpahaman dapat terjadi dalam sebuah komunikasi, menyebabkan pesan tidak dapat dimengerti sesuai maksud pengirimnya dan ditanggapi sesuai keinginan pengirim. Kesalahpahaman itu merupakan hambatan komunikasi dan penyebabnya dapat dibagi dua yakni internal dan eksternal. Hambatan internal, adalah hambatan yang berasal dari dalam diri individu yang terkait kondisi fisik dan psikologis. Contohnya, jika seorang mengalami gangguan pendengaran maka dia akan mengalami hambatan komunikasi. Demikian pula seseorang yang sedang tertekan (depresi) tidak akan dapat melakukan komunikasi dengan baik. Hambatan eksternal, adalah hambatan yang berasal dari luar individu yang terkait dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosial budaya. Contohnya, suara gaduh dari lingkungan sekitar dapat menyebabkan komunikasi tidak berjalan lancar. Contoh lainnya, perbedaan latar belakang sosial budaya dapat menyebabkan salah pengertian. Para ahli pun memiliki beberapa teori mengenai hambatanhambatan yang terjadi di dalam peristiwa komunikasi. Berikut ini adalah hambatanhambatan komunikasi menurut Steiner. a. Perbedaan Latar Belakang b. Faktor bahasa c. Sikap pada waktu berkomunikasi. d. Faktor lingkungan Dan berikut ini adalah hambatan-hambatan komunikasi menurut Webster. a. Hambatan psikologis, di mana seseorang sudah terlebih dahulu merasa takut ditolak atau tidak diterima sebelum memulai komunikasi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
b. Hambatan gender yang melihat bahwa wanita dan pria masing-masing memiliki cara berbeda dalam upaya berkomunikasi.
2.4. Media Massa Media massa adalah institusi yang berperan sebagai agent of change yakni sebagai institusi pelopor perubahan. Ini adalah paradigma utama media massa. Dalam menjalankan paradigmanya, media massa memiliki peran: a.
Media massa sebagai institusi pencerahan masyarakat, yaitu perannya sebagai media edukasi. Media massa menjadi media yang setiap saat mendidik supaya cerdas, terbuka pikirannya, dan menjadi masyarakat yang maju.
b.
Media massa menjadi media informasi bagi masyarakat. Dengan banyak informasi, masyarakat menjadi lebih mampu berpartisipasi dalam setiap aktivitasnya.
c.
Media massa sebagai media hiburan. Sebagai agent of change, media massa juga menjadi institusi budaya, menjadi corong kebudayaan, katalisator perkembangan budaya.
Pesan yang disampaikan kepada khalayak tidak terbentuk begitu saja, melainkan didesain oleh sebuah institusi yang disebut media massa. Pesan itu disiarkan kepada khalayak sehingga terdapat istilah media penyiaran yang merupakan bagian dari media massa. Contoh media penyiaran antara lain radio dan televisi. Jadi, secara garis besar15 media penyiaran merupakan organisasi yang
15
Morissan. Manajemen Media Penyiaran. Jakarta: Kencana. 2008 Hal 14.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
menyebarkan informasi yang berupa produk budaya atau pesan yang memengaruhi dan mencerminkan budaya dalam masyarakat. Istilah budaya massa merupakan budaya yang berkembang di masyarakat di mana proses komunikasi yang dilakukan media massa kepada khalayak itu berlangsung. Budaya massa yang diproduksi oleh media massa memakan biaya yang cukup besar dengan harapan mengasilkan keuntungan yang lebih besar sebagai kelanjutan budaya massa itu sendiri. Karena itu, budaya massa diproduksi secara komersial agar tidak saja menjadi jaminan keberlangsungan budaya massa, namun juga menghasilkan keuntungan bagi kapital yang diinvestasikan pada kegiatan tersebut. Hal ini sekaligus menjadi salah satu karakteristik budaya massa tersebut. Setiap media massa memiliki fungsi-fungsi tertentu. Setidaknya, ada tiga fungsi utama media massa, yaitu: a. Fungsi Informasi:
diartikan bahwa media
massa adalah
penyebar
informasi bagi khalayaknya. b. Fungsi Pendidikan: media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya (mass education). mendidik
Penyajian
hal-hal
yang
bersifat
dilakukan melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan
yang berlaku kepada khalayaknya. c. Fungsi Mempengaruhi: fungsi ini diberikan secara implisit oleh media massa yang biasanya terdapat pada tajuk rencana (editorial), features, iklan, artikel dan sebagainya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
2.4.1. Gatekeeper Pesan yang sampai ke audien tidak disampaikan begitu saja melalui media massa. Media massa memiliki beberapa orang yang merupakan bagian dari komunikator massa dan mereka berkapasitas mengatur pesan yang sampai ke audien. Orang-orang itu disebut gatekeeper. Gatekeeper16 adalah setiap orang media yang dapat menghentikan atau mengubah pesan di tengah jalan menuju audien. Produser siaran berita adalah gatekeeper karena mereka memutuskan mana yang akan disiarkan dan mana yang tidak. Mereka mengambil keputusan tentang apa yang harus ditonjolkan. Gatekeeper punya tanggung jawab besar karena mereka membentuk pesan yang sampai ke audien. Mereka juga memutuskan pesan mana yang tidak akan sampai ke audien. Ketika gatekeeper melakukan kesalahan, proses dan pesan komunikasi akan terganggu.
2.5. Televisi Menurut KBBI17, televisi/te·le·vi·si/ /télévisi/ n 1 sistem penyiaran gambar yg disertai dng bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dng menggunakan alat yg mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yg dapat dilihat dan bunyi yg dapat didengar; 2 pesawat penerima gambar siaran televisi. Televisi berasal dari kata Tele yang berarti jauh, dan Vision yang berarti penglihatan. Secara Harfiah dapat diartikan bahwa Televisi adalah media yang bisa
16 17
Vivian, John. Teori Komunikasi Massa, Edisi Ke-8. Jakarta: Kencana. 2008 hal 459. http://kbbi.web.id/televisi, diakses 15 Maret 2016.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
melihat keadaan dari jarak jauh. Tetapi menurut Effendy di dalam bukunya Ilmu,Teori dan Filsafat Komunikasi, mendefinisikan televisi sebagai paduan radio (broadcast) dan film (moving picture). Dari pengertian di atas, dapat diketahui bahwa televisi merupakan gabungan antara radio dan juga film. Karena para penonton di rumah tidak mungklin melihat siaran televisi tanpa ada unsur-unsur radio, yaitu suara, dan tidak mungkin melihat gambar-gambar yang bergerak pada layar televisi tanpa ada unsur film. Dalam Undang-Undang No. 32 Tentang Penyiaran tahun 2002, disebutkan bahwa penyiaran televisi adalah, “ Media komunikasi massa dengar pandang, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara dan gambar secara umum, baik
terbuka
maupun
tertutup,
berupa
program
yang
teratur
dan
berkesinambungan”. Siaran televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962 saat TVRI menayangkan secara langsung upacara hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia ke-17 pada tanggal 17 Agustus 1962. Siaran langsung itu masih terhitung siaran percobaan. Siaran resmi TVRI baru dimulai 24 Agustus 1962 jam 14.30 WIB yang menyiarkan secara langsung upacara pembukaan Asian Games ke-4 dari stadion utama Gelora Bung Karno.18 Televisi memiliki sifat fisik yang berbeda dengan media penyiaran yang lain. Sifat-sifat fisik televisi19 antara lain dapat didengar dan dilihat bila ada siaran, dapat
18 19
Mila Day. Buku Pinter Televisi. Jakarta: Penerbit Trilogos Library. 2004 hal 16. Wahyudi, JB. Teknologi Informasi dan Produksi Citra Bergerak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1992 hal 26-27.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
dilihat dan didengar kembali bila diputar kembali, daya rangsang sangat tinggi, elektris, sangat mahal, dan daya jangkau besar.
2.6. Program Televisi Program berasal dari kata programme (Inggris) atau program (Amerika), yang berarti acara atau rencana. Acara atau program adalah segala hal yang ditampilkan oleh stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan atau yang diinginkan audience-nya. Program yang ditayangkan stasiun televisi tidak harus diproduksi sendiri melainkan dapat bekerja sama dengan pihak luar stasiun televisi, misalnya dengan production house atau instansi pemerintah dan swasta. Pada umumnya pihak perencanaan siaran mengatur jadwal penayangan satu program televisi berdasarkan perkiraan kecenderungan menonton program tersebut.
2.6.1. Karakteristik Program Televisi Suatu program televisi selalu mempertimbangkan agar program acara tersebut digemari oleh penonton. Semakin banyak penonton maka program semakin sukses pula pada kepentingan komersilnya. Untuk itu ada empat hal yang mendasari karakter suatu program. Yang pertama adalah product, berhubungan dengan materi program yang dipilih harus bagus dan bisa menarik penonton. Untuk itu televisi komersial banyak mengangkat materi yang unik, sensasional ataupun yang sedang menjadi trend di masyarakat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
Yang kedua adalah price, yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi atau membeli suatu program, sekaligus menentukan tarif bagi pemasang iklan. Ketiga yaitu place, yaitu ada waktu siaran yang sekiranya tepat untuk program tersebut. Pemilihan waktu siar yang tepat akan membantu keberhasilan program tersebut. Yang terakhir adalah promotion, yaitu bagaimana memperkenalkan kemudian menjual acara itu sehingga dapat mendatangkan iklan atau sponsor.
2.6.2. Jenis Program Televisi Jenis program televisi ada 2 bagian besar. Yang pertama adalah informasi atau berita. Menurut Mitchel V. Charnley, berita adalah laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang faktual, penting, dan menarik bagi sebagian besar pembaca, serta menyangkut kepentingan mereka. Ada dua bentuk program berita televisi yang pertama yaitu hard news, berita dengan corak yang mengandung konflik dan memberi sentuhan-sentuhan emosional serta melibatkan tokoh masyarakat atau orang termasyur. Berita ini biasanya memiliki tegangan politik yang tinggi, sangat istimewa dan mengandung konflik atau pertentangan, dengan cara penulisan tertentu berita tersebut dapat memberikan emosi kepada masyarakat. Bentuk kedua yaitu soft news, yaitu berita dengan corak ini biasanya berupa berita ringan atau bisa berupa berita yang mengandung konflik yang menegangkan namun dikemas dengan pemilihan materi visual dan penyusunan gambar yang tidak menonjolkan segi-segi menegangkan dengan narasi yang agak umum.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
Program televisi dengan bentuk sajian soft news antara lain current affair, magazines, talk show dan documentary. Bagian kedua dari jenis program televisi adalah hiburan (entertaiment). Hiburan adalah jenis program televisi yang bertujuan memberikan kesenangan pada penonton biasanya dikemas dengan gaya artistik meskipun karya jurnalistik juga bisa dijadikan program hiburan tentunya dengan sentuhan artistik. Berbagai bentuk program acara dapat masuk ketegori ini antara lain program musik, drama, permainan atau gameshow, reality show, pertunjukkan seni budaya, dan lain sebagainya.
2.7. Dilema Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia20, dilema adalah situasi sulit yang mengharuskan orang menentukan pilihan antara dua kemungkinan yang sama-sama tidak menyenangkan atau tidak menguntungkan; situasi yang sulit dan membingungkan. Pada studi literatur, ditemukan pula istilah “dilema sosial”. Seperti dalam buku “Social Dilemmas, The Psychology of Human Cooperation”21, dikatakan, “In fact, many of the world’s most pressing problems represent social dilemmas, broadly defined as situations in which short-term self-interest is at odds with longer-term collective interests.”. Dilema sosial memang banyak terjadi di berbagai aspek kehidupan. Dilema sosial itu sendiri merupakan sebuah situasi di
20 21
http://kbbi.web.id/dilema, diakses 18 Maret 2016. Van Lange, Paul A.M., et.al. Social Dilemmas, The Psychology of Human Cooperation. New York: Oxford University Press. 2014 hal 4.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
mana yang diutamakan adalah kepentingan pribadi sesaat dan ini bertentangan dengan keutuhan kepentingan jangka panjang yang ingin dicapai. Lebih lanjut, Van Lange dan kawan-kawan22 dalam bukunya tersebut mengatakan bahwa dilema sosial berlaku pada masalah-masalah yang luas di dunia, bisa terjadi pada dua orang, grup kecil, dan masyarakat luas; dan mereka berurusan dengan isu-isu yang relevan dengan sejumlah besar disiplin ilmu, termasuk psikologi, sosiologi, ilmu politik, dan ekonomi, serta masih banyak lagi. Dilema dan lingkungan sosial memang tidak dapat dipisahkan karena dilema itu sendiri terjadi karena adanya interaksi manusia dalam lingkungan sosial. Oleh karena itu, memahami dilema sama dengan memaknai istilah “dilema sosial”. Robyn Dawes dalam Schroeder23 mendefinisikan dilema sosial sebagai sebuah situasi di mana setiap pemainnya memiliki strategi yang mendominasi dan di mana pilihan atas strategi yang mendominasi itu hasilnya berada dalam ketidakseimbangan. Setiap persoalan yang terjadi menuntut adanya tanggung jawab. Penetuan tanggung jawab ini sering kali juga mengalami dilema, yang dalam kajian ilmu psikologi disebut dengan istilah “responsibility dilemmas”24 yaitu ketika sebuah grup telah menyelesaikan pekerjaannya, para anggotanya sering kali mengalami perselisihan atas siapa yang mendapat penghargaan dan siapa yang akan disalahkan. Jika pekerjaannya diselesaikan dengan baik, para anggota group akan saling memberi pujian. Sebaliknya, ketika ada kegagalan, para anggota akan bersatu untuk 22 23 24
Ibid. Schroeder, David A. Social Dilemmas: Perspectives on Individuals and Groups. California: Greenwood Publishing Group. 1995 hal 6. Forsyth, Donelson. Group Dynamics, Fourth Edition. Amerika Serikat: Cengage Learning. 2005 hal 422.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
menyalahkan sesuatu di luar grup tersebut dan membebaskan diri mereka masingmasing dari kemungkinan disalahkan.
2.8. Estetika Estetika25 adalah cabang filsafat yang mempersoalkan seni (art) dan keindahan (beauty). Istilah estetika berasal dari kata Yunani αισθησζ – aisthesis, yang
berarti
pencerapan
inderawi,
pemahaman
intelektual
(intelectual
understanding), atau bisa juga berarti pengamatan spiritual. Istilah estetika26 diperkenalkan oleh seorang filsuf Jerman bernama Alexander Gottlieb Baumgarten (17 Juli 1714 – 26 Mei 1762) lewat karyanya, Meditationes philosophicae de nonullis ad poema pertinentibus (1735), yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul Reflection of poetry (1954). Baumgarten mengembangkan filsafat esteteika yang didefinisikannya sebagai ilmu pengetahuan tentang keindahan lewat karyanya yang berjudul Aesthetica acromatica (1750-1758). Estetika dapat dibagi menjadi dua bagian27, yaitu estetika deskriptif dan estetika normatif. Estetika deskriptif menguraikan dan melukiskan fenomenafenomena pengalaman keindahan. Estetika normatif mempersoalkan dan menyelidiki hakikat, dasar, dan ukuran pengalaman keindahan. Dalam dunia televisi, keindahan yang dimaksud adalah yang dapat dilihat, yakni visual (gambar), dan dapat didengar, yakni audio atau suara. Batasan
25 26 27
Rapar, Jan Hendrik. Pustaka Filsafat Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Kanisius. 1996 hal 67. Ibid. Ibid.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
keindahan itu sendiri dapat dicapai dengan memenuhi beberapa aspek yang berlaku umum di dunia produksi audio visual, misalnya sudut pengambilan gambar, komposisi gambar, kedalaman ruang, point of interest, white and black balance, color tone, juga suara yang direkam harus jernih, tidak pecah, dan dapat menyampaikan pesan dengan baik kepada penontonnya. Faktor tangan dingin dari crew yang bertugas di lapangan juga menentukan tercapainya audio visual yang indah.
2.9. Iklan dan Klien Menurut Kotler & Keller yang dialih-bahasakan oleh Benyamin Molan28, iklan (advertising) adalah segala bentuk presentasi non-pribadi dan promosi gagasan, barang, atau jasa oleh sponsor tertentu yang harus dibayar. Littlefield dalam Pillai dan Bagavathi29 mendefinisikan iklan sebagai suatu komunikasi massa dari informasi yang bertujuan membujuk pembeli agar mendapatkan keuntungan maksimal. Stanton juga turut menyumbangkan definisi iklan. Ia mengatakan bahwa iklan terdiri dari segala aktivitas yang mewakili grup non-personal, baik secara oral atau visual, pesan terbuka yang disponsori tentang sebuah produk, layanan, atau gagasan. Sudah diketahui dengan jelas bahwa penghasilan sebuah stasiun televisi berasal dari iklan. Menurut Lee dan Johnson yang dialih-bahasakan oleh Munandar
28 29
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. Manajemen Pemasaran, Edisi 12 Jilid 1. Trans. Benyamin Molan. Jakarta: PT Indeks. 2007 hal 244. Pillai, RSN dan Bagavathi. Modern Marketing, Principles and Practices. New Delhi: S. Chand. 1987 hal 329.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
dan Priatna30, iklan adalah komunikasi komersil dan nonpersonal tentang sebuah organisasi dan produk-produknya yang ditransmisikan ke suatu khalayak target melalui media bersifat massal seperti televisi, radio, koran, majalah, direct mail (pengeposan langsung), reklame luar ruang, atau kendaraan umum. Adapun fungsi dari periklanan menurut Terence A. Shimp31 adalah informing, persuading, remainding, adding value, dan assisting. Informing (memberikan informasi), periklanan membuat konsumen sadar akan merek-merek baru, mendidik mereka tentang berbagai fitur dan manfaat merek, serta memfasilitasi penciptaan citra merek yang positif. Persuading (mempersuasi), iklan yang efektif akan mampu membujuk konsumen untuk
mencoba produk dan jasa yang diiklankan.
Remainding (mengingatkan), iklan menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan para konssumen. Adding Value (memberikan nilai tambah), periklanan memberikan nilai tambah dengan cara penyempurnaan kualitas dan inovasi pada merek dengan mempengaruhi persepsi konsumen. Assisting (mendampingi), peranan periklanan adalah sebagai pendamping yang menfasilitasi upaya-upaya lain dari perusahaan dalam proses komunikasi pemasaran. Dalam bahasa Indonesia, kata klien berarti orang yang membeli sesuatu atau memperoleh layanan. Klien sendiri merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, client. Dalam Oxford Dictionaries32, client memiliki definisi a person or organization using the services of a lawyer or other professional person or company. Artinya, klien adalah seseorang atau organisasi yang menggunakan jasa 30 31 32
Lee, Monle dan Carla Johnson. Prinsip-Prinsip Pokok Periklanan dalam Prespektif Global. Trans. Haris Munandar dan Dudi Priatna. Jakarta : Kencana. 2007 hal 3. Shimp, Terrence A. Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu, Jilid I. Trans. Revyani Sahrial dan Dyah Anikasari. Jakarta: Erlangga. 2000 hal 261. http://www.oxforddictionaries.com/definition/english/client , diakses 18 Maret 2016.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
pengacara atau tenaga professional lainnya atau suatu perusahaan. Pengiklan yang menggunakan media massa sebagai media penyampaian pesan komersialnya adalah klien bagi media massa itu karena pengiklan membayar media massa agar mendapatkan spot iklan di waktu dan dengan durasi tertentu, atau dengan strategi tertentu.
2.10. Built In Content Televisi yang dicintai banyak orang sebagai sumber informasi dan hiburan perlahan mulai diabaikan pemirsanya. Beberapa orang bahkan mematikannya. Hal ini disebabkan karena banyaknya iklan yang dipublikasikan melalui media massa yang satu ini. Masyarakat mulai jenuh dengan “kebisingan” yang dihasilkan banyak iklan di layar kaca. Pengiklan mulai melakukan banyak cara untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satunya dengan iklan diam-diam (stealth ads). Built in content sendiri hanyalah istilah lain yang lazim digunakan di Metro TV. Pada dasarnya, stealth ads dan built in content adalah dua hal yang sama. Bahkan build in content dapat menjadi gabungan antara stealth ads dan product placement. Stealth ads atau iklan siluman33 dapat berupa tulisan atau pesan yang diucapkan yang dikemas sangat rapi sehingga pemirsa televisi tidak sadar bahwa mereka berhadapan dengan iklan. Stealth ads adalah iklan nontradisional yang sering kali samar dan muncul di tempat yang tak terduga. Product placement atau penempatan produk34 dimulai sejak era 1980-an saat para pengiklan menyisipkan brand name ke film dan menciptakan pendapatan
33 34
Vivian, John. Teori Komunikasi Massa , Edisi Ke-8. Jakarta: Kencana. 2008 hal 380. Ibid.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
tambahan bagi pembuat film. Kini penempatan produk menjadi sebuah strategi beriklan baik di film maupun acara televisi. Sebuah produk bisa dimasukkan ke dalam acara, bukan hanya dalam waktu jeda, tetapi menjadi bagian implisit dan eksplisit acara itu.
http://digilib.mercubuana.ac.id/