6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Investasi
2.1.1
Pengertian Investasi Istilah investasi dapat diartikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan
didalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu menurut Jogiyanto (2007:5). Salah satu tujuan seseorang berinvestasi adalah untuk menambah atau meningkatkan pendapatannya di masa mendatang dalam bentuk kesejahteraan uang. Sedangkan Rose and Marquis (2006:6) menyatakan pengertian dari Investasi: “Expenditure on capital goods or on inventories of goods or raw materials that are used to produce other goods and service, causing future production and income to rise.” 2.1.2
Jenis-Jenis Investasi Keputusan investasi dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai
kelebihan dana. Menurut Sunariyah (2004:4) investasi dalam arti luas terdiri dari dua bagian utama, yaitu: 1. Investasi dalam bentuk aktiva riil (real assets) berupa aktiva berwujud seperti emas, perak, intan, barang-barang seni dan real estate. 2. Investasi dalam bentuk surat-surat berharga (financial asstes) berupa surat-surat berharga yang pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva riil yang dikuasai oleh entitas. Pemilikan aktiva finansial dalam rangka investasi pada sebuah entitas dapat dilakukan dengan dua cara: a. Investasi Langsung (direct investment) Investasi Langsung (direct investment) dapat diartikan sebagai suatu pemilikan surat-surat berharga secara langsung dalam suatu entitas yang secara resmi telah go public dengan harapan akan mendapatkan keuntungan berupa penghasilan dividen dan capital gains.
b. Investasi Tidak Langsung (indirect investment) Investasi Tidak Langsung (indirect investment) terjadi bilamana surat-surat berharga yang dimiliki diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi (investment company) yang berfungsi sebagai perantara. 2.1.3
Tujuan Investasi Menurut Gitman dan Joehnk (2005:13) ada beberapa alasan mengapa seseorang
melakukan investasi, antara lain adalah: 1. Accumulating retirement funds Accumulating funds forf retirement is the single most important reason for investing 2. Enhancing current income investment enchance current income by earnings dividends or interest 3. Saving for major expenditure the most common of these are the down paymenr on a home, education, vacation travel and capital to start business 4. Sheltering income from taxes obviously, if person can avoid or deferpaying taxeson the income from
investment, its
will have more funds left for reinvestment. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari investasi secara garis besar sama, yaitu untuk mengharapkan pendapatan (return) yang lebih besar di masa yang akan datang, tentunya dengan tingkat risiko yang selalu menyertainya.
2.2
Pasar Modal
2.2.1
Pengertian Pasar Modal Pasar modal adalah tempat terjadinya transaksi asset keuangan jangka panjang atau
long-term financial assets. Jenis surat berharga yang diperjual belikan di pasar modal memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun. Pasar modal memungkinkan bertemunya pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (investor/lenders) dan yang membutuhkan dana (perusahaan/emiten). Dalam hal ini lenders akan memberikan dananya pada emiten, sedangkan lenders akan memperoleh surat bukti (sekuritas) yang memiliki klaim atas aset-aset perusahaan. 7
Pada dasarnya pasar modal sama seperti pasar yang lain, hanya saja yang membedakan mungkin mengenai komoditi yang diperdagangkan. Bentuk umum surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal adalah obligasi, saham preferens dan saham biasa. Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat yang terorganisasi tempat efek-efek diperdagangkan yang disebut bursa efek. Bursa efek adalah suatu sistem yang terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Elton and Gruber (2003:14) pengertian pasar modal adalah sebagai berikut: “Capital market securities include instruments with maturities greater than one year and those with no-designed maturity of all.” Penjual dalam pasar modal merupakan perusahaan yang membutuhkan modal (emiten), sehingga mereka berusaha untuk menjual efek-efek di pasar modal. Sedangkan pembeli (investor) adalah pihak yang ingin membeli modal di perusahaan yang menurut mereka menguntungkan. Sedangkan menurut Gitman dan Joehnk (2005:36) pengertian pasar modal adalah: “Market in which long term securities with maturities greater than one year such as stocks, an bonds are bought and sold.” Pengertian Pasar Modal seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal pasal 1 ayat 1 adalah: “Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum
dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.” Sedangkan Bursa Efek menurut UU no.8 pasal 1 butir 4 tentang pasar modal adalah: “Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek, pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka.” Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa pasar modal bisa berupa pasar dalam pengertian abstrak maupun dalam pengertian konkret. Dalam pengertian abstrak, perdagangan surat berharga di pasar modal tidak harus terjadi pada suatu tempat tertentu. Sedangkan dalam pengertian konkret, pasar modal adalah bursa efek. Bursa efek merupakan 8
pasar yang sangat terorganisir karena terdapat serangkaian peraturan yang mengikat pihakpihak yang terkait di dalamnya. Komoditi yang diperdagangkan adalah surat-surat berharga jangka panjang. 2.2.2
Peran dan Manfaat Pasar Modal Pasar modal memberikan daya tarik baik bagi pihak yang membutuhkan dana, pihak
yang memiliki dana, maupun pemerintah. Hal ini disebabkan karena pasar modal memiliki peranan dan manfaat yang strategis. Menurut Badan Pengawas Pasar Modal (2003:2-4) peranan dan manfaat pasar modal di Indonesia sebagai berikut: 1. Pasar Modal merupakan wahana pengalokasian dana secara efisien Investor dapat melakukan investasi pada beberapa perusahaan melalui pembelian efek-efek yang baru ditawarkan ataupun yang diperdagangkan di Pasar Modal. Sebaliknya, perusahaan dapat memperoleh dana yang dibutuhkan dengan menawarkan instrumen keuangan jangka panjang melalui Pasar Modal tersebut. 2. Pasar Modal sebagai alternatif investasi Pasar Modal memudahkan alternatif berinvestasi dengan memberikan keuntungan dengan sejumlah risiko tertentu. 3. Memungkinkan para investor untuk memiliki perusahaan yang sehat dan berprospek baik. Perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek yang baik, sebaiknya tidak hanya dimiliki oleh sejumlah orang-orang tertentu saja karena penyebaran kepemilikan secara luas akan mendorong perkembangan perusahaan menjadi lebih transparan. 4. Pelaksanaan manajemen perusahaan secara profesional dan transparan. Keikutsertaan masyarakat dalam kepemilikan perusahaan mendorong perusahaan untuk menerapkan manajemen secara lebih profesional, efisien dan berorientasi pada keuntungan, sehingga tercipta suatu kondisi ”good corporate governance” serta keuntungan yang lebih baik bagi para investor. Bapepam menganjurkan setiap perusahaan publik untuk memiliki suatu Komite Audit. 5. Peningkatan aktivitas ekonomi nasional dengan keberadaan Pasar Modal, perusahaanperusahaan akan lebih mudah memperoleh dana, sehingga akan mendorong perekonomian nasional menjadi lebih maju, yang selanjutnya akan menciptakan kesempatan kerja yang luas, serta meningkatkan pendapatan pajak bagi pemerintah.
9
2.3
Saham
2.3.1
Pengertian Saham Adalah bukti kepemilikan dalam suatu perusahaan, dengan kata lain pemilik saham
adalah pemilik sebagian perusahaan. Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau biasa yang disebut emiten. Dengan demikian jika seorang investor membeli saham, maka ia pun menjadi pemilik atau pemegang saham perusahaan. Fabozzi (2003:339) mendefinisikan saham sebagai berikut: “It represents an ownership interest in a corporation. Holders of equity securities are entitled to the earnings of the corporation when those earnings are distributed in the form of dividends; they are also entitled to a pro rata share of remaining equity in case of liquidation.” Sedangkan menurut Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso (2006:293): “Saham adalah sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut.” Jadi saham adalah surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), dimana saham tersebut menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan tersebut. Menurut Iskandar Z. Alwi (2003 : 33-35), berdasarkan kemampuan dalam hak taguh atau klaim, saham dibedakan sebagai berikut : 1. Saham biasa (common stock), saham yang tidak mencantumkan nama pemilik dan kepemilikannya melekat pada pemegang sertifikat tersebut. Saham biasa adalah saham yang tidak memperoleh hak istimewa. Saham biasa menanggung resiko terbesar karena pemegang saham biasa menerima deviden hanya setelah pemegang saham preferen dibayar dan memperoleh deviden sepanjang perseroan memperoleh keuntungan, hak suara dalam RUPS sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya (one share one vote) dan pada likuidasi perusahaan, mempunyai hak untuk memperoleh sebagian dari
10
kekayaan perusahaan setelah semua kewajiban dilunasi baik untuk kreditur maupun para pemegang saham preferen. Jenis-jenis saham biasa adalah : a. Blue chip stock, yakni saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader dari industri sejenisnya, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar deviden. b. Speculative stock, adalah saham emiten yang tidak secara konsisten menghasilkan dividen namun jenis saham ini harganya selalu berfluktuasi, dan terkadang memberikan dividen yang sangat tinggi. c. Income stock, adalah tipe saham kurang peka terhadap kondisi pasar.
Hal ini
terlihat dari indeks beta saham jenis ini yang besarnya kurang dari satu. Saham jenis ini biasanya berasal dari emiten yang bergerak dalam sektor yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. 2. Saham preferen (preferen stock), adalah saham yang memberikan hak untuk mendapatkan deviden lebih dahulu dari saham biasa yang besarnya tetap. Apabila perusahaan dilikuidasi, maka pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham setelah para kreditur, dan kemungkinan memperoleh penghasilan tambahan dalam pembagian laba perusahaan. Disamping penghasilan tetap yang dijamin kontinuitas serta besarnya, deviden tidak dipengaruhi laba perusahaan. Saham preferen terdiri dari: a. Cumulative Preferred Stock Saham preferen ini memberikan hak kepada pemilknya atas pembagaian deviden yang sifatnya kumulatif dalam suatu persentase tertentu, artinya kalau pada tahun tertentu yang dibayarkan tidak mencukupi atau tidak membayar deviden sama sekali, maka akan diperhitungakan pada tahun berikutnya, sampai saat dapat dibagikan deviden. Kumulatif ini tidak berlaku pada saat perusahaan dilikuidasi jika tidak terdapat saldo laba atau laba ditahan. b. Non- Cumulative Preferred Stock Pemegang saham ini mendapatkan prioritas dalam pembagian deviden hingga suatu presentase atau jumlah tertentu, tetapi tidak bersifat kumulatif, yaitu deviden tahun – tahun sebelumnya yang belum dibayar tidak perlu dilunasi pada tahun berikutnya.
11
Jadi jika akan membagi deviden untuk pemegang saham biasa, kewajiban yang ada hanyalah membayar deviden saham preferen untuk tahun tersebut. c. Participating Preferred Stock Pemegang saham jenis ini disamping memperoleh deviden tetap seperti yang telah ditetntukan, juga diberi hak untuk memperoleh bagian deviden tambahan setelah saham biasa memperoleh jumlah deviden yang sama dengen jumlah tetap yang diperoleh saham preferen. d. Non-participating Preferred Stock Pemegang saham seperti ini setiap tahunnya memperoleh deviden terbatas sebesar tarif devidennya. e. Convertible Preferred Stock Saham jenis ini mempunyai preferensi untuk ditukar dengan surat berharga lain. Hak konversi umumnya meliputi penukaran saham preferen dengan saham biasa. Dalam hal - hal teretentu, saham preferen mungkin dapat dikonversi dengan obligasi, sehingga para investor mempunyai kebebasan untuk mengubah posisi mereka dari pemegang saham menjadi kreditur. 2.3.2
Jenis Nilai Saham Nilai yang berhubungan dengan saham dapat dilihat dalam empat konsep yang
memberikan makna yang berbeda, yaitu: 1. Nilai nominal (Par Value) Nilai nominal adalah nilai per lembar saham yang berkaitan dengan hukum dan merupakan modal per lembar saham yang harus ditahan perusahaan untuk proteksi kepada kreditur yang tidak dapat diambil oleh pemegang saham. Menurut Erich A. Helfert ( 2000:447): “Par value is the nominal value estabilished by the issuer of security, as contrasted with the market value of the security.” Untuk saham yang tidak mempunyai nominal, dewan direksi umumnya menetapkan nilai sendiri (sorted value) per lembar saham, dan apabila tidak ada nilai yang ditetapkan maka dianggap sebagai modal adalah semua penerimaan bersih (proceeds) yang dianggap oleh emiten pada waktu mengeluarkan saham bersangkutan. 12
2. Nilai buku (Book Value) Nilai buku per lembar saham menenujukan aktiva bersih (net asset) per lembar saham yang dimiliki oleh pemegang saham. Nilai buku per lembar saham (book value per share) tidak menunjukan ukuran kinerja saham yang penting, tetapi nilai buku per lembar saham dapat mencerminkan berapa besar jaminan yang akan diperoleh pemegang saham apabila perusahaan penerbit saham dilikuidasi. Menurut James C. Van Horne (2007:375): “Nilai buku per lembar saham biasa adalah ekuitas pemegang saham total aktiva dikurang total kewajiban dan saham preferen seperti yang tercantum dalam neraca, dibagi dengan jumlah lembar saham yang beredar.“ 3. Nilai pasar (Market Value) Nilai pasar merupakan nilai yang berbentuk akibat mekanisme pasar, yakni akibat proses penawaran dan permintaan akan suatu saham tertentu dipasar yang dibentuk oleh pelaku-pelaku pasar itu sendiri. Menurut James C.Van Horne (2007:375): ”Nilai pasar per lembar adalah harga perdagangan saham saat ini, untuk saham yang diperdagangkan secara tidak aktif, kuotasi harga pasar telah tersedia.” 2.3.3
Harga Saham Perubahan harga saham dipengaruhi oleh persepsi investor tentang nilai wajar (intristic
value) dari suatu perusahaan terhadap nilai pasarnya (market value). Jika hasil perhitungan nilai wajar berbeda dengan nilai pasar berarti ada peluang investasi, yaitu: 1. Apabila nilai wajar > nilai pasar (undervalue), maka investor yang telah memiliki saham sebaiknya mempertahankan saham tersebut, sedangkan bagi investor yang belum memiliki saham tersebut dapat melakukan transaksi beli. 2. Apabila nilai wajar < nilai pasar (overvalue), maka investor yang telah memiliki saham sebaiknya menjual saham tersebut untuk mendapatkan capital gain. Harga saham di bursa dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif, antara lain pengaruh peraturan perdagangan saham, ketat tidaknya pengawasan atas pelanggaran oleh pelaku bursa, psikologi pemodal secara masal yang berubah-ubah antara pesimistis dan optimistis, dan lain-lain. 13
2.3.4
Analisis Harga Saham Tujuan dari investasi tentunya adalah keuntungan, potensi keuntungan yang didapat
dari investasi saham adalah dividen dan capital gain, keuntungan dari dividen didapat karena kinerja perusahaan, sedangkan keuntungan dari capital gain didapat dari pergerakan harga saham yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Ada dua metode yang biasanya digunakan investor dalam menganalisis harga saham yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. 2.3.4.1 Analisis Fundamental. Menurut Jogiyanto (2007:89) dalam bukunya “Teori Portofolio dan Analisis Investasi” mengatakan bahwa: “Analisis fundamental atau analisis perusahaan adalah analisis untuk menghitung nilai intrinsik saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan.” Definisi diatas menunjukan bahwa suatu sekuritas memiliki nilai intrinsik tertentu (nilai yang seharusnya). Nilai intrinsik suatu sekuritas ditentukan oleh faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya. Faktor-faktor fundamental tersebut dapat berasal dari dalam perusahaan (emiten), industri maupun keadaan ekonomi makro. Analisis fundamental akan membandingkan nilai intrinsik suatu sekuritas dengan harga pasarnya guna menentukan apakah harga pasar sekuritas sudah benar-benar mencerminkan nilai intrinsiknya. Pendekatan ini dari definisi tersebut menerangkan bahwa harga sekuritas akan dipengaruhi oleh kinerja perusahaan (misalnya tingkat penjualan dan laba perusahaan) dan kaeadaan ekonomi dimana perusahaan tersebut berada. Kinerja perusahaan itu sendiri akan dipengaruhi oleh kondisi industri dan perekonomian secara umum. Hal ini karena perusahaan berada dalam suatu sistem yang saling mempengaruhi satu sama lain. Oleh sebab itu investor dlam memperkirakan prospek suatu sekuritas harus dikaitkan dengan faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya. Analisis fundamental menggunakan data fundamental, yaitu data yang berasal dari keuangan perusahaan (misalnya laba, dividen yang dibayar, penjualan dan lain sebagainya) menurut Jogiyanto (2007:88). Faktor-faktor fundamental meliputi kondisi ekonomi, kondisi sektoral/industri dan kinerja perusahaan (Suad Husnan, 2001:315), yaitu: 1. Kondisi ekonomi, analisis fundamental dapat dilakukan dengan cara mengestimasi faktor-faktor ekonomi yang berkaitan dengan perusahaan, dari hasil analisis tersebut 14
kita dapat memprediksi harga saham yang dimaksud. Selain itu kondisi perekonomian juga ikut mempengaruhi keputusan investor di pasar modal. Beberapa faktor makro ekonomi yang dapat mempengaruhi harga saham antara lain Pendapatan Domestik Bruto, inflasi, tingkat suku bunga, kurs nilai tukar, investasi swasta, neraca perdagangan dan neraca pembayaran. 2. Kondisi sektoral / industri, kondisi sektoral / industri dapat menjadi bahan pertimbangan bagi investor yang akan berinvestasi di pasar modal.
Hal-hal tersebut antara lain
estimasi tingkat keuntungan industri, estimasi earning per share industri, prakiraan penjualan dan daur hidup industri, persaingan dan return industri yang diharapkan. Sebagai contoh krisis ekonomi menghantam bisnis properti beberapa tahun silam karenanya banyak investor yang menjual saham properti dan harganya terus menurun. 3. Kinerja perusahaan, analisis fundamental yang berkaitan dengan kinerja perusahaan biasanya berhubungan dengan informasi akuntansi. Keuntungan dari analisis ini adalah kita dapat mengetahui nilai intrinsik dan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan nilai. 2.3.4.2 Analisis Teknikal Menurut Djoko Susanto dan Agus Sabardi (2002:2) menjelaskan analisis teknikal sebagai berikut: “Analisis teknikal adalah suatu metoda meramalkan pergerakan harga saham dan meramalkan kecenderungan pasar di masa mendatang dengan cara mempelajari grafik harga saham, volume perdagangan dan indeks harga saham gabungan.” Analisis teknikal lebih menekankan pada apa yang telah terjadi di pasar, yang didasarkan atas data yang ada sebelumnya untuk menentukan kondisi dimasa yang akan datang. Para analis teknikal tidak begitu peduli terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pasar, sebagaimana para analis fundamental, tetapi lebih berkonsentrasi pada instrumen pasar. Analisis teknikal ini menggunakan data pasar dari saham (misalnya harga dan volume transaksi saham) untuk menentukan nilai dari saham Jogiyanto (2007:88-89). Hal yang mendasari analisis teknikal adalah harga saham mencerminkan informasi yang relevan, informasi itu ditunjukkan oleh perubahan harga di waktu lalu, dan perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu dan pola tersebut akan berulang. Penganut pendekatan teknis melakukan transaksi di bursa dengan asumsi Itjang D. Gunawan (2003:203):
15
1. Harga pasar ditentukan bersama oleh interaksi antara permintaan dan penawaran. 2. Permintaan dan penawaran ditentukan untuk banyak faktor, baik rasional maupun irrasional, termasuk variabel ekonomi yang didasarkan pada analisis fundamental, seperti opini, selera dan perkiraan. 3. Harga saham secara individu maupun secara bergerak mengikuti trend. 4. Perubahan trend disebabkan oleh bergantungnya permintaan dan penawaran, dimana pergeseran tersebut, cepat atau lambat, dapat terdeteksi dalam grafik transaksi pasar. 5. Beberapa pola chart cenderung berulang.
2.4
Risiko Investasi Alasan utama orang berinvestasi adalah untuk memperoleh keuntungan. Dalam konteks
manajemen investasi, tingkat keuntungan investasi disebut sebagai return. Return yang diharapkan investor dari investasi yang dilakukannya merupakan kompensasi atas biaya kesempatan (opportunity cost) dan risiko penurunan daya beli akibat adanya pengaruh inflasi. Seorang investor perlu membedakan antara return yang diharapkan (expected return), dengan return yang aktual (actual return). Antara tingkat pengembalian yang diharapkan dan tingkat pengembalian yang aktual yang diperoleh investor sangat mungkin berbeda. Perbedaan inilah yang merupakan risiko yang harus selalu dipertimbangkan oleh investor sebelum memutuskan untuk berinvestasi. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan ada dua unsur yang melekat pada setiap modal atau dana yang diinvestasikan yaitu hasil (return) dan risiko (risk). Dua unsur ini selalu mempunyai hubungan timbal balik yang sebanding, umumnya semakin tinggi risiko, semakin besar pula hasil yang akan diperoleh dan semakin kecil risiko, semakin kecil pula hasil yang akan diperoleh. Adapun penjelasan risiko investasi menurut Kamaruddin (2003:4), yaitu: 1. Risiko Inflasi (Inflation Risk) Risiko
inflasi
terjadi
bila
ada
peningkatan
menurunkan nilai mata uang.
16
harga
barang
atau
jasa
akan
2. Risiko Pasar (Market Inflation) Risiko ini terjadi bila penurunan harga saham terjadi maka akan mengakibatkan capital loss. Risiko ini muncul sebagai akibat dari variabilitas return pasar yang disebabkan oleh terjadinya bear or bull market karena adanya kondisi ekonomi yang terus berubah-ubah. 3. Risiko Sektoral Risiko ini dipengaruhi oleh kinerja usaha industri-industri yang tergabung dalam suatu sektor yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan (life cycle), kondisi peraturan dan iklim usaha. 4. Risiko Tingkat Suku Bunga (Interest Rate Risk) Risiko ini muncul dari perubahan dalam tingkat suku bunga yang ada di pasar. Risiko tingkat suku bunga mempunyai pengaruh yang sama terhadap surat berharga. Perubahan tingkat suku bunga ini akan menyebabkan terjadinya fluktuasi harga suratsurat berharga. 5. Risiko Kredit (Credit Risk) Risiko timbul jika perusahaan menerbitkan efek hutang dan instrumen pasar yang tidak mampu untuk membayar pokok hutang dan bunga tertunggak. 6. Risiko Mata Uang (Currency Risk) Risiko ini timbul apabila terjadi perubahan nilai mata uang negara asing dibandingkan dengan mata uang domestik sehingga akan mengurangi tingkat hasil dari investasi asing. Hal ini terjadi karena nilai mata uang asing itu menurun sehingga nilai investasi langsungnya menjadi lebih kecil. 7. Asset Class Risk Saham obligasi, dan kas (atau instrumen pasar yang lainnya) merupakan tiga kelas asset yang paling utama. Jika seorang investor tidak berimbang dalam melakukan diversifikasi terhadap investasinya, dengan demikian risikonya akan semakin mengecil.
17
2.5
Tingkat Suku Bunga Tingkat suku bunga di suatu negara biasanya ditetapkan pemerintah yang bertujuan
untuk menjaga kelangsungan perekonomian suatu negara. Menurut Tajul Khalwaty (2000:143) adalah sebagai berikut: “Suku bunga merupakan instrumen konvensional untuk mengendalikan atau menekan laju pertumbuhan tingkat inflasi.” Salah satu instrument keuangan yang berfungsi untuk mengatur tingkat suku bunga di Indonesia adalah Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang berfungsi sama dengan instrument T-Bill Amerika Serikat. Hal ini mengakibatkan naik turunnya tingkat suku bunga SBI akan dapat mempengaruhi kegiatan perekonomian di Indonesia. Hal ini tidak terkecuali kegiatan di pasar modal. 2.5.1 Pengertian Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Dasar hukum penerbitan SBI adalah Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/67/KEP/DIR tanggal 23 Juli 1998 tentang penerbitan Sertifikat Bank Indonesia dan intervensi rupiah. SBI adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai pengakuan hutang berjangka waktu pendek dengan sistem diskonto. Tujuan penerbitan SBI adalah sebagai otoritas moneter dalam memelihara kestabilan nilai rupiah. Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang kartal dan uang giral) di Bank Indonesia yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan nilai rupiah. SBI diterbitkan dan dijual untuk mengurangi kelebihan uang primer tersebut. 2.5.2
Karakteristik SBI Karakteristik dari SBI yang dimuat dalam leaflet Bank Indonesia, adalah sebagai berikut:
1. Jangka waktu maksimum 12 bulan dan sementara waktu hanya diterbitkan untuk jangka waktu 1 dan 3 bulan 2. Denominasi, dari yang terendah Rp. 50 juta sampai dengan yang tertinggi Rp. 100 miliar 3. Pembelian SBI oleh masyarakat minimal Rp. 100 juta dan selebihnya dengan kelipatan Rp. 50 juta. 4. Pembelian SBI didasarkan dengan nilai tunai yang diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
N Nilai Tunai
=
3
+ (6T
0i
m i la ×a3 i l ni 6 N 0 nk o× g J nka at nu )o 18
5. Pembeli SBI memperoleh hasil berupa nilai diskonto yang dibayar dimuka, yang diperoleh dengan rumus berikut: Nilai Diskonto = Nilai Nominal – Nilai Tunai 6. Pajak penghasilan atas diskonto dikenakan secara final sebesar 15%. 2.5.3 Tata Cara Transaksi Penjualan SBI Adapun tata cara dari penjualan SBI itu sendiri adalah sebagai berikut : 1. Penjualan SBI dilakukan melalui lelang 2. Jumlah SBI yang akan dilelang diumumkan pada hari selasa 3. Lelang SBI dilakukan setiap hari rabu dan dapat diikuti oleh seluruh bank umum, pialang pasar uang, dan pialang pasar modal dengan penyelesaian transaksi hari kamis. 4. Dalam pelaksanaan lelang SBI, masing-masing peserta mengajukan penawaran jumlah SBI yang ingin dibeli serta tingkat diskontonya. Pemenang lelang adalah peserta yang mengajukan tingkat penawaran diskonto yang terendah sampai dengan jumlah SBI lelang yang diumumkan tercapai. 2.5.4
Mekanisme Pembentukan Suku Bunga SBI Melalui penggunaan SBI, Bank Indonesia secara tidak langsung dapat mempengaruhi
tingkat suku bunga di pasar uang dengan jalan mengumumkan step out rate (SOR) yaitu tingkat suku bunga yang diterima oleh BI atas penawaran tingkat bunga dari peserta lelang harian, maupun lelang mingguan. Selanjutnya step out rate (SOR) tersebut akan dipakai sebagai indikator bagi tingkat suku bunga transaksi di pasar uang pada umumnya. Sedangkan cara penentuan suku bunga SBI dihitung dengan cara menghitung weight average dari SBI yang telah terjual dengan tingkat diskontonya masing-masing, suku bunga SBI yang berlaku pada saat itu dengan rumus seperti dibawah ini: Suku Bunga SBI = ΣΜ i⋅ ⋅ Wi
Dimana :
M i = Nominal SBI yang terjual kepada peserta i Wi = Tingkat Diskonto yang ditawarkan peserta i 19
Ada juga kelemahan dari penerbitan SBI ini, yaitu membuat perbankan malas menjalankan fungsi intermediasinya. Perbankan akan memilih menyimpan dananya pada SBI, daripada harus menyalurkan kredit pada dunia usaha yang penuh risiko. Oleh sebab itu Bank Indonesia saat ini terus berupaya untuk membuat SBI kurang menarik, agar dunia usaha khususnya sektor riil bisa kembali bergairah karena perbankan menjalankan fungsi intermediasinya dengan optimal. 2.5.5
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga Setiap investor selalu mengharapkan agar uang atau dana yang ditanam menjadi
berkembang dengan cara memperoleh suku bunga. Akan tetapi kalau terjadi inflasi (akibat tingkat harga naik), jumlah uang yang diterima daya belinya akan berkurang. Jadi bunga yang diterima harus sudah memperhitungkan tingkat inflasi (premi inflasi). Seorang investor harus mengorbankan konsumsinya sekarang karena uangnya untuk di investasikan, maka untuk itu wajar jika investor menuntut agar dalam menentukan tingkat bunga dipertimbangkan adanya preferensi waktu (premi preferensi waktu). Investor harus membayar pajak atas bunga yang diterimanya, maka investor juga menghendaki agar pajak (premi pajak) juga dipertimbangkan dalam menentukan besarnya tingkat bunga. Selain tiga faktor di atas berupa inflasi, preferensi waktu dan pajak, masih ada faktor lainnya yaitu risiko (risk). Risiko timbul disebabkan adanya ketidakpastian (uncertainty) di masa depan seperti terjadinya devaluasi, pengetatan uang oleh BI, perang, krisis moneter, dan lain sebagainya.
Penanam modal menghendaki adanya premi risiko (risk premium).
Pada
prinsipnya makin besar tingkat risiko, makin besar pula premi risiko yang dituntut para penanam modal. Secara singkat ada empat faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat bunga yaitu : inflasi, preferensi waktu, pajak, dan risiko. Tiga faktor pertama merupakan dasar penentuan tingkat bunga bebas risiko (risk free), sedangkan faktor keempat yaitu premi risiko menerangkan mengapa tingkat bunga sering bervariasi. Misalnya begitu ada tanda-tanda akan terjadi devaluasi atau tingkat bunga deposito naik, harga saham di bursa efek akan berubah atau bervariasi.
20
2.6
Inflasi
2.6.1
Pengertian Inflasi Inflasi
adalah
ukuran
aktivitas
ekonomi
yang
juga sering digunakan
untuk
menggambarkan kondisi ekonomi nasional. Secara lebih jelas inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu ukuran ekonomi yang memberikan gambaran tentang peningkatan harga ratarata barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu sistem perekonomian. Sedangkan beberapa para ahli mengemukakan definisi mengenai inflasi diantaranya adalah sebagai berikut : Baily, et al (2000:18) mendefinisikan inflasi sebagai berikut : “Inflation is an increase in the over all level of price.” Selain itu menurut Sadono Sukirno (2004:14) adalah sebagai berikut: “Inflasi didefinisiskan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian.” Dari definisi inflasi diatas, maka dapat diambil satu pandangan bahwa inflasi mengandung pengertian antara lain: 1. Adanya kecenderungan harga-harga untuk naik 2. Kenaikan harga berlangsung secara berkelanjutan 3. Kenaikan harga bukan pada satu barang tetapi beberapa komoditi tingkat harga umum. Sedangkan definisi indeks harga konsumen (IHK) yang dikemukakan Baily, et al (2000:19) adalah sebagai berikut : “Consumer price indeks (CPI) is consructed by looking at changes in the prices of the things that typical household buy. ” Laju indeks harga konsumen (IHK) permanen (core inflation) adalah laju inflasi yang disebabkan oleh meningkatkan tekanan permintaan tentang barang dan jasa (permintaan agregat) dalam perekonomian, beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab perubahan laju inflasi yang bersifat permanen adalah interaksi antara ekspektasi masyarakat terhadap laju
21
inflasi, jumlah uang yang beredar, faktor siklus kegiatan usaha (misalnya tingkat penggunaan kapasitas produksi dan inventori), dan tekanan permintaan musiman. Komponen laju inflasi yang bersifat temporer (noise inflation) adalah bagian dari laju inflasi yang disebabkan oleh gangguan sesekali (one time shock) pada laju inflasi faktor yang menyebabkan gejolak sementara ialah kenaikan biaya input produksi dan distribusi, kenaikan biaya energi dan transportasi, dan faktor non-ekonomi seperti kerusuhan, bencana alam dan lain-lain. Inflasi tidak berarti bahwa harga berbagai macam barang itu naik dalam presentase yang sama, yang jelas terjadi kenaikan harga umum barang secara terus menerus dalam periode waktu tertentu. Kenaikan harga atau inflasi ini diukur dengan menggunakan indeks harga dari sekitar 300 komoditi di 45 kota utama diseluruh indonesia. Indeks harga konsumen (IHK) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
∑W ∑W
I H =K
⋅H n ⋅H o
Dimana : IHK = Indeks harga konsumen Wn = Nilai kepentingan relatif (Weights) barang pada hari n Wo = Nilai kepentinagn relatif (Weights) barang pada waktu dasar Hn = Harga pasar barang pada hari n Ho = Harga pasar barang pada hari dasar 2.6.2
Jenis Inflasi Menurut tingkat keparahannya Muana Nanga (2001:251) membagi inflasi kedalam tiga
tingkatan, yaitu: a.
Inflasi Sedang (moderate Inflation) Kondisi ini ditandai dengan kenaikan laju inflasi yang lambat dan waktu yang relatif lama. 22
b. Inflasi Menengah (Galloping Inflation) Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar (biasanya double digit atau bahkan triple digit) dan kadang kala berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi. Artinya, harga-harga minggu atau bulan ini lebih tinggi dari minggu atau bulan lalu dan seterusnya. Efeknya terhadap perekonomian lebih berat daripada inflasi yang merayap (creeping inflation). c. Inflasi Tinggi (Hyper Inflation) Merupakan inflasi yang paling parah akibatnya. Harga-harga naik sampai lima atau enam kali. Masyarakat tidak lagi mempunyai keinginan untuk menyimpan uang. Nilai uang merosot dengan tajam sehingga ingin ditukarkan dengan barang. 2.6.3
Pengukuran Tingkat Inflasi Mc Eachern (2000:157) mengemukakan perihal indikator yang digunakan untuk
mengukur tingkat inflasi suatu negara: “Indeks harga adalah angka yang menunjukan rata-rata harga sekelompok barang. Perubahan indeks harga menunjukan perubahan tingkat suku bunga.“ Samuelson (2005:576) juga mengemukakan mengenai indeks harga konsumen, sebagai berikut: ”The most wildely used measure of inflation is the consumer price index (CPI)” Selanjutnya Mc Eachern (2000:134) menambahkan pengertian mengenai Indeks Harga konsumen, sebagai berikut: “Indeks harga konsumen mengukur biaya dari ”satu keranjang“ barang dan jasa konsumen dari waktu ke waktu.“ Menurut Muana Nanga (2000:134) secara umum dikenal 3 jenis indeks harga: 1. Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index) Indeks harga ini mengukur biaya sekelompok barang-barang dan jasa di pasar yang digunakan untuk menunjang kehidupan sehari-hari. IHK dihitung dari 45 kota. Jumlah komoditas yang dicangkup sebanyak 249-352 komoditas ang terdiri atas tujuh kelompok yaitu: bahan makanan jadi, rokok dan tembakau, perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, rekreasi, dan olahraga, transport dan komunikasi. 23
2. Indeks Harga Produsen Merupakan suatu indeks dari harga bahan-bahan baku, produk antara, dan peralatan modal serta mesin yang dibeli oleh perusahaan. 3. GNP Deflator Indeks yang merupakan perbandingan rasio antara GNP niminal dan GNP riil. 2.6.4
Dampak Inflasi Dampak atau akibat yang ditimbulkan dari adanya inflasi dalam suatu perekonomian
adalah sebagai berikut: 1. Inflasi
dapat
mendorong
terjadinya
redistribusi
pendapatan
diantara
anggota
masyarakat, yang berpengaruh terhadap kesejahteraan ekonomi, sebab redistribusi pendapatan yang terjadi akan menyebabkan pendapatan riil satu orang meningkat, tetapi pendapatan orang lainnya jatuh. 2. Inflasi dapat menyebabkan penurunan di dalam efisiensi ekonomi (economic efficiency). Karena inflasi dapat mengalahkan sumberdaya dari investasi yang produktif ke investasi yang tidak produktif sehingga mengurangi kapasitas ekonomi produktif. 3. Inflasi dapat menyebabkan perubahan-perubahan di dalam output dan kesempatan kerja, dengan cara lebih langsung dengan memotivasi perusahaan memproduksi dan membuat orang untuk bekerja lebih atau kurang dari yang dilakukan. 4. Inflasi dapat menciptakan lingkungan yang tidak stabil bagi keputusan ekonomi. Jika konsumen memperkirakan tingkat inflasi akan naik di masa mendatang, maka mendorong mereka untuk membeli barang-barang dan jasa secara besar-besaran pada saat sekarang dibanding menunggu pada tingkat harga yang naik lagi.
2.7
Produk Domestik Bruto Produk Domestik Bruto (PDB) adalah total nilai pasar dari barang jadi dan jasa yang
dihasilkan di dalam suatu Negara selama satu tahun tertentu Samuelson & Nordhaus (2004:99). Yang dimaksud dengan produk dan jasa akhir yaitu barang dan jasa yang dihitung dalam GDP merupakan barang dan jasa yang digunakan pemakai terakhir. Harga pasar di sini menunjukkan bahwa nilai output nasional tersebut dihitung berdasarkan tingkat harga yang berlaku pada periode yang bersangkutan.
24
PDB merupakan bagian dari pendapatan nasiaonal dan perhitungan produk (atau perhitungan nasional), yang merupakan kumpulan statistik yang memungkinkan para pembuat kebijakan menentukan apakah perekonomian mengalami kontraksi atau ekspansi dan apakah resesi atau inflasi yang berat mengancam. Ketika para ekonomingin menentukan tingkat perkembangan ekonimi dari suatu Negara, maka mereka melihat pada PDB perkapitanya. PDB diyakini sebagai indikator ekonomi terbaik dalam menilai perkembangan ekonomi suatu negara. Perhitungan pendapatan nasional ini mempunyai ukuran makro utama tentang kondisi suatu negara. Pada umumnya perbandingan kondisi antar negara dapat dilihat dari pendapatan nasionalnya sebagai gambaran, Bank Dunia menentukan apakah suatu negara berada dalam kelompok negara maju atau berkembang melalui pengelompokan besarnya PDB, dan PDB suatu negara sama dengan total pengeluaran atas barang dan jasa dalam perekonomian Herlambang (2001:16). 2.7.1
Mengukur Produk Domestik Bruto PDB merupakan pengukuran yang paling luas dari total output barang dan jasa suatu
negara. Ini merupakan jumlah nilai dollar konsumsi (C), investasi bruto (I), pembelanjaan pemerintah atas barang dan jasa (G), dan ekspor netto (X) yang dihasilkan suatu negara selama satu tahun tertentu Samuelson & Nordhaus (2004:99). PBD = C + I + G + X PBD digunakan untuk banyak tujuan, tetapi yang paling penting adalah untuk mengukur keseluruhan performa dari suatu pemerintahan.
2.8
Indeks Harga Saham Dalam mengukur kegiatan pasar modal biasanya digunakan angka indeks yang
memberikan gambaran mengenai perubahan yang terjadi di pasar modal. Satu indikator pergerakan harga saham tersebut adalah indeks harga saham. Indeks merupakan gabungan harga saham yang ada di pasar. Menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin (2006:168-169) jenis indeks yang diperdagangkan di BEJ yang sekarang bernama BEI terdapat enam jenis, yaitu:
25
1. Indeks individual Indeks individual menggunakan indeks harga masing-masing saham terhadap harga dasarnya atau indeks masing-masing saham yang tercatat di BEJ yang sekarang bernama BEI. 2. Indeks harga saham sektoral Indeks harga saham sektoral
menggunakan semua saham yang termasuk dalam
masing-masing sector, misalnya sektor keuangan, pertambangan, properti dan lain-lain 3. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indeks Harga Saham Gabungan menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen penghitungan indeks. 4. Indeks LQ 45 Indeks LQ 45 yaitu indeks yang terdiri atas 45 saham pilihan dengan mengacu pada dua variable, yaitu likuiditas perdagangan dan kapitalisasi pasar. Setiap enam bulan, terdapat saham-saham baru yang masuk ke dalam LQ-45 tersebut. 5. Indeks Syariah atau JII (Jakarta Islamic Index) JII (Jakarta Islamic Index) merupakan indeks yang terdiri atas 30 saham, yang mengakomodasi syariah investasi dalam Islam atau Indeks yang berdasarkan syariah Islam. 6. Indeks Papan Utama dan Papan Pengembangan Indeks Papan Utama dan Papan Pengembangan yaitu indeks harga saham yang secara khusus didasarkan pada kelompok saham yang tercatat di BEJ yang sekarang bernama BEI, yaitu kelompok papan utama dan papan pengembangan. Dari jenis-jenis indeks tersebut diatas kita dapat mengetahui situasi secara umum berkaitan dengan pergerakan harga saham individual, pergerakan saham sektoral, ataupun pergerakan harga saham secara keseluruhan. Indeks harga saham merupakan ringkasan dari dampak simultan dan kompleks atas berbagai macam faktor yang berpengaruh. Bila lebih di cermati, indeks harga saham yang berkembang tidak saja memuat fenomena-fenomena ekonomi semata tetapi juga memuat fenomena sosial dan politik. Indeks harga saham yang mengalami penurunan menunjukan kondisi pasar yang mengalami kelesuan dan begitu juga sebaliknya. 26
Untuk mencari angka indeks harus tersedia data lebih dari satu, sebab harus ditentukan waktu dasar dan waktu yang berlaku. Data pergerakan angka indeks di catat dari hari ke hari, minggu ke minggu dan bulan ke bulan sehingga akan membentuk satu trend gerak indeks harga saham diperoleh dari formula berikut ini:
I H = (SH t : H 0 ).1 0
Dimana:
IHS = Indeks harga saham H t = Harga sebelum periode t H 0 = Harga sebelum tahun dasar Penentuan waktu dasar biasanya memilih periode tertentu sewaktu kondisi pasar sedang stabil dan bergairah. Kondisi indeks yang sedang naik disebut kondisi Bullish market, sedangkan kondisi indeks sedang turun disebut kondisi Bearish market. Kondisi Bullish adalah saat yang tepat bagi investor untuk melepas atau menjual sekuritas, sedangkan kondisi bearish market adalah saat yang tepat untuk melakukan investasi atau membeli sekuritas. 2.8.1
Indeks Harga Saham Gabungan Indeks Harga Saham Gabungan (disingkat IHSG, dalam Bahasa Inggris disebut juga
Jakarta Composite Index, JCI, atau JSX Composite) merupakan salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI; dahulu Bursa Efek Jakarta (BEJ)). Diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983, sebagai indikator pergerakan harga saham di BEJ, Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI. 2.8.2
Metode Penghitungan IHSG Dasar perhitungan IHSG adalah jumlah Nilai Pasar dari total saham yang tercatat pada
hari tertentu. Jumlah Nilai Pasar adalah total perkalian setiap saham tercatat (kecuali untuk perusahaan yang berada dalam program restrukturisasi) dengan harga di BEJ pada hari tersebut. Formula perhitungannya adalah sebagai berikut: 27
𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼 =
∑p 𝑥𝑥 𝑑𝑑
100
dimana p adalah Harga Penutupan di Pasar Reguler,x adalah Jumlah Saham, dan d adalah Nilai Dasar. 𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 − 𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼 =
𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 1 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑤𝑤𝑤𝑤𝑤𝑤𝑤𝑤𝑤𝑤 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 1 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
Perhitungan Indeks merepresentasikan pergerakan harga saham di pasar/bursa yang terjadi melalui sistem perdagangan lelang. Nilai Dasar akan disesuaikan secara cepat bila terjadi perubahan modal emiten atau terdapat faktor lain yang tidak terkait dengan harga saham. Penyesuaian akan dilakukan bila ada tambahan emiten baru, HMETD (right issue), partial/company listing, waran dan obligasi konversi demikian juga delisting. Dalam hal terjadi stock split, dividen saham atau saham bonus, Nilai Dasar tidak disesuaikan karena Nilai Pasar tidak terpengaruh. Harga saham yang digunakan dalam menghitung IHSG adalah harga saham di pasar reguler yang didasarkan pada harga yang terjadi berdasarkan sistem lelang. Perhitungan IHSG dilakukan setiap hari, yaitu setelah penutupan perdagangan setiap harinya. Dalam waktu dekat, diharapkan perhitungan IHSG dapat dilakukan beberapa kali atau bahkan dalam beberapa menit, hal ini dapat dilakukan setelah sistem perdagangan otomasi diimplementasikan dengan baik.
2.9
Reksadana Reksadana adalah wadah dan pola pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan investor
untuk berinvestasi dalam instrumen-instrumen investasi yang tersedia di Pasar dengan cara membeli unit penyertaan reksadana. Dana ini kemudian dikelola oleh Manajer Investasi (MI) ke dalam portofolio investasi, baik berupa saham, obligasi, pasar uang ataupun efek/sekuriti lainnya. Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27): “Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat Pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio Efek oleh Manajer Investasi.” Dari kedua definisi di atas, terdapat tiga unsur penting dalam pengertian Reksadana yaitu:
28
1. Adanya kumpulan dana masyarakat, baik individu maupun institusi 2. Investasi bersama dalam bentuk suatu portofolio efek yang telah terdiversifikasi; dan 3. Manajer Investasi dipercaya sebagai pengelola dana milik masyarakat investor. Pada reksadana, manajemen investasi mengelola dana-dana yang ditempatkannya pada surat berharga dan merealisasikan keuntungan ataupun kerugian dan menerima dividen atau bunga yang dibukukannya ke dalam "Nilai Aktiva Bersih" (NAB) reksadana tersebut. Kekayaan reksadana yang dikelola oleh manajer investasi tersebut wajib untuk disimpan pada bank kustodian yang tidak terafiliasi dengan manajer investasi, dimana bank kustodian inilah yang akan bertindak sebagai tempat penitipan kolektif dan administratur. 2.9.1
Bentuk Hukum Reksadana Berdasarkan Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 pasal 18, ayat (1),
bentuk hukum Reksadana di Indonesia ada dua, yakni Reksadana berbentuk Perseroan Terbatas (PT. Reksadana) dan Reksadana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK). 1. Reksadana berbentuk Perseroan (PT. Reksadana) Suatu perusahaan (perseroan terbatas), yang dari sisi bentuk hukum tidak berbeda dengan perusahaan lainnya. Perbedaan terletak pada jenis usaha, yaitu jenis usaha pengelolaan portofolio investasi. 2. Kontrak Investasi Kolektif Kontrak yang dibuat antara Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang juga mengikat pemegang Unit Penyertaan sebagai Investor. Melalui kontrak ini Manajer Investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio efek dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan dan administrasi investasi. 2.9.2
Karakteristik Reksadana Berdasarkan karakteristiknya maka reksadana dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Reksadana Terbuka adalah reksadana yang dapat dijual kembali kepada Perusahaan Manajemen Investasi yang menerbitkannya tanpa melalui mekanisme perdagangan di Bursa efek. Harga jualnya biasanya sama dengan Nilai Aktiva Bersihnya. Sebagian besar reksadana yang ada saat ini adalah merupakan reksadana terbuka.
29
2. Reksadana Tertutup adalah reksadana yang tidak dapat dijual kembali kepada perusahaan manajemen investasi yang menerbitkannya. Unit penyertaan reksadana tertutup hanya dapat dijual kembali kepada investor lain melalui mekanisme perdagangan di Bursa Efek. Harga jualnya bisa diatas atau dibawah Nilai Aktiva Bersihnya. 2.9.3
Jenis-jenis Reksadana Berdasarkan konsestrasi portofolionya, dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Reksadana Pasar Uang (Money Market Funds) Konsentrasi portofolio Reksadana ini diinvestasikan pada Efek yang bersifat Utang dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun. Tujuannya adalah untuk menjaga likuiditas dan pemeliharaan modal. Risiko relatif lebih rendah dibandingkan dengan Reksadana jenis lainnya. Karena instrumen yang dipilih merupakan instrumen utang yang mempunyai jatuh tempo kurang dari satu tahun. b. Reksadana Pendapatan Tetap (Fixed Income Funds) Reksadana ini melakukan investasi sekurang – kurangnya 80 % dari aktivanya dalam bentuk efek bersifat utang. Risiko lebih tinggi dari Reksadana Pasar Uang. Tujuannya adalah untuk menghasilkan tingkat pegembalian yang stabil. c. Reksadana Saham (Equity Funds) Investasi Reksadana ini sekurang – kurangnnya 80 % dari aktivanya dalam bentuk Efek bersifat Ekuitas. Risikonya lebih tinggi dibandingkan dua jenis Reksadana sebelumnya, tetapi tingkat pengembalian yang dihasilkan Reksadana jenis ini juga tinggi. Tingginya risiko tersebut dikarenakan sifat harga saham yang lebih fluktuasi. Tetapi sebaliknya, dalam jangka panjang, tingkat pengembalian lebih tinggi dibandngkan jenis lainnya. Jenis ini sesuai untuk investor yang mempunyai horizon investasi yang panjang.
30
d. Reksadana Campuran (Discrenationary Funds) Investasi yang dilakukan dalam Efek yang bersifat Ekuitas dan Efek yang bersifat utang yang perbandingannya tidak termasuk Reksadana Pendapatan Tetap dan Saham di atas. Reksadana ini berisiko moderat dengan tingkat pengembalian yang relatif lebih tinggi daripada Reksadana Pendapatan Tetap. Perbandingan komposisi portofolionya sangat beragam baik dalam bentuk efek hutang, ekuitas, maupun efek pasar uang. 2.9.4
Manfaat Reksadana Reksadana memiliki beberapa manfaat yang menjadikannya sebagai salah satu
alternatif investasi yang menarik antara lain: 1. Dikelola oleh manajemen profesional Pengelolaan portofolio suatu Reksadana dilaksanakan oleh Manajer Investasi yang memang mengkhususkan keahliannya dalam hal pengelolaan dana. Peran Manajer Investasi sangat penting mengingat Pemodal individu pada umumnya mempunyai keterbatasan waktu, sehingga tidak dapat melakukan riset secara langsung dalam menganalisa harga efek serta mengakses informasi ke pasar modal. 2. Diversifikasi investasi Diversifikasi atau penyebaran investasi yang terwujud dalam portofolio akan mengurangi risiko (tetapi tidak dapat menghilangkan), karena dana atau kekayaan Reksadana diinvestasikan pada berbagai jenis efek sehingga risikonya pun juga tersebar. Dengan kata lain, risikonya tidak sebesar risiko bila seorang membeli satu atau dua jenis saham atau efek secara individu. 3. Transparansi informasi Reksadana wajib memberikan informasi atas perkembangan portofolionya dan biayanya secara kontinyu sehingga pemegang Unit Penyertaan dapat memantau keuntungannya, biaya, dan risiko setiap saat.Pengelola Reksadana wajib mengumumkan Nilai Aktiva Bersih (NAB) nya setiap hari di surat kabar serta menerbitkan laporan keuangan tengah tahunan dan tahunan serta prospektus secara teratur sehingga Investor dapat memonitor perkembangan investasinya secara rutin. 31
4. Likuiditas yang tinggi Agar investasi yang dilakukan berhasil, setiap instrumen investasi harus mempunyai tingkat likuiditas yang cukup tinggi. Dengan demikian, Pemodal dapat mencairkan kembali Unit Penyertaannya setiap saat sesuai ketetapan yang dibuat masing-masing Reksadana sehingga memudahkan investor mengelola kasnya. Reksadana terbuka wajib membeli kembali Unit Penyertaannya sehingga sifatnya sangat likuid. 5. Biaya Rendah Karena reksadana merupakan kumpulan dana dari banyak pemodal dan kemudian dikelola secara profesional, maka sejalan dengan besarnya kemampuan untuk melakukan investasi tersebut akan menghasilkan pula efisiensi biaya transaksi. Biaya transaksi akan menjadi lebih rendah dibandingkan apabila Investor individu melakukan transaksi sendiri di bursa. 2.9.5
Risiko Investasi Reksadana Untuk melakukan investasi Reksadana, Investor harus mengenal jenis risiko yang
berpotensi timbul apabila membeli Reksadana. 1. Risiko menurunnya NAB (Nilai Aktiva Bersih) Unit Penyertaan Penurunan ini disebabkan oleh harga pasar dari instrumen investasi yang dimasukkan dalam portofolio Reksadana tersebut mengalami penurunan dibandingkan dari harga pembelian awal. Penyebab penurunan harga pasar portofolio investasi Reksadana bisa disebabkan oleh banyak hal, di antaranya akibat kinerja bursa saham yang memburuk, terjadinya kinerja emiten yang memburuk, situasi politik dan ekonomi yang tidak menentu, dan masih banyak penyebab fundamental lainnya. 2. Risiko Likuiditas Potensi risiko likuiditas ini bisa saja terjadi apabila pemegang Unit Penyertaan reksadana pada salah satu Manajer Investasi tertentu ternyata melakukan penarikkan dana dalam jumlah yang besar pada hari dan waktu yang sama. Istilahnya, Manajer Investasi tersebut mengalami rush (penarikan dana secara besar-besaran) atas Unit Penyertaan reksadana. Hal ini dapat terjadi apabila ada faktor negatif yang luar biasa sehingga memengaruhi investor reksadana untuk melakukan penjualan kembali Unit 32
Penyertaan reksadana tersebut. Faktor luar biasa tersebut di antaranya berupa situasi politik dan ekonomi yang memburuk, terjadinya penutupan atau kebangkrutan beberapa emiten publik yang saham atau obligasinya menjadi portofolio Reksadana tersebut, serta dilikuidasinya perusahaan Manajer Investasi sebagai pengelola Reksadana tersebut. 3. Risiko Pasar Risiko Pasar adalah situasi ketika harga instrumen investasi mengalami penurunan yang disebabkan oleh menurunnya kinerja pasar saham atau pasar obligasi secara drastis. Istilah lainnya adalah pasar sedang mengalami kondisi bearish, yaitu harga-harga saham atau instrumen investasi lainnya mengalami penurunan harga yang sangat drastis. Risiko pasar yang terjadi secara tidak langsung akan mengakibatkan NAB (Nilai Aktiva Bersih) yang ada pada Unit Penyertaan Reksadana akan mengalami penurunan juga. Oleh karena itu, apabila ingin membeli jenis Reksadana tertentu, Investor harus bisa memperhatikan tren pasar dari instrumen portofolio Reksadana itu sendiri. 4. Risiko Default Risiko Default terjadi jika pihak Manajer Investasi tersebut membeli obligasi milik emiten yang mengalami kesulitan keuangan padahal sebelumnya kinerja keuangan perusahaan tersebut masih baik-baik saja sehingga pihak emiten tersebut terpaksa tidak membayar kewajibannya. Risiko ini hendaknya dihindari dengan cara memilih Manajer Investasi yang menerapkan strategi pembelian portofolio investasi secara ketat.
2.10
Kerangka Penelitian Pasar keuangan merupakan tempat pertemuan antara orang atau perusahaan yang
hendak menanamkan dana (investor) dan pihak-pihak yang membutuhkan dana dalam kegiatan investasi Block (2005:652). Dengan demikian pasar keuangan berfungsi sebagai fasilitator terjadinya pertukaran aset keuangan (financial asset). Pasar keuangan dapat berupa pasar uang (money market) dan pasar modal (capital market). Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Maksud dari dana jangka panjang adalah dana yang keterkaitannya dalam investasi lebih dari satu tahun. Pasar modal mempunyai fungsi sarana alokasi dana yang 33
produktif untuk memindahkan dana dari pemberi pinjaman ke peminjam Jogiyanto (2007:1112). Perusahaan dapat meningkatkan pembiayaan investasinya dengan menjual saham, atau modal. Masyarakat yang membeli saham berharap mendapatkan hasil dari dividen dan/atau, jika perusahaan untung, dari kenaikan nilai pasar sahamnya, yakni capital gains. Ketika harga saham tinggi, peruasahaan bias mendapatkan sejumlah uang dengan menjual saham relatif lebih sedikit. Ketika harga saham rendah, perusahaan harus menjual lebih banyak untuk mendapatkan sejumlah uang. Para pemilik perusahaan, pemegang saham, menginginkan perusahaannya menjual saham agar mendapatkan tambahan uang ketika harga harga rendah Rudiger Dornbusch (2004:339). Mengacu pada teori manajemen keuangan, penyederhanaan risiko-risiko atau klasifikasi risiko total Kamaruddin (2004:100) menjelaskan risiko terdiri dari risiko sistematis dan risiko tidak
sistematis.
Risiko
sistematis
atau
risiko
yang
tidak
dapat
didiversifikasikan
(undiversifiable), disebut pula risiko pasar yang berkaitan dengan perekonomian secara makro, misalnya purchasing, power risk, political risk, foreign exchange risk, dan risiko lainnya. Risiko yang kedua yaitu risiko tidak sistematis, disebut juga risiko khususnya yang terdapat pada masing-masing perusahaan, seperti risiko kebangkrutan, risiko manajemen, dan risiko industri yang dapat didiversifikasi. Bagi sebagian investor kadang kala dalam memilih instrumen investasi memperhatikan beberapa hal diantaranya besarnya dana yang diinvestasikan. Karena hal tersebut berkaitan dengan risiko yang mungkin akan didapatkan dikemudian hari. Risiko sistematis dibagi ke dalam faktor-faktor non fundamental ekonomi dan faktorfaktor fundamental ekonomi (makro ekonomi). Faktor-faktor non fundamental ekonomi adalah faktor-faktor yang secara tidak langsung memengaruhi perekonomian, misalnya politik, sosial, keamanan, dan lain-lain. Sedangkan faktor-faktor fundamental ekonomi (makro ekonomi) adalah faktor-faktor yang secara langsung memengaruhi perekonomian secara makro, misalnya nilai tukar, tingkat suku bunga SBI, inflasi, tingkat investasi, tingkat pengangguran, defisit anggaran, defisit neraca pembayaran dan neraca perdagagan, PDB.
34
Gambar 2.1 Rumusan Masalah
Investor
Risiko Pasar
Pasar Modal
Saham
Sistematis
Tidak Sistematis
Suku Bunga
Politik
Inflasi
Sosial
PDB
Keamanan Hukum
IHSG
Reksadana
Variabel diteliti Variabel tidak diteliti
35
2.10.1 Pengaruh Suku Bunga Terhadap IHSG Selain membeli saham di bursa para pemilik modal sebenarnya mempunyai alternatif untuk menanamkan modalnya dengan menabung uangnya di bank.
Perusahaan yang go
public memperoleh dana melalui penjualan saham, sedangkan bank memperoleh dana dari para penabung. Dana tersebut diperoleh dari masyarakat yang harus dikelola dengan baik dan bermanfaat untuk meningkatkan kuantitas maupun kualitas produk yang dihasilkan, dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Para investor mengharapkan pengembalian (return) dari investasi yang ditanamkan melalui penyimpanan dananya di bank dalam bentuk deposito atau dengan pembelian saham. Investor mengharapkan pengembalian (return) yang menarik, dengan kata lain mereka mengharapkan tingkat bunga (interest rate) yang tinggi dan atau return saham yang tinggi juga. Karena itu seiring terjadinya persaingan yang tajam antara investasi di lantai bursa maupun dalam bentuk deposito. Jika return saham sama atau lebih rendah daripada tingkat bunga deposito tentunya investor akan menanamkan modalnya dalam bentuk deposito karena risikonya lebih rendah dari pada membeli saham. Apabila tingkat suku bunga tinggi, investor akan mendapat hasil besar dari return bunga dari pada return saham sehingga mereka akan menjual sahamnya untuk ditukarkan dalam bentuk deposito. Penukaran tersebut sebagai tanggapan atas naiknya suku bunga, salah satu akibatnya adalah turunnya harga saham, demikian juga jika keadaan yang terjadi adalah sebaliknya. Selain itu kenaikan tingkat suku bunga juga akan meningkatkan beban bunga hutang yang ditanggung oleh perusahaan sehingga mengurangi profit margin nya kemudian menurunkan harga sahamnya. Untuk menegaskan adanya hubungan antara tingkat suku bunga dan harga saham, penulis mengutip dari para ahli yang melakukan penelitian sejenis. Menurut Mudji Utami dan Mudjilah Rahayu (2003) menghasilkan penelitian bahwa: “Suku bunga secara parsial mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap harga saham badan usaha selama krisis ekonomi di Indonesia”. Hasilnya memperlihatkan bahwa, tingkat suku bunga SBI mempunyai pengaruh negatif terhadap harga saham.
36
2.10.2 Pengaruh Inflasi Terhadap IHSG Inflasi ditandai dengan adanya kecenderungan kenaikan tingkat harga umum dan berlangsung
terus
menerus.
Meningkatnya
harga-harga
barang
akan
menyebabkan
perusahaan mengalami peningkatan biaya modal, biaya bahan baku, maupun biaya tenaga kerja. Karena karyawan menuntut penyesuaian gaji terhadap inflasi. Dengan kata lain adanya kenaikan harga barang-barang akan membuat biaya produksi perusahaan menjadi meningkat. Dalam kondisi ini daya beli masyarakat cenderung turun, sehingga harga jual harus diturunkan untuk mempertahankan volume penjualan. Keadaan ini menjadikan kondisi keuangan perusahaan memiliki dua masalah yaitu melalui peningkatan biaya produksi dan penurunan nilai penjualan pada saat yang sama. Jika disisi harga jual dan penjualan relatif tetap, maka peningkatan biaya produksi tentunya akan berimbas pada turunnya laba. Turunnya laba ini pada akhirnya akan mengakibatkan harga saham menjadi ikut turun, karena ketidakmampuan perusahaan membayarkan dividen. Hasil penelitian Zulfi Skendra, MB-IPB memperlihatkan bahwa inflasi memberikan pengaruh positif terhadap return pasar. Ini terjadi karena apabila inflasi naik menyebabkan harga output juga naik, kinerja perusahaan naik, pendapatan perusahaan akan naik, indeks harga saham gabungan naik, harga saham naik. Begitu juga sebaliknya. 2.10.3 Pengaruh PDB Terhadap IHSG Sebagai seorang investor tentu saja menginginkan pengembalian atas apa yang telah ia investasikan. Namun, kondisi ekonomi nasional maupun global tidak ada yang bisa memprediksi bagaimana keadaan di masa yang akan datang. Yang dapat dilakukan investor hanyalah berupaya mengekspektasi dari data yang ada sebelumnya untuk melihat kecenderungan (prediksi) keadaan yang akan datang. Dalam memprediksi tersebut membutuhkan suatu data dimana investor tersebut mengetahui keadaan sebenarnya dari perekonomian negara tersebut. Seperti telah diketahui alat untuk menggambarkan keadana ekonomi tersebut adalah produk domestik bruto (PDB). Hal yang membuat para investor menggunakan PDB sebagai indikator adalah dengan melihat PDB, investor dapat mengetahui seberapa besar kemampuan negara tersebut. Dengan PDB juga dapat menjadikan acuan kondisi negara tersebut termasuk ke dalam negara maju atau negara berkembang.
37
Seperti yang dikatakan oleh Ester Laura Kartini Sugiharso Safuan (2007) yang menghasilkan penelitian bahwa : “Pada variabel GDP tujuan (dalam hal ini berarti GDP INA atau GDP Indonesia) ternyata ditemukan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan nilai investasi porfolio internasional di Indonesia dari Amerika Serikat, Jepang, Malaysia, Singapura, Thailand dan Filipina, selain itu pada variabel GDP tujuan juga ditemukan arah sama antara hipotesa teori dengan hasil estimasi yang didapatkan. Hipotesa teori memiliki arah positif atau sedangkan pada hasil estimasi ditemukan hal yang sama.” Hasil tersebut memperlihatkan bahwa PDB mempunyai pengaruh positif terhadap return saham. 2.10.4 Pengaruh Suku Bunga Terhadap Reksadana Perubahan suku bunga SBI dapat mempengaruhi variabilitas dari return suatu investasi. Hal ini dapat terjadi karena jika suku bunga meningkat, maka harga saham cenderung menurun dan begitu juga sebaliknya. Karena jika tingkat suku bunga naik maka investor akan berekspektasi memperoleh return yang lebih baik dari instrumen investasi yang terkait, sebagai contoh deposito. Semakin tinggi tingkat bunga, maka investor akan cenderung menginvestasikan dananya di pasar uang, karena keuntungan yang akan diperoleh lebih tinggi. Akibatnya harga saham di pasar modal akan turun dan akan berpengaruh pada return yang akan diterima oleh investor. Sebaliknya jika suku bunga turun, maka return yang akan diterima investor meningkat (Wahyudi, 2003). Menurut Haryanto dan Riyatno (2007), suku bunga SBI memiliki hubungan negatif terhadap resiko sistematik dari pasar modal. Artinya semakin rendah tingkat suku bunga SBI maka semakin tinggi resiko sistematik dari instrumen investasi di pasar modal. Perubahan suku bunga bisa mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Jika suku bunga meningkat, maka harga saham akan turun karena return investasi yang berkaitan dengan suku bunga (seperti deposito) akan naik juga. 2.10.5 Pengaruh Inflasi Terhadap Reksadana Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara terus-menerus. Perubahan inflasi memiliki kaitan yang erat dengan nilai uang. Jika inflasi meningkat maka nilai uang akan 38
menurun. Karena, dengan jumlah uang yang sama kita hanya mampu membeli produk atau jasa dalam jumlah yang semakin sedikit, atau dengan kata lain inflasi dapat menyebabkan penurunan daya beli masyarakat. Selain itu, inflasi dapat mempengaruhi tingkah laku instrumen investasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, karena inflasi mengakibatkan turunnya daya beli uang, sedangkan secara tidak langsung yaitu melalui perubahan tingkat bunga Rahayuningsih (2005). Lebih dari itu, inflasi juga mempengaruhi proses pengambilan keputusan investasi seorang pemodal. Seperti yang dikutip dari Majalah Kontan, menyebutkan bahwa inflasi dan tingkat suku bunga memiliki hubungan sebab akibat. Kenaikan inflasi akan mendorong naiknya tingkat bunga. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap investasi. Dampak inflasi terhadap portofolio investasi sangat bergantung pada jenis instrumen investasi yang dimiliki Setiadi (2008). Khususnya instrumen investasi yang berkaitan dengan suku bunga seperti obligasi. Obligasi yang pokok pinjaman dan kupon bunganya tetap akan mengalami penurunan nilai yang berbanding terbalik dengan naiknya inflasi. Purwanto (2004) dalam Pengaruh Inflasi dalam Iklim Investasi menyebutkan: ”Kenaikan inflasi akan menaikkan suku bunga nominal yaitu sebagai kompensasi dan penyesuaian dalam perekonomian atas penurunan daya beli karena kenaikkan laju inflasi. Pada gilirannya kenaikan tingkat inflasi akan menyebabkan penurunan kegiatan investasi karena dua hal, yaitu kenaikan tabungan (suplai dana) turun dan karena imbal hasil investasi yang diharapkan oleh investor naik”. Jika terjadi kecenderungan penurunan kegiatan investasi maka akan berdampak pada kinerja dari instrumen investasi. 2.10.6 Pengaruh PDB Terhadap Reksadana Keberadaan reksadana bukan hanya memberi manfaat kepada investor individu. Investor institusi seperti dana pensiunan, perusahaan asuransi, bank dan lembaga yang memiliki dana investasi dapat melakukan diversifikasi investasinya dengan cara yang sangat mudah melalui reksadana atau perusahaan yang memerlukan dana investasi melalui penerbitan surat surat berharga seperti saham, obligasi, dan surat berharga lainnya. Selain itu, reksadana juga memberikan manfaat bagi pemerintah, secara tidak langsung, reksadana akan memberikan manfaat bagi industri pasar modal serta bagi pertumbuhan ekonomi.
39
Hampir sama seperti industri perbankan, industri pasar modal merupakan salah satu penopang berputarnya roda perekonomian, yakni sebagai perantara yang menyediakan sumber dana bagi kegiatan investasi. Hal tersebut menjadikan masyarakat mulai menyadari bahwa tingkat pengembalian (yield) investasi di reksadana ternyata lebih tinggi dari investasi deposito atau produk perbankan lainnya dimana tingkat pengembalian industri reksadana ini didukung oleh faktor makro ekonomi seperti tingkat suku bunga deposito, tingkat kurs, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB), dan laju inflasi. Selain itu, produk domestik bruto (PDB) juga memiliki pengaruh terhadap nilai aktiva bersih (NAB) reksadana. PDB berpengaruh positif terhadap pertumbuhan reksadana Indonesia yang artinya jika PDB ditingkatkan maka secara cateris paribus pertumbuhan reksadana akan ikut juga meningkat Sitorus (2009:48). 2.10.7 Pengaruh IHSG Terhadap Reksadana Perubahan IHSG merupakan pencerminan naik turunya harga saham yang ada di bursa, karena nilai IHSG kumpulan dari harga-harga saham yang ada di bursa. IHSG dan Reksadana merupakan bagian dari kegaiatan pasar modal di Indonesia. Dalam penelitian Kustini (2007:216-224) secara parsial variabel IHSG berpengaruh signifikan terhadap unit penyertaan. Fluktuasi dari IHSG secara langsung akan mempengaruhi jumlah unit penyertaan daripada Reksadana. Secara simultan variabel IHSG, Tingkat Suku Bunga SBI dan Biaya Manajemen berpengaruh signifikan positif terhadap Unit Penyertaan.
2.11
Hipotesis Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, tujuan penelitian dan kerangka
pemikiran tersebut, maka pada penelitian ini penulis mengambil suatu hipotesis yang akan diuji kebenarannya sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi dan Produk Domestik Bruto (PDB) secara simultan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) serta pengaruhnya terhadap Reksadana (NAB) secara signifikan. 2. Suku Bunga SBI berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 3. Inflasi berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
40
4. Produk Domestik Bruto (PDB) berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 5. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpengaruh terhadap Reksadana (NAB). 6. Suku Bunga SBI berpengaruh terhadap Reksadana (NAB). 7. Inflasi berpengaruh terhadap Reksadana (NAB). 8. Produk Domestik Bruto (PDB) berpengaruh terhadap Reksadana (NAB).
41