BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Ruang Lingkup Manajemen Keuangan 2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai keseluruhan aktivitas yang bersangkutan dengan usaha untuk mendapatkan dana dan menggunakan dan mengalokasikan dan tersebut.Menurut Sutrisno (2009:3) pengertian manajemen keuangan sebagai berikut : “Manajemen keuangan adalah sebagai semua aktivitas perusahaan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien“ Sementara Irawati (2006 : 1), mengatakan bahwa : “Seluruh aktivitas atau kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan upaya untuk mendapatkan dana Perusahaan dengan meminimalkan biaya serta upaya penggunaan dana pengalokasian dana tersebut secara efisien dalam maksimal nilai perusahaan” Dari beberapa teori mengenai manajemen keuangan diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan adalah kegiatan dalam menghimpun dan mengelola atau menggunakan uang oleh perusahaan. 2.1.2 Tujuan Manajemen Keuangan Menurut Susan Irawati (2006:4) tujuan manajemen keuangan adalah untuk memaksimalkan profit atau keuntungan dan meminimalkan biaya guna mendapatkan suatu pengambilan keputusan yang maksimum dalam menjalankan perusahaan kearah perkembangan dan perusahaan yang berjalan. Menurut Kasmir (2010:13) tujuan manajemen keuangan dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu : 1. Profit Risk Approach (Pendekatan Resiko Laba) Dalam hal ini manajer keuangan tidak hanya sekedar mengejar maksimalisasi profit, akan tetapi juga harus mempertimbangkan resiko yang akan dihadapi
14
15
2. Liquidity and Profitability (Likuidats dan Profitabilitas) Merupakan kegiatan yang berhubungan dengan bagaimana seorang manajer
keuangan
mengelola
likuiditas
dan
profitabilitas
perusahaan. Dalam hal likuiditas, manajer keuangan harus sanggup untuk menyediakan dana untuk membayar kewajiban yang sudah jatuh tempo secara tepat waktu. Kemudian manajer keuangan juga dituntut untuk mampu me-manage keuangan perusahaan, sehingga mampu meningkatkan laba perusahaan dari waktu ke waktu. 2.1.3 Fungsi Manajemen Keuangan Fungsi manajemen keuangan adalah salah satu fungsi utama yang sangat penting di dalam perusahaan. Adapun fungsi manajemen keuangan menurut Sutrisno (2009:5) adalah : 1. Keputusan Investasi, yaitu masalah bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan di masa yang akan datang 2. Keputusan Pendanaan, yaitu pada keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai
kebutuhan-kebutuhan
investasi
serta
kegiatan
usahanya 3. Keputusan Dividen, dividen merupakan bagain keuntungan perusahaan yang dibayarkan oleh perusahaan kepada para pemegang saham. Oleh karena itu dividen ini merupakan bagian dari penghasilan yang diharapkan oleh pemegang saham.
16
2.2 Bank Syariah 2.2.1 Pengertian Bank Syariah Pada umummnya yang dimaksud dengan bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah. 2.2.2 Fungsi dan Peran Bank Syariah Fungsi dan peran bank syariah yang diantaranya tercantum dalam pembukaan standar akuntasi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organization For Islamic Financial Institution) dalam Antonio (2005:200), sebagai berikut : 1. Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana nasabah. 2. Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya. 3. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana lazimnya. 4. Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan syariah, bank Islam juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan, mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya. 2.2.3
Tujuan Bank Syariah Menurut Antonio (2005:226) Bank syariah mempunyai beberapa tujuan di
antaranya sebagai berikut : 1. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalat secara Islam, khususnya muamalat yang berhubungan dengan perbankan, agar terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis-jenis usaha/perdagangan lain yang mengandung unsur gharar (tipuan), di mana jenis-jenis usaha tersebut selain
17
dilarang dalam Islam, juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi rakyat 2. Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi dengan jalan meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana. 3. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka peluang berusaha yang lebih besar terutama kelompok miskin, yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju terciptanya kemandirian usaha. 4. Untuk menanggulangi masalah kemiskinan, yang pada umumnya merupakan program utama dari negara-negara yang sedang berkembang. Upaya bank syariah di dalam mengentaskan kemiskinan ini berupa pembinaan nasabah yang lebih menonjol sifat kebersamaan dari siklus usaha yang lengkap seperti program pembinaan pengusaha produsen, pembinaan pedagang perantara, program pembinaan konsumen, program pengembangan modal kerja dan program pengembangan usaha bersama. 5. Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter. Dengan aktivitas bank syariah akan mampu menghindari pemanasan ekonomi di akibatkan adanya inflasi, menghindari persaingan yang tidak sehat antara lembaga keuangan. 6. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank nonsyariah. 2.2.4
Ciri-ciri Bank Syariah Menurut Antonio (2005) Bank Syariah mempunyai ciri-ciri berbeda
dengan bank konvensional, adapun ciri-ciri bank syariah adalah : 1. Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian diwujudkan dalam bentuk jumlah nominal, yang besarnya tidak kaku dan dapat dilakukan dengan kebebasan untuk tawar-menawar dalam batas wajar. Beban biaya tersebut hanya dikenakan sampai batas waktu sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak.
18
2. Penggunaan persentase dalam hal kewajiban untuk melakukan pembayaran selalu dihindari, karena persentase bersifat melekat pada sisa utang meskipun batas waktu perjanjian telah berakhir. 3. Di dalam kontrak-kontrak pembiayaan proyek, bank syariah tidak menerapankan perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti yang ditetapkan di muka, karena pada hakikatnya yang mengetahui tentang ruginya suatu proyek yang dibiayai bank hanyalah Allah semata. 4. Pengerahan dana masyarakat dalam bentuk deposito tabungan oleh penyimpan dianggap sebagai titpan (al-wadiah) sedangkan bagi bank dianggap sebagai titipan yang diamanatkan sebagai penyertaan dana pada proyek-proyek yang dibiayai bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah sehingga pada penyimpan tidak dijanjikan imbalan yang pasti. 5. Dewan Pengawas Syariah (DPS) bertugas untuk mengawasi operasionalisasi bank dari sudut syariahnya. Selain itu manajer dan pimpinan bank Islam harus menguasai dasar-dasar muamalah Islam. 6. Fungsi kelembagaan bank syariah selain menjembatani antara pihak pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana, juga mempunyai fungsi khusus yaitu fungsi amanah, artinya berkewajiban menjaga dan bertanggung jawab atas keamanan dana yang disimpan dan siap sewaktu-waktu apabila dana diambil pemiliknya. 2.3 Laporan Keuangan Laporan keuangan bank menunjukan kondisi keuangan bank secara keseluruhan. Laporan keuangan ini juga menunjukan kinerja manajemen bank selama satu periode. Laporan keuangan memberikan informasi tentang hasil-hasil usaha yang diperoleh bank dalam suatu periode tertentu selain itu juga memberikan gambaran tentang arus kas suatu bank yang tergambar dalam laporan arus kas.
19
2.3.1
Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan
kondisi suatu perusahaan, dimana selanjutnya itu akan menjadi suatu informasi yang menggambarkan tentang kinerja suatu perusahaan. Menurut Sutrisno (2007:9) mengatakan bahwa : “Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang meliputi dua laporan utama yaitu neraca dan laporan laba rugi. Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk menyediakan informasi keuangan suatu perusahaan kepada pihak-pihak berkepentingan sebagai bahan pertimbangan didalam mengambil keputusan” Menurut Kasmir (2010:66) laporan keuangan adalah : “Laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu” Sedangkan menurut Munawir dalam Fahmi (2012:25) laporan keuangan: “Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan” Dari beberapa teori mengenai laporan keuangan diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan menunjukan kondisi keuangan secara keseluruhan. 2.3.2
Jenis-jenis Laporan Keuangan Jenis-jenis laporan keuangan bank menurut Kasmir (2012) adalah sebagai
berikut : 1. Neraca Neraca merupakan laporan yang menunjukan posisi keuangan bank pada tanggal tertentu. Posisi keuangan yang dimaksudkan adalah posisi aktiva (harta), pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu bank. penyusunan komponen di dalam neraca didasarkan pada tingkat likuiditas dan jatuh tempo 2. Laporan komitmen dan kontinjensi Laporan komitmen merupakan suatu ikatan atau kontrak yang berupa janji yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak (Irrevocable) dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi.
20
Sedangkan laporan kontinjensi merupakan tagihan atau kewajiban bank yang kemungkinan timbulnya tergantung pada terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa yang akan datang. 3. Laporan laba rugi Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan bank yang menggambarkan hasil usaha bank dalam suatu periode tertentu. Dalam laporan ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber pendapatan serta jumlah biaya dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan. 4. Laporan arus kas Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan bank, baik yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap kas. 5. Catatan atas laporan keuangan Merupakan laporan yang berisi catatan tersendiri mengenai posisi devisa neto, menurut jenis mata uang dan aktivitas. 6. Laporan keuangan gabungan dan konsilidasi Laporan gabungan merupakan laporan dari seluruh cabang-cabang bank yang bersangkutan, baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri, sedangkan laporan konsilidasi merupakan laporan bank yang bersangkutan dengan anak perusahaannnya. 2.3.3
Tujuan Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi kepada
pihak yang membutuhkan tentang kondisi suatu perusahaan dari sudut angkaangka dalam satuan moneter. Fahmi (2012:26) mengatakan bahwa laporan keuangan ditunjukan sebagai pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya kepada pemilik perusahaan atas kinerja yang telah dicapannya serta merupakan laporan akuntasi utama yang mengomunikasikan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam membuat analisa ekonomi dan peramalan untuk masa yang akan datang.
Menurut Standar
21
Akuntansi Keuangan dalam Frianto (2012:2), tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut: a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubuahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. b. Laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama oleh sebagian besar pemakainya, yang secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu. c. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban manjemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Menurut Kasmir(2012:281), Pembuatan masing-masing laporan keuangan memiliki tujuan tersendiri. Secara umum tujuan pembuatan laporan keuangan suatu bank adalah sebagai berikut: 1. Memberikan informasi keuangan tentang, jumlah aktiva dan jenis-jenis aktiva yang dimiliki. 2. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah kewajiban dan jenis-jenis kewajiban baik jangka pendek(lancar) maupun jangka panjang. 3. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah modal dan jenis-jenis modal bank pada waktu tertentu. 4. Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari jumlah pendapatan yang diperoleh dan sumber-sumber pendapatan bank tersebut. 5. Memberikan
informasi
keuangan
tentang
jumlah
biaya-biaya
yang
dikeluarkan berikut jenis-jenis biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu. 6. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam aktiva, kewajiban, dan modal suatu bank. 7. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen dalam suatu periode dari hasil laporan keuangan yang di sajikan.
22
2.3.4
Kegunaan Laporan Keuangan Laporan keuangan sangat diperlukan untuk mengukur hasil usaha dan
perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu dan untuk mengetahui sudah sejauh mana perusahaan mencapai tujuannya. Menurut Munawir dalam Fahmi (2012) ,laporan keuangan merupakan salah satu informasi keuangan yang bersumber dari intern perusahaan yang bersangkutan. Pihak-pihak yang menginvestasikan modalnya membutuhkan informasi tentang sejauh mana kelancaran aktivitas dan profitabilitas perusahaan, potensi dividen, karena dengan informasi tersebut pemegang saham dapat memutuskan untuk mempertahankan sahamnya, menjual atau bahkan menambahnya. Dengan adanya laporan keuangan pihak investor atau pemilik saham perusahaan akan bisa menganalisis bagaimana kondisi perusahaan serta prospek perusahaan nantinya khususnya dari segi kemampuan profitabilitas yang akan dihasilkan. Laporan keuangan sangat berguna dalam melihat kondisi suatu perusahaan, baik kondisi pada saat ini maupun sebagai alat prediksi untuk kondisi di masa yang akan datang. 2.3.5
Syarat-syarat Laporan keuangan
Menurut Fahmi (2012) syarat-syarat laporan keuangan:
Relevan: Data yang diolah, ada kaitannya dengan transaksi.
Jelas dan dapat dipahami: Informasi yang disajikan, harus ditampilkan sedemikian rupa sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh semua pembaca laporan keuangan.
Dapat diuji kebenerannya: Data dan Informasi yang disajikan harus dapat ditelusuri kepada bukti asalnya.
Netral: Laporan keuangan yang disajikan dapat dipergunakan oleh semua pihak.
Tepat waktu: Laporan keuangan harus memiliki periode pelaporan. Waktu penyajian harus dinyatakan dengan jelas dan disajikan dalam batas waktu yang wajar.
23
Dapat diperbandingkan: Laporan keuangan yang disajikan harus dapat diperbandingkan dengan periode-periode sebelumnya.
Lengkap: data yang disajikan dalam informasi akuntansi, harus lengkap sehingga tidak memberikan informasi yang menyesatkan bagi para pemakai laporan keuangan.
2.3.6
Sifat dan Keterbatasan Laporan keuangan Menurut Fahmi (2012) sifat dan keterbatasan laporan keuangan:
Bersifat Historis, yaitu merupakan kejadian yang telah lewat. Oleh karena itu, laporan keuangan dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan.
Bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu.
Bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian dan lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih.
2.4 Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaa adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain : total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium size) dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total asset perusahaan. Menurut Nurfitriana (2011:3) Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang menentukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Perusahaan yang ukurannya besar biasanya memiliki kekuatan sendiri dalam menghadapi masalah bisnis dan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba lebih tinggi. Menurut Agnes Sawir (2004:101) Ukuran perusahaan dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap studi untuk alasan yang berbeda. Ukuran perusahaan merupakan skala yang digunakan dalam menentukan
24
besar kecilnya suatu perusahaan. Perusahaan yang skalanya besar biasanya cenderung lebih banyak mengungkapkan tanggungjawab sosial dari pada perusahaan yang mempunyai skala kecil.Semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka kecenderungan membutuhkan dana yang besar untuk menunjang operasionalnya. Ukuran perusahaan diproksikan dengan log natural total asset, tujuannya agar mengurangi perbedaan yang signifikan antara ukuran perusahaan besar dan ukuran perusahaan kecil sehingga data total asset dapat terdistribusi normal. Rumus yang digunakan untuk mengukur variabel size adalah : Ukuran Perusahaan (Size) = Log natural total asset 2.5 Kecukupan Modal Modal merupakan faktor penting dalam bisnis perbankan, namun modal hanya membiayai sebagian kecil dari harta bank. menurut Frianto (2012:28) : “Secara umum pengertian modal adalah uang yang ditanamkan oleh pemiliknya sebagai pokok untuk memulai usaha maupun untuk memperluas usahanya yang dapat menghasilkan suatu guna menambah kekayaan.” Pengertian modal menurut Brigham (2006) adalah : “Modal adalah jumlah dari utang jangka panjang, saham preferen, dan ekuitas saham biasa, atau mungkin pos-pos tersebut plus utang jangka pendek yang dikenakan bunga” Definisi modal dalam Standar Akuntansi Keuangan (IAI,2007), modal adalah hak residual atas asset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Modal bank terdiri dari dua elemen yaitu modal sendiri (primary capital) dan modal tambahan (secondary capital). Modal sendiri adalah modal yang digolongkan sebagai senior capital yakni modal yang diperoleh dari saham preferen dan obligasi. Keberhasilan suatu bank bukan terletak pada jumlah modal yang dimilikinya, tetapi lebih didasarkan kepada bagaimana bank tersebut mempergunakan modal itu untuk menarik sebanyak mungkin dana/simpanan masyarakat yang kemudian disalurkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkannya sehingga membentuk pendapatan bagi bank tersebut.
25
Penelitian ini melakukan perhitungan Kecukupan Modal dengan Capital Adequancy Ratio (CAR). Capital Adequancy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung unsur risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) yang ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank. Jadi Capital Adequancy Ratio (CAR) adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko. Capital Adequancy Ratio (CAR) diproksikan sebagai berikut :
2.6 Kualitas Aktiva Produktif Aktiva
produktif
menurut
peraturan
Bank
Indonesia
Nomor:
9/9/PBI/2007 adalah : “Penanaman dana bank baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, surat berharga syariah, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen, kontijensi pada transaksi rekening administrasi serta Sertifikat Wadiah Bank Indonesia.” Sedangkan menurut Budisantoso dan Triandaru (2006) : “Aktiva produktif adalah semua aktiva dalam rupiah dan valuta asing yang dimiliki bank dengan maksuduntuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya, sehingga kredit merupakan salah satu bentuk dari aktiva produktif.” Kualitas aktiva produktif dinilai berdasarkan prospek usaha, kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas debitur dan kemampuan membayar. Ada empat macam aktiva produktif atau aktiva yang menghasilkan yaitu penanaman dana bank dalam rupiah atau valuta asing dalam bentuk kredit, suratsurat berharga, penempatan dana pada bank lain, dan penyertaan. Penilaian kualitas aktiva dimaksudkan untuk menilai kondisi asset bank, termasuk antisipasi atas risiko gagal bayar dari pembiayaan (credit risk) yang akan muncul.
26
Penelitian ini melakukan perhitungan Kualitas Aktiva Produktif dengan PPPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif terhadap Aktiva Produktif) . Rasio PPAP menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam menjaga kualitas aktiva produktif sehingga jumlah PPAP dapat dikelola dengan baik. PPPAP (Penyisihan
Penghapusan
Aktiva
Produktif
terhadap
Aktiva
Produktif)
diproksikan sebagai berikut :
2.7 Likuiditas Menurut Frianto (2012:112) likuiditas adalah kemampuan seseorang atau perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau utang yang harus segera dibayar dengan harta lancarnya. Menurut pengertian di atas, maka suatu bank diberi predikat likuid apabila: a. Mempunyai primary reserves yang cukup guna memenuhi kebutuhan likuiditas. b. Apabila primary reserves yang dimilikinya tidak mencukupi, bank mempunyai secondary yang cukup dan dapat diubah menjadi alat likuid segera dengan tidak menimbulkan kerugian yang berarti. c. Bank mempunyai kemampuan untuk mendapatkan alat-alat likuid melalui berbagai cara antara lain melalui pinjaman di pasar uang (money market). Likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Suatu bank dianggap likuid apabila bank tersebut mempunyai kesanggupan untuk membayar penarikan giro, tabungan, deposito berjangka, pinjaman bank yang segera jatuh tempo, pemenuhan permintaan kredit tanpa adanya suatu penundaan (kredit yang diralisasi). Penelitian ini melakukan perhitungan Likuiditas dengan Financing to Deposit Ratio (FDR). Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank (Antonio,2005:162). Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang
27
menunjukkan
kemampuan
bank
untuk
memenuhi
pembiayaan
dengan
menggunakan dana pihak ketiga yang dimiliki bank. Financing to Deposit Ratio (FDR) diproksikan sebagai berikut :
2.8 Kinerja Keuangan Kinerja merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh setiap perusahaan, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Dalam kamus istilah akuntansi, Fahmi (2012:2) mengartikan kinerja keuangan sebagai: “Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanan keuangan secara baik dan benar” Kinerja keuangan juga dapat diartikan sebagai prestasi yang dicapai perusahaan dalam satu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tertentu. Sedangkan menurut Irham Fahmi (2012:2) pengertian kinerja keuangan : “Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.” Penilaian
kinerja
keuangan
merupakan
usaha
untuk
mengukur
keefektifitas dan efisiensi kegiatan keuangan perusahaan selama periode tertentu, dimana kinerja keuangan sangat mempengaruhi visi dan misi yang hendak dicapai suatu bank. Jadi kinerja perusahaan adalah gambaran mengenai prestasi kerja perusahaan atau kemampuan kerja perusahaan atas kegiatan operasional yang dilakukan. Oleh karena itu, untuk mengetahui prestasi yang dicapai perusahaan perlu dilakukan penilaan terhadap kinerja keuangan perusahaan dalam kurun waktu tertentu.
28
Rasio profitabilitas mengukur pendapatan atau keberhasilan sebuah perusahaan
untuk
periode
waktu
tertentu.
Laba
atau
keuntungannya,
mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk memperoleh pendanaan utang dan ekuitas. Hal tersebut juga mempengerahui posisi likuiditas perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk bertumbuh. Profitabilitas sering kali digunakan sebagai uji utama atas keefektifan operasi manajemen. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan (Fahmi,2012:68). Penelitian ini melakukan perhitungan profitabilitas dengan Return on Asset (ROA). Rasio ini digunakan karena mampu menunjukan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dari keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin baik dan menunjukkan semakin optimal penggunaan aset-asetnya dalam menghasilkan keuntungan. Return On Asset (ROA) diproksikan sebagai berikut :
2.9 Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif dan Likuiditas terhadap Kinerja Keuangan 2.9.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total asset perusahaan. Perusahaan dengan total asset yang besar mencerminkan kemapanan perusahaan. Perusahaan yang sudah mapan biasanya kondisi keuangannya juga sudah baik. Ukuran perusahaan yang besar diharapkan dapat meningkatkan skala ekonomi. Perusahaan besar yang mempunyai sumber daya yang besar pula akan melakukan pengukapan lebih luas dan mampu membiayai penyediaan informasi untuk keperluan keperluan internal. Serta perusahaan yang bertumbuh secara
29
signifikan merupakan perusahaan yang lebih besar dianggap mempunyai akses ke pasar modal sehingga lebih mudah untuk mendapatkan tambahan dana yang kemudian dapat meningkatkan kinerja keuangan. Hasil penelitian Arini (2009) menunjukan bahwa ukuran perusahaan atau size berpengaruh terhadap ROA. Tetapi berbeda dengan hasil penelitian Astuti (2013) yang menunjukan bahwa ukuran perusahaan atau size tidak berpengaruh terhadap ROA. 2.9.2 Pengaruh Kecukupan Modal terhadap Kinerja Keuangan CAR merupakan faktor yang penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung kerugian serta mencerminkan kesehatan bank yang bertujuan untuk menjaga kepercayaan masyarakat perbankan, melindungi dana masyarakat pada bank bersangkutan dan untuk memenuhi standar BIS. Dengan permodalan yang kuat akan mampu menjaga kepercayaan masyarakat terhadap bank yang bersangkutan, sehingga masyarakat percaya untuk menghimpun dana kepada bank tersebut, dana yang dihimpun tersebut kemudan disalurkan kembali ke bank kepada masyarakat melalui kredit. Kredit dapat mendorong
pendapatan
sehingga
dapat
menghasilkan
keuntungan,
dari
keuntungan itulah bank mendapatkan laba/profit. Dengan tingkat laba inilah bank dapat meningkatkan struktur permodalan yang kuat sehingga dapat membentuk kondisi keuangan yang sehat. Faktor
permodalan
sangat
penting
dalam
menjalankan
kegiatan
operasional bank dan untuk menunjang segala kebutuhannya, dengan kualitas pihak manajemen dalam pengelolaan kegiatan perbankan akan mendapatkan tingkat laba yang diharapkan. Dengan pengelolaan yang baik suatu bank akan terus
meningkatkan
modal
dengan
memperhatikan
indikator
kesehatan
permodalan yaitu CAR, maka profitabilitasnya pun akan ikut meningkat.
30
Hasil penelitian Srihastuti (2013) dan Rosa (2011) menunjukan bahwa Kecukupan Modal (CAR) berpengaruh terhadap ROA. Tetapi berbeda dengan hasil penelitian Romadayanah (2011) yang menunjukan bahwa Kecukupan Modal (CAR) tidak berpengaruh terhadap ROA. 2.9.3 Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif terhadap Kinerja Keungan Menurut Budisantoso dan Triandaru (2006) Aktiva produktif adalah semua aktiva dalam rupiah dan valuta asing yang dimiliki bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya, sehingga kredit merupakan salah satu bentuk dari aktiva produktif. Pembentukan PPAP merupakan salah satu upaya untuk membentuk cadangan dari kemungkinan tidak tertagihnya penempatan dana. Apabila PPAP naik, diprediksi ROA akan turun karena PPPAP merupakan beban bagi bank. semakin besar nilai yang ditunjukkan oleh variabel PPPAP maka semakin besar pula bank harus mencadangkan keuntungan yang diperoleh untuk aktiva ini sehingga laba bersih yang diperoleh bank akan semakin kecil. Hasil penelitian Rohmadayanah (2011) dan Arini (2009) menunjukan bahwa Kualitas Aktiva Produktif (PPPAP) berpengaruh terhadap ROA. Tetapi berbeda dengan hasil penelitian Wishnu (2011) yang menunjukan bahwa Kualitas Aktiva Produktif (PPPAP) tidak berpengaruh terhadap ROA. 2.9.4 Pengaruh Likuiditas terhadap Kinerja Keuangan Financing to Deposit Ratio (FDR) yang analog dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) pada bank konvensional adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total assets yang dimiliki bank. Rasio ini dipergunakan untuk mengukur sampai sejauh mana dana pinjaman yang bersumber dari dana pihak ketiga. Tinggi rendahnya rasio ini menunjukan tingkat likuiditas bank tersebut. Sehingga semakin tinggi angka Financing to Deposit Ratio (FDR) suatu bank, berarti digambarkan sebagai bank yang kurang likuid dibanding dengan bank
31
yang mempunyai angka rasio lebih kecil (Antonio, 2005). Sebaliknya semakin rendah Financing to Deposit Ratio (FDR) menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan kredit. Jika rasio FDR bank berada pada standar yang ditetapkan oleh bank Indonesia, maka laba yang diperoleh oleh bank tersebut akan meningkat. Dengan meningkatnya laba, maka Return On Asset (ROA) juga akan meningkatkan, karena laba merupakan komponen yang membentuk Return On Asset (ROA) (Mahardian,2008) Hasil penelitian Nusantara (2009) dan Wishnu (2011) menunjukan bahwa likuiditas (FDR) berpengaruh terhadap ROA. Tetapi berbeda dengan hasil penelitian Srihastuti (2013), yang menunjukan bahwa likuiditas (FDR) tidak berpengaruh terhadap ROA