BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pala Nama ilmiah : Myristica fragrans houtt Tanaman pala (Myristica fragrans houtt) adalah tanaman asli Indonesia yang berasal dari pulau Banda. Tanaman ini merupakan tanaman keras yang dapat berumur panjang hingga lebih dari 100 tahun. Tanaman pala tumbuh dengan baik di daerah tropis, selain di Indonesia terdapat pula di Amerika, Asia dan Afrika.
2.1.1 Klasifikasi Pala Kingdom
: Plantae
Subkingdom
: Tracheobionta
Super Divisi
: Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Sub Kelas
: Magnolidae
Ordo
: Magnoliales
Famili
: Myristicaceae
Genus
: Myristica
Spesies
: Myristica fragrans Houtt
(Anonim’2013)
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Morfologi Pala Buah pala berasal dari keluarga Myristicaceae. Tumbuhan ini berumah dua (dioecious) sehingga dikenal pohon jantan dan pohon betina. Pohon, tinggi 5 -18 m. Daun bulat telur atau elips memanjang, pangkal runcing, ujung runcing, sis bawah hijau kebiruan pucat, sisi atas hijau tua, 5 - 15 kali 3 - 7 cm, waktu diremas bau harum. Bunga kuning, pada pangkal dengan daun pelindung yang membulat, bunga jantan 1 - 20 dan yang betina 1 - 2 menjadi satu dalam malai yang gundul dan bercabang sedikit, yang tumbuh muncul sedikit di atas ketiak daun. Bunga jantan bentuk periuk, panjang 7 - 9 mm, dengan taju yang segi tiga, tiang benang sari lebih daripada separuh yang atas tertutup oleh kepala sari yang berbentuk garis yang banyak. Bunga betina lebih besar. Buah bentuk buah pir lebar, 4 - 6 kali 3 - 5,5 cm, gundul, kuning kecoklatan-orange, berdaging dan beraroma khas karena mengandung minyak atsiri pada daging buahnya. Bila masak, kulit dan daging buah membuka dan biji akan terlihat terbungkus fuli yang berwarna merah. Biji bergaris-garis, berbau harum, keseluruhan dibungkus oleh selubung biji merah yang terbagi dalam taju-taju yang banyak. Dari Maluku, banyak ditanam untuk buahnya (Anonim’2013).
2.2 Jenis-Jenis Tanaman Pala Di Indonesia dikenal beberapa jenis pala, yaitu: a. Myristica fragrans, yang merupakan jenis utama dan mendominasi jenis lain dalam segi mutu maupun produktivitas. Tanaman ini merupakan tanaman asli pulau Banda.
Universitas Sumatera Utara
b. Myristica argenta Warb, lebih dikenal dengan nama Papuanoot asli dari Papua, khususnya di daerah kepala burung. Tumbuh di hutan-hutan, mutunya dibawah pala Banda. c. Myristica scheffert Warb. terdapat di hutan-hutan Papua. d. Myristica speciosa, Terdapat di pulau Bacan. Jenis ini tidak mempunyai nilai ekonomi. e. Myristica succeanea, terdapat di pulau Halmahera. Jenis ini tidak mempunyai nilai ekonomi.
2.3 Manfaat dan kegunaan dari minyak Pala Salah satu produk olahan buah pala yang bernilai ekonomi tinggi adalah minyak pala. Salah satu kegunaan minyak pala adalah untuk bahan obat.Minyak pala mempunyai banyak manfaat untuk pengobatan berbagai penyakit dan gangguan kesehatan. Minyak pala telah dikenal sejak zaman dahulu sebagai bahan obat yang serbaguna. Khasiat minyak pala sebagai obat telah digunakan pula sebagai bahan obat pada industri farmasi modern misalnya untuk membuat balsem gosok, sirup obat batuk, minyak urut. Berikut beberapa manfaat minyak pala untuk mengobati penyakit dan gangguan fisik.
a. Mengobati Nyeri sendi (Arthritis) Minyak pala meredakan nyeri sendi dengan memijat bagian sendi yang sakit dengan beberapa tetes minyak pala. Minyak pala memiliki sifat anti-inflamasi
Universitas Sumatera Utara
(anti-radang)sehingga membantu mengobati rematik jika digunakan sebagai obat luar.
b. Mengobati sakit gigi dan Gusi Ambil 1-2 tetes minyak pala lalu oleskan pada sekitar gigi dan gusi yang sakit menggunakan kapas atau cotton bud. Minyak pala telah digunakan pada beberapa produk pasta gigi.
c. Menghilangkan Capek dan Pegal-pegal Minyak pala biasa digunakan sebagai minyak urut atau minyak pijat untuk terapi pijat. Untuk tujuan ini biasanya minyak pala dicampur dengan minyak lainnya. Minyak pala ampuh untuk menyempuhkan pegal-pegal dan memulihkan tubuh rasa capek.
d. Mengilangkan Stres Minyak pala dapat menstimulasi otak dan syaraf sehingga membantu menghilangkan keletihan mental dan stress. Minyak pala telah digunakan sebagai tonik otak oleh bangsa Yunani dan Romawi sejak ribuah tahun yang lalu.\
e. Mengobati Masalah Gangguan Pencernaan Beberapa tetes minyak pala dicampur dengan sesendok madu dapat mengobati gangguan pencernaan, diare, dan radang saluran pencernaan (gastroenteritis).
Universitas Sumatera Utara
f. Meringankan Hidung Tersumbat dan Radang Tenggorokan Minyak pala memeliki sifat analgesik (menghilangkan rasa sakit) sehingga digunakan pada berbagai sirup obat batuk.
g. Meringankan Gejala Sakit Perut dan Kembung Beberapa tetes minyak pala dicampur dengan sesendok madu dapat mengobati gejala sakit perut dan kembung.
h. Mengobati Iritasi Kulit Minyak pala bisa digunakan mengobati kulit seperti kadas/kurap dan eksim dengan mengoleskan minyak pala pada kulit yang terinfeksi.
i. Menyembuhkan Dehidrasi Minyak pala dapat membantu menyembuhkan efek dehidarasi karena diare atau muntah (Anonim’2012).
2.4 Minyak Atsiri Minyak atsiri merupakan salah satu hasil sisa proses metabolisme dalam tanaman, yang terbentuk karena reaksi antara berbagai persenyawaan kimia dengan adanya air. Minyak tersebut di sintesis dalam sel kelenjar pada jaringan tanaman dan ada juga yang terbentuk dalam pembuluh resin, misalnya minyak terpentin dari pohon pinus. Minyak atsiri selain dihasilkan oleh tanaman dapat
Universitas Sumatera Utara
juga terbentuk dari hasil degradasi trigliserida oleh enzim atau dapat dibuat secara sintesis (Guenther, 1987). Minyak atsiri umumnya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia yang terbentuk dari unsur karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) serta beberapa persenyawaan kimia yang mengandung unsur nitrogen (N) dan belerang (S). umumnya komponen kimia dari dalam minyak atsiri terdiri dari campuran hidrogen dan turunannya yang mengandung Oksigen yang disebut dengan Terpen atau terpenoid. Terpen merupakan persenyawaan hidrogen tidak jenuh dan satuan terkecil dari molekulnya disebut isopren (CsHa). Senyawa terpen mempunyai rangka Karbon yang terdiri dari 2 atau lebih satuan isopren. Klasifikasi dari terpen di dasarkan atas jumlah satuan isopren yang terdapat dalam molekulnya yaitu : monoterpen, seskuiterpen, diterpen, triterpen, tetraterpen dan politerpen yang masing-masing terdiri dari 2, 3, 4, 6, 8 dan n satuan isopren. Rantai molekul terpen dalam minyak atsiri merupakan rantai terbuka (terpen alifatis) dan rantai melingkar (terpen siklis) (Guenther, 1987).
2.4.1 Keberadaan Minyak Atsiri Dalam Tanaman Minyak atsiri terkandung dalam berbagai organ, seperti di dalam rambut kelenjar (pada famili Labiatae), di dalam sel-sel parenkim (misalnya famili Piperaceae), di dalam saluran minyak seperti vittae (famili Umbelliferae), di dalam rongga-rongga skizogen dan lisigen (pada famili Pinaceae dan Rutaceae), terkadang dalam semua jaringan (pada famili Conaferae). Pada bunga mawar, kandungan minyak atsiri terbanyak terpusat pada mahkota bunga, pada kayu
Universitas Sumatera Utara
manis banyak ditemui pada kulit batang (korteks), pada famili Umbelliferae banyak terdapat pada perikarp buah, pada Menthae sp. terdapat dalam rambut kelenjar batang dan daun, serta pada jeruk terdapat dalam kulit buah dan helai daun (Gunawan dan Mulyani, 2004). Minyak atsiri dapat terbentuk secara langsung oleh protoplasma akibat adanya peruraian lapisan resin dari dinding sel atau oleh hidrolisis dari glikosida tertentu. Peran paling utama dari minyak atsiri terhadap tumbuhan itu sendiri adalah sebagai pengusir serangga (mencegah daun dan bunga rusak) serta sebagai pengusir hewan-hewan pemakan daun lainnya.Namun sebaliknya, minyak atsiri juga berfungsi sebagai penarik serangga guna membantu terjadinya penyerbukan silang dari bunga. Berdasarkan atas usul-usul biosintetik, konstituen kimia dari minyak atsiri dapat dibagi dalam dua golongan besar, yaitu: a. Keturunan terpena yang terbentuk melalui jalur biosintetis asam asetat mevalonat. b. Senyawa aromatik yang terbentuk lewat jalur sintetis asam sikimat, fenil propanoid (Gunawan dan Mulyani, 2004).
2.4.2 Sifat-Sifat Minyak Atsiri Adapun sifat-sifat minyak atsiri diterangkan sebagai berikut: a. Tersusun oleh bermacam-macam komponen senyawa. b. Memiliki bau khas. Umumnya bau ini mewakili bau tanaman asalnya. Bau minyak atsiri satu dengan yang lain berbeda-beda, sangat tergantung dari macam dan intensitas bau dari masing-masing komponen penyusun.
Universitas Sumatera Utara
c. Mempunyai rasa getir, kadang-kadang berasa tajam, menggigit, memberi kesan hangat sampai panas, atau justru dingin ketika sampai dikulit, tergantung dari jenis komponen penyusunnya. d. Dalam keadaan murni (belum tercemar oleh senyawa-senyawa lain) mudah menguap pada suhu kamar sehingga bila diteteskan pada selembar kertas maka ketika dibiarkan menguap, tidak meninggalkan bekas noda pada kertas yang ditempel. e. Bersifat tidak bisa disabunkan dengan alkali dan tidak bisa berubah menjadi tengik. Ini berbeda dengan minyak lemak yang tersusun oleh asam-asam lemak. f. Bersifat tidak stabil terhadap pengaruh lingkungan, baik pengaruh oksigen udara, sinar matahari (terutama gelombang ultra violet), dan panas karena terdiri dari berbagai macam komponen penyusun. g. Indeks bias umumnya tinggi. h. Pada umumnya bersifat optis aktif dan memutar bidang polarisasi dengan rotasi yang spesifik karena banyak komponen penyusun yang memiliki atom C asimetrik. i. Pada umumnya tidak dapat bercampur dengan air, tetapi cukup dapat larut hingga dapat memberikan baunya kepada air walaupun kelarutannya sangat kecil. j. Sangat mudah larut dalam pelarut organik (Gunawan dan Mulyani, 2004).
Universitas Sumatera Utara
2.4.3 Parameter Minyak Atsiri Beberapa parameter yang biasanya dijadikan standar untuk mengenali kualitas minyak atsiri meliputi:
2.4.3.1 Bobot Jenis Berat jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu dan kemurnian minyak atsiri. Nilai berat jenis minyak atsiri didefinisikan sebagai perbandingan antara berat minyak dengan berat air pada volume air yang sama dengan volume minyak pada yang sama pula. Berat jenis sering dihubungkan dengan fraksi berat komponen-komponen yang terkandung didalamnya. Semakin besar fraksi berat yang terkandung dalam minyak, maka semakin besar pula nilai densitasnya. Biasanya berat jenis komponen terpen teroksigenasi lebih besar dibandingkan dengan terpen tak teroksigenasi (Sastrohamidjojo, 2004).
2.4.3.2 Indeks Bias Indeks bias merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya di dalam udara dengan kecepatan cahaya didalam zat tersebut pada suhu tertentu. Indeks bias minyak atsiri berhubungan erat dengan komponen-komponen yang tersusun dalam minyak atsiri yang dihasilkan. Sama halnya dengan berat jenis dimana komponen penyusun minyak atsiri dapat mempengaruhi nilai indeks biasnya. Semakin banyak komponen berantai panjang seperti sesquiterpen atau komponen bergugus oksigen ikut tersuling, maka kerapatan medium minyak atsiri akan bertambah sehingga cahaya yang datang akan lebih sukar untuk dibiaskan. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan indeks bias minyak lebih besar. Menurut Guenther, nilai indeks juga dipengaruhi salah satunya dengan adanya air dalam kandungan minyak nilam tersebut. Semakin banyak kandungan airnya, maka semakin kecil nilai indek biasnya. Ini karena sifat dari air yang mudah untuk membiaskan cahaya yang datang. Jadi minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang besar lebih bagus dibandingkan dengan minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil (Sastrohamidjojo, 2004).
2.4.3.3 Putaran optik Sifat optik dari minyak atsiri ditentukan menggunakan alat polarimeter yang nilainya dinyatakan dengan derajat rotasi. Sebagian besar minyak atsiri jika ditempatkan dalam cahaya yang dipolarisasikan maka memiliki sifat memutar bidang polarisasi ke arah kanan (dextrorotary) atau ke arah kiri (laevorotary). Pengukuran parameter ini sangat menentukan kriteria kemurnian suatu minyak atsiri (Sastrohamidjojo, 2004).
2.4.3.4 Bilangan Asam Bilangan asam yang semakin besar dapat mempengaruhi terhadap kualitas minyak atsiri. Senyawa-senyawa asam tersebut dapat merubah bau khas dari minyak atsiri. Hal ini dapat disebabkan oleh lamanya penyimpanan minyak dan adanya kontak antara minyak atsiri yang dihasilkan dengan sinar dan udara sekitar ketika berada pada botol sampel minyak pada saat penyimpanan. Karena sebagian komposisi minyak atsiri jika kontak dengan udara atau berada pada kondisi yang
Universitas Sumatera Utara
lembab akan mengalami reaksi oksidasi dengan udara (oksigen) yang dikatalisi oleh cahaya sehingga akan membentuk suatu senyawa asam. Jika penyimpanan minyak tidak diperhatikan atau secara langsung kontak dengan udara sekitar, maka akan semakin banyak juga senyawa-senyawa asam yang terbentuk. Oksidasi komponen-komponen minyak atsiri terutama golongan aldehid dapat membentuk gugus asam karboksilat sehingga akan menambah nilai bilangan asam suatu minyak atsiri. Hal ini juga dapat disebabkan oleh penyulingan pada tekanan tinggi (temperatur tinggi), dimana pada kondisi tersebut kemungkinan terjadinya proses oksidasi sangat besar. Bilangan asam adalah ukuran dari asam lemak bebas, serta dihitung berdasarkan berat molekul dari asam lemak atau campuran asam lemak.Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah milligram KOH 0,1N yang digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak (Sastrohamidjojo, 2004).
2.4.3.5 Kelarutan Dalam Alkohol Telah diketahui bahwa alkohol mempunyai gugus OH. Karena alkohol dapat larut dengan minyak atsiri maka pada komposisi minyak atsiri yang dihasilkan tersebut terdapat komponen-komponen terpen teroksigenasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Guenther bahwa kelarutan minyak dalam alkohol ditentukan oleh jenis komponen kimia yang terkandung dalam minyak. Pada umumnya minyak atsiri yang mengandung persenyawaan terpen teroksigenasi lebih mudah larut daripada yang mengandung terpen. Makin tinggi kandungan terpen makin rendah daya larutnya atau makin sukar larut, karena senyawa terpen tak teroksigenasi
Universitas Sumatera Utara
merupakan senyawa nonpolar yang tidak mempunyai gugus fungsional. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin kecil kelarutan minyak atsiri pada alkohol (biasanya alkohol 90%) maka kualitas minyak atsirinya semakin baik (Sastrohamidjojo, 2004).
2.4.4 Metode Penyulingan Minyak Atsiri Dalam industri minyak atsiri dikenal tiga macam metode penyulingan, yaitu: 2.4.4.1 Penyulingan Dengan Air Pada metode ini, bahan yang akan disuling kontak langsung dengan air mendidih. Bahan tersebut mengapung di atas air atau terendam secara sempurna tergantung dari bobot jenis dan jumlah bahan yang disuling. Air dipanaskan dengan metode pemanasan yang biasa dilakukan, yaitu dengan panas langsung, mantel uap, pipa uap melingkar tertutup, atau dengan memakai pipa uap melingkar terbuka atau berlubang. Ciri khas dari metode ini ialah kontak langsung antara bahan dengan air mendidih. Beberapa jenis bahan (misalnya bubuk buah badam, bunga mawar, dan orange blossoms) harus disuling dengan metode ini, karena bahan harus tercelup dan bergerak bebas dalam air mendidih. Jika disuling dengan metode uap langsung, bahan ini akan merekat dan membentuk gumpalan besar yang kompak, sehingga uap tidak dapat berpenetrasi ke dalam bahan (Guenther, 1987). 2.4.4.2 Penyulingan Dengan Air Dan Uap Pada metode penyulingan ini, bahan olah diletakkan di atas rak-rak atau saringan berlubang. Ketel suling diisi dengan air sampai permukaan air berada
Universitas Sumatera Utara
tidak jauh dari bawah saringan. Air dapat dipanaskan dengan berbagai cara yaitu dengan uap jenuh yang basah dan bertekanan rendah. Ciri khas dari metode ini adalah: a. uap selalu dalam keadaan basah, jenuh dan tidak terlalu panas. b. bahan yang disuling hanya berhubungan dengan uap tidak dengan air panas (Guenther, 1987).
2.4.4.3 Penyulingan Dengan Uap Metode ketiga disebut penyulingan uap, atau penyulingan uap langsung dan prinsipnya sama dengan yang telah dibicarakan diatas, kecuali air tidak diisikan dalam ketel. Uap yang digunakan adalah uap jenuh atau uap panas pada tekanan lebih dari 1 atmosfer. Uap dialirkan melalui pipa uap melingkar yang berpori yang terletak dibawah bahan, dan uap bergerak ke atas melalui bahan yang terletak di atas saringan (Guenther, 1987). Pada dasarnya tidak ada perbedaan yang mendasar dari ketiga proses penyulingan. Tetapi bagaimanapun juga dalam prakteknya hasilnya akan berbeda bahkan kadang-kadang perbedaan ini sangat berarti, karena tergantung pada metode yang dipakai dan reaksi-reaksi kimia yang terjadi selama berlangsungnya penyulingan (Guenther, 1987).
2.4.5 Kandungan Kimia Minyak Atsiri
Universitas Sumatera Utara
Tidak satupun minyak atsiri tersusun dari senyawa tunggal, tetapi merupakan campuran komponen yang terdiri dari tipe-tipe berbeda. Berdasarkan cara isolasinya, komponen penyusun minyak atsiri dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok sebagai berikut: a. Kelompok yang mengkristal pada suhu rendah, misalnya stearoptena. b. Kelompok senyawa yang dapat dipisahkan melalui proses destilasi bertingkat. c. Kelompok senyawa yang dipisahkan melalui proses kristalisasi bertingkat. d. Kelompok
senyawa
yang
pemisahannya
dilakukan
melalui
kromatografi. e. Kelompok senyawa yang diisolasi melalui proses-proses kimia (Gunawan dan Mulyani, 2004). Dengan pesatnya kemajuan instrumentasi analitik, telah dapat dilakukan identifikasi yang tepat atas penyusun minyak atsiri, termasuk konstituen runutanya. Minyak atsiri sebagian besar terdiri dari senyawa terpen, yaitu suatu senyawa produk alami yang strukturnya dapat dibagi ke dalam satuan-satuan isopren. Satuan-satuan isopren (C5H8) ini terbentuk asetat melalui jalur biosintesis asam mevalonat dan merupakan rantai bercabang lima satuan atom karbon yang mengandung dua ikatan rangkap (Gunawan dan Mulyani, 2004). Selama proses biosintesis, satuan isopren saling bergabung membentuk rantai yang lebih panjang dengan kepala ke ekor. Jumlah persatuan yang bergandengan dalam satuan terpen dapat dijadikan pedoman untuk klasifikasi
Universitas Sumatera Utara
senyawa-senyawa ini. Senyawa yang terdiri dari 2 satuan isopren disebut sebagai mono (rumus molekul C10H16), senyawa yang mengandung 3 satuan isopren disebut seskuiterpen (C15H24), yang mengandung 4 satuan isopren disebut triterpena (C30H48), dan seterusnya (Gunawan dan Mulyani, 2004). Terpen yang paling sering terdapat sebagai komponen penyusun minyak atsiri adalah monoterpen. Monoterpen banyak ditemui dalam bentuk asiklis, monosiklis, serta bisiklis sebagai hidrokarbon dan keturunan yang teroksidasi seperti alkohol, aldehid, keton, fenol, oksidasi, dan ester. Terpen lain di bawah monoterpen yang berperan penting sebagai penyusun minyak atsiri adalah seskuiterpen dan diterpen (Gunawan dan Mulyani, 2004). Kelompok besar lain dari komponen penyusun minyak atsiri adalah senyawa golongan fenil propan. Senyawa ini mengandung cincin fenil C6 dengan rantai samping berupa propana C3 (Gunawan dan Mulyani, 2004).
2.4.6 Penggolongan Minyak Atsiri Minyak atsiri dibagi menjadi beberapa golongan sebagai berikut: 2.4.6.1 Minyak Atsiri Hidrokarbon Minyak atsiri kelompok ini komponen penyusunnya sebagian besar terdiri dari senyawa-senyawa hidrokarbon yang meliputi minyak terpentin. Minyak ini diperoleh dari tanaman-tanaman bermarga pinus (famili Pinaceae). Komponen terpentin sebagian besar berupa asam-asam resin (hingga 90%), ester-ester dari asam-asam lemak, dan senyawa inert yang netral disebut resena. Terpentin larut dalam alkohol, eter, kloroform, dan asam asetat glasial dan bersifat optis aktif.
Universitas Sumatera Utara
Kegunaannya dalam farmasi adalah sebagai obat luar, melebarkan pembuluh darah kapier, dan merangsang keluarnya keringat dan terpentin jarang digunakan sebagai obat dalam (Gunawan dan Mulyani, 2004).
2.4.6.2 Minyak Atsiri Alkohol Minyak pipermin merupakan minyak atsiri alkohol yang penting diantara minyak atsiri alkohol yang lain. Minyak ini dihasilkan oleh daun tanaman Mentha piperita Linn. Daun segar mengandung minyak atsiri sekitar 1%, juga mengandung resin dan tanin. Sementara daun yang telah dikeringkan mengandung 2% minyak permen. Sebagai penyusun utamanya adalah mentol. Pada bidang farmasi digunakan sebagai anti gatal, bahan pewangi dan pelega hidung tersumbat.Sementara pada industri digunakan sebagai pewangi pasta gigi (Gunawan dan Mulyani, 2004).
2.4.6.3 MinyakAtsiri Fenol Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri fenol. Minyak ini diperoleh dari tanaman Eugenia caryophyllata atau Syzigium caryophyllum (famili Myrtaceae). Bagian yang dimanfaatkan bunga dan daun. Namun bunga lebih utama dimanfaatkan karena mengandung minyak atsiri sampai 20%. Minyak cengkeh, terutama tersusun oleh eugenol, yaitu sampai 95% dari jumlah minyak atsiri keseluruhan. Selain eugenol, juga mengandung aseto-eugenol, beberapa senyawa dari kelompok sesquiterpen, serta bahan-bahan yang tidak mudah menguap seperti
Universitas Sumatera Utara
tanin, lilin, dan bahan serupa damar. Kegunaan minyak cengkeh antara lain obat mulas, menghilangkan rasa mual dan muntah (Gunawan dan Mulyani, 2004).
2.4.6.4 Minyak Atsiri Eter Fenol Minyak adas merupakan minyak atsiri eter fenol. Minyak adas berasal dari hasil penyulingan buah Pimpinella anisum atau dari Foeniculum vulgare (famili Apiaceae atau Umbelliferae). Minyak yang dihasilkan, tersusun oleh komponenkomponen terpenoid seperti anetol, sineol, pinena dan felandrena. Minyak adas digunakan dalam pelengkap sediaan obat batuk, sebagai korigen odoris untuk menutup bau tidak enak pada sediaan farmasi dan bahan farfum (Gunawan dan Mulyani, 2004).
2.4.6.5 Minyak Atsiri Oksida Minyak kayu putih merupakan minyak atsiri oksida. Diperoleh dari isolasi daun Melaleuca leucadendon L (famili Myrtaceae). Komponen penyusun minyak atsiri kayu putih paling utama adalah sineol 85% (Gunawan dan Mulyani, 2004).
2.4.6.6 Minyak Atsiri Ester Minyak gondopuro merupakan minyak atsiri ester. Minyak atsiri ini diperoleh dari isolasi daun dan batang Gaultheria procumbens L (famili Erycaceae). Komponen penyusun minyak ini
adalah metil salisilat yang
merupakan bentuk ester. Minyak ini digunakan sebagai korigen odoris, bahan
Universitas Sumatera Utara
parfum, dalam industri permen, dan minuman sebagai tidak beralkohol (Gunawan dan Mulyani, 2004).
2.5 Minyak Pala Minyak Pala merupakan cairan jernih (Hampir tak berwarna) sampai kuning muda.Sifat- sifat dari biji ternyata tidak berbeda dengan minyak dari fuli pala.Bahkan, kebanyakan minyak pala dihasilkan dari campuran biji dan fuli pala. Minyak pala jika dibiarkan di udara terbuka akan berubah menjadi kental kerena terjadi peristiwa polimerisasi dan berbau terpentin atau berbau campuran yang tidak menyenangkan. Minyak pala biasa disebut Nutmeg oil yaitu minyak hasil sulingan serbuk biji pala. Di dalam dunia perdagangan, jenis minyak ini mengandung unsur-unsur eugenol, iso-eugenol, terpineol, berneol, borneol, linalol, geraniol, sarfrole, dan unsur lain yang berupa cairan bebas. Adapun mutu Nutmeg oil di tetapkan yang berdasar kan SNI 06-2388-2006. Tabel 2.1 Spesifikasi minyak atsiri biji pala sesuai dengn SNI 06-2388-2006. No 1
2 3 4 5 6 7
Parameter Penampilan, warna dan bau
Zat/Ukuran Cairan bening, atau kuning pucat, memiliki rasa dan bau pala Berat jenis pada 20oC 0,880 – 0,910 Indeks bias 1,474 – 1,497 Kelarutan dalam Etanol 90% pada 1 : 3 jernih, seterusnya jernih suhu 200C Putaran optic (+)80 – (+)250 Sisa penguapan Maksimum 2,0% Miristin Maksimum 10%
Universitas Sumatera Utara
2.5.1 Kandungan Mutu Minyak Pala Nutmeg oil mengandung unsur-unsur psikotopika seperti : eugenol, isoeugenol, terpineol, borneol, geraniol, safrole, aldehyde, terpene, dan cairan bebas lainnya. Minyak pala berwarna kuning, minyak pala dapat menimbulkan rasa berkhayal atau berhalusinasi apabila dimakan. Unsur yang mengakibat behalusinasi tersebut, disebabkan oleh senyawa Miristin. Minyak pala bersamaan dengan minyak permen (Peppermint oil) digunakan sebagai penyegar pasta gigi. Dalam industri wewangian minyak pala dicampur dengan air lavender untuk menghasilkan aroma yang harum dan lembut serta sulit ditiru dengan memakai bahan lain (Lutony, 2002). Buah pala terdiri atas bagian-bagian seperti daging buah, fuli, dan biji.Setiap bagian buah pala itu mempunyai kegunaan masing-masing, sehingga laku diperjual belikan. Misalnya, biji dan fuli dipergunakan dalam industry pengawetan ikan, pembuatan sosis, makanan kaleng, dan sebagai adonan kue karena aroma minyak atsiri dan lemak yang d kandungnya dapat meningkatkan nafsu makan. Minyak pala dari hasil penyulingan merupakan bahan baku industry obat-obatan, pembuatan sabun, dan parfum (Taufiq, 2009).
2.6 Parameter Mutu Minyak Pala Beberapa parameter yang digunakan untuk mengetahui standar mutu minyak pala meliputi:
Universitas Sumatera Utara
2.6.1 Bobot Jenis Minyak Pala Prinsip Bobot jenis minyak Pala berdasarkan perbandingan antara berat minyak dengan berat air pada volume dan suhu (Dewan Standarisasi Nasional, 2006). Cara penentuan bobot jenis minyak Pala yaitu dengan menggunakan alat piknometer. Piknometer dicuci dan dibersihkan, kemudian dibasuh berturut-turut dengan etanol dan dietil eter. Bagian dalam piknometer dan tutupnyadikeringkan dengan arus udara kering. Didiamkan pinometer didalam lemari timbangan selama 30 menit dan ditimbang (m). Piknometer diisi dengan air suling yang telah dididihkan pada suhu 20°C.sambil menghindari adanya gelembung gelembung udara. Piknometer dicelupkan kedalam penangas air pada suhu 20°C ± 0,2°C selama 30 menit sisipkan penutupnya kemudian dikeringkan piknometernya. Piknometer didiamkan dalam lemari timbangan selama 30 menit, kemudian ditimbang dengan isinya (m1). Piknometer tersebut dikosongkan, dan dicuci dengan etanol dan dietil eter. Kemudian dikeringkan dengan arus udara kering. Piknometer diisi dengan contoh minyak dan hindari adanya gelembunggelembung udara. Piknometer dan penutupnya dimasukkan kembali dalam penangas air pada suhu 20°C
±
0,2°C selama 30 menit dan dikeringkan
piknometer tersebut. Piknometer dibiarkan didalam lemari timbangan selama 30 menit kemudian ditimbang dengan isinya (m2) (Dewan Standarisasi Nasional, 2006).
Universitas Sumatera Utara
2.6.2 Kelarutan dalam Etanol dari Minyak Pala Prinsip kelarutan dalam etanol yaitu kelarutan minyak Pala dalam etanol absolute dan etanol yang diencerkan yang menimbulkan kekeruhan dan dinyatakan sebagai larut sebagian atau larut seluruhnya, berarti bahwa minyak tersebut membentuk larutan yang bening dan cerah dalam perbandinganperbandingan seperti yang dinyatakan (Dewan Standarisasi Nasional, 2006). Cara penentuan kelarutan dalam Etanol dari minyak pala yaitu Tempatkan 1 ml minyak pala dalam tabung reaksi. Ditambahkan setetes demi setetes etanol dari kelarutan yang sesuai untuk minyak yang sedang di uji dan kocoklah sampai diperoleh suatu larutan bening pada suhu 200C. Bila larutan tersebut tidak bening, bandingkan kekeruhan yang terjadi dengan kekeruhan larutan pembanding melalui cairan yang sama tebalnya. Setelah minyak tersebut larut, tambahkan etanol berlebih karena beberapa minyak
tertentu mengendap pada penambahan etanol lebih lanjut
(Dewan Standarisasi Nasional, 2006).
Universitas Sumatera Utara