BAB II TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Penggunaan Kondom 1. Konsep Perilaku a)
Pengertian Perilaku Perilaku manusia adalah tindakan atau aktivitas dari
manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, bekerja, menulis, dan membaca dan sebagainya. Menurut Sarwono (1993), perilaku adalah segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungan, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003) perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh makhluk hidup, baik yang diamati secara langsung atau tidak langsung. b)
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Menurut Notoatmodjo (2003) Perilaku manusia dapat
dilihat dari 3 aspek yaitu aspek fisik, psikis, dan sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari berbagai gejolak kejiwaan seperti pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap, dan sebagainya, yang ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya masyarakat. 2. Perilaku Kesehatan a)
Pengertian perilaku kesehatan Menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2003) Perilaku
kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makan, dan minum, serta lingkungan. Perilaku bisa dilakukan dengan upaya-upaya kesehatan.
7
8
Menurut Depkes RI (1992), upaya kesehatan yang dilakukan untuk mewujudkan kesehatan seseorang diselenggarakan dengan empat macam pendekatan yaitu pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan
(promotif),
pencegahan
penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (curative), dan pemulihan kesehatan (rehabilitative). Dengan sendirinya perilaku dalam upaya kesehatan meliputi empat hal tersebut diatas yaitu : 1) Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion behavior) 2) Perilaku
pencegahan
penyakit
(prevention
behavior)
merupakan respon untuk pencegahan penyakit, misalnya imunisasi, termasuk perilaku untuk tidak menularkan penyakit pada orang lain. 3) Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health seeking behavior) dan penyembuhan penyakit (curative behavior) yaitu perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan misalnya dengan mengobati sendiri penyakitnya, pengobatan ke fasilitas kesehatan. 4) Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health rehabilitation behavior) yaitu perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha pemulihan kesehatan. b)
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan Menurut Green (1991) dikutip oleh Notoatmodjo (2003)
kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku (behavior causes), dan faktor non perilaku (non behavior causes). Perilaku itu sendiri juga dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu :
9
1) Faktor predisposisi (Predisposing factor) Faktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku pada diri seseorang atau masyarakat, adalah pengetahuan dan sikap atau masyarakat tersebut terhadap apa yang dilakukan. 1.1). Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
10
1.2). Sikap Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang, misalnya perilaku warga untuk mencegah penularan IMS akan lebih mudah apabila warga tersebut tahu apa manfaat dari pencegahan tersebut.
2) Faktor pemungkin ( Enabling factor) Faktor pemungkin atau pendukung (enabling) perilaku adalah fasilitas. Fasilitas dalam hal ini merupakan suatu sarana atau prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Misalnya seseorang akan mudah melakukan perilaku membuang sampah pada tempatnya jika di sepanjang jalan atau tempat umum difasilitasi tempat sampah. Dari segi kesehatan masyarakat, agar masyarakat mempunyai perilaku sehat harus terakses (terjangkau) sarana dan prasarana atau fasilitas pelayanan kesehatan. 3) Faktor penguat (Reinforcing factor)
11
Pengetahuan, sikap dan fasilitas yang tersedia kadangkadang belum menjamin terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Tetapi dukungan, sikap dan perilaku dari tokoh masyarakat, tokoh agama dan petugas kesehatan juga sangat mempengaruhi
terjadinya
perilaku,
terutama
perilaku
kesehatan. perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni : 3.1) Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya. 3.2) Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang dalam upaya kesehatan untuk mencegah timbulnya suatu penyakit. 3. Penggunaan kondom a. Pengertian Kondom Kondom adalah suatu karet yg tipis, berwarna atau tidak berwarna dipakai untuk menutupi penis yang tegang sebelum dimasukkan ke dalam vagina sehingga mani tertampung di dalam
12
dan tidak masuk vagina, dengan demikian pembuahan dapat dicegah. Pemakaian kondom sangat efektif bila dipakai dengan benar setiap kali melakukan senggama. Angka kegagalan teoritis 3%, praktis 5-20%. Keuntungan metode kondom adalah sangat murah, mudah didapat, tidak perlu resep dokter, mudah dipakai sendiri, dapat mencegah penularan penyakit, efek samping tidak ada, mudah dibawa, dapat digunakan sewaktu-waktu dan tidak membebani istri. Kerugian metode kondom adalah mengganggu kenyamanan bersenggama, selalu memakai kondom baru, harus ada persediaan, tingkat kegagalan cukup tinggi bila terlambat memakainya, alergi terhadap karet, sobek bila memasukkan tergesa-gesa. (saifuddin, 2003)
b. Jenis kondom 1.
Kondom laki-laki Kondom merupakan sarung dari latex yang tipis,
digunakan pada penis ketika melakukan hubungan seksual. Kondom berguna untuk mengumpulkan semen sebelum, selama dan sesudah ejakulasi dan menghalangi sperma memaasuki vagina. Penggunaan kondom yang benar dapat mengurangi resiko terjadinya penularan penyakit seksual dan dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi. Kondom yang terbuat
13
dari latex, efektif memberikan perlindungan terhadap virus termasuk termasuk HIV. Kondom latex dibuat oleh pabrik mempunyai bentuk, tekstur, warna, ketebalan, lebar dan panjang yang berbeda. Beberapa kondom mempunyai permukaan yang lembut. Kebanyakan dari kondom berwarna pudar yang buram tetapi ada juga yang berwarna dan beberapa kondom dibuat mempunyai bau wangi-wangian, rasa (strawbery, mint). Pada umumnya ada bentuk kondom yang sering dijumpai yaitu mempunyai pinggang yang lurus(straight-sided), mempunyai diameter yang sama pada kedua ujung dan bentuk yang mengepas, mempunyai bentuk yang hampir sama dengan straight-sided tetapi lebar untuk kepala dari penis lebih kecil dari bagian yang terbuka. Kebanyakan kondom latex mempunyai ketebalan antara 0,01 mm – 0,09 mm. Buatan Amerika Serikat pada umumnya 0,03 mm – 0,07 mm, sedangkan buatan Jepang ketebalannya 0,01 mm – 0,03 mm. Lebar dari kondom jika dikembangkan, mempunyai range antara 47 mm – 55 mm dan ukuran yang sering digunakan yaitu 52 mm. Kondom latex mempunyai panjang dengan range 160 mm – 210 mm dan ukuran yang sering digunakan antara 170 mm – 190 mm. Kondom latex dirancang mempunyai permeabilitas membran yang dapat menghambat lewatnya organisme dalam berbagai ukuran seperti spermatozoa dengan diameter 0,003 mm (3000 nm) dan juga pathogen penyebab penyakit seksual seperti N gonorrhoea (800 nm), C trachomatis (200 nm), HIV (125 nm) dan hepatitiis B (40 nm). 1)
Cara penggunaan yaitu :
14
Selalu menggunakan kondom latex yang baru dan gunakan sebelum tanggal kadaluarsa, Buka kemasan kondom dengan hati-hati dan jangan menggunakan gigi, Pasang kondom setelah penis ereksi, Pegang ujung kondom diantara 2 jari agar ada tempat untuk mengumpulkan sperma dan hilangkan udara dari ujung kondom untuk menghindari kondom robek ketika digunakan, Pasang kondom dari ujung penis, kemudian ditarik hingga ke pangkal penis dan ujungnya tetap dijepit, Setelah ejakulasi dan sebelum penis menjadi lembek, tarik keluar penis dengan hati-hati dan pegang bibir kondom agar sperma tidak tumpah. a) Keuntungan pemakaian kondom latex yaitu: Dapat mencegah kehamilan dan penuaran penyakit seksual, Harganya tidak mahal dan mudah didapat, Kemasannhya ringan dan hanya untuk sekali pemakaian, Tidak membutuhkan resep untuk membelinya, Dapat memperpanjang ereksi pada laki-laki, Dapat mengurangi ejakulasi dini. b) Keadaan yang kurang menguntungkan dari pemakaian kondom latex yaitu: Dapat timbul alergi terhadap latex, Hilangnya sensasi ketika berhubungan seksual, Kondom dapat rusak / bocor. 2.
Kondom Perempuan Terdiri dari bahan polyurethane berbentuk seperti
sarung atau kantong dengan panjang 17 cm (6,5 inci). Bahan polyurethane kurang menyebabkan reaksi alergi dibandingkan kondom latex. Bahan tersebut juga kuat dan jarang robek (40%
15
lebih kuat dari kondom latex) tetapi tipis sehingga sensasi yang dirasakan tetap dapat dipertahankan. Kondom wanita ini dapat mencegah kehamilan dan penularan penyakit seksual termasuk HIV apabila digunakan secara benar. Pada tiap ujung dari kondom terdapat cincin / lingkaran yaang lentur. Ujung yang tertutup dengan cincin yang lentur, dimasukkan kedalam vagina untuk membantu supaya kondom tersebut tetap pada tempatnya. Sedangkan pada ujung yang terbuka, cincin tetap berada disebelah luar vulva. Tersedia kondom dengan dasar silicon sebagai lubrikasi didalamnya, tetapi penambahan lubrikasi dapat juga dilakukan. Kondom wanita tidak mengandung
spermecide.
Penggunaan
kondom
wanita
sebaiknya tidak bersamaan dengan kondom laki-laki karena pergesekan antara kedua kondom tersebut dapat menyebabkan kondom rusak. 1)
Cara penggunaan :
Buka bungkusan kondom dengan hati-hati, Pastikan lubrikasinya cukup, Cincin yang tertutup berada disebelah bawah dan ujung yang terbuka dipegang menggantung, Pegang cincin bagian dalam dengan ibu jari dan jari tengah dan kemudian masukkan cincin bagian dalam beserta kantongnya kedalam vagina, Letak kondom harus tetap lurus dan tidak boleh berputar didalam vagina, Cincin bagian
luar
tetap
berada
di
luar
vagina,
Untuk
mengeluarkan kondom, putar cincin bagian luar dengan hati-hati dan kemudian tarik kondom keluar dan sperma tetap berada didalam, Setelah pemakaian dianjurkan kondom tersebut jangan digunakan lagi dan tidak boleh dibuang kedalam toilet.
16
Keadaan
yang
kurang
menguntungkan
dari
pemakaian kondom wanita yakni lebih sulit memasangnya, Kemungkinan dapat timbul bising ketika berhubungan seksual, Dapat menyebabkan iritasi pada penis ataupun vagina. 4. Perilaku penggunaan kondom Merupakan perilaku pemakaina kondom adalah suatu karet yg tipis, berwarna atau tidak berwarna dipakai untuk menutupi penis yang tegang sebelum dimasukkan ke dalam vagina sehingga mani tertampung di dalam dan tidak masuk vagina yang berfungsi untuk mencegah pembuahan. a) Untuk mendapatkan manfaat yang baik sebaiknya kondom : 1. Digunakan dengan benar dan tepat 2. Usahakan untuk selalu memeriksa tanggal kadaluwarsa 3. Gunakan kondom sesuai ukuran 4. Pria dan wanita akan sama-sama diuntungkan jika penggunaan Kondom pas. 5. Gunakan kondom baru setiapkali berhubungan. 6. Memasang kondom baru pada penis sebelum kontak seksual dengan pasangannya.
b) Kesalahan yang sering pria keluhkan saat mereka berhubungan intim : 1.
Pemakaian kondom yang tidak tepat memang bisa merobek kondom/membuat kondom terlepas sehingga mengurangi hasrat seksual pasangan.
2. Pemakaian kondom tidak sesuai ukuran sehingga merasa kesakitan dan terluka.
17
3. Tidak menggunakan pelumas,saat memakai kondom dalam berhubungan seksual akan meningkatkan gesekan, hal itu akan merasa kering dan tidak nyaman. 4. Tidak membiarkan udara keluar, jika ujung kondom menyerupai bola lampu besar, sehingga udara didalam kondom dapat menekan lateks yang akan berpeluang terjadi kerusakan selama berhubungan seksual 5. Tidak
memeriksa
kemungkinan
kerusakan
kondom
pada
menjadi
kondom rusak
yang selama
penyimpanan( pastikan tidak kering, kasar atau kaku ketika mengeluarkannya) 6. Terlambat memakai kondom dan pemakaian kondom yang tidak benar c) Ada cara khusus agar pemakai kondom memberikan kepuasan 1. Jika wanita menginginkan sensasi lain saat pasangannya mengunakan
kondom,sebaiknya
lelaki
pasangannya
menyiapkan 3 buah kondommm saat berhubungan. 2. Kondom pertama dipasangkan hanya menutupi seperempat bagian dari ujungnya saja. 3. Kondom kedua pasanglah hanya menutupi setengah bagian saja. 4. Kondom terakhir, dibuka hingga menutupi seluruh dari ujung hingga pangkalnya. Sisa gulangan kondom pertama dan kedua yang kedua yang berada ditengah dan tertutup oleh kondom. Ketiga akan beryupa benjolan – benjolan yang konon katanya dapat menambah sensasi pada wanita. B. Pengetahuan mengenai IMS dan HIV / AIDS 1. Tingkatan pengetahuan Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2003) yaitu : a. Tahu (know)
18
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, dan sebagainya. Contohnya yaitu masyarakat dapat menguraikan pengertian tentang penyakit IMS, menjelaskan penyebab IMS, dan menyebutkan tanda dan gejala IMS, serta menjelaskan cara penularan dan pencegahan IMS. b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau
materi
harus
dapat
menjelaskan,
menyebutkan
serta,
menyimpulkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajarinya. Contohnya yaitu masyarakat dapat menyebutkan tanda dan gejala penyakit IMS dan dapat menjelaskan secara lengkap mengenai cara penularan dan pencegahan IMS. c. Aplikasi (Application) Diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi real (sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan penggunaan hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam kontak atau situasi yang lain. Contohnya masyarakat dapat melaksanakan atau melakukan upaya pencegahan agar tidak timbul penyakit IMS, diantaranya yaitu dengan membersihkan lingkungan rumah serta kandang setiap hari. d. Analisis (analysis) Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan menganalisa penyakit IMS dapat dilihat dari penggunaan kata-kata: dapat menggambarkan, membedakan,
19
memisahkan, dan mengelompokkan berbagai masalah mengenai penyakit
IMS
yang
meliputi
cara
pencegahan,
penularan,
penyebabnya. e. Sintesis (Synthesis) Sintesis
menunjukkan
kepada
suatu
kemampuan
untuk
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya masyarakat dapat merencanakan tindakan pencegahan agar tidak timbul penyakit IMS yang sesuai dengan teori yang ada. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang telah ada. Contohnya masyarakat dapat melakukan penilaian terhadap tindakan yang dilakukannya tentang cara pencegahan, penularan, dan penyebab penyakit IMS, kemudian di evaluasi sudah sesuai belum dengan teori, selanjutnya sesuaikan dengan materi dan aturan yang benar. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Nasution (1999), pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
a.
Tingkat Pendidikan Semakin tinggi tingkat pendidikan (pengetahuan) seseorang, maka dia akan lebih mudah dalam menerima hal-hal baru sehingga akan lebih mudah pula untuk menyelesaikan hal-hal baru tersebut.
b.
Informasi Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan memberikan pengetahuan yang jelas.
c.
Budaya
20
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang, karena informasi-informasi baru akan disaring kira-kira sesuai atau tidaknya dengan kebudayaan yang ada dan agama yang dianut. d.
Pengalaman Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, maksudnya pendidikan yang tinggi pengalaman akan luas, sedang umur semakin banyak (bertambah tua).
e.
Sosial Ekonomi Tingkatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup disesuaikan dengan penghasilan yang ada. Sehingga menuntut pengetahuan yang dimiliki harus dipergunakan semaksimal mungkin, begitupun dalam mencari bantuan ke sarana kesehatan yang ada, mereka sesuaikan dengan pendapatan keluarga.
3. Pengertian IMS Penyakit kelamin (veneral diseases) sudah lama dikenal dan beberapa diantaranya sangat populer di Indonesia yaitu sifilis dan gonore. Dengan
semakin
majunya
ilmu
pengetahuan,
seiring
dengan
perkembangan peradaban masyarakat, banyak ditemukan penyakitpenyakit baru, sehingga istilah tersebut tidak sesuai
lagi dan diubah
menjadi sexually transmitted disease (STD) atau Penyakit
Menular
Seksual (PMS). Perubahan istilah tersebut memberi dampak terhadap spektrum PMS yang semakin luas karena selain penyakit-penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit kelamin (VD) yaitu sifilis, gonore, ulkus mole, limfogranuloma venerum dan granuloma inguinale juga termasuk uretritis non gonore (UNG), kondiloma akuminata, herpes genitalis,
kandidosis,
trikomoniasis,
bakterial
vaginosis,hepatitis,
moluskum kontagiosum, skabies, pedikulosis, dan lain-lain. Sejak tahun1998, istilah STD mulai berubah menjadi STI (Sexually Transmitted Infection),agar dapat menjangkau penderita asimtomatik (Daili, 2009). 4. Penyebab Infeksi Menular Seksual
21
Menurut Handsfield (2001), infeksi menular seksual dapat diklasifikasikan: a. Dari golongan bakteri, yakni Neisseria gonorrhoeae, Treponema trachomatis, granulomatis, Haemophilus Ureaplasma, Mycoplasma hominis,
Gardnerella
vaginalis,
Salmonella
sp.,
Shigella
sp.,
Campylobacter sp., Streptococcus grup B., Mobiluncus sp. b. Dari golongan protozoa, yakni Trichomonas vaginalis, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, dan protozoa enterik lainnya. c. Dari golongan virus, yakni Human Immunodeficiency Virus (tipe 1 dan 2), Herpes Simplex Virus (tipe 1 dan 2), Human Papiloma Virus (banyak tipe), Cytomegalovirus, Epstein-Barr Virus, Molluscum contagiosum virus, dan virus-virus enterik lainnya. d. Dari golongan ekoparasit, yakni Pthirus pubis, Sarcoptes scabei. Sedangkan menurut Daili (2009), selain disebabkan oleh agen-agen diatas, infeksi menular seksual juga dapat disebabkan oleh jamur, yakni jamur Candida. 5. Cara Penularan Infeksi Menular Seksual Cara penularan IMS adalah dengan cara kontak langsung yaitu kontak dengan eksudat infeksius dari lesi kulit atau selaput lendir pada saat melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang telah tertular. Lesi bisa terlihat jelas ataupun tidak terlihat dengan jelas. Pemajanan hampir seluruhnya terjadi karena hubungan seksual (vaginal, oral, anal). Menurut Depkes RI (2006), penularan infeksi menular seksual dapat melalui beberapa cara, yakni bisa melalui hubungan seksual, berkaitan dengan prosedur medis (iatrogenik), dan bisa juga berasal dari infeksi endogen. Infeksi endogen adalah infeksi yang berasal dari pertumbuhan organisme yang berlebihan secara normal hidup di vagina dan juga ditularkan melalui hubungan seksual. Sedangkan infeksi menular seksual akibat iatrogenik disebabkan oleh prosedur-prosedur medis seperti pemasangan IUD (Intra Uterine Device), aborsi dan proses 6. Gejala Klinis dan Diagnosa Infeksi Menular Seksual
22
Terkadang infeksi menular seksual tidak memberikan gejala, baik pria maupun wanita. Beberapa infeksi menular seksual baru menunjukkan gejalanya berminggu-minggu, berbulan-bulan, maupun bertahun-tahun setelah terinfeksi (Lestari, 2008). Mayoritas infeksi menular seksual tidak memberikan gejala (asimtomatik) pada perempuan (60-70% dari infeksi gonore dan klamidia). Pada perempuan, konsekuensi infeksi menular seksual sangat serius dan kadang-kadang bersifat fatal (misalnya kanker serviks, kehamilan ektopik, dan sepsis). Konsekuensi juga terjadi pada bayi yang dikandungnya, jika perempuan tersebut terinfeksi pada saat hamil (bayi lahir mati, kebutaan) (Kesrepro, 2007). Gejala infeksi menular seksual bisa berupa gatal dan adanya sekret di sekitar alat kelamin, benjolan atau lecet disekitar alat kelamin, bengkak disekitar alat kelamin, buang air kecil yang lebih sering dari biasanya, demam, lemah, kulit menguning dan rasa nyeri disekujur tubuh, kehilangan berat badan, diare, keringat malam, pada wanita bisa keluar darah diluar masa menstruasi, rasa panas seperti terbakar atau sakit saat buang air kecil, kemerahan disekitar alat kelamin, rasa sakit pada perut bagian bawah pada wanita diluar masa menstruasi, dan adanya bercak darah setelah berhubungan seksual (WHO, 2001). 7. Komplikasi Infeksi Menular Seksual Infeksi menular seksual yang tidak ditangani dapat menyebabkan kemandulan, merusak penglihatan, otak dan hati, menyebabkan kanker leher rahim, menular pada bayi, rentan terhadap HIV, dan beberapa infeksi menular seksual dapat menyebabkan kematian (Daili, 2009). 8. Pengertian HIV/AIDS AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) dapat didefinisikan sebagai suatu sindrom atau kumpulan gejala penyakit dengan karakteristik defisiensi imun yang berat dan merupakan manifestasi stadium akhir infeksi HIV (Meranti dikutip dari Noer, 1996). 9. Penyebab
23
Menurut Barlet dan Gallant (2004), AIDS disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). Virus HIV adalah retrovirus yang termasuk golongan virus RNA (Ribo Nucleic Acid) yaitu virus yang menggunakan RNA sebagai molekul pembawa informasi genetik. Virus HIV pertama kali ditemukan pada bulan Januari 1983 oleh Luc Montaigner di Perancis pada seorang pasien Limfadenopati, oleh karena itu kemudian dinamakan LAV (Lympy Adenopathy Virus). Kemudian pada bulan Maret 1984, Robert Gallo di Amerika Serikat menemukan virus serupa pada penderita AIDS yang kemudian disebut HTLV-III (Human T-Cell Lymphotropic Virus
Tipe III). Pada bulan Mei 1986 Komisi
Toksonomi
memberi
Internasional
nama
baru
HIV
(Human
Imunodeficiency Virus) yang sampai saat ini resmi digunakan. HIV memiliki sifat khas karena memiliki enzim reverse transkriptase, yaitu enzim yang memungkinkan virus mengubah informasi genetiknya yang berada dalam RNA ke dalam bentuk DNA (Deoxy Ribo Nucleic Acid) yang kemudian di integrasikan ke dalam informasi genetik sel limfosit yang diserang. Dengan demikian HIV dapat memanfaatkan mekanisme sel limfosit untuk mengkopi dirinya menjadi virus baru yang memiliki
ciri - ciri HIV (Barlet dan Gallant , 2004).
Menurut Moylett (2002), HIV dapat ditemukan dan diisolasikan dari sel limfosit T, limfosit B, sel makrofag (di otak dan paru) dan berbagai cairan tubuh. Akan tetapi sampai saat ini hanya darah dan air mani yang jelas terbukti sebagai sumber penularan serta Air Susu Ibu (ASI) yang mampu menularkan HIV dari ibu ke bayinya. Sistem imun manusia sangat kompleks dan memiliki kaitan yang rumit antara berbagai jaringan dan sel dalam tubuh. Kerusakan pada salah satu komponen sistem imun akan mempengaruhi sistem imun secara keseluruhan terutama apabila komponen tersebut adalah komponen yang menentukan fungsi - fungsi komponen sistem lainnya. Pada AIDS komponen yang diserang adalah limfosit T helper yang memiliki reseptor CD4 dipermukaannya. Terdapat banyak fungsi penting limfosit T helper
24
antara lain menghasilkan zat kimia yang berperan sebagai perangsang pertumbuhan dan pembentukan
sel - sel lain dalam sistem imun dan
pembentukan antibodi (PDSPDI cabang Semarang, 2005). 10. Cara Penularan Cairan tubuh yang dapat mengandung HIV yaitu air mani, darah, cairan vagina, air susu ibu, air mata, air liur, air seni, air ketuban dan cairan cerebrospinal. Akan tetapi yang potensial sebagai media penularan yaitu hanya air mani dan cairan vagina. Hingga saat ini , cara penularan yang diketahui ialah melalui hubungan seksual, tranfusi darah dan secara perinatal, yakni dari ibu ke bayi yang dikandungnya (PPIN RS Dr Kariadi Semarang, 2004). Tidak ada bukti bahwa HIV ditularkan melalui kontak sosial. AIDS, tidak ditularkan melalui hidup serumah dengan penderita AIDS, berjabat tangan, berpelukan, penderita AIDS bersin atau batuk di dekat kita, berciuman, melalui alat makan atau minum, gigitan nyamuk atau serangga lain, bersama- sama berenang di kolam renang dan menggunakan WC bersama - sama. Juga tidak ditularkan melalui telepon umum, tempat kerja atau sekolah (PPIN RS Dr Kariadi Semarang, 2004). 11. Penularan HIV / AIDS Menurut Mansjoer, dkk (2001), penularan HIV / AIDS adalah sebagai berikut : a. Penularan melalui hubungan seksual, dengan risiko penularan 0,1 – 1% tiap hubungan seksual. Beberapa aktifitas seksual memberikan risiko penularan HIV / AIDS, yaitu melalui hubungan seksual lewat liang dubur, hubungan seksual lewat liang vagina, hubungan seksual menggunakan kondom yang bocor atau dipakai berulang - ulang dan ciuman mulut dengan kelamin. b. Melalui darah, yaitu tranfusi darah yang mengandung HIV, risiko penularan 90 - 98 %, tertusuk jarum yang mengandung HIV, risiko penularan 0,03 % dan terpapar mukosa yang mengandung HIV, risiko penularan 0,0051 %.
25
c. Transmisi dari ibu ke anak, yaitu selama kehamilan, saat persalinan, risiko penularan 50 % dan melalui Air Susu Ibu (ASI), risiko penularan 14 %. Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan pada bayi yang dikandungnya. Penularan dari ibu ke bayi terutama terjadi sewaktu proses melahirkan. Pada proses melahirkan terjadi kontak antara darah ibu dan bayi sehingga virus HIV dapat masuk ke tubuh bayi. Walaupun kemungkinan tersebut kecil, namun bayi juga dapat tertular melalui Air Susu Ibu (ASI). Dianjurkan agar ibu dengan infeksi HIV tidak menyusui bayinya, namun diganti dengan pengganti ASI.
Kerangka Teori Faktor Predisposisi : 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Keyakinan 4. Kepercayaan 5. Nilai-nilai
26
Faktor Pendukung : Tersedianya fasilitas sarana dan prasarana kesehatan
Perilaku kesehatan
Faktor Penguat 1. Sikap dan perilaku petugas kesehatan 2. Dukungan orang lain atau tokoh masyarakat
Gambar 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku (Green, 1991 : Notoadmodjo, 2003)
27
Kerangka Konsep
Variabel Independen Pengetahuan tentang IMS Dan HIV/ AIDS
Variabel Dependen
Pemakaian kondom
Gambar 2. Kerangka konsep Variabel Penelitian Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah : 1.
Variabel Independen (bebas) Variabel yang nilainya menentukan variabel yang lain. Suatu
kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti menciptakan suatu dampak pada variabel dependen (Nursalam, 2008). Variabel independen dari penelitian ini adalah pengetahuan terhadap penyakit IMS dan HIV/ AIDS 2.
Variabel Dependen (terikat) Variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain. Dengan kata
lain variabel terikat adalah faktor yang diamati atau diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan dan pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2008). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pemakaian kondom pada pelanggan seks komersial di Resosialisasi Argorejo Semarang Hipotesis Penelitian Ha : Ada hubungan antara pengetahuan mengenai IMS dan HIV/AIDS dengan pemakaian kondom pada pelanggan seks komersial di Resosialisasi Argorejo Semarang.