Bab II Tinjauan Pustaka
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Tinjauan Kewilayahan
2.3.1 Provinsi Banten dan Kabupaten Lebak 2.1.1.1 Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk Perkembangan Banten berdasarkan data hasil sensus Penduduk yang disajikan pada Tabel 2.1, menunjukkan jumlah yang terus bertambah. Pada tahun 1961 tercatat sebanyak 2.438.574 jiwa dan tahun 1971 sebanyak 3.045.154 jiwa, meningkat menjadi 4.015.837 jiwa pada tahun 1980 dan 5.967.907 jiwa pada tahun 1990. Pada tahun 2000, jumlah penduduk tersebut berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2000 (SP 2000) telah bertambah menjadi 8.096.809 jiwa dan tahun 2008 meningkat kembali menjadi 9.602.445 jiwa (www.bps.go.id).
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 1 -
Bab II Tinjauan Pustaka
Tabel 2.1 Perkembangan Penduduk di Banten 1971-2010 Kabupaten/Kota
1961
1971
1980
1990
2000
2010
1. Pandeglang
440.213
572.628
694.759
858.435 1.011.788 1.092.527
2. Lebak
427.802
546.364
682.868
873.646 1.030.040 1.234.459
3. Tangerang
643.647
789.87 1.131.199 1.843.755 2.781.428 3.574.048
4. Serang
648.115
766.41
206.743
276.825
397.825
921.848 1.325.854 1.531.666
72.054
93.057
140.828
226.083
Kabupaten
968.358 1.244.755 1.652.763 1.826.146
Kota 1. Tangerang 2. Cilegon Banten
294.936
343.599
2.438.574 3.045.154 4.015.837 5.968.907 8.096.809 9.602.445
Sumber : Sensus Penduduk 1961. 1971. 1980. 1990. 2000 dan Susenas 2010
Kecenderungan penduduk yang terus bertambah dari periode sensus yang satu ke sensus atau survei berikutnya tentunya bukan hanya disebabkan pertambahan penduduk secara alamiah, tetapi tidak terlepas dari kecenderungan migran baru yang masuk disebabkan daya tarik Provinsi Banten, baik dilihat dari potensi daerah seperti banyaknya perusahaan industri besar/sedang di daerah Cilegon, Tangerang dan Serang serta potensi pariwisata di Pandeglang, Serang dan daerah lainnya, sehingga ketersedian lapangan kerja dan makin kondutifnya kesempatan berusaha akan menarik pendatang dari luar Banten.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 2 -
Bab II Tinjauan Pustaka
Laju pertumbuhan penduduk Banten seperti disajikan pada Tabel 2.2 selama kurun waktu 2000-2008 rata-rata tumbuh sebesar 2,20 persen. Angka ini menunjukkan penurunan dibandingkan pertumbuhan antara tahun 1990-2000 yang rata-rata tumbuh sebesar 3,21 persen. Apabila dilihat menurut Kabupaten/Kota pada kurun waktu 2000-2008, rata-rata pertumbuhan penduduk Kabupaten/Kota menunjukkan penurunan.
Pada Kabupaten Lebak terjadi perbedaan dengan di Kabupaten / Kota lainnya yang ada di Banten, dimana pada periode tahun 2000-2008 laju pertumbuhan penduduknya kembali meningkat setelah trend di tiap periode tahun sebelumnya makin menurun. Tabel 2.2 Laju Pertumbuhan Penduduk di Banten Tahun 1961-2010 Kabupaten/Kota 1961-1971 1971-1980 1980-1990 1990-2000 2000-2010
Kabupaten 1. Pandeglang
2,66
2,17
2,14
1,71
0,96
2. Lebak
2,48
2,51
2,49
1,72
2,29
3. Tangerang
4,07
4,07
5,00
4,35
3,18
4. Serang
2,69
2,63
2,54
2,98
1,25
1. Tangerang
2,69
4,11
8,77
3,83
1,82
2. Cilegon
2,59
4,71
4,85
2,79
1,93
2,25
3,12
4,04
3,21
2,15
Kota
Banten
Sumber : Sensus Penduduk 1961. 1971. 1980. 1990. 2000 dan Susenas 2010
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 3 -
Bab II Tinjauan Pustaka
Seperti dijelaskan dimuka, jumlah penduduk dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Jumlah penduduk Banten pada tahun 2008 berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) keadaan Juni, bertambah menjadi 9.602.445 jiwa yang terdiri dari laki-laki 4.848.512 jiwa lebih banyak dibandingkan perempuan yang jumlahnya 4.753.933 jiwa. Sementara itu, jumlah rumah tangga tercatat sebanyak 2.286.296.
Sebagai daerah yang terbuka bagi setiap warga, berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2000 di Banten tercatat pula sekitar 16.871 warga negara asing (WNA). Dari keseluruhan WNA tersebut sebagian besar warga negara China yang teridentifikasi kebanyakan berasal dari keturunan RRC dan Taiwan dengan jumlah sekitar 12.141 jiwa (71,96 persen), sedang sisanya sebanyak 4.730 jiwa (28,04 persen) adalah warga negara asing lainnya seperti Arab, Pakistan, Inggris dan lainnya.
Persebaran atau distribusi penduduk pada dasarnya merupakan komposisi penduduk berdasarkan geografis. Dari data persebaran penduduk dapat dilihat apakah komposisi penduduk disuatu wilayah administrasi tercatat atau tidak. Melalui persebaran penduduk dapat dilihat pula di wilayah mana terjadi pemusatan penduduk. Indikator persebaran ini dinyatakan dalam persentase, sehingga dapat dilihat polannya.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 4 -
Bab II Tinjauan Pustaka
Pada selang waktu 2000 sampai 2008, persebaran penduduk di Kabupaten Pandeglang, serang Kota Tangerang dan Kota Cilegon terdapat Provinsi Banten cenderung mengalami penurunan sementara Kabupaten Lebak dan kabupaten Tangerang relatif mengalami kenaikan.
Terjadinya peningkatan pada Kabupaten Lebak adalah hal yang wajar, mengingat daerah tersebut merupakan daerah berkembang terutama dari perkembangan sektor industri besar/sedang yang dibarengi dengan pertumbuhan pada sektor perdagangan dan jasa-jasa sehingga banyak tenaga kerja dari daerah lain termasuk mereka yangmembuka usaha baru baik skala besar/menengah maupun kecil disamping menampung penduduk limpasan dari Jakarta.
Dari persebaran penduduk ini akan lebih bermakna apabila dikaitkan dengan ukuran kepadatan penduduk di suatu daerah. Hal ini penting sebab suatu daerah dengan julah penduduk yang besar belum tentu dirasakan padat apabila memiliki wilayah yang luas.
Angka kepadatan Banten dari tahun ketahun memperlihatkan peningkatan. Hal ini ditunjukkan berdasarkan data dua sensus terakhir, yaitu tahun 1990 sebesar 678 orang per km2, tahun 2000 sebesar 920 orang per km2 meningkat menjadi 1.015 orang per km2 pada tahun 2008. Demikian pula yang terjadi di seluruh kabupaten/kota, tidak ada satupun kabupaten/kota UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 5 -
Bab II Tinjauan Pustaka
yang mengalami penurunan tingkat kepadatan. Bila dibandingkan antar kabupaten/kota, sampai tahun 2008 terdapat tiga daerah yang tingkat kepadatannya tinggi, yaitu terpadat Kota Tangerang dengan 8.192 orang per km2, Kabupaten Tangerang 3.080 orang per km2, dan Kota Cilegon sebesar 1.958 orang per km2. Sedangkan daerah yang relatif jarang penduduknya adalah Kabupaten Pandeglang sebanyak 398 orang per Km2, dan Kabupaten Lebak sebanyak 406 jiwa per km2.
Hal tersebut
menunjukkan bahwa persebaran penduduk di Provinsi Banten belum merata dan bahkan cenderung mengumpulkan pada beberapa daerah saja. Ketidak seimbangan kepadatan penduduk ini perlu diatasi dengan pola penyebaran yang proporsional antara satu dengan daerah yang lain.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 6 -
Bab II Tinjauan Pustaka
Tabel 2.3 Luas Wilayah dan Rata-rata Penduduk Tahun 2010 Luas Wilayah Rata-rata Penduduk (km2)
Kabupaten/Kota
Per km2
Per Rumah Tangga
Kabupaten 1. Pandeglang
2.746,91
397,73
4,4
2. Lebak
3.044,72
405,44
4,28
3. Tangerang
1.160,41
3.079,99
4,11
4. Serang
1.704,12
1.071,61
4,4
1. Tangerang
186,97
8.192,04
3,96
2. Cilegon
175,51
1.957,72
4,35
9.018,64
1.014.73
4,2
Kota
Banten
Sumber : Susenas 2010, BPS
Tabel 2.4 Jumlah Kecamatan dan Kelurahan/Desa Tiap Kabupaten/Kota Tahun
Kecamatan
Desa
Kelurahan
Jumlah Desa dan Kelurahan
2005
135
1337
146
1483
2004
132
1337
146
1483
2003
124
1337
144
1481
2002
122
1337
144
1481
2001
116
1330
146
1476
Sumber : BPSProvinsi Banten 2006
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 7 -
Bab II Tinjauan Pustaka
Melihat dari pembagian wilayah administrasinya, maka hanya sekitar 33,3% dari wilayah Provinsi Banten yang berada di bagian utara (Kab/ dan Kota Tangerang, Kab Serang dan Kota Cilegon) sedangkan 66,7% wilayah lainnya berada di bagian selatan di dua kabupaten, yakni Kab Lebak dan Kab Pandeglang.
Gambar 2.1 Pembagian Wilayah Administrasi di Provinsi Banten
2.1.1.2 Karakteristik Dasar Kabupaten Lebak Ibukota Kabupaten Lebak adalah Rangkasbitung dengan jarak tempuh dari Jakarta 135 km. Geografis terletak pada 106°10' dan 106°25' Bujur Timur dan 5°-10° Lintang Selatan.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 8 -
Bab II Tinjauan Pustaka
Kabupaten Lebak terkonsentrasi sektor pertanian. Kabupaten Lebak juga berfungsi sebagai daerah resapan air khususnya pada beberapa areal hutan antara lain berada di Bojongmanik, Cipanas dan Bayah. Sumber mata air yang dimiliki Kabupaten Lebak selain mampu memenuhi kebutuhannya sendiri juga mampu memenuhi kebutuhan air untuk wilayah lain seperti Kabupaten Tangerang. Kabupaten Lebak juga mempunyai potensi lainnya di bidang pertambangan khususnya pertambangan emas yang berada di daerah Cikotok. Selain itu juga ada jenis pertambangan yang lain yang menyebar di seluruh wilayah Kabupaten Lebak diantaranya batu bara, kuarsa, batolit dan zeonit.
Dalam pengembangannya Kabupaten Lebak yang mempunyai begitu banyak potensi mengalami benturan dikarenakan rendahnya kualitas sumber daya manusia dan kurangnya prasarana khususnya prasarana transportasi.
2.1.1.3 Pengembangan Wilayah Banten Sektor pertanian yang selama ini menjadi sektor unggulan di Kabupaten Lebak masih memiliki potensi untuk dikembangkan lebih jauh lagi, mengingat lahan yang tersedia masih cukup luas, akses pemasaran mudah, SDM cukup responsive, serta pemasaran hasil pertaniannya sudah mampu keluar daerah.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 9 -
Bab II Tinjauan Pustaka
Hasil pertanian,perkebunan, dan buah-buahb kabupaten Lebak bahkan mampu menembus pasar nasional, bahkan sudah mampu melakukan eksport komoditasnya.Peningkatan pembangunan di sektor pertanian ini tentunya akan memberikan pengaruh positif bagi peningkatan ekonomi penduduk Kabupaten Lebak.
Kabupaten Lebak juga berfungsi sebagai daerah resapan air pada khususnya pada beberapa areal hutan yang lainnya berada di daerah Bojongmanik, Cipanas, dan Bayah.Selain itu, sumber mata air yang dimiliki oleh Kabupaten Lebak bukan hanya mampu melayani kebutuhan penduduk daerahnya, namun juga dapat melayani kebutuhan daerah lainnya seperti Tangerang. Kabupaten Lebak juga menyimpan potensi sektor pertambangan, khususnya pertambangan emas yang ada di Cikotok.
Jenis bahan tambangnya pun beragam, seperti tambang batubara, kuarsa, batolit, dan zeonit yang terbesar di beberapa daerah di Kabupaten Lebak.Sumber daya pesisir dan laut Kabupaten Lebak juga memiliki potensi baik itu dalam pengembangannya sebagak daeah pariwisata, maupun pemamfaatan sumber daya perikanan.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 10 -
Bab II Tinjauan Pustaka
Kabupaten Lebak memiliki potensi yang dapat dikembangkan ternyata dalam pengembangannya terbentur pada rendahnya kualitas sumber daya manusia.Permasalahan inilah yang menghambat perkembangan usaha dan perekonomian Kabupaten Lebak. Dengan kualitas sumber daya manusia yang kurang memadai akan menemui kesulitan dalam pengembangan daerah ke depan terutama untuk menghadapi persaingan pada masa yang akan datang.
Selain permalahan kurangnya prasarana yang ada, khususnya prasarana transportasi yang mengakibatkan Kabupaten Lebak dapat dikatakan cukup terisolir.Kurangnya prasarana transportasi ini juga mengakibatkan terhambatnya pemasaran hasil bumi yang cukup melimpah di Kabupaten Lebak.
Untuk mengatasi berbagai permasalahan diatas, terdapat beberapa usulan yang berasal dari masyarakat dalam forum peran serta masyarakat yang diantaranya adalah peningkatan kualitas pendidikan baik itu dari kualitas pengajar maupun sarana pendidikan yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia.Pengembangan prasarana transportasi juga diharapkan dapat meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lebak.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 11 -
Bab II Tinjauan Pustaka
Provinsi Banten telah menetapkan Core Business sebagai kawasan andalan antara lain Sumber Daya manusia, Kelauatan, Agrinisnis, Industri, Pariwisata dan Jasa. Pengembangan kawasan prioritas dengan melakukan kegiatan pengembangan potensi wilayah dengan menggunakan kriteria aksesibilitas, kegiatan strategis, cakupan layanan dan peluang investasi.
Daerah kawasan andalan di Provinsi Banten terbagi empat wilayah antara lain: 1. Kawasan andalan Kabupaten Lebak 2. Kawasan andalan Kabupaten Pandeglang 3. Kawasan andalan Kabupaten serang 4. kawasan andalan kabupaten Tangerang
Tabel 2.5 Sektor Unggulan Masing-masing Kabupaten/Kota Di Provinsi Banten No 1.
Kabupaten/Kota Kab. Lebak
Sektor Unggulan
Keterangan
Pertanian
Komoditas Utama
Pertambangan& Penggalian
Ubi Kayu Ubi Jalar
Bangunan/ Batu bara di Ciherang Konstruksi Emas di Cikotok Jasa lainnya Pasir kuarsa, Zeolit, Batu Lempung, Batu gamping di Bayah
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 12 -
Bab II Tinjauan Pustaka
Bentonit di Bojongmanik Kaolik di Ciakar 2.
Kab. Pandeglang
Pertanian
Padi sawah
Keuangan, Persewaan,Jasa Perusahaan
Padi Ladang Kedelai Kacang Hijau Jagung
3.
Kab.Serang Kota Cilegon
dan Industri Pengolahan Industri baja (Kawasan industri Cilegon) Industri non baja (selat sunda) Industri kecil
4.
Kab. Tangerang
Listrik, Gas dan air bersih
5.
Kota Tangerang
Perdagangan, hotel dan restoran Pengangkutan dan Komunikasi
Dari tabel di atas terlihat bahwa sektor unggulan untuk Kabupaten Lebak adalah pertanian, pertambangan dan penggalian, bangunan/konstruksi jasa lainnya. Sementara untuk komoditas utamanya berupa ubi kayu, ubi jalar, batu bara, emas, pasir kuarsa, dan bahan material lainnya yan tersebar di area Ciherang, Cikotok, Bayah, Bojongmanik, dan Ciakar.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 13 -
Bab II Tinjauan Pustaka
Gambar 2.2 Kawasan Core Business Provinsi Banten
Tabel 2.6 Rencana Kawasan Andalan Provinsi Banten Luas (Ha) No.
Nama Kawasan
Rencana
Terban gun
Pelu ang
1
Balaraja Industri Park
300
0
300
2
Taman Tekno Bumi serpong Damai
200
80
120
3
Balaraja Industri Estate
300
21
279
4
West Tangerang Industri Estate Cikupa
500
150
350
5
Gyraha Balaraja sentra Produksi & Distribusi
76
53
23
6
Jababeka Cilegon Industri Estate
1800
0
1800
7
Krakatau Industri Estate Cilegon
550
205
345
8
Langgeng Sahabat Industri Estate
500
40
460
9
Kawasan Industri & Pengudangan Cikupa Mas
250
100
150
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 14 -
Bab II Tinjauan Pustaka
10
Nikotomas Gemilang Industri Estate
165
89
76
11
Petrochemical Industri Estate Pancapuri
500
0
500
12
Pancatama Industri Estate
100
12
88
13
Modern Cikande Industri Estate
900
414
486
14
Pasar Kemis Industri Park
100
100
0
15
Samanda Perdana Industri Estate
150
0
150
16
Saur Industri Estate
250
200
50
17
Kawasan Industrial Terpadu MGM
662
0
662
7303
1464
5839
Jumlah Sumber : BKPM Provinsi Banten
Gambar 2.3 Etalase Nasional dan Internasional di Provinsi Banten UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 15 -
Bab II Tinjauan Pustaka
Gambar 2.4 Sebaran Kawasan Industri di Provinsi Banten
2.1.1.4 Kondisi Eksisting Perkeretaapian Di Provinsi Banten Jaringan prasarana di Provinsi Banten dibagi dalam beberapa koridor. Koridor ini dibagi berdasarkan rencana pengembangan yang sedang dipersiapkan oleh Provinsi Banten bersama dengan analisis ini. Koridorkoridor tersebut adalah: 1.
Koridor Rangkasbitung-Merak
2.
Rangkasbitung-Serpong
3.
Tangerang-Duri
4.
Rangkasbitung-Saketi-Labuan
5.
Saketi-Malimping-Labuan
6.
Cilegon-Ciwandan-Anyer Kidul
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 16 -
Bab II Tinjauan Pustaka
Berdasarkan data operasional kereta api di Provinsi Banten, dapat diketahui hal-hal berikut : Panjang lintasan kereta adalah 305,90 km, dengan rincian sebagai berikut :
Lintas Tanah Abang-Merak
: 129,30 km
Lintas Duri-Tangerang
: 6,80 km
Lintas tak operasi (169,80 km), yaitu :
Lintas Rangkasbitung-Labuan
: 56,50 km
Lintas Cilegon-Anyer Kidul
: 17,30 km
Lintas Saketi-Bayah
: 96,00 km
Pintu perlintasan ada sebanyak 221 buah, dengan rincian sebagai berikut:
Resmi dijaga sebanyak 47 buah
Resmi tidak dijaga sebanyak 111 buah
Liar sebanyak 63 buah
Rangkasbitung merupakan node atau simpul yang membagi menjadi 3 koridor berbeda. Jaringan ke sebelah barat menuju Merak. Jaringan ke sebelah Timur menuju Serpong dan Tanah Abang sedangkan jaringan ke Selatan menuju Saketi-Labuan. Pergerakan dari Labuan ini dilanjutkan ke Malimping dan Bayah. UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 17 -
Bab II Tinjauan Pustaka
Dari 3 atau 4 koridor yang berpusat di Rangkasbitung, 2 merupakan koridor utama yang bersambung dengan jalur utama Pulau Jawa. Jalur utama di Provinsi Banten ini bersambung dengan jalur Utara Jawa sampai dengan Semarang dan Surabaya. Koridor tersebut adalah RangkasbitungMerak dan Rangkasbitung-Serpong-Tanah Abang.
Dua koridor lagi merupakan koridor cabang yang saat ini tidak beroperasi dan relatif sudah tidak memililiki jaringan prasarana yang utuh baik itu jalan rel, jembatan maupun stasiunnya. Koridor tersebut adalah Rangkasbitung-Saketi-Labuan dan Saketi-Malimping-Bayah.
Dua koridor lainnya yaitu Tangerang-Duri dan Cilegon-Ciwandan-Anyer Kidul merupakan koridor yang terpisah dengan jalur utama antara MerakRangkasbitung-Serpong-Tanah Abang. Tangerang-Duri saat ini dilayani oleh pelayanan commuter Tangerang-Jakarta sedangkan koridor CilegonCiwandan-Anyer Kidul terdapat pelayanan batu bara.
Provinsi Banten dilalui jalur kereta api Jakarta-Merak yang melewati wilayah DKI Jakarta-Kabupaten Tangerang-Serang-Kota Cilegon dan Kabupaten Lebak. Optimalisasi penggunaan moda angkutan kereta api merupakan salah satu alternatif terbaik untuk mengatasi masalah kongesti lalu lintas jalan raya, di samping melakukan pengingkatan kondisi jaringan jalan. UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 18 -
Bab II Tinjauan Pustaka
Jumlah rangkaian kereta api ada sebanyak 81 KA, dengan rincian sebagai berikut KA Penumpang (56 KA) terdiri dari : KA Bisnis (10 KA) dan KA Ekonomi (47 KA) dengan trayek sebagai berikut: 1.
Jakarta-Merak
2.
Jakarta-Rangkasbitung
3.
Tanah Abang-Parung Panjang
4.
Jakarta-Tangerang
5.
Angke-Rangkasbitung
6.
Rangkasbitung-Parung Panjang
7.
Duri/Angke-Tangerang
Total jumlah penumpang periode Januari-Desember 2002 adalah : 3.908.330 orang. Sedangkan KA Barang ada 24 KA dengan produksi yang diangkut adalah besi baja, batu bara dan peti kemas. KA barang yang beroperasi di Provinsi Banten dengan trayek sebagai berikut : 1.
Tanah Abang-Cilegon
2.
Tanah Abang-Cigading
Jaringan jalan rel kereta api eksisting di Kabupaten Tangerang adalah dari arah Jakarta ke Rangkasbitung yang melintasi kecamatan-kecamatan Ciputat, Serpong, Jambe dan Cisoka. Wilayah Rangkasbitung dilalui oleh kereta api Jakarta-Merak yang berhenti di 3 (tiga) stasiun pemberhentian, yaitu Rangkasbitung, Citeras dan Maja. Untuk lebih mengoptimalkan UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 19 -
Bab II Tinjauan Pustaka
pelayanan di Kabupaten Lebak direncanakan akan dibangun double track untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam rangka mendorong kegiatan pembangunan perekonomiannya.
Daerah Utara lebih berkembang dibandingkan dengan daerah Selatan (terutama daerah Selatan dari provinsi Banten dan Jawa Barat). Oleh karenanya perlu dilakukan pembangunan jalan baru di daerah selatan Jawa Barat dan peningkatan kelas jalan lintas Selatan sehingga hubungan jaringan Pulau Jawa tidak terputus (Gelang Jawa).
Lintas Utara dan lintas Selatan dihubungkan dengan 6 jaringan penghubung Sirip Jawa yang terdiri dari Cikampek–Padalarang, BandungPalimanan, Tegal-Wangon, Semarang-Yogyakarta, Bangil–Malang dan Tuban–Tulungagung.
Berdasarkan keenam koridor tersebut terdapat beberapa koridor yang sudah dilayani oleh jaringan pelayanan KA. Dari Ciwandan-Cilegon sudah dilayani oleh pelayanan angkutan batu bara yang berpusat di Ciwandan. Selain itu terdapat KA penumpang yang melayani Merak-RangkasbitungSerpong-Tanah
Abang.
Selain
itu
terdapat
pelayanan
commuter
Tangerang-Duri yang dilayani pada koridor Tangerang-Duri (koridor 3). Gambar 2.5 memperlihatkan 4 koridor yang telah dilayani jaringan
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 20 -
Bab II Tinjauan Pustaka
pelayanan
KA,
yaitu
Ciwandan-Cilegon,
Rangkasbitung-Merak,
Rangkasbitung-Serpong-Tanah Abang dan Tangerang-Duri.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 21 -
Bab II Tinjauan Pustaka
Masih lengkap jaringan Sudah tidak prasaranan lengkap ya jaringan prasaranan ya
Gambar 2.5 Jaringan Pelayanan Kereta Api di Provinsi Banten
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 22 -
Bab II Tinjauan Pustaka
Gambar 2.6 Jaringan Pelayanan Kereta Api di Provinsi Banten UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 23 -
Bab II Tinjauan Pustaka
Sampai dengan tahun 2001 prasarana transportasi darat terdapat jalan nasional sepanjang 115,007 km, jalan Provinsi sepanjang 734,823 km, serta jalan perkotaan dan pedesaan sepanjang 925,762 km, sedangkan jalan baja atau lintasan kerta api adalah 305,9 km. Jalan Kereta Api yang masih berfungsi sepanjang 136,1 km adalah lintasan Tanah AbangRangkasbitung-Merak serta Duri-Tangerang dan yang tidak berfungsi (mati) sepanjang 169,8 km yaitu lintas Rangkasbitung-Pandeglang-SaketiLabuan, Ciwandan-Anyer Kidul serta Saketi-Malimping-Bayah.
Provinsi Banten dilengkapi oleh 2 jalan tol utama dari Jakarta yaitu Jakarta-Tangerang dan Jakarta-Merak serta mempunyai 38 pelabuhan yang terdiri dari pelabuhan umum dan khusus, antara lain : - Cigading - Merak Emas - Merak Feri Dan sekitar 32 pelabuhan laut terutama untuk eksport dan import bahanbahan industri khususnya pelabuhan Ciwandan untuk produk-produk industri.
Jumlah rangkaian kereta api sebanyak 137 buah KA dengan rincian KA Penumpang sebanyak 56 KA, KA Bisnis 10 KA, dan KA Ekonomi 47 KA dengan jumlah penumpang pada tahun 2006 adalah sekitar 127.886 orang. Total jumlah KA barang adalah sebesar 24 KA dengan trayek Tanah UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 24 -
Bab II Tinjauan Pustaka
Abang – Cilegon dan Tanah Abang – Cigading. Secara rinci existing demand dapat dilihat pada Tabel 2.7 untuk penumpang dan Tabel 2.8 untuk barang di bawah.
Tabel 2.7 Lalu Lintas Penumpang Kereta Api di Wilayah Usaha Barat 2006 Penumpang Yang Berangkat
Pendapatan
(orang)
(ribu)
(2)
(3)
1. Januari
11.683
44.693,00
2. Februari
9.160
36.077,50
3. Maret
9.797
37.066,00
4. April
10.983
44.442,50
5. Mei
10.831
45.692,50
6. Juni
11.105
30.225,50
7. Juli
11.789
38.626,50
8. Agustus
11.071
32.727,50
9. September
10.991
33.099,50
10. Oktober
9.005
35.574,70
11. November
10.897
29.219,00
12. Desember
10.574
28.338,00
Jumlah / Total
127.886
435.728,20
Bulan
(1)
Sumber : PT. Kereta Api (Persero) Unit Stasiun Serang UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 25 -
Bab II Tinjauan Pustaka
Tabel 2.8 Lalu Lintas Angkutan Barang Kereta Api di Wilayah Usaha Barat Non DKI 2006 Bulan
Barang Yang Berangkat
Pendapatan
(ton)
(ribu)
(2)
(3)
1. Januari
0,400
20,00
2. Februari
0,675
40,00
3. Maret
0,300
15,00
4. April
0,300
22,50
5. Mei
0,850
50,00
6. Juni
0,050
5,00
7. Juli
0,350
27,50
8. Agustus
0,500
42,50
9. September
0,350
25,00
10. Oktober
0,750
55,00
11. November
0,450
40,00
12. Desember
0,500
42,50
Jumlah / Total
5,475
385,00
(1)
Sumber : PT. Kereta Api (Persero) Unit Stasiun Serang
Secara visual kinerja kereta api di Provinsi Banten dapat dilihat pada Gambar 2.7 dan Gambar 2.8 yang menggambarkan volume penumpang dan pendapatannya pada semester 1 tahun 2002. Volume penumpang naik tercatat terbesar di stasiun Rangkasbitung sebesar 763,286 dan rata-rata UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 26 -
Bab II Tinjauan Pustaka
dengan Citeras serta Jambu Baru 408,331. Volume penumpang naik terkecil di stasiun Krenceng serta Cigading sebesar 4737. Pendapatan dari penumpang tercatat terbesar di Rangkasbitung sebesar Rp 1,447 milyar dan rata-rata dengan Citeras dan Jambu Baru Rp 756 juta. Pendapatan dari penumpang naik terkecil di stasiun Tonjong Baru Rp 1,703 juta dan ratarata dengan Stasiun Krenceng serta Cigading sebesar Rp 12,765 juta.
Gambar 2.7 Penerimaan Lintasan Stasiun di Provinsi Banten
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 27 -
Bab II Tinjauan Pustaka
Gambar 2.8 Volume Penumpang Lintasan Stasiun di Provinsi Banten
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 28 -
Bab II Tinjauan Pustaka
2.3.2 Kabupaten Bogor 2.1.2.1 Pemanfaatan Ruang Pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Bogor secara garis besar dapat dikelompokan menjadi kawasan lindung dan kawasan budidaya. Penetapan kawasan tersebut telah mempertimbangkan kriteria lokasi, kondisi eksisting dan kebijaksanaan pembangunan. 1. Kawasan Lindung a. Kawasan Hutan Lindung Kawasan hutan lindung diusulkan meliputi areal seluas 39.275 Ha, yang terdiri dari hutan lindung, sebagian besar terdapat di Kecamatan Nanggung, Caringin, Ciawi, Cisarua, Megamendung, Cariu, Jonggol, Cibinong, Sukaraja, Jasinga dan Tenjo. Dilihat dari penyebarannya kawasan lindung terdapat di wilayah bagian selatan Kabupaten Bogor, wilayah-wilayah dataran tinggi dan sedikit di Kecamatan Cariu dan Jasinga. b. Kawasan Resapan Air Kawasan
bercurah
hujan
tinggi,
bertekstur
tanah
mudah
meresapkan air dan mempunyai geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara besar-besaran. Kawasan ini mencakup sebagian wilayah: Kecamatan Nanggung, Sukajaya, Pamijahan, Citeureup, Babakan Madang, Taman Sari, Caringin, Cijeruk, Ciawi,
Cisarua,
Megamendung,
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 29 -
Sukamakmur,
Cariu
dan
Bab II Tinjauan Pustaka
Kelapanunggal. Gambar 2.9 menunjukkan lokasi daerah resapan air di wilayah Kabupaten Bogor.
Gambar 2.9 Peta Daerah Resapan Air
c. Sempadan Danau/Waduk Penetapan sempadan danau/waduk mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau/waduk, sebagai potensi sumberdaya air permukaan di wilayah Kabupaten Bogor yaitu terdapat 116 situ/danau yang tersebar hampir di semua kecamatan. UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 30 -
Bab II Tinjauan Pustaka
d. Sempadan Sungai Sempadan sungai untuk sungai-sungai utama yang terdapat di wilayah Kabupaten Bogor adalah: Sungai Cisadane, Ciliwung, Cidurian, Cimanceuri, Kali Bekasi dan Sungai Ciujung. e. Kawasan Suaka Alam/Cagar Alam Kawasan suaka alam yang terdapat di Kabupaten Bogor, yaitu: Gunung
Gede
Pangrango,
Cibodas,
Megamendung
dan
Arcadomas. f. Kawasan Pelestarian Alam Pelestarian fungsi lindung dan tatanan lingkungan kawasan pelestarian alam yang terdiri dari Taman Nasional dan Taman Wisata Alam untuk pengembangan pendidikan, rekreasi dan pariwisata, serta peningkatan kualitas lingkungan sekitarnya dan perlindungan dari pencemaran. Di Kabupaten Bogor kawasan tersebut terdapat di Taman Safari Indonesia (Kecamatan Cisarua), Lido (Kecamatan Cijeruk), Talaga Warna (Kecamatan Cisarua), Gunung Salak Endah (Kecamatan Pamijahan, Cibungbulang, Ciampea), Goa Gudawang (Kecamatan Cigudeg), Ciseeng (Kecamatan Parung), Gunung Pancar (Kecamatan Citeureup), Riung Gunung (Kecamatan Cisarua), Gunung Mas (Kecamatan Cisarua), Gunung Luhur (Kecamatan Ciomas), Curug Cigamea (Kecamatan Pamijahan), Curug Seribu (Kecamatan Pamijahan),
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 31 -
Bab II Tinjauan Pustaka
Kawah Ratu (Kecamatan Pamijahan) dan Curug Nangka (Kecamatan Ciomas).
g. Kawasan Cagar Budaya Kawasan cagar budaya di wilayah Kabupaten Bogor adalah: Gua Gudawang, Taman Purnawarman dan Cibadak.
h. Kawasan Rawan Bencana Di Kabupaten Bogor kawasan tersebut terdapat disekitar Gunung Pongkor Kecamatan Nanggung dan daerah Gunung Gede Kecamatan Cisarua, Megamendung dan Ciawi.
2. Kawasan Budidaya a. Kawasan Pertanian Lahan Basah Kawasan pertanian lahan basah di Kabupaten Bogor terdapat di seluruh kecamatan dan mempunyai luas 52.977 Ha.
b. Kawasan Pertanian Lahan Kering Kawasan pertanian lahan kering terdapat di 25 (duapuluh lima) kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor dengan luas 44.453 Ha, yaitu: Kecamatan Cariu, Jonggol, Cileungsi, Gunung Putri, Cisarua,
Cijeruk,
Caringin,
Ciomas,
Sukaraja,
Kemang,
Bojonggede, Parung, Gunung Sindur, Leuwiliang, Pamijahan, UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 32 -
Bab II Tinjauan Pustaka
Dramaga, Cibungbulang, Ciampea, Nanggung, Rumpin, Cigudeg, Jasinga, Parugpanjang, Megamendung dan Kecamatan Citeureup.
c. Kawasan Tanaman Tahunan/Perkebunan Kawasan perkebunan Kabupaten Bogor diklasifikasikan menjadi 3 jenis kawasan perkebunan yaitu Perkebunan Besar Negara dengan luas lahan 4.422 Ha, Perkebunan Besar Swasta dengan luas lahan 3.649 Ha, dan yang terakhir adalah Perkebunan Rakyat dengan luas lahan 14.054 Ha. Adapun produksi dari perkebunan di Kabupaten Bogor adalah cengkeh, kopi, melinjo, kelapa, pala, karet, aren, teh, kelapa hibrida, dan pala.
d. Kawasan Hutan Produksi Kawasan hutan produksi di Kabupaten Bogor yaitu mempunyai luas 47.989 Ha dengan penyebarannya di 11 (sebelas) kecamatan, yaitu: Kecamatan Nanggung, Leuwiliang, Pamijahan, Ciampea, Caringin, Cariu, Cileungsi, Rumpin, Cigudeg, Jasinga dan Kecamatan Tenjo. Gambar 2.10 akan menunjukkan lokasi kawasan hutan menurut jenisnya (Hutan Lindung, Hutan Produksi,dan Taman Nasional)
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 33 -
Bab II Tinjauan Pustaka
Gambar 2.10 Peta Kawasan Hutan Menurut Jenisnya
e. Kawasan Peternakan Kawasan peternakan di Kabupaten Bogor pada umumnya memanfaatkan kawasan pertanian lahan kering, penyebarannya di wilayah Kabupaten Bogor terdapat di Kecamatan Cibungbulang, Jasinga dan Ciawi.
f. Kawasan Perikanan Kawasan yang potensial dikembangkan adalah kolam dan perairan darat, penyebarannya tersebar di wilayah Kabupaten Bogor yaitu terutama di kawasan pertanian lahan basah. UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 34 -
Bab II Tinjauan Pustaka
g. Kawasan Pertambangan Penyebaran lokasi pertambangan galian golongan C di Kabupaten Bogor terdapat di Kecamatan Cileungsi, Rumpin, Cigudeg dan Kecamatan Nanggung.
h. Kawasan Pemukiman Perdesaan Kawasan permukiman perdesaan penyebarannya berada di 27 kecamatan dengan luas 18.933 Ha, yaitu: Kecamatan Nanggung, Leuwiliang,
Cibungbulang,
Pamijahan,
Ciampea,
Dramaga,
Ciomas, Cijeruk, Caringin, Ciawi, Cisarua, Megamendung, Cariu, Jonggol, Citeureup, Cilengsi, Gunung Putri, Sukaraja, Kemang, Bojonggede, Parung, Gunung Sindur, Rumpin, Cigudeg, Jasinga, Parung Panjang dan Kecamatan Tenjo.
i. Kawasan Pemukiman Perkotaan Kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Bogor didominasi oleh
kegiatan
perumahan
dan
perdagangan/jasa
dengan
penyebarannya terdapat di 15 kecamatan seluas 13.566 Ha, yaitu terdapat di Kecamatan Ciomas, Cijeruk, Caringin, Ciawi, Cisarua, Megamendung, Citeureup, Cilengsi, Gunung Putri, Cibinong, Sukaraja, Kemang, Bojonggede, Parung dan Kecamatan Gunung Sindur.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 35 -
Bab II Tinjauan Pustaka
j. Kawasan Peruntukan Industri Kawasan peruntukan industri mempunyai luas 4.952 Ha, penyebarannya terdapat di Kecamatan Cileungsi, Cibinong, Citeureup dan Kecamatan Parung Panjang.
Secara keseluruhan, pemanfaatan ruang wilayah dapat dilihat pada Gambar 2.11 berikut ini.
Gambar 2.11 Peta Tata Guna Lahan Kabupaten Bogor Tahun 2005
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 36 -
Bab II Tinjauan Pustaka
Untuk persebaran andalan kawasan Bopunjur, andalan pertanian, dan industri kecil andalan dapat dilihat pada gambar-gambar di bawah ini,
PERTANIAN: Tanaman Sayuran PETERNAKAN: Ayam Buras, Ayam ras Pedaging, Sapi perah, Domba dan Kerbau PERIKANAN: Ikan air tawar, ikan mujair,ikan mas PERKEBUNAN: Karet, kopi,aren,cengkeh,kapol, melinjo INDUSTRI SEDANG: Bahan kimia PARIWISATA: Villa, hotel, restaurant, taman bunga, bonsai, pertanian bunga potong dan bunga hias
Support systems: high speed train railway
PERTANIAN: system Padi sawah,kacang kedelai PETERNAKAN: Ayam ras Petelur, ayam buras PERIKANAN: Ikan mujair,ikan mas PERKEBUNAN: Kelapa,karet, cengkeh INDUSTRI SEDANG: Bahan kimia,bahan dari logam PERTANIAN: Jagung,ketela pohon,ketela rambat PETERNAKAN: Ayam ras Pedaging,ayamras petelur,kerbau PERIKANAN: PERTANIAN: Ikan air tawar,ikan mujair,ikan mas Padi sawah,kacang kedelai PERKEBUNAN: PETERNAKAN: Kelapa, karet, Ayam rascengkeh Petelur, ayam buras INDUSTRI SEDANG: PERIKANAN: Kayu,bambu,rotan danmas bahan kimia Ikan mujair,ikan INDUSTRI KECIL PERKEBUNAN: Gula aren,genteng Kelapa,karet, cengkeh PERTANIAN: INDUSTRI SEDANG: Padi sawah,jagung,ketela pohon,ketela rambat,kacang hijau Bahan kimia,bahan dari logam PETERNAKAN: PERTANIAN: AyamJagung,ketela ras Pedaging,itik,kuda pohon,ketela rambat PERIKANAN: PETERNAKAN: Ikan air tawar,ikan nila Ayam ras Pedaging,ayamras petelur,kerbau PERKEBUNAN: PERIKANAN: karet,kopi, kakao,melinjo Ikan air tawar,ikan mujair,ikan mas INDUSTRI KECIL : PERKEBUNAN: PERTANIAN: tahu Kelapa, karet, cengkeh Padi sawah,kacang kedelai PARIWISATA: INDUSTRI SEDANG: PETERNAKAN: Danau,hutan,ziarah Kayu,bambu,rotan bahan kimia Ayam ras Petelur,dan ayam buras PERTANIAN: INDUSTRI KECIL PERIKANAN: Padi sawah,ketela rambat,kacang hijau Gula Ikanaren,genteng mujair,ikan mas PETERNAKAN: PERTANIAN: PERKEBUNAN: AyamPadi ras Pedaging ,kuda sawah,jagung,ketela Kelapa,karet, cengkeh pohon,ketela PERIKANAN: rambat,kacang hijau INDUSTRI SEDANG: Ikan nila PETERNAKAN: Bahan kimia,bahan dari logam PERKEBUNAN: Ayam ras Pedaging,itik,kuda PERTANIAN: Kelapa,kelapa hibrida,karet, kopi,cengkeh,pala,melinjo PERIKANAN: Jagung,ketela pohon,ketela rambat INDUSTRI SEDANG: Ikan air tawar,ikan nila PETERNAKAN: Kayu,bambu,rotan,dan barang dari logam PERKEBUNAN: Ayam ras Pedaging,ayamras petelur,kerbau INDUSTRI KECIL :kakao,melinjo karet,kopi, PERIKANAN: Tauco,INDUSTRI bata merah,batako KECIL : Ikan air tawar,ikan mujair,ikan mas PARIWISATA: tahu PERKEBUNAN: Villa,hotel,restaurant,dan oleh-oleh wisata PARIWISATA: Kelapa, karet, cengkeh PERTANIAN: Danau,hutan,ziarah PERTANIAN: INDUSTRI SEDANG: Padi sawah PERTANIAN: Padi sawah,kacang kedelai Kayu,bambu,rotan dan bahan kimia PETERNAKAN: Padi sawah,ketela PETERNAKAN: INDUSTRI KECIL rambat,kacang hijau AyamPETERNAKAN: ras Pedaging Ayam ras Petelur, ayam buras Gula aren,genteng PERIKANAN: Ayam ras Pedaging ,kuda PERIKANAN: PERTANIAN: Ikan air tawar,ikan mujair PERIKANAN: Ikan mujair,ikan mas Padi sawah,jagung,ketela pohon,ketela PERKEBUNAN: Ikan nila PERKEBUNAN: rambat,kacang hijau Kelapa,karet,kopi, aren,cengkeh,kapol,pala,melinjo PERKEBUNAN: Kelapa,karet, cengkeh PETERNAKAN: INDUSTRI SEDANG: Kelapa,kelapa hibrida,karet, INDUSTRI SEDANG: Ayam ras Pedaging,itik,kuda Makanan, minuman,tembakau,tekstil,pakaian dan kulit kopi,cengkeh,pala,melinjo Bahan kimia,bahan dari logam PERIKANAN: INDUSTRI KECIL (LOGAM): nila INDUSTRI SEDANG: PERTANIAN: Ikan air tawar,ikan Batako Kayu,bambu,rotan,dan barang rambat dari logam Jagung,ketela pohon,ketela PERKEBUNAN: PARIWISATA: INDUSTRI KECIL : PETERNAKAN: karet,kopi, kakao,melinjo Tanjakan Gekbrong, tambang, ayam pelung Tauco, bata merah,batako Ayam ras KECIL Pedaging,ayamras petelur,kerbau INDUSTRI : PERTANIAN: PARIWISATA: PERIKANAN: tahu Tanaman Sayuran, ketela rambat Villa,hotel,restaurant,dan oleh-oleh wisata Ikan air tawar,ikan mujair,ikan mas PARIWISATA: PETERNAKAN: PERTANIAN: PERKEBUNAN: Danau,hutan,ziarah AyamPadi ras Pedaging sawahkaret, cengkeh Kelapa, PERTANIAN: PERIKANAN: PETERNAKAN: INDUSTRI SEDANG: Padi sawah,ketela rambat,kacang hijau ikan nila Ayam ras Pedaging dan bahan kimia Kayu,bambu,rotan PETERNAKAN: PERKEBUNAN: PERIKANAN: INDUSTRI KECIL Ayam ras Pedaging ,kuda Teh, kopi,aren,cengkeh,Kapol Ikan air aren,genteng tawar,ikan mujairdan melinjo Gula PERIKANAN: INDUSTRI SEDANG: PERKEBUNAN: PERTANIAN: Ikan nila BahanKelapa,karet,kopi, kimia,makanan, minuman, tembakau aren,cengkeh,kapol,pala,melinjo Padi sawah,jagung,ketela pohon,ketela PERKEBUNAN: INDUSTRI KECIL SEDANG: (LOGAM): INDUSTRI rambat,kacang hijau Kelapa,kelapa hibrida,karet, meubel Makanan, minuman,tembakau,tekstil,pakaian dan PETERNAKAN: kopi,cengkeh,pala,melinjo PARIWISATA: kulit Ayam ras SEDANG: Pedaging,itik,kuda INDUSTRI Villa,hotel,Restaurant, Kebun teh,kebun kina,kebun INDUSTRI KECIL (LOGAM): PERIKANAN: Kayu,bambu,rotan,dan barang dari logam strawberry, gunung Batako Ikan air tawar,ikan INDUSTRI KECIL : nila PERTANIAN: PARIWISATA: PERKEBUNAN: Tauco, bata merah,batako Tanaman Sayuran Tanjakan Gekbrong, tambang, ayam pelung karet,kopi, kakao,melinjo PARIWISATA: PETERNAKAN: PERTANIAN: INDUSTRI KECIL : Villa,hotel,restaurant,dan oleh-oleh wisata AyamTanaman ras Pedaging & petelur, perah, Domba dan Kuda ketelaSapi rambat tahu Sayuran, PERTANIAN: PERIKANAN: PETERNAKAN: PARIWISATA: Padi sawah ikan nila,ikan Ayam rasmas Pedaging Danau,hutan,ziarah PETERNAKAN: PERKEBUNAN: PERIKANAN: PERTANIAN: Ayam ras Pedaging Teh, kopi,aren,cengkeh,Pala ikan nilasawah,ketela rambat,kacang hijau Padi PERIKANAN:
PERTANIAN: Padi sawah,kacang kedelai PETERNAKAN: Ayam ras Petelur, ayam buras PERIKANAN: Ikan mujair,ikan mas PERKEBUNAN: Kelapa,karet, cengkeh INDUSTRI SEDANG: Bahan kimia,bahan dari logam PERTANIAN: Jagung,ketela pohon,ketela rambat PETERNAKAN: Ayam ras Pedaging,ayamras petelur,kerbau PERTANIAN: PERIKANAN: Padi sawah,kacang kedelai Ikan air tawar,ikan mujair,ikan mas PETERNAKAN: PERKEBUNAN: Ayam ras Petelur, ayam buras Kelapa, karet, cengkeh PERIKANAN: INDUSTRI SEDANG: Ikan mujair,ikan mas Kayu,bambu,rotan PERKEBUNAN: dan bahan kimia INDUSTRI KECILcengkeh Kelapa,karet, Gula aren,genteng INDUSTRI SEDANG: PERTANIAN: Bahan kimia,bahan dari logam Padi sawah,jagung,ketela pohon,ketela PERTANIAN: rambat,kacang hijau Jagung,ketela pohon,ketela rambat PETERNAKAN: PETERNAKAN: Ayam Ayamras rasPedaging,itik,kuda Pedaging,ayamras petelur,kerbau PERTANIAN: PERIKANAN: PERIKANAN: Padi sawah,kacang kedelai, kacang hijau Ikan Ikanair airtawar,ikan tawar,ikannila mujair,ikan mas PETERNAKAN: PERKEBUNAN: PERKEBUNAN: Ayam ras Petelur, ayam buras, itik,kuda karet,kopi, kakao,melinjo Kelapa, karet, cengkeh PERIKANAN: : INDUSTRI INDUSTRIKECIL SEDANG: Ikan mujair,ikan mas tahu Kayu,bambu,rotan dan bahan kimia PERKEBUNAN: PARIWISATA: INDUSTRI KECIL Kelapa,karet, cengkeh Danau,hutan,ziarah Gula aren,genteng INDUSTRI SEDANG: PERTANIAN: PERTANIAN: Bahan galian bukan logam, barang dari logam Padi rambat,kacang hijau Padisawah,ketela sawah,jagung,ketela pohon,ketela INDUSTRI KECIL (PANGAN): PETERNAKAN: rambat,kacang hijau Tahu,tempe Ayam ras Pedaging ,kuda PETERNAKAN: PERIKANAN: Ayam ras Pedaging,itik,kuda PERTANIAN: PERTANIAN: Ikan nila PERIKANAN: Padi sawah,kcang kedelai,ketela pohon Padi sawah,kacang kedelai PERKEBUNAN: Ikan air tawar,ikan nila PETERNAKAN: PETERNAKAN: Kelapa,kelapa PERKEBUNAN:hibrida,karet, Ayam buras,itik,domba Ayam ras Petelur, ayam buras kopi,cengkeh,pala,melinjo karet,kopi, kakao,melinjoPERIKANAN: PERIKANAN: INDUSTRI INDUSTRISEDANG: KECIL : Ikan mas,ikan mujair Ikan mujair,ikan mas Kayu,bambu,rotan,dan barang dari logam tahu PERKEBUNAN: PERKEBUNAN: INDUSTRI KECIL : PARIWISATA: Kelapa,karet,kopi, kelapa ,aren,cengkeh,melinjo Kelapa,karet, cengkeh Tauco, bata merah,batakoINDUSTRI KECIL (PANGAN): Danau,hutan,ziarah INDUSTRI SEDANG: PARIWISATA: PERTANIAN: Gula aren Bahan kimia,bahan dari logam Villa,hotel,restaurant,dan oleh-olehhijau Padi sawah,ketela rambat,kacang INDUSTRI KECIL (LOGAM): PERTANIAN: wisata PETERNAKAN: genteng Jagung,ketela pohon,ketela PERTANIAN: Ayam ras Pedaging ,kuda rambat Padi sawah PERIKANAN: PETERNAKAN: PETERNAKAN: PERTANIAN: Ikan nila Ayam ras Pedaging,ayamras Ayam rassawah,kacang Pedaging kedelai,ketela rambat Padi PERKEBUNAN: petelur,kerbau PERIKANAN: PETERNAKAN: Kelapa,kelapa hibrida,karet, PERIKANAN: Ikan air tawar,ikan mujair Ayam buras,itik,domba,kuda kopi,cengkeh,pala,melinjo Ikan air tawar,ikan mujair,ikan PERKEBUNAN: PERIKANAN: INDUSTRI SEDANG: mas Kelapa,karet,kopi, Ikan air tawar,ikan mas Kayu,bambu,rotan,dan barang dari logam PERKEBUNAN: aren,cengkeh,kapol,pala,melinjo PERKEBUNAN: INDUSTRI KECIL : Kelapa, karet, cengkeh INDUSTRI SEDANG: Kelapa,kopi, aren,cengkeh,pala Tauco, bata merah,batako INDUSTRI SEDANG: Makanan, INDUSTRI SEDANG: PARIWISATA: Kayu,bambu,rotan dan bahan minuman,tembakau,tekstil,pakaian Makanan, minuman,tembakau,barang dari logam Villa,hotel,restaurant,dan oleh-olehdan wisata kimia kulit INDUSTRI KECIL PERTANIAN: INDUSTRI KECIL INDUSTRI KECIL (LOGAM): Gula aren, pisang sale, dan tahu Padi sawah Gula aren,genteng Batako PARIWISATA: PETERNAKAN: PERTANIAN: PARIWISATA: Restaurant Ayam ras Pedaging Padi sawah,jagung,ketelaTanjakan Gekbrong, tambang, ayam PERIKANAN: pohon,ketela rambat,kacang pelung Ikan air tawar,ikan mujair hijau PERTANIAN: PERKEBUNAN: PETERNAKAN: Tanaman Sayuran, ketela rambat Kelapa,karet,kopi, Ayam ras Pedaging,itik,kuda PETERNAKAN: aren,cengkeh,kapol,pala,melinjo PERIKANAN: Ayam ras Pedaging INDUSTRI SEDANG: Ikan air tawar,ikan nila PERIKANAN: Makanan, PERKEBUNAN: ikan nila minuman,tembakau,tekstil,pakaian dan karet,kopi, kakao,melinjoPERKEBUNAN: kulit INDUSTRI KECIL : Teh, kopi,aren,cengkeh,Kapol dan melinjo INDUSTRI KECIL (LOGAM): tahu INDUSTRI Batako SEDANG: PARIWISATA: Bahan kimia,makanan, minuman, PARIWISATA: Danau,hutan,ziarah tembakau Tanjakan Gekbrong, tambang, ayam pelung PERTANIAN: INDUSTRI KECIL (LOGAM): PERTANIAN: Padi sawah,ketela meubel Tanaman Sayuran, ketela rambat rambat,kacang hijau PARIWISATA: PETERNAKAN: PETERNAKAN: Villa,hotel,Restaurant, Ayam ras Pedaging Kebun teh,kebun Ayam ras Pedaging ,kudakina,kebun strawberry, gunung PERIKANAN: PERIKANAN: PERTANIAN: ikan nila Ikan nila Tanaman Sayuran PERKEBUNAN: PERKEBUNAN: PETERNAKAN: Teh, kopi,aren,cengkeh,Kapol dan melinjo Kelapa,kelapa hibrida,karet, Ayam ras Pedaging INDUSTRI SEDANG:& petelur, Sapi perah, kopi,cengkeh,pala,melinjo Domba Kuda Bahan dan kimia,makanan, minuman, tembakau INDUSTRI SEDANG: PERIKANAN: INDUSTRI KECIL (LOGAM): Kayu,bambu,rotan,dan barang ikan nila,ikan mas meubel dari logam PERKEBUNAN: PARIWISATA: INDUSTRI KECIL : Teh, kopi,aren,cengkeh,Pala Villa,hotel,Restaurant, Kebun teh,kebun Tauco, bata merah,batako INDUSTRI SEDANG: kina,kebun strawberry, gunung PARIWISATA: Bahan kimia PERTANIAN: Villa,hotel,restaurant,danPARIWISATA: olehTanaman Sayuran oleh wisata Cagar Budaya/istana,villa, PETERNAKAN: PERTANIAN: hotel,restaurant,kebun teh danSapi kebun Ayam ras Pedaging & petelur, perah, Padi sawah botani Domba dan Kuda
Gambar 2.12 Peta Andalan Kawasan Bopunjur dan Sektor Unggulannya
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 37 -
Bab II Tinjauan Pustaka
Gambar 2.13 Peta Sebaran Industri Kecil Andalan
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 38 -
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1.2.2 Kependudukan Jumlah penduduk di Kabupaten Bogor menurut sunsenas 2005 adalah sebanyak 3,80 juta jiwa, dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 1,87 %. Jumlah tersebut mendiami wilayah seluas 2.388,93 km2 sehingga secara rata-rata kepadatan penduduk di Kabupaten Bogor adalah 1.549 jiwa per Km2. Jumlah penduduk yang besar seringkali menjadi beban dalam proses pembangunan jika berkualitas rendah.
2.1.2.3 Perekonomian PAD tahun 2005, Kabupaten Bogor adalah lebih kurang sebesar Rp. 250 milyar, penerimaan dari PBB sebesar Rp. 46 milyar dan rata-rata income perkapita adalah Rp. 3.270.000. Sedangkan UMR yang berlaku adalah Rp. 638.138. Mata pencaharian penduduk adalah di sektor pertanian, perburuhan, dan perikanan sebanyak 2.758.821 orang; di sektor pertambangan dan penggalian sebanyak 197.059 orang; di sektor industri pengolahan sebanyak 39.412 orang; sektor listrik, gas dan air sebanyak 3.941 orang; sektor bangunan sebanyak 236.470 orang; sektor perdagangan 394.117 orang; sektor jasa dan lainnya 114.294 orang.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 39 -
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1.2.4 Sarana dan Prasarana Transportasi Rencana Struktur jaringan jalan diarahkan dengan maksud untuk menunjang tercapainya struktur tata ruang dan pengembangannya sistem kota-kota. Dengan terbentuknya struktur jaringan jalan, maka kota-kota dapat menjalankan fungsi dan peranannya secara optimal sesuai dengan hirarkinya. Struktur jaringan jalan yang diarahkan pada dasarnya akan membentuk: 1. Jalan Arteri Primer Jaringan jalan arteri primer dikembangkan untuk melayani dan menghubungkan kota-kota antar pusat wilayah dan atau pusat kegiatan nasional. Jaringan jalan arteri primer ini menghubungkan ruas jalan batas Sukabumi - Ciawi – Kodya Bogor – Cibinong – Cimanggis atau batas DKI Jakarta. 2. Jalan Kolektor Primer I Jaringan jalan kolektor primer dikembangkan untuk melayani dan menghubungkan kota-kota antar pusat kegiatan wilayah, antar pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal dan atau kawasan berskala kecil. Ruas jalan di Kabupaten Bogor yang termasuk jalan kolektor primer I adalah: -
Ruas jalan batas Cianjur atau Cariu – Jonggol – Cileungsi – Tol Cibubur.
-
Ruas jalan batas Bekasi atau Cileungsi – Citeureup – Cibinong.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 40 -
Bab II Tinjauan Pustaka
-
Ruas jalan Ciawi – Puncak atau batas Cianjur.
-
Ruas jalan Tol Iskandar Depok – Sawangan.
-
Ruas jalan batas Tangerang (Ciputat) – Sawangan – Parung – Kemang – Kodya Bogor.
-
Ruas jalan batas Kabupaten Lebak atau Jasinga – Leuwiliang – Ciampea – Kodya Bogor.
3. Jalan Kolektor Primer II Jaringan jalan kolektor primer II yang terdapat di Kabupaten Bogor, yaitu: -
Ruas jalan Pasir Tanjung (Cariu) – Sukamakmur – Babakan Madang.
-
Ruas Jalan Jonggol – Sukamakmur.
-
Ruas Jalan Citeureup – Sukaraja.
-
Ruas jalan batas Serpong atau Gunung Sindur – Parung – Putat Nutug.
-
Ruas jalan Bangun Jaya (Cigudeg)–Rumpin–Putat Nutug– Rancabungur–Ciampea.
-
Ruas jalan batas Tangerang atau Parung Panjang – Bangun Jaya (Cigudeg) – Bunar (Cigudeg).
-
Ruas jalan batas Tigaraksa atau Tenjo – Jasinga.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 41 -
Bab II Tinjauan Pustaka
4. Jalan Kolektor Primer III Jaringan jalan kolektor primer III yang terdapat di Kabupaten Bogor, adalah: -
Ruas jalan Babakan Madang – Megamendung.
-
Ruas jalan Citeureup – Hambalang (Babakan Madang).
-
Ruas jalan Leuwiliang – Pamijahan – Tamansari – Caringin.
-
Ruas jalan Gunung Sindur – Parung Panjang – Tenjo.
5. Rencana Jalan Tol Jalan tol dikembangkan untuk meningkatkan efisiensi pelayanan jasa transportasi serta memacu perkembangan wilayah. Rencana jalan tol di Kabupaten Bogor meliputi: -
Ruas jalan tol Jagorawi.
-
Rencana ruas jalan tol Gunung Putri – Sawangan – Parung – Panjang – Tangerang.
-
Rencana ruas jalan tol Ciawi – Sukabumi.
-
Rencana ruas jalan tol Ciputat – Sawangan.
-
Rencana ruas jalan tol Jakarta Selatan – Sukmajaya.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 42 -
Bab II Tinjauan Pustaka
2.2 Tinjauan Aspek Legalitas Perkeretaapian sebagai salah satu moda transportasi dalam sistem transportasi nasional yang mempunyai karakteristik pengangkutan secara massal dan keunggulan tersendiri dalam satu kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana, sarana dan sumber daya manusia, serta norma, kriteria, persyaratan dan prosedur untuk penyelenggaraan transortasi kereta api yang efektif dan efesien. Peran perkeretaapian perlu lebih dimanfaatkan dalam upaya pengembangan sistem transportasi nasional secara terpadu, untuk itu penyelenggaraan perkeretaapian yang dimulai dari perencanaan, pembangunan, perawatan dan pengoperasiannya perlu diatur dengan sebaik-baiknya sehingga dapat terwujud terselenggaranya angkutan kereta api yang selamat, aman, nyaman, cepat, tepat, tertib, dan efisien serta terpadu dengan moda transportasi lainnya. Tujuan tersebut tentunya dapat tercapai apabila bagian dari satu kesatuan sistem perkeretaapian itu sendiri dapat memenuhi standar yang telah ditetapkan. Bagian dari satu kesatuan sistem perkeretaapian yang salah satunya adalah sarana dan prasarana yang mempunyai peranan utama bagi pengguna jasa ataupun pihak penyelenggara dan operator, berikut yang terkait dari tinjauan aspek legalitas dalam kajian ini meliputi :
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 43 -
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1.1
Undang-undang No. 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian Definisi mengenai perkeretaaapian disebutkan pada pasal 1 UU No. 23/2007 dimana “Perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana, sarana dan sumber daya manusia, serta norma, kriteria, persyaratan dan prosedur untuk penyelenggaraan transportasi kereta api”. Maksud diselenggarakannya perkeretaapian adalah selain untuk memperlancar perpindahan orang dan/atau barang secara massal dengan selamat, aman, nyaman, cepat dan lancar, tepat, tertib dan teratur, efisien, juga menunjang pemerataan, pertumbuhan, stabilitas, pendorong, dan penggerak pembangunan nasional. Azas yang digunakan dalam penyelenggaraan perkeretaapian tersebut adalah asas manfaat; asas keadilan; asas keseimbangan; asas kepentingan umum; asas keterpaduan; asas kemandirian; asas transparansi; asas akuntabilitas; dan asas berkelanjutan.
A.
Klasifikasi Kereta Api Menurut Jenis Sesuai pasal 4, disebutkan bahwa kereta api menurut jenisnya terdiri atas kereta api kecepatan normal; kereta api kecepatan tinggi; kereta api monorel; kereta api motor induksi linear; kereta api gerak udara; kereta api levitasi magnetik; trem; dan kereta gantung.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 44 -
Bab II Tinjauan Pustaka
B.
Klasifikasi Kereta Api Menurut Fungsi Sesuai pasal 5, disebutkan bahwa perkeretaapian menurut fungsinya
terdiri
atas
perkeretaapian
umum
dan
perkeretaapian khusus. Perekeretaapian umum adalah perkeretaapian yang terdiri atas perkeretaapian perkotaan dan perekeretaapian antarkota (pasal 5 (2)). Tatanan perkeretaapian umum meliputi perkeretaapian
nasional;
perkeretaapian
perkeretaapian
kabupaten/kota
(pasal
6
provinsi; (1).
dan
Tatanan
perkeretaapian umum yang dimaksud merupakan satu kesatuan sistem perkeretaapian yang disebut perkeretaapian nasional (pasal 6 (2)) dimana sistem perkeretaapian yang dimaksud harus terintegrasi dengan moda transportasi lainnya (pasal 6 (3)). Untuk mewujudkan tatanan perkeretaapian ditetapkan rencana induk perkeretaapian yang terdiri atas: a.
perkeretaapian nasional;
b.
perkeretaapian provinsi; dan
c.
perkeretaapian kabupaten/kota.
Pada Tabel 2.9 Definisi Rencana Induk Perkeretaapian
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 45 -
Bab II Tinjauan Pustaka
No
1.
Rencana
Dasar Penyusunan
Induk Perkeretaapian Nasional
1. RTRWN
Isi
1. arah kebijakan dan peranan
2. Rencana
induk
perkeretaapian
jaringan transportasi
dalam
moda lainnya
transportasi;
nasional
keseluruhan
moda
2. prakiraan perpindahan orang dan/atau barang menurut asal tujuan perjalanan; 3. rencana kebutuhan prasarana perkeretaapian nasional; 4. rencana
kebutuhan
sarana
perkeretaapian nasional; dan 5. rencana kebutuhan sumber daya manusia. 2.
Perkeretaapian
1. RTRWN
1. arah kebijakan dan peranan
Provinsi
2. RTRW Prov. 3. Rencana
perkeretaapian provinsi dalam induk
perkeretaapian nasional
moda
transportasi; 2. prakiraan perpindahan orang
4. Rencana jaringan
keseluruhan
induk
dan/atau barang menurut asal
moda
tujuan
transportasi lainnya
perjalanan
pada
tataran provinsi; 3. rencana kebutuhan prasarana perkeretaapian provinsi; 4. rencana
kebutuhan
sarana
perkeretaapian provinsi; dan 5. rencana kebutuhan sumber daya manusia.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 46 -
Bab II Tinjauan Pustaka
3.
Perkeretaapian
1. RTRWN
1. arah kebijakan dan peranan
Kabupaten/kota
2. RTRW Prov.
perkeretaapian
3. RTRW Kab
kabupaten/kota
dalam
4. RTRW Kota
keseluruhan
moda
5. Rencana Induk
transportasi;
perkeretaapian provinsi
dan/atau barang menurut asal
6. Rencana induk jaringan
moda
transportasi lainnya
2. prakiraan perpindahan orang
pada
tataran kabupaten/kota
tujuan
perjalanan
pada
tataran kabupaten/kota; 3. rencana kebutuhan prasarana perkeretaapian kabupaten/kota; 4. rencana
kebutuhan
sarana
perkeretaapian kabupaten/kota; dan 5. rencana kebutuhan sumber daya manusia.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 47 -
Bab II Tinjauan Pustaka
C.
Pembinaan Perkeretaapian Indonesia Perkeretaapian dikuasai oleh negara dan pembinaannya dilakukan oleh pemerintah (pasal 13 (1)). Pembinaan yang dimaksud meliputi : Pengaturan, Pengendalian dan Pengawasan (pasal 13 (2)). Pada Tabel 2.2 disampaikan penjelasan mengenai pembinaan perkeretaapian pada masing-masing wilayah.
Tabel 2.14 Pembinaan Perkeretaapian Masing-masing Wilayah No. 1.
Pembagian Pembinaan
Penjelasan 1. penetapan
arah
dan
sasaran
kebijakan
perkeretaapian
nasional,
Perkeretaapian
pengembangan
Nasional
provinsi, dan kabupaten/kota; 2. penetapan, pedoman, standar, serta prosedur penyelenggaraan
dan
pengembangan
perkeretaapian; 3. penetapan
kompetensi
melaksanakan
fungsi
pejabat di
yang bidang
perkeretaapian; 4. pemberian arahan, bimbingan, pelatihan, dan bantuan teknis kepada Pemerintah Daerah, penyelenggara
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 48 -
dan
pengguna
jasa
Bab II Tinjauan Pustaka
perkeretaapian; dan 5. pengawasan
terhadap
perwujudan
pengembangan sistem perkeretaapian. 2.
Pembinaan
1. penetapan
arah
dan
sasaran
kebijakan
Perkeretaapian
pengembangan perkeretaapian provinsi, dan
Provinsi
kabupaten/kota; 2. pemberian arahan, bimbingan, pelatihan dan bantuan
teknis
penyelenggara
kepada dan
kabupaten/kota, pengguna
jasa
perkeretaapian; dan 3. pengawasan
terhadap
penyelenggaraan
perkeretaapian provinsi. 3.
Pembinaan
1. penetapan
arah
Perkeretaapian
pengembangan
Kabupaten/Kota
kabupaten/kota;
dan
sasaran
kebijakan
perkeretaapian
2. pemberian arahan, bimbingan, pelatihan, dan bantuan teknis kepada penyelenggara dan pengguna jasa perkeretaapian; dan 3. pengawasan
terhadap
penyelenggaraan
perkeretaapian kabupaten/kota. Sumber: UU No. 23 Tahun 2007 Pasal 14
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 49 -
Bab II Tinjauan Pustaka
D.
Penyelenggaraan Perkeretaapian Sesuai Pasal 17 (1 dan 2) disebutkan bahwa penyelenggaraan perkeretaapian umum dan khusus berupa penyelenggaraan prasarana dan sarana perkeretaapian.
D.1
Perkeretaapian Umum
Penyelenggaraan prasarana perkeretaapian umum dilakukan oleh Badan Usaha (pemerintah atau pemerintah daerah) sebagai penyelenggara, baik secara sendiri-sendiri maupun melalui kerjasama (pasal 23 (1 dan 2)). Penyelenggaraan tersebut meliputi kegiatan (pasal 18): a.
pembangunan prasarana;
b.
pengoperasian prasarana;
c.
perawatan prasarana; dan
d.
pengusahaan prasarana.
Penyelenggaraan sarana perkeretaapian umum meliputi kegiatan (pasal 25): a.
pengadaan sarana;
b.
pengoperasian sarana;
c.
perawatan sarana; dan
d.
pengusahaan sarana.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 50 -
Bab II Tinjauan Pustaka
Tabel 2.15 Ketentuan Sarana dan Prasarana Prasarana 1. Pembangunan Prasarana
Wajib berpedoman pada ketentuan rencana induk perkeretaapian dan memenuhi persyaratan teknis prasarana perkeretaapian
2. Pengoperasian Prasarana
Wajib memenuhi standar kelaikan operasi prasarana perkeretaapian
3. Perawatan Prasarana
Wajib memenuhi standar perawatan prasrana perkeretaapian dan perawatan tersebut dilakukan oleh tenaga yang memenuhi persyaratan dan kualifikasi keahlian di bidang prasarana perkeretaapian.
4. Pengusahaan Prasarana
Dilakukan berdasarkan norma, standar, dan kriteria perkeretaapian. Sarana
1. Pengadaan Sarana
Harus memenuhi persyaratan teknis sarana perkeretaapian
2. Pengoperasian Sarana
Wajib memenuhi standar kelaikan operasi sarana perkeretaapian
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 51 -
Bab II Tinjauan Pustaka
3. Perawatan Sarana
Memenuhi standar perawatan sarana perkeretaapian dan dilakukan oleh tenaga yang memenuhi persyaratan dan kualifikasi keahlian di bidang sarana perkeretaapian.
4. Pengusahaan
Dilakukan berdasarkan norma, standar, dan kriteria sarana perkeretaapian
Sumber: UU No.23 Tahun 2007 pasal 25 s.d 27 dan pasal 29 s.d 30. D.2
Perkeretaapian Khusus
Menurut pasal 33 (1) disebutkan bahwa Penyelenggaraan perkeretaapian khusus dilakukan oleh badan usaha untuk menunjang kegiatan pokoknya.
E.
Prasarana Perkeretaapian Menurut pasal 35, prasarana perkeretaapian umum dan khusus meliputi: a.
jalur kereta api yaitu jalur yang diperuntukkan bagi pengoperasian kereta api
b.
stasiun kereta api yang mempunyai fungsi sebagai tempat kereta api berangkat atau berhenti untuk melayani: naik turun penumpag, bongkar muat barang dan keperluan operasi kereta api.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 52 -
Bab II Tinjauan Pustaka
c.
fasilitas operasi kereta api merupakan peralatan untuk pengoperasian perjalanan kereta api.
E.1
Jalur Kereta Api
Jalur kereta api meliputi ruang manfaat jalur kereta api, ruang milik jalur kereta api dan ruang pengawasan jalur kereta api (pasal 36). a.
Ruang manfaat jalur kereta api terdiri atas jalan rel dan bidang tanah di kiri dan kanan jalan berserta ruang di kiri, kanan, atas, dan bawah yang digunakan untuk konstruksi jalan rel dan penempatan fasilitas operasi kereta api serta bangunan pelengkap lainnya (Pasal 37 (1)). Ruang manfaat jalur kereta api diperuntukkan bagi pengoperasian kereta api dan merupakan daerah yang tertutup untuk umum (pasal 38). Jalan rel dapat berada pada permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan di atas permukaan tanah (Pasal 37 ( 2)).
b.
Ruang milik jalur kereta api adalah bidang tanah di kiri dan kanan ruang manfaat jalur kereta api yang digunakan untuk pengamanan konstruksi jalan rel (pasal 42 (1)). Ruang milik jalur kereta api di luar ruang manfaat jalur kereta api dapat digunakan untuk keperluan lain atas izin dari pemilik jalur
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 53 -
Bab II Tinjauan Pustaka
dengan ketentuan tidak membahayakan konstruksi jalan rel dan fasilitas operasi kereta api (pasal 42 (2)). c.
Ruang pengawasan jalur kereta api adalah bidang tanah atau bidang lain di kiri dan di kanan ruang milik jalur kereta api untuk pengamanan dan kelancaran operasi kereta api (pasal 44).
E.2
Stasiun Kereta Api
Sesuai pasal 54 (1) disebutkan bahwa Stasiun kereta api untuk keperluan naik turun penumpang dilengkapi dengan fasilitas: a. keselamatan; b. keamanan; c. kenyamanan; d. naik turun penumpang; e. penyandang cacat; f. kesehatan; dan g. fasilitas umum. Sedangkan menurut pasal 54 (2) disebutkan bahwa stasiun kereta api untuk keperluan bongkar muat barang dilengkapi dengan fasilitas : a. keselamatan; b. keamanan; c. bongkar muat barang; dan d. fasilitas umum. Jasa pelayanan khusus yang disediakan oleh stasiun kereta api dapat berupa sesuai (pasal 57 (2)): a. ruang tunggu penumpang; b. bongkar muat barang; c. pergudangan; d. parkir kendaraan; dan/atau e. penitipan barang. Dimana penggunaannya dikenakan tarif jasa pelayanan tambahan. UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 54 -
Bab II Tinjauan Pustaka
E.3
Fasilitas Pengoperasian Kereta Api
Fasilitas pengoperasian kereta api meliputi (pasal 59 s.d pasal 63): a.
peralatan persinyalan; terdiri atas sinyal, tanda dan marka yang berfungsi sebagai petunjuk dan pengendali.
b.
peralatan telekomunikasi; menggunakan frekuensi radio dan/atau kabel dan berfungsi sebagai penyampai informasi dan/atau
komunikasi
bagi
kepentingan
operasi
perkeretaapian. c.
instalasi listrik. Terdiri atas catu daya listrik dan peralatan transmisi tenaga listrik.
F.
Izin Usaha, Pembangunan, dan Operasi Penyelenggaraan Prasarana KA Menurut pasal 24: a. Izin usaha penyelenggaraan prasarana perkeretaaapian umum diterbitkan oleh pemerintah; b. Izin pembangunan prasarana perkeretaapian umum diterbitkan setelah
dipenuhinya
perkeretaapian;
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 55 -
persyaratan
teknis
prasarana
Bab II Tinjauan Pustaka
c. Izin operasi prasarana perkeretaapian umum diterbitkan setelah dipenuhinya persyaratan kelaikan operasi prasarana perkeretaaapian.
G.
Sarana Perkeretaapian Sarana perkeretaapian menurut jenisnya terdiri atas lokomotif, kereta, gerbong, dan peralatan khusus yang wajib memenuhi persyaratan teknis dan kelaikan operasi yang berlaku bagi setiap jenis sarana perkeretaapian. (pasal 96).
H.
Lalulintas Kereta Api Pengoperasian kereta api menggunakan prinsip berlalu lintas satu arah pada jalur tunggal dan jalur ganda atau lebih dengan ketentuan: a. setiap jalur pada satu petak blok hanya diizinkan dilewati oleh satu kereta api; dan b. jalur kanan digunakan oleh kereta api untuk jalur ganda atau lebih. (pasal 120).
Pada perpotongan sebidang antara jalur kereta api dan jalan, pemakai jalan wajib mendahulukan perjalanan kereta api (pasal 124).
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 56 -
Bab II Tinjauan Pustaka
I.
Jaringan Pelayanan Perkeretaapian Jaringan pelayanan perkeretaapian (pasal 127 (2)), meliputi jaringan
pelayanan
perkeretaapian
antarkota
dan
jaringan
pelayanan perkeretaapian perkotaan. Jaringan
Pelayanan
perkeretaapian
antarkota
(pasal
128)
merupakan pelayanan yang menghubungkan: a.
antarkota antarnegara,
b.
antarkota
antarprovinsi,
yaitu
melampaui
1
provinsi,
melampaui 1 kabupaten/kota dalam 1 provinsi. c.
antarakota dalam provinsi, yaitu melampaui 1 kabupaten/kota dalam 1 provinsi.
d.
antarkota
dalam
kabupaten,
yaitu
berada
dalam
1
kabupaten/kota.
J.
Tarif Angkutan Kereta Api Sesuai pasal 151 disebutkan bahwa tarif angkutan kereta api terdiri atas tarif angkutan orang dan tarif angkutan barang. Tarif angkutan orang ditetapkan oleh pemerintah atau pemerintah daerah untuk angkutan pelayanan kelas ekonomi dan angkutan perintis (pasal 152 (2)).
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 57 -
Bab II Tinjauan Pustaka
Untuk pelayanan kelas ekonomi, tarif angkutan yang ditetapkan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dimana lebih rendah daripada
tarif
yang
dihitung
oleh
Penyelenggara
Sarana
Perkeretaapian berdasarkan pedoman penetapan tarif
yang
ditetapkan oleh Pemerintah, selisihnya menjadi tanggung jawab Pemerintah atau Pemerintah Daerah dalam bentuk kewajiban pelayanan publik. Untuk pelayanan angkutan perintis, dalam hal biaya yang dikeluarkan oleh Penyelenggara Sarana Perkeretaapian untuk mengoperasikan sarana perkeretaapian lebih tinggi daripada pendapatan yang diperoleh berdasarkan tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah, selisihnya menjadi tanggung jawab Pemerintah atau Pemerintah Daerah dalam bentuk subsidi angkutan perintis.
2.1.2
Peraturan Dinas Nomor 10 (PD No. 10) Perencanaan teknis perkeretaapian di Indonesia diatur oleh Peraturan Dinas Nomor 10 (PD No. 10). Peraturan tersebut berisi tentang: a.
geometrik jalan rel,
b.
susunan jalan rel dan
c.
pematusan.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 58 -
Bab II Tinjauan Pustaka
Ketentuan umum sebagai dasar perencanaan meliputi: a.
kecepatan rencana,
b.
beban gandar,
c.
ruang bebas dan ruang bangun,
d.
kelandaian, serta
e.
perlintasan.
Selain itu perencanaan teknis jalan kereta api juga mengacu pada: a.
AVBP 1932.
b.
100% Rencana Muatan 1921
c.
Peraturan Beton Indonesia 1971
d.
Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SKSNI T – 15 – 1991 – 03),
e.
2.3
Peraturan-peraturan lain yang terkait dan berlaku.
Tinjauan Aspek Teknis
2.3.1 Standar Perencanaan Track Dalam perencanaan jalan rel, penentuan jenis komponen jalan rel seperti : balas, antalan dan penambat rel serta dimensinya didasarkan pada beberapa beban gandar, kecepatan maksimum dan daya angkut lintas.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 59 -
Bab II Tinjauan Pustaka
Sesuai keterangan yang tercantum dalam PD10 jalan rel dibagi menjadi 5 kelas diantaranya yaitu terdapat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.10 Klasifikasi Jalan Rel V Kelas Jalan
Daya angkut (ton/tahun)
Maks
P maks
(km/ jam)
Gndr (ton)
Jenis bantalan Tipe rel
Jarak (mm )
I
> 20.106
120
18
R.60/R5 4
Beton
II
10.10620.106
110
18
R54/R.5 0
Beton kayu
III
5.10610.106
100
18
R.54/R. 50/R.42
Beton/Kayu/Baja
IV
2,5.1065.106
90
18
R.54/R. 50/R.42
Beton/Kayu/Baja
V
< 2,5.106
80
18
R.42
600 600 600 600 Kayu/Baja 600
Tebal
Lebar
Balas atas (cm)
Bahu Balas
EG
30
50
EG
30
50
EG
30
40
EG/ET
25
40
ET
25
35
Jenis Penambat
Keterangan: ET : Elastis Tunggal ; EG : Elastis Ganda
2.3.2 Kecepatan dan Beban Gandar Dalam kaitannya dengan perencanaan dan operasi kereta api. Maka ada beberapa batasan kecepatan sesuai dengan fungsinya. Didalam
ketentuan yang ada di PD 10 dinyatakan bahwa kecepatan
dikelompokkan menjadi :
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 60 -
(cm)
Bab II Tinjauan Pustaka
1. Kecepatan Rencana. Kecepatan
rencana
adalah
kecepatan
yang
digunakan
untuk
merencanakan konstruksi jalan rel. a) Untuk perencanaan struktur jalan rel. Vrencana = 1,25 x Vmaks b) Untuk perencanaan jari-jari lengkung lingkaran dan lengkung peralihan Vrencana = V maks. c) Untuk perencanaan peninggian rel.
Vrencana c x
N i Vi Ni
c = 1,25 Ni = Jumlah kereta api yang lewat Vi = Kecepatan operasi 2. Kecepatan Maksimum. Kecepatan maksimum adalah kecepatan tertinggi yang diinginkan untuk operasi suatu rangkaian kereta pada lintas tertentu. 3. Kecepatan Operasi. Kecepatan operasi adalah kecepatan rata-rata kereta api pada petak jalan tertentu.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 61 -
Bab II Tinjauan Pustaka
4. Kecepatan Komersial. Kecepatan komersial kecepatan rata-rata kereta api sebagai hasil pembagian jarak tempuh dengan waktu tempuh.
Dalam perkembangan perangkutan baik barang maupun manusia, terdapat peningkatan besarnya permintaan angkutan (demand). Sehingga besarnya beban gandar maksimum juga mengalami penyesuaian dari 13,4 ton menjadi 18 ton. Penyesuaian tersebut dimaksudkan agar jalan rel mampu dilewati oleh lokomotif yang lebih besar dengan kecepatan yang lebih tinggi dan mampu menarik rangkaian gerbong yang lebih berat. Ketentuan mengenai beban gandar maksimum sebesar 18 ton juga sesuai dengan yang tercantum dalam PD 10.
2.3.3 Daya Angkut Lintas Daya angkut lintas adalah jumlah angkutan anggapan yang melewati suatu lintas dalam jangka waktu satu tahun. Daya Angkut lintas mencerminkan jenis serta jumlah beban total dan kecepatan kereta api yang lewat di lintas yang bersangkutan. Daya angkut disebut daya angkut T dengan satuan ton/tahun. Daya angkut lintas menunjukkan jenis dan jumlah beban total serta kecepatan kereta api yang lewat di lintasan tersebut dalam satuan waktu tertentu (ton/tahun). UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 62 -
Bab II Tinjauan Pustaka
Daya angkut lintas (T) dihitung dengan persamaan : T = 360 x S x TE , TE = Tp x Kb x K1 x T1 Dimana: TE
=
tonase ekivalen (ton/hari)
Tp
=
tonase penumpang dan kereta harian
Tb
=
tonase barang dan gerbong harian
T1
=
tonase lokomotif harian
S
=
koefisien yang besarnya tergantung pada kualitas lintas
S
=
1,1 untuk lintas dengan kereta penumpang dengan kecepatan maksimum
120 km/jam
S
=
1,0 untuk lintas tanpa kerata penumpang
K1
=
koefisien yang besarnya = 1,4
=
koefisien yang besarnya tergantung kepada beban
Kb
gandar Kb
=
1,5 untuk beban gandar < 18 ton
Kb
=
1,3 untuk beban gandar > 18 ton
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 63 -
Bab II Tinjauan Pustaka
2.3.4 Ruang Bebas dan Ruang Bangun Pergerakan kereta api (lokomotif dan gerbong) dalam suatu lintasan baik lurus maupun lengkung harus terhindar dari halangan baik berupa benda alam (pohon) maupun buatan (rangka, bangunan lainnya). Dalam berbagai standar termasuk dalam PD10, ruang bebas didefinisikan sebagai : Ruang bebas adalah ruang diatas sepur yang senantiasa harus bebas dari segala rintangan dan benda penghalang; ruang ini disediakan untuk lalu lintas rangkaian kereta api. Ukuran ruang bebas untuk jalur tunggal dan jalur ganda, baik pada bagian lintas yang lurus maupun yang melengkung, untuk lintas elektrifikasi dan non-elektrifikasi, adalaah seperti yang tertera pada Gambar 2.16 Gambar 2.17.
Gambar 2.16 Ruang Bebas Single Track di Tikungan UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 64 -
Bab II Tinjauan Pustaka
Gambar 2.2 Ruang Bebas Single Track Lurus
Ukuran-ukuran tersebut telah memperhatikan dipergunakannya gerbong kontener/ peti kemas ISO (‘Iso Container Size’) tipe ‘standard height’.
Ruang bangun adalah ruang di sisi sepur yang senantiasa harus bebas dari segala bangunan tetap seperti antara lain tiang semboyan, tiang listrik dan pagar. Batas ruang bangun diukur dari sumbu sepur pada tinggi 1 meter sampai 3,55 meter.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 65 -
Bab II Tinjauan Pustaka
Jarak ruang bangun tersebut ditetapkan sebagai berikut : a. Pada lintas bebas : 2,35 sampai 2,53 m di kiri kanan sumbu sepur. b. Pada emplasemen : 1,95 m sampai 2,35 di kiri kanan sempu sepur c. Pada jembatan : 2,15 m di kiri kanan sumbu sepur
2.3.5 Perencanaan Geometri Perencanaan geometrik jalan rel dilakukan sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam PD 10, yang dalam hal ini kecepatan rencana yang ingin ditingkatkan menjadi 80 s/d 120 km/jam, sehingga di beberapa tikungan perlu diadakan penyesuaian-penyesuaian dalam kecepatan mengingat segi keamanan, kenyamanan, ekonomi dan keserasian dengan lingkungan sekitar-nya.
Lebar Sepur Untuk seluruh kelas jalan rel lebar sepur adalah 1067 mm yang merupakan jarak terkecil antara kedua sisi kepala rel, diukur pada daerah 0-14 mm dibawah permukaan teratas kepala rel. UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 66 -
Bab II Tinjauan Pustaka
Lengkung Horizontal Dua bagian lurus yang perpanjangannya membentuk sudut harus dihubungkan dengan lengkung yang berbentuk lingkaran dengan atau tanpa peralihan. Jari-jari minimum ditentukan oleh kecepatan rencana yang ditentukan sebagaimana dijabarkan pada Tabel 2.5. Tabel 2.11 Persyaratan Perencanaan Lengkung Jari-jari minimum
Kecepatan
Jari-jari minimum
Rencana
lengkung lingkaran tanpa
(km/jam)
lengkung peralihan (m)
120
2370
780
110
1990
666
100
1650
550
90
1330
440
80
1050
350
70
810
270
60
600
200
lingkaran yang diijinkan dengan lengkung peralihan (m)
Berdasarkan tabel diatas, jari-jari minimum untuk kecepatan 120 km/jam adalah 780 m. Pada tikungan yang akan direncanakan, desain didasarkan
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 67 -
Bab II Tinjauan Pustaka
pada kecepatan ini, kecuali untuk pertimbangan tertentu, maka rencana kecepatan di tikungan tersebut dapat dikurangi sesuai kebutuhan.
Panjang Lengkung Peralihan Untuk mencapai bagian lurus ke daerah lengkungan dan atau sebaliknya, diperlukan lengkung peralihan sehingga gaya sentrifugal yang terjadi dapat beralih secara bertahap. Besarnya panjang lengkung peralihan adalah sebagai berikut :
Ls = 0,01 x h x V Dimana :
Ls
=
panjang lengkung peralihan
h
=
peninggian
V
=
kecepatan rencana
Pelebaran Sepur Pelebaran sepur dilakukan agar roda kendaraan rel dapat melewati llengkung tanpa hambatan dan mengurangi gaya tekan akibat terjepitnya roda kereta di tikungan.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 68 -
Bab II Tinjauan Pustaka
Faktor yang berpengaruh terhadap besarnya pelebaran sepur adalah : a. Jari-jari tikungan (R) b. Jarak gandar antara muka dan belakang yang rigid c. Kondisi keausan roda rel.
Pelebaran sepur menurut PD 10 sebagai berikut : 4500 - 8 R 8000 d = 4000 mm W = - 8 R d = 3000 mm W =
Dimana :
W = pelebaran sepur (mm)
Peninggian Normal Untuk mengantisipasi gaya sentrifugal di daerah lengkungan jalan rel perlu dilakukan peninggian sebagai berikut :
h = 5,95 x
Dimana :
V2 R
h
=
peninggian normal (mm)
V
=
kecepatan rencana (km/jam)
R
=
jari-jari lengkungan (m)
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 69 -
Bab II Tinjauan Pustaka
Alinyemen Horizontal
Lengkung Spiral - Circle – Spiral L s = (derajat) s 2R 3 L Y=
(m) 6R L c s 2 L s
Y = c 6R
(m)
c
L5 (m) 40 R c2 L2s L3s X c = Ls (m) 40 R c2 X =L-
p = Yc - R c (1 - Cos s ) (m) k = X c - R c Sin s (m) T = (R c + p) tan ( ) + k (m) 2 Rc + p E= - R c (m) Cos ( 2 )
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 70 -
Bab II Tinjauan Pustaka
Gambar 2.18 Alinyemen Horizontal
Dalam desain tikungan direncanakan sebagai berikut : 1. Tikungan direncanakan untuk melayani kecepatan rencana V = 120 km/jam, dalam hal ini jari-jari tikungan direncanakan minimum R = 780 m atau dibulatkan menjadi minimum R = 800 m. 2. Dalam hal jari-jari tikungan tidak dapat direncanakan 800 m, maka dilakukan pembatasan kecepatan (taspat) V = 70 km/jam atau V = 60 km/jam.
Lengkung S Lengkung S terjadi bila dua lengkung dari suatu lintas yang berbeda arah lengkungannya terletak bersama sumbunya. Antara kedua lengkung yang
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 71 -
Bab II Tinjauan Pustaka
berbeda arah ini harus ada bagian lurus sepanjang paling sedikit 20 m diluar lengkung peralihan.
Lengkung S terutama dipakai apabila terjadi perubahan jarak as track karena jalur memerlukan jembatan yang strukturnya membutuhkan jarak yang lebih besar dari 4 m.
Gambar 2.19 Lengkung S
Dengan kecepatan 80 s/d 100 km/jam, R (jari-jari) = 2370 m Panjang jalur lurus minimal = 20 m
a
=
(2 x T + 20) cos t
b
=
d2 - d1 = (2T + 20) sin t
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 72 -
Bab II Tinjauan Pustaka
d2 - d1 =
(2 x 2370 x tan (t/2) + 20) sin t
Lss
=
2 x T + a + 20
Alinyemen vertikal Dipergunakan bila terdapat perbedaan kelandaian sehingga dengan adanya lengkung vertikal peralihan dapat terjadi secara berangsur-angsur dari suatu landai ke kelandaian berikutnya. LV = Rv . i Rv Xm = . 2 Rv Ym = .2 8
Dimana :
Rv
= jari-jari lengkung vertikal
Lv
= panjang lengkung peralihan
δ
= perbedaan landai
Xm
= jarak dari awal lengkung vertikal sampai titik tekuk A
Ym
= jarak dari titik tekuk A ke elevasi rencana
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 73 -
Bab II Tinjauan Pustaka
Gambar 2.20 Alinyemen Vertikal Kriteria desain alinyemen vertikal : 1. Beberapa kelandaian yang berlainan dalam jarak pendek disederhanakan menjadi satu kelandaian. 2. Jika penurunan beralih ke pendakian atau pendakian beralih ke penurunan, disediakan bagian mendatar dengan panjang minimum 200 m. 3. Sedapat mungkin ketinggian KR di jembatan dan perlintasan sebidang dengan jalan raya merupakan titik-titik penentu (titik tetap).
Gambar 2.21 Alinyemen Vertikal (2) UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 74 -
Bab II Tinjauan Pustaka
Penampang Melintang Secara umum perencanaan penampang melintang menerapkan PD 10 1986 yang telah memperhatikan aspek-aspek geometri, geoteknik dan drainase.
AS SEPUR RENCANA
DAWASJA DAMIJA
DAMAJA
DAMIJA DAWASJA
REI UIC 54 BANTALAN BETON LAPISAN BALAS LAPISAN SUB BALAS LAPISAN TANAH DASAR
1: 1. 5
GALIAN TANAH
40 50 30 50 30
3120
1: 1. 5
25 49
3120
6000
25 49
9000
1.067
3 1. 1:
TALI AIR
200 150 235 280 375
Gambar 2.22 Penampang Melintang pada Daerah Galian
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 75 -
6000 5 1. 1: 5 1. 1:
9000
Bab II Tinjauan Pustaka
AS SEPUR RENCANA
DAWASJA DAMIJA
DAMAJA
DAMIJA DAWASJA
REI UIC 54 BANTALAN BETON LAPISAN BALAS LAPISAN SUB BALAS TALI AIR
3120 25 49
TANAH TIMBUNAN
25 49
3120
1.067
3 1. 1:
200 150
5 1. 1:
1: 1. 5
235 280 375
9000
6000
6000
9000
Gambar 2.23 Penampang Melintang pada Daerah Timbunan AS SEPUR RENCANA
DAWASJA DAMIJA
DAMAJA
DAMIJA DAWASJA
REI UIC 54 BANTALAN BETON LAPISAN BALAS LAPISAN SUB BALAS TALI AIR
3120 25 49
TANAH TIMBUNAN
25 49
3120
1.067
3 1. 1:
200 150
5 1. 1:
235
1: 1. 5
280 375 9000
6000
6000
Gambar 2.24 Penampang Melintang Jalur Lurus UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 76 -
9000
Bab II Tinjauan Pustaka
AS SEPUR RENCANA
DAWASJA DAMIJA
DAMAJA
DAMIJA DAWASJA
REI UIC 54 BANTALAN BETON LAPISAN BALAS
200
LAPISAN SUB BALAS TALI AIR
3120 25 49
LAPISAN TANAH DASAR
25 49
44 20
1.067
3 1. 1:
150
5 1. 1:
235
1: 1. 5
280 375 9000
6000
6000
Gambar 2.25 Penampang Melintang di Tikungan
2.3.6 Standar Perencanaan Jembatan Untuk memenuhi persyaratan-persyaratan teknis dalam pengerjaan jembatan jalan kereta api, perlu ditetapkan kriteria dasar yang harus dipenuhi, antara lain : a. Kondisi Hidrologis Parameter yang sangat penting dalam perencanaan jembatan adalah penentuan tinggi muka air dan debit banjir rencana. Hal tersebut merupakan dasar dalam menentukan tata letak, lebar dan tinggi jembatan serta bangunan pelengkapnya. UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 77 -
9000
Bab II Tinjauan Pustaka
b. Kondisi Hidraulis Sungai yang ada di bawah jembatan di samping mengalirkan air juga mengangkut sedimen yang terkandung dalam air. Sedimen yang terbawa tersebut berupa butiran-butiran yang senantiasa bergerak sehingga permukaan sungai kadang naik dan kadang turun. Dengan demikian, sedimen tersebut mengakibatkan terjadinya erosi/gerusan, sedimentasi dan perpindahan alur sungai yang pada akhirnya menganggu kestabilan jembatan. Untuk itu, pada perencanaan jembatan harus memperhatikan kondisi hidraulis antara lain pola aliran sungai, arus air dan sedimentasi/material bawaan. c. Kondisi Struktural Kondisi struktural adalah batasan yang harus dipenuhi dalam perencanaan jembatan yang meliputi bangunan jembatan beserta pelengkapnya. Peraturan-peraturan dasar yang merupakan acuan dalam perencanaan struktur jembatan antara lain : 1) Peraturan Dinas No. 10 (PD No. 10) 2) Peraturan Rencana Muatan pada Jembatan Kereta Api (RM 1921) 3) AVPB 1971 4) Peraturan Beton Indonesia 1971 5) SNI 1989
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 78 -
Bab II Tinjauan Pustaka
2.3.7 Konsep Perencanaan a. Lay-out Sepur di Stasiun Dalam perencanaan lay-out track di stasiun kereta api, terlebih dahulu harus memperhatikan fungsi dan kapasitas stasiun. Dari data dan informasi yang dikumpulkan, maka dapat direncanakan jenis dan dimensi fasilitas yang akan diperlukan dengan memasukkan suatu angka keamanan.
b. Struktur Jembatan Dalam menentukan struktur jembatan jalan rel, digunakan standar perencanaan jembatan yang berlaku dianaranya Peraturan Rencana Muatan pada Jembatan Kereta Api. Perencanaan struktur jembatan kereta api dibagi menjadi dua bagian, yaitu struktur atas dan struktur bawah. 1. Struktur atas. Perencanaan struktur atas jembatan kereta api dipengaruhi oleh : a.)
Ruang bebas banjir (free board)
b.)
Daya dukung tanah
c.)
Posisi rel kereta
d.)
Dimensi dudukan landas jembatan (eksisting)
e.)
Bentang rencana
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 79 -
Bab II Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan jenis struktur atas, tim konsultan menggunakan kriteria berdasarkan lebar bentang rencana, seperti terlihat dalam Tabel 2.12.
Tabel 2.12 Lebar Bentang dan Jenis Struktur Bentang, L (m)
Jenis Struktur
L<7
Beton RCS (Reinforced Concrete Slab)
10 > L > 7
Beton RCT (Reinforced Concrete Type) Baja DP (Deck Plate), TP (Through Plate), TT (Through
30 > L > 10
Truss)
L > 30
Baja TT (Trough Truss)
2. Struktur bawah Perencanaan jenis struktur bawah dipengaruhi oleh : a.)
Jenis struktur atas
b.)
Daya dukung tanah
c.)
Kondisi struktur bawah (eksisting)
Dalam perencanaan struktur bawah jembatan diperhitungkan dari kondisi setempat, pembebanan dan keadaan lingkungan. Struktur UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 80 -
Bab II Tinjauan Pustaka
bawah jembatan kereta api dibedakan menjadi 2 (dua) jenis berdasarkan jenis fondasi, yaitu fondasi dangkal dan fondasi dalam. Fondasi dangkal biasanya menggunakan fondasi persegi dan fondasi dalam menggunakan tiang pancang. 3. Bangunan Sipil Pelengkap Beberapa bangunan sipil yang merupakan pelengkap dari jalan rel yang direncanakan antara lain : a.)
Sistem Drainase Drainase dimaksudkan sebagai pengaman pada struktur jalan rel yang dibangun. Bangunan yang termasuk dalam drainase antara lain saluran samping rel dan sub drain sebagai pemutusan di jalur bebas maupun di emplasemen.
b.)
Jalan perlintasan Jenis konstruksi jalan perlintasan didasarkan pada LHR di jalan raya yang berpotongan dengan rel kereta api dibedakan dalam 2 (dua) jenis yaitu Jalan Perlintasan (JPL) tipe A dan tipe B. JPL tipe A adalah tipe perlintasan yang LHR jalan raya cukup padat dan dilewati oleh kendaraan berat > 10 ton dan biasanya menggunakan plat beton pada kedua sisi dan bagian tengahnya yang diletakkan di atas fondasi beton. JPL tipe B untuk LHR yang kurang padat yang dilewati oleh
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 81 -
Bab II Tinjauan Pustaka
kendaraan ringan (< 10 ton). JPL tidak ada spesifikasi khusus, hanya berupa perlintasan. c.)
Konstruksi dinding penahan tanah (retaining wall) Konstruksi dinding penahan tanah biasanya dibangun pada daerah yang merupakan urugan atau galian, daerah sekitar pangkal jembatan, ROW yang terbatas, daerah rawan erosi ataupun karena gangguan manusia. Pada umumnya dinding oenahan tanah ini menggunakan konstruksi pasangan batu kali ataupun beton.
d.)
Konstruksi penahan ballas Konstruksi penahan ballas dipasang pada perlintasanperlintasan tidak resmi ataupun tempat-tempat yang rawan terhadap longsoran karena lebar berm sangat terbatas yang bertujuan untuk menahan agar ballas tidak berhamburan.
e.)
Saluran samping dan outletnya Sepanjang daerah yang lahannya masih memungkinkan maka saluran samping cukup dibuat dengan saluran tanah sedangkan pada lahan khusus yang diperkirakan akan terjadi longsoran ataupun erosi karena kemiringan tanah yang curam, maka saluran samping dibuat dari pasangan batu kali.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
II - 82 -