3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jintan Hitam (Nigella sativa) Tanaman Jintan hitam (N. sativa) merupakan salah satu spesies dari genus Nigella yang memiliki kurang lebih 14 spesies tanaman yang termasuk dalam famili Ranunculaceae. Tanaman ini berasal dari Eropa Selatan, Afrika Utara, dan Asia Selatan. Nama lain N. sativa diantaranya adalah: Kalonji (bahasa Hindi), Kezah (Hebrew), Chamushka (Rusia), Habbatus Sauda’ (Arab), Siyah daneh (Persian), Fennel Flower / Black Carraway / Nutmeg Flower / Roman Coriander / Black Onian Seed (English), atau Jintan Hitam (Indonesia) (Fitriana 2007).
2.1.1 Klasifikasi Tanaman Jintan Hitam Menurut Fitriana (2007) tanaman jintan hitam (N. sativa) diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Divisio
: Magnoliophyta
Class
: Magnoliopsida
Ordo
: Ranunculales
Family
: Ranunculaceae
Genus
: Nigella
Species
: Nigella sativa
2.1.2 Morfologi Tanaman Jintan Hitam Tanaman jintan hitam merupakan tanaman semak dengan ketinggian lebih kurang 30 cm. Ekologi dan penyebaran tanaman ini tumbuh mulai dari daerah Levant di Mediterania Timur Samudra Indonesia sebagai gulma semusim dengan keanekaragaman yang kecil. Budi daya perbanyakan tanaman dilakukan dengan biji (Hutapea 1994). Jintan hitam memiliki kelopak bunga kecil, berjumlah lima, berbentuk bulat telur, ujungnya agak meruncing
sampai agak tumpul, pangkal mengecil
membentuk sudut yang pendek dan besar. Bunga jintan hitam merupakan bunga
4
majemuk dan berbentuk karang. Mahkota bunga pada umumnya berjumlah delapan, berwarna putih kekuningan, agak memanjang, lebih kecil daripada kelopak bunga, berbulu jarang dan pendek. Tanaman ini berdaun lonjong dengan panjang 1.5-2 cm, berdaun tunggal dengan ujung dan pangkalnya runcing dan berwarna hijau. Kelopak bunga berjumlah lima dengan ukuran kecil, berbentuk bulat dan ujungnya agak meruncing. Bentuk dari tanaman jintan hitam dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1
Tanaman jintan hitam (N. sativa) terlihat batang berwarna hijau, kelopak bunga berjumlah lima dengan bentuk bulat dengan ujungnya agak meruncing (sumber: herbalgriya.wordpress.com).
Buah jintan hitam seperti polong, bulat panjang, dan coklat kehitaman. Bijinya kecil, bulat, hitam, jorong bersusut tiga tidak beraturan dan sedikit berbentuk kerucut, panjang 3 mm, serta berkelenjar (Hutapea 1994). Bentuk biji jintan hitam dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2
Biji tanaman jintan hitam (N. Sativa) berbentuk oval dan berwarna coklat kehitaman (sumber: herbalgriya.wordpress.com).
5
2.1.3 Kandungan Kimia Jintan Hitam Biji dan daun jintan hitam mengandung saponin dan polifenol (Hutapea 1994). Kandungan kimia jintan hitam adalah minyak atsiri, minyak lemak, melantin (saponin), nigelin (zat pahit), zat samak, nigelon, tymoquinone (Hargono 1985). Menurut Landa (2006) kandungan jintan hitam (N. sativa) antara lain minyak volatil yang berwarna kuning (0.5-1.6%), minyak campuran (35.641.6%), protein (22.7%), asam amino, gula reduksi, alkaloid, asam organik, tanin, resin, glukosida, toksik, metarbin, serat, mineral, vitamin, thiamin, niasin, piridoksin, asam folat. Komposisi biji jintan hitam disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Komposisi biji jintan hitam Komposisi Air Lemak Serat Kasar Protein Abu Karbohidrat
Jumlah (mg/100g) 6.4 ± 0.15 2.0 ± 0.54 6.6 ± 0.69 20.2 ± 0.82 4.0 ± 0.29 37.4 ± 0.87
Sumber : Nergiz dan Ötles (1993)
Biji jintan hitam juga mengandung logam yang berjumlah sekitar 1.510,8mg/100g biji. Kandungan logam biji jintan hitam tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2 Kandungan logam biji jintan hitam Komposisi
Jumlah (mg/100gr)
Kalsium
188.0 ± 1.50
Besi
57.5 ± 0.50
Natrium
85.3 ± 16.07
Kalium Sumber : Nergiz dan Ötles (1993)
1.180 ± 10.00
Biji jintan hitam mengandung asam lemak tak jenuh dalam jumlah yang cukup berarti. Secara lengkap komposisi asam lemak dan sterol dalam 100 g biji jintan hitam tersaji pada Tabel 3.
6
Tabel 3 Komposisi asam lemak dan sterol dari biji jintan hitam Asam lemak Miristatat (C14:0) Palmitat (C16:0) Stearat (C18:0) Oleat (C18:1) Linoleat (C18:2) Arakhidonat (C20:0) Eicosadienoat Sterol Campesterol Stigmasterol Β- sitosterol Sumber : Nergiz dan Ötles (1993)
Jumlah (mg/100g) 1.2 ± 0.04 11.4 ± 1.00 2.9 ± 0.24 21.9 ± 1.00 60.8 ± 2.67 Sedikit 1.7 ± 0.11 Jumlah (%) 11.9 ± 0.99 18.6 ± 1.52 69.4 ± 2.78
Kandungan tokoferol dan polifenol dalam biji jintan hitam menunjukkan adanya senyawa fenolik yang merupakan faktor utama yang berkhasiat sebagai obat dan zat pembentuk rasa. Kandungan tokoferol dan polifenol dari minyak biji jintan hitam tersaji pada Tabel 4.
Tabel 4 Kandungan tokoferol dan polifenol dari minyak biji jintan hitam Komposisi
Jumlah (µg/g)
Total tokoferol Alfa-tokoferol
340 ± 8.66 40 ± 10.00
Beta-tokoferol
50 ± 15.00
Gamma-tokoferol Total polifenol Sumber : Nergiz dan Ötles (1993)
250 ± 13.00 1744 ± 10.60
Biji jintan hitam dapat direkomendasikan sebagai makanan tambahan yang cukup bergizi. Kandungan vitamin biji jintan hitam tersaji pada Tabel 5.
Tabel 5 Komposisi vitamin dari biji jintan hitam Vitamin B1(Thamin) B2(Riboflavin) B6(Pyridoxin) PP(Niasin) Asam Folat Sumber : Nergiz dan Ötles (1993)
(µg per 100g) 831 ± 11.36 63 ± 3.36 789 ± 8.89 6311 ± 16.52 42 ± 4.52
7
Selain itu jintan hitam mengandung delapan jenis dari sepuluh asam amino esensial dan tujuh jenis dari sepuluh asam amino non-esensial. Komposisi asam amino biji jintan hitam tersaji pada Tabel 6. Tabel 6 Komposisi asam amino biji jintan hitam Asam amino Alanin Valin Glisin Isoleusin Leusin Prolin Treonin
Persentase 3.77 3.06 4.17 4.03 10.88 5.34 1.23
Asam amino Serin Asam aspartat Metionin Fenilalanin Asam glutamat Tirosin Lisin Arganin
Persentase 1.98 5.02 6.16 7.93 13.21 6.08 7.62 19.52
Sumber : Babayan et al. (1978)
2.1.4 Manfaat Jintan Hitam Jintan hitam umumnya digunakan di Timur Tengah sebagai obat tradisional untuk memperbaiki berbagai kondisi kesehatan manusia (Al-Saleh et al. 2009). Biji jintan hitam berkhasiat sebagai obat cacing (Hutapea 1994). Sedangkan menurut Hargono (1952), biji jintan hitam berguna sebagai pelancar air susu ibu, pencegah muntah, pencahar, dan pengobatan pasca persalinan. Berdasarkan berbagai penelitian yang telah dilakukan jintan hitam memiliki banyak kegunaan. Beberapa kegunaan jintan hitam menurut El Kandi dan Kandil (1987) adalah sebagai berikut : a. Memperkuat sistem kekebalan tubuh dari serangan virus dan bakteri. Salah satu khasiat yang telah teruji untuk sistem kekebalan tubuh adalah jintan hitam dapat meningkatkan jumlah sel limfosit dan monosit. Jintan hitam dapat meningkatkan rasio antara sel T helper dengan sel T supresor sebesar 72% yang berarti meningkatkan aktivitas fungsional sel kekebalan tubuh. b. Mempertahankan tubuh dari serangan kanker dan HIV. c. Sebagai Anti Histamin dan Anti Alergi. Berdasarkan penelitian Chakravaty (1993) mengemukakan bahwa kristal nigellon merupakan agen penghambat histamin. Cara kerjanya adalah dengan menghambat proteinkinase C yang dikenal sebagai zat yang memacu pelepasan histamin. Kristal nigellon juga menurunkan pengambilan kalsium dari sel-sel penyanggah sehingga dapat menghambat pelepasan histamin.
8
d. Meningkatkan laktasi, meningkatan metabolisme, memperlancar pencernaan, memperlancar peredaran darah, menurunkan tekanan darah, menurunkan tingkat gula darah, menstimulasi periode menstruasi, meningkatkan jumlah sperma. Jintan hitam juga dapat menghilangkan cacing dan parasit dalam usus, meredakan bronkhitis dan batuk, menurunkan demam, menenangkan jaringan syaraf, mendorong pertumbuhan rambut, mencegah kerontokan rambut, dan mencegah pengeriputan dan iritasi kulit (El Tahir dan Ashour 1993). Saat ini telah tersedia berbagai produk olahan dari jinten hitam, antara lain dalam bentuk minyak maupun kapsul. Sediaan ekstrak jintan hitam dalam bentuk minyak dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Ekstrak Jintan Hitam (sumber: batamhabbats.wordpress.com)
Masyarakat di daerah Pakistan dan Bangladesh secara tradisional menggunakan jintan hitam untuk membantu mengatasi muntah-muntah, diare, dan sakit perut karena adanya gas dalam perut (kembung). Selain itu juga digunakan untuk membantu mengatasi keadaan yang tidak enak akibat obat pencahar. ‘Habbatussauda’ mengandung minyak atsiri dan volatil yang telah diketahui manfaatnya untuk memperbaiki pencernaan. Secara tradisional minyak atsiri digunakan untuk obat diare, beberapa penelitian yang membuktikan minyak volatile lebih ampuh membunuh strain bakteri Vibrio cholera dan Escherichia coli dibandingkan dengan antibiotik seperti Ampicillin dan Tetracyclin (Abidin 2006). Komponen alkaloid dalam jintan hitam yaitu nigelline yang menyebabkan rasa pahit berfungsi menurunkan demam, membersihkan dan mengeringkan pengeluaran ekskresi, menguatkan jaringan, mencegah iritasi kulit, meningkatkan
9
nafsu makan dan metabolisme, membantu masalah pencernaan dan mengurangi kelebihan asam (El Tahir dan Ashour 1993). Hasil penelitian pada Cancer and Immuno Biological Laboratory (Anonim 2004) mengemukakan jintan hitam menstimulasi sumsum tulang dan sel imun, produksi interferon (berupa protein berjenis glikoprotein), melindungi sel normal dan perusakan sel oleh virus, menghancurkan sel tumor dan meningkatkan jumlah antibodi yang diproduksi sel-B. Jintan hitam juga baik dikonsumsi oleh orang yang sehat karena jintan hitam mengikat radikal bebas dan menghilangkannya. Selain itu, jinten hitam mengandung beta-carotene yang dikenal dapat menghancurkan sel karsinogenik. 2.2 Madu Madu merupakan bahan makanan yang bersumber dari alam ini telah lama digunakan oleh masyarakat diseluruh dunia. Madu juga merupakan salah satu bahan makanan yang istimewa. Madu tidak sekedar untuk pemanis makanan atau minuman, tetapi lebih dari itu dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit. Madu memiliki nilai gizi yang tinggi dan sangat berkhasiat untuk mengobati berbagai penyakit. Setiap orang dapat mengkonsumsi madu baik anakanak, orang dewasa maupun manula. Khasiat dari madu yang tinggi menyebabkan banyak bahan makanan dan minuman lain yang dicampur dengan madu untuk meningkatkan khasiat makanan dan minuman tersebut (Suranto 2004). Madu juga sering dikombinasikan dengan obat-obat herbal, salah satunya adalah jintan hitam. Secara umum madu berkhasiat untuk menghasilkan energi, meningkatkan daya tahan tubuh, dan meningkatkan stamina. Banyak penyakit yang dapat disembuhkan dengan madu diantaranya penyakit lambung, radang usus, jantung, dan hipertensi. Selain itu, di dalam madu terdapat zat asetilkolin yang dapat melancarkan metabolisme seperti memperlancar peredaran darah dan menurunkan tekanan darah. Madu juga mengandung zat antibakteri sehingga baik untuk mengobati luka luar dan penyakit infeksi (Suranto 2004). Madu mengandung senyawa fenofilik yang berfungsi sebagai antioksidan. Antioksidan berfungsi dalam menangkal radikal bebas yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan oksidatif pada protein dan lemak. Antioksidan dapat mencegah terjadinya karsinogenesis dan mutagenesis (Abdul et al. 2008).
10
Madu mengandung banyak mineral seperti Natrium, Kalsium, Magnesium, alumunium, besi, fosfor, dan kalium. Vitamin-vitamin yang terdapat dalam madu adalah thiamin (B1), riboflavin (B12), asam askorbat (C), piridoksin (B6), niasin, asam pantotenat, biotin, asam folat, dan vitamin K. Sedangkan enzim yang terkandung di dalam madu adalah enzim diastase, invertase, glukosa oksidase, perioksidase, dan lipase (Suranto 2004). Madu memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi dan rendah lemak. Kandungan gula dalam madu mencapai 80%, dan dari gula tersebut 85% berupa fruktosa dan glukosa (Suranto 2004). Komposisi madu asli bervariasi menurut jenis bunga dan asalnya. Komposisi madu asli terdiri dari air 18%, glukosa dan fruktosa 74%, sukrosa 0.9%, abu 0.18%, dan asam organik 0.4% (Sandjaja 2009). Madu yang telah dikombinasi dengan jintan hitam dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Madu (Setyo 2007).
Madu dikenal juga dengan berbagai macam jenis, yaitu diantaranya madu pollen (Bee pollen) dan bee bread. Bee pollen merupakan unsur reproduksi tumbuhan jantan yang berbentuk partikel halus dan berwarna kuning keemasan (Sari et al. 2008). Sudah lama sekali madu pollen digunakan untuk detoksifikasi dan penyembuhan alergi, kelelahan, kolesterol tinggi, infertilitas, impotensi, proses pemulihan setelah operasi, bahkan kanker. Banyak penelitian membuktikan bahwa madu pollen nutrisi berkhasiat untuk pengobatan dan pencegahan berbagai penyakit (Suranto 2007). Bee bread merupakan bahan makanan utama larva. Bee bread mengandung madu dan pollen yang sudah dicerna lebah. Dalam ilmu pengobatan tradisional China, bee bread dipercaya memperkuat fungsi hati, kantung empedu, otot mata, imajinasi, dan krativitas, serta memulihkan energi.
11
Bee bread juga baik dikonsumsi mereka yang mengalami masalah pada saluran pencernaan (Suranto 2004). Madu juga mempunyai khasiat menstabilkan tekanan darah, sumber energi instan, dan kandungan glukosanya aman untuk penderita diabetes melitus, karena di dalam madu terdapat asetilkolin yang merupakan zat perangsang reseptor yang dapat melancarkan metabolisme seperti memperlancar peredaran darah, dan menurunkan tekanan darah (Suranto 2004). 2.3 Mencit (Mus musculus) Mencit (Mus musculus) merupakan hewan percobaan yang berkembang biak dengan sangat cepat dan sangat mudah dipelihara. Sistem pemeliharaannya tidak membutuhkan banyak tempat dan biaya. Variasi genetiknya cukup besar serta sifat anatomis terkarateristik dengan baik. Hewan ini paling kecil diantara jenisnya dan memiliki galur mencit berwarna putih. Mencit hidup dalam daerah yang cukup luas penyebarannya mulai dari daerah beriklim dingin, sedang, maupun panas dan terus menerus di dalam kandang atau secara bebas sebagai hewan liar (Malole dan Pramono 1989). Menurut Besselsen (2004) taksonomi mencit adalah: Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Subfilum
: Vertebrata
Kelas
: Mamalia
Subkelas
: Theria
Ordo
: Rodensia
Subordo
: Sciurognathi
Famili
: Muridae
Subfamili
: Murinae
Genus
: Mus
Species
: Mus musculus
Mencit merupakan salah satu hewan laboratorim atau hewan percobaan (Malole dan Pramono 1989). Mencit merupakan dasar dari rekayasa genetik pada hewan, karena sebagian besar gen mencit melakukan fungsi yang sama pada mencit seperti gen manusia berfungsi pada manusia, maka mencit dipandang
12
sebagai hewan ideal untuk studi perkembangan dan penyakit manusia (Brookes 1999). Mencit dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Mencit (Mus musculus) (sumber: www.pets.dinomarket.com)
2.4 Hati Hati merupakan organ yang sama seperti organ-organ yang lain yang mengalami fase petumbuhan dan perkembangan. Selama proses embriogenesis dan setelah kelahiran sampai kematangan, proses proliferasi yang diikuti proses diferensiasi. Umumnya pada awal kelahiran pada manusia fungsional sel hati belum matang, sedangkan rodensia dan anjing telah memiliki fungsi hati yang telah matang saat lahir (William dan Iatropoulos 2002). Hati adalah organ viseral terbesar dan terletak dibawah os costae. Pada kondisi hidup berwarna merah tua karena kaya akan persediaan darah. Hati menerima darah teroksigenasi dari arteri hepatika dan darah yang tidak teroksigenasi tetapi kaya akan nutrien dari vena portal hepatika (Sloane 1994). Hati mencit (Mus musculus) memiliki empat lobus utama yang saling berhubungan satu sama lain dan dapat tampak keseluruhannya pada bagian doersal organ ini. Keempat lobus tersebut dapat dibedakan yakni, sebuah lobus median, dua lobus lateral (kanan dan kiri), dan satu lobus caudal, yang terbagi setengah dibagian dorsal dan setengah lainnya dibagian ventral (Covelli 1972). Pada bagian profundus permukaan hepar terdapat pembuluh darah masuk (vena porta dan arteri hepatika) dan duktus hepatikus kiri dan kanan yang keluar dari organ ini didaerah yang disebut portal hepatis (Junqueira et al 1995). Menurut
13
penelitian Pratiwi (2010) berat hati mencit normal dewasa berkisar antara 1,2-1,6 gram. Histologi hati dapat dilihat pada Gambar 5.
Hepatosit
Gambar 6 Histologi Hati (sumber: Bowen 2012).
Fungsi dasar hati diantaranya adalah fungsi vaskular untuk menyimpan dan menyaring darah, fungsi metabolisme yang berhubungan dengan sebagian besar sistem metabolisme tubuh seperti menyimpan lemak, glikogen, albumin, sintesis protein plasma darah, detoksifikasi zat-zat toksik, merombak eritrosit yang rusak, mengeliminasi asam amino, menyimpan vitamin A dan B. Fungsi sekresi dan ekskresi yang berperan membentuk empedu sebagai kelenjar eksokrin yang mengalir melalui saluran empedu menuju ke saluran pencernaan (Guyton dan Hall 1996). Menurut Pearce (1994), hati juga mempengaruhi komponen normal darah, yaitu (a) hati juga membentuk sel darah merah pada masa fetus, (b) hati sebagian berperan dalam penghancuran sel darah merah, (c) menyimpan hematin yang diperlukan untuk penyempurnaan sel darah merah baru, (d) membuat sebagian besar protein plasma, (e) membersihkan bilirubin dari darah, (f) menghasilkan protrombin dan fibrinogen yang perlu untuk penggumpalan darah. Hati juga berfungsi sebagai metabolisme karbohidrat. Hati melakukan fungsi spesifik seperti: (1) menyimpan glikogen, (2) mengubah galaktosa dan fruktosa menjadi galaktosa, (3) glukoneogenesis, dan (4) membentuk banyak senyawa kimia penting dari hasil perantara metabolisme karbohidrat (Guyton dan Hall 1996). Hati penting untuk mempertahankan konsentrasi glukosa darah normal. Misalnya, penyimpanan glikogen memungkinkan hati mengambil kelebihan
14
glukosa dari darah, menyimpannya, dan kemudian mengembalikannya kembali ke darah bila konsentrasi glukosa darah mulai turun terlalu rendah. Fungsi ini disebut fungsi penyangga glukosa dari hati (Guyton dan Hall 1996).
2.4.1 Toksikologi Hati Hepatosit mempunyai kemampuan regenerasi yang sangat baik, walaupun hepatosit tersebut merupakan sel stabil dan membelah dengan lambat. Namun demikian kerusakan hepatosit tidak bersifat reversibel apabila mengalami kerusakan yang berat. Kondisi-kondisi yang mengakibatkan kerusakan hepatosit ringan bersifat reversibel, sedangkan kerusakan hati yang berat bersifat irreversibel. Pada tahap akhir, banyaknya degenerasi hepatosit merangsang terjadinya proses sirosis hepatis (Underwood 1994). Hepatosit yang terpapar zat toksin mengalami perubahan perlemakan (Fatty liver), dengan radang yang minimal, granula glikogen pada membran sel, dan pembesaran sel kuffer. Perubahan ultrastruktural adalah mitokondria besar dan padat dengan perubahan retikulum endoplasmik halus (Arvin 1996). Zat toksik juga dapat menyebabkan hepatosit mengalami fatty liver. Pada fatty liver secara mikroskopis tampak jaringan hati sudah tidak teratur, vakuola-vakuola lemak besar dan kecil dalam sitoplasma sel hati, inti sel hati terdesak ke tepi. Tampak pula stroma jaringan ikat yang menebal atau fibrosis pada daerah saluran portal kedalam lobulus hati yang membentuk pseudo lobuli atau lobus palsu (Sudiono et al. 2001). Hati mamalia menerima darah dari saluran pencernaan melalui vena portal dan sekitar 30% dari sirkulasi darah pada arteri (William dan Iatropoulos 2002 ). Hati mengatur beberapa fungsi metabolisme penting dan kerusakan hati terkait dengan distorsi fungsi metabolisme. Dengan demikian, penyakit hati tetap menjadi masalah kesehatan yang serius. Meskipun kemajuan besar kedokteran modern, tidak memiliki banyak obat untuk pengobatan penyakit hati. Dewasa ini beberapa obat ada yang direkomendasikan dalam sistem pengobatan tradisional India untuk pengobatan penyakit hati. Beberapa ilmuwan meneliti dan menerapkan untuk memberikan bahan hepatoprotektif seperti pemberian Bayam Berduri (Amaranthus spinosus) (Zeashan et al. 2008).
15
2.5 Ginjal Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh dan berfungsi untuk membuang sampah metabolisme dan racun tubuh dalam bentuk urin atau air seni, yang kemudian dikeluarkan dari tubuh. Ginjal juga berfungsi mengontrol volume dan komposisi cairan tubuh. Ginjal adalah organ berpasangan berbentuk kacang yang terletak di dinding abdomen posterior (dorsal). Ginjal sebelah kanan terletak lebih kranial bila dibandingkan dengan ginjal kiri. Ukuran ginjal kanan lebih besar dan lebih berat jika dibandingkan dengan ginjal kiri. Berat ginjal kanan sekitar 210 mg, sedangkan ginjal kiri sekitar 200 mg (Covelli 1972). Setiap ginjal dilingkupi kapsula tipis dari jaringan fibrous yang rapat membungkusnya, dan membentuk pembungkus yang halus (Pearce 1994). Ginjal masing-masing terdiri dari kurang lebih satu juta nefron. Setiap nefron memiliki sebuah glomerulus yang terletak utama di korteks ginjal dan hasil penyaringannya akan menuju tubulus ginjal. Beberapa zat asing akan memberi dampak kerusakan pada tubulus proksimal ginjal, nefron merupakan bagian dengan sensitivitas yang lebih besar untuk efek nefrotoksik (Cristofori et al. 2007). Gambaran nefron pada ginjal dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 7 Nefron pada ginjal (sumber: bp.blogspot.com).
Tubulus ginjal terdiri dari tubulus proksimal, tubulus distal, serta lengkung Henle dimana terjadi reabsorbsi air, elektrolit, dan zat zat penting yang terlarut
16
lainnya. Tubulus proksimal berisi endositosis aktif atau aparatur lisosom, sehingga menunjukkan lokasi kerusakan yang berhubungan dengan kelebihan lisosomal, serta protein beracun (Cristofori et al. 2007). Morfologi tubulus dan glomerulus pada ginjal dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 Histologi tubulus dan i27.photobucket.com).
glomerulus
ginjal
dengan
pewarnaan
HE
(sumber:
2.5.1 Toksikologi Ginjal Ginjal memiliki kesamaan seperti hati apabila mengalami kerusakan, karena ginjal memiliki sel epitel yang dapat beregenerasi, tetapi tidak dapat kembali dengan sempurna seperti normal. Kerusakan epitel tubulus akibat iskhemia atau terpapar toksin dapat menimbulkan gagal ginjal klinis. Tetapi pada umumnya sangat banyak sel-sel epitel yang masih hidup dan dapat membentuk tubulus lagi sehingga fungsi ginjal normal kembali. Radang atau infeksi lain yang merusak glomerulus cenderung menetap atau mengakibatkan jaringan parut pada glomerulus sehingga kemampuan filtrasinya hilang. Demikian pula radang pada interstitial mempermudah timbulnya fibrosis sehingga mengganggu proses reabsorbsi dari tubulus kedalam sirkulasi darah (Underwood 1994). Degenerasi hydropis merupakan gangguan membran sel sehingga banyak cairan masuk ke dalam sitoplasma, menimbulkan vakuola-vakuola kecil sampai besar, yang mengalami kerusakan sebenarnya adalah bagian mitokondria sel (Sudiono et al.
17
2001). Secara farmakokinetik, obat yang masuk kedalam tubuh akan mengalami absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Ginjal merupakan organ ekskresi utama yang sangat penting untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme tubuh, termasuk zat-zat toksik yang tidak sengaja masuk ke dalam tubuh (Katzung 1989; Ganiswara 1995; Guyton dan Hall 1996). Berbagai senyawa kimia yang terkandung di dalam jintan hitam dapat berinteraksi di dalam tubuh dan menghasilkan metabolit yang bisa mempengaruhi struktur ginjal sebagai organ ekskresi utama. Gangguan struktur ini dapat dilihat dari perubahan sel epitel tubulus proksimal (Robbins dan Cotran 2005; Underwood 1994). Penggunaan antibiotik juga sangat berpengaruh terhadap kerusakan ginjal, karena antibiotik yang diekskresikan melalui ginjal akan mengalami akumulasi di dalam tubuh. Antibiotik pada umumnya bersifat toksik, tetapi sifat ini relatif. Efek toksik dapat ditimbulkan oleh semua jenis antibiotik. Golongan aminoglikosida (streptomisin dan kanamisin) dan golongan penisilin (amoksilin dan ampicilin) dieliminasi dari tubuh terutama dengan ekskresi ginjal (Ganiswara 1994).