BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Bank Menurut UU RI No.10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak, sedangkan menurut Kuncoro dan Suhardjono (2002: 68), bank adalah lembaga yang usaha pokoknya menghimpun dana dan meyalurkan kembali dana tersebut pada masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Secara spesifik, menurut Susilo (2006) fungsi bank dibagi menjadi: Agent of trust adalah dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan, baik dalam hal penghimpun dana maupun penyaluran dana. Yang kedua Agent of Development yakni dimana sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat meliputi sektor moneter dan sektor riil tidak dapat dipisahkan dan saling berintegrasi. Sektor riil tidak tidak dapat berkinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Yang ketiga Agent of Service , yakni penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat secara umum berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan penyelesaian tagihan.
8
Berdasarkan UU Pokok Perbankan lama No.14 tahun 1967, yang telah diperbaharui dengan UU Pokok Perbankan No. 7 tahun 1992, dan telah direvisi dengan UU No.10 tahun 1998, bank dapat dikelompokkan sebagai berikut, dilihat dari berbagai aspek (Latumaerissa, 2011): 1) Aspek Fungsi: (1) Bank Sentral, adalah bank yang merupakan badan hukum milik negara yang tugas pokoknya membantu pemerintah. (2) Bank Umum, adalah bank yang sumber utama dananya berasal dari simpanan pihak ketiga, serta pemberian kredit jangka pendek dalam penyaluran dana. (3) Bank Pembangunan, adalah bank yang dalam pengumpulan dananya berasal dari penerimaan simpanan deposito serta commercial paper. (4) Bank Desa, adalah kantor bank di suatu desa yang tugas utamanya
adalah
penghimpunan
melaksanakan
dana
dalam
fungsi
rangka
perkreditan
program
dan
pemerintah
memajukan pembangunan desa. (5) Bank Perkreditan Rakyat (BPR), adalah kantor bank di kota kecamatan yang merupakan unsur penghimpun dana masyarakat maupun menyalurkan dananya di sektor pertanian dan pedesaan. 2) Status Kepemilikan:
9
(1) Bank Milik Negara, adalah bank yang seluruh modalnya berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan dan pendiriannya di bawah UU tersendiri. (2) Bank Milik Swasta Nasional, adalah bank milik swasta yang didirikan dalam bentuk hukum perseroan terbatas, dimana seluruh sahamnya dimiliki oleh WNI dan/atau badan-badan hukum di Indonesia. (3) Bank Swasta Asing, adalah bank yang didirikan dalam bentuk cabang bank yang sudah ada di luar negeri atau dalam bentuk campuran antara bank asing dan bank nasional yang ada di Indonesia. (4) Bank Pembangunan Daerah, adalah bank yang pendiriannya berdasarkan peraturan daerah propinsi dan sebagian besar sahamnya dimiliki oleh pemerintah kota dan pemerintah kabupaten, di wilayah yang bersangkutan dan modalnya merupakan harta kekayaan pemerintah daerah yang dipisahkan. (5) Bank Campuran, adalah bank yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. 3) Kegiatan Operasional: (1) Bank Devisa, adalah bank yang mempunyai hak dan wewenang yang diberikan oleh Bank Indonesia untuk melaksanakan transaksi valuta asing dan lau-lintas devisa serta hubungan koresponden dengan bank asing di luar negeri.
10
(2) Bank Nondevisa, adalah bank yang dalam operasionalnya hanya
melaksanakan transaksi
di
dalam
negeri,
tidak
melakukan hubungan dengan bank asing di luar negeri. 4) Dilihat dari Aspek Cara menentukan Harga (Kasmir, 2002): (1) Bank Konvensional Dalam operasinya, jenis bank ini menggunakan dua metode: 1.Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula untuk produk pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat bunga tertentu. Penetuan harga ini dikenal dengan istilah spread based. Apabila suku bunga simpanan lebih tinggi dari suku bunga pinjaman maka dikenal dengan nama negative spreed. Hal ini telah terjadi di akhir tahun 1998 dan sepanjang tahun 1999. 2.Untuk jasa-jasa bank lainnya, pihak bank menggunakan atau menerapkan berbagai biaya dalam nominal atau presentase tertentu. Sisitem penetapan biaya ini disebut fee based. (2) Bank Syariah Bank Syariah (bank bagi hasil) merupakan bank yang beroperasi dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Dalam operasinya, baik dalam kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat maupun dalam penyaluran dana kepada masyarakat
11
bank syariah menetapkan harga produk yang ditawarkan berdasarkan prinsip jual beli dan bagi hasil. B. Resiko dalam usaha perbankan Risiko-risiko usaha bank menurut Latumaerissa (2011) antara lain: 1) Risiko Likuiditas Risiko likuiditas adalah risiko bank yang timbul karena bank tidak dapat memenuhi kewajiban jangka pendek pada masyarakat saat dibutuhkan, yang disebabkan karena bank kekurangan likuiditas. Likuiditas merupakan unsur penting bagi bank karena dengan likuiditas yang cukup maka bank akan mampu untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dari setiap nasabah, sehingga akan menambah kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan bank dalam menjamin dana masyarakat yang dititipkan ke bank. 2) Risiko Tingkat Bunga Risiko tingkat bunga adalah risiko yang timbul akibat perubahan tingkat bunga, sebagai akibat dari mismatch position yang dilakukan oleh bank. Disamping itu juga bisa desebabkan oleh perbedaan bunga antara Resource of Fund dan Uses of Funds. 3) Risiko Kredit Risiko kredit (credit risk) adalah risiko yang timbul karena debitur tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjam dan bunga yang harus dibayar kepada bank. Risiko ini tentu harus diantisipasi oleh bank melalui suatu proses penilaian serta analisis kredit yang
12
benar dan tepat yang disesuaikan dengan prudential banking legal lending limit. 4) Risiko Manajemen Risiko Manajemen adalah risiko yang ditimbulkan oleh internal
bank
yang
bersangkutan,
yang
disebabkan
oleh
mismanagement dan faktor mentalitas pegawai bank. Risiko ini sangat penting untuk diperhatikan sebuah bank, karena jika lengah maka terjadinya kerjasama antar nasabah dengan pegawai bank untuk membobol bank melalui bentuk-bentuk transaksi fiktif mungkin saja terjadi. 5) Risiko Investasi Risiko investasi adalah risiko yang timbul karena bank mengalami kerugian berupa penurunan nilai surat berharga yang dimiliki seperti saham dan obligasi. Hal ini sering terjadi dimana bank-bank
yang
memiliki
kelebihan
likuiditas
seringkali
mengalokasikan dana yang diterima dari pihak ketiga untuk kegiatan investasi serat berharga di pasar modal atau pasar uang. 6) Risiko Operasi Risiko operasi yang dihadapi oleh bank berkaitan dengan masalah penghimpunan dan penggunaan dana seperti perubahan dalam komposisi biaya operasional dan lain sebagainya.
13
7) Risiko Fidusia Risiko fidusia yang timbul karena bank memberikan jasa perwaliamanatan sehingga menimbulkan kerugian bagi nasabah karena ketidakjujuran atau adanya unsur penipuan. 8) Risiko Keamanan Risiko keamanan yang timbul akibat ketidakstabilan politik dan keamanan. 9) Risiko Pendapatan Risiko pendapatan adalah risiko yang timbul akibat gagalnya penyaluran kredit bank. Pendapatan bank diperoleh dari pendapatan bunga pinjaman dan pendapatan selain bunga. 10) Risko Pasar Risiko pasar adalah risiko yang timbul akibat perubahan tingkat bunga pasar, tingkat kurs valuta asing, tingkat inflasi, dan sebagainya. Likuidasi atau bangkrutnya suatu bank yang besar dapat menyebabkan bangkrutnya bank yang lain (efek domino) – sebagai akibat penarikan dan secara tiba-tiba. Setiap saat bank harus mengevaluasi perkembangan tingkat suku bunga pasar untuk menetapkan tingkat suku bunga simpanan dan kredit. Bank harus melakukan evaluasi secara berkala terhadap kualitas portofolio aset produktifnya dengan kurs terakhir, termasuk transaksi derivatifnya.
14
C. Kinerja Bank Menurut Setyowati dan Hartono dalam Ikatan Akuntansi Indonesia (1996), kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja keuangann di masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai seperti pembayaran deviden, upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain itu, tujuan pokok kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematui standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran (Setyowati dan Hartono, 2008). Penilaian terhadap kinerja suatu bank tertentu dapat dilakukan dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangannya. Laporan keuangan yang berupa neraca dan laba rugi dapat menggambarkan posisi keuangan perusahaan yang bersangkutan (Kuncoro dan Suhardjono, 2002)
15
D. Kinerja Keuangan Kinerja keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat bagi berbagai pihak (stakeHolders) seperti investor, kreditur, analisis, konsultan keuangan, pemerintah dan pihak manajemen sendiri. Laporan keuangan yang berupa neraca dan laporan laba rugi suatu perusahaan, bila disusun secara baik dan akurat dapat memberikan gambaran keadaan yang nyata mengenai hasil atau prestasi yang dicapai oleh suatu perusahaan selama kurun waktu tertentu. Keadaan inilah yang akan digunakan untuk menilai kinerja perusahaan. Berkaitan dengan analisis kinerja keuangan bank memiliki beberapa tujuan, yaitu: 1. Untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan bank terutama kondisi likuiditas, kecukupan modal, dan profitabilitas yang dicapai dalam tahun berjalan maupun tahun sebelumnya. 2. Untuk mengetahui kemampuan bank dalam mendayagunakan semua aset yang dimiliki dalam menghasilkan profit secara efisien. E. Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan yang terdiri atas neraca, perhitungan laba rugi, ikhtisar laba yang ditahan dan dilaporkan dan di laporan posisi keuangan. Laporan keuangan pada prinsipnya merupakan salah satu pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Laporan keuangan adalah produk atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan
16
keputusan. Dengan demikian, laporan keuangan dapat dijadikan sebagai sumber informasi utama oleh berbagai pihak untuk menilai kinerja manajemen sekaligus kinerja ekonomi perusahaan. Evaluasi terhadap laporan keuangan dilakukan oleh para pemakainya untuk pengambilan keputusan sesuai dengan kepentingan mereka masing-masing. Di samping sebagai informasi, laporan keuangan juga sebagai pertanggungjawaban dan juga dapat menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan mencapai tujuannya (Sawir, 2005:02). Menurut Sofyan Harahap, laporan keuangan adalah media informasi yang mencakup semua aktivitas perusahaan. Jika informasi ini disajikan dengan benar maka informasi tersebut sangat berguna bagi siapa saja untuk mengambil keputusan tentang perusahaan yang dilaporkan tersebut. Laporan keuangan yang umum dikenal yaitu : a. Daftar neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada satu tanggal tertentu. Neraca menggambarkan posisi harta, utang, dan modal pada tanggal tertentu. Harta (aset) yang disebut juga aktiva adalah merupakan harta produktif yang dikelola dalam perusahaan tersebut, dan aset ini diperoleh dari sumber utang atau modal. Sumber pendanaan aset adalah utang jangka panjang, jangka pendek, atau berasal dari modal pemilik. b. Perhitungan laba-rugi yang menggambarkan jumlah hasil, biaya dan laba/rugi
perusahaan
pada
suatu
periode
tertentu.
Laba
rugi
menggambarkan hasil yang diterima selama satu periode tertentu serta biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan hasil tersebut. Hasil
17
dikurangi biaya-biaya merupakan laba atau rugi. Jika hasil lebih besar dari biaya berarti laba, sebaliknya jika hasil lebih kecil dari biaya berarti rugi. c. Laporan sumber dan penggunaan dana. Di sini dimuat sumber dana dan pengeluaran perusahaan selama satu periode d. Laporan arus kas Di sini disajikan informasi tentang dari mana sumber kas diperoleh dan untuk ke mana kas dipergunakan. Disamping itu, ada lagi laporan tambahan (supporting statement) seperti harga pokok produksi, laporan perubahan modal, laporan laba ditahan. Kemudian dilengkapi lagi dengan catatan dan penjelasan laporan keuangan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan utama (Harahap, 2002). Perkembangan suatu perusahaan sangat perlu untuk megetahui kondisi keuangan perusahaan yang bersangkutan yang terdiri atas neraca, laporan perhitungan laba rugi, serta laporan-laporan keuangan lainnya. Dengan mengadakan analisis laporan keuangan terhadap pos-pos neraca akan dapat diketahui atau diperoleh gambaran kinerja posisi keuangannya, sedangkan analisis terhadap laporan laba rugi, labanya akan memberikan
gambaran
tentang
hasil
atau
perkembangan
usaha
perusahaan yang bersangkutan.
F. Metode Camels Bank Indonesia dalam menilai tingkat kesehatan suatu bank pada dasarnya menggunakan pendekatan kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi suatu bank. Metode atau cara penilaian tingkat kesehatan bank tersebut dikenal dengan metode CAMELS (untuk saat ini yang diberlakukan di Indonesia menurut Peraturan Gubernur Bank
18
Indonesia Nomor 6/10/2004 Tahun 2004). CAMELS merupakan aspek yang
banyak
berpengaruh
terhadap
kondisi
suatu
bank,
yang
mempengaruhi pula kesehatan bank. Setelah dilakukan pengukuran dengan cara CAMELS, dilanjutkan dengan penilaian tingkat kepatuhan bank pada beberapa ketentuan khusus. Metode CAMELS berisikan langkah-langkah yang dinilai dengan menghitung besarnya masing-masing rasio pada komponen-komponen.
Metode
CAMELS
mencakup
kompomen-
komponen sebagai berikut (Rivai, dkk, 2013): 1) Permodalan (Capital) Merupakan kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengindentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap bsesarnya modal bank. Perhitungan capital adequacy ini didasarkan atas prinsip bahwa setiap penanaman yang mengandung risiko harus disediakan jumlah modal sebesar presentase tertentu (risk margin) terhadap jumlah penanamannya (Kuncoro dan Suhardjono, 2002). Dalam penelitian ini permodalan (capital) sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP/2004 Perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum diproksikan dengan menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR). Semakin rendah nilai CAR maka keadaan bank tersebut semakin tidak baik. Matriks kriteria peringkat komponen Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah :
19
Tabel 2.1: Matriks Kriteria Peringkat Komponen Capital Adequacy Ratio (CAR) Peringkat
Rasio
1
CAR ≥ 12%
2
9% ≤ CAR ≤ 12%
3
8% ≤ CAR ≤ 9%
4
6% ≤ CAR ≤ 8%
5
CAR ≤ 6%
(Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004)
2) Kualitas Asset (Asset Quality) Kualitas
aset
produktif
menunjukkan
kualitas
aset
sehubungan dengan risiko kredit yang dihadapi bank akibat pemberian kredit dan investasi dana bank pada portofolio yang berbeda. Setiap penanaman dana bank dalam aktiva produktif dinilai kualitasnya dengan menentukan tingkat kolektibilitasnya., yaitu apakah Lancar, Kurang Lancar, Diragukan atau Macet. Pembedaan tingkat kolektibilitas tersebut diperlukan untuk mengetahui besarnya cadangan minimum penghapusan aktiva produktif yang harus disediakan oleh bank untuk menutup risiko kemungkinan kerugian yang terjadi (Kuncoro dan Suhardjono, 2002).
20
Berdasarkan
Surat
Edaran
Bank
Indonesia
Nomor
6/23/DPNP/2004 Perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Asset Quality diproksikan dengan menggunakan Non Performing Loan Ratio (NPL). Rasio ini mengindikasikan bahwa
semakin besar rasio NPL, menunjukkan semakin menurun kualitas aktiva produktif. Matriks kriteria penetapan peringkat komponen NPL adalah: Tabel 2.2: Matriks Kriteria Peringkat Komponen NPL (Non Performing Loan Ratio)
Peringkat
Rasio
1
NPL ≤ 2%
2
2% ≤ NPL ≤ 5%
3
5% ≤ NPL ≤ 8%
4
8% ≤ NPL ≤ 11%
5
NPL ≤ 11%
(Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004)
3) Manajemen (Management) Kualitas Manajemen menunjukkan kemampuan manajemen bank untuk mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol risiko-risiko yang timbul melalui kebijakan-kebijakan dan strategi bisnisnya untuk mencapai target (Kuncoro dan Suhardjono, 2002).
21
Berdasarkan
Surat
Edaran
Bank
Indonesia
Nomor
6/23/DPNP/2004 dalam melakukan penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor manajemen (management) antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen - komponen sebagai berikut : (1) Manajemen umum; (2) Penerapan sistem manajemen risiko; dan (3) Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya. 4) Rentabilitas (Earning) Pada aspek rentabilitas ini yang dilihat adalah kemampuan bank dalam meningkatkan laba dan efisiensi usaha yang dicapai. Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas yang terus meningkat (Martono, 2002). Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP/2004 Perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, rentabilitas diproksikan dengan menggunakan Return On Assets Ratio (ROA) dan Return On Equity Ratio (ROE). Semakin besar ROA dan ROE, semakin meningkatnya rentabilitas bank maka semakin sehat bank tersebut. Matriks kriteria penetapan peringkat komponen Return On Assets Ratio (ROA) dan Return On Equity Ratio (ROE) adalah:
22
Tabel 2.3: Matriks Kriteria Peringkat Komponen Return On Assets Ratio (ROA) Peringkat
Rasio
1
ROA ≤ 1,5%
2
1,25% ≤ ROA ≤ 1,5%
3
0,5% ≤ ROA ≤ 1,25%
4
0 % ≤ ROA ≤ 0,5%
5
ROA ≤ 0%
(Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004)
Tabel 2.4: Matriks Kriteria Peringkat Komponen Return On Equity Ratio (ROE) Peringkat
Rasio
1
ROE ˃ 15%
2
12,5% ˂ ROE ≤ 15%
3
5% ˂ ROE ≤ 12,5%
4
0 % ˂ ROE ≤ 5%
5
ROE ≤ 0%
(Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004)
23
5) Likuiditas (Liquidity) Likuiditas menunjukkan ketersediaan dana dan sumber dana bank pada saat ini dan masa yang akan datang. Pengaturan likuiditas bank terutama dimaksudkan agar bank setiap saat dapat memenuhi kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayar (Kuncoro dan Suhardjono, 2002). Selain itu, menurut Martono (2002), penilaian likuiditas didasarkan atas kemampuan bank dalam membayar semua hutang-hutangnya terutama simpanan, tabungan, giro dan deposito pada saat ditagih dan dapat memenuhi semua permohonan kredit yang layak untuk disetujui. Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP/2004 Perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, likuiditas diproksikan dengan menggunakan Loan to Deposit Ratio (LDR). Semakin tinggi LDR, semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar. Matriks kriteria penetapan peringkat komponen Loan To Deposit Ratio (LDR) adalah:
24
Tabel 2.5: Matriks Kriteria Peringkat Komponen Loan To Deposit Ratio (LDR) Peringkat
Rasio
1
50% < LDR ≤ 75%
2
75% < LDR ≤ 85%
3
85% < LDR ≤ 100% atau LDR ≤ 50%
4
100% < LDR ≤ 120%
5
LDR > 120%
(Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004)
6) Sensitivitas terhadap Risiko Pasar (Sensitivity to Market Risk. Penilaian sensitivitas atas risiko pasar digunkan untuk menganalisis kemampuan bank dalam mengantisipasi perubahan risiko pasar yang disebabkan oleh pergerakan nilai tukar. Penilaian sensitivitas atas risiko pasar dilakukan dengan menilai besarnya kelebihan modal yang digunakan untuk menutup risiko bank dibandingkan dengan besarnya risiko kerugian yang timbul dari pengaruh perubahan risiko pasar (Kusumo, 2008). Berdasarkan
Surat
Edaran
Bank
Indonesia
Nomor
6/23/DPNP/2004 dalam melakukan penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to market risk) antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen - komponen sebagai berikut:
25
(1) Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi suku bunga dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) suku bunga; (2) Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi nilai tukar dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) nilai tukar; dan Kecukupan penerapan sistem manajemen risiko pasar. G. Peringkat Komposit Peringkat komposit (composit rating) adalah peringkat akhir hasil penilaian tingkat kesehatan bank. Penentuan peringkat komposit ini dilakukan dengan menetapkan peringkat setiap komponen berdasarkan perhitungan dan analisis yang dilakukan dengan mempertimbangkan indikator pendukung dan atau pembanding yang relevan. (Siamat, 2005). Kemudian berdasarkan hasil penetapan peringkat setiap faktor ditetapkan peringkat komposit (composit rating). Peringkat komposit (composit rating) berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 ditetapkan sebagai berikut: 1) Peringkat Komposit 1 (PK-1), mencerminkan bahwa bank tergolong sangat baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan. 2) Peringkat Komposit 2 (PK-2), mencerminkan bahwa bank tergolong baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian
26
dan industri keuangan, namun bank masih memiliki kelemahankelemahan minor yang dapat segera diatasi oleh tindakan rutin. 3) Peringkat Komposit 3 (PK-3), mencerminkan bank tergolong cukup baik, namun terdapat beberapa kelemahan yang dapat menyebabkan peringkat kompositnya memburuk, yang dpaat terjadi apabila bank tidak segera melakukan tindakan korektif. 4) Peringkat Komposit 4 (PK-4), mencerminkan bahwa bank tergolong kurang baik dan sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan; atau bank memiliki kelemahan keuangan yang serius; atau kombinasi dari beberapa faktor yang tidak memuaskan. Apabila tidak dilakukan tindakan korektif yang efektif, baik berpotensi mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya. 5) Peringkat Komposit 5 (PK-5), mencerminkan bahwa bank tergolong tidak baik dan sangat sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan serta mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya. H. Perbedaan Bank Syariah dan Konvensional Perbedaan antara bank konvensional dengan bank syariah diantaranya, bank syariah hanya melakukan investasi yang halal saja, sedangkan bank konvensional melakukan investasi yang halal dan haram. Bank syariah berlandaskan pada prinsip bagi hasil, sedangkan bank konvensional memakai perangkat bunga. Bank syariah berorientasi pada
27
profit dan falah (kebahagiaan dunia dan akhirat), sedangkan bank konvensional hanya profit oriented. Selain itu, dalam bank syariah hubungan dengan nasabah dalam bentuk kemitraan, sedangkan bank konvensional hubungan dengan nasabah dalam bentuk kreditur dan debitur (Antonio, 2001). Dalam system pembagian hasil dan bunga: 1. Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung, 2. Besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan, 3. Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi, 4. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang “booming”, 5. Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh beberapa kalangan.Sedangkan sistem bagi hasil: 1. Penentuan besarnya rasio/ nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi, 2. Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh, 3. tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak, 4. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan, 5. Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil. I. Penelitian Terdahulu Adapun Penelitian Terdahulu dapat dijabarkan sebagai berikut :
28
1. Rubitoh (2013) melakukan penelitian tentang Perbandingan kinerja keuangan PT. Bank Muammalat, Tbk dan bank konvensional, Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara umum kinerja keuangan bank syariah lebih baik, walaupun ada juga kinerja bank syariah dibawah bank konvensional. Bahkan perkembangan bank syariah mencapai 53 persen,sedang bank konvensional
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2012), yang bertujuan untuk melakukan perbandingan kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional di Indonesia pada periode 20062010 dengan menggunakan rasio keuangan, terdiri dari CAR, LDR, NPL, BOPO, dan ROA. Hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan untuk masing-masing rasio keuangan antara Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional di Indonesia. Bank Umum Syariah lebih baik kinerjanya dari segi rasio LDR dan ROA, sedangkan Bank Umum Konvensional lebih baik kinerjanya dari segi rasio CAR, NPL, dan BOPO. 3. Kiki Maharani (2010) tentang perbedaan kinerja keuangan bank konvensional dan bank syariah. Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara bank yang sehat (berkinerja baik) dengan bank yang tidak sehat (berkinerja tidak baik) terutama variabel ROA yang menghasilkan nilai F terbesar 60,314 dan nilai Wilk’s Lambda terkecil 0,142 serta memiliki tingkat signifikansi < dari 5% dan LDR yang menghasilkan nilai F terkecil 11,930 dan nilai
29
Wilk’s Lamda terbesar 0,456 serta memiliki nilai tingkat signifikansi <5%. Tingkat ketepatan yang dihasilkan oleh persamaan diskriminan dalam melihat bank sehat (berkinerja baik) atau tidak (berkinerja tidak baik) sebesar 100%, dan kinerja keuangan Perbankan syariah berbeda (tidak sama) dengan kinerja keuangan perbankan konvensional. J. Kerangka Pikir Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.Jenis bank di Indonesia dibedakan menjadi dua jenis bank, yang dibedakan berdasarkan cara penentuan harga:
a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional. b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah. Kedua jenis bank tersebut tentunya memiliki laporan keuangan masing-masing. Dari laporan keuangan tersebut maka dapat dilakukan analisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio keuangan (CAR, NPL, ROA, BOPO, dan LDR). Setelah analisis dilakukan maka akan dapat diketahui kinerja keuangan bank tersebut. Berikut digambarkan secara skematis kerangka pikir penelitian.
30
Bank Rakyat Indonesia
Bank Muammalat
LaporanKeuangan
Aspek Permodalan: CAR
Aspek KAP: NPL
Aspek Rentabilitas: ROA dan ROE
Aspek Likuiditas: LDR
1.
Kinerja Keuangan
K. Hipotesis Dari Rumusan masalah dan kerangka teori diatas didapat hipotesis sebagai berikut.
H1 : Ada perbedaan nilai CAR yang signifikan antara PT. Bank Rakyat Indonesia dengan PT. Bank Muammalat, Tbk. H2 : Ada perbedaan nilai NPL yang signifikan antara PT. Bank Rakyat Indonesia dengan PT. Bank Muammalat, Tbk. H3 : Ada perbedaan nilai ROA yang signifikan antara PT. Bank Rakyat Indonesia dengan PT. Bank Muammalat, Tbk. H4 : Ada perbedaan nilai ROE yang signifikan antara PT. Bank Rakyat Indonesia dengan PT. Bank Muammalat, Tbk.
31
H5 : Ada perbedaan nilai LDR yang signifikan antara PT. PT. Bank Rakyat Indonesia dengan PT. Bank Muammalat, Tbk.
32