BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Manajemen Keuangan Salah satu fungsi operasional perusahaan yang sangat penting disamping
fungsi operasional lainnya seperti manajemen pemasaran, manajemen sumber daya manusia, manajemen operasional, dan lain sebagainya. Manajemen keuangan membicarakan pengelolaan keuangan yang ada pada dasarnya dapat dilakukan baik oleh individu, perusahaan, maupun pemerintah, manajemen keuangan terdiri dari dua kata yaitu manajemen dan keuangan. Pengertian lebih lanjut akan dijelaskan dibawah ini.
2.1.1
Pengertian Manajemen Manajemen merupakan sutau proses yang menggunakan metode ilmu dan
seni untuk menerapkan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian pada kegiatan sekelompok manusia yang dilengkapi dengan sumber ekonomi atau faktor produksi untuk mencapai tujuan yang telah dicapai sebelumnya. Dan untuk lebih jelasnya akan dikemukakan pendapat dari : Griffin (2002:08), yang diterjemahkan oleh Gina Gania mengemukakan : Manajemen merupakan suatu rangkaian aktivitas (termasuk perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian) yang diarahkan pada sumbersumber daya organisasi manusia, financial, fisik, dan informasi) untuk mencapai tujuan organisasi dengan cara yang efektif dan efisien. Jadi untuk dapat mencapai sasaran perusahaan diperlukan suatu manajemen agar aktivitas perusahaan dapat berjalan dengan baik.
2.1.2
Pengertian Keuangan
Gitman (2006:04), mengemukakan bahwa : Finance can be defined as the art science of managing money. Virtually all individuals and organization earn or raise money and spend or invest money. Finance is concerned the process institutions, markets, and instruments involved in the transfer of money among individuals, business, and government. Apabila diterjemahkan keuangan didefinisikan sebagai ilmu dan seni dalam mengelola uang. Hampir semua individu dan organisasi memperoleh uang dan membelanjakan atau menginvestasikan uang. Keuangan berhubungan dengan proses, lembaga, pasar, dan instrument yang terlibat dalam transfer uang, antara individu maupun bisnis dan pemerintah. Setelah dijelaskan pengertian manajemen dan keuangan diatas, maka dapat diketahui pengertian manajemen keuangan menurut beberapa pendapat dibawah ini : Sutrisno (2003:03), mengemukakan bahwa : Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai semua aktifitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien. James C, Van Home & John M, Wachowicz, JR (2005:03), mengemukakan bahwa : Manajemen keuangan berkaitan dengan perolehan, pendanaan, dan manajemen
aktivadengan beberapa tujuan umum sebagai latar
belakangnya. Dari uraian diatas tentang pengertian manajemen keuangan, maka penulis menarik kesimpulan bahwa manajemen keuangan merupakan hal terpenting dalam usaha-usaha pengelolaan secara optimal dana-dana yang akan digunakan untuk membiayai segala aktivitas yang dilakukan perusahaan. 2.1.3
Fungsi-fungsi Manajemen Keuangan Menurut James C, Van Home & John M. Wachowicz, JR (2005:03-04),
menyatakan bahwa fungsi manajemen keuangan terdiri dari 3 keputusan utama yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan yaitu :
a. Keputusan Investasi adalah hal yang paling penting dari ketiga keputusan ketika perusahaan ingin menciptakan nilai. Dan bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan dana kedalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan di masa yang akan datang. Bentuk, macam, dan komposisi dari investasi. b. Keputusan Pendanaan adalah menyangkut beberapa hal. Pertama, keputusan mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan untuk membiayai investasi. Sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai investasi tersebut dapat berupa hutang jangka pendek, hutang jangka panjang atau modal sendiri. Kedua, penetapan tentang pertimbangan hutang jangka panjang dan modal sendiri dengan biaya modal rata-rata minimal. c. Keputusan Pengelolaan Aktiva adalah bahwa manajer keuangan bersama manajer lain diperusahaan bertanggung jawab terhadap berbagai tingkatan operasi dari asset-asset yang ada. Pengalokasian dana yang digunakan untuk pengadaan dan pemanfaatan asset menjadi tanggung jawab manajer keuangan. tanggung jawab tersebut menuntut manajer keuangan lebih memperhatikan pengelolaan aktiva lancar daripada aktiva tetap. 2.2
Aktiva Perusahaan Setiap perusahaan memiliki aktiva yang berbeda-beda dalam hal jumlah
dan jenis aktiva yang dimilikinya. hal ini berdasarkan pada perbedaan jenis operasi atau usaha yang dilakukan oleh setiap perusahaan. Dalam mengelola aktiva atau asset yang dimiliki oleh perusahaan seorang manajer keuangan harus dapat menentukan berapa besar alokasi untuk masing-masing aktiva serta bentukbentuk aktiva yang harus dimiliki oleh perusahaan sehubungan bidang usaha dari perusahaan tersebut. Investasi yang ditanamkan dalam perusahaan dapat berupa aktiva yang digunakan dalam jangka panjang yaitu aktiva tetap maupun aktiva yang digunakan dalam jangka pendek yaitu aktiva lancar. Suatu perusahaan akan
membutuhkan aktiva dalam menjalankan setiap kegiatan operasinya. Aktiva tersebut harus dikelola dengan baik agar mendapatkan keuntungan dimasa depan. 2.2.1
Pengertian Aktiva Dalam menjalankan operasinya, perusahaan tidak akan terlepas dari
sebuah aktiva. S. Munawir (2002:30), mengemukakan bahwa : Aktiva merupakan suatu sarana atau sumber daya ekonomi yagn dimiliki oleh suatu kesatuan usaha atau perusahaan yang harga perolehannya atau nilai wajarnya harus diukur secara objektif. Soemarno S.R (2005:43), menyatakan bahwa : Aktiva merupakan bentuk kekayaan yang dimiliki perusahaan dan merupakan sumber daya bagi perusahaan untuk melakukan usaha. Menurut beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa aktiva merupakan sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh suatu perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dimasa depan. Dalam mengelola aktiva atau asset yang dimiliki oleh perusahaan, seorang manajer harus dapat menetukan berapa besar akumulasi untuk masing-masing aktiva serta bentuk-bentuk aktiva yang harus dimiliki oleh perusahaan, sehubungan dengan bidang usaha dari perusahan tersebut.
2.2.2
Pengertian Modal Kerja Modal kerja berkaitan dengan aktiva lancar. Oleh karena itu modal kerja
berbicara mengenai dana yang harus dimiliki oleh perusahaan untuk membiayai hal-hal yang bersifat jangka pendek yaitu berupa kas, persediaan, sekuritas, dan piutang. Modal kerja yang telah dikeluarkan tersebut diharapkan akan kembali ke perusahaan dalam waktu relative singkat melalui hasil penjualan yang telah diberikan. Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja yang cukup, tidak dapat membayar kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya dan perusahaan akan mengalami masalah likuiditas.
Sutrisno (2003:43), mengemukakan bahwa : Modal kerja merupakan dana yang diperlukan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan sehari-hari, seperti pembelian bahan baku, pembayaran upah buruh, membayar hutang, dan pembayaran lainnya yang merupakan salah satu unsur aktiva yang sangat penting dalam perusahaan. Brigham (2003:43), mengemukakan bahwa : Working capital a firm s investment in short-term assets-cash marketable securities, inventory and account receivable. Apabila diterjemahkan modal kerja merupakan suatu investasi perusahaan dalam asset kas jangka pendek, surat-surat berharga, persediaan dan piutang dagang. Susan Irawati mengemukakan bahwa : Modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk current asset. Current Assets yaitu kekayaan perusahaan yang secara fisik bentuknya berubah dalam suatu kegiatan proses produksi yang habis dalam setiap kali pemakaian dan dapat dicairkan dalam bentuk uang tunai kembali dalam jangka pendek yaitu kurang dari 1 tahun. Sedangkan menurut Arthur J.Keown, D. Martin, J.William Petty David F.Scott, Jr (2005:646), menyatakan bahwa : Working capital is the firm s total investment in current assets or assets that it expects to be converted into cash within a year or less. Yang mempunyai arti bahwa modal kerja adalah investasi total perusahaan berupa harta lancar atau harta yang diharapkan dapat berputar menjadi uang tunai dalam satu tahun atau kurang. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam harta jangka pendek atau aktiva lancar. Secara sederhana modal kerja didefinisikan sebagai harta lancar dikurangi kewajiban lancar dan definisi ini dikenal sebagai Modal kerja Bersih.
2.2.3
Konsep Modal Kerja Agar modal kerja terus berputar sejalan dengan aktivitas operasi
perusahaan sehari-hari, maka perlu ada suatu pengendalian terhadapat sumber dan penggunaan modal kerja, yang dibuat dalam bentuk suatu laporan perubahan modal kerja. Aktiva lancar berubah mengikuti penjualan perusahaan, yang memiliki kebijakan beroperasi secara agresif akan mempertahankan jumlah aktiva lancar yang relatif kecil, suatu kebijakan yang akan mengurangi tingkat hasil pengembalian atas investasi yang diharapkan. Namun dalam perkembangannya, pengelolaan modal kerja suatu perusahaan tidak hanya terbatas pada pengelolaan investasi perusahaan dalam bentuk aktiva lancar saja. Modal kerja juga dapat menunjukkan tingkat keamanan atau Margin of Safety bagi para kreditur, terutama kreditur jangka pendek. Mengenai hal ini, modal kerja yang berbentuk aktiva lancar sering dikaitkan dengan hutang lancar atau kewajiban jangka pendek perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya. Modal kerja merupakan aktiva lancar yang mewakili bagian dari investasi yang berputar dari satu bentuk ke bentuk lainnya dalam melaksanakan suatu usaha atau kegiatan operasional perusahaan sehari-hari. Menurut Sutrisno (2003:44), terdapat 3 konsep yang menerangkan pengertian modal kerja, yaitu : 1. Modal Kerja kuantitatif Konsep ini menitikberatkan pada segi kuantitas dana yang tertanam dalam aktiva yang masa perputarannya kurang dari satu tahun. Modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan elemen aktiva lancar. Oleh karena semua elemen aktiva lancar diperhitungkan sebagai modal kerja tanpa memperhatikan kewajiban-kewajiban jangka pendeknya, maka modal kerja ini sering disebut modal kerja bruto atau Gross Working Capital. 2. Modal Kerja Kualitatif Pada konsep ini, modal kerja bukan semua aktiva lancar tetapi telah mempertimbangkan kewajiban-kewajiban yang segera harus dibayar. Dengan demikian dana yang digunakan benar-benar khusus digunakan untuk
membiayai
operasi
perusahaan
sehari-hari
tanpa
khawatir
terganggu oleh pembayaran- pembayaran hutang yang telah jatuh tempo. Sehingga modal kerja merupakan selisih aktiva lancar dengan hutang lancarnya (Net Working Capital). 3. Modal Kerja Fungsional Pengertian Modal kerja menurut konsep ini adalah dana yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan current income sesuai dengan tujuan perusahaan pada satu periode tertentu. Konsep-konsep diatas mampu menjelaskan elemen-elemen yang dapat dianggap sebagai modal kerja. Diantara ketiga konsep tersebut, konsep kuantitatif dan konsep kualitif-lah yang sering digunakan perusahaan dalam prakteknya, karena lebih sederhana dan mudah dimengerti. Konsep kuantitatif sering digunakan oleh perusahaan yang agresif, dalam arti perusahaan yang lebih memperhatikan kegiatan operasionalnya untuk memperoleh keuntungan, tanpa mengindahkan darimana sumber dana diperoleh. Konsep kualitatif sering digunakan oleh perusahaan yang konservatif dalam arti perusahaan yang lebih memperhatikan aspek-aspek likuiditas (kemampuan membayar kewajiban financial yang telah jatuh tempo) agar kontinuitas perusahaan terjamin.
2.2.4
Fungsi Modal Kerja Dana yang digunakan oleh perusahaan dalam menjalankan operasionalnya
sehari-hari dapat masuk kembali ke dalam perusahaan dalam jangka waktu yang pendek yaitu dari hasil dari penjualan produknya. Akan tetapi, antara pengeluaran dan penerimaan itu ada tenggang waktunya. Jadi, selama tenggang waktu itulah modal kerja dibutuhkan untuk membiayai kegiatan sehari-hari perusahaan. Oleh karena itu, fungsi sebenarnya dari modal kerja adalah untuk menjembatani antara pengeluaran dana untuk operasi sehari-hari dengan penerimaan perusahaan.
2.2.5
Sumber Modal Kerja Perusahaan memerlukan modal kerja untuk dapat memperlancar operasi
perusahaan. Menurut Dwi Prastowo D. dan Rifka Julianty (2002:109), mengemukakan bahwa Modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan dapat
dipenuhi dari empat aktivitas pembelanjaan yang memberikan modal kerja yaitu : a. Operasi Periode Berjalan Modal kerja yang penting adalah dari aktivitas operasi perusahaan selama periode berjalan. Laporan rugi laba memuat data tentang aktivitas operasi perusahaan, dan karenanya kita dapat menggunakan data tersebut untuk menentukan jumlah modal kerja yang berasal dari operasi. b. Penjualan Aktiva Lancar Apabila perusahaan menjual aktiva tetap, investasi jangka panjang atau aktiva tak lancar lainnya secara tunai, maka modal kerja perusahaan akan naik sebesar jumlah yang diterima penjualan tersebut. c. Penerbitan Hutang Jangka Panjang Penerbitan hutang jangka panjang seperti wesel atau obligasi secara tunai akan mengakibatkan kenaikan modal kerja sebesar jumlah yang diterima pada saat hutang tersebut di terbitkan. d. Penerbitan Modal Saham Penerbitan modal saham preferen atau saham biasa secara tunai atau aktiva lancar lainnya akan meningkatkan modal kerja, karena transaksi ini mengakibatkan kenaikan aktiva lancar dengan modal dan dengan jumlah yang sama.
2.2.6
Penggunaan Modal Kerja Selain sumber-sumber modal kerja, menurut Dwi Pratowo D dan Rifka
Julianti (2002:113), juga mengklasifikasikan penggunaan modal kerja menjadi empat yaitu : 1. Pembelian Aktiva Tak Lancar Apabila aktiva tak lancar seperti tanah, gedung, mesin, peralatan atau investasi jangka panjang dibeli dengan cara ditukar dengan aktiva lancar atau hutang lancar, maka modal kerja akan mengalami penurunan dengan jumlah sebesar harga beli aktiva tersebut.
2. Pembayaran Hutang Jangka Panjang Apabila perusahaan menggunakan aktiva lancar untuk membayar hutang jangka panjang seperti hutang, obligasi maka modal kerja perusahaan akan mengalami penurunan sebesar aktiva lancar yang digunakan tersebut. 3. Pembelian atau Penarikan Kembali Modal Saham Apabila kas atau aktiva lancar lainnya digunakan oleh perusahaan untuk membeli saham untuk ditarik kembali sebagai inventory. Maka modal kerja berkurang sebesar jumlah aktiva lancar yang digunakan. 4. Pengumuman Deviden Kas Pengumuman deviden oleh perusahaan, yang akan dibayar secara tunai (kas) akan
menyebabkan modal kerja perusahaan berkurang, yang
berarti penggunaan modal kerja. Perlu diperhatikan, bahwa pengumuman deviden dan bagian pembayarannya yang mempengaruhi modal kerja. Pengumuman deviden membentuk hutang deviden (hutang lancar), yang menyebabkan modal kerja berkurang. Pada saat kas harus dibayarkan atas deviden tersebut, aktiva lancar (kas) dan hutang lancar (hutang deviden) akan
berkembang
dengan
jumlah
yang
sama,
sehingga
tidak
mempengaruhi modal kerja.
2.2.7
Jenis-Jenis Modal Kerja Menurut W.B Taylor yang dikutip oleh Martono dan Agus Harjito
(2003:75), modal kerja digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu : 1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital), yaitu modal kerja yang tetap harus ada dalam perusahaan untuk menjalankan kegiatan usaha. Modal kerja permanen dikelompokkan menjadi 2 yaitu : a. Modal Kerja Primer (Primary Working Capital), yaitu modal kerja minimum yang harus ada untuk menjamin kontinuitas kegiatan usaha. b. Modal Kerja Normal (Normal Working Capital), yaitu modal kerja yang dibutuhkan untuk melakukan luas produksi yang normal.
2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja variable dapt dikelompokkan menjadi 3, yaitu : a. Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena fluktuasi musim b. Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena fluktuasi konjungtur. c. Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya. Jadi, berdasarkan beberapa klasifikasi modal kerja dapat dikatakan bahwa modal kerja yang ada pada suatu perusahaan digunakan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari serta mengelolanya. Dengan demikian akan dapat menunjang kegiatan perusahaan.
2.2.8
Elemen-elemen Modal Kerja Menurut
Sutrisno (2003:50),
elemen-elemen
modal
kerja dapat
dikelompokkan ke dalam 3 golongan : 1. Kas Semua uang tunai yang ada di dalam perusahaan dan surat-surat yang mempunyai sifat-sifat yang dapat dipergunakan utnuk melaksanakan pembayaran yang sah pada setiap saat yang dikehendaki. 2. Piutang Hak atas tagihan perusahaan kepada pihak lain yang alan diminta pembayaran apabila waktunya telah sampai. Tagihan itu terjadi akibat adanya penjualan
kredit.
3. Persediaan Semua perusahaan barang yang dipergunakan untuk proses produksi yang telah selesai tetapi belum dijual.
2.2.9
Manfaat Modal Kerja Menurut S. Munawir (2003:116), mengemukakan bahwa keberadaan
modal kerja yang cukup akan memberikan beberapa manfaat, antara lain : 1. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar 2. Memungkinkan untuk dapat mebayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya. 3. Menjamin dimilikinya credit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atas kesulitan keuangan yang mungkin terjadi. 4. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani para konsumennya. 5. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para pelanggannya. 6. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang walaupun jasa yang dibutuhkan.
2.2.10 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja Menurut Farah Margaretha (2004:90), mengemukakan bahwa Faktorfaktor yang mempengaruhi kebutuhan modal kerja ialah sebagai berikut : 1. Periode perputaran / terikatnya modal kerja Jangka waktu modal kerja dimulai sejak uang kas dikeluarkan dalam komponen-komponen modal kerja sampai dana tersebut kembali jadi uang kas, yang meliputi : a.
Jangka waktu, kredit pembelian bahan mentah dan bahan pembantu,
b.
Lamanya bahan mentah disimpan di gudang,
c.
Lamanya proses produksi,
d.
Lamanya barang jadi disimpan di gudang, dan
e.
Jangka waktu penerimaan piutang (jika penjualan secara kredit)
2. Besarnya pengeluaran kas rata-rata per hari Jumlah pengeluaran kas rata-rata per hari untuk keperluan a. Pembelian bahan mentah, bahan pembantu b. Pembayaran upah buruh, gaji pimpinan, biaya administrasi, dan c. Biaya lain-lain.
2.2.11 Manajemen Modal Kerja Manajemen modal kerja berkenaan dengan management current account perusahaan (aktiva lancar dan hutang lancar). Manajemen modal kerja merupakan salah satu aspek terpenting dari keseluruhan manajemen pembelanjaran perusahaan. Apabila perusahaan tidak dapat mempertahankan
tingkat modal
kerja yang memuaskan , maka kemungkinan sekali perusahaan akan berada dalam keadaan insolvent (tidak mampu membayar kewajiban-kewajiban yang sudah jatuh tempo) dan bahkan mungkin terpaksa harus dilikuidir (bangkrut). Aktiva lancar harus cukup besar untuk dapat menutupi utang lancar sedemikian rupa, sehingga menggambarkan adanya tingkat kesamaan (margin of safety) yang memuaskan. Van Home & Wachowicz, JR (2005:307), mengemukakan bahwa : Manajemen modal kerja merupakan Administrasi berbagai aktiva lancar perusahaan yaitu, kas dan surat berharga (efek atau sekuritas) yang diperjualbelikan, piutang, dan persediaan serta pendanaan (terutama kewajiban jangka pendek) yang dibutuhkan untuk mendukung aktiva lancar. Mc graw Hilt (2005:408), mengemukakan bahwa : Working capital management involves the financing and controlling of the current assets of the firm. These current assets include cash, marketable securities, account receivable and inventory. Apabila diterjemahkan
manajemen modal kerja berkaitan dalam
membiayai dan pengendalian yang menyangkut aktiva lancar dari suatu perusahaan. Aktiva lancar itu meliputi kas, surat berharga, piutang dagang. Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen modal kerja bertujuan untuk mengelola aktiva lancar dan hutang lancar supaya
terjamin modal kerja yang layak diterima, dan dapat menjamin tingkat likuiditas badan usaha.
2.2.12 Pentingnya Manajemen Modal Kerja Peran penting manajemen modal kerja menurut James C, Van Home & John M Wachowicx, JR (2005: 306-309) yaitu : a. Aktiva lancar dari perusahaan baik perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa memiliki jumlah yang cukup besar dibanding dengan jumlah aktiva secara keseluruhan. Tingkat aktiva lancar yang berlebihan dapat dengan mudah membuat perusahaan merealisasi pengembalian atas investasi (ROI) yang rendah. Akan tetapi aktiva lancar yang terlalu sedikit dapat mengalami kekurangan dan kesulitan dalam mempertahankan operasi yang lancar. b. Bagi perusahaan kecil, kewajiban jangka pendek adalah sumber utama dari pendanaan eksternal. Perusahaan jenis ini tidak memiliki akses ke pasar modal untuk pendanaan jangka panjang. c. Manajer keuangan dan anggotanya perlu memberikan porsi waktu yang sesuai untuk pengelolaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan modal kerja. d. Keputusan modal kerja berdampak langsung terhadap tingkat risiko, laba, dan harga saham perusahaan.
2.2.13 Kebijakan Modal Kerja Setiap perusahaan mempunyai kebijakan yang berbeda dalam mencapai tujuannya. Untuk mencapai tujuan perusahaan, kebijakan dalam pengelolaan modal kerja juga berbeda. Menurut Martono dan Agus Harjito (2003:76), ada 3 tipe kebijakan modal kerja yang memungkinkan digunakan oleh perusahaan, yaitu 1. Kebijakan Konservatif Merupakan manajemen modal kerja yang dilakukan secara hati-hati. Pada kebijakan konservatif ini modal kerja permanen dan sebagian modal kerja
variabeldibelanjai dengan sumber dana jangka panjang, sedangkan sebagian modal kerja variabel lainnya dibelanjai dengan sumber
dana
jangka pendek. 2. Kebijakan Agresif Sebagai Modal kerja permanen dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang, sedangkan sebagian modal kerja dan modal kerja variabel dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek. 3. Kebijakan Moderat Pola kebijakan ini aktiva yang bersifat tetap yaitu aktiva tetap dan modal kerja permanen dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang, sedangkan modal kerja variabel dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek. Kebijakan moderat mencerminkan kebijakan manajemen yang konservatif sekaligus agresif. Kebijakan ini memisahkan secara tegas bahwa kebutuhan modal kerja yang sifatnya tetap dibelanjai dengan sumber modal yang permanen atau sumber dana yang berjangka panjang. Sumber modal yang permanen seperti saham, sedangkan sumber modal yang berjangka panjang yang lain adalah obligasi (hutang jangka panjang).
2.2.14 Perputaran Modal Kerja Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Menurut Bambang Ryanto (2001:62), menjelaskan mengenai periode perputaran modal kerja sebagai berikut : Periode perputaran modal kerja (Working Capital Turnover Period) dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponenkomponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputarannya/makin tinggi tingkat perputarannya. 2.3
Investasi Untuk dapat mencapai tujuan yaitu memperoleh keuntungan maka
perusahaan memerlukan investasi untuk memperlancar proses operasinya. Keputusan investasi sangat penting dengan semakin besar dan berkembang
perusahaan. Keputusan investasi yang dilakukan oleh perusahaan diharapkan akan bisa ditutup oleh penerimaan-penerimaan dimasa yang akan datang. Penerimaanpenerimaan tersebut berasal dari proyeksi keuntungan yang diperoleh atas investasi yang bersangkutan.
2.3.1
Pengertian Investasi Bodle, Kane, dan Marcus (2004:4), mengemukakan bahwa : Investment is the current commitment of money or other resources in the expectation of reaping future benefits.
Menurut Marcus (2002:10) : Investment companies are financial intermediaries that collect funds from individual investor and invest those funds potentially
wide
range of securities or other assets. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa investasi pembelanjaan atau pengadaan suatu asset yang akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa dimana tujuannya untuk mendapatkan laba. John Willey (2007:03), mengemukakan bahwa : Investment the commitment of funds to one or more assets that will be held over some future time period. Apabila diterjemahkan investasi merupakan penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang. Menurut pengertian-pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa investasi merupakan penambahan aktiva yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan penerimaan. Sekali investasi dilakukan, perusahaan akan terikat pada jalur yang telah dipilih dan banyak mengandung resiko serta ketidakpastian dan merupakan penanaman dana yang dilakukan oleh suatu perusahaan ke dalam suatu asset (aktiva) dengan harapan memperoleh pendapatan dimasa yang akan datang.
2.4
Aktiva Tetap Perusahaan memerlukan aktiva tetap untuk dapat memperlancar operasi
perusahaan yang tujuan akhirnya yaitu untuk memperoleh keuntungan. Perusahaan akan menanamkan dana yang dimilikinya pada tanah, gedung, mesin, peralatan, dll dengan harapan akan meningkatkan keuntungan di masa yang akan datang. Aktiva tetap seringkali disebut sebagai the earning assets (aktiva yang sesungguhnya menghasilkan pendapatan bagi perusahaan) oleh karena aktivaaktiva tetap inilah yang memberikan dasar bagi Earning Power perusahaan. Tanpa adanya mesin dan peralatan-peralatan lain, perusahaan tidak akan dapat memproduksikan barang jadi.
2.4.1
Pengertian Aktiva Tetap
Erhana A (2007:62), mengemukakan bahwa : Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang berumur lebih dari satu tahun yang dimiliki oleh perusahaan dengan tujuan untuk dipakai dalam perusahaan bukan untuk dijual kembali. Soermarso (2005:20), mengemukakan bahwa : Aktiva tetap merupakan aktiva berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun yang digunakan dalam kegiatan perusahaan, dimiliki untuk tidak dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan serta nilainya cukup besar. Warren Reeve (2005:533), mengemukakan bahwa : Aktiva tetap merupakan aktiva berwujud jangka panjang yang dimiliki oleh perusahaan dan digunakan dalam operasi normal perusahaan. Contoh-contoh aktiva tetap adalah peralatan, bangunan, dan tanah. Biaya atau harga perolehan awal aktiva tetap meliputi semua biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan aktiva dimaksud hingga aktiva tersebut siap digunakan. Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan, bahwa aktiva tetap merupakan investasi yang dilakukan oleh perusahaan dalam jangka panjang (lebih
dari 1 tahun) yang bertujuan untuk tidak dijual kembali melainkan untuk digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan.
2.4.2
Fungsi Aktiva Tetap Dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap dapat diterima kembali
keseluruhannya oleh perusahaan dalam waktu beberapa tahun, dan kembalinya secara berangsur-angsur melalui depresiasi. Dengan demikian, selain aktiva tetap itu berfungsi sebagai peralatan untuk menyokong kegiatan operasional perusahaan, tetapi juga berfungsi sebagai investasi perusahaan untuk jangka panjang tetapi tidak untuk dijual lembali dalam rangka memperoleh laba.
2.4.3
Jenis-Jenis Aktiva tetap Menurut S. Munawir (2002:139) aktiva tetap dibagi menjadi 4 kategori
sebagai berikut : 1. Tanah (Land) Bidang tanah yang diatasnya digunakan untuk operasi seperti tempat berdirinya
gedung, tempat parkir, dsb.
2. Perbaikan tanah (Land Improverment) Perkembangan prasarana diatas tanah deperti jalan, pagar, tanah, tempat parkir, dsb. 3. Gedung (Building) Bangunan untuk toko, kantor, pabrik, gedung, dsb. 4. Peralatan (Equipment) Adalah peralatan kantor, pabrik, mesin-mesin, kendaraan.
2.4.4
Manajemen Aktiva Tetap Mengingat bahwa aktiva tetap menggambarkan jumlah pengeluaran atau
investasi yang terbesar dalam perusahaan-perusahaan industri, maka harus cukup banyak perhatian yang diberikan sehubungan dengan keputusan-keputusan yang akan diambil, tidak hanya yang berkenaan dengan pembelian suatu aktiva tetap
tetapi juaga pengeluaran-pengeluaran selanjutnya yang diperlukan oleh aktiva tetap tersebut. Menurut definisi Lukman Syamsuddin (2007:409): aktiva tetap mempunyai masa hidup lebih dari satu tahun, sehingga dengan demikian penanaman modal aktiva tetap adalah merupakan invesatasi jangka panjang. Dengan berlalunya waktu maka mungkin aktiva-aktiva tetap tersebut tidak dapat dipakai lagi, ataupun membutuhkan perbaikan-perbaikan yang cukup besar yang dalam hal ini tentu saja membutuhkan biaya yang tidak kecil. Dengan alasan-alasan seperti di atas maka keputusan sehubungan dengan investasi modal dan aktiva tetap perlu dipertimbangkan secara teliti dan sebaik-baiknya.
2.5
Profitabilitas Setiap perusahaan yang bersifat profit oriented tentunya akan berusaha
menggunakan setiap asset yang dimilikinya untuk menghasilkan laba yang optimal. Perusahaan juga akan melakukan pengukuran terhadap profitabilitas yang diperolehnya. Pengukuran terhadap profitabilitas akan memungkinkan bagi perusahaan, dalam hal ini manajemen untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya dalam volume penjualan, jumlah aktiva dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan. Profit dinilai sangat penting karena untuk kelangsungan hidup suatu perusahaan berada dalam keadaan yang menguntungkan. Tanpa adanya keuntungan akan sulit bagi perusahaan untuk menarik modal luar.
2.5.1
Pengertian Profitabilitas Gitman (2006:629), mengemukakan bahwa : Profitability is the relationship between revenue and cost generated by using the firm s assets both current and fixed in productive activities. Yaitu Hubungan antara pendapatan dan biaya-biaya yang dihasilkan
dengan penggunaan asset perusahaan yang lancar dan tetap dalam aktivitas produktif.
Agnes Sawir (2003:17) mengemukakan bahwa : Kemampuan laba (profitabilitas) merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulakn bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba melalui sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan.
2.5.2
Pengukuran Profitabilitas Setiap perusahaan akan melakukan pengukuran terhadap profit yang
diperolehnya. Pengukuran terhadap profit akan memungkinkan bagi perusahaan dalam hal ini pihak manajemen untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungan dengan volume penjualan jumlah aktiva dan investasi tertentu dari pihak perusahaan. Gitman (2006:67) mengemukakan bahwa dalam profitability ratio ini ada beberapa rumusan yang digunakan diantaranya adalah : a. Gross Profit Margin =
Sales COGS Net Sales
b. Operating Profit Margin =
Operating Profit Sales
c. Net Profit Margin =
Earning Available per common stokcholder Sales
d. Earning Per Share =
Earning available per common stockholder Outstanding share
e. Return on Common Equity (ROE) = Earning avalaible per common stockholder Common stock equity f. Return On Total Asset(ROA) / ROI =
EAT Total Assets
Seperti terlihat diatas ada beberapa cara untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan. Namun, penulis membatasi hanya akan menggunakan dengan cara Rasio Return On Ivestment (ROI) yang merupakan suatu cara untuk
mengukur seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari keseluruhan kekayaan yang dimiliki perusahaan.
2.6
Pengaruh Modal Kerja dan Investasi Aktiva Tetap terhadap
Profitabilitas Dalam hal ini terdapat dua variabel yang dapat mempengaruhi profit, yaitu variabel yang pertama adalah modal kerja. Karena modal kerja dianggap penting untuk membiayai seluruh aktivitas perusahaan sehari-hari. Ada beberapa ahli yang mengatakan bahwa modal kerja berpengaruh terhadap profitabilitas antara lain : Gitman (2006:629) menyatakan bahwa : Too much investment in current assets reduced profitability whereas to little investment increases the risk of not being able to pay debt at they comedue. Bahwa investasi dalam aktiva lancar yang terlalu banyak akan menurunkan
profitabilitas,
padahal
investasi
yang
terlalu
sedikit
akan
meningkatkan resiko ketidakmampuan membayar utang pada saat jatuh tempo. Dari penjelasan diatas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa modal kerja berpengaruh terhadap profitabilitas. Hal ini juga disampaikan oleh Susan Irawati (2006:96) dalam bukunya Manajemen Keuangan : Tingkat profitabilitas perusahaan akan dipengaruhi oleh investasi modal kerja. Variabel yang kedua yaitu Investasi dalam aktiva tetap dapat berpengaruh terhadap profitabilitas seperti yang dikemukakan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia. Standar Akuntansi Keuangan (2004:17,2) yang menyatakan bahwa Aktiva yang dapat diusulkan sering kali merupakan bagian signifikan aktiva perusahaan dimana penyusutan karenanya dapat pengaruh secara signifikan dalam menentukan dan menyajikan posisi keuangan dan hasil / laba usaha perusahaan. Perusahaan mengadakan investasi dalam aktiva tetap adalah dengan harapan dapat memperoleh kembali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap
tersebut. Perputaran dana yang tertanam pada aktiva tetap akan diterima kembali keseluruhan oleh perusahaan dalam waktu beberapa tahun dan kembalinya secara berangsur-angsur melalui depresiasi. Jumlah dana yang terikat dalam aktiva tetap akan berangsur-angsur berkurang sesuai dengan metode yang digunakan. Dari beberapa penjelasan dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam suatu perusahaan dimana manajer keuangan dituntut dapat memprediksi dan menentukan kebutuhan modal kerja yang optimal untuk membiayai kegiatan operasional
perusahaan
dan
melakukan
investasi
aktiva
tetap
dengan
menggunakan metode dpresiasi yang tepat. Dimana modal kerja harus digunakan secara efisien, artinya semakin cepat perputaran modal kerja akan semakin kecil sehingga profit yang diharapkan juga akan ikut meningkat. Begitu juga semakin lama masa manfaat ekonomi aktiva tetap maka semakin efisien waktu perputaran dana dalam aktiva tetap maka perusahaan dapat memperoleh kembali dana yang tertanam sesuai dengan metode depresiasi yang digunakan dalam jangka waktu yang panjang, sehingga profit yang diharapkan juga meningkat. Modal kerja dan investasi aktiva tetap cukup akan membantu perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Tanpa adanya keuntungan akan sangat sulit bagi perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Pengaruh Modal Kerja dan Investasi Pada Aktiva Tetap Terhadap Profitabilitas Pada Sektor Industri Manufaktur Food and Beverages Periode 2003-2007 Secara Parsial dan Simultan, menurut peneliti sebelumnya : Dari hasil pengujian secara parsial yang dilakukan penulis, dapat disimpulkan bahwa: a. Variabel Modal Kerja (X1) memiliki keeratan hubungan yang sangat rendah dengan variabel Profitabilitas (Y) dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel profitabilitas (Y). b. Variabel Aktiva Tetap (X2) memiliki keeratan hubungan yang sedang dengan variabel Profitabilitas (Y) dan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Profitabilitas (Y).
Sedangkan dari hasil pengujian secara simultan yang dilakukan penulis, maka dapat disimpulkan bahwa variabel Modal Kerja (X1) dan Aktiva Tetap (X2) memiliki keeratan hubungan yang sedang dengan variabel Prifitabilitas (Y) dan tidak berpengaruh secara simultan terhadap variabel Profitabilitas (Y).