BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Drainase Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan kompenen penting dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). (Norken et al.,2012) Drainase juga dapat diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas, dimana drainase merupakan salah satu cara pembuangan kelebihan air yang tidak di inginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penanggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat (Norken et al.,2012). Kegunaan dari saluran drainase adalah sebagai berikut: 1. Mengeringkan daerah becek dan genangan air sehingga tidak ada akumulasi air tanah. 2. Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal. 3. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada. 4. Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi banjir. Saat ini drainase sudah menjadi salah satu infrastruktur perkotaan yang sangat penting. Kualitas manajemen suatu kota dilihat dari kualitas sistem drainase yang ada. Sistem drainase yang baik dapat membebaskan kota dari genangan air. Genangan air menyebabkan lingkungan menjadi kotor dan jorok, menjadi sarang nyamuk, dan sumber penyekit lainnya, sehingga dapat menurunkan kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat. (Norken et al.,2012)
4
Sistem jaringan drainase perkotan umumnya dibagi atas 2 bagian, yaitu : 1. Sistem Drainase Mayor Sistem drainase mayor yaitu sistem saluran/badan air yang menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (Catchment Area). Pada umumnya sistem drainase mayor ini disebut juga sebagai sistem saluran pembuangan utama (major system) atau drainase primer. Sistem jaringan ini menampung aliran yang berskala besar dan luas seperti
saluran
drainase
primer,
kanal-kanal
atau
sungai-sungai.
Perencanaan drainase makro ini umumnya dipakai dengan periode ulang antara 5 sampai 10 tahun dan pengukuran topografi yang detail mutlak diperlukan dalam perencanaan sistem drainase ini. 2. Sistem Drainase Mikro Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan. Secara keseluruhan yang termasuk dalam sistem drainase mikro adalah saluran di sepanjang sisi jalan, saluran/selokan air hujan di sekitar bangunan, gorong-gorong, saluran drainase kota dan lain sebagainya dimana debit air yang dapat ditampungnya tidak terlalu besar. Pada umumnya drainase mikro ini direncanakan untuk hujan dengan masa ulang 2, 5 atau 10 tahun tergantung pada tata guna lahan yang ada. Sistem drainase untuk lingkungan permukiman lebih cenderung sebagai sistem drainase mikro
2.2 Beton U Ditch U Ditch adalah saluran dari beton bertulang dengan bentuk penampang huruf U dan juga bisa diberi tutup. Umumnya digunakan sebagai saluran drainase ataupun irigrasi. Ketinggian saluran terbuka ini dapat bervariasi mengikuti kebutuhan di lapangan atau elevasi saluran yang diinginkan. Selain itu seiring dengan perkembangan jaman, produk precast yang saat ini banyak diproduksi dan dicari orang adalah U Ditch dengan harga U Ditch yang relatif terjangkau membuat pekerjaan saluran semakin cepat selesai dengan kualitas yang baik.
5
Cover U ditch adalah material beton yang berfungsi sebagai penutup pada saluran drainase, yang sangat praktis dalam tahap pemasangannya tidak memakan waktu yang lama dan mempercepat schedule pekerjaan pada proyek. Cover U ditch ini memiliki spesifikasi yang berbeda beda mulai dari diameter terkecil hingga diameter terbesar sesuai dengan kebutuhan dilapangan. Kelebihan penggunaan beton U Ditch dalam pembuatan saluran drainase adalah akan didapatkan hasil yang lebih presisi, dan waktu pengerjaan lebih cepat. Namun, kekurangannya adalah dari segi biaya dan dalam penggunaan alat.
Gambar 2.1 Dimensi Standar Beton U Ditch
Cover U Ditch
Gambar 2.2 Detail Cover dan Penampang U ditch
6
1.2.1 Cara Pembuatan Beton Precast U-ditch Berikut ini merupakan langkah singkat dari pembuatan beton precast u dicth a) Mempersiapkan cetakan dan besi tulangan wire mesh yang sesuai ukuran yang diinginkan b) Mempersiapkan besi tulangan yang akan dipakai (wire mesh M6) yang sudah dibengkokkan sesuai dengan ukuran beton u ditch yang akan dicetak
Gambar 2.3 Alat Pembengkok wiremesh Tulangan U ditch
7
Gambar 2.4 Tulangan wire mesh U ditch yang sudah jadi
8
c) Untuk mencetak beton precast ini menggunakan bahan dasar pasir, kerikil yang bersih dengan perbandingan berat untuk 1m3 untuk semen 448 kg pasir 667 kg, kerikil 1000 kg, Air 215 liter yang disesuaikan kemudian dicetak pada cetakan (menggunakan Ready Mixx Sinar Bali)
Gambar 2.5 Pengecoran U ditch menggunakan Ready Mixx Sinar Bali
9
d) Setelah adukan beton sudah siap maka didalam cetakan sudah berisi tulangan yang siap ci cor, penuangan adukan beton dilakukan secara perlahan sambil di rojok menggunakan concrete vibrator
Gambar 2.6 Cetakan U ditch yang siap di cor
10
Gambar 2.7 Proses pengecoran U ditch menggunakan concrete vibrator
11
Gambar 2.8 Proses Pengecoran Cover U ditch
12
e) Setelah itu ditunggu beberapa hari/jam agar beton mengeras dan mudah dalam pelepasan cetakan (Persada Adhi, 2015)
Gambar 2.9 Beton U ditch yang baru dilepas dari cetakannya
13
2.3 Buis Beton U Buis beton u adalah beton precast berbentuk menyerupai huruf u yang dipakai untuk membawa aliran air (saluran irigasi atau pembuangan). Buis Beton u juga digunakan sebagai jembatan ukuran kecil, digunakan untuk mengalirkan sungai kecil atau sebagai bagian drainase ataupun selokan jalan. Ukuran buis beton bermacam macam bergantung pada fungsi dan penggunaannya. Misalnya untuk saluran drainase digunakan ukuran diameter
200 mm sampai 600 mm.
Spesifikasi Buis Beton yang digunakan adalah buis beton u dimensi 300x 120x750 cm.
Gambar 2.10 Buis Beton u
14
Gambar 2.11 Spesifikasi Ukuran Cover Buis Beton U
Gambar 2.12 Spesifikasi Ukuran Buis Beton U
15
Kelebiphan penggunaan buis beton u secara umum adalah murah dan ringan saat pemasangannya sedangkan untuk kekurangannya sendiri terletak pada adanya tambahan biaya saat pengecoran tambahan untuk mendapat kedalaman saluran yang diinginkan.
2.3.1 Cara pembuatan Buis Beton Bahan baku untuk pembuatan buis beton terdiri atas: a) air b) pasir c) semen d) kerikil e) cetakan yang terbuat dari besi plat bordes.
16
Langkah-Langkah Pencetakan: a. Campur bahan semen pasir kerikil dengan gradasi 1:2:3 kemudian tambahkan sedikit demi sedikit air agar campuran menjadi rata setelah selesai,
Gambar 2.13 Proses Pencampuran Agregat Buis Beton U
17
b. Siapkan cetakan buis ukuran 30 cm,
Gambar 2.14 Cetakan Buis Beton U
18
c. Lumuri bagian dalam cetakan dengan oli bekas agar waktu melepas cetakan lebih mudah,
Gambar 2.15 Oli Bekas yang Digunakan Melumuri Cetakan
19
d. Masukan sedikit demi sedikit campuran beton ke dalam cetakan rojok dengan menggunakan besi,
Gambar 2.16 Proses Pengecoran Buis Beton U e. Ulangi prosedur (d) sampai cetakan beton terisi penuh f. Diamkan
selama
5
hari
kemudian
dilepas
cetakannya
(Rizqina,2012)
20
2.4 Produktivitas Produktivitas didefinisikan sebagai rasio antara output dengan input, atau rasio antara hasil produksi dengan total sumber daya yang digunakan. Dalam proyek konstruksi, rasio produktivitas adalah nilai yang diukur selama proses konstruksi, dapat dipisahkan menjadi biaya tenaga kerja, material, uang, metode alat, dan waktu. Sukses atau tidaknya proyek konstruksi
tergantung
pada
efektifitas
pengelolaan
sumber
daya.
(Ervianto,W.,2p005) Selama berlangsungnya pekerjaan harus diukur hasil-hasil yang dicapai untuk dibandingkan dengan rencana semula. Obyek pengawasan ditujukan pada pemenuhan persyaratan minimal segenap sumber daya yang dikerahkan agar proses konstruksi secara teknis dapat berlangsung baik. Upaya mengevaluasi hasil pekerjaan untuk
mengetahui penyebab
penyimpangan terhadap estimasi semula. Pemantauan (monitoring) berarti melakukan observasi dan pengujian pada tiap interval tertentu untuk memeriksa kinerja maupun dampak sampingan yang tidak diharapkan (Sedarmayanti,2001) Produktivitas tenaga kerja akan besar pengaruhnya terhadap total biaya proyek, minimal pada aspek tenaga kerja dan fasilitas yang diperlukan. Salah satu pendekatan untuk mencoba mengukur hasil guna tenaga kerja adalah dengan memakai parameter indeks produktivitas (Sedarmayanti,2001) Pengukuran produktivitas tenaga kerja menurut sistem pemasukan fisik perorangan atau per jam kerja orang diterima secara luas, namun dari sudut pandang pengawasan harian, pengukuran-pengukuran tersebut tidak memuaskan, dikarenakan adanya variasi dalam jumlah yang diperlukan untuk memproduksi satu unit produk yang berbeda. Produktivitas dalam pengerjaan drainase dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain panjang pemasangan, usia (umur), pengalaman, cuaca, dan kondisi site (lapangan). Untuk mengukur produktivitas menggunakan rumus: Produktivitas =
volume waktu
(Prs. 2.1)
21
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Biaya Produktivitas Komponen-komponen
biaya
yang
berhubungan
dengan
pembiayaan suatu proyek akan mempengaruhi biaya konstruksi. Biaya proyek konstruksi antara lain biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost) (Yuliana, 2015). 1. Biaya langsung (direct cost) adalah keseluruhan biaya yang berhubungan langsung dengan pekerjaan konstruksi di lapangan diperoleh dengan mengalikan volume atau kuantitas suatu pekerjaan dengan harga satuan pekerjaan tersebut. biya-biaya yang termasuk biaya langsung adalah biaya material, biaya pekerja dan biaya peralatan. 2. Biaya tak langsung (indirect cost) adalah semua biaya yang berhubungan dengan konstruksi di lapangan dan diperlukan dari proyek tersebut. biaya tidak langsung antara lain biaya over head, biaya tak terduga dan keuntungan. 2.6 Waktu Dimensi Waktu (Time) dimensi waktu yang dimaksudkan dalam pengertian produktivitas bidang konstruksi adalah perencanaan dalam penyusunan suatu jaringan kerja yang dapat menunjukkan waktu penyelesaian paling cepat yang disertai dengan toleransi float yang mengidentifikasikan pengaturan keterlambatan tanpa mengganggu jadwal proyek secara keseluruhan (Soeharto, 1985). Dari pengertian ini, maka dimensi waktu lebih menitikberatkan pada: 1) Penyusunan suatu jadwal pelaksanaan proyek dengan biaya yang relatif ekonomis 2) Penyusunan jadwal dengan keterbatasan sumber daya 3) Penyusunan jadwal yang dapat meratakan kombinasi penggunaan atau
pemakaian sumber daya. Dimensi waktu berdasarkan pengertian di atas memiliki keterkaitan kuat dengan tujuan untuk meminimalisasikan resiko biaya. Ada
dua
pengertian
jadwal
sehubungan
dengan
konteks
produktivitas, yaitu jadwal yang ekonomis dan jadwal yang optimal. Jadwal yang ekonomis diperlukan dalam pelaksanaan proyek konstruksi didasarkan
22
atas biaya langsung untuk mempersingkat waktu penyelesaian atas komponen-komponen biaya langsung tersebut. Untuk jadwal dengan biaya yang optimal adalah penyusunan jadwal yang memperhatikan biaya langsung maupun biaya tidak langsung. Pada umumnya, manajer proyek konstruksi memiliki pilihan untuk mempercepat kurun waktu pelaksanaan proyek yang disebut crash program. Adapun pilihan ini didasarkan pula atas asumsi sebagai berikut: 1) Jumlah sumber daya yang tersedia tidak menjadi kendala 2) Keperluan akan sumber daya relatif fleksibel, atau akan bertambah sesuai dengan yang diinginkan pada penjadwalan proyek konstruksi. Pada prinsipnya, tujuan utama dari crash program adalah untuk memperpendek jadwal penyelesaian proyek konstruksi dengan kenaikan biaya yang relatif minimal. Terkait dengan pengertian produktivitas itu sendiri, dimensi waktu berupa penjadwalan atau penyusunan rencana penjadwalan proyek termasuk dimensi yang cukup pontensial. Dengan menggunakan teknik ataupun metode crash program diharapkan tidak hanya mampu mempersingkat waktu penyelesaian proyek, akan tetapi juga mampu mengatasi kendala yang dapat mengganggu penyelesaian proyek yang tepat waktu. Dari sisi ekonomi, jadwal pelaksanaan yang mampu dipercepat akan semakin mengurangi besarnya biaya-biaya, termasuk pula resiko atas biaya secara keseluruhan. 2.7 Rencana Anggaran Biaya Rencana anggaran biaya bangunan disingkat RAB adalah perhitungan perkiraan jumlah anggaran biaya yang diperlukan untuk membuat suatu bangunan dari mulai perencanaan, pembangunan sampai dengan pemeliharaan berdasarkan gambar bangunan dan spesifikasi pekerjaan konstruksi yang akan di bangun. RAB digunakan pada proyek konstruksi seperti konsultan perencana, kontraktor atau konsultan pengawas untuk merencanakan mengendalikan dan mengontrol biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan setiap item pekerjaan bangunan. Berikut hal-hal yang berkaitan dengan RAB:
23
Data untuk menghitung RAB antara lain: 1. Gambar bangunan yang menjelaskan bentuk, ukuran dan spesifikasi material yang digunakan. 2. Data harga bahan material dan upah tenaga kerja pada lokasi dan waktu pembangunan berlangsung. 3. Koefisien analisa harga satuan bangunan. 4. Volume setiap pekerjaan. RAB memiliki beberapa fungsi yaitu: 1. Sebagai pedoman untuk melakukan perjanjian kontrak kerja konstruksi. 2. Untuk menghitung perkiraan kebutuhan material pada suatu pekerjaan bangunan. 3. Memperkirakan kebutuhan tenaga kerja dan lama pengerjaan. 4. Sebagai
alat
ukur
dalam
memantau
penghematan
kegiatan
pelaksanaan pembangunan. 5. Mengukur harga satuan bangunan sehingga dapat dijadikan kesepakatan harga dalam melakukan transaksi jual beli property. 6. Menentukan harga jual rumah di perumahan. 7. Menghitungh pajak PPN bangunan, yaitu 10% RAB. 8. Mencari tahu perkiraan keuntungan yang didapat kontraktor ketika memborong suatu pekerjaan bangunan. Salah satu faktor penting yang menentukan biaya proyek adalah harga satuan. Harga satuan konstruksi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu waktu pelaksanaan yang ditetapkan, metode pelaksanaan yang dipilih dan produktivitas sumber daya yang digunakan. Harga satuan dipengaruhi beberapa unsur antara lain upah tenaga kerja, material dan alat. 2.8 Koefisien Analisa Harga Satuan Pekerjaan dan Koefisien Tenaga Kerja Dalam Menganalisa biaya konstruksi faktor yang menentukan antara lain material, sumber daya manusia dan alat. Pekerjaan konstruksi ditentukan dalam kuantitas pekerjaan dengan satuan meter, meter lari (m′), meter persegi (m2) ataupun meter kubik (m3).
24
Tabel 2.1 Tabel Analisa Harga Satuan Pekerjaan Satuan
Jenis
Harga Satuan
Jumlah Harga
X
Material
@Rp.
Rp.
Y
Tenaga Kerja
@Rp.
Rp.
Z
Alat
@Rp.
Rp.
Sumber: Ervianto,W.,2005
Keberhasilan sebuah proyek konstruksi dapat ditentukan dari produktivitas tenaga kerja. Untuk mengetahui koefisien tenaga kerja dapat dicari dengan menggunakan data berupa jumlahh tenaga kerja, jam kerja perhari dan produktivitas pekerja. Sebelum menghitung koefisien analisa perlu terlebih dahulu menghitung koefisen (jumlah) masing masing pekerja yaitu dengan rumus (Sumarianingsih,2004):
a. Koefisien (jumlah) P
=
b. Koefisien (jumlah) Tb
=
c. Koefisien (jumlah) Ktb
=
( n pe ker ja x koefisien ( jumlah) tukang batu) n tukang batu
( n tukang batu x n peker ja)
(Prs. 2.2)
(Prs. 2.3) n pe ker ja ( n Ktb x koefisien ( jumlah) tukang batu)
n tukang batu (Prs. 2.4)
d. Koefisien (jumlah) M
= (Prs. 2.5)
Keterangan : n pekerja
= Jumlah pekerja perhari (orang)
25
n mandor
= Jumlah mandor perhari (orang)
n tukang batu
= Jumlah tukang batu perhari (orang)
n kepala tukang
= Jumlah tukang batu perhari (orang)
Perhitungan koefisien analisa menggunakan rumus sebagai berikut (Sumarianingsih,2004):
a. Koefisien analisa P b. Koefisien analisa Tb c. Koefisien analisa KTb
d. Koefisien analisa M
( jumlah) peker ja) (t x koefisien =
(Prs. 2.6) produktivitas ( jumlah) Tukang Batu) (t x koefisien = (Prs. 2.7) produktivitas ( jumlah) Kepala Tukang Batu) (t x koefisien = produktivitas (Prs. 2.8) ( jumlah) Mandor ) (t x koefisien = (Prs. 2.9) produktivitas
2.9 Waktu Pengerjaan Biaya yang akan dikeluarkan sebuah proyek konstruksi juga dipengaruhi oleh waktu pengerjaan proyek tersebut. waktu pengerjaan dihitung dengan: Waktu Pengerjaan =
volume produktivitas
(Prs. 2.10)
26
27