8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Persepsi Persepsi menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer adalah pandangan dari seseorang atau banyak orang akan hal atau peristiwa yang didapat. Sedangkan kata persepsi sendiri berasal dari bahasa latin perception yang berarti pengetahuan, penerimaan, dan pengertian. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995). Persepsi diartikan sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau merupakan proses seseorang mengetahui beberapa hal yang dialami oleh setiap orang dalam memahami setiap informasi tentang lingkungan melalui panca indera (melihat, mendengar, mencium, menyentuh, dan merasakan). Sedangkan menurut Gibson (1996). Persepsi merupakan proses untuk memahami lingkungannya meliputi objek, orang, dan symbol atau tanda melibatkan proses kognitif (pengenalan). Proses kognitif adalah proses dimana individu memberikan arti melalui penafsirannya terhadap rangsangan (stimulus) yang muncul dari objek, orang, dan symbol tertentu. Dengan kata lain, persepsi mencakup penerimaan, pengorganisasian, dan penafsiran stimulus yang telah diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap. Hal ini terjadi karena persepsi melibatkan penafsiran individu pada objek tertentu, maka masing-masing objek akan 8 Persepsi Mahasiswa Akuntansi..., Idnas Apriliastuti, Ekonomi UMP, 2014
9
memiliki persepsi yang berbeda walaupun melihat objek yang sama. Agar individu dapat menyadari dan dapat membuat persepsi, maka ada beberapa syarat yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut: 1. Adanya objek yang dipersepsikan (fisik) 2. Adanya alat indra atau reseptor untuk menerima stimulus (fisiologis) 3. Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama dalam mengadakan persepsi (psikologis)
2.1.2 Pengertian Mahasiswa Akuntansi Mahasiswa akuntansi adalah orang yang sedang mempelajari sistem infomasi yang menyediakan laporan tentang aktivitas ekonomi dan kondisi bisnis di perguran tinggi. Pengertian mahasiswa akuntansi dalam penelitian ini adalah orang yang sedang belajar di perguruan tinggi jurusan akuntansi yang telah menempuh mata kuliah auditing. Persyaratan ini didasarkan pada asumsi bahwa para mahasiswa tersebut telah mempunyai pemahaman tentang prinsipprinsip etika dalam Kode Etik IAI. Pendidikan
akuntansi
diarahkan
untuk
memberi
pemahaman
konseptual yang didasarkan pada penalaran sehingga ketika akhirnya masuk kedalam dunia praktek dapat beradaptasi dengan keadaan yang sebenarnya. Mahasiswa jurusan akuntansi dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang mengambil jurusan akuntansi strata 1 pada perguruan tinggi (Nurlan, 2010).
Persepsi Mahasiswa Akuntansi..., Idnas Apriliastuti, Ekonomi UMP, 2014
10
2.1.3 Gender Kata “gender” berasal dari bahasa Inggris, gender berarti “jenis kelamin”, dimana sebenarnya artinya kurang tepat, karena dengan demikian gender disamakan pengertiannya dengan sex yang berarti jenis kelamin. Dalam Webster’s New World Dictionary gender diartikan sebagai perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku (Neudfeldt dalam Umar, 1999). Dalam Women’s Studies Encyclopedia dijelaskan bahwa gender adalah konsep kultural yang berupaya membuat pembedaan dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat (Tierney dalam Umar, 1999). Sedangkan menurut Martadi dan suranta (2006) mendefinisikan gender sebagai suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasikan perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari segi-budaya. Sehingga gender dalam arti ini mendefinisikan laki-laki dan perempuan dari sudut pandang non-biologis. Untuk memahami konsep gender harus dibedakan kata gender dengan kata seks (jenis kelamin). Pengetahuan jenis kelamin merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin tertentu. Manusia jenis laki-laki adalah manusia yang memiliki atau bersifat seperti daftar berikut ini: laki-laki adalah manusia yang memiliki alat kelamin yang memproduksi sperma, memiliki jakun. Perempuan memiliki alat reproduksi seperti: Rahim, dan saluran untuk melahirkan, memproduksi telur, dan mempunyai alat menyusui.
Persepsi Mahasiswa Akuntansi..., Idnas Apriliastuti, Ekonomi UMP, 2014
11
2.1.4 Etika Etika (ethics) berasal dari bahasa Yunani Ethos, yang berarti karakter. Kata lain untuk etika adalah moralitas (morality), yang berasal dari bahasa latin mores yang berarti kebiasaan. Moralitas berpusat pada benar dan salah dalam perilaku manusia. Oleh karena itu, etika berkaitan dengan pertanyaan tentang bagaimana orang akan berperilaku terhadap sesamanya. Istilah etika dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2008), memiliki tiga arti yang salah satunya adalah nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Etika adalah perbuatan baik buruk atau salah. Di Indonesia etika diterjemahkan menjadi kesusilaan karena bersifat dasar, kaidah atau aturan. Permasalahan etika timbul ketika terjadi konflik diantara dua orang atau lebih karena adanya aturan dan kriteria yang lebih baik. Etika profesi diperlukan, agar apa yang dilakukan oleh suatu profesi tidak melanggar batas-batas yang dapat merugikan suatu pribadi atau masyarakat. Dengan adanya etika profesi, maka tiap profesi memiliki aturanaturan khusus yang harus ditaati oleh pihak yang menjalankan profesi tersebut. Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan kepercayaan dari masyarakat yang dilayaninya. Masyarakat akan sangat menghargai profesi yang menerapkan standar mutu tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan anggota profesinya, karena dengan demikian masyarakat akan terjamin untuk memperoleh jasa yang bersangkutan,
Persepsi Mahasiswa Akuntansi..., Idnas Apriliastuti, Ekonomi UMP, 2014
12
Mulyadi dalam Anton (2012). Secara sistematis, etika dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Etika Umum Etika umum adalah etika yang berlaku umum, tidak hanya pada pihak yang tertentu saja. Seperti manusia mengambil keputusan etis, teori-teori dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan untuk bertindak, dan menjadi tolok ukur untuk menilai baik dan buruknya suatu tindakan tersebut. Salah satu dari etika umum adalah etika profesi, yaitu perilaku untuk orang-orang profesional yang dirancang baik, oleh karena itu, kode etik harus realistis termasuk etika profesi akuntan. 2. Etika Khusus Etika khusus dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: a. Etika Individual, ini meliputi kewajiban bagi manusia terhadap dirinya sendiri. b. Etika Sosial, berkaitan dengan kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia dengan manusia lainnya salah satu bagian dari etika social adalah etika profesi, termasuk etika profesi akuntan.
2.1.5 Etika Profesi Akuntan Etika Profesi ditetapkan oleh organisasi untuk secara sukarela menerima prinsip-prinsip perilaku professional yang lebih tegas daripada yang diminta oleh undang-undang. Prinsip tersebut dirumuskan dalam bentuk suatu kode etik dan sudah disepakati bersama yang disebut kode etik akuntan Etika
Persepsi Mahasiswa Akuntansi..., Idnas Apriliastuti, Ekonomi UMP, 2014
13
profesi akuntan di Indonesia diatur dalam Kode Etik Akuntan Indonesia. Jika ingin bertahan maka profesi akuntan harus meningkatkan kualitas etikanya. Adapun prinsip-prinsip etika (Standar Profesional Akuntan Publik, 2001 dalam Besse Nurlan, 2011) sebagai berikut:
1. Tanggung Jawab Profesi Dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai profesional, setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional
dalam
semua
kegiatan
yang
dilakukannya.
Sebagai
profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan peranan tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga harus selalu bertanggung
jawab untuk bekerja sama dengan anggota untuk
mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat, dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri.
2. Kepentingan Publik Akuntan sebagai anggota IAI berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepentingan publik, dan menunjukkan komitmen atau profesionalisme. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik. Profesi akuntan sangat memegang peran penting dalam masyarakat, dimana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, kreditor,
Persepsi Mahasiswa Akuntansi..., Idnas Apriliastuti, Ekonomi UMP, 2014
14
pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis, dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada objektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Kepentingan profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan prestasi tinggi dan sesuai dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut.
3. Integritas Akuntan sebagai seorang profesional, dalam memelihara dan meningkatkan kepercayaan public, harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya tersebut dengan menjaga integritasnya setinggi mungkin. Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.
Persepsi Mahasiswa Akuntansi..., Idnas Apriliastuti, Ekonomi UMP, 2014
15
4. Objektivitas Dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya, setiap akuntan sebagai anggota IAI harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan. Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan objektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktek publik memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan, dan pemerintah. Mereka juga mendidik dan melatih orangorang yang ingin masuk kedalam profesi. Apapun jasa dan kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara objektivitas.
5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional Akuntan dituntut harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan penuh kehati-hatian, kompetensi, dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan keterampilan
profesionalnya pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi, dan teknik yang
Persepsi Mahasiswa Akuntansi..., Idnas Apriliastuti, Ekonomi UMP, 2014
16
paling mutakhir. Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan kompetensi dan ketekunan. Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik. Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkat pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam penugasan profesional melebihi kompetensi anggota atau perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggung jawab untuk menentukan kompetensi masing-masing atau menilai apakah pendidikan, pengalaman, dan pertimbangan yang diperlukan memadai tanggung jawab yang harus dipenuhinya.
6. Kerahasiaan Akuntan harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan
Persepsi Mahasiswa Akuntansi..., Idnas Apriliastuti, Ekonomi UMP, 2014
17
mengenai sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan.
7. Perilaku profesional Akuntan sebagai seorang profesional dituntut untuk berperilaku konsisten selaras dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesinya. Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.
8. Standar teknis Setiap Akuntan dalam menjalankan tugas profesionalnya harus mengacu dan mematuhi standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, akuntan mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan objektivitas. Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia, International Federation of Accountants, badan pengatur, dan peraturan perundang-undangan yang relevan.
Persepsi Mahasiswa Akuntansi..., Idnas Apriliastuti, Ekonomi UMP, 2014
18
2.2
Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya sangat penting untuk diungkapkan karena dapat digunakan sebagai sumber informasi dari bahan acuan yang sangat berguna bagi penulis. Besse Nurlan (2011), telah melakukan penelitian tentang persepsi akuntan dan mahasiswa jurusan akuntansi terhadap kode etik ikatan akuntan Indonesia. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara persepsi akuntan dan mahasiswa jurusan akuntansi terhadap kode etik akuntan. Martadi dan Suranta (2006), telah melakukan penelitian tentang persepsi akuntan, mahasiswa akuntansi, dan karyawan bagian akuntansi dipandang dari segi gender terhadap etika bisnis dan etika profesi. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara akuntan pria dan mahasiswa akuntansi dengan akuntan wanita dan mahasiswi akuntansi terhadap etika profesi. Ludigdo (2010), telah melakukan penelitian tentang persepsi mahasiswa akuntansi terhadap etika akuntan pendidik di jurusan akuntansi fakultas ekonomi. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa menurut mahasiswa, akuntan pendidik telah menerapkan delapan prinsip etika dengan urutan prinsip yang dilaksanakan dari yang paling baik dengan total jawaban sangat setuju dan setuju dari masing-masing prinsip, yaitu: standar teknis (79,2%), kompetensi dan kehati-hatian profesional (76,9%), integritas
Persepsi Mahasiswa Akuntansi..., Idnas Apriliastuti, Ekonomi UMP, 2014
19
(73,6%), kerahasiaan (68,8%), kepentingan publik (67,73%), objektivitas (64,8%), perilaku professional (60,66%), tanggung jawab profesi (58,08%). Nuraina (2010), telah melakukan penelitian tentang perbedaan persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa prodi akuntansi terhadap kode etik ikatan akuntan Indonesia. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara akuntan pendidik dan mahasiswa prodi akuntansi terhadap kode etik ikatan akuntan Indonesia. Perbedaan tersebut disebabkan oleh akuntan pendidik memiliki pemahaman yang lebih memadai tentang kode etik dibanding mahasiswa. Widyasmono (2010), telah melakukan penelitian tentang perspektif tentang etika profesi menurut akuntan publik dan akuntan pendidik di Surabaya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi akuntan publik dan akuntan pendidik dalam hal ini diterima.
2.3
Kerangka Pemikiran Etika profesi akuntan akan terbentuk dengan baik melalui proses pendidikan yang terjadi dalam lembaga pendidikan akuntansi, dimana mahasiswa sebagai input sedikit banyaknya akan memiliki keterkaitan dengan akuntan yang dihasilkan sebagai output. Martadi dan Suranta (2006), telah melakukan penelitian terhadap etika profesi yang mempengaruhi akuntan dan mahasiswa akuntansi dipandang dari gender. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
Persepsi Mahasiswa Akuntansi..., Idnas Apriliastuti, Ekonomi UMP, 2014
20
yang signifikan untuk akuntan dan mahasiswa akuntansi terhadap etika profesi. Ludigdo (2010), telah melakukan penelitian tentang persepsi mahasiswa akuntansi terhadap etika akuntan pendidik di jurusan akuntansi fakultas ekonomi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dari hasil pengujian frekuensi dan deskripsi hasil jejak pendapat, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh kalangan akuntan pendidik. Selain itu penelitian tersebut akan mempunyai implikasi yang luas untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Menurut mahasiswa, akuntan pendidik telah menerapkan delapan prinsip etika dengan urutan prinsip yang paling baik yaitu tanggung jawab profesi, kepentingan publik, integritas, objektivitas, kompetensi dan kehatihatian professional, dan standar teknis. Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini adalah
prinsip-
prinsip etika yang mempengaruhi persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi. Prinsip-prinsip etika yang mempengaruhi dalam penelitian ini akan dikelompokkan dalam (1) tanggung jawab profesi, (2) kepentingan publik, (3) integritas, (4) objektivitas, (5) kompetensi dan kehati-hatian professional, (6) kerahasiaan, (7) perilaku professional, (8) standar teknis. Kerangka penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Persepsi Mahasiswa Akuntansi..., Idnas Apriliastuti, Ekonomi UMP, 2014
21
Mahasiswa akuntansi laki-laki
Etika Profesi Akuntan: 1.Tanggung Jawab Profesi 2. Kepentingan Publik 3. Integritas 4. Objektivitas 5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional 6. Kerahasiaan 7. Perilaku Profesional 8. Standar Teknis
Mahasiswa akuntansi perempuan
Gambar 2.1 Model Penelitian
2.4
Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka penelitian ini bermaksud untuk menguji lebih lanjut apakah memang ada atau tidak perbedaan persepsi tersebut, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1 : Terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa akuntansi laki-laki dengan mahasiswa akuntansi perempuan terhadap etika profesi ditinjau dari tanggung jawab profesi. H2 : Terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa akuntansi laki-laki dengan mahasiswa akuntansi perempuan terhadap etika profesi ditinjau dari kepentingan publik. H3 : Terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa akuntansi laki-laki dengan mahasiswa akuntansi perempuan terhadap etika profesi ditinjau dari integritas.
Persepsi Mahasiswa Akuntansi..., Idnas Apriliastuti, Ekonomi UMP, 2014
22
H4 : Terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa akuntansi laki-laki dengan mahasiswa akuntansi perempuan terhadap etika profesi ditinjau dari objektivitas. H5 : Terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa akuntansi laki-laki dengan mahasiswa akuntansi perempuan terhadap etika profesi ditinjau dari kompetensi dan kehati-hatian profesional. H6 : Terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa akuntansi laki-laki dengan mahasiswa akuntansi perempuan terhadap etika profesi ditinjau dari kerahasiaan. H7 : Terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa akuntansi laki-laki dengan mahasiswa akuntansi perempuan terhadap etika profesi ditinjau dari perilaku profesional. H8 : Terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa akuntansi laki-laki dengan mahasiswa akuntansi perempuan terhadap etika profesi ditinjau dari standar teknis.
Persepsi Mahasiswa Akuntansi..., Idnas Apriliastuti, Ekonomi UMP, 2014