BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian KMS Balita KMS adalah kartu yang memuat grafik pertumbuhan serta indikator perkembangan yang bermanfaat untuk mencatat dan memantau tumbuh kembang balita setiap bulan dari sejak lahir sampai berusia 5 tahun. KMS juga dapat diartikan sebagai “ rapor “ kesehatan dan gizi (Catatan riwayat kesehatan dan gizi ) balita ( Depkes RI, 1996 ). Di Indonesia dan negara - negara lain, pemantauan berat badan balita dilakukan dengan timbangan bersahaja ( dacin ) yang dicatat dalam suatu sistem kartu yang disebut “Kartu Menuju Sehat “ (KMS). Hambatan kemajuan pertumbuhan berat badan anak yang dipantau dapat segera terlihat pada grafik pertumbuhan hasil pengukuran periodik yang dicatat dan tertera pada KMS tersebut. Naik turunnya jumlah anak balita yang menderita hambatan pertumbuhan di suatu daerah dapat segera terlihat dalam jangka waktu periodik ( bulan ) dan dapat segera diteliti lebih jauh apa sebabnya dan dibuat rancangan untuk diambil tindakan penanggulangannya secepat mungkin. Kondisi kesehatan masyarakat secara umum dapat dipantau melalui KMS, yang pertimbangannya dilakukan di Posyandu ( Pos Pelayanan terpadu ), ( Sediaoetama, 1999 ). Indikator BB / U dipakai di dalam Kartu Menuju Sehat ( KMS ) di Posyandu untuk memantau pertumbuhan anak secara perorangan. Pengertian tentang “ Penilaian status Gizi ” dan “ Pemantauan pertumbuhan ” sering dianggap sama sehingga mengakibatkan kerancuan. KMS tidak untuk memantau gizi, tetapi alat pendidikan kepada masyarakat terutama orang tua agar dapat memantau pertumbuhan anak, dengan pesan “ Anak sehat tambah umur tambah berat” ( Soekirman, 2000 ).
B. Tujuan Penggunaan KMS Balita Umum
: Mewujudkan tingkat tumbuh kembang dan status kesehatan anak balita secara optimal.
Khusus
: 1. Sebagai alat bantu bagi ibu atau orang tua dalam memantau tingkat pertumbuhan dan perkembangan balita yang optimal. 2. Sebagai alat bantu dalam memantau dan menentukan tindakan – tindakan untuk mewujudkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan balita yang optimal. 3. Sebagai alat bantu bagi petugas untuk menentukan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi kepada balita. ( Depkes RI, 1996 )
C. Fungsi KMS Balita 1. Sebagai media untuk “ mencatat / memantau ” riwayat kesehatan balita secara lengkap. 2. Sebagai media “ penyuluhan ” bagi orang tua balita tentang kesehatan balita 3. Sebagai sarana pemantauan yang dapat digunakan bagi petugas untuk menentukan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi terbaik bagi balita. 4. Sebagai kartu analisa tumbuh kembang balita ( Depkes RI, 1996 ) Fungsi KMS ditetapkan hanya untuk memantau pertumbuhan bukan untuk penilaian status gizi. Artinya penting untuk memantau apakah berat badan anak naik atau turun, tidak untuk menentukan apakah status gizinya kurang atau baik, ( Soekirman, 2000 ).
D. Grafik pertumbuhan pada KMS 1. Dasar pembuatan Grafik pertumbuhan KMS dibuat berdasarkan baku WHO – NCHS yang disesuaikan dengan situasi Indonesia. Gambar grafik pertumbuhan dibagi dalam 5 blok sesuai dengan golongan umur balita. Setiap blok dibentuk oleh garis tegak / skala berat dalam kg dan garis datar skala umur menurut bulan. Blok 1 untuk bayi berumur 0 – 12 bulan, blok 2 untuk anak golongan umur 13 – 24 bulan, blok 3 untuk anak golongan umur 25 – 36 bulan. Grafik pertumbuhan untuk bayi dan anak sampai dengan umur 36 bulan terdapat pada halaman dalam KMS. Sedangkan untuk anak umur 37 – 60 bulan terdapat pada halaman berikutnya yang dibagi menjadi 2 blok yaitu blok ke 4 untuk anak umur 37 – 48 bulan dan blok ke 5 untuk anak golongan yang umur 49 – 60 bulan. Dalam setiap blok, grafik pertumbuhan dibentuk dengan garis merah (agak melengkung) dan pita warna kuning, hijau dan hijau tua. Dasar pembuatannya sebagai berikut : a. Garis merah (agar melengkung) dibentuk dengan menghubungkan angka angka yang dihitung dari 70 % median baku WHO – NCHS. b. Dua pita warna kuning di atas garis merah berturut- turut terbentuk masing - masing dengan batas atas 75 % dan 80 % median baku WHO – NCHS. c. Dua pita warna hijau muda di atas pita kuning dibentuk masing – masing dengan batas atas 85 % dan 90 % median baku WHO – NCHS. d. Dua pita warna hijau tua di atasnya dibentuk msing - masing dengan batas atas 95 % dan 100 % median baku WHO – NCHS. e. Dua pita warna hijau muda dan kuning masing – masing pita bernilai 5 % dari baku median adalah daerah di mana anak – anak sudah mempunyai kelebihan berat badan.
2. Interpretasi grafik pertumbuhan dan saran tindak lanjut a. Interpretasi pada sekali penimbangan Laku berat badan Di bawah garis merah
Interpretasi Anak kurang gizi tingkat sedang atau berat badan atau disebut kurang energi dan protein nyata ( KEP nyata )
Tindak lanjut -
-
Pada daerah dua pita warna kuning ( di atas garis merah )
Harus hati – hari dan waspada karena keadaan gizi anak sudah kurang meskipun tingkat ringan atau disebut KEP tingkat ringan
-
Dua pita warna hijau muda dan pita warna hijau tua ( di atas pita kuning )
Anak mempunyai beraat badan cukup attau disebut gizi baik
-
Dua pita warna hijau muda, dua pita warna kuning ( paling atas ). Dsb.
Anak telah mempunyai berat badan yang lebih, semakin ke atas kelebihan berat badannya semakin banyak
-
-
-
Perlu pemberian makanan tambahan ( PMT ) yang diselenggarakan oleh orang tua / petugas kesehatan Perlu penyuluhan gizi seimbang Perlu dirujuk untuk pemeriksanan kesehatan Ibu dianjurkan untuk memberikan PMT pada anak balitanya di rumah Perlu penyuluhan gizi seimbang
Beri dukungan pada ibu untuk tetap memperhatikan dan mempertahankan status gizi anak Beri penyuluhan gizi seimbang Konsultasi ke dokter Penyuluhan gizi seimbang Konsultasi ke klinik gizi / pojok gizi di puskesmas
b. Interpretasi dua kali perimbangan atau lebih Kecenderungan
Interpretasi
Berat badan naik atau meningkat
Anak sehat, gizi cukup *)
Tindak lanjut -
Berat badan tetap Kemungkinan terganggu kesehatannya dan atau mutu gizi yang dikonsumsi tidak seimbang *)
-
Berat badan berkurang atau turun
-
Titik – titik berat badan dalam KMS terputus – putus
Kemungkinan terganggu kesehatannya dan atau mutu gizi yang dikonsumsi tidak seimbang *)
Kurang kesadaran untuk berpartisipasi dalam pemantauan tumbuh kembang anak
-
-
Perlu penyuluhan gizi seimbang Beri dukungan pada orang tua untuk mempertahankan kondisi anak Dianjurkan untuk memberi makanan tambahan Penyuluhan gizi seimbang Konsultasi ke dokter atau petugas kesehatan Dianjurkan untuk memberi makanan tambahan Penyuluhan gizi seimbang Konsultasi ke dokter atau petugas kesehatan
Penyuluhan dan pendekatan untuk meningkatkan kesadaran berpartisipasi aktif
Keterangan : *) Interpretasi tersebut hanya berlaku bagi balitaa yang mempunyai berat badan normal dan kurang. Bila balita yang sudah kelebihan berat badan sebaiknya secara khusus dikonsultasikan ke dokter.
E. Cara Pengisian dan penggunaan KMS 1. Identitas Anak a. Pada halaman muka KMS, isilah nama anak dan nomor pendaftaran sesuai dengan nomor registrasi yang ada di Posyandu. b. Pada halaman pendaftaran pertama kali di Posyandu, isilah semua kolom indentitas anak yang tersedia pada halaman dalam KMS. 1) Pos Pelayanan Terpadu ( Posyandu ) = diisi dengan nama posyandu tempat di mana anak didaftar
Contoh
Pos Pelayanan Terpadu ( Posyandu ) Mawar Merah
2) Tanggal Pendaftaran = diisi dengan tanggal, bulan dan tahun anak tersebut didaftar dan mengikuti program Posyandu pertama kali
Contoh
2 September 1994
3) Nama anak = diisi dengan nama jelas anak yang bersangkutan
Budi
Contoh
4) Laki – laki = kolom diisi tanda 5 apabila jenis kelamin anak tesebut adalah laki – laki
Contoh
Laki – laki
5
Perempuan 5) Perempuan = kolom diisi tanda 5 apabila jenis kelamin anak tesebut adalah perempuan
Contoh
Laki – laki Perempuan
5
6) Anak ke = diisi dengan nomor urut kelahiran anak
Contoh
Anak ke 2
7) Tanggal lahir = diisi tanggal, bulan dan tahun kelahiran anak
Contoh
27 Agustus 1994
Perhatian : - Bila ada kartu kelahiran, catatlah tanggal, bulan dan tahun kelahiran anak menurut kartu kelahiran -
Bila tidak ada kartu kelahiran, catatlah tanggal lahir anak sesuai dengan yang diingat ibunya.
-
Bila ibu lupa tanggal lahir anak dan hanya tahun umurnya, cobalah perkirakan “ bulan dan tahun ” kelahiran anak menurut bulan Arab / bulan Jawa atau peristiwa – peristiwa lain yang mudah diingat yang bersamaan dengan kelahiran akannya.
8) Berat badan waktu lahir = diisi dengan berat badan anak yang bersangkutan dalam satuan gram pada waktu dilahirkan.
Contoh :
9) Nama ayah Pekerjaan
Contoh
10) Nama ibu
Berat Badan waktu lahir = 5.500 gram
= diisi dengan nama ayah dari anak tersebut = diisi dengan pekerjaan ayah anak tersebut Nama Ayah Pekerjaan
: Parto : Petani
= diisi dengan nama ibu dari anak tersebut
Pekerjaan
Contoh
11) Alamat
contoh
= diisi dengan pekerjaan ibu anak tersebut Nama Ibu Pekerjaan
: Tumirah : Buruh Tani
= diisi dengan alamat tempat tinggal keluarganya
Alamat : Dukuh Krayan, Desa Waru Kidul
2. Catatan Pemberian Imunisasi Catatan ini disediakan untuk mencatat tanggal, bulan dan tahun pemberian imunisasi bagi bayi 0 – 12 bulan yan diberi imunisasi tertentu. Catatan diisi langsung oleh petugas imunisasi setelah imunisasi diberikan. a. Imunisasi BCG = diisi dengan tanggal, bulan dan tahun anak tersebut mendapatkan imunisasi BCG pada kolom 1. Contoh : 2 September 1994 atau ( 02 / 09 / 1994 ) b. Imunisasi DPT = diisi dengan tanggal, bulan dan tahun anak tersebut mendapatkan imunisasi DPT kontak yang ke 1, 2, dan 3. Contoh : Tanggal imunisasi DPT 1 = 2 September 1994 atau ( 02 / 09 / 1994 ) dicatat tanggal pada kolom 1. Tanggal imunisasi DPT 2 = 3 Oktober 1994 atau ( 03 / 10 / 1994 ) dicatat tanggal pada kolom 2. Tanggal imunisasi DPT 3 = 2 Nopember 1994 atau ( 02 / 11 / 1994 ) dicatat tanggal pada kolom 3. c. Imunisasi Polio = diisi tanggal, bulan dan tahun anak tersebut mendapatkan imunisasi Polio kontak yang ke 1, 2, 3 dan 4. Contoh :
Tanggal imunisasi Polio 1 = 2 Nopember 1994 atau ( 02 / 11 / 1994) dicatat tanggal pada kolom 1. Tanggal imunisasi Polio 2 = 3 Oktober 1994 atau ( 03 / 10 / 1994) dicatat tanggal pada kolom 2. Tanggal imunisasi Polio 3 = 2 Nopember 1994 atau ( 02 /11 / 1994) dicatat tanggal pada kolom 3 Tanggal imunisasi Polio 4 = 5 Desember 1994 atau ( 05 / 12 / 1994 ) dicatat tanggal pada kolom 4 d. Imunisasi Campak = diisi tanggal, bulan dan tahun anak tersebut mendapatkan imunisasi Campak. Contoh = 5 Desember 1994 atau ( 05 / 12 / 1994 ) e. Imunisasi Hepatitis B = diisi tanggal, bulan dan tahun anak tersebut mendapatkan imunisasi Hepatitis B kontak yang ke 1, 2 dan 3. Contoh : Tanggal imunisasi Hepatitis B1 = 2 Agustus 1994 atau ( 02 / 08 / 1994 ) dicatat tanggal pada kolom 1. Tanggal imunisasi Hepatitis B2 = 3 September 1994 atau ( 03 / 9 / 1994) dicatat tanggal pada kolom 2. Tanggal imunisasi Hepatitis B3 = 5 Desember 1994 atau ( 05 / 12 / 1994 ) dicatat tanggal pada kolom 3 3. Catatan distribusi Vitamin A dosis Tinggi Kolom pencatatan ini digunakan untuk mencatat tanggal pemberian kapsul vitamin A yang diberikan kepada anak yang berumur 1 – 5 tahun satu kapsul setiap 6 bulan ( Pelaksanaan dilakukan setiap bulan Februari dan Agustus ). Tanggal diberikan ( ke 1 s/d ke 8 ) = diisi dengan tanggal, bulan dan tahun anak tersebut mendapatkan kapsul vitamin A setiap 6 bulan sekali. Contoh : pemberian yang ke 1 pada tanggal 12 Agustus 1995 dicatat sebagai berikut :
Ke 1 : Agustus 1995
Ke 5 :
Ke 2 :
Ke 6 :
Ke 3 :
Ke 7 :
Ke 4 :
Ke 8 :
4. Grafik Pertumbuhan Anak a. Pengisian grafik pertumbuhan anak dimulai dengan menuliskan nama bulan dan tahun kelahiran anak tersebut pada kolom bulan yang berada di bawah angka 0. Contoh : Budi lahir bulan Agustus 1994, maka cantumkan bulan Agustus 1994 di kolom bergaris merah tebal di bawah angka 0. b. Untuk kolom – kolom selanjutnya yang berada di bawah angka 1, 2, 3, 4 s/d 60 diisi dengan nama bulan berikutnya. Contoh :
September, Oktober, Nopember, Desember 1994, Januari 1995, dan Agustus ‘94
seterusnya sampai pada kolom bulan ke 60. September Oktober Nopember Desember Januari ‘95 Pebruari Maret April Mei Juni Juli
Sumber : Depkes RI, 1996 c. Setelah anak ditimbang dan diketahui berat badannya, kemudian tentukan titik berat badannya pada titik temu garis tegak ( sesuai
dengan bulan penimbangan ) dengan garis datar sesuai dengan berat badan hasil penimbangan dalam kilogram Contoh :Anak umur 9 bulan dengan berat badan 7,4 kg digambar
Agustus ‘95
Juli
Juni
Mei
April
Maret
Pebruari
Januari ‘95
Desember
Nopember
Oktober
September
Agustus ‘94
sebagai berikut :
Sumber : Depkes RI, 1996 d. Pada penimbangan bulan selanjutnya, setelah diketahui berat badannya, tentukan titik temu antara garis datar yang menunjukkan
berat badannya dan garis tegak yang menunjukkan umur dalam bulan. Selanjutnya kedua titik penimbangan berat badan bulan yang lalu dan penimbangan berat badan bulan ini dapat dihubungkan dengan garis. Contoh : Pada bulan berikutnya anak ditimbang dengan berat badan
Sumber : Depkes RI, 1996
Agustus ‘95
Juli
Juni
Mei
April
Maret
Pebruari
Januari ‘95
Nopember
Desember
Oktober
September
Agustus ‘94
8,0 kg, sehingga digambar sebagai berikut :
e. Pada penimbangan – penimbangan selanjutnya, apabila dilakukan setiap bulan berturut – turut maka titik – titik yang menggambarkan berat badan itu masing – masing dihubungkan satu sama lain, sehingga nantinya akan
membentuk
suatu grafik sesuai dengan arah
pertumbuhan yang terjadi. f. Jika pada bulan ini balita tidak ditimbangdan bulan berikutnya balita tersebut ditimbang lagi, maka titik berat badannya tersebut jangan dihubungkan ( biarkan terputus ). Baru kemudian bulan berikutnya jika ditimbang lahi titik berat badannya bisa dihubungkan kembali. Alasan mengapa tidak dihubungkan dengan garis, karena kita tidak taahu berat badan anak saat tidak ditimbang ( naik, tetap atau turun ). Contoh : Pada umur 10 bulan yaitu bulan Juni anak ditimbang dengan berat badan 8,0 kg, sedang bulan Juli tidak ditimbang, tapi pada bulan
Sumber : Depkes RI, 1996
Juli
Agustus ‘95
Juni
Mei
April
Maret
Pebruari
Januari ‘95
Desember
Nopember
Oktober
September
Agustus ‘94
agustus ditimbang berat badannya 8,4 kg. Digambar sebagai berikut :
5. Cara Pemantauan ASI Eksklusif KMS yang diterbitkan sejak tahun 1996/ 1997 di bawah kolom – kolom nama bulan 0, 1, 2, 3, 4 terdapat kolom tambahan untuk mencatat pemantauan ASI Eksklusif. Apabila bayi mendapat ASI saja sampai usia 4 bulan maka di bawah kolom 0, 1, 2, 3, 4 diisi dengan E0, E1, E2, E3, E4. Contoh : a. Budi setelah lahir hanya diberi ASI, maka di bawah kolom 0 diisi dengan E0. b. Budi sampai usia 1 bulan masih tetap hanya diberi ASI, maka di bawah kolom 1 diisi dengan E1. c. Budi sampai usia 2 bulan juga masih tetap hanya diberi ASI, maka di bawah kolom 2 diisi dengan E2. d. Demikian seterusnya apabila Budi sampai umur 4 bulan
hanya
mendapat ASI saja, maka di bawah kolom 3 dan 4 ditulis berturut – turut E3 dan E4. e. Budi pada usia 3 bulan mulai diberi bubur susu, maka di bawah kolom 3 dan kolom 4 dan seterusnya dicoret. Contoh apabila anak diberi ASI Eksklusif 0
1
2
3
4
E0
E1
E2
E3
E4
Sumber : Depkes RI 2000 Contoh apabila anak tidak diberi ASI Eksklusif 0
1
2
3
4
E0
E1
E2
--------
-------
Sumber : Depkes RI 2000
f. Apabila anak umur di atas 4 bulan dalam KMS-nya tercatat E0, E1, E2, E3, dan E4, maka anak tersebut telah memperoleh ASI ekslusif sesuai anjuran agaaar tetap sehat. g. Apabila anak umur di atas 4 bulan dalam KMS – nya tidak tercatat sampai E4 ( contoh hanya sampai E2 ) maka anak tersebut tidak mendapat ASI eksklusif. 6. Catatan Lain Semua kejadian yang diderita anak perlu dicatat dalam garis – garis tegak, sesuai dengan bulan penimbangan. Catatan tersebut bisa tentang keadaan kesehatan, makanan, keluarga dan lain –lain. Contoh : a. Bulan Mei 1996 anak mencret diberi oralit. b. Bulan Juni 1996 ibunya sakit panas. c. Bulan Juli 1996 anak tak mau makan.
Sumber : Depkes RI, 1996
September‘96
Agustus ‘96
Juli ‘96
Juni ‘96
Mei ‘96
April ‘96
Maret ‘96
Februari ‘96
Januari ‘96
Desember ‘95
Noptember ‘95
Okober ‘95
September ‘95
d. Bulan Agustus 1996 anak dikirim ke Puskesmas.
F. Pesan – Pesan Penyuluhan 1. Pedoman Pemberian Makanan Yang Sehat a. Sampai umur 4 bulan, bayi dijamin tetap sehat apabila mendapat ASI saja, tanpa perlu ditambah makanan dan minuman lain (ASI Eksklusif). b. Pemberian ASI tetap dilanjutkan sampai bayi berumur 24 bulan ( 2 tahun)
untuk
membantu
tumbuh
kembang,
memelihara
dan
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi serta menjalin kasih sayang ibu dan bayi. c. Setelah bayi berumur 4 bulan, ASI saja tidak memenuhi kebutuhan gizi bayi, sehingga perlu mendapat makanan pendamping ( MP – ASI ) d. MP – ASI diberikan secara bertahap sesuai dengan pertumbuhan umur, pertumbuhan dan perkembangan bayi : - Umur 4 – 6 tahun
: Selain ASI bayi perlu mulai diberikan makanan lumat
- Umur 6 – 12 bulan
: Selain ASI bayi mulai diberikan makanan lembek
- Umut 12 – 24 bulan
: Selain ASI bayi mulai dapat diberikan makanan keluarga (makanan orang dewasa)
Umur 0 – 4 bulan 4 – 6 bulan 6 – 12 bulan 12 – 24 bulan 24 bulan ke atas
Pedoman pemberian makanan sehat Makanan Makanan Makanan orang ASI lumat Lembek dewasa
2. Pedoman Perkembangan Balita Sehat Sejak tahun 1995 KMS disempurnakan dan dilengkapi contoh – contoh pesan tentang perkembangan balitaaa berbentuk 8 gambar yang meliputi kemampuan perkembangan balita umur : a. 3 – 6 bulan
:
Mengangkat kepala dengan tegak pada posisi telungkup
b. 9 – 12 bulan
: Berjalan dengan berpegangan
c. 12 – 18 bulan
: Minum sendiri dari gelas tanpa tumpah
d. 18 – 24 bulan
: Mencoret – coret dengan alat tulis
e. 2 – 3 tahun
: Berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan dan melepas pakaian sendiri
f. 3 – 4 tahun
: Mengenal dan menyebutkan paling sedikit 1 warna
g. 4 – 5 tahun
: Mencuci dan mengeringkan tangan tanpa bantuan
Untuk memudahkan pelaksanaan pemantauan perkembangan balita, jadual kegaitan pemantauan perkembangan di Posyandu adalah sebagai berikut : a. Pada bayi umur 0 – 11 bulan Pemantauan perkembangan pada bayi dilakukan minimal 4 ( empat ) kali yaitu : 1. Bayi baru lahir, pemantauan perkembangan dintegrasikan dengan kunjungan neonatal. 2. Bayi umur kurang dari 3 bulan, pemantauan perkembangan dilakukan pada saat bayi berumut 3 bulan. 3. Bayi umur 3 – 6 bulan, pemantauan perkembangan dilakukan pada saat bayi berumur 6 bulan 4. Bayi umur 6 – 9 bulan, pemantauan perkembangan dilakukan pada saat bayi berumur 9 bulan 5. Bayi umur 9 – 12 bulan, pemantauan perkembangaan dilakukan pada saat bayi berumur 12 bulan.
b. Pada anak balita 12 – 5 tahun Pemantauan perkembangan dilakukan pada umur 12 bulan, 18 bulan, 24 bulan, 24 bulan, 30 bulan, 36 bulan, 42 bulan, 48 bulan, 54 bulan, dan 60 bulan. Pemantauan perkembangan di Posyandu dilakukan di meja 4, sebelum kader memberikan penyuluhan. 1. Bila pada umurnya anak belum mencapai kemampuan seperti pada gambar, pada kolom umur ditulis Stimulasi, yang berarti anak perlu distimulasi. Kader memberi nasehat cara stimulasi kepada ibu, sehingga ibu dapat melatih kemampuannya yang belum bisa dicapai di rumah. Contoh : Ani bayi umur 9 bulan, di meja 4 Posyandu oleh kader dideteksi secara sederhana dengan mencocokkan kemampuan perkembangannya dengan gambar kelompok umur 9 – 12 bulan. Ani belum mampu berjalan dengan berjalan dengan berpegangan. Pada kolom 9 bulan KMS balita kader menulis Stimulasi. Kader memberi nasehat agar ibu Ani melatih anaknya berjalan dengan berpegangan tangan. 2. Bila anak sudah melewati batas umur namun ia belum mampu mencapai
kemampuan
seperti
pada
gambar,
berarti
anak
mengalami keterlambatan perkembangan. Tuliskan pada kolom umur dirujuk yang berarti anak perlu dirujuk ke Puskesmas untuk mendapatkan penanganan agar keterlambatan perkembangan dapat diatasi. Contoh : 3 bulan berikutnya Ani berumur 12 bulan, kembali dibawa ke Posyandu dan meja 4 Posyandu oleh kader dideteksi secara
sederhana
dengan
mencocokkan
kemampuan
perkembangannya dengan gambar kelompok umur 9 – 12 bulan. Ternyata Ani belum bisa berjalan dengan berpegangan tangan, berarti mengalami keterlambatan perkembangan. Pada kolom umur
12 bulan KMS balita, kader menuliskan dirujuk sebab anak perlu dirujuk ke Puskesmas untuk mendapatkan penanganan agar keterlambatan perkembangan dapat diatasi. 3. Bila kemampuan anak sesuai dengan gambar, berarti kemampuan anak sesuai dengan umurnya. Kader memberitahu agar ibu selalu memberi perhatian dan kasih sayang kepada anak. Contoh : Sari bayi umur 2 tahun, di meja 4 Posyandu oleh kader dideteksi secara sederhana dengan mencocokkan kemampuan perkembangannya dengan gambar kelompok umur 2 – 3 tahun. Ternyata Sari telah mampu berdiri dengan satu kaki, berarti kemampuan perkembangan Sari sesuai dengan umurnya. Maka kader memberi tahu ibu Sari untuk memperhatikan tumbuh kembang anak. Gizi dan kesehatannya serta tetap melatih anaknya agar mencapai kemampuan perkembangan sesuai dengan umurnya. 3. Pesan – Pesan Mengatasi Diare a. Bila anak diare atau mencret jangan diamkan dan jangan dianggap biasa. Untuk mencegah keadaan fatal akibat diare yang dapat mengakibatkan kematian, hanya dapat dilakukan dengan memberikan banyak cairaan atau banyak minum. b. Ketika anak diare : 1) Segera beri minuman yang ada di rumah lebih banyak, misalnya air masak, air teh, air tajin, kuah sayur, sari buah segar, air kelapa atau larutan gula garam dan larutan oralit ( bila ada ). 2) Makanan terus diberikan kepada anak yang sedang diare dan : Anak masih menyusu, Asi diteruskan, lebih sering anak diberi ASI semakin baik. 3) Anak yang sudah diberikan makanan tambahan, lanjutkan seperti biasa, sebaiknya makanannya dibuat lembik dan tidak banyak mengandung serat.
4) Bawa ke petugas kesehatan puskesmas sambil diberikan minuman apabila : a. Tidak membaik dalam 2 hari c. Diare semakin bertambah atau terus menerus d. Disertai muntah berkali – kali e. Tinjanya ada darah f. Ada demam g. Tidak mau makan dan minum h. Bila ditemukan satu di antara enam tanda bahaya di atas, penderita harus segera dirujuk atau dibawa ke sarana pelayanan kesehatan untuk mendapatkan terapi lebih lanjut. Khusus untuk penderita diare dengan gizi buruk dirujuk untuk pengobatan 4. Pedoman Imunisasi a. Setiap anak, sebelum umur 1 ( satu ) tahun, harus sudah mendapat imunisasi lengkap. b. Jika ada balita yang sampai umur 12 bulan belum memperoleh imunisasi, dianjurkan agar anak segera dibawa ke Posyandu atau Puskesmas untuk mendapat imunisasi. c. Jika ada balita yang sudah pernah mendapat imunisasi tetapi belum lengkap, anjurkan ibu agar membawa anaknya ke posyandu / puskesmas untuk diberi imunisasi lengkap. d. Jika anak sudah mendapat imunisasi lengkap ibunya perlu diberi pujian. e. Manfaat imunisasi Untuk melindungi anak balita dari beberapa penyakit infeksi yang berbahaya. f. Yang perlu mendapat imunisasi Semua anak umur 0 – 12 bulan harus mendapat imunisasi.
g. Macam imunisasi h. BCG untuk mencegah penyakit TBC. i. DPT untuk mencegah penyakit difteri, batuk rejan dan tetanus. j. Campak untuk mencegah penyakit Campak. k. Hepatitis B untuk mencegah penyakit Hepatitis. l. Tempat memperoleh imunisasi di : Posyandu, Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, Puskesmas, dan Rumah sakit. 5. Pedoman Keluarga Berencana a. Setiap pasangan usia subur agar merencanakan kehamilan / persalinan pada masa yang paling tepat, yaitu pada waktu istri berusia 20 – 30 tahun, dengan memperhatikan jarak antara 2 kelahiran, yaitu 2 – 4 tahun. b. Bagi pasangan usia subur yang akan menunda atau menjarangkan kehamilan, agar menggunakan car / metode konstrasepsi yang sesuai. c. Alat kontrasepsi dapat diperoleh pada tempat pelayanan KB, antara lain : 1. Puskesmas, Puskesms pembantu ( Pustu ) 2. Balai Kesehatan Ibu dan Anak 3. Pos Kesehatan ABRI 4. Dokter praktek swasta 5. Bidan praktek swasta 6. Pondok bersalin desa 7. Rumah sakit pemerintah atau swasta
G. Pendidikan Kader Tingkat pendidikan formal kader berperan penting dalam pengelolaan Posyandu khususnya dalam hal pencatatan dan pelaporan. Hal ini dimungkinkan karena kader dengan pendidikan formal yang tinggi akan lebih cepat dan mudah mengerti serta memahami segala sesuatu yang diperolehnya
baik pada waktu mengikuti kursus maupun waktu melaksanakan kegiatan di Posyandu. KMS masih sulit dimengerti kecuali bagi mereka yang berpendidikan formal cukup tinggi, pernyataan Waloedjo, 1982. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang berlangsung seumur hidup dalam rangka mengalihkan pengetahuan oleh seseorang kepada orang lain ( Siagian Sondang, 1991 ).
H. Keaktifan Kader Keaktifan
kader
di
Posyandu
dapat
mempengaruhi
terhadap
kemampuanya dalam mengisi Kartu Menuju Sehat ( KMS ), hal ini kemungkinan disebabkan pada kader yang aktif akan mendapat kesempatan yang lebih banyak untuk mengikuti pembinaan rutin atau mengikuti kursus gizi, termotivasi untuk lebih aktif dan akan lebih lama menjadi kader. Dengan demikian kader yang aktif mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan memperoleh pengalaman jika dibandingkan dengan kader yang tidak aktif. ( Depkes RI, 2001 )
I. Kemampuan Kader Adalah hasil yang diperoleh dari ketrampilan kader dalam pengisian KMS dan memasukkan data hasil penimbangan balita ke dalam grafik pertumbuhan secara lengkap dan benar. Tiga bagian penting dalam pemantauan pertumbuhan adalah : a. Ada kegiatan penimbangan yang dilakukan terus menerus secara teratur b. Ada kegiatan mengisikan data berat badan anak ke dalam KMS c. Ada penilaian naik dan tidak naik berat badan anak sesuai dengan arah garis pertumbuhannya. Untuk meningkatkan kegiatan dan kualitas pemantauan pertumbuhan diperlukan pemahaman dan penguasaan materi pertumbuhan dan status gizi bagi kader. Kegiatan pemantauan pertumbuhan belum dilaksanakan dengan
baik dan hasilnya belum dimanfaatkan secara optimal bagi upaya perbaikan gizi ( Depkes RI, 2003 ) Keberadaan kader di wilayah banyak berasal dari tingkat pendidikan dasar sehingga kemampuan sumber daya sangat terbatas, status ekonomi yang rendah membuat kader lebih terkonsentrasi untuk ikut membantu suami mencari nafkah di bandingkan dengan tugas kader untuk membantu melayani kegiatan di posyandu, apalagi untuk meningkatkan kemampuan sumber dayanya.
J. Kerangka Teori Pendekatan kerangka teori adalah konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku, di mana perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya : Predisposisi ( Predisposing factors ) yaitu mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap hal – hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut oleh masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya ( Notoatmodjo, 2000 ) Keaktifan Kader
Faktor – faktorYang Mempengaruhi pengisian KMS Balita
Pendidikan
-
Umur Kader Jenis Kelamin Status Perkawinan Status Sosial Ekonomi Lamanya menjadi kader
K. Kerangka Konsep
Pendidikan Kader Kemampuan dalam pengisian KMS Keaktifan Kader
L. Hipotesis 1. Ada hubungan tingkat pendidikan dengan kemampuan dalam pengisian KMS 2. Ada hubungan keaktifan kader dengan kemampuan dalam pengisian KMS